• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONVERSI LAHAN DAN NILAI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KONVERSI LAHAN DAN NILAI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONVERSI LAHAN DAN NILAI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI

KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sarjan Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh

RAHMI FAUJIYAH 0900883

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)
(3)

ii

THE EFFECT OF LAND CONVERSION AND LAND VALUE TO THE LIVELIHOOD POPULATION IN SUB

JATINAGGOR DISTRICT SUMEDANG BY:

Rahmi Faujiyah (0900883)

The total population is increasing every year as the demand for home stay, it couse change of use of agricultural land into residential. Especially in suburban areas, such conditions occur in the district Jatinangor Sumedang District. This encourages the writer to research the relationship phenomenon associated with land conversion, land value changes, and changes of livelihoods.The problems of this research is to analyze the conversion of land in District Jatinangor Sumedang District, Analyzing the development value of land in the District Jatinangor Sumedang District, and knowing land conversion to changes in the livelihoods structure in Sub Jatinangor Sumedang District.

This research is a descriptive survey method. Technique data collecting by observations, interviews, literature studies and documentation. The population is the entire population who had land conversion both local population or new comer. And the sample used is the area of land converted adjust proportionally.

The results show that has been a diversion of agricultural land into residential since 2002 to 2012 in the District Jatinangor. This change can be seen from the limited land available for agriculture. The price of land in the village university, even though Cilayung Cileles village have a natural atmosphere this place is far enough to highway. From the research results in the Jatinangor District, this land have conversion affects the livelihood structure due to changes in land use, especially to the population who live near the university area, because the land already functioned to residential.

(4)

ii

Oleh: Rahmi Faujiyah (0900883)

Jumlah penduduk setiap tahun semakin bertambah seiring kebutuhan lahan untuk tempat tinggal, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi pemukiman. Terutama di wilayah pinggiran kota, kondisi demikian terjadi di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Hal tersebut mendorong penulis untuk mengkaji fenomena tersebut yang hubungannya berkaitan dengan konversi lahan, perubahan nilai lahan, dan perubahan struktur mata pencaharian di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Menganalisis konversi lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, Menganalisis perkembangan nilai lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, Mengetahui konversi lahan terhadap perubahan struktur mata pencaharian di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode penelitian survei. Teknik pengumpulan data dengan observasi lapangan, wawancara, studi literatur dan studi dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah penduduk yang mengalami konversi lahan baik penduduk asli maupun pendatang. Dan sampel yang digunakan adalah dengan menyesuaikan luas lahan yang terkonversi secara proporsional.

Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian dari tahun 2002 sampai dengan 2012 di Kecamatan jatinangor. Pola penggunaan lahan berubah menjadi pemukiman, perubahan ini terlihat dari semakin sempitnya lahan yang ada untuk dijadikan pertanian. harga lahan di Kecamatan Jatinangor di Desa Cilayung dan Cileles pada tahun 2002 sebesar Rp 75.000-80.000/m2 dan pada tahun 2012 menjadi Rp 250.000-350.000/m2, sedangkan pada desa Hegarmanah dan sayang harga lahan tahun 2002 sebesar Rp 350.000-450.000/m2, pada tahun 2012 sebesar Rp 1.500.000 -1.750.000/m2. peningkatan yang lebih besar karena perbedaan karekteristik wilayah Desa Hegarmanah dan sayang berada dekat perguruan tinggi dengan aksesibilitas yang mudah di jangkau, sebaliknya di Desa Cilayung dan Cileles di kedua desa ini masih bersipat alami dan jarak ke jalan raya cukup jauh. dari hasil penelitian di lapangan daerah Kecamatan Jatinangor memang mengalami konversi lahan yang mempengaruhi struktur mata pencaharian penduduk akibat adanya perubahan penggunaan lahan, terutama penduduk yang bertempat tinggal di dekat kawasan Perguruan Tinggi karena lahan yang dimiliki sudah dialih fungsikan menjadi pemukiman.

