STUDI EVALUASI PROGRAM PENDAMPINGAN PADA ANAK
KONFLIK HUKUM MELALUI KETERAMPILAN PENGOLAHAN
LIMBAH PLASTIK DI RUTAN KELAS I KEBON WARU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pendidikan Luar Sekolah
Oleh :
Daniati 0800318
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LIMBAH PLASTIK DI RUTAN KELAS I KEBON WARU
Oleh
Daniati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada
Fakultas Ilmu Pendidikan
© Daniati 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Studi Evaluasi Program Pendampingan pada Anak Konflik Hukum melalui Keterampilan Pengolahan Limbah Plastik di Rutan kelas I Kebon Waru
Pelaksanaan progam pendampingan pada anak konflik hukum melalui keterampilan pengolahan limbah plastik dirasa tepat dilakukan dalam mengenali pribadi anak dan sebagai pengganti pembelajaran yang tidak didapatkan selama masa tahanan dimana program pendampingan ini diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru Bandung. Penelitian ini dengan tujuan untuk mendeskripsikan hasil evaluasi sumber pendukung, evalusi pelaksanaan, dan evaluasi hasil dari pelaksanaan. Dari tujuan tersebut peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian yaitu: 1) Bagaimana evaluasi penyediaan sumber pendukung?, 2) Bagaimana evaluasi pelaksanaan program?, 3) Bagaimana evaluasi hasil program?
Landasan konseptual teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep program, konsep evaluasi program, konsep pendampingan, konsep anak konflik hukum, konsep keterampilan, konsep taksonomi bloom, dan konsep PLS.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif penguatan prosentase. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, tes, skala sikap, dokumentasi, kepustakaan dan triangulasi. Evaluasi yang dilakuan mengacu pada The Logic Model. Sedangkan teknik analisis data dengan mendeskripsikan data, reduksi data dan penarikan kesimpulan. Sumber data dalam penelitian ini sebanyak 25 orang, yang terdiri dari 3 orang informan kunci, yaitu: koordinator program pendampingan, fasilitator, dan praktisi dari LAHA (lembaga advokasi hak anak) dan 22 orang warga belajar.
Mentoring Program Evaluation Studies Conflict on Children 's Law through Skills Waste Plastics in detention class I Kebun Waru
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ...…... 6
C. Tujuan Penelitian... ... 8
D. Manfaat Penelitian... ... 8
E. Sistematika Penulisan... ... 9
BAB II KAJIAN TEORI... ... A. Konsep Program... 10
B. Konsep Evaluasi dan Evaluasi Program... 16
C. Konsep Pendampingan... ………...………... 25
D. Konsep Anak Konflik Hukum ………... 34
E. Konsep Keterampilan... 36
G. The Logic Model... 39
H. Konsep Pendidikan Luar Sekolah... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian... ...………... 50
B. Desain Penelitian...………... 51
C. Metode Penelitian ………... 53
D. Definisi Operasional………... 54
E. Instrumen Penelitian...…………... 56
F. Teknik Pengumpulan Data………... 57
G. Langkah-langkah Pengumpulan Data...…... 62
H. Analisis Data... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...………... 67
B. Profil Lembaga...……... 67
C. Identitas Responden Penelitian... ... 69
D. Evaluasi Penyediaan Sumber Pendukung... 73
E. Evaluasi Pelaksanaan... 82
G. Pembahasan Hasil... 113
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... A. Kesimpulan ...…... 119
B. Rekomendasi... 122
DAFTAR PUSTAKA ... 123
LAMPIRAN ... 125
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya
akan meneruskan estafet kepemimpinan dan membangun negeri ini di
masa yang akan datang. Tentu yang kita harapkan pemimpin di kemudian
hari dapat membawa bangsa dan negeri ini ke arah yang lebih baik. Agar
menjadi generasi yang diharapkan, generasi penerus bangsa harus
difasilitasi dengan pendidikan dan kehidupan layak terutama bagi
tumbuh-kembang mereka. Dengan pendidikan terjamin dan kehidupan yang layak,
anak-anak nantinya akan menjadi generasi yang mampu memimpin
terutama memimpin diri mereka sendiri. Hal ini dipertegas dengan
Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak yang
menyatakan :
Bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang.
Tidak semua anak mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak
dan hal ini dapat memperburuk kualitas generasi muda. Beberapa faktor
yang mengakibatkan anak terlantar akan pendidikan dan kehidupannya
yaitu faktor keluarga/Orang Tua dan faktor lingkungan.
Orang tua yang selalu sibuk mengurusi diri mereka sendiri mengejar
kehidupan duniawi menelantarkan anak sehingga anak tidak mendapatkan
kasih sayang, tidak di perhatikan kebutuhan fisik dan mental demi
tumbuh-kembang anak. Bagi mereka keluarga yang kurang mampu,
dari pengawasan orang tua bahkan anak juga ikut terlibat dalam
menghidupi keluarga.
Lingkungan yang tidak menunjang tumbuh-kembang anak
mengakibatkan anak berperilaku menyimpang. Lingkungan yang tidak
terkondisikan dengan baik contohnya anak hidup di lingkungan prostitusi,
sedikit-banyak anak juga akan ikut terlibat dengan situasi lingkungan
tersebut, anak bisa bergaul tanpa batas. Pergaulan bebas yang tidak disertai
pengawasan orang tua semakin memperburuk tumbuh kembang anak yang
diharapkan menjadi generasi muda penerus bangsa.
Akibat dari faktor-faktor tersebut, akhirnya anak berpotensi untuk
melakukan tindakan penyimpangan yang termasuk ke dalam masalah
sosial. Bentuk penyimpangan yang umumnya dilakukan oleh anak-anak
yang tidak mendapatkan kasih sayang, pendidikan dan kehidupan layak
yaitu kecanduan obat terlarang, kejahatan, kenakalan remaja, dan
kekerasan pergaulan.
