PENGARUH KONVERSI LAHAN DAN NILAI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI
KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sarjan Pendidikan
Jurusan Pendidikan Geografi
Oleh
RAHMI FAUJIYAH 0900883
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ii
THE EFFECT OF LAND CONVERSION AND LAND VALUE TO THE LIVELIHOOD POPULATION IN SUB
JATINAGGOR DISTRICT SUMEDANG BY:
Rahmi Faujiyah (0900883)
The total population is increasing every year as the demand for home stay, it couse change of use of agricultural land into residential. Especially in suburban areas, such conditions occur in the district Jatinangor Sumedang District. This encourages the writer to research the relationship phenomenon associated with land conversion, land value changes, and changes of livelihoods.The problems of this research is to analyze the conversion of land in District Jatinangor Sumedang District, Analyzing the development value of land in the District Jatinangor Sumedang District, and knowing land conversion to changes in the livelihoods structure in Sub Jatinangor Sumedang District.
This research is a descriptive survey method. Technique data collecting by observations, interviews, literature studies and documentation. The population is the entire population who had land conversion both local population or new comer. And the sample used is the area of land converted adjust proportionally.
The results show that has been a diversion of agricultural land into residential since 2002 to 2012 in the District Jatinangor. This change can be seen from the limited land available for agriculture. The price of land in the village university, even though Cilayung Cileles village have a natural atmosphere this place is far enough to highway. From the research results in the Jatinangor District, this land have conversion affects the livelihood structure due to changes in land use, especially to the population who live near the university area, because the land already functioned to residential.
ii
Oleh: Rahmi Faujiyah (0900883)
Jumlah penduduk setiap tahun semakin bertambah seiring kebutuhan lahan untuk tempat tinggal, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi pemukiman. Terutama di wilayah pinggiran kota, kondisi demikian terjadi di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Hal tersebut mendorong penulis untuk mengkaji fenomena tersebut yang hubungannya berkaitan dengan konversi lahan, perubahan nilai lahan, dan perubahan struktur mata pencaharian di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Menganalisis konversi lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, Menganalisis perkembangan nilai lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, Mengetahui konversi lahan terhadap perubahan struktur mata pencaharian di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode penelitian survei. Teknik pengumpulan data dengan observasi lapangan, wawancara, studi literatur dan studi dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah penduduk yang mengalami konversi lahan baik penduduk asli maupun pendatang. Dan sampel yang digunakan adalah dengan menyesuaikan luas lahan yang terkonversi secara proporsional.
Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian dari tahun 2002 sampai dengan 2012 di Kecamatan jatinangor. Pola penggunaan lahan berubah menjadi pemukiman, perubahan ini terlihat dari semakin sempitnya lahan yang ada untuk dijadikan pertanian. harga lahan di Kecamatan Jatinangor di Desa Cilayung dan Cileles pada tahun 2002 sebesar Rp 75.000-80.000/m2 dan pada tahun 2012 menjadi Rp 250.000-350.000/m2, sedangkan pada desa Hegarmanah dan sayang harga lahan tahun 2002 sebesar Rp 350.000-450.000/m2, pada tahun 2012 sebesar Rp 1.500.000 -1.750.000/m2. peningkatan yang lebih besar karena perbedaan karekteristik wilayah Desa Hegarmanah dan sayang berada dekat perguruan tinggi dengan aksesibilitas yang mudah di jangkau, sebaliknya di Desa Cilayung dan Cileles di kedua desa ini masih bersipat alami dan jarak ke jalan raya cukup jauh. dari hasil penelitian di lapangan daerah Kecamatan Jatinangor memang mengalami konversi lahan yang mempengaruhi struktur mata pencaharian penduduk akibat adanya perubahan penggunaan lahan, terutama penduduk yang bertempat tinggal di dekat kawasan Perguruan Tinggi karena lahan yang dimiliki sudah dialih fungsikan menjadi pemukiman.
v DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR PETA ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan masalah... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A. Pengertian Lahan ... 10
B. Penggunaan Lahan ... 12
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Penggunaan Lahan ... 13
1. Faktor Fisik ... 13
2. Faktor Sosial ... 15
D. Konversi Lahan ... 16
1. Faktor Alamiah... 19
vi
E. Dampak dari dan Perubahan Penggunaan Lahan ... 21
F. Perubahan Alih Fungsi Lahan ... 23
1. Luas Kepemilikan Lahan ... 23
2. Lokasi (Letak) ... 24
G. Nilai Lahan ... 24
H. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk ... 27
1. Mata Pencaharian ... 27
5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Penelitian ... 42
6. Definisi Operasional... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47
1. Kondisi Fisik ... 47
a. Lokasi ... 47
b. Iklim ... 48
vii
d. Tanah ... 57
2. Kondisi Sosial ... 58
a. Jumlah Kepadatan dan Pertambahan Penduduk ... 58
b. Kondisi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 61
c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 65
d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67
B. Hasil dan Pembahasan... 69
1. Identitas Responden ... 69
a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69
b. Responden Berdasarkan Usia ... 70
c. Responden Berdasarkan Mata Pencaharian ... 71
d. Responden Berdasarkan Pendapatan... 72
2. Bentuk Perubahan Penggunaan lahan ... 74
a. Bentuk Penggunaan Lahan tahun 2002 ... 74
b. Bentuk Penggunaan Lahan Tahun 2012 ... 76
c. Perubahan Bentuk Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Pemukiman Tahun 2002 Sampai 2012 ... 80
3. Nilai Lahan ... 83
a. Harga Lahan ... 83
4. Mata Pencaharian ... 87
a. Mata Pencaharian Pokok ... 87
b. Mata Pencaharian Sampingan ... 89
c. Pendapatan Utama ... 90
d. Pendapatan Sampingan ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 94
A. Kesimpulan ... 94
B. Rekomendasi ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 97
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan
untuk pemukiman beserta sarananya juga untuk menopang kelangsungan hidup
manusia, terutama bagi yang bermata pencaharian sebagai petani. Perkembangan
jumlah penduduk yang semakin meningkat serta pemusatan tempat tinggal manusia
tentu saja mempengaruhi kebutuhan lahan yang pasti akan meningkat pula,
sedangakan keterbatasan lahan yang tidak bertambah maupun berkurang
menimbulkan ketimpangan antara luas lahan dengan kebutuhan lahan yang sangat
beragam. .
Pertumbuhan Penduduk Indonesia tergolong tinggi setiap tahun mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Meningkatnya jumlah penduduk akan
mempengaruhi tingakat kebutuhan akan papan sehingga dengan bertambahnya
jumlah penduduk maka akan mempengaruhi tingkat kebutuhan lahan untuk di
jadikan tempat tinggal sehingga lahan pertanian di alih fungsikan menjadi
pemukiman.
Bagi masyarakat petani lahan sangat berperan dalam kelangsungan
hidupnya, sekaligus sebagai modal utama kehidupannya, menurut N. Ddaldjoeni
(1998 : 231) bahwa bagi masyarakat petani, lahan sawah mempunyai peran yang
sangat penting bagi kelangsungan hidupnya, sekaligus sebagai modal utama untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan penduduk tidak hanya berhenti
harus dipenuhi seperti kebutuhan akan bangunan, perindustrian dan sebagainya.
Ini disebabkan oleh banyaknya lahan yang dialih fungsikan dari pertanian
ke non-pertanian, akan tetapi perubahan lahan itu juga dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri yang kian lama makin meningkat, salah
satu kebutuhannya itu adalah tempat tinggal, selain itu juga ada kebutuhan manusia
lainnya diantaranya yaitu: bangunan, perindustrian, jalan dan sebagainya. Seperti
yang dikemukakan oleh sumaatmadja (1980:87) bahwa:
“Pertumbuhan dan pertambahan penduduk akan mendorong pertumbuhan akan kebutuhannya, kebutuhan tersebut antara lain kebutuhan perumahan
dan tempat kegiatan ekonomi seperti pabrik, pertokoan, pasar, dan lain-lain
dengan cara menggeser lahan pertanian, terutama dari lahan pertanian ke
non pertanian”.
Dengan adanya konversi lahan maka akan mengakibatkan perubahan harga
lahan secara signifikan, sehingga nilai ekonomisnya pun semakin meningkat.
Meningkatnya harga lahan di Kecamatan Jatinangor saat ini membuat masyarakat
di daerah tersebut banyak yang menjual lahannya karena penduduk merasa
diuntungkan secara finansial dengan harga lahan yang tinggi. Sebenarnya
keuntungan yang di peroleh tersebut merupakan keuntungan jangka pendek saja,
karena alih fungsi lahan yang tidak terkendali akan mempengaruhi kualitas maupun
kuantitas unsur-unsur lingkungan sehingga menjadi tercemar, berkurangnya air
tanah, besarnya air limpasan permukaan yang menyebabkan banjir dan kekeringan
pada musim kemarau berubahnya suhu dan lain-lain.
