1248
Tema: 6 Rekayasa sosial dan pengembangan perdesaan
ANALISIS MOTIVASI RADIOGRAFER TERHADAP KEPATUHAN
PENGGUNAAN ALAT MONITORING DOSIS RADIASI PERSONAL
THERMOLUMINESCENCE DOSIMETER
DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUD DR. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA
Oleh
Dartini
1); Agferty Chandra Listiantika
2)Prodi D III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto; Jurusan Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi; Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jl. Raya Baturraden KM. 12; Banyumas
dartini.tini@gmail.com
ABSTRAK
Pelaksanaan kegiatan pemantauan dosis radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dalam pemakaian
thermoluminescence dosimetersebagai alat monitoring dosis radiasi personal tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 33 Tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi
radiografer dengan kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal
thermoluminescence dosimeter
di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey
delapan radiografer sebagai responden di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat
menggunakan uji statistik
Kendall Tau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara motivasi radiografer dengan kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis
radiasi personal
thermoluminescence dosimeterdengan
p-valuemotivasi intrinsik sebesar
0,031 dan
p-valuemotivasi ekstrinsik sebesar 0,021, sehingga keseluruhan
p-valuemotivasi
radiografer sebesar 0,021, artinya
p-value<0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai
koefisien korelasi (r) yang terjadi pada motivasi intrinsik sebesar 0,775 dan motivasi
ekstrinsik sebesar 0,840, sehingga keseluruhan nilai koefisien korelasi (r) pada motivasi
radiografer sebesar 0,840 yang menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat,
artinya semakin baik motivasi radiografer maka akan semakin tinggi pula kepatuhan
penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal. Maka dapat disimpulkan bahwa
kepatuhan radiografer dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal
thermoluminescence dosimeter
di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga dipengaruhi oleh motivasi radiografer.
ABSTRACT
The realization of radiation dose’s monitoring activity in Radiology Installation of RSUD
1249
Taroenadibrata Purbalingga. This quantitative research used survey approach with eight radiographers as the respondents in Radiology Installation of RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. The data in this research is analysed by doing univaria t and
bivariat using Kendall Tau’s statistic tests. The result of this research shows that there is a
correlation between the radiographer’s motivation and the tool usage obedience of
thermoluminescence dosimeter personal radiation dose monitoring with p-value of intrinsic motivation in the amount of 0,031 and p-value extrinsic motivation in the amount of 0,021, so the overall p-
value radiographers’ motivation is 0,021, meaning is p
-value < 0,05 (Ho rejected and Ha accepted ). The value of correlation coefficient ( r ) which happens to intrinsic motivation is 0,775 and extrinsic motivation is 0,840, so the value of correlationcoefficient’s overall ( r ) in radiographer motivation is 0,840 which shows the positive and
very strong correlation. It means that th
e better the radiographers’ motivation the better
the obedience of personal radiation dose monitoring tool. So we can conclude that the obedience of radiographers in using thermoluminescence dosimeter personal radiation dose monitoring in Radiology Installation of RSUD Dr. R Goeteng TaroenadibrataPurbalingga is being affected by radiographers’ motivation.
PENDAHULUAN
Setiap pekerja radiasi selalu mempunyai resiko terkena paparan radiasi pengion selama
menjalankan tugasnya. Ada berbagai jenis radiasi pengion yang berpotensi memberikan efek
merugikan terhadap tubuh manusia. Efek merugikan itu dapat muncul apabila tubuh manusia
mendapatkan paparan radiasi dengan dosis yang berlebihan. Faktor keselamatan manusia dalam
pemanfaatan teknik nuklir harus mendapatkan prioritas utama. Setiap pemanfaatan radiasi pengion
harus menyertakan upaya proteksi agar penerimaan dosis radiasi oleh pekerja selalu terkontrol dan
tidak melampaui nilai batas dosis yang telah ditetapkan (Akhadi, 2000).