Segala bentuk tindakan kriminal terutama pelanggaran terhadap
undang-undang yang dilakukan oleh anak-anak membuat mereka
terjerumus ke dalam Rumah Tahanan (Rutan) maupun Lembaga
Pemasyarakatan sehingga menyandang gelar “narapidana anak”. Hal yang
sangat disayangkan adalah narapidana anak tidak mendapatkan pendidikan
yang semestinya mereka dapatkan. Padahal bagaimanapun mereka adalah
anak-anak yang memiliki hak yang sama dengan anak lainnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menandatangani
Konvensi Hak Anak (KHA), tindak lanjut dari hasil penandatanganan
tersebut presiden mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
1990. Dengan penandatangan konvensi tersebut, maka Indonesia memiliki
kewajiban untuk mewujudkan sistem perlindungan terhadap anak secara
nyata dan berkesinambungan, termasuk terhadap anak yang berhadapan
dengan hukum. Selain dari keputusan presiden tersebut Indonesia juga
dalam proses penyempurnaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
mendefinisikan anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak nakal,
yaitu anak yang melakukan tindak pidana; atau anak yang melakukan
perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan
perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup
dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan,
Departemen Hukum dan HAM, jumlah narapidana anak dari 5.630 anak
pada bulan Maret 2008, meningkat menjadi 6.271 anak pada awal tahun
2010, dan sebagian besar, yaitu hampir sekitar 57 persen dari mereka
tergabung dengan tahanan orang dewasa (berada di rumah tahanan dan
lembaga pemasyarakatan untuk orang dewasa) dan data sebelumnya pada
tahun 2007 sampai dengan akhir 2009 menunjukkan mayoritas kasus anak
yang berhadapan dengan hukum diselesaikan melalui pengadilan, dan 90%
dijatuhi hukuman pidana dan dipenjarakan.
Tingginya angka pelaku tindakan kriminal pada kelompok usia
12-17 tahun memperlihatkan adanya indikasi peningkatan jumlah anak yang
melakukan tindak pidana, pada akhirnya membawa dampak bagi semakin
besarnya anak yang akan masuk dalam proses peradilan dan selanjutnya
akan menjalani hukuman untuk mendapatkan pembinaan, yang sering
tidak sesuai dengan harapan.
Terbatasnya jumlah Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak
dewasa ini, serta banyaknya kasus anak yang berhadapan dengan hukum,
mengakibatkan anak menjadi tahanan atau narapidana yang terpaksa harus
tinggal 1 (satu) area tahanan/narapidana dewasa. Kondisi ini tentu saja
sangat memprihatinkan, karena keberadaan anak dalam tempat penahanan
dan pemenjaraan bersama orang dewasa, menempatkan anak- anak pada
Data UPT Rutan Kelas I, Kanwil Jawa Barat pada tahun 2012
pada bulan januari narapidana anak sebanyak 29 orang, februari sebanyak
32 orang, maret sebanyak 36 orang, april sebanyak 28 orang, mei
sebanyak 32 orang, juni sebanyak 31 orang, juli sebanyak 26 orang,
agustus sebanyak 26 orang, september sebanyak 32 orang, oktober
sebanyak 40 orang, november sebanyak 44 orang, dan pada bulan
desember sebanyak 45 orang anak. Hal ini menunjukkan bahwasanya
tindakan kriminal yang dilakukan oleh anak mengalami pasang surut,
artinya tidak ada penurunan (minimalisasi) secara signifikan.
Secara hukum, berdasar undang-undang yang berlaku di Indonesia
khususnya di kota Bandung, anak-anak ini sah mendapatkan penahanan
atau pemenjaraan dan dirampas kemerdekaannya. Namun bukan berarti
hak-hak asasi lainya yang dibutuhkan untuk mendukung
tumbuh-kembangnya menuju kedewasaan secara optimal turut dirampas pula.
Anak yang berkonflik dengan hukum (AKH) seringkali terabaikan
hak-haknya. Padahal, sebagai anak mereka tetap berhak atas layanan
pendidikan, layanan kesehatan, layanan social, bimbingan dan
pengasuhan, dan lain-lain. Kenyataannya saat mereka berada di penjara,
Negara seakan-akan berhenti melayani mereka. Pengabaian hak AKH ini
bahkan terjadi sejak proses awal penyidikan yang dilakukan oleh
kepolisian hingga pada saat mereka keluar penjara.
Anak konflik hukum atau juga disebut anak yang berkonflik
dengan hukum pastinya tidak mendapatkan pendidikan karena harus
mendekam di Rutan khususnya di kota bandung yang belum memiliki
LAPAS khusus anak. Salah satu strategi agar anak konflik hukum masih
bisa mendapatkan pembelajaran yang bermakna positif bagi mereka
selama menjalani proses hukum di Rutan Kelas I Kebon Waru, Bandung
yaitu dengan mengadakan program yang sekiranya sesuai dengan kondisi
lingkungan dan sosial di Rutan Kelas I Kebon Waru, Bandung. Program
yang dianggap tepat bagi anak konflik hukum tersebut yaitu
Pendampingan merupakan salah satu bagian dari proses
pembelajaran. Pendampingan yang dilakukan bertujuan menmbantu warga
dalam pelaksanaan pembelajaran. Pendampingan ini dilakukan sesuai
dengan kondisi warga belajar dimana warga belajar diberi pembelajaran
dan di dampingi oleh pendamping atau fasilitator.
Salah satu lembaga yang mengadakan program pendampingan
yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat Kalyanamandira. Kalyanamandira
merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dibidang
pengembangan pendidikan masyarakat kritis dengan mempopulerkan
beberapa program andalan LSM tersebut, salah satunya adalah program
pendampingan bagi anak yang berkonflik dengan hukum atau sering
disebut dengan anak konflik hukum khusus pria di Rutan (rumah
tahanan) Kelas I Kebon Waru sejak tahun 2006 sampai dengan sekarang.
Beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan oleh LSM
Kalyanamandira ini dalam pelaksanaan program pendampingan di Rutan
kelas I Kebon Waru, Bandung yaitu :
1. Mendampingi anak menemu kenali diri dan lingkungannya
2. Membuat kelompok ekspresi dan buku harian anak
3. Berjejaring dengan penggiat pemenuhan hak anak baik LSM
maupun pemerintah dalam melakukan penguatan dan
pengarusutamaan pemenuhan hak anak
4. Mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan anak
Berdasarkan hal tersebut, maka program pendampingan yang
dilakukan oleh kalyanamandira di anggap sebuah program yang tepat bagi
Anak Konflik Hukum. Program pendampingan yang dilakukan oleh
Kalyanamandira adalah sebuah strategi dalam mengatasi permasalahan
Anak Konflik Hukum selama berada di Rutan dimana pendampingan yang
dilakukan merupakan pekerjaan sosial yang pada dasarnya berada di jalur
pendidikan non formal.