Fenomena ini terjadi di banyak wilayah pinggiran kota termasuk di
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang semula lahan pertanian dialih
Jatinangor adalah sebuah kawasan di sebelah timur Kota Bandung, merupakan satu
dari 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Sebelumnya bernama Kecamatan Cikeruh namun sejak tahun 2000
berganti nama menjadi Kecamatan Jatinangor dengan alasan nama tersebut terasa
lebih familiar dan lebih popular dikenal khalayak rama. Wilayah Jatinangor
memiliki luas ± 26,20 Km2 dengan karakteristik wilayah perkotaan hampir 80%
dari keseluruhan 12 Desa, meliputi 4 Desa kawasan agraris (Cileles, Cilayung,
Jatiroke, Jatimukti), 4 Desa kawasan pendidikan (Hegarmanah, Cikeruh, Sayang,
Cibeusi) dan 4 Desa kawasan industri (Cisempur, Cintamulya, Cipacing,
Mekargalih).
Saat ini Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan Pendidikan di Jawa
Barat sejak tahun 1987 yang ditetapkan oleh gubernur jawa barat nomor
593/3590/1987. Usulan Jatianangor dijadikan kawasan pendidikan karena jumlah
Perguruan Tinggi yang ada di Bandung Sudah padat sehingga dialokasikan ke
jatinangor yang dilakukan bertahap mulai tahun 1992. Pencitraan ini merupakan
dampak langsung pembangunan kampus beberapa institusi perguruan tinggi di
kecamatan ini. Perguruan tinggi yang saat ini memiliki kampus di Jatinangor
yaitu :
a. Universitas Padjadjaran (UNPAD) di Desa Hegarmanah dan Desa Cikeruh.
b. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Desa Cibeusi sebelumnya
bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).
c. Institus Koperasi Indonesia (IKOPIN) di Desa Cibeusi
e. Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Al-Ma'soem di
Desa Cipacing
Sedangkan perusaah/industri skala besar, yaitu :
a. Kahatex Industri (terletak di Desa Cintamulya dan Cisempur)
b. Polypin Canggih (terletak di Desa Cipacing)
c. Insan Sandang (terletak di Desa Mekargalih)
d. Wiska (terletak di Desa Cipacing)
Seiring dengan hadirnya bangunan kampus dan pabrik tersebut, Jatinangor
juga mengalami perkembangan fisik yang pesat. Sebagaimana halnya yang
menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor
yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun tempat
perbelanjaan. Salah satu yang terkenal saat ini yaitu pusat perbelanjaan Jatinangor
Town Squar.
Pertumbuhan penduduk alami cukup tinggi, begitupun dengan penduduk
pendatang menjadi pemicu utamanya yang berasal dari luar kota. Jumlah penduduk
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang
No Tahun Jumlah penduduk
1 2001 96.321
2 2002 96.525
3 2005 96.972
4 2007 97.468
5 2008 99.382
6 2009 101.140
7 2010 107.695
8 2011 112.732
Sumber: Angka Sensus Penduduk Tahun 2007-2012
Berdasarkan data kependudukan di atas menunjukan bahwa setiap tahunnya
jumlah penduduk Kecamatan Jatinangor mengalami peningkatan. Tahun 2001
jumlah penduduk di Kecamatan Jatinangor 96.321 tetapi dalam kurun waktu 10
tahun jumlah penduduk Jatinangor bertambah menjadi 112.732. pertambahan
penduduk selama 10 tahun di Kecamatan Jatinangor sebanyak 16.411 jiwa, apabila
di rata-ratakan Kecamatan Jatinangor memiliki pertumbuhan penduduk mencapai
1,641,2 jiwa pertahunnya.
