@
FGn*!$
rcm-mffiX*gf"
SXBAGI1ITgRAFf
Im$:{L
TERIf*FAP
:'
KA&AT$'
T{'
f$g
*Ail{
tL"*PSS&f;EFffAl$?S*t1|E$
.
':€ffi;YtffJ*HTn*S{A
fsffi*A${
P€}rS**lX#r FROfglI
tr$trgt
$PssIALIs
r
FAGIAN
&T,TUPAIIIYArtrT
PAI.A}T
':
f#ft'I.,?AS
KEI}EKERAI\I
III{IVERSTTAS
A}T.DAtAS
RS}Ef. M'
I}'AMILPADAF{G
FERA}I-
PROPILTIOT]RASIL SEBAGAI TERAPI INISIAT TERIIAI}AP
KAIIAR
TA
T4, TSTI DAt-{IL4
pADApgIYVAIfiT
GRA\/ES
YUIIA
MARINA
,
;'
?+rfulni
unfflucacsuU
r*rantn
qnnt
gur-ryIrlmhh
gd-r
:speeialis IhnE
peryeh
Ddrm
prda
progrr'
rcuro*..
ixrer,
s"p."i"n,
r
Dk|*iol*:
*Iryctejs*
.
*.,
fffteo#.#E{*,St{t}.,flf{A$rM
g**+r;sqP*XFItm
Frkultas Kedokenn Universltar ^lnOehs
q.Edr^M.Frnit
gppp. MARSXltrr
@ian l€titr lhnFwyekit
Datam@
I(sl€krn.
U-*"orriA* AndshsKATA PENGANTAR
Puji
syukur
kehadiratAllah SWT
penulis ucapkan karena berkat rahmat
Nyapenulis telah dapat menyelesaikan makalah akhir ini dengan judul
"peran propiltiourasil
Sebagai
Terapi
lnisial
Terhadap Kadar T3, T4, TSHdan lL-4
Padapenyakit
Graves". Makalah ini merupakan fugas dan persyaratan dalam menyelesaikan Program pendidikanDokter Spesialis I llmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas padang.
Mudah-mudahan
hasil
penelitianini
dapat
memberikan sumbangandata
bagiBagian
llmu
PenyakitDalam
Fakultas Kedokteran UniversitasAndalas,
khususnya dibidang Endokrinologi.
Penulls menyadari bahwa
tesis
inijauh
dari
sempurna.Oleh
karenaitu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Pada
kesempatanini
penulisingin
mengucapkanterima kasih
banyal( kepada berbagai pihak yangtelah
banyak membantudan
mempermudah jatannya penelitian iniyaitu antara lain :
1.
Prof.Dr.dr.H.
Asman
Manal
spPD-IEMD,
dr.H.
Raveinar,sppD,
dr.H.
EvaDecroli,spPD-KEMD,FINASIM
sebagai
pembimbing
yang
telah
meluangkanwaktunya untuk
memberikan birnbinganselama
persiapan, pelaksanaan hingga penulisan tugas akhir ini.2.
Piof.Dr.dr.H.Asman
Manaf,SpPD-KEMDselaku
Ketua ProgramStudi
PendidikanDokter Spesialis
(KPS-PPDS)
llmu
Penyakit Dalam
FK-UNAND
yang
tetahmemberikan kesempatan, bimbingan
dan
dukunganmoril
dalam
menyelesaikan pendidikan ini.3.
dr.H.
Eva
Deoroli, SpFD-KEMD,
FINASIM selaku sekretaris Program
Stqdimemberikan kesempatan, bimbingan
dan
dukunganmoril dalam
menyelesaikan pendidikan ini.4.
Prof.Dr.dr.H.Nasrul
zubir, sppDKGEH,
FIMSIM
selaku
Kepala Bagian
llmuPenyakit Dalam FK-UNAND/RSUP Dr. M. Djamil Padang yang tama dan yang baru
kepada
dr.H.
A.M.Hanil
sppD,
MARS,
yang telah
mbmberikan kesempatan, bimbingan dan dukungan morildalam menyelesaikan pendidikan ini.5'
Prof.Dr.H' Hanif,
SpPD-KHOM
yang
telah
banyak
memberikan
nasehat
dandorongan moril selama penulis mengikuti pendidikan, baik selama dalam institusi rhaupun diluar insfiitusi.