(5)
(6)

v DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR PETA ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Pengertian Lahan ... 10

B. Penggunaan Lahan ... 12

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Penggunaan Lahan ... 13

1. Faktor Fisik ... 13

2. Faktor Sosial ... 15

D. Konversi Lahan ... 16

1. Faktor Alamiah... 19

(7)

vi

E. Dampak dari dan Perubahan Penggunaan Lahan ... 21

F. Perubahan Alih Fungsi Lahan ... 23

1. Luas Kepemilikan Lahan ... 23

2. Lokasi (Letak) ... 24

G. Nilai Lahan ... 24

H. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk ... 27

1. Mata Pencaharian ... 27

5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Penelitian ... 42

6. Definisi Operasional... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47

1. Kondisi Fisik ... 47

a. Lokasi ... 47

b. Iklim ... 48

(8)

vii

d. Tanah ... 57

2. Kondisi Sosial ... 58

a. Jumlah Kepadatan dan Pertambahan Penduduk ... 58

b. Kondisi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 61

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 65

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67

B. Hasil dan Pembahasan... 69

1. Identitas Responden ... 69

a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

b. Responden Berdasarkan Usia ... 70

c. Responden Berdasarkan Mata Pencaharian ... 71

d. Responden Berdasarkan Pendapatan... 72

2. Bentuk Perubahan Penggunaan lahan ... 74

a. Bentuk Penggunaan Lahan tahun 2002 ... 74

b. Bentuk Penggunaan Lahan Tahun 2012 ... 76

c. Perubahan Bentuk Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Pemukiman Tahun 2002 Sampai 2012 ... 80

3. Nilai Lahan ... 83

a. Harga Lahan ... 83

4. Mata Pencaharian ... 87

a. Mata Pencaharian Pokok ... 87

b. Mata Pencaharian Sampingan ... 89

c. Pendapatan Utama ... 90

d. Pendapatan Sampingan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Rekomendasi ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(9)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan

untuk pemukiman beserta sarananya juga untuk menopang kelangsungan hidup

manusia, terutama bagi yang bermata pencaharian sebagai petani. Perkembangan

jumlah penduduk yang semakin meningkat serta pemusatan tempat tinggal manusia

tentu saja mempengaruhi kebutuhan lahan yang pasti akan meningkat pula,

sedangakan keterbatasan lahan yang tidak bertambah maupun berkurang

menimbulkan ketimpangan antara luas lahan dengan kebutuhan lahan yang sangat

beragam. .

Pertumbuhan Penduduk Indonesia tergolong tinggi setiap tahun mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Meningkatnya jumlah penduduk akan

mempengaruhi tingakat kebutuhan akan papan sehingga dengan bertambahnya

jumlah penduduk maka akan mempengaruhi tingkat kebutuhan lahan untuk di

jadikan tempat tinggal sehingga lahan pertanian di alih fungsikan menjadi

pemukiman.

Bagi masyarakat petani lahan sangat berperan dalam kelangsungan

hidupnya, sekaligus sebagai modal utama kehidupannya, menurut N. Ddaldjoeni

(1998 : 231) bahwa bagi masyarakat petani, lahan sawah mempunyai peran yang

sangat penting bagi kelangsungan hidupnya, sekaligus sebagai modal utama untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan penduduk tidak hanya berhenti

(10)

harus dipenuhi seperti kebutuhan akan bangunan, perindustrian dan sebagainya.

Ini disebabkan oleh banyaknya lahan yang dialih fungsikan dari pertanian

ke non-pertanian, akan tetapi perubahan lahan itu juga dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri yang kian lama makin meningkat, salah

satu kebutuhannya itu adalah tempat tinggal, selain itu juga ada kebutuhan manusia

lainnya diantaranya yaitu: bangunan, perindustrian, jalan dan sebagainya. Seperti

yang dikemukakan oleh sumaatmadja (1980:87) bahwa:

“Pertumbuhan dan pertambahan penduduk akan mendorong pertumbuhan akan kebutuhannya, kebutuhan tersebut antara lain kebutuhan perumahan

dan tempat kegiatan ekonomi seperti pabrik, pertokoan, pasar, dan lain-lain

dengan cara menggeser lahan pertanian, terutama dari lahan pertanian ke

non pertanian”.

Dengan adanya konversi lahan maka akan mengakibatkan perubahan harga

lahan secara signifikan, sehingga nilai ekonomisnya pun semakin meningkat.

Meningkatnya harga lahan di Kecamatan Jatinangor saat ini membuat masyarakat

di daerah tersebut banyak yang menjual lahannya karena penduduk merasa

diuntungkan secara finansial dengan harga lahan yang tinggi. Sebenarnya

keuntungan yang di peroleh tersebut merupakan keuntungan jangka pendek saja,

karena alih fungsi lahan yang tidak terkendali akan mempengaruhi kualitas maupun

kuantitas unsur-unsur lingkungan sehingga menjadi tercemar, berkurangnya air

tanah, besarnya air limpasan permukaan yang menyebabkan banjir dan kekeringan

pada musim kemarau berubahnya suhu dan lain-lain.