Faktor tersebut memicu terjadinya konversi lahan dari pemanfaatan lahan
tidak terbangun (tegalan dan tanah kering) menjadi lahan terbangun (yang
didominasi oleh perumahan, perguruan tinggi, dan industri) Lahan-lahan yang
awalnya lahan pertanian berubah fungsinya menjadi non pertanian. Adapun
komposisi penggunaan lahan di Kecamatan jatinangor Kabupaten Sumedang
Tabel 1.2
Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Pada Tahun 2012
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Ha Luas pekarangan/pemukiman 1.122
Hutan negara 130
Hutan rakyat 273
Tegalan/kebun 563
kolam 14
Total Luas 2.102
Sumber: Monografi Kecamatan Jatinangor 2012
Di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang luas lahan pekarangan atau
pemukiman lebih luas dibandingkan lahan pertanian. Perkembangan pembangunan
pemukiaman mengakibatkan perubahan harga lahan secara signifikan, sehingga
nilai ekonomisnya semakin meningkat. Akibat pergeseran lahan dari lahan
pertanian ke non-pertanian mengakibatkan menyempitnya lapangan pekerjaan di
bidang pertanian namun kondisi ini memberi peluang tersedianya lapangan kerja di
bidang non pertanian terutama sektor industri, jasa dan perdagangan.
Dengan perkembangan Kecamatan Jatinangor yang pesat menjadikan
banyak pendatang dari luar Kecamatan Jatianangor yang datang untuk bekerja
ataupun melanjutkan sekolahnya. Sehingga memeberikan peluang kepada
penduduk sekitar atau pendatang untuk membuka lapangan pekerjaan. Oleh karena
itu menarik saya untuk mengakaji permasalahan tersebut berkenaan adanya
tinggi dan industri terhadap harga lahan serta struktur mata pencaharian penduduk.
B. Rumusan Masalah
Sebagai daerah yang letaknya berabatasan langsung dengan Kota Bandung
dan merupakan salah satu kawasan pendidikan yang berada di Jawa Barat, maka
Kecamatan Jatinangor mengalami perubahan penggunaan lahan yang cukup
signifikan dari lahan pertanian ke non-pertanian maka munculah permasalahan
penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perkembangan nilai lahan di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang ?
2. Bagaimanakah dampak konversi lahan terhadap struktur mata
pencaharian di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis perkembangan nilai lahan di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang.
2. Mengetahui konversi lahan terhadap perubahan struktur mata
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumber data bagi pemerintah setempat berkenaan konversi
lahan yang telah terjadi di daerah penelitian.
2. Salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
kebijakan tata ruang di Kabupaten Sumedang khususnya di daerah
penelitian.
3. Dapat dijadikan bahan acuan atau pedoman bagi peneliti selanjutnya
dalam hal perubahan konversi lahan dan nilai lahan terhadap struktur
mata pencaharian.
4. Memberikan pengalaman, pendalaman dan pengayaan keilmuan bidang
geografi bagi penulis khususnya dan umumnya bagi siapa saja yang
mengkaji permasalahan ini.
5. Membantu dalam pembelajaran geografi di sekolah, sehingga siswa bisa
lebih memahami mengenai salah satu fenomena geografis, khususnya
E. Struktur Organisasi Skripsi
BAB I Pendahuluan
Menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan
masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian.
BAB II Kajian Teori
Menguraikan berbagai kajian teori yang terkait dengan permasalahan yang
diambil, meliputi penomena yang terjadi di daerah penelitin.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan
kegiatan ataupun proses yang ditempuh dalam penelitian.
Sehubungan dengan hal tersebut bab ini meliputi beberapa
penjelasan mengenai lokasi penelitian, pengumpulan data, metode
penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data dan
analisis data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini membahas pengolahan atau analisis data untuk
menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian,
pernyataan penelitian, tujuan penelitian dan pembahasan atau
analisis temuan.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut Sumaatmadja yang dikutip dari The Liang Gie (100-101) “suatu
konsepsi kearah penerbuatan bidang filsafat” secara luas mengemukakan
pengertian metodelogi sebagai berikut:
Metodelogi diartikan sebagai ilmu tentang metode, studi tentang metode, khususnya metode ilmiah, yaitu cara-cara yang dipakai untuk mengejar suatu bidang ilmu. Metodelogi diartikan pula sebagai studi mengenai asas-asas dari penyelidikan, seringkali melibatkan masalah-masalah tentang logika, penggolongan dan asumsi-asumsi dasar. Selanjutnya juga diartikan sebagai analisa dan pengaturan secara sistematis mengenai asas-asas dan proses-proses rasioanal dan eksperimental yang harus membimbing suatu penyelidikan ilmiah, atau yang menyusun struktur dari ilmu-ilmu khusus secara lebih khusus.
