• Tidak ada hasil yang ditemukan

The realization of radiation dose’s monitoring activity in Radiology Installation of RSUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "The realization of radiation dose’s monitoring activity in Radiology Installation of RSUD"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1248

Tema: 6 Rekayasa sosial dan pengembangan perdesaan

ANALISIS MOTIVASI RADIOGRAFER TERHADAP KEPATUHAN

PENGGUNAAN ALAT MONITORING DOSIS RADIASI PERSONAL

THERMOLUMINESCENCE DOSIMETER

DI INSTALASI RADIOLOGI

RSUD DR. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Oleh

Dartini

1)

; Agferty Chandra Listiantika

2)

Prodi D III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto; Jurusan Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi; Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Jl. Raya Baturraden KM. 12; Banyumas

dartini.tini@gmail.com

ABSTRAK

Pelaksanaan kegiatan pemantauan dosis radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dalam pemakaian

thermoluminescence dosimeter

sebagai alat monitoring dosis radiasi personal tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah

No. 33 Tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi

radiografer dengan kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal

thermoluminescence dosimeter

di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey

delapan radiografer sebagai responden di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat

menggunakan uji statistik

Kendall Tau

. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara motivasi radiografer dengan kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis

radiasi personal

thermoluminescence dosimeter

dengan

p-value

motivasi intrinsik sebesar

0,031 dan

p-value

motivasi ekstrinsik sebesar 0,021, sehingga keseluruhan

p-value

motivasi

radiografer sebesar 0,021, artinya

p-value

<0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai

koefisien korelasi (r) yang terjadi pada motivasi intrinsik sebesar 0,775 dan motivasi

ekstrinsik sebesar 0,840, sehingga keseluruhan nilai koefisien korelasi (r) pada motivasi

radiografer sebesar 0,840 yang menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat,

artinya semakin baik motivasi radiografer maka akan semakin tinggi pula kepatuhan

penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal. Maka dapat disimpulkan bahwa

kepatuhan radiografer dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal

thermoluminescence dosimeter

di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga dipengaruhi oleh motivasi radiografer.

ABSTRACT

The realization of radiation dose’s monitoring activity in Radiology Installation of RSUD

(2)

1249

Taroenadibrata Purbalingga. This quantitative research used survey approach with eight radiographers as the respondents in Radiology Installation of RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. The data in this research is analysed by doing univaria t and

bivariat using Kendall Tau’s statistic tests. The result of this research shows that there is a

correlation between the radiographer’s motivation and the tool usage obedience of

thermoluminescence dosimeter personal radiation dose monitoring with p-value of intrinsic motivation in the amount of 0,031 and p-value extrinsic motivation in the amount of 0,021, so the overall p-

value radiographers’ motivation is 0,021, meaning is p

-value < 0,05 (Ho rejected and Ha accepted ). The value of correlation coefficient ( r ) which happens to intrinsic motivation is 0,775 and extrinsic motivation is 0,840, so the value of correlation

coefficient’s overall ( r ) in radiographer motivation is 0,840 which shows the positive and

very strong correlation. It means that th

e better the radiographers’ motivation the better

the obedience of personal radiation dose monitoring tool. So we can conclude that the obedience of radiographers in using thermoluminescence dosimeter personal radiation dose monitoring in Radiology Installation of RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga is being affected by radiographers’ motivation.

PENDAHULUAN

Setiap pekerja radiasi selalu mempunyai resiko terkena paparan radiasi pengion selama

menjalankan tugasnya. Ada berbagai jenis radiasi pengion yang berpotensi memberikan efek

merugikan terhadap tubuh manusia. Efek merugikan itu dapat muncul apabila tubuh manusia

mendapatkan paparan radiasi dengan dosis yang berlebihan. Faktor keselamatan manusia dalam

pemanfaatan teknik nuklir harus mendapatkan prioritas utama. Setiap pemanfaatan radiasi pengion

harus menyertakan upaya proteksi agar penerimaan dosis radiasi oleh pekerja selalu terkontrol dan

tidak melampaui nilai batas dosis yang telah ditetapkan (Akhadi, 2000).

Salah satu cara untuk menghindari terjadinya paparan radiasi pengion yang berlebih terhadap

tubuh manusia adalah dengan melakukan pemantauan rutin dosis perorangan para pekerja radiasi,

untuk menghindari kemungkinan buruk yang tidak diinginkan (Akhadi, 2000).

