• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BUKITKEMUNING KABUPATEN LAMPUNG UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BUKITKEMUNING KABUPATEN LAMPUNG UTARA"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI

TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII

DI SMP NEGERI 1 BUKITKEMUNING

KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

ROMY ABDULLAH NPM : 1211010028

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(2)

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI

TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII

DI SMP NEGERI 1 BUKITKEMUNING

KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

ROMY ABDULLAH NPM : 1211010028

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Pembimbing I : Prof. Dr. Hj. Jusnimar Umar, M.Pd Pembimbing II : Dr. Rijal Firdaos, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(3)

ABSTRAK

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1

BUKITKEMUNING KABUPATEN LAMPUNG UTARA Oleh:

Romy Abdullah

Kata kunci: Kompetensi Kepribadian Guru PAI, Hasil Belajar

Tantangan dunia pendidikan saat ini adalah tantangan bagi guru dalam berhubungan dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru yang terkait, langsung dituntut untuk mampu menjawab dan mengantisipasi berbagai permasalahan yang muncul. Untuk mengantisipasinya diperlukan adanya profil seorang guru PAI yang mampu menampilkan sosok yang kualitas personal atau pribadinya dalam menjalankan tugasnya, karena usaha seorang guru untuk tampil menjadi pribadi yang sesuai harapan anak didiknya, dapat mendorong mereka untuk lebih bersemangat lagi dalam belajar pendidikan agama Islam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 1 Bukitkemuning Kabupaten Lampung Utara. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan regresi. Metode pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah angket dan dokumentasi. Berdasarkan dari perhitungan uji hipotesis, diperoleh rxy sebesar 0,527, Berarti 0,527 > 0,254. Adapun untuk persamaan regresinya adalah

(4)
(5)
(6)

MOTTO



































Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)1

1

(7)

PERSEMBAHAN

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktunya. Penulis persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayah Hi. M. Yushardi dan Ibu Hj. Sri Hartini yang telah memberikan kasih sayangnya dan berjuang dengan tulus jiwa raganya membesarkan dan mendidik serta mendo‟akanku dalam meraih kesuksesan dan cita-cita.

2. Kakakku tersayang Deny Hary Saputra, dan juga adik-adikku tercinta

Krishardiyati, Adinda Halimatus Sa‟diyah, dan Muhammad Abdurrohman, yang

selalu mendo‟akan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Sahabat - sahabat seperjuangan yang selalu menemaniku Agus Senthosa, Ryo Sobari, M. Arief Darmawan Yusuf, Febri Agung, Aan Sa‟in Sidik. Terkhusus keluarga PAI B angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu nama kalian disini, terima kasih berkat semangat dan kebersamaan akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Almamater tercinta Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Romy Abdullah lahir di Bukitkemuning, Kec. Bukitkemuning, Kab. Lampung Utara pada tanggal 03 November 1994. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara, buah cinta dari pasangan Ayah yang bernama Hi. M. Yushardi dan Ibu yang bernama Hj. Sri Hartini yang selalu melimpahkan kasih sayang serta cintanya bagi penulis.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‟alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Buktkemuning Kab. Lampung Utara. Sholawat dan salam semoga selalu senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, para keluarga, sahabat serta umatnya yang setia pada titah dan cintanya.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Strata Satu (S1) jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Raden Intan Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Atas bantuan dari semua pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

2. Dr. Imam Syafe‟I, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah mendidik kami di jurusan yang beliau pimpin.

(10)

4. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung yang telah membekali ilmu, sehingga penulis dapat menyusun suatu karya ilmiah ini.

5. Kepala sekolah, Guru, dan Staf di SMP Negeri 1 Bukitkemuning Kab. Lampung Utara yang telah memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

6. Ayah dan Ibu tersayang yang selalu memberikan bantuan moril dan materi kepada penulis dalam menempuh pendidikan yang sedang dijalani ini.

7. Rekan-rekan PAI terutama kelas B yang selalu memberi motivasi dan dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan dorongan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan atas semua bantuan dan partisipasi semua pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun penulis menyadari keterbatasan kemampuan yang ada pada diri penulis. Untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini berguna bagi diri penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin

Bandar Lampung, 02 Maret 2017 Penulis

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ... i

ABSTRAK. ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 3

C. Latar Belakang Masalah ... 3

D. Identifikasi Masalah ... 16

E. Batasan Masalah... 16

F. Rumusan Masalah ... 16

G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Kepribadian Guru ... 18

1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru ... 18

2. Aspek-Aspek Kepribadian Guru ... 22

3. Indikator Kompetensi Kepribadian Guru ... 26

(13)

B. Guru Pendidikan Agama Islam ... 34

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ... 34

2. Syarat-syarat dan Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam 35 3. Tugas dan Tanggungjawab Guru Pendidikan Agama Islam .... 38

C. Hasil Belajar ... 42

1. Pengertian Hasil Belajar ... 42

2. Indikator Hasil Belajar ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 45

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 45

C. Variabel Penelitian ... 46

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling... 47

1. Pengertian Populasi ... 47

2. Pengertian sampel ... 49

3. Teknik Pengambilan Sampel... 49

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

1. Angket ... 50

2. Dokumentasi ... 51

F. Instrument Penelitian ... 52

G. Uji Coba Instrument Penelitian ... 54

1. Uji Validitas ... 54

2. Uji Reliabilitas ... 56

3. Uji Normalitas ... 57

4. Uji Hipotesis... 57

5. Uji Regresi Linier Sederhana ... 58

(14)

1. Kompetensi Kepribadian Guru PAI ... 59

2. Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 ... 62

B. Hasil Uji Coba Instrumen... 65

1. Analisis Uji Validitas Angket ... 65

2. Analisis Uji Reliabilitas Angket... 67

3. Uji Normalitas ... 67

4. Uji Hipotesis... 69

5. Uji Regresi Linier Sederhana ... 74

6. Uji Koefisien Determinasi... 75

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrument Angket Kompetensi Kepribadian Guru Lampiran 2 Analisis Uji Coba Validitas Angket

Lampiran 3 Analisis Uji Coba Reliabilitas Angket Lampiran 4 Jawaban Responden Angket

Lampiran 5 Distribusi Frekuensi Angket

Lampiran 6 Data Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lampiran 7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar

Lampiran 8 Rata-rata (Mean) Angket Lampiran 9 Rata-rata (Mean) Hasil Belajar Lampiran 10 Standar Deviasi

Lampiran 11 Analisis Korelasi Variabel X dan Y Lampiran 12 Pernyataan Soal Angket

Lampiran 13 Surat Izin Pra Penelitian

Lampiran 14 Surat Permohonan Mengadakan Penelitian

Lampiran 15 Surat Izin Balasan Dari SMP Negeri 1 Bukitkemuning Lampiran 16 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebelum penulis menguraikan isi skripsi, terlebih dahulu penulis akan jelaskan mengenai beberapa istilah yang ada dalam judul skripsi ini dengan maksud untuk menghindari kesalahpahaman dalam kalangan umum. Skripsi ini

berjudul : “PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI

TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP

NEGERI 1 BUKITKEMUNING KABUPATEN LAMPUNG UTARA”.

1. Pengaruh

Pengaruh adalah dampak kuat akan sesuatu yang dijumpai atau didapati yang mendapatkan hasil yang baik atau sebaliknya.2 Pengaruh yang dimaksud dalam bahas ini adalah pengaruh dari kompetensi kepribadian guru PAI terhadap hasil belajar pendidikan agama islam di SMP Negeri 1 Bukitkemuning.

2. Kompetensi

Kompetensi didefinisikan sebagai kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang diisyaratkan

2

(17)

oleh pekerja dalam suatu kompetensi, sehingga kompetensi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan.3

3. Kompetensi Kepribadian Guru

Kompetensi guru menurut kunandar adalah “seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan

kinerjanya secara tepat dan efektif”.4

Sedangkan kepribadian adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.5

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dijelaskan bahwa kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan seorang guru yang berkaitan langsung dengan kepribadiannya, menyangkut sifat serta sikap baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Yang terlihat dari caranya bersikap, berbicara berpenampilan, dan dapat menjadi sosok yang diteladani.

4. Pendidikan agama Islam

Adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung didalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta menjadikan ajaran-ajaran Islam sebagai pandangan hidup sehingga dapat mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.

3

Parulian Hutapea, Kompetensi Plus, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 4

4

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 55

5

(18)

5. Hasil belajar

Adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.6

B. Alasan Memilih Judul

Alasan yang mendasari penulis memilih judul skripsi ini adalah guru adalah unsur yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki segenap kompetensi, salah satunya kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian merupakan seluruh sikap dan perbuatan yang mendasari perilaku individu, yang merupakan gambaran dari kepribadian individu tersebut. Dengan kata lain, baik atau tidaknya citra seorang guru di tentukan oleh kepribadian yang dimilikinya, khususnya guru PAI yang harus selalu mencerminkan sosok yang berakhlaqul karimah, mampu menjadi contoh dan teladan yang baik bagi peserta didik. Kompetensi kepribadian guru dirasa sangat berpengaruh baik untuk guru secara pribadi, peserta didik maupun sekolah.

C. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses transfer nilai-nilai dari orang dewasa (guru atau orang tua) kepada peserta didik agar menjadi dewasa dalam segala hal. Pendidikan merupakan masalah yang terpenting bagi setiap bangsa yang sedang membangun. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dilakukan secara

6

(19)

sistematis dan terarah, sesuai dengan apa yang diinginkan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1: “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah.7

Usaha untuk meningkatkan mutu guru ini sangat penting karena guru adalah pembina dan pembimbing yang mempunyai peran dalam hidup peserta didik. Kepribadian guru, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya masuk kedalam pribadi peserta didik.

Selanjutnya dalam hal sifat dan syarat yang dimiliki oleh seorang pendidik atau guru terutama guru yang mengajarkan pendidikan agama Islam, Al-Ghazali menyatakan bahwa para pendidik Islam harus memiliki adab yang baik, karena anak didiknya selalu melihat pendidiknya sebagai contoh yang harus diikutinya.8

7

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 3

8

(20)

Dalam kerangka kependidikan secara umum dapat dikatakan bahwa perilaku

guru pendidikan agama Islam dipandang sebagai “sumber pengaruh” sedangkan

tingkah laku yang belajar sebagai “efek” dari berbagai proses tingkah laku dan

kegiatan interaksi.9 Penulis sepakat dengan pendapat tersebut karena guru pendidikan agama Islam merupakan pendidik dan pengajar yang menyentuh kehidupan pribadi peserta didik karena itu oleh peserta didik sering dijadikan tokoh teladan bahkan tokoh identifikasi diri serta menjadi profil yang diidolakan dan segala kebiasaan dijadikan patokan yang paling benar oleh peserta didik di SMP yang sedang dalam pertumbuhan jasmani antara usia (+ 13-16) tahun dan pertumbuhan kecerdasan yang mendekati kematangan sehingga dapat mengambil kesimpulan yang abstrak dari kenyataan yang dilihat atau yang ditemukannya karena peserta didik berada dalam usia goncang. Padahal sosok guru pendidikan agama Islam yang ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, panggilan hati nurani bukan karena tuntutan materi belaka yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas di sekolah saja dan seyogyanya guru pendidikan agama Islam memiliki perilaku yang memadai untuk untuk dapat mengembangkan diri peserta didik secara utuh.

Eksistensi guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran umum sedikit berbeda dengan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) karena guru agama tidak hanya memberikan pemahaman aspek intelektual, tetapi juga sangat

9

(21)

berkaitan dengan kepribadian. Dalam arti khusus dikatakan bahwa dalam setiap diri seorang guru terletak tanggungjawab untuk membawa anak didiknya pada suatu kedewasaan.10

Guru pendidikan agama Islam bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma baik yang bersumber dari diri sendiri yang meliputi kaedah atau norma keagamaan dan kaedah atau norma kesusilaan maupun yang bersumber dari lingkungan sosialnya yang meliputi norma kesopanan dan norma hukum kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru dalam konteks ini pendidik berfungsi mencipta, memodifikasi dan mengkontruksi nilai-nilai baru.

Guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik atau pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai perbincangan mengenai pembaharuan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa berarti penting posisi guru pendidikan agama Islam dalam dunia pendidikan. Kompetensi kepribadian guru pendidikan agama Islam sangat mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan, karena guru pendidikan agama Islam sebagai profil pribadi yang ditiru dan diteladani oleh peserta didik baik secara sengaja atau tidak.

10

(22)

Guru merupakan teladan bagi para peserta didiknya. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap dan mengakuinya sebagai guru.11

Dengan kata lain, baik tidaknya citra seorang guru pendidikan agama Islam ditentukan kepribadiannya, walaupun kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya bisa dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur perilaku dan fisik. Oleh karena itu masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan atau citra seorang guru pendidikan agama Islam dalam pandangan anak didik atau pandangan masyarakat.

Kepribadian guru pendidikan agama Islam adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru pendidikan agama Islam dengan anak didik. Kepribadian guru pendidikan agama Islam akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik.12

Bagi guru pendidikan agama Islam khususnya telah ada standar kepribadian yakni Rasulullah SAW. Dan Allah SWT mengajarkan kepada kita untuk

11

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 45

12

(23)

meneladani pribadi beliau. Sebagaimana tercantum dalam Al-qur‟an surat Al -Ahzab ayat 21, yaitu:















Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)13

Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya guru diharapkan mampu bekerja secara profesional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu dan mempunyai akhlak yang berbudi luhur, dan salah satu faktor penting adalah peningkatan kompetensi kepribadian guru, yang tentunya harus diimbangi dengan kompetensi yang lainnya yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Adapun rinciannya akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kompetensi kepribadian : kemampuan kepribadian yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

2. Kompetensi pedagogik : merupakan pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik, untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

3. Kompetensi profesional : merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan meteologi keilmuannya.

13

(24)

4. Kompetensi sosial : merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi atau bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat.14

Kompetensi yang difokuskan dalam penelitian ini adalah kompetensi kepribadian, yang diartikan kemampuan seseorang yang dihubungkan dengan kepribadian, sifat-sifat atau karakter yang dimilikinya. Menurut Kunandar

“Kompetensi pribadi adalah sikap pribadi guru berjiwa pancasila yang mengutamakan budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya”.15

Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang berakhlak mulia, mantap, stabil, dewasa, arif, bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri, dan religius.16

Dari kepribadian guru pendidikan agama Islam itu sendiri, keberhasilan guru pendidikan agama Islam dalam mengelola proses belajar mengajar dapat dilihat dari berbagai segi diantaranya adalah prestasi yang dicapai oleh peserta didik dan jalannya proses belajar mengajar tergantung dari pendekatan yang digunakan guru pendidikan agama Islam tersebut. Tingkah laku guru pendidikan agama Islam dalam proses tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya sementara, misalnya ketepatan menentukan tujuan pengajaran atau memilih materi pengajaran yang sesuai dan kemampuan menggunakan media pengajaran

14

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 75

15

Ibid, h. 56

16

(25)

saja, tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku guru pendidikan agama Islam yang relatif tetap yaitu kepribadian guru pendidikan agama Islam itu sendiri.

Adapun indikator kompetensi kepribadian guru pendidikan agama Islam adalah :

1. Kepribadian yang mantap dan stabil

Bertindak sesuai norma hukum dan social, bangga sebagai pendidik, serta memiliki konsisten dalam bertindak sesuai dengan norma.

2. Kepribadian yang dewasa

Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja sebagai guru.

3. Kepribadian yang arif

Sebagai guru, khususnya guru pendidikan agama Islam harus menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak dalam menerima ataupun member kritik atau saran. Hal ini terlihat dalam proses belajar, guru memberikan nasehat kepada peserta didik yang sering dating terlambat ketika masuk pelajaran dikelas pada saat pergantian jam pelajaran. Guru memberikan pengarahan agar lebih tepat waktu masuk kedalam kelas.

4. Kepribadian yang berwibawa

Guru harus dapat menstabilkan emosi, terutama yang berhubungan dengan peserta didik. Kepribadian guru akan terlihat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Apabila anak didik melakukan kesalahan atau pelanggaran, sebaiknya diberi sanksi yang mendidik dan bisa menyadarkan anak, misalnya dengan membaca Al-qur‟an atau mengerjakan tugas. Tidak dengan menakut-nakuti anak didik dengan guru bersikap emosional, sehingga wibawa guru akan hilang dengan sendirinya. 5. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan

Seorang guru harus member suri tauladan bagi peserta didiknya, membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didiknya dan hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru mulia juga, sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Misalnya bertindak dengan norma religious (iman, taqwa, jujur, ikhlas, dan menolong).17

Sebagai teladan, guru pendidik agama Islam harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil atau idola seluruh kehidupannya adalah figur yang

17

(26)

paripurna. Itulah kesan terhadap guru pendidikan agama Islam sebagai sosok yang ideal, sedikit saja guru agama Islam berbuat yang kurang atau tidak baik, akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secara perlahan lebur dari jati dirinya bahkan bisa juga ia dicaci maki dengan sinis hanya karena kealpaan berbuat kebaikan. Meskipun kejahiliannya itu bak setetes air dalam daun talas. Keburukan perilaku anak didik cenderung diarahkan pada kegagalan guru pembimbing dan pembina anak didik karena faktor kepribadian guru pendidikan agama Islam yang sangat sensitif. Seorang guru tidak boleh sombong dengan ilmunya, karena merasa paling mengetahui dan terampil dibanding guru yang lainnya, sehingga menganggap remeh teman sejawatnya. Firman Allah SWT dalam QS. An-Nahl: 125 berikut ini:











Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. An-Nahl: 125)18

Berdasarkan pra survey, penulis mendapatkan bahwa kompetensi kepribadian guru PAI sudah cukup baik. Akan tetapi masih terlihat ada beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran berlangsung didalam kelas seperti guru sering terlambat untuk masuk kelas, guru kurang menanamkan disiplin dan tanggung

18

(27)

jawab terhadap peserta didiknya, contohnya masih terdapat peserta didik yang tidak menggunakan seragam lengkap serta baju seragamnya tidak dimasukkan kedalam celana.

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar peserta didik, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.19

Aspek sosial yang diemban oleh guru pendidikan agama Islam adalah misi kemanusiaan karena mengajar adalah pemanusiaan masyarakat serta aspek profesional yang menyangkut peran profesi dari guru pendidikan agama Islam atau pendidik dalam arti yang memiliki kualifikasi profesi sebagai seorang guru pendidikan agama Islam.

Pada dasarnya melalui proses pendidikan akan membentuk kepribadian seseorang.20 Untuk membentuk kepribadian sesoarang memerlukan sebuah tuntunan atau acuan untuk mencapai hal itu, maka dari itu diperlukan nya

19

Muhibbin Syah, Psikologi belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 216

20

(28)

bimbingan mengenai pendidikan agama, karena agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan kepribadian seseorang. Dan untuk merelisasikan fungsi dan tujuan pendidikan harus ada proses yang kita kenal dengan istilah belajar.

Belajar adalah proses perubahan perilaku, berkat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku mengacu aspek kognitif, afektif dan psikomotor seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan perubahan perilakunya. Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkat laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Dan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar adalah hasil belajar.

(29)

dan psikomotorik21. Jadi hasil belajar merupakan kemampuan yang di peroleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberiakan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Hasil belajar sangat besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru harus benar-benar berusaha meningkatkan hasil belajar pada diri siswa, guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan kreativitas siswa sehingga akan terjadi proses belajar mengajar yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat menentukan hasil belajar yang dilakukan oleh peserta didik.22

Tabel 1.1

Data Nilai Ulangan MID Semester Kelas VIII SMP Negeri 1 Bukitkemuning

No Kelas Hasil

< 75 ≥ 75

1 VIII A 5 siswa 27

siswa

2 VIII B 15 siswa 21

siswa

3 VIII C 24 siswa 11

siswa

4 VIII D 20 siswa 15

siswa

5 VIII E 29 siswa 5 siswa

21

Diyamti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-5, 2013), h. 193

22

(30)

6 VIII F 25 siswa 9 siswa

7 VIII G 25 siswa 9 siswa

Jumlah 143

siswa

97 siswa

Sumber: Daftar nilai hasil ulangan MID semester PAI kelas VIII tahun ajaran 2015/2016

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk keseluruhan peserta didik kelas VIII dengan jumlah keseluruhan 240 orang peerta didik. Maka jika dilihat peserta didik lebih banyak yang mendapatkan nilai pada skala < 75, yaitu 143 orang peserta didik, dibandingkan dengan peserta didik dengan

skala ≥ 75 jumlah peserta didik sangatlah sedikit yaitu 97 orang peserta didik. Hasil tersebut apabila dinyatakan dalam bentuk presentase diperoleh perbandingan antara peserta didik yang mencapai KKM dengan peserta didik yang belum mencapai KKM yaitu 59,58% berbanding 40,42%. Nampak bahwa masih sangat sulit bagi peserta didik untuk mendapatkan nilai diatas KKM. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian tentang

„„Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Hasil Belajar Peserta

Didik Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Bukitkemuning Kabupaten Lampung Utara”.

D. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

(31)

E. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diperoleh oleh penulis maka adapun batasan dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Hasil Belajar Kelas VIII di SMP Negeri 1 Bukitkemuning Kabupaten Lampung Utara. Peneliti membatasi masalah yaitu : 1. Guru yang dimaksud adalah guru pendidikan agama Islam kelas VIII SMP

Negeri 1 Bukitkemuning

2. Indikator kepribadian seperti : kepribadian mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan menjadi teladan

3. Mata pelajaran dibatasi hanya mata pelajaran pendidikan agama Islam 4. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 1 Bukitkemuning

F. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi kepribadian guru PAI terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 1 Bukitkemuning Kabupaten Lampung Utara?”

G. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(32)

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, maka kegunaan penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis

Sebagai bahan informasi tertulis tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam (PAI) terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 1 Bukitkemuning Kabupaten Lampung Utara.

b. Secara praktis

(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kompetensi Kepribadian Guru

1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru

Dalam dunia pendidikan, guru memiliki peran central dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional. Oleh karena itu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan BAB VI Pasal 28 ayat 1, menjelaskan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.23

Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.24

Kompetensi adalah kemampuan seseorang dalam mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman dan keahlian terhadap tugas atau peranan.

23

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan BAB VI

Pasal 28 Ayat 1

24

(34)

Kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang membuatnya sanggup mengaplikasikan prestasi unggulan pada pekerjaan tertentu peranan dan situasi tertentu.25

Kompetensi guru menurut Kunandar adalah “seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan

kinerjanya secara tepat dan efektif”.26

Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan 4 jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional.27

Menurut E. Mulyasa, “kompetensi adalah kemampuan yang merupakan

pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak”.28

Sedangkan Kata “kepribadian” berasal dari kata personality (bhs. inggris) yang berasal dari kata Persona (bhs. Latin) yang berarti kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang.29

25

Ubaedy, Kompetensi Kunci Dalam Berpresta si, (Jakarta: Bee Media Indonesia, 2007), h. 6

26

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 55

27

Jejen Musfah, Op. Cit, h. 30

28

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.37

29

(35)

Menurut Jalaludin kepribadian adalah kualitas dari seluruh tingkah laku seseorang.30 Kepribadian adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.31 Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah

mengatakan “kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (ma‟nawi), sukar

dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan”.32

Prof. Dr. Zakiah Darajat menyatakan “Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah)”.33

Jejen Musfah juga menjelaskan bahwa “guru harus berkepribadian baik,

karena ia sebagai model bagi murid dan komunitas lainnya disekolah. Karena persoalan moral tidak cukup hanya dibicarakan, namun perlu terwujud dalam aksi nyata.34

Menurut Moh. Roqib dan Nurfuadi Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang

30

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005), h. 174

31

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 39

32Ibid,

h. 40

33

Muhibin Syah, Psikologi P endidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), h. 225

34

(36)

kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.35

Dalam al-Qur‟an terdapat ayat yang menyebutkan tentang nafs yang sering diterjemahkan sebagai jiwa, pribadi atau diri sendiri. Allah berfirman dalam surat Asy-syam ayat 7-10 :















Artinya: “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.(QS. Asy-syam: 7-10)36

Ayat diatas menjelaskan bahwa jiwa atau kepribadian merupakan kualitas dari seluruh tingkah laku seseorang, baik fisik maupun psikis, baik yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh terhadap orang lain.

Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian para peserta didik. Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yang

35

Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru: Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru yang Sehat di Masa Depan, (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009), h. 122

36

(37)

sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia, serta menyejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.37

Berdasarkan pengertian diatas, penulis dapat mengambil suatu pengertian bahwa kompetensi kepribadian guru adalah seperangkat kecakapan, kemampuan, kekuasaan, kewenangan yang dimiliki oleh seorang guru yang semua itu terorganisir dalam suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dan bersifat dinamis dan khas, yang berkaitan langsung dengan kepribadiannya sebagai individu yang unik dan berbeda dengan guru lainnya, menyangkut sifat serta sikap baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, yang terlihat dari caranya bersikap, berbicara, berpenampilan, dan dapat menjadi sosok yang diteladani.

2. Aspek-aspek Kepribadian Guru

Kepribadian itu mengandung pengertian yang kompleks, ia terdiri dari bermacam-macam aspek, baik fisik maupun psikis. Sebelumnya ada baiknya jika penulis uraikan terlebih dahulu beberapa aspek kepribadian yang penting dengan pendidikan, dalam rangka pembentukan anak didik.38

Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspek-aspek

37

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 117

38

(38)

ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu,sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap.39

Menurut para ahli psikologi memberikan penekanan bahwa yang dipelajari oleh psikologi bukanlah jiwa, tetapi tingkah laku manusia, baik perilaku yang kelihatan (overt) maupun yang tidak kelihatan (convert). Tingkah laku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu :40 a. Aspek Kognitif (Pengenalan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya

bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan dan pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan, dan mengendalikan tingkah laku.

b. Aspek Afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif.

c. Aspek Motorik, yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.

Menurut Ngalim Purwanto, ada enam aspek kepribadian yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu :

39

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 225

40

(39)

a. Sifat kepribadian

b. Intelegensi atau kecerdasan

c. Pernyataan diri dari cara menerima kesan-kesan d. Kesehatan

e. Bentuk tubuh

f. Sikap terhadap orang lain.41

Sedangkan kepribadian dalam Islam adalah berdasarkan kepada aqidahnya, Al-Qur‟an sendiri membedakan manusia menjadi tiga kategori yang berdasarkan aqidahnya, yaitu orang-orang yang beriman, orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Dalam hal ini penulis sedikit menguraikan tentang golongan orang-orang yang beriman, dalam surat Al-Anfal : 2-4 Allah berfirman :























































Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah

41

(40)

orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. (QS.Al-Anfal: 2-4)42

Ayat ini menerangkan bahwa ada beberapa sifat tentang orang-orang yang beriman dan orang-orang yang ikhlas dalam keimanan mereka, sifat-sifat tersebut adalah orang yang selalu ingat kepada Allah SWT dalam hati mereka, orang yang selalu bertambah mantap keyakinan dan keimanannya, orang yang selalu menyerahkan segala urusan mereka kepada Allah SWT, orang yang selalu mendirikan dan menunaikan shalat dengan sempurna dan orang yang selalu menafkahkan sebagian hartanya. Dalam kepribadian seorang mukmin, sifat-sifat tersebut tidaklah lepas antara satu sama lainnya, tetapi saling berinteraksi dan saling menyempurnakan, semuanya berpartisipasi dalam mengarahkan tingkah laku seorang mukmin dalam semua bidang kehidupannya. Demikianlah di antara sekian banyak gambaran Al-Qur‟an tentang kepribadian yang luhur dan ideal, kepribadian ini merupakan kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang termasuk di dalamnya seorang guru pendidikan agama Islam yang berkewajiban mendidik generasi penerus yang berbudi pekerti luhur, ideal dan dilengkapi iman dan taqwa kepada Allah SWT.

3. Indikator Kompetensi Kepribadian Guru

42

(41)

Bagi guru pendidikan agama Islam, kompetensi kepribadian menjadi kunci utama keberhasilan pengajarannya. Guru bertugas menanamkan nilai-nilai agama Islam sehingga peserta didik berkomitmen untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Kedudukan guru sebagai pendidik tidak bisa dilepaskan dari guru sebagai pribadi. Kepribadian guru sangat mempengaruhi peranannya sebagai pendidik dan pembimbing. Seorang guru dalam mendidik dan membimbing peserta didiknya tidak hanya dengan bahan yang ia sampaikan, tetapi dengan seluruh kepribadiannya. Sebagaimana firman Allah SWT surat Ali Imran ayat 159 :



















Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.(QS. Ali Imran: 159)43

43

(42)

Ayat diatas mengindikasikan bahwa seorang guru menjadi pembimbing dan penyuluh terhadap peserta didiknya. Hal tersebut akan membuat peserta didik mampu mengatasi segala bentuk kesulitan hidup dan kesulitan dalam belajar atas dasar iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Adapun kompetensi pribadi meliputi “kemampuan-kemampuan dalam memahami diri, mengelola diri, mengendalikan diri dan menghargai diri”.44 Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Kepribadian yang mantap dan stabil

Indikator dari kepribadian yang mantap dan stabil yaitu bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai norma sosial bangga sebagai guru profesional, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma yang berlaku dalam kehidupan. Pribadi yang mantap berarti seorang guru tersebut memiliki suatu kepribadian yang tidak tergoyahkan (tetap teguh dan kuat dalam pendiriannya). Sedangkan pribadi yang stabil merupakan suatu kepribadian yang kokoh, jika kita telaah dari segi arti bahasanya pribadi stabil ini sama halnya dengan pribadi mantap.

Kepribadian yang mantap dan stabil ini menekankan pada tiga hal yang menjadi landasan kepribadiaannya, yaitu : kebenaran, tanggungjawab, dan kehormatan. Sehingga dalam segala tindakan seorang guru harus memperhatikan kebenaran, tanggungjawab, dan kehormatan. Dalam menghadapi permasalahan seorang guru harus mampu meredam

44

(43)

emosi dan dapat menyelesaikan dengan tenang sehingga dapat menjaga kehormatannya sebagai guru. Jika tidak dapat mengendalikan emosi dan mudah marah akan membuat peserta takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekhawatiran untuk dimarahi dan membelokkan konsentrasi peserta didik.45

b. Kepribadian yang dewasa

Indikator dari kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi. Guru sebagai pribadi, pendidik, pengajar dan pembimbing dituntut memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi, serta kesehatan jasmani dan rohani.46

Pribadi dewasa yang dimiliki seorang guru bisa menjadikan peserta didik merasa terlindungi, diayomi, dan dibimbing dalam proses belajar mengajar. Dengan terjalinnya keakraban antara guru dengan peserta didik maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar.

c. Kepribadian yang arif

Indikator dari kepribadian yang arif yaitu : menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. Dalam

45

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007),hlm.121

46

(44)

pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Banyak perilaku peserta didik yang menyimpang bahkan bertentangan dengan moral yang baik, misalnya merokok, rambut gondrong, rambut disemir, membolos, tidak mengerjakan PR, berkelahi, melawan guru dan masih banyak lagi. Dengan kata lain, masih banyak peserta didik yang tidak displin dan hal ini dapat menghambat jalannya pembelajaran. Kondisi tersebut menuntut guru untuk bersikap disiplin, arif, dan berwibawa dalam segala tindakan dan perilakunya, serta senantiasa mendisiplinkan peserta didik agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Tugas guru dalam pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran saja, namum lebih dari itu, guru harus senantiasa mengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku yang tidak disiplin. Bentuk perwujudan dalam rangka mendisiplinkan peserta didik, guru harus mampu menjadi pembimbing, contoh atau teladan, pengawas, dan pengendali seluruh perilaku peserta didik.47

d. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan

Indikator dari kepribadian akhlak mulia dan dapat menjadi teladan yaitu bertindak sesuai norma agama, iman dan takwa, jujur, ikhlas dan memiliki perilaku yang pantas untuk diteladani siswa. Guru yang baik harus memiliki akhlak yang mulia dan bisa menjadi teladan bagi peserta

47

(45)

didik. Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi memerlukan ijtihad yang mujahadah, yakni usaha yang sungguh-sungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah dan didasarkan pada niat ibadah. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima dan menggunakannya secara konstruktif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi ini patut di pahami, dan tidak perlu menjadi bahan yang memberatkan. Sehingga dengan keterampilan dan kerendahan hatinya akan memperkaya pembelajaran.48

e. Kepribadian yang berwibawa

Indikator dari kepribadian yang berwibawa yaitu memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap siswa dan memiliki perilaku yang disegani.49 Kewibawaan disini berarti hak memerintah dan kekuasaan untuk dipatuhi dan ditaati. Ada juga yang mengartikan bahwa kewibawaan adalah sikap dan penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat. Sehingga dengan kepribadian guru yang berwibawa, anak didik merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Guru

48

Ibid, h. 127

49

(46)

Kepribadian berkembang dan mengalami perubahan, tetapi dalam perkembangannya membentuk pola-pola yang khas yang merupakan ciri unik bagi setiap individu. Menurut Ngalim Purwanto terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:

a. Faktor Biologis

Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan seseorang/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.

b. Faktor Sosial

(47)

perkembangan seseorang, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan seseorang sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi seseorang selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima seseorang masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang seseorang maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.

c. Faktor Kebudayaan

Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaanyang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain: 1) Nilai-nilai (Values)

(48)

itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.

2) Adat dan Tradisi.

Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.

3) Pengetahuan dan Keterampilan.

Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya.

4) Bahasa

Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.

(49)

Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.50

B. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Dalam pengertian lebih luas, guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, disekolah maupun diluar sekolah.51 Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, dan mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.52

Dengan demikian guru adalah setiap orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan bertugas mendidik, mengajar, mengarahkan anak didiknya. Karena dengan pendidikan dan bimbingan yang ia berikan kepada

50

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 160-163

51

Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Rineka Cipta, Jakarta, 2000), h . 32.

52

(50)

anak didik selain akan memberikan wawasan ilmu pengetahuan juga akan membantu peserta didik agar mempunyai kepribadian yang baik.

2. Syarat-Syarat dan Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam

Tugas seorang guru, khususnya guru agama tidak memenuhi pendidikan dunia saja namun mencapai kehidupan dunia akhirat. Oleh karena itu guru harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

a. Harus sudah dewasa

Tugas mendidik adalah tugas yang amat penting karena menyangkut perkembangan seseorang. Oleh karena itu tugas itu harus dilakukan secara bertanggung jawab, itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah dewasa, anak-anak tidak dapat diminta pertanggung jawaban.

b. Harus sehat jasmani dan rohani

Jasmani yang tidak sehat akan menghambat pelaksanaan pendidikan, bahkan dapat membahayakan anak didik bila mempunyai penyakit menular. Dari segi rohani, orang gila berbahaya juga bila ia mendidik. c. Tentang kemampuan mengajar harus ahli

(51)

d. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi. Syarat ini amat penting dimiliki untuk melaksanakan tugas-tugas mendidik selain mengajar.53 Selain itu juga menurut Zuhairini dkk, bahwa pendidik harus mempunyai kompetensi personal yaitu :

a. Takwa kepada Allah b. berilmu

c. Sehat jasmani dan rohani d. Berakhlak baik.

e. Bertanggung jawab dan berjiwa nasional54

Menurut Ramayulis, seseorang dapat menjadi guru ia harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :

a. Beriman b. Bertaqwa c. Ikhlas d. Berakhlak

e. Berkepribadian yang integral f. Cakap

g. Bertanggung jawab h. Keteladanan

i. Memiliki kompetensi.55

Adapun persyaratan menjadi guru agama Islam secara terperinci dari Departemen Agama RI, adalah sebagai berikut :

a. Syarat Formil

1) Memiliki ijazah guru agama 2) Sehat jasmani dan rohani

3) Tidak memiliki cacat yang mencolok

53

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Persefektif Islam, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Cet ke-4, 2001), h . 80-81

54

Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Bumi Aksara, Surabaya, 2014), h . 40.

55

(52)

4) Mengetahui pengetahuan agama yang mendalam

5) Memiliki sikap dasar sebagai seorang muslim yang bertaqwa dan berakhlak mulia

6) Watak yang baik dan berkepribadian pancasila

7) Diangkat oleh pejabat yang berwenang atau pemerintah b. Syarat Material

1) Memiliki ilmu pengetahuan agama Islam yang lebih luas dan mendalam

2) Memiliki ilmu didaktik metodik 3) Memiliki ilmu metodologi pengajaran 4) Memiliki ilmu pendidikan

5) Memiliki pengetahuan ilmu jiwa

6) Memiliki ilmu pengetahuan bimbingan dan penyuluhan

7) Mengetahui ilmu pengetahuan pelengkap terutama ada hubungan dengan profesinya

c. Syarat Non Formil

1) Mengamalkan ajaran agama yang menjadi profesinya 2) Memiliki kepribadian sebagai pendidik yang muslim

3) Mau mengamalkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

4) Memiliki sikap demokrasi, tenggang rasa, mencintai sesama manusia, bangsa dan lingkungan sekitarnya

5) Bermain dan bersikap positip terhadap perkembangan yang lebih luas 6) Menyadari, mematuhi disiplin dan peraturan yang berlaku dengan

penuh tanggung jawab

7) Berinisiatif, berdaya kreatif dalam memegang persoalan 8) Menghargai waktu, hemat dan produktif.56

Dengan demikian dapat diketahui bahwa cukup banyak persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi guru agama Islam. Ditetapkan persyaratan untuk menjadi guru agama Islam sedemikian rupa itu supaya orang yang menjadi guru agama Islam mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan

56

(53)

mampu mencapai keberhasilan mengajar dan mendidik dengan semaksimal mungkin.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

a. Tugas Guru

Tugas dan kewajiban guru agama Islam adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Zuhairini dkk, bahwa pendidikan Islam yang diterapkan harus mampu :

1) Mengajarkan ilmu pengetahuan agama 2) Menanamkan keimanan dalam jiwa

3) Mendidik agar anak dapat menjalankan ajaran agama 4) Mendidik agar berbudi pekerti yang mulia

5) Pendidikan islam sebagai pendidikan yang bertujuan untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat, maka pendidikan islam lebih bertanggung jawab terhadap pembinaan kepribadian yang baik yang mencerminkan nilai-nilai islami kepad

Gambar

Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan MID Semester Kelas VIII SMP Negeri 1 Bukitkemuning
Tabel 3.1 Jumlah Peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Bukitkemuning
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument Angket Kompetensi Kepribadian Guru
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Angket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Modul Bidang Kewir ausahaan mengenai ” Menciptakan Peluang Usaha ” ini diharapkan dapat menjadi komponen pendukung bagi pembelajaran Guru Kewirausahaan sebagai tindak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan self efficacy dalam pemilihan karir pada siswa SMK PL Tarcisius Kelas XI Jurusan Ilmu Administrasi antara sebelum

Untuk itnlah sebaiknya RSU Sari Mutiara Medan melakukan pisah batas (cut ofi)pendapatan yang terjadi pda dna periode dan memberikan laporan khusus atas pemakaian jasa pasien

atau overhype. Berikut pemaparan dari Bapak Febrian Prayoga. “Ini memang suatu kekhawatiran untuk kami, karena itu bersangkutan dengan upaya menjaga image baik

Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan bercerita di depan kelas, bahkan dalam satu pertemuan

Latar Belakang: Harga diri tidak terbentuk dari lahir, tetapi dipelajari dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan

 Mengerjakan soal dengan baik yang berkaitan dengan cara menghitung turunan fungsi dengan menggunakan definisi turunan, menggunakan teorema-teorema umum turunan

Hal tersebut dikarenakan Reward mencangkup beberapa aspek yaitu adanya penghargaan dari pendidik (guru). Reward akan sangat bermanfaat bagi peserta didik terutama