Sedangkan menurut Arikunto (1988: 46) metode penelitian ini adalah cara
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, data yang
dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Metode yang digunakan dalam
peneliti ini adalah melalui pendekatan deskriptif
Penelitian deskriftif adalah penelitian yang mengungkapkan suatu masalah,
gejala, peristiwa-peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Menurut
Sudjana (1994: 34), metode deskriftif adalah suatu metode yang menggambarkan
suatu gejala, peristiwa-peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekrang. Metode
ini apabila akan mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa kejadian yang ada
dalam masyarakat.
Adapun jenis penelitian secra deskriptif yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survei. Menurut Tika (2005: 6) “ yang dimaksud metode survei
adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data
yang berupa variable, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan”. Data di
kumpelkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat
menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti. Metode survei dipilih karena
memiliki beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Tika (2005: 7)
berikut:
Keuntungan survei adalah sebagai berikut:
1) Dilibatkan oleh banyak orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2) Dapat menggunakan berbagai teknikpengumpulan data.
3) Sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui. 4) Dapat dibenarkan atau mewakili teori tertentu.
5) Biaya lebih rendah karena waktunya lebih singkat.
Pelaksanaan metode survei biasanya, menggunakan beberapa instrument
baik untuk meneliti aspek fisik maupun aspek sosial dalam penelitian. Untuk
penelitian sosial kemasyarakatan, survei biasanya menggunakan teknik wawancara,
kuisioner, atau angket. Sedangkan untuk penelitian fisik menggunakanobservasi
langsung melalui suatu sampel.
Metode penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan dan mengkaji
masalah yang berhubungan dengan pengaruh perubahan penggunaan lahan
terhadap nilai lahan di daerah penelitian.
B. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2002: 96) yang dimaksud variabel penelitian adalah
objek penelitian atau apa yang menjadi titik penelitian suatu penelitian. Variabel
menunjukan arti yang dapat membedakan antara sesuatu dengan yang lainnya. Ada
dua ciri variabel yaitu, variabel dapat membedakan suatu benda dengan benda
lainnya dan variabel harus dapat diukur.
Menurut suharsini (1998: 46) metode penelitian adalah cara yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, data yang dikumpulkan
berupa data primer dan data sekunder.
Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas dan
Variabel Penelitian
Varaiabel Bebas Variabel Terikat
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Sumaatmadja (1988: 52) mengatakan bahwa populasi adalah
seluruh gejala, individu, kasus dan masalah yang diteliti yang ada didaerah
penelitian, menjadi objek penelitian geografi. Populasi bukan hanya sekedar
jumlah yang ada pada objek tertentu, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik atau
sifat yang dimiliki oleh objek tersebut. Adapun yang menjadi populasi dalam
penelitian ini terdiri dari populasi wilayah dan populasi penduduk. Populasi
wilayah dalam penelitian ini adalah semua wilayah yang terdapat di daerah
penelitian yaitu di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang mengalami
konversi penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi bangunan maupun yang
tidak.
Sedangkan yang termasuk populasi penduduk adalah seluruh semua
penduduk yang mengalami konversi lahan baik penduduk asli maupun penduduk
2. Sampel
Menurut Tika (2005: 24) “sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi”. Sedangkan menurut Sopiah
(2010: 186) “ sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi”.
Sampel dalam penelitian ini yaitu wilayah dan subjek penelitian yang
mengalami konversi lahan disesuaikan dengan luas lahan yang mengalami konversi
di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Berdasarkan hasil observasi Desa
yang mengalami konversi besar adalah Desa Hegarmanah, Desa Sayang, Desa
Cibeusi, Desa Cikeruh dan Desa Cipacing. Desa yang mengalami konversi sedang
adalah Desa Jatiroke, Desa Cisempur, Desa Jatimukti, Desa Cintamulya dan Desa
Mekargalih. Desa yang terkonversi sedikit adalah Desa Cilayung dan Desa Cileles.
Sehingga sampel penduduknya proporsional. Selanjutnya penetuan sampel
penduduk sebagai berikut.
Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus Dixon dan B.Leach dalam Tika (2005:25).
Menentukan persentase karakteristik
x 100%
x 100%
%
Menentukan variabilitas
√ √
Menentukan jumlah sampel
[ ] 2
65 Keterangan :
n = Jumlah sampel
Z = Convidence level atau tingkat kepercayaan 95% besarnya 1,96.
V = Variabititas, diperoleh dari hasil sebelumnya.
c = Conviden limit atau batas kepercayaan, besarnya 10.