Fenomena ini terjadi di banyak wilayah pinggiran kota termasuk di

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang semula lahan pertanian dialih

(11)

Jatinangor adalah sebuah kawasan di sebelah timur Kota Bandung, merupakan satu

dari 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat,

Indonesia. Sebelumnya bernama Kecamatan Cikeruh namun sejak tahun 2000

berganti nama menjadi Kecamatan Jatinangor dengan alasan nama tersebut terasa

lebih familiar dan lebih popular dikenal khalayak rama. Wilayah Jatinangor

memiliki luas ± 26,20 Km2 dengan karakteristik wilayah perkotaan hampir 80%

dari keseluruhan 12 Desa, meliputi 4 Desa kawasan agraris (Cileles, Cilayung,

Jatiroke, Jatimukti), 4 Desa kawasan pendidikan (Hegarmanah, Cikeruh, Sayang,

Cibeusi) dan 4 Desa kawasan industri (Cisempur, Cintamulya, Cipacing,

Mekargalih).

Saat ini Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan Pendidikan di Jawa

Barat sejak tahun 1987 yang ditetapkan oleh gubernur jawa barat nomor

593/3590/1987. Usulan Jatianangor dijadikan kawasan pendidikan karena jumlah

Perguruan Tinggi yang ada di Bandung Sudah padat sehingga dialokasikan ke

jatinangor yang dilakukan bertahap mulai tahun 1992. Pencitraan ini merupakan

dampak langsung pembangunan kampus beberapa institusi perguruan tinggi di

kecamatan ini. Perguruan tinggi yang saat ini memiliki kampus di Jatinangor

yaitu :

a. Universitas Padjadjaran (UNPAD) di Desa Hegarmanah dan Desa Cikeruh.

b. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Desa Cibeusi sebelumnya

bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).

c. Institus Koperasi Indonesia (IKOPIN) di Desa Cibeusi

(12)

e. Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Al-Ma'soem di

Desa Cipacing

Sedangkan perusaah/industri skala besar, yaitu :

a. Kahatex Industri (terletak di Desa Cintamulya dan Cisempur)

b. Polypin Canggih (terletak di Desa Cipacing)

c. Insan Sandang (terletak di Desa Mekargalih)

d. Wiska (terletak di Desa Cipacing)

Seiring dengan hadirnya bangunan kampus dan pabrik tersebut, Jatinangor

juga mengalami perkembangan fisik yang pesat. Sebagaimana halnya yang

menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor

yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun tempat

perbelanjaan. Salah satu yang terkenal saat ini yaitu pusat perbelanjaan Jatinangor

Town Squar.

Pertumbuhan penduduk alami cukup tinggi, begitupun dengan penduduk

pendatang menjadi pemicu utamanya yang berasal dari luar kota. Jumlah penduduk

(13)

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang

No Tahun Jumlah penduduk

1 2001 96.321

2 2002 96.525

3 2005 96.972

4 2007 97.468

5 2008 99.382

6 2009 101.140

7 2010 107.695

8 2011 112.732

Sumber: Angka Sensus Penduduk Tahun 2007-2012

Berdasarkan data kependudukan di atas menunjukan bahwa setiap tahunnya

jumlah penduduk Kecamatan Jatinangor mengalami peningkatan. Tahun 2001

jumlah penduduk di Kecamatan Jatinangor 96.321 tetapi dalam kurun waktu 10

tahun jumlah penduduk Jatinangor bertambah menjadi 112.732. pertambahan

penduduk selama 10 tahun di Kecamatan Jatinangor sebanyak 16.411 jiwa, apabila

di rata-ratakan Kecamatan Jatinangor memiliki pertumbuhan penduduk mencapai

1,641,2 jiwa pertahunnya.

Faktor tersebut memicu terjadinya konversi lahan dari pemanfaatan lahan

tidak terbangun (tegalan dan tanah kering) menjadi lahan terbangun (yang

didominasi oleh perumahan, perguruan tinggi, dan industri) Lahan-lahan yang

awalnya lahan pertanian berubah fungsinya menjadi non pertanian. Adapun

komposisi penggunaan lahan di Kecamatan jatinangor Kabupaten Sumedang

(14)

Tabel 1.2

Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Pada Tahun 2012

Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Ha Luas pekarangan/pemukiman 1.122

Hutan negara 130

Hutan rakyat 273

Tegalan/kebun 563

kolam 14

Total Luas 2.102

Sumber: Monografi Kecamatan Jatinangor 2012

Di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang luas lahan pekarangan atau

pemukiman lebih luas dibandingkan lahan pertanian. Perkembangan pembangunan

pemukiaman mengakibatkan perubahan harga lahan secara signifikan, sehingga

nilai ekonomisnya semakin meningkat. Akibat pergeseran lahan dari lahan

pertanian ke non-pertanian mengakibatkan menyempitnya lapangan pekerjaan di

bidang pertanian namun kondisi ini memberi peluang tersedianya lapangan kerja di

bidang non pertanian terutama sektor industri, jasa dan perdagangan.