Pekerja radiasi harus mendapatkan pelayanan pemantauan dosis perorangan selama

menjalankan tugasnya. Pengukuran atau pemantauan radiasi manusia harus mengandalkan pada

kemampuan alat-alat monitoring dosis radiasi personal atau perorangan. Dosimeter personal adalah

alat pencatat dosis radiasi yang mampu merekam dosis akumulasi yang diterima oleh setiap

individu pekerja radiasi. Terdapat berbagai jenis dosimeter yang sampai saat ini telah berhasil

dikembangkan, antara lain dosimeter saku, film badge, dan thermoluminescence dosimeter (TLD)

(Akhadi, 2000).

Penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal harus sesuai dengan sumber radiasi yang

digunakan dan pematauan dosis yang tercatat hanya dapat dilakukan oleh instansi atau badan lain

yang terakreditasi dan ditunjuk oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir). Setiap pekerja

yang berhubungan dengan radiasi wajib memakai pemantau dosis perorangan (PP Nomor 33 Tahun

(3)

1250

Thermoluminescence dosimeter (TLD) merupakan salah satu jenis alat monitoring dosis

radiasi personal yang sekarang ini banyak digunakan di berbagai rumah sakit karena mempunyai

kelebihan yang tidak dimiliki oleh alat monitoring dosis radiasi personal lainnya. Kelebihan atau

keunggulan dari TLD adalah memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan alat

monitoring dosis radiasi personal lainnya, mudah dalam pengoperasian, lebih sensitif dan dapat

digunakan lagi setelah pembacaan (Akhadi, 2000).

Kepatuhan penggunaan Thermoluminescence dosimeter (TLD) dapat dipengaruhi oleh

motivasi. Menurut Slamet (2007), kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin

dan taat. Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan

adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik

kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu, maupun respon intrinsik yang menampakkan

perilaku manusia. Respon intrinsik ditopang oleh sumber energi yang disebut motif (Swanburg,

2002). Motif adalah sesuatu yang merupakan alasan mengapa seseorang memulai tindakan.

Motivasi adalah suatu set atau kumpulan perilaku yang memberi landasan bagi seseorang yang

bertindak dalam suatu cara yang diarahkan pada suatu tujuan spesifik tertentu (specific goal

directed). Memotivasi adalah menunjukan arah tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang

dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai tujuan (Soeroso, 2003).

Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga telah menggunakan

thermoluminescence dosimeter (TLD) bagi semua pekerja radiasi. Sesuai dengan Standar Prosedur

Operasional (SPO) di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga setiap

pekerja radiasi atau radiografer wajib menggunakan thermoluminenscence dosimeter (TLD) selama

bekerja di medan radiasi. Tetapi masih ada sebagian radiografer yang kurang patuh dalam hal

pemakaian thermoluminenscence dosimeter (TLD) saat bekerja.

Berdasarkan uraian di atas dan hasil observasi penulis di Instalasi Radiologi RSUD DR. R.

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul

”Analisis Motivasi Radiografer Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Monitoring Dosis Radiasi

Personal Thermoluminescence Dosimeter Di Instalasi Radiologi Dr. R Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey. Pengambilan data

dengan cara observasi dan survey yaitu memberikan kuesioner kepada radiografer. Populasi 8

orang radiografer. Sampel adalah total populasi yaitu 8 orang radiografer. Pengambilan data

(4)

1251

Purbalingga. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik

Kendall Tau.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuesioner dibagikan kepada responden dengan gambaran umum responden berdasarkan

jenis kelamin, umur, masa kerja dan pendidikan.

Analisis Univariat

1. Penilaian Responden Terhadap Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan Alat

Monitoring Dosis Radiasi Personal Thermoluminescence Dosimeter di Instalasi Radiologi

RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ditujukan pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Motivasi Radiografer

No

Tingkat

Motivasi

F

%

1

Moivasi Lemah

1

12,5 %

2

Motivasi Sedang

5

62,5 %

3

Motivasi Kuat

2

25 %

TOTAL

8

100 %

Tabel 1. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk kategori motivasi

sedang yaitu 62,5 % dan sisanya termasuk kategori motivasi kuat 25 % dan kategori

motivasi lemah 12,5 %.