Tujuan dari pendampingan yang dilaksanakan di Rutan Kebon
merancang berbagai kegiatan rutin selama anak menjalani proses hukum.
Pendampingan yang dilaksanakan lebih di fokuskan pada pendampingan
keterampilan pada anak dimana anak di dampingi dan diberikan
keterampilan. Pendampingan keterampilan dipilih agar anak yang
menjalani proses hukum tidak mengalami kejenuhan, mengasah
keterampilan dan juga kreatifitas anak.
Salah satu bentuk pendampingan keterampilan yang akan
dilakukan adalah pengolahan limbah plastik. Pengolahan limbah plastik
dipilih karena daerah sekitar Rutan kebon waru adalah daerah padat
penduduk yang menghasilkan banyak limbah plastik. Pengolahan limbah
plastik ini setidaknya membantu dalam mengolah limbah plastik yang sulit
diurai menjadi produk yang bermanfaat.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas dan
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Imas Nurlela (2010 )
dengan fokus penelitian pada proses pelaksanaan program pendampingan
terhadap anak konflik hukum, penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian pada sasaran yang sama dengan fokus berbeda yaitu “ Studi
Evaluasi Program Pendampingan Anak Konflik Hukum melalui
Keterampilan Pengolahan Limbah Plastik ”
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan observasi yang dilakukan di Rutan Kelas I Kebon
Waru dan sekitarnya terkait dengan Anak Konflik Hukum di identifikasi
berbagai hal sebagai berikut:
1. Daerah sekitar Rutan Kelas I Kebon Waru merupakan pemukiman
padat penduduk yang menghasilkan banyak limbah plastik salah
satunya di kelurahan Cicadas
2. Anak-anak yang ada di Rutan tersebut tidak memiliki kesempatan
sekolah karena harus ditahan;
3. Dalam beberapa kasus, anak yang bermasalah tidak mendapatkan
dengan keluarga. Perbaikan hubungan bahkan tidak terjadi dengan
korban;
4. Penyelenggaraan program pendampingan oleh Lembaga Swadaya
Masyarakan Kalyanamandira pada tahun 2006 hingga sekarang dan
salah satunya adalah pengolahan limbah plastik;
5. Dukungan positif dari pihak Rutan dalam penyelenggaraan program
pendampingan yaitu penyediaan tempat untuk pelaksanaan program
pendampingan;
6. Anak baru penghuni Rutan cenderung memisahkan diri dari anak-anak
lainnya. Sehingga pelaksanaan program pendampingan tidak mudah
dikondisikan dengan baik;
7. Jumlah fasilitator/pendamping yang tidak seimbang dengan jumlah
anak sehingga pendamping sulit menangani/mengontrol anak-anak;
8. Beberapa bulan belakangan ini semua program yang telah dilaksanakan
tetapi belum dievaluasi karena kesibukan setiap fasilitator
9. Berdasarkan informasi dari salah satu fasilitator bahwa program yang
dilaksanakan hingga akhir tahun ini belum bisa dievaluasi dikarenakan
AKH akan mulai pindah ke LAPAS sukamiskin sehingga tim
pendamping disibukkan untuk mempersiapkan bermacam hal demi
kelancaran kepindahan AKH
Berdasarkan identifikasi diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diteliti oleh penulis sebagai berikut :
1. Bagaimana evaluasi penyediaan sumber pendukung pelaksanaan
program pendampingan pada anak konflik hukum melalui
keterampilan pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh
LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru,
Bandung ?
2. Bagaimana evaluasi pelaksanaan program pendampingan pada anak
konflik hukum melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang
diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira hukum di Rumah Tahanan
3. Bagaimana evalusai hasil pelaksanaan program pendampingan pada
anak konflik hukum melalui pengolahan limbah plastik yang
diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I
Kebon Waru, Bandung ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang dikemukakan diatas,
maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui evaluasi penyediaan sumber pendukung dalam
pelaksanaan program pendampingan pada AKH melalui keterampilan
pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan oleh LSM
Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru, Bandung
2. Mengetahui evaluasi Pelaksanaan program pendampingan pada AKH
melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang diselenggarakan
oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas I Kebon Waru,
Bandung
3. Memperoleh evaluasi hasil pelaksanaan program pendampingan pada
AKH melalui keterampilan pengolahan limbah plastik yang
diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira di Rumah Tahanan Kelas
I Kebon Waru, Bandung
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap dengan diadakan penelitian ini memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Secara teoritis dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan tambahan informasi sebagai landasan teori bagi LSM
Kalyanamandira dan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
mengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan luar
sekolah
2. Secara praktis dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan masyarakat
khususnya anak-anak yang memiliki permasalahan sosial dan konflik
3. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
penelitian yang dilakukan baik secara teoritis maupun secara praktis di
Rutan anak Kebonwaru maupun LSM Kalyanamandira
E. Sistematika Penulisan
Sistematika yang dipergunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. BAB I : pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,
identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian
2. BAB II : kajian pustaka yang berisikan teori, kajian dan konsep yang
digunakan oleh penulis yaitu konsep program, konsep evaluasi
program, konsep pendampingan, konsep Anak Konflik Hukum, konsep
keterampilan, konsep taksonomi bloom dan konsep pendidikan luar
sekolah
3. BAB III : metode penelitian yang berisikan lokasi dan subjek
penelitian, metode penelitian yang digunakan, desain penelitian,
definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
langkah-langkah pengumpulan data, dan analisis data.
4. BAB IV : Deskripsi analisis penelitian dan hasil penelitian mengenai
penelitian evaluatif program pendampingan terhadap anak konflik
hukum yang dilaksanakan di Rutan Kebon Waru, Bandung
5. BAB V : Kesimpulan dan saran yang menyatakan mengenai hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
Setiap penelitian yang akan dilakukan, terlebih dulu harus ditentukan
metode yang akan digunakan sehingga tujuan dari penelitian tersebut dapat
dicapai. Metode sangat berhubungan dengan prosedur, alat dan desain penelitian
yang memudahkan dalam melakukan penelitian.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada program pendampingan anak yang
berkonflik dengan hukum di Jl. Jakarta No. 29 Kebon Waru Bandung
RUTAN (Rumah Tahanan) Kelas I Bandung. Pendampingan ini
diselenggarakan oleh LSM Kalyanamandira yang berada di Jl.