6.
Prof.Dr.dr, Rizanda Machmud,
Mkes yang telah
membantu
dalam
melakukananalisis statistik data penelitian ini.
7.
Dekan FK-UNAND dan Direktur RSUP. Dr,M. Djamil Padang yang telah memberikan kesempatan penulis mengikuti pendidikan keahlian llmu penyakit Dalam.I'
Seluruhstaf
pengajarllmu
Penyakit Dalamyaitu
:
Prof.Dr.H. Saharman Leman,DTM&H,
spPD-Kl$,
FINASIM,prof.dr.H. Jutius sppD-KGEH,
prof.Dr.H. SyafritSyahbuddin, SpPD-KEMD, FINASIM, ptrof.Dr.H. Nuzinryan Acang, DTM&H,
SppD-KHOM,
FlNAslM,
Prof.Dr.H. ZutkarnainArsyad,
sppDKp,
prof.Dr.dr.H. Nasrul zubir, spPD-KGEH,FINASIM, dr.H. Djusman Djaafar (alm), sppD-KGH, dr.H. Asri,spPD, dr.H.
syaifulAzmi,
sppD-KGH, FtNAslM, dr.H.yerizal
Karani,sppD,
spJp,FIHA,
dr.
syafruddin Tamar,
sppD-Kl(/,
dr.H. A.M.
Hanif,
sppD,
MARS,
dr.Najirman,
spPD-KR, dr.H.
ArmenAhmad,
sppD-KpT,
dr.H.
lza
wahid,
sppD-KHOM,
dr.
Arnelis, spPD-KGEH,dr.Hj.
Rose Dinda,sppD, dr.
saptino
Miro, dr.Harnavi Harun,
spPD, dr.
Drajat priyono,sppD,
dr.Fauzar, sppD, dr.
lskandar,spPD,
dr.Hj. Arina
widya
Murni,
sppD-Kpsi, dr. Eifel
Faheri,sppD,
dr.
Rony9.
Dr.Tuti
Prihandani, SpPKdan
petugas Labkesda Gunung Pangilun Padang yangtelah
membantu
penulis dalam sarana
laboratoriumyang
dibutuhkdn
dalam penelitian ini.10. Prof. Dr. dr. Hj.
Ellga
nasrul. SpPK-K beserta petugas laboratorium serologi RS. Dr.M. Djamil Padang yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.
11. Teman-teman sejawat
residen
atas
bantuandan
kerjasama yangtelah kita
bina selama ini.12.Para medis
dan
karyawandi
Bagian
llmu
PenyakitDqlam yang
telah
banyak membantu penulis selama ini.Ucapan
terima
kasih yangtulus dan rasa
hormatbuat
ayahandaDrs.
H.
Razali Akbar dan ibunda Hj. Bomar Elmi, yang telah banyak memberikan didikan, semangat dan berdoa agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.Ucapan
terima
kasihjuga
buat
kakandadan
adinda: Mutfan Mamera,lr.
ArmedAgusra, Mendri
Novera,Romi Agusta
SE,
Diana Akbari
SE
yang setalu
membantu, rnemberi semangat dan doanya dalam menyelesaikan pendidikan ini.Kepada suamiku
tercinta
Novendra Sl-J,terima
kasih
yang
tak
terhingga
ataspengorbanan,
kesabaran
dan
pengertian
yang telah
diberikan
serta dengan
setiamel$mingi
penulis dalam menjaldni pendidikan ini.Akhirnya penulis memohon perlindungan kepada Altah SWT semoga penulis dapat
menjadi
hamba-Nya
yang selalu
bersyukur
atas
nikmat
dan
karunia-Nya
serta memanfaatkan i{mu yang didapat untuk digunakan dijalan yang diridhoi-Nya. AmiinPadang,
Mei
2011DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
...
iDAFTAR
lsl
...
ivDAFTAR
GAMBAR
viiDAFTAR
TABEL
viiiDAFTAR SINGKATAN
...
ixDAFTAR
LAMPIRAN
x
BAB
I. PENDAHULUAN
11.1.
LatarBelakang masa|ah...1.2.
Perumusan Masalah1.3.
Hipotesis1.4.
Tujuan Penelitian1.5.