2. Penilaian Kepatuhan Penggunaan Alat Monitoring Dosis Radiasi Personal

Thermoluminescence Dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga dengan melakukan obsevasi ditujukan pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Radiografer Dalam Penggunaan Alat Monitoring

Dosis Radiasi Personal Thermoluminescence Dosimeter

No

Kepatuhan Radiografer

f

%

1

Tidak Menggunakan TLD

6

75 %

2

Menggunakan TLD

2

25 %

Total

8

100 %

Tabel 2. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak patuh dalam penggunaan alat

monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter yaitu 75 % dan sisanya patuh

dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter yaitu 25

%.

(5)

1252

Hasil Analisa Uji Hubungan Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan Alat

Monitoring Dosis Radiasi Personal Thermoluminescence Dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD

Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ditujukan pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisa Uji Hubungan Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan

Alat Monitoring Dosis Radiasi Personal

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sub variabel motivasi radiografer dengan kepatuhan

penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal diperoleh hasil p-value motivasi intrinsik

sebesar 0,021. Karena p-value<0,05 (dengan derajat kesalahan 0,05), maka Ho ditolak dan Ha

diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi radiografer dengan kepatuhan

penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter di Instalasi

Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Nilai koefisien korelasi ( r ) yang

terjadi sebesar 0,840 yang menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat, artinya

semakin baik motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik radiografer maka akan semakin tinggi pula

kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter di

Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Menurut Slamet (2007), kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan

taat. Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan

adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Kepatuhan penggunaan thermoluminescence

dosimeter (TLD) dapat dipengaruhi oleh motivasi. Dari analisis data dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden termasuk kategori tingkat motivasi sedang yaitu 62,5 % tidak

menggunakan TLD dan sisanya termasuk kategori tingkat motivasi lemah yaitu 12,5 % tidak

menggunakan TLD, sedangkan responden yang termasuk kategori tingkat motivasi kuat yaitu 25 %

menggunakan TLD.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi radiografer tersebut ada hubungannya dengan

kepatuhan radiografer dalam menggunakan ataupun tidak menggunakan thermoluminescence

dosimeter (TLD). Karena ada hubungan dengan kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis

radiasi personal thermoluminescence dosimeter maka faktor motivasi radiografer merupakan faktor

yang mempengaruhi kepatuhan dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal

thermoluminescence dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata

(6)

1253

Setelah dilakukan analisis uji hubungan didapatkan hasil ada hubungan antara

variabel-variabel yang diuji dengan nilai p-value motivasi radiografer sebesar 0,021, artinya

p-value<0,05(Ho ditolak dan Ha diterima) maka dapat disimpulkan bahwa kepatuhan penggunaan

alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter dipengaruhi oleh faktor

motivasi radiografer.

Nilai koefisien korelasi ( r ) yang terjadi sebesar 0,840 menunjukkan adanya hubungan

positif yang sangat kuat, artinya semakin baik motivasi radiografer maka akan semakin tinggi pula

kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter di

Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kurangnya motivasi

radiografer yaitu pengetahuan, penghargaan dan hukuman, serta fasilitas.

Metode peningkatan motivasi menurut Notoatmodjo (2010) yaitu model sumber daya

manusia. Model ini mengatakan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

motivasi, disamping uang, barang, atau kepuasan tetapi juga kebutuhan akan pengetahuan dan

keberhasilan. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

Pengetahuan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Menurut model ini

setiap manusia cenderung untuk mencapai kepuasan dari prestasi yang dicapai, dan prestasi yang

baik tersebut merupakan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat. Motivasi akan

meningkat jika kepada mereka diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membuktikan

kemampuannya dalam memelihara kesehatan. Memberikan “reward” atau penghargaan dan

“punishment” atau hukuman oleh pimpinan masyarakat atau organisasi kepada anggota masyarakat bawahan juga dapat dipandang sebagai upaya peningkatan motivasi berperilaku. Sehingga untuk

meningkatkan motivasi radiografer dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal

thermoluminescence dosimeter dengan memberikan penyegaran materi (pengetahuan) tentang

pentingnya penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal oleh responden yang tingkat

motivasinya kuat serta dengan pemberian “reward” atau penghargaan dan “punishment” atau

hukuman bagi radiografer yang patuh dan yang tidak patuh dalam penggunaan alat monitoring

dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter dan instansi menyediakan kartu dosis bagi

setiap radiografer di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga agar

dosis radiasi yang diterima dapat terkontrol dan terdokumentasi setiap periodiknya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Ada hubungan antara Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan Alat

(7)

1254

Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, dengan nilai p-value motivasi radiografer sebesar

0,021, artinya p-value<0,05(Ho ditolak dan Ha diterima) maka dapat disimpulkan bahwa kepatuhan

penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter dipengaruhi oleh

faktor motivasi radiografer. Nilai koefisien korelasi ( r ) yang terjadi pada motivasi radiografer

sebesar 0,840 yang menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat, artinya semakin baik

motivasi radiografer maka akan semakin tinggi pula kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis

radiasi personal thermoluminescence dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga.