Salah satu cara untuk menghindari terjadinya paparan radiasi pengion yang berlebih terhadap
tubuh manusia adalah dengan melakukan pemantauan rutin dosis perorangan para pekerja radiasi,
untuk menghindari kemungkinan buruk yang tidak diinginkan (Akhadi, 2000).
Pekerja radiasi harus mendapatkan pelayanan pemantauan dosis perorangan selama
menjalankan tugasnya. Pengukuran atau pemantauan radiasi manusia harus mengandalkan pada
kemampuan alat-alat monitoring dosis radiasi personal atau perorangan. Dosimeter personal adalah
alat pencatat dosis radiasi yang mampu merekam dosis akumulasi yang diterima oleh setiap
individu pekerja radiasi. Terdapat berbagai jenis dosimeter yang sampai saat ini telah berhasil
dikembangkan, antara lain dosimeter saku, film badge, dan thermoluminescence dosimeter (TLD)
(Akhadi, 2000).
Penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal harus sesuai dengan sumber radiasi yang
digunakan dan pematauan dosis yang tercatat hanya dapat dilakukan oleh instansi atau badan lain
yang terakreditasi dan ditunjuk oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir). Setiap pekerja
yang berhubungan dengan radiasi wajib memakai pemantau dosis perorangan (PP Nomor 33 Tahun
1250
Thermoluminescence dosimeter (TLD) merupakan salah satu jenis alat monitoring dosisradiasi personal yang sekarang ini banyak digunakan di berbagai rumah sakit karena mempunyai
kelebihan yang tidak dimiliki oleh alat monitoring dosis radiasi personal lainnya. Kelebihan atau
keunggulan dari TLD adalah memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan alat
monitoring dosis radiasi personal lainnya, mudah dalam pengoperasian, lebih sensitif dan dapat
digunakan lagi setelah pembacaan (Akhadi, 2000).
Kepatuhan penggunaan Thermoluminescence dosimeter (TLD) dapat dipengaruhi oleh
motivasi. Menurut Slamet (2007), kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin
dan taat. Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan
adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik
kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu, maupun respon intrinsik yang menampakkan
perilaku manusia. Respon intrinsik ditopang oleh sumber energi yang disebut motif (Swanburg,
2002). Motif adalah sesuatu yang merupakan alasan mengapa seseorang memulai tindakan.
Motivasi adalah suatu set atau kumpulan perilaku yang memberi landasan bagi seseorang yang
bertindak dalam suatu cara yang diarahkan pada suatu tujuan spesifik tertentu (specific goal
directed). Memotivasi adalah menunjukan arah tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang
dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai tujuan (Soeroso, 2003).
Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga telah menggunakan
thermoluminescence dosimeter (TLD) bagi semua pekerja radiasi. Sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional (SPO) di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga setiap
pekerja radiasi atau radiografer wajib menggunakan thermoluminenscence dosimeter (TLD) selama
bekerja di medan radiasi. Tetapi masih ada sebagian radiografer yang kurang patuh dalam hal
pemakaian thermoluminenscence dosimeter (TLD) saat bekerja.
Berdasarkan uraian di atas dan hasil observasi penulis di Instalasi Radiologi RSUD DR. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul
”Analisis Motivasi Radiografer Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Monitoring Dosis Radiasi
Personal Thermoluminescence Dosimeter Di Instalasi Radiologi Dr. R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey. Pengambilan data
dengan cara observasi dan survey yaitu memberikan kuesioner kepada radiografer. Populasi 8
orang radiografer. Sampel adalah total populasi yaitu 8 orang radiografer. Pengambilan data
1251
Purbalingga. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik
Kendall Tau.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuesioner dibagikan kepada responden dengan gambaran umum responden berdasarkan
jenis kelamin, umur, masa kerja dan pendidikan.