Kliningan 3 No 9B
2. Subjek penelitian
Penelitian yang akan dilakukan harus memiliki populasi dan
sampel. Populasi dan sampel adalah hal terpenting ketika seorang
peneliti akan mengadakan penelitian karena populasi dan sampel
merupakan objek atau subjek yang nanti dijadikan sebagai sumber data
dalam penelitian
Menurut Arikunto (2006:145) menjelaskan bahwa:
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita berbicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatianatau sasaran peneliti. Dalam penelitian ini, responden adalah orang yang dimintai memberikan keterangan suatu fakta atau pendapat.
Responden penelitian adalah orang yang dapat merespon,
memberikan informasi tentang data penelitian. Sedangkan sumber data
adalah benda, hal atau orang dan tempat dimana peneliti mengamati,
membaca, atau bertanya tentang data. Subjek penelitian diambil
peneliti dapat memperoleh informasi dalam melakukan penelitian
evaluatif program pedampingan pada anak konflik hukum di Rutan
kebon waru, bandung.
Sebagai sumber informasi yaitu koordinator tim pendamping dan
salah satu anggota tim pendamping yang dapat memberikan informasi
atau data tentang dirinya serta bagaimana pengalamannya yang
berkaitan dengan pelakasanaan pendampingan di Rutan kebon waru
Bandung, yang meliputi penyediaan sumber pendukung, implementasi,
dan hasil dari pelaksanaan pendampingan di Rutan kebon waru ,
bandung. Maka yang menjadi subjek penelitiannya terdiri dari 22 anak
konflik hukum, koordinator tim pendamping, 1 orang tim pendamping
(fasilitator), dan 1 orang praktisi dari LAHA (lembaga advokasi hak
anak) yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program
pendampingan.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan yang dibuat guna
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang terjadi saat ini,
dan ciri dari desain penelitian yaitu mendeskripsikan kejadian atau
peristiwa yang bersifat faktual, dilakukan secara survey, bersifat mencari
informasi faktual dan dilakukan secara mendetail, mengidentifikasi
masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek yang
sedang berlangsung, mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh
kelompok orang tertentu dalam waktu yang bersamaan
1. Menentukan fokus penelitian
Fokus pada penelitian ini adalah mengevaluasi program
pendampingan terhadap anak konflik hukum. Fokus ini di tentukan
berdasarkan permasalahan yang dialami oleh anak konflik hukum
selama berada di rutan Kebon Waru dimana peneliti sebelumnya
melakukan penelitian mengenai proses pelaksanaan pendampingan
terhadap anak konflik hukum, untuk itu fokus penelitian selanjutnya
melakukan observasi di tempat pelaksanaan program pendampingan,
penulis juga mendapat informasi ternyata ada anak yang sudah lebih
dari dua kali keluar-masuk Rutan Kebon Waru, informasi tersebut
yang menguatkan penulis untuk melakukan penelitian evaluatif
program pendampingan terhadap anak konflik hukum di Rumah
Tahanan Kebon Waru Bandung yang diselenggarakan oleh LSM
Kalyanamandira
2. Menentukan teori yang digunakan
Teori yang digunakan oleh penulis yaitu konsep penelitian
evaluatif, konsep program, konsep pendampingan, konsep anak konflik
hukum, dan konsep pendidikan luar sekolah
3. Menentukan sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah 22 orang anak konflik
hukum, koordinator pendampingan, 1 orang fasilitator/tim
pendamping, dan 1 orang praktisi dari LAHA (Lembaga Advokasi Hak
Anak)
4. Menentukan instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data
Instrumen yang digunakan oleh penulis untuk melakukan
penelitian evaluatif program pendampingan terhadap anak konflik
hukum yaitu wawancara yang digunakan untuk mewawancarai
koordinator tim pendamping, fasilitator/pendamping, dan praktisi dari
LAHA. Teknik wawancara digunakan karena dirasa cocok untuk
mengetahui penyediaan sumber pendukung dan implementasi dari
program pendampingan. Selain itu, untuk mengetahui perkembangan
peningkatan kemampuan keterampilan warga belajar sebelum dan
setelah mengikuti program pendampingan (pengolahan limbah plastik)
digunakan format Pre test dan post test serta lembar observasi.
5. Rencana analisis data
Setelah penulis memperoleh data yang dibutuhkan dalam
terhadap anak konflik hukum, kemudian data tersebut akan disajikan
dan dianalisis pada BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
6. Rencana mencapai tingkat kepercayaan dan kebenaran penelitian
Agar data yang diperoleh peneliti pada penelitian mengenai
penelitian evaluatif program pendampingan terhadap anak konflik
hukum valid dengan permasalahan yanng akan diteliti, maka dilakukan
pengumpulan data melalui beberapa narasumber seperti yang telah
ditentukan di sumber data
7. Mempersiapkan laporan penulisan dan penyelesaian penelitian
Laporan yang dikerjakan peneliti dari hasil penelitian di lapangan
mengenai penelitian evaluatif program pendampingan terhadap anak
konflik hukum di Rumah Tahanan Kebon Waru Bandung sesuai
dengan teori-teori yang telah dikemukakan pada BAB II
C. Metode penelitian
Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara
umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Penelitian yang
dilakukan tidak terlepas dari metode dan alat yang digunakan dalam
mengumpulkan data.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut
Surakhman (1994: 139) menjelaskan bahwa metode adalah cara utama
yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji
serangkaian hipotesis atau penelitian dengan menggunakan teknik serta
alat-alat tertentu.
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian evaluasi dengan
menggunakan metode studi kasus (case studies). Studi kasus bertujuan
untuk; (1) menghasilkan deskripsi detail dari suatu fenomena; (2)
mengembangkan penjelasan-penjelasan yang dapat diberikan dari studi
kasus itu; dan (3) mengevaluasi fenomena-fenomena (D. Gall & P. Gall,
yang kecil seperti keluarga, klub sekolah dan kelompok remaja atau “gang” (Jacobs, Razavieh, 1999:416-417). Sedangkan Robert Stake mengemukakan, bahwa sebagai suatu bentuk penelitian, studi kasus
diartikan dengan perhatian dalam kasus perorangan bukan dengan metode
dari inquari yang digunakan (D. Gall & P. Gall, 2003:435). Beberapa
referensi menunjukkan bahwa studi kasus merupakan bagian dari
penelitian kualitatif.