Manfaat Penelitian ...1.6.
Kerangka Konseptual ...1...BAB
II.
TINJAUAN
PUSTAKA2.1
KelenjarTiroid
._...j.;
1
6
6
6
7
2,1.1. Anatomi Kelenjar Tiroid...
2.1 .2. Fisiologi Kelenjar Tiroid...
2.1 .3. Biosintesis Hormon Tiroid..
2.1 .4. Transportasi Hormon..
2.1.5. Metabolisme T3 dan T4...
2.2.
Tirotoksikosis dan hipertiroidisme ...2.2.1 . Penyebab Tirotoksikosis...
I
10 10 10
11
11
13 13
13
2.2.2. Penyakit Graves...
2.2.3. Manifestasi ekstratiroidal penyakit Greves...
2.3.
Aspek lmunologis Penyakit Tiroid autoimun2.3.1.
Mekanisme penyakit tiroid autoimun...2.3.2
Patogenesis penyakit Graves...2-3.3.
Faktor-faktoryang
berperanpada
terjadinya penyakit tiroid autoimun...2.3.4
Peranan
intedeuKn
4
pada
penyakit
tiroid
2gautoimun.
Graves....
2.3.6.
Antigen yang berperan pada penyakit tiroid autoimun...2.4.
Pemeriksaan Laboratorium...2.5.
Pemeriksaan Radio|ogis...2.6.
Pemeriksaan Optalmografi...2.7.
Pemeriksaan lain-|ain...,rr..ir..2.8.
Diagnosis..2.9.
Fengobatan...2.9.1 . Obat-obat antitiroid...
2.9.1.1. Farmakologi obat anti tiroid...
2.9.1.2. Pemakaian klinis dari obrat-obat anti tiroid... 2.9.1.3. Efek samping obat antitiroid...
2.9.1.4. Pemakaian obat antitiroid selama kehamilan dan
laktasi-...
14 14 15 15 17
23
2.3.5.
Karakteristik fenotip tiroiditis Hashirnoto dan penyakit 3030
31
31
32
32
32
33
33
u
38
45
47
3.8.
3.7.2.lnstrumen yang diperlukan untuk
penelitian...
U
Prosedur dan pengumpulan
data
653.8.1. Cara kerja, pengambilan sampeldarah dan
penyiapan
653.8.2. Persiapan instrumen untuk pengukuran.
3.8.3. Pemeriksaan T3, T4, TSH dan lL-4.
3.9.
Analisis data...
6t
3.10.
KerangkaPenelitian
6gHASTL
PENEL|T|AN...
69
4.1
. Karakteristik Penderita penyakitGraves
..
694.2.
.Kadar
T3, T4, TSH dan lL-4
penderitaGraves sebelum
dan
70setelah terapi inisial PTU ...
.4.2.1.
KadarT3
penderita Graves sebelumdan
setelahterapi
71inisial PTU...
.4.2.2.
KadarT4
penderita Graves sebelumdan
setelahterapi
12 inisial PTU... !r.. i r..f, r. r....4.2.3.
Kadan TSH penderita Graves sebelum dan setelahterapr
7g inisial PTU....4.2.4.
KadarlL4
penderita Graves sebelum dan setelahterapi
74inisial PTU...
4.3.
Korelasi kadar T3, T4, TSH awar penderita Graves denganlL-4
7gawal disertai korelasi penurunan kadar
T3, T4
dan peningkatan TSH terhadap penurunan lL-4...PEMBAHASAN
...
A25.1
Karakteristik Penderita penyakitGraves
..
g2 6667
BAB IV.
5.2.
5.1.1.
Umur...
A2
5.1.2. Jenis
ke1amin...
g35.1.3. Riwayat
merokok....
U
5.1.4. Riwayat keluarga penyakit
Graves...
U
5.1.5.
Gradasistruma...
g45.1.6. Lamanya menderita
Graves...
65 Hasil pengamatan kadar T3, T4, TSH dan lL-4 penderitaGraves
g7 sebelum dan setelah terapi inisial pTU...- Korelasi kadar T3, T4, TSH awal penderita Graves dengan
lL4
g0 awal sebelum terapi disertai korelasi penurunan kadar T3, T4 dan peningkatan TSH terhadap penurunanlL4
setelah terapi inisial PTU...5.3.