Dengan perkembangan Kecamatan Jatinangor yang pesat menjadikan

banyak pendatang dari luar Kecamatan Jatianangor yang datang untuk bekerja

ataupun melanjutkan sekolahnya. Sehingga memeberikan peluang kepada

penduduk sekitar atau pendatang untuk membuka lapangan pekerjaan. Oleh karena

itu menarik saya untuk mengakaji permasalahan tersebut berkenaan adanya

(15)

tinggi dan industri terhadap harga lahan serta struktur mata pencaharian penduduk.

B. Rumusan Masalah

Sebagai daerah yang letaknya berabatasan langsung dengan Kota Bandung

dan merupakan salah satu kawasan pendidikan yang berada di Jawa Barat, maka

Kecamatan Jatinangor mengalami perubahan penggunaan lahan yang cukup

signifikan dari lahan pertanian ke non-pertanian maka munculah permasalahan

penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perkembangan nilai lahan di Kecamatan Jatinangor

Kabupaten Sumedang ?

2. Bagaimanakah dampak konversi lahan terhadap struktur mata

pencaharian di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah:

1. Menganalisis perkembangan nilai lahan di Kecamatan Jatinangor

Kabupaten Sumedang.

2. Mengetahui konversi lahan terhadap perubahan struktur mata

(16)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumber data bagi pemerintah setempat berkenaan konversi

lahan yang telah terjadi di daerah penelitian.

2. Salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

kebijakan tata ruang di Kabupaten Sumedang khususnya di daerah

penelitian.

3. Dapat dijadikan bahan acuan atau pedoman bagi peneliti selanjutnya

dalam hal perubahan konversi lahan dan nilai lahan terhadap struktur

mata pencaharian.

4. Memberikan pengalaman, pendalaman dan pengayaan keilmuan bidang

geografi bagi penulis khususnya dan umumnya bagi siapa saja yang

mengkaji permasalahan ini.

5. Membantu dalam pembelajaran geografi di sekolah, sehingga siswa bisa

lebih memahami mengenai salah satu fenomena geografis, khususnya

(17)

E. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I Pendahuluan

Menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian.

BAB II Kajian Teori

Menguraikan berbagai kajian teori yang terkait dengan permasalahan yang

diambil, meliputi penomena yang terjadi di daerah penelitin.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan

kegiatan ataupun proses yang ditempuh dalam penelitian.

Sehubungan dengan hal tersebut bab ini meliputi beberapa

penjelasan mengenai lokasi penelitian, pengumpulan data, metode

penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data dan

analisis data.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas pengolahan atau analisis data untuk

menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian,

pernyataan penelitian, tujuan penelitian dan pembahasan atau

analisis temuan.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Sumaatmadja yang dikutip dari The Liang Gie (100-101) “suatu

konsepsi kearah penerbuatan bidang filsafat” secara luas mengemukakan

pengertian metodelogi sebagai berikut:

Metodelogi diartikan sebagai ilmu tentang metode, studi tentang metode, khususnya metode ilmiah, yaitu cara-cara yang dipakai untuk mengejar suatu bidang ilmu. Metodelogi diartikan pula sebagai studi mengenai asas-asas dari penyelidikan, seringkali melibatkan masalah-masalah tentang logika, penggolongan dan asumsi-asumsi dasar. Selanjutnya juga diartikan sebagai analisa dan pengaturan secara sistematis mengenai asas-asas dan proses-proses rasioanal dan eksperimental yang harus membimbing suatu penyelidikan ilmiah, atau yang menyusun struktur dari ilmu-ilmu khusus secara lebih khusus.

Sedangkan menurut Arikunto (1988: 46) metode penelitian ini adalah cara

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, data yang

dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Metode yang digunakan dalam

peneliti ini adalah melalui pendekatan deskriptif

Penelitian deskriftif adalah penelitian yang mengungkapkan suatu masalah,

gejala, peristiwa-peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Menurut

Sudjana (1994: 34), metode deskriftif adalah suatu metode yang menggambarkan

suatu gejala, peristiwa-peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekrang. Metode

ini apabila akan mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa kejadian yang ada

dalam masyarakat.

Adapun jenis penelitian secra deskriptif yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode survei. Menurut Tika (2005: 6) “ yang dimaksud metode survei

adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data

yang berupa variable, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan”. Data di

kumpelkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat

menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti. Metode survei dipilih karena

(19)

memiliki beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Tika (2005: 7)

berikut:

Keuntungan survei adalah sebagai berikut:

1) Dilibatkan oleh banyak orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

2) Dapat menggunakan berbagai teknikpengumpulan data.

3) Sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui. 4) Dapat dibenarkan atau mewakili teori tertentu.

5) Biaya lebih rendah karena waktunya lebih singkat.

Pelaksanaan metode survei biasanya, menggunakan beberapa instrument

baik untuk meneliti aspek fisik maupun aspek sosial dalam penelitian. Untuk

penelitian sosial kemasyarakatan, survei biasanya menggunakan teknik wawancara,

kuisioner, atau angket. Sedangkan untuk penelitian fisik menggunakanobservasi

langsung melalui suatu sampel.

Metode penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan dan mengkaji

masalah yang berhubungan dengan pengaruh perubahan penggunaan lahan

terhadap nilai lahan di daerah penelitian.

B. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2002: 96) yang dimaksud variabel penelitian adalah

objek penelitian atau apa yang menjadi titik penelitian suatu penelitian. Variabel

menunjukan arti yang dapat membedakan antara sesuatu dengan yang lainnya. Ada

dua ciri variabel yaitu, variabel dapat membedakan suatu benda dengan benda

lainnya dan variabel harus dapat diukur.

Menurut suharsini (1998: 46) metode penelitian adalah cara yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, data yang dikumpulkan

berupa data primer dan data sekunder.

Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas dan

(20)

Variabel Penelitian

Varaiabel Bebas Variabel Terikat

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sumaatmadja (1988: 52) mengatakan bahwa populasi adalah

seluruh gejala, individu, kasus dan masalah yang diteliti yang ada didaerah

penelitian, menjadi objek penelitian geografi. Populasi bukan hanya sekedar

jumlah yang ada pada objek tertentu, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik atau

sifat yang dimiliki oleh objek tersebut. Adapun yang menjadi populasi dalam

penelitian ini terdiri dari populasi wilayah dan populasi penduduk. Populasi

wilayah dalam penelitian ini adalah semua wilayah yang terdapat di daerah

penelitian yaitu di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang mengalami

konversi penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi bangunan maupun yang

tidak.

Sedangkan yang termasuk populasi penduduk adalah seluruh semua

penduduk yang mengalami konversi lahan baik penduduk asli maupun penduduk

(21)

2. Sampel

Menurut Tika (2005: 24) “sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi”. Sedangkan menurut Sopiah

(2010: 186) “ sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi”.

Sampel dalam penelitian ini yaitu wilayah dan subjek penelitian yang

mengalami konversi lahan disesuaikan dengan luas lahan yang mengalami konversi

di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Berdasarkan hasil observasi Desa

yang mengalami konversi besar adalah Desa Hegarmanah, Desa Sayang, Desa

Cibeusi, Desa Cikeruh dan Desa Cipacing. Desa yang mengalami konversi sedang

adalah Desa Jatiroke, Desa Cisempur, Desa Jatimukti, Desa Cintamulya dan Desa

Mekargalih. Desa yang terkonversi sedikit adalah Desa Cilayung dan Desa Cileles.

Sehingga sampel penduduknya proporsional. Selanjutnya penetuan sampel

penduduk sebagai berikut.

Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan rumus Dixon dan B.Leach dalam Tika (2005:25).

Menentukan persentase karakteristik

x 100%

x 100%

%

Menentukan variabilitas

√ √

Menentukan jumlah sampel

[ ] 2

(22)

65 Keterangan :

n = Jumlah sampel

Z = Convidence level atau tingkat kepercayaan 95% besarnya 1,96.

V = Variabititas, diperoleh dari hasil sebelumnya.

c = Conviden limit atau batas kepercayaan, besarnya 10.

Menentukan jumlah sampel yang dikoreksi

[ ]

[ ]

. Keterangan:

N’ = Jumlah sampel yang telah dikoreksi.

n = Jumlah sampel yang dihitung dalam rumus sebelumnya

N = Jumlah KK

Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel sebanyak 65 sampel

responden. Pada sampel ini akan disebarkan secara proporsional berdasarkan

jumlah kepala keluarga di lokasi penelitian menjadi sampel penelitian. Dengan

rumus Soepono dalam Latipah (2009:38) teknik ini digunakan karena kepala

keluarga di desa lokasi penelitian sampelnya tidak sama. Adapun perhitungan yang

digunakan yaitu:

� �� � �

N : Jumlah sampel KK tiap Desa

(23)

P : Jumlah populasi KK keseluruhan Desa sampel

N : Jumlah seluruh Sampel

Jumlah sampel penduduk tiap desa wilayah sampel adalah

(24)