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan
penelitiannya adalah metode penelitian kualitatif dengan penguatan
prosentase. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa
metodelogi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah (natural
setting) peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif disini lebih
dispesifikasi lagi dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu
lebih menjelaskan, menggambarkan melalui pendeskripsian,
pengembangan secara sistematis, faktual, dan akurat.
Hal ini peneliti ingin memperoleh gambaran secara mendalam
tentang pelaksanaan pendampingan (penyediaan sumber pendukung,
implementasi dan hasil) di Rutan Kebon Waru Bandung. Sebagaimana
salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman
para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan
memahami apa yang tersembunyi sehingga sulit untuk dipahami secara
memuaskan.
D. Definisi Operasional
Dalam pemahaman yang tepat maka penelitian diperlukan definisi
operasaional yang berisi mengenai judul serta fokus dari penelitian yang
1. Studi Evaluasi
Studi evaluasi difokuskan pada suatu kegiatan dalam suatu unit
tertentu. Kegiatan tersebut dapat berbentuk program, proses, ataupun
hasil kerja, sedangkan unit dapat berupa tempat, organisasi, ataupun
lembaga. Penelitian ini dapat menilai manfaat atau kegunaan,
sumbangan dan kelayakan dari suatu kegiatan dalam satu unit.
2. Program
Program dapat diartikan menjadi dua istilah yaitu program dalam
arti khusus dan program dalam arti umum. Pengertian secara umum
dapat diartikan bahwa program adalah sebuah bentuk rencana yang
akan dilakukan. Program pendidikan luar sekolah dapat diartikan
sebagai kegiatan yan disusun secara terencana dan memiliki tujuan,
sasaran, isi dan jenis kegiatan, pelaksana kegiatan, proses kegiatan,
waktu, fasilitas, alat-alat, biaya, dan sumber-sumber pendukung
lainnya.
3. Pendampingan
Pendampingan bahwa yang didampingi adalah satu pihak yang
memiliki kelemahan atau kekurangan sehingga perlu didampingi. Hal
ini dapat dikatakan seperti menyertai dan menemani secara dekat,
bersahabat dan bersaudara serta hidup bersama dalam suka dan duka,
bahu membahu dalam menghadapi kehidupan untuk mencapai tujuan
bersama yang diinginkan.
4. Anak Konflik Hukum
Anak Konflik Hukum adalah anak yang disangka, di dakwa
maupun dipidana dalam masalah hukum
5. Keterampilan
Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Dalam
penelitian ini keterampilan yang dimaksud adalah kemampuan dalam
6. Pengolahan Limbah Plastik
Pengolahan limbah plastik berarti mengolah sampah berbahan
dasar plastik yang tidak berguna lagi menjadi sesuatu yang bermanfaat
7. Rutan
Rumah tahanan atau juga sering disebut Rutan adalah tempat
Tempat tersangka/terdakwa ditahan sementara sebelum keluarnya
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum
E. Instrumen penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sitematis dan
dipermudah olehnya. Dalam setiap penelitian, instrumen merupakan
sesuatu yang mempunyai kedudukan sangat penting, karena instrumen
akan menentukan kualitas data yang dikumpulkan. Semakin tinggi kualitas
instrumen, semakin tinggi pula hasil evaluasinya (Arikunto dan Jabar,
2008:92). Dengan demikian kualitas suatu penelitian/evaluasi ditentukan
oleh paling tidak empat kriteria berikut ini:
1. Sahih (valid), yaitu mengukur apa yang semestinya diukur
(measure what it should measure).
2. Keterandalan (reliable), yaitu instrumen tersebut bisa digunakan
kapanpun dengan hasil yang kurang lebih sama.
3. Practicable, yaitu instrumen tersebut mudah digunakan, mudah
dimengerti, praktis, dan tidak rumit.
4. Ekonomis, yaitu instrumen tersebut tidak banyak membuang uang,
waktu, dan tenaga dalam penyusunannya.
Selanjutnya Nasution (1988) menyatakan:
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang dapat membantu
untuk memperoleh data dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan melalui:
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya
merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa
penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi
yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi
berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana
tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk
memperoleh gambaran nyata suatu peristiwa atau kejadian untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Bungin (2007: 115-117)
mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1). Observasi
partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi kelompok.
Berikut penjelasannya:
a. Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah
metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana
peneliti terlibat dalam keseharian informan.
b. Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan
tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti
mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan
yang terjadi di lapangan.
c. Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh
sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat
Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu observasi
partisipan/partisipasi, dimana peneliti ikut terlibat dalam pelaksanaan
program pendampingan yang dilaksanakan di Rutan Kebon Waru
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara
penanya dengan yang ditanya atau diwawancara dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya
jawab dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses
pengumpulan data untuk suatu penelitian. Beberapa hal dapat
membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari, antara lain:
a. Pewawancara dan responden biasanya belum saling mengenal
sebelumnya
b. Responden selalu menjawab pertanyaan
c. Pewawancara selalu bertanya
d. Pewawancara tidak selalu menjuruskan pertanyaan kepada
suatu jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral
e. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah
dibuat sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan
interview guide
Selama penelitian, peneliti melakukan teknik wawancara dengan
pengelola LSM Kalyanamandira dan beberapa praktisi yang ikut
membantu selama pelaksanaan pendampingan dan dapat dipercaya
serta dipertanggungjawabkan. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data mengenai program pendampingan yang
dilaksanakan dilihat dari penyediaan sumber pendukung,
implementasi program, dan hasil pelaksanaan program setelah warga
3. Tes
Suharsimi Arikunto (2010 : 266) mengemukakan pendapat
mengenai tes bahwa tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya
sesuatu ataupun besarnya kemampuan suatu objek yang diteliti.
Menurut zainal arifin (2009:125) tes di bagi dalam dua bentuk yaitu :
a. Bentuk uraian objektif
Tes objektif sering disebut tes dikotomi karena jawabannya antara
benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Jawaban untuk tes
objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas
dan pasti. Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
1) Benar-salah, merupakan bentuk tes yang mengandung 2
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah.
2) Pilihan-ganda, merupakan tes dengan soal tes bentuk
pilihan-ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan
jawaban.
3) Menjodohkan, bentuk tes menjodohkan terdiri atas kumpulan
soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada
dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukan
persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukan kumpulan
jawaban.