5.4.
. Keterbatasan penelitian...BABVI.
pENuTUp,.,...r...r.r...r....6.1,
Kesimpulan6.2. Saran ,...i.i.i..!r.
DAFTAR
PUSTAKA
..I""I"'I'rt.rr
LATI,IPIRAN
92
93
93
93
Gambar 1.1.
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 2.6.
Gambar 2,6.
Gambar 2.7.
Gambar 2.8.
Gambar 3.1. Gambar 4.1.
Gambar 4.2
Gambar 4,3.
Gambar
4.4.Gambar 4.5.
Gambar 4.6.
Gambar 4.7.
Gambar 4.8.
Gambar 4.9.
Gambar 4.10.
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Kerangka Konseptual
Patogenesis penyakit Graves
Patogenesis penyakit Graves dihubungkdn dengan optalmopati... Patogenesis optalmopati Graves..
Algoritma untuk diagnosis hipertiroidisme...
Struktur kimia dari
pru
dan metimazor, dibanding tiourea... Efek obat-obat anti tiroid... !. J... ! !.... r..Pemakaian obat anti tiroid...
Algoritma pemakaian obat-obat anti tiroid diantara
pasierpasien
dengan penyakit Graves... Kerangka Penelitian
Kadar T3 penderita penyakit Graves sebelum dan setelah terapi inisial PTU...
KadarT4 penderita penyakit Graves sebelum dan setdah terapi
inisial PTU...
Kadar TSH penderita penyakit Graves sebelum dan setelah terapi
inisialPTU ...
Kadar
lL-4
penderita penyakit Graves sebelum dan setelah terapi inisialPTU ...Perubahgn berdasarkan kadar awar rL-4 pada 25 penderita penyakit
Graves...
...:.Efektivitas pemberian PTU secara inisial terhadap penurunan kadar
lL4
berdasarkan ukurdn struma...Efektivitas pemberian
pru
secara inisial berdasarkan lamanya keluhan Graves...Korelasi kadar T3 awal dengan lL-4 awal serum pada penderita penyakit Graves...
Korelasi penurunan kadar T3 dengan penurunan kadar
lL4
79 serum setelah terapiinisial pTU pada penderita Graves...Korelasi kadar T4 awal dengan
rL4
awal serum padapenderita
Tg penyakit Graves...(orelasi
penurunan kadarT4 dengan penurunan kadarlL4
g0 serum setelah terapiinisial pTU pada penderita Graves...Korelasi kadar
TSH
awal denganrL4
awal serum padapenderita
g0 penyakit Graves...Korelasi peningkatan kadar TSH dengan penurunan kadar
lL-4
g1serum setelah terapiinisial pTU pada penderita Graves...
Tabel2.1. Tabel2.2. Tabel2.3. Tabel2.4. Tabel2.5. Tabel2.6. Tabel2.7. Tabel3.1. Tabel4.1. Tabel4.2.
Tabel4.3. Tabel4.4.
DAFTAR TABEL
Halaman
Penyebab
tirotoksikosis...;...
13Faktor-faktor risiko penyakit
Graves...
ZTobat
yang dihubungkan dengan induksi penyakit tiroidautoimun...
zT Beda tiroiditis Hashimoto dengan penyakitGraves...
30Efek samping obat-obat anti tiroid... 46
Pengobatan untuk penyakit
Graves...
53Pengobatan
hiper[iroidisme...
54Jadwalpenelitian..
59Gambaran karakteristik penderita penyakit
Gravbs...
69Kadar hormon dan lL-4 penderita Graves sebelum dan setelah
inisial
70 PTU (n=25) Kadar TSH sebelum dan setelah terapi inisialpTU...
71 Perubahan kadarlL4
berdasarkan jenis kelamin setelahterapi
76DAFTAR SINGKATAN
Ts
:
T supresor
Th
:
T
helper
APC
:
Antigen
precenting
celllL
:
lnterleukin
INF-
y
:
lnterferon-y
CD
:
Cluster ofDlfferentiation
TCC
:
Tcellclone
NK
:Natural
killer
ELISA
:Enzyme linked
immune
sarbentassay
T4
:
ThyroxineTT4
:
Totalthyroxine
FT4
:
Free thyroxine
T3
:
TriiodothyronineTT3
:
Totaltiiodothyronine
TSH
:
Thyroidstimulating hormone
TPO
:
thyroidperoxidase
Tg
:
thyroglobulin
,
CTLA-4 : Cytolytic
Tlymphocyte associafed
antigen_4TRAb
:
Thyrotropinreceptor antibody
TSAb
:
Thyroid- stimutatingantibody
TSI
:
Thyroid stimutating immunogtobutinTBAb
:
Thyroidblocking antibody
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
Lembaran lnformasi pasienLampiran
2.
Persetujuan lkut Penelitian / Tindakan Medis( tnformed Consen1
Lampiran
3.
Status penelitianLampiran
4.
Struktur Organisasi penelitian Lampiran5.
Surat
pernyataanLampiran
6.
Curicutum VitaePENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang masalahPenyakit
tiroid
merupakan penyakit yang banyak ditemukandi
masyarakat,5Yo pada
laki-laki
dan l5%o perempuan. Penyebab terbanyak tirotoksikosis adalahpenyakit Graves, terhitung
kira-kira
60%-80% dari kasus hipertiroidismedi
UnitedStates dan pada negara-negara lain dimarla populasi dengan asupan yodium adekuat. Penyakit Graves kira-kira 5-10
kali
lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki, insiden sama diantara populasi Kaukasian danAsia
lebih rendah diantara AmerikaAfrika.
Usia dibawah40
tahun adalahrisiko
tertinggi penyakit Graves. prevalensihipertiroidisme
di
Indonesia belum diketahui.Di
Eropa berkisarI
sampai2
%
dansemua penduduk dewasa. Penyakit Graves
di
Amerika
*to/o
dandi
Inggris
20-27 / 1000 perempuan dan 1,5 -2,5/ I 000
laki-laki.
o' 2, 3. 4' s' 6)Penyakit Graves adalah hipertiroidisme
yang disertai
dengan pembesarantiroid
difus
dengan penyebabnya peristiwa imunologi. Penyakit Graves merupakankondisi
autoimun dimana
terberituknya
antibodi
IgG
yang
mengikat
danmengaktifkan reseptor tirotropin (disebut tltyroid-stimulating antibody (TSAb)) yang
menyebabkan
hipertrofi dan
hiperplasiafolikuler yang
berakibat
membesarnyakelenjar dan meningkatnya produksi hormon tit'oid. Penyakit Graves adalah gangguan
Proses imunologi diperkirakan karena rendahnya
klonal
sel
T
supresor (Ts)secara
genetik yang
bertanggungjawab
terhadap
produlai
TsAb.
penyebabtirotoksikosis ialah kerusakan fungsi sel
limfosit T
supresor (Ts) sebagai sel regulatoryang
mengaturaktivasi dan
menekanfungsi sel
B.
Interleukin-I2 dan
IFN-Tdihasilkan oleh makrofag/ sel dendritik
(Arcl
mempenganrhi aktivasi selT.
Sel T naif yang terpajan antigen akan berkembang menjadi sel ThO.Sel T naif matang yang
terpajan antigen akan menimbulkan aktivasi ThO menjadi
Thl
dan y62. e.2,s)Sel
T
berperan pada inflamasi, aklivasi, makrofag dalam fagositosis, aktivasidan proliferasi sel
B
dalam produksiantibodi. Ada2
macarn selT
helper yaituThl
dan
Th2.
Sitokin yang diproduksioleh
selTh2
akan membantu diferensiasi selB
menjadi sel plasma yang mensekresi antibodi. Sitokin yang diproduksi oleh sel Th2 berperan penting dalam produksi antibodi dibanding
sitokin
Thl.
penyakit Gravesumurnnya dihubungkan dengan penyakit predominan Th2.