Analisis Univariat
1. Penilaian Responden Terhadap Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan Alat
Monitoring Dosis Radiasi Personal Thermoluminescence Dosimeter di Instalasi Radiologi
RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ditujukan pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Motivasi Radiografer
No
Tingkat
Motivasi
F
%
1
Moivasi Lemah
1
12,5 %
2
Motivasi Sedang
5
62,5 %
3
Motivasi Kuat
2
25 %
TOTAL
8
100 %
Tabel 1. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk kategori motivasi
sedang yaitu 62,5 % dan sisanya termasuk kategori motivasi kuat 25 % dan kategori
motivasi lemah 12,5 %.
2. Penilaian Kepatuhan Penggunaan Alat Monitoring Dosis Radiasi Personal
Thermoluminescence Dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga dengan melakukan obsevasi ditujukan pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Radiografer Dalam Penggunaan Alat Monitoring
Dosis Radiasi Personal Thermoluminescence Dosimeter
No
Kepatuhan Radiografer
f
%
1
Tidak Menggunakan TLD
6
75 %
2
Menggunakan TLD
2
25 %
Total
8
100 %
Tabel 2. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak patuh dalam penggunaan alat
monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter yaitu 75 % dan sisanya patuh
dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter yaitu 25
%.
1252
Hasil Analisa Uji Hubungan Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan Alat
Monitoring Dosis Radiasi Personal Thermoluminescence Dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD
Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ditujukan pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisa Uji Hubungan Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan
Alat Monitoring Dosis Radiasi Personal
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sub variabel motivasi radiografer dengan kepatuhan
penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal diperoleh hasil p-value motivasi intrinsik
sebesar 0,021. Karena p-value<0,05 (dengan derajat kesalahan 0,05), maka Ho ditolak dan Ha
diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi radiografer dengan kepatuhan
penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter di Instalasi
Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Nilai koefisien korelasi ( r ) yang
terjadi sebesar 0,840 yang menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat, artinya
semakin baik motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik radiografer maka akan semakin tinggi pula
kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter di
Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Menurut Slamet (2007), kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan
taat. Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan
adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Kepatuhan penggunaan thermoluminescence
dosimeter (TLD) dapat dipengaruhi oleh motivasi. Dari analisis data dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden termasuk kategori tingkat motivasi sedang yaitu 62,5 % tidak
menggunakan TLD dan sisanya termasuk kategori tingkat motivasi lemah yaitu 12,5 % tidak
menggunakan TLD, sedangkan responden yang termasuk kategori tingkat motivasi kuat yaitu 25 %
menggunakan TLD.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi radiografer tersebut ada hubungannya dengan
kepatuhan radiografer dalam menggunakan ataupun tidak menggunakan thermoluminescence
dosimeter (TLD). Karena ada hubungan dengan kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis
radiasi personal thermoluminescence dosimeter maka faktor motivasi radiografer merupakan faktor
yang mempengaruhi kepatuhan dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal
thermoluminescence dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata
1253
Setelah dilakukan analisis uji hubungan didapatkan hasil ada hubungan antara
variabel-variabel yang diuji dengan nilai p-value motivasi radiografer sebesar 0,021, artinya
p-value<0,05(Ho ditolak dan Ha diterima) maka dapat disimpulkan bahwa kepatuhan penggunaan
alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter dipengaruhi oleh faktor
motivasi radiografer.
Nilai koefisien korelasi ( r ) yang terjadi sebesar 0,840 menunjukkan adanya hubungan
positif yang sangat kuat, artinya semakin baik motivasi radiografer maka akan semakin tinggi pula
kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter di
Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kurangnya motivasi
radiografer yaitu pengetahuan, penghargaan dan hukuman, serta fasilitas.
Metode peningkatan motivasi menurut Notoatmodjo (2010) yaitu model sumber daya
manusia. Model ini mengatakan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
motivasi, disamping uang, barang, atau kepuasan tetapi juga kebutuhan akan pengetahuan dan
keberhasilan. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
Pengetahuan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Menurut model ini
setiap manusia cenderung untuk mencapai kepuasan dari prestasi yang dicapai, dan prestasi yang
baik tersebut merupakan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat. Motivasi akan
meningkat jika kepada mereka diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membuktikan
kemampuannya dalam memelihara kesehatan. Memberikan “reward” atau penghargaan dan
“punishment” atau hukuman oleh pimpinan masyarakat atau organisasi kepada anggota masyarakat bawahan juga dapat dipandang sebagai upaya peningkatan motivasi berperilaku. Sehingga untuk
meningkatkan motivasi radiografer dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal
thermoluminescence dosimeter dengan memberikan penyegaran materi (pengetahuan) tentang
pentingnya penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal oleh responden yang tingkat
motivasinya kuat serta dengan pemberian “reward” atau penghargaan dan “punishment” atau
hukuman bagi radiografer yang patuh dan yang tidak patuh dalam penggunaan alat monitoring
dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter dan instansi menyediakan kartu dosis bagi
setiap radiografer di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga agar
dosis radiasi yang diterima dapat terkontrol dan terdokumentasi setiap periodiknya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada hubungan antara Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan Alat
1254
Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, dengan nilai p-value motivasi radiografer sebesar
0,021, artinya p-value<0,05(Ho ditolak dan Ha diterima) maka dapat disimpulkan bahwa kepatuhan
penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter dipengaruhi oleh
faktor motivasi radiografer. Nilai koefisien korelasi ( r ) yang terjadi pada motivasi radiografer
sebesar 0,840 yang menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat, artinya semakin baik
motivasi radiografer maka akan semakin tinggi pula kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis
radiasi personal thermoluminescence dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.
Saran untuk meningkatkan motivasi sebaiknya diberikan penyegaran materi (pengetahuan)
tentang pentingnya penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal oleh responden yang tingkat
motivasinya kuat serta dengan pemberian “reward” atau penghargaan dan “punishment” atau
hukuman bagi radiografer yang patuh dan yang tidak patuh dalam penggunaan alat monitoring
dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga dan instansi sebaiknya menyediakan kartu dosis bagi setiap radiografer
di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga agar dosis radiasi yang
diterima dapat terkontrol dan terdokumentasi setiap periodiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Afriliana. 2011. Kebijakan Penggunaan Film Badge di Instalasi Radiologi RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang.
Akhadi, Mukhlas. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Hasibuan, M. 2003. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara.
Hidayat, A. A. 2009. MetodePenelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika.
Kartikasari, Rahmi. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Radiografer Dalam Memakai Film Badge Di Instalasi Radiodiagnostik RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto. Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes
Semarang.
Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 02-P/Ka-BAPETEN/1-03 Tentang Sistem Pelayanan Pemantauan Dosis Eksterna Perorangan. Diakses pada tanggal 7 Februari 2017 http://www.bapeten.go.id.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375 Tentang Standar Profesi
Radiografer. Diakses pada tanggal 10 Februari 2017.
1255
Kusumaningsih, Wahyu. 2012. Analisa Faktor Penggunaan Film Badge di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Banyumas. Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang.
Laksmiarti, Turniani. 2002. Alat Pemantau Perorangan Pada Tenaga Kerja Radiasi Di Bidang Kesehatan. Diakses pada tanggal 14 Januari 2017. http://ejournal.litbang.depkes.go.id.
Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 tahun 2011 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sina r-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional. Diakses pada tanggal 7 Februari 2017 .http://www.bapeten.go.id.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 tahun 2013 Tentang Proteksi Keselamatan Radiasi. Diakses pada tanggal 7 Februari 2017 http://www.bapeten.go.id.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keselamatan Sumber Radioaktif. Diakses pada tanggal 5 Februari 2017. http://prokum.esdm.go. id/pp332007.pdf.
Rasad, Sjahriar. 2009. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Slamet, Juli Soemirat. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soeroso, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit (Suatu Pendekatan Sistem). Jakarta : Penerbit Buku EGC, Edisi 1.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Swanburg, R. C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Terjemahan. Jakarta : EGC.