Desa Jatiroke � �1� �

� � = 4

Desa Cileles � �1� �

3 � � = 9

Desa Cilayung � �1� �

3 � � = 4

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Lapangan

Menurut Suma’atmadja (1981:105) mengemukakan bahwa “Observasi

lapangan pada dasarnya pengetahuan Geografi merupakan pengetahuan hasil

pengumpulan data, fakta dan kenyataan dilapangan”. Observasi ini memiliki ciri

yang cukup spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara

dan kuisioner. Pada dasarnya wawancara dan kuesioner hanya terikat dengan orang

yang bersangkutan, sedangkan observasi tidak sebatas pada orang, tetapi pada

objek-objek alam lainnya.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam. Dalam penelitian ini

observasi digunakan untuk melihat penomena konservasi dan nilai lahan terhadap

struktur mata pencaharian di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.

Adapun teknik observasi pada lapangan ini dengan menggunakan dua objek

penelitian diantaranya objek fisik (kondisi alam) dan objek sosial (kondisi struktur

(25)

bahwa Observasi yang kita lakukan di lapangan pada umumnya dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu observasi terkontrol (controlled observatio) dan

observasi tidak terkontrol (uncontrolled observation).

Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi terkontrol yaitu

penelitian melihat secara langsung melihat fenomena yang berada di Kecamatan

Jatinangor Kabupaten Sumedang baik objel fisik (kondisi alam) maupun objek

sosial (struktur mata pencaharian) adapun beberapa yang ingin diketahui dari hasil

wawancara

antara lain:

a. Mengidentifikasi kondisi fisik daerah penelitian.

b. Mengidentifikasi luas lahan yang mengalami konservasi

c. Mengidentifikasi struktur mata pencaharian setelah terjadinya konservasi.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi dengan cara bertanya

langsung kepada responden menggunakan pedoman wawancara/daftar

pertanyaan yang diberikan kepada responden. Teknik wawancara ini

dilakukan dengan cara peneliti datang langsung ke lapangan, kemudian

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat pada pedoman

wawancara kepada penduduk yang dijadikan responden, sehingga

menghasilkan data yang dibutuhkan seperti untuk mengetahui perkembangan

nilai lahan dan perubahan struktur mata pencaharian di daerah penelitian

sebelum dan sesudah terjadi konversi lahan yang terjadi pada tahun 2002

(26)

Studi literatur digunakan untuk mencari data sekunder yang mendukung

permasalahan penelitian melalui buku-buku dari suatu lembaga maupun dari

sumber lain. Data yang dibutuhkan seperti buku-buku yang berhubungan dengan

alih fungsi laha dan nilai lahan yang bersifat melengkapi.

4. Studi Dokumentasi

Untuk melengkapi data dalam rangka analisa masalah yang diteliti,

diperluka informasi-informasi dan dan dokumen yang berhubungan dengan objek

yang dipelajari. Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yaitu

dengan mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa transkif,

catatan-catatan, buku-buku, majalah dan sebagainya. Membaca, memilih,

menggunakan dan mempelajari sumber-sumber dokumentasi, memerlukan

keterampilan khusus, peneliti tidak perlu menggunakan seluruh dokumen yang ada

dengan keterampilan khusus, peneliti dapat memotret fenomena-fenomena yang

membuktikan bahwa telah terjadi alih fungsi lahan di Kecamatan Jatinangor

Kabupaten Sumedang.

5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Penelitian 1. Teknik pengolahan data

Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi langkah yang akan dilakukan

peneliti dalam pengolahan data hasil penelitian secara sistematis adalah sebgai

berikut:

a. Tahap persiapan atau mengkoleksi data, langkah ini dimaksudkan untuk

mengetahui kelengkapan data yang terkumpul melalui instrument

(27)

b. Editing Data

Editing data adalah pengecekan data-data yang telah dikumpulkan agar

data yang akan diolah lebih lanjut adalah data-data yng baik dan relevan

dengan tujuan penelitian.

c. Coding dan Frekuensi

Coding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban dari para responden

menurut macamnya. Dalam melakukan coding, jawaban responden

diklasifikasikan dengan memberikan kode tertentu berupa angka.