Saran untuk meningkatkan motivasi sebaiknya diberikan penyegaran materi (pengetahuan)

tentang pentingnya penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal oleh responden yang tingkat

motivasinya kuat serta dengan pemberian “reward” atau penghargaan dan “punishment” atau

hukuman bagi radiografer yang patuh dan yang tidak patuh dalam penggunaan alat monitoring

dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga dan instansi sebaiknya menyediakan kartu dosis bagi setiap radiografer

di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga agar dosis radiasi yang

diterima dapat terkontrol dan terdokumentasi setiap periodiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Afriliana. 2011. Kebijakan Penggunaan Film Badge di Instalasi Radiologi RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang.

Akhadi, Mukhlas. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Hasibuan, M. 2003. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara.

Hidayat, A. A. 2009. MetodePenelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika.

Kartikasari, Rahmi. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Radiografer Dalam Memakai Film Badge Di Instalasi Radiodiagnostik RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto. Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes

Semarang.

Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 02-P/Ka-BAPETEN/1-03 Tentang Sistem Pelayanan Pemantauan Dosis Eksterna Perorangan. Diakses pada tanggal 7 Februari 2017 http://www.bapeten.go.id.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375 Tentang Standar Profesi

Radiografer. Diakses pada tanggal 10 Februari 2017.

(8)

1255

Kusumaningsih, Wahyu. 2012. Analisa Faktor Penggunaan Film Badge di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Banyumas. Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang.

Laksmiarti, Turniani. 2002. Alat Pemantau Perorangan Pada Tenaga Kerja Radiasi Di Bidang Kesehatan. Diakses pada tanggal 14 Januari 2017. http://ejournal.litbang.depkes.go.id.

Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 tahun 2011 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sina r-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional. Diakses pada tanggal 7 Februari 2017 .http://www.bapeten.go.id.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 tahun 2013 Tentang Proteksi Keselamatan Radiasi. Diakses pada tanggal 7 Februari 2017 http://www.bapeten.go.id.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keselamatan Sumber Radioaktif. Diakses pada tanggal 5 Februari 2017. http://prokum.esdm.go. id/pp332007.pdf.

Rasad, Sjahriar. 2009. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Slamet, Juli Soemirat. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Soeroso, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit (Suatu Pendekatan Sistem). Jakarta : Penerbit Buku EGC, Edisi 1.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Swanburg, R. C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Terjemahan. Jakarta : EGC.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Radiografer Dalam Penggunaan Alat Monitoring

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan nilai rata-rata yang lebih tinggi pada kelompok intervensi, serta perbedaan pengetahuan gizi yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukkan

didapatkan peniliti bahwa pada ruang dosen STMIK AKBA pernah kehilangan barang berupa laptop yang disimpan pada ruang dosen tersebut, dengan alasan tersebut maka

Mantan Walikota Jakarta Utara ini menyampaikan, jumlah tenaga kerja kontrak yang akan direkrut di masing- masing kelurahan bervariasi antara 40-70 orang, tergantung dari luasan

Agar penyimak dapat melakukan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan, dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga agar pikiran tidak terpecah, (b) perasaan

menyebabkan efek rumah kaca, sebagai penyebab terjadinya pemanasan global (Global Warming). Saat ini terdapat kurang lebih 450 TPA di kota besar dengan sistem

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ullman (2012: 287) yang menyatakan bahwa proses perubahan ameliorasi dimulai secara perlahan-lahan, suatu kata yang tidak

Hal ini dipertegas pada hasil analisis regresi logistik yang menunjukkan bahwa dari berbagai asupan zat gizi, asupan lemak merupakan variabel yang paling berpengaruh

Sementara itu, dari aspek penglibatan penduduk setempat, didapati pihak TSSB bertindak dengan lebih baik berbanding JPNS dan MPS. Ia dapat dilihat di mana seramai tujuh