Menentukan jumlah sampel yang dikoreksi
[ ]
[ ]
. Keterangan:
N’ = Jumlah sampel yang telah dikoreksi.
n = Jumlah sampel yang dihitung dalam rumus sebelumnya
N = Jumlah KK
Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel sebanyak 65 sampel
responden. Pada sampel ini akan disebarkan secara proporsional berdasarkan
jumlah kepala keluarga di lokasi penelitian menjadi sampel penelitian. Dengan
rumus Soepono dalam Latipah (2009:38) teknik ini digunakan karena kepala
keluarga di desa lokasi penelitian sampelnya tidak sama. Adapun perhitungan yang
digunakan yaitu:
� �� � �
N : Jumlah sampel KK tiap Desa
P : Jumlah populasi KK keseluruhan Desa sampel
N : Jumlah seluruh Sampel
Jumlah sampel penduduk tiap desa wilayah sampel adalah
Desa Jatiroke � ��1� �
� � � = 4
Desa Cileles � ��1� �
� 3 � � = 9
Desa Cilayung � ��1� �
� 3 � � = 4
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
Menurut Suma’atmadja (1981:105) mengemukakan bahwa “Observasi
lapangan pada dasarnya pengetahuan Geografi merupakan pengetahuan hasil
pengumpulan data, fakta dan kenyataan dilapangan”. Observasi ini memiliki ciri
yang cukup spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara
dan kuisioner. Pada dasarnya wawancara dan kuesioner hanya terikat dengan orang
yang bersangkutan, sedangkan observasi tidak sebatas pada orang, tetapi pada
objek-objek alam lainnya.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam. Dalam penelitian ini
observasi digunakan untuk melihat penomena konservasi dan nilai lahan terhadap
struktur mata pencaharian di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.
Adapun teknik observasi pada lapangan ini dengan menggunakan dua objek
penelitian diantaranya objek fisik (kondisi alam) dan objek sosial (kondisi struktur
bahwa Observasi yang kita lakukan di lapangan pada umumnya dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu observasi terkontrol (controlled observatio) dan
observasi tidak terkontrol (uncontrolled observation).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi terkontrol yaitu
penelitian melihat secara langsung melihat fenomena yang berada di Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang baik objel fisik (kondisi alam) maupun objek
sosial (struktur mata pencaharian) adapun beberapa yang ingin diketahui dari hasil
wawancara
antara lain:
a. Mengidentifikasi kondisi fisik daerah penelitian.
b. Mengidentifikasi luas lahan yang mengalami konservasi
c. Mengidentifikasi struktur mata pencaharian setelah terjadinya konservasi.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi dengan cara bertanya
langsung kepada responden menggunakan pedoman wawancara/daftar
pertanyaan yang diberikan kepada responden. Teknik wawancara ini
dilakukan dengan cara peneliti datang langsung ke lapangan, kemudian
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat pada pedoman
wawancara kepada penduduk yang dijadikan responden, sehingga
menghasilkan data yang dibutuhkan seperti untuk mengetahui perkembangan
nilai lahan dan perubahan struktur mata pencaharian di daerah penelitian
sebelum dan sesudah terjadi konversi lahan yang terjadi pada tahun 2002
Studi literatur digunakan untuk mencari data sekunder yang mendukung
permasalahan penelitian melalui buku-buku dari suatu lembaga maupun dari
sumber lain. Data yang dibutuhkan seperti buku-buku yang berhubungan dengan
alih fungsi laha dan nilai lahan yang bersifat melengkapi.
4. Studi Dokumentasi
Untuk melengkapi data dalam rangka analisa masalah yang diteliti,
diperluka informasi-informasi dan dan dokumen yang berhubungan dengan objek
yang dipelajari. Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yaitu
dengan mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa transkif,
catatan-catatan, buku-buku, majalah dan sebagainya. Membaca, memilih,
menggunakan dan mempelajari sumber-sumber dokumentasi, memerlukan
keterampilan khusus, peneliti tidak perlu menggunakan seluruh dokumen yang ada
dengan keterampilan khusus, peneliti dapat memotret fenomena-fenomena yang
membuktikan bahwa telah terjadi alih fungsi lahan di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang.
5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Penelitian 1. Teknik pengolahan data
Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi langkah yang akan dilakukan
peneliti dalam pengolahan data hasil penelitian secara sistematis adalah sebgai
berikut:
a. Tahap persiapan atau mengkoleksi data, langkah ini dimaksudkan untuk
mengetahui kelengkapan data yang terkumpul melalui instrument
b. Editing Data
Editing data adalah pengecekan data-data yang telah dikumpulkan agar
data yang akan diolah lebih lanjut adalah data-data yng baik dan relevan
dengan tujuan penelitian.
c. Coding dan Frekuensi
Coding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban dari para responden
menurut macamnya. Dalam melakukan coding, jawaban responden
diklasifikasikan dengan memberikan kode tertentu berupa angka.
Setelah coding dilaksanakan, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan
adalah menghitung frekuensi.
d. Tabulasi Data
Tabulasi data adalah terkumpul kemudian ditabulasi dengan
menguraikan, yang selanjutnya mengelompokan dari tiap-tiap butir
seluruh pertanyaan yang ada pada angket isian dan pedoman wawancara
responden. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan kode dari
tiap-tiap itam instrument pengumpulan data yang selanjutnya
dimasukan kedalam bentuk data
Penelitian ini dilakukan dengan sejumlah sampel yang mewakili populasi
tertentu. Sehinggga hasilnya berupa deskriptif. Sebagaimana yang telah
diungkapkan Sumaatmadja (1988: 35) bahwa analisa data merupakan pengelohan
dan interprestasi data-data untuk menguji kebenaran hipotesa dan untuk
kesimpulan hasil penelitian.
Untuk menganalisis data-data yang terkumpul yang kemudian telah diolah,
bersifat kualitatif
b. Analisa kuantitatif, mengolah dan menginterprestasikan data yang
berbentuk angka dan dengan perhitungan yang bersifat matematik,
dikenal juga sebagai metode analisa statistik. Pada penelitian ini
digunakan teknik presentasi dan analisis korelasi dengan metode
product moment.
Prosentase
� � %
Keterangan
p : nilai prosentase
n : jumlah data keseluruhan
f : frekuensi munculnya data
untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan maka,
digunakan parameter seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (1996: 57),
dimana:
0% ditafsirkan tidak ada
1-245 sebagian kecil
25-49% hampir setengahnya
50% setengahnya
52-74% sebagian besar
75-99% hampir seluruhnya
A. Definisi Operasional
Di dalam penelitian penulis mengambil judul yaitu “ Pengaruh Konversi
Lahan dan Nilai Lahan Terhadap Perubahan Mata Pencaharian Penduduk di
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang”. Supaya lebih jelas uraian
mengenai konsep-konsep yang ada di dalam judul akan di jelaskan sebagai
berikut:
1. Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagai atau seluruh kawasan
dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang
membawa dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan
itu sendiri. Perubahan (konversi) fungsi lahan Menurut Sumaatmadja
(1997:56) pergeseran fungsi tata guna lahan tanpa memperahatikan kondisi
geografis yang meliputi segala faktor fisik dengan daya dukungnya dalam
jangka panjang akan membawa dampak negatif terhadap lahan dan
lingkungan bersangkutan yang akhirnya pada kegiatan manusia itu sendiri.
Hal ini terjadi akibat dari terbatasnya luas lahan sehingga menyebabkan
berkurangnya luas lahan. Perubahan fungsi lahan juga dapat diartikan
sebagai berubahnya fungsi sebagian/seluruhnya kawasan lahan dari
fungsinya semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain. Alih
fungsi lahan yang dimaksud disini adalah perubahan alih fungsi lahan
pertanian menjadi fungsi lain yaitu didirikannya pemukiman dan bangunan
seperti kosan, apartemen dan sarana umum di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang.
2. Harga Lahan
Menurut Darin Drabkin dalam Yunus (2006:89), mengatakan bahwa: “nilai
produktivitas dan strategi ekonominya. Harga lahan adalah penilaian lahan
atas lahan yang di ukur berdasarkan harga nominal dalam suatu uang untuk
satuan luas pada pasaran lahan”. Perubahan nilai lahan yang dimaksud
disini adalah meningkatnya nilai lahan yang disebabkan oleh adanya
konversi lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.
3. Mata Pencaharian
Mata pencaharian adalah sumber penghasilan atau pendapatan seseorang.
Menurut kamus bahasa Indonesia dapat diartikan mata pencaharian atau
pencaharian utama yang dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Yang dimaksud mata pencaharaian disini adalah perubahan
struktur mata pencaharian penduduk sebelum dan sesudah adanya konversi
lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Bandung.
4. Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang merupakan daerah penelitian
yang merupakan salah satu kawasan pendidikan yang berada di Jawa Barat
yang secara administratif mencakup 12 desa meliputi 4 Desa kawasan
agraris (Cileles, Cilayung, Jatiroke, Jatimukti), 4 Desa kawasan pendidikan
(Hegarmanah, Cikeruh, Sayang, Cibeusi) dan 4 Desa kawasan industri
94 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Permintaan akan lahan setiap tahunnya semakin meningkat, hal tersebut
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan harga lahan menjadi tinggi
dan terus meningkat. Peningkatan harga lahan terjadi pada tahun 2002
sampai sekarang dimana permintaan akan lahan untuk dijadikan bangunan
semakin meningkat pesat. Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan
bab 4 penggunaan akan lahan pada tahun 2002 luas penggunaan lahannya
adalah seluas 943 Ha sedangkan pada tahun 2012 luas penggunaan
lahannya adalah 1.122 Ha. Luas pertanian juga mengalami penyempitan
yaitu pada tahun 2002 luasnya adalah 640 Ha sedangkan pada tahun 2012
mengalami penurunan menjadi 563 Ha.
2. Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi bangunan yang terjadi di
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang pada periode tahun 2002
sampai dengan 2012 mengakibatkan meningkatnya harga lahan di
Kecamatan Jatinangor. Tapi dengan adanya karakteristik Desa yang berbeda
maka menyebabkan perbedaan harga lahan di setiap Desanya. Yaitu pada
tahun 2002 harga lahan di Desa Cilayung-Cileles adalah Rp Rp
75.000-80.000/m2 namun harga lahan di Desa Hegarmanah-Sayang adalah
Cilayung-Cileles adalah Rp 250.000-350.000/m2 dan di Desa
Hegarmanah-Sayang adalah Rp 1.500.000-1.750.000/m2. Dari sana dapat
diketahui bahwa lokasi sanagt menentukan harga lahan karena di Desa
Hegarmanah-Sayang karena aksesibilitas di sana lebih mudah dibanding di
Desa Cilayung-Cileles.
3. Dengan semakin menyempitnya lahan pertanian maka struktur mata
pencaharian penduduk pun ikut berubah dikarenakan lahan garapan
pertanian semakin menyempit sehingga para petani berpindah mata
pencaharian. Seperti yang telah kita ketahui Kecamatan Jatinangor
merupakan kawasan Pendidikan sehingga penduduk pun ada yang
mendapatkan keuntungan dari keberadaan kampus yang ada di sana seperti
rumah penduduk disewakan menjadi rumah kosan, atau menjadi pedagang.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Jatianangor
Kbupaten Sumedang, maka penulis memberikan rekomendasi yang kiranya
bermanfaat. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah setempat perlu mempertimbangkan rencana umum tata
ruang khususnya di daerah Kecamatan Jatinangor agar untuk memperbaiki
tata ruang wilayah dengan terencana.
2. Pemerintah daerah Kabupaten Sumedang meskipun dalam memberikan izin
namun perlu lebih konsisten lagi terhadap kebijakan rencana peruntukan
lahannya.
3. Meningkatnya harga lahan karena adanya peruabahn penggunaan lahan dari
pertanian menjadi bangunan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan
kesejahteraan penduduk asli di daerah penelitian yang mengalami
perubahan tersebut. Perlu adanya perhatian dari pemerintah kepeda
penduduk yang telah menjual lahannya tersebut agar tidak kehilangan mata
pencahrian.
4. Berubahnya struktur mata pencaharian penduduk karena adanya alih fungsi
lahan tidak semuanya penduduk mendapatkan pekerjaan dan perlu adanya
perhatian dari pemerintah setempat.
5. Perlunya ketetapan yang pasti terhadap daerah-daerah yang mempunyai
lahan produktif bagi pertanian sehingga pemenuhan kebutuhan akan hasil
pertnian masih dapat memenuhi kebutuhan penduduk.
6. Penulis hanya mengkaji pengaruh konversi lahan dan nilai lahan terhadap
perubahan struktur mata pencaharian penduduk secra ekologis hanya di
paparkan secara deskriptif (tidak dikaji secara mendalam) sehingga penulis
berharap semoga peneliti selanjutnya bisa mengkaji secara lebih dalam
(secara sisitematis) mengenai dampaknya terhadap harga lahan dan struktur
mata pencaharian secara ekologis, sehingga data yang telah diperoleh dalam
penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu pembanding untuk bisa
menganalisis manfaat dan biaya atas perubahan lahan pertanian menjadi
bangnan yang telah dan sedang terjadi.