4) Jawaban singkat dan melengkapi, merupakan tes yang
masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau
angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah.
Pada penelitian evaluatif terhadap program pendampingan ini
instrumen tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman
dan aplikasi warga belajar terhadap alat dan bahan yang akan
diberikan dan setelah diberikan, maka instrumen tes yang digunakan
dan dianggap sesuai adalah jenis tes objektif, dalam tes objektif dipilih
tes pilihan ganda, karena menurut penulis tes ini yang paling tepat
untuk digunakan dengan subjek penelitiannya adalah anak konflik
4. Skala sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat
sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia
sekitar, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu.
Saifuddin Azwar (2010 : 95) mengungkapkan skala sikap sebagai
berikut :
“Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang
hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggnakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap.”
Hamid Darmadi (2011:104) dalam bukunya mengatakan bahwa
ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur
sikap, antara lain:
a. Skala Likert
Skala Likert ini telah banyak digunakan oleh para peneliti guna
mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap
atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden, kemudian
responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respons
dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
b. Skala Thurston
Skala thurston tidak jauh berbeda dengan skala likert hanya saja
skala thurston menilai sikap dengan cara mempresentasikan
statemen tentang topik yang disusun dari yang tidak favorit, netral,
dan sangat tidak disenangi.
c. Skala Guttman
Skala guttman sering pula disebut sebagai teknik komulatif, yang
artinya ketika responden setuju item no2 maka artinya responden
setuju item no1. Jika responden setuju item no3 maka di asumsikan
bahwa responden tersebut setuju item no 1 dan no 2. Skala ini
d. Skala Rating
Pada skala rating ini, penilai atau rater diasumsikan bahwa mereka
adalah orang-orang yang mengetahui benar tentang tingkah laku
individual tersebut.
e. Skala Simentis (Semantic Differential Technique)
Skala sikap dengan menggunakan skala simentis ini dikonstruksi
dengan memilih kata-kata sifat yang berpasangan contohnya
jelek-baik, aktif-pasif, tajam-tumpul, senang-sedih, sulit-mudah dll.
Skala sikap merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai
tingkah laku, dalam hal ini penulis akan meneliti mengenai sikap
warga belajar setelah mengikuti program pendampingan dan yang
menjadi subjek penelitian dengan teknik pengumpulan data melalui
skala sikap yaitu anak konflik hukum yang mengikuti program
pendampingan.
5. Studi Kepustakaan
Menurut Subana (2005:77) studi kepustakaan merupakan salah satu kegiatan penelitian yang mencakup “Memilih teori, mengidentifikasi literatur atau kepustakaan dan menganalisis
dokumen, serta menerapkan hasil analisis sebagai landasan teori bagi
penyelesaian masalah dalam penelitian yang dilakukan”.
Dalam hal ini studi kepustakaan digunakan sebagai bahan acuan
yang membantu peneliti memperkaya teori-teori dan konsep yang
berkaitan dengan penelitian.
6. Studi Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:158) dokumentasi adalah mencari dan
mengumpulkan data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya. Studi
dokumentasi yang dilakukan peneliti sebagai pelengkap dalam
mengumpulkan data yaitu berupa dokumentasi pelaksanaan kegiatan
baik itu berupa foto, agenda kegiatan maupun catatan-catatan yang
7. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada yang artinya
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
G. Langkah-langkah pengumpulan data
Langkah-langkah pengumpulan data meliputi : (1) tahap pra lapangan
atau tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap pelaporan.
Langkah-langkah yang di tempuh sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan atau juga disebut sebagai tahap pra lapangan yang
dilakukan peneliti sebagai berikut :
a. Peneliti melakukan observasi di berbagai tempat baik itu PKBM,
LSM maupun organisasi yang menyelenggarakan kegiatan di jalur
pendidikan luar sekolah dengan bantuan dan rekomendasi dari
berbagai pihak.
b. Peneliti menentukan fokus penelitian yang sekiranya tidak
menyulitkan peneliti dalam proses pelaksanaan penelitian
c. Peneliti menentukan strategi supaya dipermudah dalam
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan penelitian
d. Mempersiapkan diri dalam beradaptasi dengan lingkungan
pelaksanaan penelitian dan mempersiapakan alat-alat yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian berupa buku catatan,
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah tahap yang dilakukan untuk menggali
informasi secara menyeluruh dan lebih mendalam. Pada tahap ini
peneliti melakukan:
a. Peneliti mulai menggali informasi data dengan melakukan
wawancara sehingga memperoleh informasi serta data yang
diperlukan Dalam tahapan ini peneliti melakukan wawancara
kepada beberapa pengelola LSM Kalyanamandira selaku petugas
yang bertanggung jawab dalam program pendampingan terhadap
anak konflik
b. Peneliti melakukan observasi ke lokasi atau tempat kegiatan
bersama tim pendamping dari LSM Kalyanamandira maupun
praktisi yang ikut berpartisipasi dalam program pendampingan.
c. Peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada responden
maupun pelaksana pendampingan terkait pelaksanaan program
pendampingan
d. Agar memudahkan peneliti dalam mendapatkan informasi lebih
akurat peneliti ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program
pendampingan meskipun hanya sesekali
3. Tahap pelaporan
Tahap pelaporan merupakan tahapan terakhir peneliti dalam
melakukan penelitian. Pada tahap ini peneliti mengolah data dan
informasi secara jelas dan sesuai ketentuan penelitian
H. Analisis Data
Bogdan dalam buku sugiyono (2011:244) menyatakan bahwa analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan dilapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dalam penelitian evaluatif terhadap program pendampingan
pada anak konflik hukum dilakukan dengan mencari data,
wawancara, observasi, tes, skala sikap, studi dokumentasi serta triangulasi,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat di pahami oleh orang lain maupun penulis.
Berikut tahapan-tahapan penulis dalam melakukan analisis data
1. Melakukan seleksi data
2. Mengklasifikasikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian
3. Mengolah data yang diperoleh melalui wawancara sebagai berikut:
a. Data wawancara yang diperoleh di masukkan kedalam kolom
dengan format kolom yaitu: no, pertanyaan, pihak yang
diwawancara dan deskripsi jawaban
no Pertanyaan sumber Deskripsi jawaban
b. Mendeskripsikan semua hasil jawaban
4. Mengolah data yang diperoleh melalui test (pre test dan post test),
sebagai berikut:
a. Data tes yang diperoleh dimasukan kedalam tabel dengan format
kolom yaitu : nomor, nama, hasil pre tes, hasil post tes, selisih hasil
yang diperoleh.
No Nama Hasil pre tes Hasil post tes Selisih
Catatan: hasil selisih adalah hasil post tes (–) hasil pre tes
b. Mendeskripsikan hasil dari pre tes dan post tes yang telah
diperoleh.
5. Mengolah data yang diperoleh melalui skala sikap (likert) sebagai
berikut:
a. Data skala sikap yang diperoleh di masukkan kedalam tabel
dengan format kolom yaitu: nomor, nama, aspek (+) dan (-), skor,
No
Aspek
Skor Skala Ket.
Motivasi Harapan Kerjasama Ketekunan
(+) (-) x (+) (-) x (+) (-) x (+) (-) x
b. Kriteria perhitungan jawaban
Pilihan Jawaban Skor
SS = Sangat Setuju 5
S = Setuju 4
RR = Ragu-Ragu 3
TS = Tidak Setuju 2
STS = Sangat Tidak Setuju 1 Sumber: Sugiyono
c. Rumus yang digunakan untuk mengetahui prosentase dari data
skala likert ini sebagai berikut:
̅
Maka didapatkan nilai untuk batas atas dan batas bawah sebagai
berikut:
Kriteria rentang sikap
Tabel 3.2 Rentang Sikap
No. Rentang Sikap
1. 0 – 1,5 Negatif
2. 1,5 – 2,5 Netral
3. 2,5 – 4 Positif
Sumber: Sugiyono
6. Mengolah data yang diperoleh dari observasi (keterampilan) sebagai
berikut:
a. Data yang diperoleh dimasukkan kedalam tabel dengan format
No Nama
Aspek
Jumlah (∑)
Prosentase
(%) Menyiapkan
alat
Menyiapkan
bahan Membuat
Desain
warna
Catatan: Jumlah (∑) didapat dari jumlah seluruh aspek yang diperoleh (1-4)
Tabel 3.4 Kriteria Observasi
Pilihan Jawaban Skor
ST = Sangat Terampil 4
T = Terampil 3
KT = Kurang Terampil 2
STT = Sangat Tidak Terampil 1 Sumber: sugiyono
b. Menghitung prosentase (%) pada Observasi
Jumlah Skor individu =
x 100
c. Data observasi lainnya (tanpa dihitung) disajikan berupa deskripsi
7. Melakukan analisis data, data yang telah dideskripsi, diprosentasekan,
dan di jumlahkan kemudian dianalisa untuk menafsirkan jawaban yang
diberikan responden.
8. Melakukan penarikan kesimpulan, dari data yang telah dianalisis
kemudian disimpulkan.
9. Memberikan saran-saran agar program tersebut kedepannya dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Hasil analisis yang telah diperoleh mengenai “Program pendampingan pada AKH melalui keterampilan pengolahan limbah plastik”, maka dapat ditarik kesimpulan berkaitan dengan pertanyaan penelitian yaitu evaluasi sumber
pendukung, evaluasi pelaksanaan, dan evaluasi hasil pelaksanaan. Berdasarkan
penjelasan dan analisis data yang telah dilakukan dan dipaparkan pada bab
sebelumnya mengenai deskripsi dan analisis data yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya mengenai Program pendampingan pada AKH melalui keterampilan
pengolahan limbah plastik.
A. Kesimpulan
1. Evaluasi penyediaan sumber pendukung dalam pelaksanaan program pendampingan pada Anak Konflik Hukum melalui keterampilan pengolahan limbah plastik di Rutan Kelas I Kebon Waru, Bandung
Evaluasi penyediaan sumber pendukung dalam pelaksanaan program
pendampingan pada anak konflik hukum melalui keterampilan pengolahan
limbah plastik mulai dari penyediaan sarana prasarana yaitu penyediaan
area belajar, penyediaan fasilitas belajar, dan penyediaan media belajar
memperoleh skor 5. Sumber pendukung selanjutnya yaitu fasilitator tetap
dan fasilitator relawan dengan perolehan skor 5, begitu juga dengan
lingkungan serta dana perolehan skornya adalah 5 dan ini artinya
penyediaan sumber pendukung tersebut berhasil/baik.
2. Evaluasi pelaksanaan Program pendampingan pada Anak Konflik Hukum melalui keterampilan pengolahan limbah plastik di Rutan Kelas I Kebon Waru Bandung
Pelaksanaan program pendampingan pada Anak Konflik Hukum
melalui keterampilan pengolahan limbah plastik didalamnya terdapat
persiapan, aktivitas dan partisipasi. Persiapan pelaksanaannya meliputi
tujuan pelaksanaan program, waktu yang digunakan serta tahapan
konflik hukum melalui keterampilan pengolahan limbah plastik ini secara
umum adalah untuk mengenali pribadi anak serta memberikan
pembelajaran yang tidak mereka dapatkan selama menjalani masa tahanan
di Rutan. Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan program yaitu selama
4 minggu setiap hari rabu dari pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB.
Tahapan pelaksanaan program pendampingan ini yaitu mengkondisikan
anak-anak untuk tertib, absensi, menjelaskan kegiatan yang dilaksanakan,
mendemonstrasikan pengolahan limbah plastikabsensi disini tidak formal
hanya sekedar menanyakan siapa saja yang tidak bisa ikut pelaksanaan
program pendampingan kemudian penjelasan mengenai kegiatan yang
akan dilaksanakan dengan metode ceramah, setelah itu di demonstrasikan
dan di praktekan. Persiapan yang dilakukan cukup baik
Aktivitas selama pelaksanaan program pendampingan meliputi
metode yang digunakan, materi yang diberikan dan media yang
digunakan. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program
pendampingan sudah sangat tepat dengan pelaksanaan program tersebut
karena program yang dilakukan berupa life skill dimana metode yang
digunakan adalah metode ceramah, metode domonstrasi, dan tanya jawab.
Namun untuk materi yang diberikan hanya berupa penjelasan mengenai
limbah secara umum serta pengolahannya menjadi barang yang
bermanfaat sehingga ini menjadi masukan untuk selanjutnya untuk
memberikan materi yang lebih beragam mengenai limbah plastik.