Setelah coding dilaksanakan, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan

adalah menghitung frekuensi.

d. Tabulasi Data

Tabulasi data adalah terkumpul kemudian ditabulasi dengan

menguraikan, yang selanjutnya mengelompokan dari tiap-tiap butir

seluruh pertanyaan yang ada pada angket isian dan pedoman wawancara

responden. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan kode dari

tiap-tiap itam instrument pengumpulan data yang selanjutnya

dimasukan kedalam bentuk data

Penelitian ini dilakukan dengan sejumlah sampel yang mewakili populasi

tertentu. Sehinggga hasilnya berupa deskriptif. Sebagaimana yang telah

diungkapkan Sumaatmadja (1988: 35) bahwa analisa data merupakan pengelohan

dan interprestasi data-data untuk menguji kebenaran hipotesa dan untuk

kesimpulan hasil penelitian.

Untuk menganalisis data-data yang terkumpul yang kemudian telah diolah,

(28)

bersifat kualitatif

b. Analisa kuantitatif, mengolah dan menginterprestasikan data yang

berbentuk angka dan dengan perhitungan yang bersifat matematik,

dikenal juga sebagai metode analisa statistik. Pada penelitian ini

digunakan teknik presentasi dan analisis korelasi dengan metode

product moment.

Prosentase

� � %

Keterangan

p : nilai prosentase

n : jumlah data keseluruhan

f : frekuensi munculnya data

untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan maka,

digunakan parameter seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (1996: 57),

dimana:

0% ditafsirkan tidak ada

1-245 sebagian kecil

25-49% hampir setengahnya

50% setengahnya

52-74% sebagian besar

75-99% hampir seluruhnya

(29)

A. Definisi Operasional

Di dalam penelitian penulis mengambil judul yaitu “ Pengaruh Konversi

Lahan dan Nilai Lahan Terhadap Perubahan Mata Pencaharian Penduduk di

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang”. Supaya lebih jelas uraian

mengenai konsep-konsep yang ada di dalam judul akan di jelaskan sebagai

berikut:

1. Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagai atau seluruh kawasan

dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang

membawa dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan

itu sendiri. Perubahan (konversi) fungsi lahan Menurut Sumaatmadja

(1997:56) pergeseran fungsi tata guna lahan tanpa memperahatikan kondisi

geografis yang meliputi segala faktor fisik dengan daya dukungnya dalam

jangka panjang akan membawa dampak negatif terhadap lahan dan

lingkungan bersangkutan yang akhirnya pada kegiatan manusia itu sendiri.

Hal ini terjadi akibat dari terbatasnya luas lahan sehingga menyebabkan

berkurangnya luas lahan. Perubahan fungsi lahan juga dapat diartikan

sebagai berubahnya fungsi sebagian/seluruhnya kawasan lahan dari

fungsinya semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain. Alih

fungsi lahan yang dimaksud disini adalah perubahan alih fungsi lahan

pertanian menjadi fungsi lain yaitu didirikannya pemukiman dan bangunan

seperti kosan, apartemen dan sarana umum di Kecamatan Jatinangor

Kabupaten Sumedang.

2. Harga Lahan

Menurut Darin Drabkin dalam Yunus (2006:89), mengatakan bahwa: “nilai

(30)

produktivitas dan strategi ekonominya. Harga lahan adalah penilaian lahan

atas lahan yang di ukur berdasarkan harga nominal dalam suatu uang untuk

satuan luas pada pasaran lahan”. Perubahan nilai lahan yang dimaksud

disini adalah meningkatnya nilai lahan yang disebabkan oleh adanya

konversi lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.

3. Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah sumber penghasilan atau pendapatan seseorang.

Menurut kamus bahasa Indonesia dapat diartikan mata pencaharian atau

pencaharian utama yang dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Yang dimaksud mata pencaharaian disini adalah perubahan

struktur mata pencaharian penduduk sebelum dan sesudah adanya konversi

lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Bandung.

4. Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang merupakan daerah penelitian

yang merupakan salah satu kawasan pendidikan yang berada di Jawa Barat

yang secara administratif mencakup 12 desa meliputi 4 Desa kawasan

agraris (Cileles, Cilayung, Jatiroke, Jatimukti), 4 Desa kawasan pendidikan

(Hegarmanah, Cikeruh, Sayang, Cibeusi) dan 4 Desa kawasan industri

(31)

94 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa

kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Permintaan akan lahan setiap tahunnya semakin meningkat, hal tersebut

menjadi salah satu faktor yang menyebabkan harga lahan menjadi tinggi

dan terus meningkat. Peningkatan harga lahan terjadi pada tahun 2002

sampai sekarang dimana permintaan akan lahan untuk dijadikan bangunan

semakin meningkat pesat. Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan

bab 4 penggunaan akan lahan pada tahun 2002 luas penggunaan lahannya

adalah seluas 943 Ha sedangkan pada tahun 2012 luas penggunaan

lahannya adalah 1.122 Ha. Luas pertanian juga mengalami penyempitan

yaitu pada tahun 2002 luasnya adalah 640 Ha sedangkan pada tahun 2012

mengalami penurunan menjadi 563 Ha.

2. Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi bangunan yang terjadi di

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang pada periode tahun 2002

sampai dengan 2012 mengakibatkan meningkatnya harga lahan di

Kecamatan Jatinangor. Tapi dengan adanya karakteristik Desa yang berbeda

maka menyebabkan perbedaan harga lahan di setiap Desanya. Yaitu pada

tahun 2002 harga lahan di Desa Cilayung-Cileles adalah Rp Rp

75.000-80.000/m2 namun harga lahan di Desa Hegarmanah-Sayang adalah

(32)

Cilayung-Cileles adalah Rp 250.000-350.000/m2 dan di Desa

Hegarmanah-Sayang adalah Rp 1.500.000-1.750.000/m2. Dari sana dapat

diketahui bahwa lokasi sanagt menentukan harga lahan karena di Desa

Hegarmanah-Sayang karena aksesibilitas di sana lebih mudah dibanding di

Desa Cilayung-Cileles.

3. Dengan semakin menyempitnya lahan pertanian maka struktur mata

pencaharian penduduk pun ikut berubah dikarenakan lahan garapan

pertanian semakin menyempit sehingga para petani berpindah mata

pencaharian. Seperti yang telah kita ketahui Kecamatan Jatinangor

merupakan kawasan Pendidikan sehingga penduduk pun ada yang

mendapatkan keuntungan dari keberadaan kampus yang ada di sana seperti

rumah penduduk disewakan menjadi rumah kosan, atau menjadi pedagang.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Jatianangor

Kbupaten Sumedang, maka penulis memberikan rekomendasi yang kiranya

bermanfaat. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah setempat perlu mempertimbangkan rencana umum tata

ruang khususnya di daerah Kecamatan Jatinangor agar untuk memperbaiki

tata ruang wilayah dengan terencana.

2. Pemerintah daerah Kabupaten Sumedang meskipun dalam memberikan izin

(33)

namun perlu lebih konsisten lagi terhadap kebijakan rencana peruntukan

lahannya.

3. Meningkatnya harga lahan karena adanya peruabahn penggunaan lahan dari

pertanian menjadi bangunan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan

kesejahteraan penduduk asli di daerah penelitian yang mengalami

perubahan tersebut. Perlu adanya perhatian dari pemerintah kepeda

penduduk yang telah menjual lahannya tersebut agar tidak kehilangan mata

pencahrian.

4. Berubahnya struktur mata pencaharian penduduk karena adanya alih fungsi

lahan tidak semuanya penduduk mendapatkan pekerjaan dan perlu adanya

perhatian dari pemerintah setempat.

5. Perlunya ketetapan yang pasti terhadap daerah-daerah yang mempunyai

lahan produktif bagi pertanian sehingga pemenuhan kebutuhan akan hasil

pertnian masih dapat memenuhi kebutuhan penduduk.

6. Penulis hanya mengkaji pengaruh konversi lahan dan nilai lahan terhadap

perubahan struktur mata pencaharian penduduk secra ekologis hanya di

paparkan secara deskriptif (tidak dikaji secara mendalam) sehingga penulis

berharap semoga peneliti selanjutnya bisa mengkaji secara lebih dalam

(secara sisitematis) mengenai dampaknya terhadap harga lahan dan struktur

mata pencaharian secara ekologis, sehingga data yang telah diperoleh dalam

penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu pembanding untuk bisa

menganalisis manfaat dan biaya atas perubahan lahan pertanian menjadi

bangnan yang telah dan sedang terjadi.

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

asmaul husna , lagu dari ayat-ayat Alquran, lagu kasidah, dan sebagainya. Kalau dikaji lebih mendalam metode-metode pendidikan agama Islam dalam kandungan yang telah

bahwa masyarakat Kelurahan Patih Galung dan Pasar Prabumulih Kecamatan Prabumulih Barat, Kelurahan Gunung Ibul Barat dan Karang Raja

(1) Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan dan atau menikmati jasa pelayanan dibidang persampahan / kebersihan.. (2) Wajib retribusi adalah orang pribadi

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan

Oleh itu, persembahan Tari Piring di hadapan mereka adalah pelengkap kepada hari bersejarah tersebut.Dalam masa yang sama pasangan pengantin akan merasai bahawa kehadiran

Hasil analisis data menunjukkan bahwa (1) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan hasil belajar siswa kelas XI dan XI semester Juli-Desember

tingkatan budaya dalam sebuah organisasi,, dari yang terlihat. dalam perilaku (puncak) sampai pada yang

rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan