• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Dimensi Wellness pada Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Dimensi Wellness pada Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas "X" Bandung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh gambaran mengenai dimensi-dimensi wellness yaitu emotional-mental wellness, intellectual wellness, physical wellness, social wellness, dan spiritual wellness pada mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung berdasarkan pada teori Wellness dari Corbin (2006). Responden penelitian ini yaitu populasi berjumlah 44 orang mahasiswa dari angkatan 2012 sampai angkatan 2015 Program Studi Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner wellness yang dirancang oleh Rosalia (2015) dan telah dimodifikasi oleh peneliti. Uji validitas alat ukur menggunakan content validity dengan empat expert judgment. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji reliabilitas Alpha Cronbach dengan reliabilitas dimensi wellness berkisar antara 0,527 hingga 0,733. Item yang digunakan dalam penelitian berjumlah 45 item.

Berdasarkan hasil pengolahan data, mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung memiliki derajat tinggi pada dimensi-dimensi wellness. Dalam penelitian ini ditemukan kecenderungan keterkaitan antara faktor health-care system dengan dimensi emotional-mental wellness, faktor gaya hidup sehat dengan dimensi emotional-mental wellness dan intellectual wellness.

(2)

Abstract

The goal of this research is to find big pictures about wellness dimensions which is emotional-mental wellness, intellectual wellness, physical wellness, social wellness, and spiritual wellness on collage student at Psychology Magister of “X” University in Bandung based on the theories of Wellness from Corbin in 2006. The respondent of this research is a population consist of 44 people from generation 2012 until 2015 of student collage in Psychology Master Profession of “X” University in Bandung.

The measuring instrument used in this research is a questionaire of wellness that Rosalia (2015) designed and have been modified by researcher. Validity of the item were tested using content validity and four expert judgment. Data that were gathered have been tested using Alpha Cronbach test of reliability and the result is the reliability of wellness dimension is in the range of 0,527 and 0,733. This research has consisted of 45 item.

Based on the result of data interpreting, student collage in Psychology Magister of “X” University in Bandung have high degree in wellness dimensions. In this research found a tendency linkages between health-care system factor with dimensions of emotional-mental wellness , healthy lifestyle factors with dimensions of emotional- mental wellness and intellectual wellness.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

1.5 Kerangka Pemikiran ... 13

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Health dan Wellness ... 22

2.2 Wellness ... 22

2.2.1 Dimensi-dimensi Wellness ... 24

2.3 Faktor yang Memengaruhi Wellness ... 26

2.4 Teori Perkembangan Dewasa Awal ... 30

2.4.1 Perkembangan Kognitif Dewasa Awal ... 30

2.4.2 Perkembangan Fisik Dewasa Awal ... 32

2.4.3 Perkembangan Sosioemosional Dewasa Awal ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 36

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 36

3.3 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual, dan Definisi Operasional 37 3.3.1 Variabel Penelitian ... 37

3.3.2 Definisi Konseptual ... 37

3.3.3 Definisi Operasional ... 38

3.4 Alat Ukur ... 40

3.4.1 Alat Ukur Wellness ... 40

3.4.2 Sistem Penelitian ... 41

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 43

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 43

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 43

(5)

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.5.1 Populasi Sasaran ... 45

3.5.2 Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.6 Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 47

4.1.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Angkatan ... 47

4.1.2 Persentase Responden Berdasarkan Status Marital ... 47

4.2 Hasil Penelitian ... 48

4.3 Pembahasan Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 73

5.2.1 Saran Teoritis ... 73

5.2.2 Saran Praktis ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(6)

DAFTAR GAMBAR

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Wellness ... 40

Tabel 3.2 Bobot Penilaian Alat Ukur Wellness ... 40

Tabel 3.3 Skor Mutlak Dimensi ... 42

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 44

Tabel 3.5 Reliabilitas Dimensi Wellness ... 45

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Angkatan ... 48

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Status Marital ... 49

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Alat Ukur Wellness Lampiran 2 Data Mentah

Lampiran 3 Kuesioner Wellness

Lampiran 4 Tabel Crosstab Faktor-Faktor yang memengaruhi Lampiran 5 Tabel Analisis Item

Lampiran 6 Tabel Crosstab Data Demografis Lampiran 7 Data Responden

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi, persaingan global yang semakin ketat menuntut kita semua untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi. Beragam profesi ikut serta dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Baik pemerintah, guru, dokter dalam pembangunan kesehatan fisik, dan juga psikolog dalam hal pembangunan kesehatan mental di Indonesia. Pembangunan kesehatan pada hakikatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang terkait fisik, mental, sosial budaya maupun ekonomi (dinkes-semarang, 2015).

Salah satu profesi di Indonesia yang turut membangun kesehatan mental di Indonesia adalah Psikolog. Pada saat ini dan masa yang akan datang, tuntutan kebutuhan terhadap peran Psikolog di Indonesia semakin tinggi. Dengan adanya perubahan kontekstual masyarakat baik di bidang sosial, budaya politik dan ekonomi akan menimbulkan persoalan-persoalan bio-psiko-sosial yang rumit, sehingga kebutuhan akan Psikolog yang profesional semakin besar (Magister Psikologi Unair, 2010).

(10)

dasarnya profesi psikolog bertujuan untuk memberikan layanan psikologi (Psychological Service) bagi manusia yang membutuhkannya berdasarkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya. Untuk itu harus ada jaminan bahwa orang yang melakukannya memang benar-benar memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas keprofesian tersebut (Hatta, 2010).

Sistem pendidikan tinggi psikologi di Indonesia sudah berada dalam jalur yang sesuai dengan konsep keprofesian psikologi itu yaitu dengan menyatukan kompetensi keilmuan dan keprofesian pada jenjang/strata S2, Magister (master) keilmuan sekaligus praktisi psikolog. Sehingga dapat menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya profesi psikolog di Indonesia pada masa-masa yang akan datang, karena memiliki sumber daya profesional psikolog yang memiliki bekal kemampuan melakukan layanan psikologi bagi masyarakatnya (Hatta, 2010).

Salah satu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program magister

psikologi adalah Universitas “X” Bandung. Mahasiswa Magister Psikologi Profesi

Universitas “X” Bandung dituntut untuk dapat memiliki kemampuan melakukan

penyelesaian persoalan psikologis dan mengembangkan potensi individu, kelompok, organisasi dan komunitas melalui intervensi psikologis klinis dan atau non-klinis (Magister Psikologi “X”, 2012).

(11)

dengan materi pada matrikulasi. Selain itu, pada semester 1 mahasiswa seringkali mendapat tugas analisis teori dari buku-buku Bahasa Inggris yang dihayati sebagai kesulitan mahasiswa semester 1 karena tugas tersebut banyak dan kemampuan Bahasa Inggris yang terbatas.

Pada semester 2, perkuliahan sudah terbagi berdasarkan majoring yang dipilih. Kesulitan dalam bahan materi berkurang dibandingkan dengan semester 1, tetapi kesulitan lain adalah pembahasan kasus yang lebih spesifik sesuai dengan majoring. Disamping itu, teman-teman mahasiswa pada major lebih sedikit

dibandingkan semester 1 membuat mahasiswa merasa teman seperjuangannya berkurang dalam menyelesaikan studi magister.

Pada semester 3 program studi Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung, mahasiswa mulai menjalani Praktek Kerja Psikologi Profesi (PKPP). Pada PKPP ini, mahasiswa ditntut untuk dapat menyelesaikan kasus “10+1”, yaitu

menyelesaikan sepuluh kasus pribadi dan satu kasus kelompok dalam bidang minat yang dipilih. Hal tersebut merupakan ciri khas pada program studi magister psikologi profesi Universitas “X” Bandung. Selain itu, dalam semester ini mahasiswa juga harus membuat Usulan Penelitian untuk Tesis yaitu syarat kelulusan studi magister. Kesulitan yang dirasakan adalah pengaturan waktu antara PKPP dan menyediakan waktu untuk mengerjakan UP. Pada semester 4, mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung dituntut untuk sudah menyelesaikan PKPP. Selain itu, tesis juga merupakan tuntutan yang harus diselesaikan oleh mahasiswa pada semester ini.

Selain mewawancarai mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung, peneliti juga mewawancarai Sekretaris Program Studi Magister Psikologi

(12)

semesternya. Semester satu, mahasiswa dituntut mengetahui ilmu keprofesian dan kemagisteran dasar. Ilmu dasar keprofesian dalam hal ini adalah dasar asesmen dan dasar intervensi. Mata kuliah kemagisteran pada semester 1 berjumlah 17 SKS. Kemudian pada semester 2, mahasiswa sudah mulai masuk pada majoring masing-masing ilmu. Intervensi sudah terarah pada majoring tersebut, misalnya mahasiswa yang mengambil majoring klinis maka sudah mulai mengambil data subyek penelitian dan melakukan intervensi klinis. Pada semester 3, Mahasiswa melakukan PKPP yaitu mencari dan menyelesaikan 10 kasus pribadi serta 1 kasus kelompok sesuai dengan majoring masng-masing. Lalu pada semester 4, mahasiswa dituntut menyusun Tesis dengan program intervensi di dalamnya guna menyelesaikan studi pada program Magister Psikologi Profesi di Universitas “X” Bandung.

Menurut penuturan Sekretaris Program Studi Magister Psikologi Profesi

Universitas “X” Bandung, tuntutan yang diberikan kepada mahasiswa tersebut tidak

semata-mata untuk memberatkan atau menyulitkan mahasiswa dalam menyelesaikan studi, tetapi untuk membuat mahasiswa belajar dan paham mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan psikolog dan supaya mahasiswa dapat menjadi psikolog yang profesional dan kompeten.

Tuntutan yang didapatkan Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung memberikan tekanan bagi mahasiswa tersebut, bahwa mereka merasa

tidak sepenuhnya sejahtera selama menjalani sudi magisternya. Tekanan yang dirasakan mahasiswa dapat berdampak bagi kinerja mahasiswa Magister Psikologi Profesi dalam menjalankan studi magisternya, bahkan dapat memengaruhi mahasiswa dalam mencapai target kelulusan yang tidak tepat waktu.

(13)

menikah, dan mempunyai anak. Mereka dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain yang artinya mahasiswa Magister Psikologi Profesi sudah harus mandiri dan lepas dari tanggung jawab orang tua mereka. Hal ini bisa menjadi tuntutan lain bagi mereka agar segera lulus tepat waktu. Dengan demikian, pada mahasiswa Magister Psikologi Profesi dibutuhkan pengelolaan stres yang baik, kemampuan intelektual yang memadai, kebugaran fisik dalam keseharian, menjalin relasi yang mendalam dengan orang lain, dan memiliki targer serta tujuan hidup yang jelas. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari kesehatan yang optimal.

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi meliputi fisik dan mental yang harus dicapai dan harus selalu ditingkatkan oleh individu. Kesehatan individu bersifat unik bergantung pada masing-masing karakteristik individu. Mengalami penyakit, gangguan kesehatan dan kematian merupakan komponen negatif yang dapat melemahkan kesehatan optimal. Kematian adalah kebalikan yang utama dari kesehatan optimal. Sedangkan komponen positif dari kesehatan yang optimal adalah Wellness. Seseorang dengan derajat yang tinggi pada emotional-mental wellness,

intellectual wellness, physical wellness, social wellness, dan spiritual wellness dapat

dikatakan memiliki kesehatan yang optimal (Corbin, 2006).

Berdasarkan survei yang dilakukan WHO pada tahun 2008, hanya sebagian kecil (15%) dari populasi dunia yang sudah menjalankan pola hidup dengan wellness. Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2007 menyatakan bahwa 48,2%

(14)

Selain itu, menurut data Susenas pada tahun 2010 dinyatakan bahwa kebugaran jasmani orang Indonesia terhitung masih rendah (Harry Kuncoro, 2015).

Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh Psikolog adalah melakukan konseling atau menjadi konselor, baik dalam bidang psikologi klinis, pendidikan, industri organisasi, dan psikologi sosial. Perkembangan profesi konselor yang signfikan dalam tiga dekade terakhir telah meningkatkan perhatian yang besar pada kebutuhan seluruh masa perkembangan manusia (Myers, 1991). Profesi ini menunjukkan bahwa kemampuan konselor adalah sama dalam hal keterampilan, pelatihan, dan metode untuk memberikan treatment psikologis dengan optimalisasi potensi manusia melalui filosofi yang berorientasi pada wellness. Melihat sejarah konseling yang berakar pada layanan perkembangan, wellness dapat menjadi paradigma untuk layanan konseling yang mana konselor adalah pihak utama yang memilikinya (Myers, 1991).

Sebelum dapat mengenali dan menyelesaikan permasalahan psikologis orang lain serta melakukan konseling, mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas

“X” Bandung perlu mengenali kemampuan diri dan memiliki wellness agar dalam

menjalani tuntutannya untuk dapat membekali diri dengan pengetahuan keprofesionalan, membangun sikap dan keterampilan professional, serta menjalankan tugas-tugas akademik dapat berjalan dengan efektif dan kontributif. Mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang tidak memiliki wellness akan merasa tertekan, tidak efektif dan tidak kontributif dalam menjalani tuntutan perkuliahannya.

Wellness memiliki 5 dimensi, yaitu emotional-mental wellness, intellectual

wellness, physical wellness, social wellness, dan spiritual wellness (Corbin, 2006).

Emotional-mental wellness adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi situasi

(15)

dan konstruktif. Intellectual wellness adalah kemampuan seseorang untuk belajar dan menggunakan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan berfungsi optimal dalam kegiatan sehari-hari. Physical wellness adalah kemampuan seseorang untuk berfungsi secara efektif dalam menghadapi tuntutan pekerjaan sehari-hari dan menggunakan waktu luang dengan efektif. Social wellness adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain secara sukses dan membangun hubungan yang bermakna yang dapat meningkatkan kualitas bagi semua orang yang terlibat dalam interaksi. Spiritual wellness adalah kemampuan seseorang untuk membangun sistem nilai dan bertindak berdasarkan sistem kepercayaan, serta untuk membangun dan melaksanakan tujun hidup yang bermakna dan konstruktif.

Dalam hal ini, peneliti melakukan survei terhadap enam orang mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung mengenai gambaran dari dimensi wellness mereka. Keenam (100%) mahasiswa tersebut mengatakan bahwa program magister profesi sangat berbeda apabila dibandingkan dengan program sarjana psikologi yang pernah mereka lalui sebelumnya. Baik dalam bidang keilmuan yang lebih mendalam, maupun tuntutan tugas serta keprofesionalan yang lebih besar. Kesulitan dalam perkuliahan sudah mereka rasakan sejak masuk pada semester awal pada Program Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung.

(16)

dan juga pembahasan kasus pada PKPP (Praktik Kerja Psikologi Profesi). Pada dua orang mahasiswa akhir yang sedang magang (33.3%), tuntutan yang mereka rasakan lebih berat dibandingkan dengan semester sebelumnya karena harus menyelesaikan tugas dari tempat mereka magang yang belum termasuk tugas dalam kasus PKPP yang mereka tangani. Dalam menghadapi tekanan tersebut, dua mahasiswa magang tersebut mengurangi rasa tertekan mereka dengan tidur karena menurut mereka tidur dapat membuat pikiran lebih jernih lagi walaupun mereka menjadi kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas. Fenomena-fenomena tersebut merupakan gambaran dari dimensi emotional-mental wellness.

Dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan, terkadang kesulitan yang mereka rasakan bisa datang dari diri sendiri. Salah satunya adalah kelemahan pada kemampuan bahasa asing mereka. Fenomena ini terlihat pada empat dari enam (66.6%) mahasiswa Magister Psikologi Profesi. Mereka mengeluhkan kelemahan diri mereka dalam bidang bahasa. Banyak sekali tugas untuk menerjemahkan buku pada semester awal, dan pengerjaan tugas-tugas akademik dengan referensi buku Bahasa Inggris. Hal tersebut dapat mengulur waktu penyelesaian tugas karena harus fokus pada penerjemahan Bahasa Inggris dan mengaplikasikan pada tugas mereka. Kelemahan lain yaitu pada bekal ilmu psikologi yang mereka tidak kuasai saat mendapatkannya pada program sarjana psikologi. Hal tersebut membuat mahasiswa harus kembali memahami serta menghayati ilmu-ilmu tersebut sebelum harus mengerjakan tugas pada program magister ini. Fenomena-fenomena tersebut merupakan gambaran dari dimensi intellectual wellness.

(17)

Profesi Universitas “X” Bandung mengakui hal tersebut. Pola tidur yang mereka miliki tidak teratur. Keenam mahasiswa tersebut mengaku tidur di atas pukul 24.00 karena mengerjakan tugas untuk keesekoan hari dengan waktu tidur yang hanya berjangka waktu 3-4 jam saja. Hal tersebut cukup memengaruhi mereka saat jam perkuliahan pagi, tidak jarang mereka mengantuk pada saat perkuliahan. Selain itu, karena sibuk dalam hari kerja dan mengerjakan tugas saat akhir pekan, mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara teratur. Hanya satu dari enam (16.6%) mahasiswa yang menyempatkan olahraga dalam dua minggu sekali, hal itu pun bukan waktu olahraga yang ideal. Menurut Dr. Ian Janssen dari Queen University Toronto, minimal diperlukan total 150 menit dalam seminggu seseorang berolahraga. Jadi, setiap hari dalam 21 menit seseorang harus menyempatkan diri untuk berolahraga. Menurut lima dari enam (83,3%) mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung, sulit untuk memerhatikan stamina tubuh karena mereka memerhatikan hal lain seperti tugas dan kegiatan perkuliahan mereka. Fenomena-fenomena tersebut merupakan gambaran dari dimensi Physical wellness.

(18)

Universitas “X” Bandung, hal tersebut merupakan sarana bagi mereka untuk saling memotivasi dalam penyelesaian studi magister ini. Mereka menjalin interaksi yang baik dengan senior guna mendapat ilmu pengetahuan yang diwariskan dari para senior tersebut. Terdapat satu orang (16.6%) di antara enam orang tersebut bahkan menghentikan relasi dengan lingkungan luar magister selain keluarga agar dapat fokus dalam menjalani perkuliahan yang sangat padat. Fenomena-fenomena tersebut merupakan gambaran dari dimensi social wellness.

Dalam menjalani studi pada program Magister Psikologi Profesi Universitas

“X” Bandung, empat (66.6%) dari enam mahasiswa dari survei awal penelitian sudah

memiliki target dan tujuan hidup yang jelas setelah lulus dari Program Magister Psikologi Profesi. Sebaliknya, dua orang (33.3%) dari enam mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung belum memiliki target yang jelas dalam tujuan hidupnya. Kedua mahasiswa tersebut adalah mahasiswa semester awal Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung yang masih bingung akan memilih bidang Psikologi yang akan menjadi profesinya. Dalam menjalani seluruh kegiatan perkuliahan baik di kampus maupun luar kampus, lima (83.3%) dari enam orang mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung menyadari keterlibatan dan penyertaan Tuhan serta menggunakan nilai-nilai agama dalam menjalani hidup mereka. Terdapat satu (16.6%) dari enam orang mahasiswa survei penelitian ini memiliki sistem nilai yang dimiliki juga walaupun bukan berdasarkan nilai agama, melainkan nilai-nilai rasional. Fenomena-fenomena tersebut merupakan gambaran dari dimensi spiritual wellness.

(19)

dan penghayatan yang berbeda-beda ini menggambarkan wellness, yang turut memengaruhi keefektifan mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung dalam menjalani perkuliahan serta kontribusi yang dapat diberikan Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran wellness pada Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui bagaimana gambaran masing-masing dimensi wellness pada mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran masing-masing dimensi wellness pada mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai derajat dimensi emotional-mental wellness, intellectual wellness, physical wellness, social wellness, dan spiritual wellness pada mahasiswa Magister Psikologi Profesi

(20)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberi sumbangan informasi bagi Ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Kesehatan mengenai wellness pada mahasiswa Magister Psikologi Profesi.

2. Memberi masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai wellness.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberi informasi pada pihak Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung,

khususnya Program Studi Magister Profesi mengenai gambaran masing-masing dimensi wellness pada mahasiswa Magister Psikologi Profesi untuk mendukung peran mahasiswa yang harus menjalani tuntutan untuk menyelesaikan studi magister psikologi profesi dengan memerhatikan wellness yang dimiliki mahasiswa Magister Psikologi Profesi.

2. Memberi informasi pada mahasiswa Magister Psikologi Profesi mengenai gambaran masing-masing dimensi wellness mereka yang berguna agar mahasiswa Magister Psikologi Profesi menjaga kesehatan secara fisik dan emosional dalam menjalankan studi magisternya.

(21)

1.5 Kerangka Pemikiran

Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung harus menjalani tuntutan tiap semester pada program studi magister agar dapat lulus dan pada akhirnya bergelar Psikolog. Berdasarkan tugas perkembangan, mereka seharusnya siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. Mereka dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain yang artinya mahasiswa Magister Psikologi Profesi sudah harus mandiri dan lepas dari tanggung jawab orang tua mereka. Hal ini bisa menjadi tuntutan lain bagi mereka agar segera lulus tepat waktu.

Setiap tuntutan yang diberikan pada tiap semester memberikan tekanan-tekanan yang berbeda sehingga berpengaruh pada kesehatan Mahasiswa Magister Psikologi Profesi. Kesehatan yang dimaksud bukan saja kondisi dimana terbebas dari penyakit, melainkan kesehatan optimal dalam berbagai hal yang berhubungan dengan kualitas hidup agar Mahasiswa Magister Psikologi Profesi dapat mengatasi tekanan-tekanan dan dapat menyelesaikan tuntutan setiap semester pada Program

Studi Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung. Kesehatan optimal yang

dimaksud adalah wellness.

(22)

Selain itu juga penghayatan yang positif akan kemampuan yang dimiliki lebih penting daripada kemampuan aktual yang dimiliki.

Wellness terdiri dari 5 dimensi, yaitu emotional-mental wellness, intellectual

wellness, physical wellness, social wellness, dan spiritual wellness (Corbin, 2006).

Wellness merupakan bukti adanya well-being yang dicerminkan melalui kemampuan

untuk berfungsi secara optimal, kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup, pekerjaan yang bermakna, dan memberikan kontribusi terhadap masyarakat.

Dimensi wellness yang pertama adalah emotional-mental wellness. Dimensi ini berbicara tentang kemampuan mahasiswa Magister Psikologi Profesi untuk mengatasi situasi sehari-hari dan mengatasi perasaan pribadi dalam cara yang positif, optimis, dan konstruktif. Dalam hal ini, situasi sehari-hari yang dapat menimbulkan tekanan bagi mahasiswa Magister Psikologi Profesi dapat dilihat dari tuntutan tugas-tugas yang menumpuk dan batas waktu yang singkat dalam pengumpulannya. Mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki derajat emotional-mental wellness yang tinggi akan merasa senang dalam menjalani tuntutan tugas

perkuliahannya, sedangkan mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki derajat emotional-mental wellness yang rendah akan memiliki pandangan mental dan emosional yang negatif seperti murung dan sedih selama proses pengerjaan tugas-tugas dalam tuntutan perkuliahan mereka.

(23)

untuk mencapai kepuasan hidup. Sebagai contoh, hal ini terlihat dari usaha yang dilakukan mahasiswa Magister Psikologi Profesi mencari buku-buku dan jurnal penunjang perkuliahan sebagai bahan referensi pengerjaan tugas-tugas maupun tesis serta berdikusi dengan dosen atau teman-teman lain untuk memperluas pengetahuan. Mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki derajat intellectual wellness yang tinggi akan mencari informasi dari lingkungan serta membagi pengetahuan yang dimilikinya kepada lingkungan sekitar, sedangkan mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki derajat intellectual wellness yang rendah akan menunjukkan sikap tidak peduli terhadap informasi yang ada untuk mendukung perkuliahannya.

Dimensi selanjutnya adalah physical wellness. Physical wellness merupakan kemampuan individu untuk berfungsi secara efektif dalam menghadapi tuntutan pekerjaan sehari-hari. Dimensi physical wellness tampak pada Mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki ketahanan fisik dan keterampilan motorik dalam pengerjaan tuntutan perkuliahannya. Mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki derajat phyical wellness yang tinggi akan memiliki kebugaran fisik, sedangkan mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki derajat physical wellness yang rendah tidak memiliki kebugaran fisik.

(24)

dijalin mahasiswa Magister Psikologi Profesi dengan orang-orang di sekitarnya dapat menjadi suatu dukungan bagi mahasiswa Magister Psikologi Profesi dalam menyelesaikan studi magisternya. Mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki derajat social wellness yang tinggi terlibat dalam kehidupan sosial, sedangkan mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki derajat social wellness yang rendah akan merasa kesepian dalam menjalani tuntutan perkuliahan

dalam masa studi magisternya.

Dimensi yang terakhir adalah spiritual wellness. Dimensi ini berbicara tentang kemampuan seseorang untuk membentuk sistem nilai dan bertindak berdasarkan sisem belief untuk membangun dan melaksanakan tujuan hidup yang bermakna dan konstruktif. Dimensi ini tampak pada mahasiswa yang memiliki kejelasan prinsip hidup dan bertindak berdasarkan prinsip hidup yang dimiliki. Dalam prinsip hidup yang dimiliki terdapat suatu tujuan, nilai (value), dan makna. Mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki derajat spiritual wellness yang tinggi akan terpenuhi secara spiritual (fulfilled), sedangkan mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki derajat spiritual wellness yang rendah akan merasa tidak terpenuhi secara spiritual (unfulfilled).

(25)

dalam penelitian ini faktor yang digunakan adalah faktor hereditas, faktor sistem perawatan kesehatan, faktor lingkungan, dan faktor gaya hidup sehat.

Mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki gangguan hereditas seperti misalnya penyakit jantung bawaan akan memengaruhi aktivitasnya saat menjalani studi magisternya. Hal ini dapat menghambat aktivitas mahasiswa tersebut apabila penyakit jantung bawaan ini kambuh sewaktu berada di kelas maupun saat PKPP. Meskipun demikian, mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang memiliki penyakit bawaan tetapi memiliki pandangan positif terhadap hidupnya, akan lebih

well” dibandingkan dengan mahasiswa Magister Psikologi Profesi yang tidak

memiliki penyakit bawaan (tidak memiliki gangguan hereditas) tetapi tidak memiliki pandangan positif terhadap hidupnya.

Faktor yang memengaruhi dimensi wellness selanjutnya adalah sistem perawatan kesehatan (Health-care system). Pada era yang modern ini, banyak sekali informasi mengenai kesehatan yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa Magister Psikologi Profesi dalam meningkatkan wellness mahasiswa. Ketika mahasiswa Magister Psikologi Profesi mengetahui kondisi kesehatan yang mereka miliki dan aktif mencari berbagai informasi mengenai cara meningkatkan dan mempertahankan kualitas kesehatan; seperti membaca buku-buku dan artikel online mengenai kesehatan, dapat meningkatkan wellness yang dimiliki oleh Mahasiswa.

(26)

lingkungan yang tidak sehat untuk dirinya. Lingkungan yang sehat dapat mendukung mahasiswa Magister Psikologi Profesi agar memiliki kondisi yang baik secara fisik dan terhindar dari stress. Hal ini dapat meningkatkan wellness mahasiswa Magister Psikologi Profesi dan mendukung mahasiswa Magister Psikologi Profesi dalam menyelesikan studi magisternya.

Dalam faktor lingkungan sosial, mahasiswa Magister Psikologi Profesi sebaiknya berada pada lingkungan sosial yang hangat dan bersahabat agar dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa Magister Psikologi Profesi untuk berinteraksi dengan lingkungan secara sehat dan terhindar dari konflik. Hal ini dapat meningkatkan wellness karena memfasilitasi mahasiswa Magister Psikologi Profesi untuk membangun relasi yang mendalam agar menjadi suatu dukungan bagi mahasiswa Magister Psikologi Profesi dalam menyelesaikan studi magisternya.

Dalam faktor lingkungan spiritual, lingkungan positif memberikan kesempatan bagi mahasiswa Magister Psikologi Profesi untuk menemukan pemenuhan spiritual. Lingkungan spiritual menyediakan kesempatan mahasiswa Magister Psikologi Profesi untuk mengembangkan spiritual agar merasa terpenuhi (fulfilled). Ketika mahasiswa Magister Psikologi Profesi tergabung dalam suatu komunitas yang bersifat religi atau komunitas yang membuat mahasiswa semakin menghayati makna positif serta mensyukuri segala hal yang ada di dalam diri. Hal ini dapat meningkatkan wellness mahasiswa Magister Psikologi Profesi dan mendukung mahasiswa Magister Psikologi Profesi dalam menyelesikan studi magisternya.

(27)

lebih terlibat dalam diskusi mengenai kesehatan individu baik secara fisik maupun emosional , mencari bantuan medis, dan hidup dalam lingkungan yang sehat. Dengan demikian, hal tersebut dapat meningkatkan wellness mahasiswa Magister Psikologi Profesi.

(28)

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Physical wellness

Social wellness

Faktor yang memengaruhi: -Hereditas

-Sistem perawatan kesehatan -Lingkungan

-Gaya hidup sehat

Spiritual wellness Mahasiswa

Magister Psikologi

Profesi Wellness

wellness

Intellectual wellness

Rendah Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi Rendah

Rendah

Rendah

(29)

1.6 Asumsi

1. Wellness pada mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung tercermin melalui lima dimensi, yaitu emotional-mental wellness, intellectual wellness, physical wellness, social wellness, dan spiritual wellness.

2. Derajat yang tinggi pada dimensi wellness akan membantu mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung dalam menghadapi tuntutan

perkuliahan pada program studi magister Psikologi Profesi.

3. Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung dengan dimensi

wellness yang tinggi akan merasa puas atas hal yang dikerjakannya, memiliki

tujuan dan makna hidup, menikmati waktu luang, memiliki kebugaran fisik, terlibat dalam lingkungan sosial, dan memiliki pandangan emosional mental yang positif. Hal ini akan membantu mahasiswa Magister Psikologi Profesi dalam menghadapi tuntutan dalam menyelesaikan studi magisternya.

4. Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung dengan dimensi

wellness yang rendah akan merasa tertekan, tidak peduli dengan keadaan sekitar,

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 44 mahasiswa Magister

Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung memiliki derajat wellness yang tinggi pada semua dimensi-dimensinya.

2. Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung dengan derajat dimensi wellness yang tinggi memiliki rentang cukup jauh dengan derajat yang rendah pada hampir semua dimensi wellness, kecuali pada dimensi emotional-mental wellness yang memiliki derajat tinggi hampir seimbang dengan derajat

emotional-mental wellness yang rendah dan diikuti oleh dimensi physical

wellness.

3. Terdapat kecenderungan keterkaitan antara faktor health-care system dengan dimensi emotional-mental wellness. Selain itu, terdapat juga kecenderungan keterkaitan antara faktor gaya hidup sehat dengan dimensi emotional-mental wellness, dan intellectual wellness.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

(31)

dan faktor gaya hidup sehat dengan dimensi emotional-mental wellness dan intellectual wellness. Selain itu, disarankan meneliti variabel wellness itu

sendiri pada responden yang berbeda.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dimensi wellness menggunakan alat ukut pada penelitian ini, harap melakukan try out dan melakukan validitas alat ukur terlebih dahulu.

5.2.3 Saran Praktis

1. Bagi Program Studi Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung agar membuat program yang dapat meningkatkan derajat wellness dari mahasiswa Magister Psikologi Profesi, terutama meningkatkan dimensi emotional-mental wellness. Misalnya dengan mengadakan sesi konseling agar mahasiswa merasa

mampu mengatasi tekanan-tekanan yang diberikan dengan cara yang positif, optimis, dan konstruktif. Diutamakan untuk mahasiswa angkatan 2013, karena sedang menyelesaikan kasus PKPP yaitu sepuluh kasus pribadi dan satu kasus kelompok serta mahasiswa angkatan 2013 sedang menyusun Tesis sebagai syarat kelulusan.

(32)
(33)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DIMENSI WELLNESS

PADA MAHASISWA MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI

UNIVERSITAS “X” BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Menempuh Sidang Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

SWASTIKA TIARA PERTIWI

1230055

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(34)
(35)
(36)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Penelitian skripsi ini disusun dalam rangka mengikuti sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung dengan judul “Studi Deskriptif mengenai dimensi Wellness pada Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung”

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam skripsi ini. Namun, peneliti berharap di dalam segala kekurangannya, skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi Fakultas Psikologi khususnya dan mahasiswa lain yang ingin melanjutkan penelitian mengenai Wellness. Untuk itu, peneliti terbuka atas segala kritik dan saran yang diberikan bagi penelitian skripsi ini.

Dalam kesempatan ini, perkenankan peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Irene Prameswari E., M.Si., Psikolog sebagai dekan Fakultas Psikologi Umiversitas Kristen Maranatha dan sebagai dosen pembimbing utama yang selalu memberikan masukan dalam penyelesaian penelitian ini dan selalu memotivasi peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan tepat waktu. 2. Cindy Maria, M.Psi., Psikolog sebagai dosen pembimbing pendamping yang selalu menyediakan waktu, menyumbangkan pikiran, dan memberikan masukan untuk penelitian ini. Banyak sekali bimbingan telah diberikan oleh ibu yang senantiasa memberi kesempatan bagi peneliti untuk terus belajar dari penyusunan metodologi penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

(37)

4. Jane Savitri, M.Si., Psikolog dan Indah Soca Kuntari., M.Psi., Psikolog sebagai dosen pembahas seminar yang telah banyak memberikan masukan untuk penelitian ini.

5. Ibu Meilissa Rumengan, Kepala TU Magister Psikologi Universitas “X”

Bandung yang telah banyak membantu peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai responden penelitian ini.

6. Seluruh jajaran Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, yang telah membuatkan surat permohonan pengambilan data dan mengurus pengumpulan penelitian ini.

7. Robert Oloan Rajagukguk, Ph.D sebagai dosen yang telah menyediakan waktu dan pikiran untuk berdiskusi dengan peneliti dalam penyusunan penelitian ini yang juga sebagai dosen expert validity dalam penelitian ini.

8. Cakrangadinata, M.Psi., Psikolog sebagai dosen expert validity yang telah memberikan banyak saran dalam penelitian ini.

9. Dr. Irene Tarakanita, Psikolog sebagai dosen wali yang senantiasa memberikan semangat kepada peneliti agar segera menyelesaikan penelitian ini.

10. Seluruh responden penelitian ini yaitu mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung atas waktu yang telah diberikan dan kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

11. Kak Amanda Yuliardi, Kak Kristania Ruth Pratiknyo, dan Kak Ignatia Susan yang banyak membantu peneliti untuk melakukan survey awal pada mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas “X” Bandung.

(38)

13. Rosalia Sianipar, S.Psi sebagai peneliti wellness sebelumnya dan menjadi rekan diskusi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

14. Bapak Andi Hermawan, S.E dan Ibu Ir. Tri Susantie selaku orang tua dan adik Naufal Sandi Putra yang telah memberikan segala dukungan, motivasi, dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh peneliti.

15. Elisabet B. Helena, S.Psi sebagai kakak mentor dan sahabat peneliti yang selalu menyediakan waktu, pikiran, tenaga, dan dukungan agar peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini tepat waktu.

16. Fransiskus Silvanus Henry, sebagai rekan peneliti yang telah membantu dalam menerjemahkan abstrak penelitian ini.

17. Rizkha Elfany, teman yang sama-sama mengontrak skripsi dan selalu membantu peneliti menyelesaikan penelitian ini terutama saat pengolahan data.

18. Teman-teman Senat Mahasiswa Psikologi Maranatha 2015-2016 dan panitia Pengembangan Potensi Mahasiswa, yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian penelitian ini.

19. Riza Octina, Nadilla Garyudanefi, Rizky Anindya dan Leni Yuska Putri selaku sahabat peneliti yang tiada henti memberikan motivasi agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan tepat waktu.

(39)

21. Teman-teman seperjuangan lainnya di Fakultas Psikologi yang telah mendukung, dan memberikan semangat kepada peneliti yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan dan balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang Bapak, Ibu serta rekan-rekan sekalian berikan. Akhir kata, peneliti mengucapkan selamat membaca dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Agustus 2016

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Corbin, Charles. (2006). Concepts of Fitness and Wellness: A Comprehensive Lifesyle Approach. Sixth Edition. New York: McGraw - Hill.

Corbin, Charles. (2008). Concepts of Physical Fitness: Active Lifestyle for Wellness. Fourteenth Edition. New York : McGraw - Hill.

Freidenberg, L. (1995). Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. USA: Allyn & Bacon.

Hatta, A. (2010). Etika Profesi Psikologi Indonesia dan Sistem Hukum Indonesia.(Online).(http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/08/etik a_profesi_psikologi_indonesia.pdf, diakses 1 November 2015).

Kaplan, R.M. and Saccuzzo, D.P. (2001). Psychological Testing: Principle, Applications and Issues (5th Edition), Belmont, CA: Wadsworth.

Kumar, Ranjit. (1996). Research Metodology. New York: Sage Publication.

Nanang, E. (2014). Wellness: Paradigma, Model Teoretik, dan Agenda Penelitian

Konseling di Indonesia. (Online).

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/nanang-erma-gunawan-spd-med/wellness-paradigma-model-teoretik-dan-agenda.pdf, diakses 1 Oktober 2015).

Santrock, John W. (2004). Life-Span Development. United States of America: McGraw-Hill.

Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana.

(41)

DAFTAR RUJUKAN

Dian Kurniawan. 2015. Magister Psikologi - Universitas Kristen Maranatha. (Online).(https://www.maranatha.edu/wp-content/uploads/2015/02/Program-Magister-Psikologi.pdf, diakses 8 Oktober 2015).

Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2015. “Rapat Koordinasi Evaluasi Program”.(Online).(http://dinkes.semarangkota.go.id/?p=kegiatan_mod&j=liha t&id=86, diakses 15 Oktober 2015).

Harry, K. 2015. “Latihan Fisik bersama Keluarga agar hidup lebih sehat”. (Online). (http://www.tanyadok.com/adv/latihan-fisik-bersama-keluarga-agar-hidup-lebih-sehat, diakses 8 Oktober 2015).

Hidayat, S., Prasetya, P. H., Handayani, V., Savitri, J., Azizah, E., Wardani, R., Rajagukguk, R.O. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi – Juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Magister Psikologi Unair. (2010). Selayang Pandang. (Online). (http://magister.psikologi.unair.ac.id/index.php?ctg=0, diakses pada 8 oktober 2015).

Rosalia, S. (2015). Studi Deskriptif mengenai Wellness pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Marantha : Bandung.

Gambar

Gambar 3.1
Tabel 3.1
Tabel Crosstab Faktor-Faktor yang memengaruhi
Gambar 1.1  Bagan Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

“Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya

UPTD yang diberi hak oleh Dinas Pendidikan bisa membantu percepatan aktivasi layanan PADAMU dengan meminta seluruh surat akun PADAMU ke Dinas Pendidikan, untuk

Dalam menghitung komposisi gizi suatu makanan dengan menggunakan pemrograman visual basic 6.0 pengguna dapat dengan mudah menjalankan aplikasi ini, seperti tampilan yang secara

Berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan pada siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk, melalui tes kebugaran jasmani anak Indonesia kategori umur (13-15 th ), maka dapat

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) Apa saja potensi-potensi yang terdapat di Situs Pakauman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso sebagai

Alamat Perusahaan :

Evaluasi dari hasil uji coba analisis spasial pada tugas akhir ini adalah informasi akses jalan pada wilayah indekos yang dicari sesuai kriteria berhasil dilakukan untuk dapat

Menyatakan bahwa penciptaan karya tugas akhir dengan judul “KURA-KURA SEBAGAI IDE DASAR PENCIPTAAN MEJA DAN KURSI SANTAI” ini adalah betul betul karya saya sendiri,