Selanjutnya yaitu media yang digunakan dalam pelaksanaan program,
media yang digunakan dalam pelaksanaan program pendampingan ini
berupa lembar petunjuk. Meskipun hanya menggunakan lembar petunjuk
pelaksanaan program tetap berjalan dengan baik.
Partisipasi pada pelaksanaan program pendampingan melalui
keterampilan pengolahan limbah plastik dapat dilihat dari jumlah warga
belajar yang ikut serta dalam pelaksanaan yaitu berjumlah 22 orang
dengan jumlah anak konflik hukum sebnayak 24 orang. Ternyata tidak
terdapat warga belajar yang tidak mengikuti pelaksanaan program
pendampingan namun program pendampingan ini berhasil dilaksanakan
dengan baik. Perolehan skor untuk evaluasi pelaksanaan adalah 6, artinya
berhasil/baik.
3. Evaluasi hasil pelaksanaan program pendampingan pada anak konflik hukum melalui keterampingan pengolahan limbah plastik
Pelaksanaan program pendampingan ini secara khususnya adalah agar
anak mampu memberdayakan diri mereka sendiri maupun orang lain. Oleh
karena itu program pendampingan ini dianggap program paling tepat yang
diselenggarakan untuk anak yang berkonflik hukum karena
anak-anak yang bergabung di rutan tidak mudah untuk membuka diri mereka
untuk itu program pendampingan melalui keterampilan limbah plastik ini
merupakan sebuah strategi agar mereka mampu membuka diri serta
sebagai pengganti pembelajaran yang tidak mereka dapatkan selama
penahanan.
Evaluasi hasil pelaksanaan yang dilakukan mengacu pada 3 ranah,
yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan teknik pengumpulan
data berupa tes, skala sikap, dan observasi mengenai pengetahuan, sikap,
dan keterampilan warga belajar dapat dikatakan meningkat. Peningkatan
tersebut ditandai dengan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang bertambah baik. Dari yang awalnnya limbah plastik ternyata bisa
diolah menjadi barang yang bermanfaat dan memiliki nilai jual hingga
akhirnya anak-anak mengetahui bahan-bahan yang harus digunakan,
alat-alat yang harus digunakan, cara pembuatan yang baik, serta mendesain
warna yang cocok. Hal tersebut terlihat dari hasil tes (pre tes dan post tes)
serta observasi yang telah dilakukan. Selain itu juga telah dilakukan
pengukuran menggunakan skala sikap mengenai motivasi, harapan,
ketekunan, dan kerjasama, yang keseluruhannya telah diukur dan
mendapatkan hasil yang positif. Perolehan skor untuk evaluasi hasil adalah
7, artinya dilihat dari hasil, pelaksanaan program bisa dikatakan sangat
B. Rekomendasi
Rekomendasi pada penelitian ini disusun berdasarkan pada kesimpulan
dan implikasi dari hasil penelitian yang penulis telah paparkan
sebelumnya. Dan rekomendasi yang diberikan penulis pada penelitian ini
adalah:
1. Pengelola Program
Hendaknya pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
program pendampingan lebih mengoptimalkan dalam penyediaan
sumber pendukung yang belum sepenuhnya berfungsi dengan baik
khusunya penyediaan media belajar, serta materi yang diberikan lebih
beragam. Dengan demikian program pendampingan dapat lebih
memenuhi kebutuhan warga belajar akan pembelajaran yang bernilai
positif.
2. Instansi Terkait
Instansi yang terkait dalam program ini adalah Rumah Tahanan
Kelas I Kebon Waru, Bandung. Hendaknya lebih mengoptimalkan
pada pembinaan, motivasi, dan memberikan solusi/pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi agar bisa meningkatkan potensi
keterampilan di bidang pengolahan limbah plastik menjadi barang
yang bermanfaat serta memberikan kemudahan akses pengadaan alat
dan bahan dalam membantu kelancaran pelaksanaan program
pendampingan yang selanjutnya.
3. Peneliti yang Akan Datang
Penulis merasa jika dalam penelitian ini masih banyak memiliki
keterbatasan, adanya temuan yang sangat positif pada program
pendampingan pada anak konflik hukum melalui keterampilan
pengolahan limbah plastik dan akan lebih sempurna lagi jika peneliti
yang akan datang untuk dapat melakukan penelitian lebih mendalam
pada bagaimana tindaklanjut yang dilakukan agar program yang
Daftar Pustaka
Arikunto, S. Jabar, C. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Frechtling, Joy. A. (2007). Logic modeling program evaluation. (1st ed). Jossey Bass. United State of Amerika. John Wiley & Sons. Inc. Hisrich, R.D., dkk. (2005). Kewirausahaan (Entrepreneurship). Edisi keenam. New York: Mc.Graw Hill.
Hikmat, H. (2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Humaniora
Kamil, Mustofa (2009). Pendidikan Non Formal. Bandung: Alfabeta.
Komar, Oong. (2006). Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: CV Pustaka Setia
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Cet.VI: Bogor : Ghalia Indonesia.
Pranarka dan Vdhyandika M. (1996). Pemberdayaan. Jakarta: CSIS.
Purwadarminta. (1994).Model Pembelajaran Pendampingan. BPPLSP Jayagiri.
Sihombing, Umbirto. (1999). Pendidikan Luar Sekolah dan Masa Depan. Jakarta: Mahkota.
Sudjana, D. (2004). Pendidikan Nonformal. Bandung : Falah Production
Sudjana, D. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Cet.II: Bandung:Rosdakarya
Sumber lain:
...(2007). Panduan pendamping pemberdayaan perempuan. Depsos RI Dirjen Pemberdayaan Sosial Direktorat Pemberdayaan Keluarga.
Sumber dari skripsi:
Rasyida, R. (2010) penerapan Appreciative Inquiry Dalam Pengembangan Identitas Remaja Yang Berkonflik Dengan Hukum. Skripsi Sarjana Pada Jurusan Kurtek FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Sudrajat, A. (2008). Konsep Sumber Belajar. [online] . Tersedia :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/. [07 September 2013]
Sudrajat, A. (2008) Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran/ [07 September 2013]
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&B. Bandung : Alfabeta.
Suharto, E. (2006). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung : Refika Aditama
Yarrizzamroni. (2011). Penelitian Evaluasi. [Online]. Tersedia :
http://yarizzamroni1991.wordpress.com/2011/09/13/penelitian-evaluasi/.