Fa*tor
genetik berperanmenimbulkan
Th2
dominan padapenyakij
Graves karena adanya ikatan reseptorCTLA-4 dan ligan
B7
yangberperan dalam alctivasi sel T dan self-tolerance,jalur
ini
mengawali dan menimbtrlkan progresi
penyakit
autoimun.Mutasi
padagen
dari ligan-ligan dan reseptor-reseptorini
dapat menimbulkan efek respon imun. (s.e, r0,ll)Sitokin
diproduksi
oleh limfosit
intratiroidal
yang
menginduksi
danmempertahankan proses autoimun pada
penyakit
Graves.Interleukin4
merupakan bagian dari sitokin tipe 2 yang memproduksi antibodi dan respon alergi. paschce dkkmenemukan berbagai pola peningkatan akumulasi
rL-z,IL4,
IL-10
&
IxiF_ T padaspesimen operasi
tiroid
dari pasien Graves dan Roura*Mir
dkk mendapatkan bahwameskipun peranan aktivitas sel
T
bertanggung jawab dalam menimbulkan kerusakanautoimun
dominan
memproduksi
IL-4.
Interleukin-4
merupakansitokin
yangdihasilkan
sel limfosit Th
yang mempunyai peranan dalamaktivasi sel
B
untukmembentuk
antibodi.
Aso
dkk
Q006) dalam
penelitiannya menemukan adanyapenurunan
jumlah limfosit
Thl
pada penderita diabetestipe
1 dan penyakit Graves.Interleukin-4 menginduksi
perubahanisotipe
ke IgGl,
IgG3,
IgG4
dan
IgE. Interleukin-4 menstimulasijumlah
isotipe Immunoglobulin G-secreting cells(IgG3-SCs) yang dihubungkan dengan derajat beratnya penyakit Graves dan kadar TRAb disamping dapat
juga
merubahke
IgGl
yang bisa menstimulasiproduksi
TRAbsecara efektif, (J2, t 3, 1 4, 1 s, t 6, t7, t8, te, 20)
Cluster
of Dffirentiation
(CD4*l
bersifat pengaturdan
CD8+ sebagai selsitotoksik yang bisa melisis sel sasaran. Ada2 tipe CD4+:
Thl
danTM
yang berbeda dalam fungsi dan produk sitokinnya.Thl
mensekresirL-2,INF-
y
danTNF
B bisamenginduksi rusaknya sel sasaran dan
Th2
mensekresirL-4,1L-5,
JL-10 dan IL-13yang
menginduksi pembentukanantibodi.
Th2
selalu mensekresiIL-4.
penyakitGraves akan mengeksaserbasi respon imun dan menimbulkan inflamasi. (21,22)
Penelitian
Fisfalen
ME
dkk
(1997)
pada pasientiroiditis
Hashimoto danpenyakit Graves, didapatkan 53% klon ThO berasal dari pasien penyakit Graves dan
reaktif
terhadap human recombinant TSH-receptor extracellular domain (TSH-R). Sebagian besarklon
Th2 (82%) reaktif dan terbukti dari darah perifer dan 64% klon ini memproduksiIL-4
dan IL-10. (22)Interleukin-4,
IL-13
dalam
sirkulasi
dapat menstimulasi
sintesis
IgEselama 18 bulan maka kadar
IL4,IL-I3
bisa normal atau tidak terdeteksi dan kadar yang terdeteksi biasanya Iebihtinggi
pada keadaan tanpa remisi/ rekuren daripadadalam
keadaanremisi
yang lama.
peningkatan
Ig E
dihubungkan
dengan
abnormalitas herediter.
Dari
penelitian pada penderita penyakit Graves didapatkankadar
IL-4
terdeteksi pada semua sampel dan kadarnyatinggi
secara berrnakna padakelompok dengan peningkatan IgE daripada IgE normal. (8,e t8.22,23)
Manifestasi
klinis
penyakit
Graves
meliputi
gejala
hipertiroidisme, pembesaran kelenjartiroid
difus, optalmopatiinfiltratif,
dermopati.( t.2.3.7.23.24.2s.26,27)
Pengobatan
yang tepat untuk
hipertiroidisme
dan
prognosis
tergantung etiologi. Pengobatan tirotoksikosis dengan obat antitiroid, p-
bloker, ablasi radiasiiodin dan pembedahan
.$2'3)
Pengobatan medikamentosa yang lazim digunakan adalah golongan tionamid
terutama
propiltiourasil
(pru).
Efek
pry
menghalangiproses
hormogenesisintratiroid,
mengurangi disregulasiimun
intratiroid
serta konversiperifer
dari
T4menjadi
T3,
bersifat
immunosupresif dengan menekanproduksi
TSAb
melaluikerjanya mempengaruhi aktifitas sel
T limfosit
kelenjartiroid.
Efek immunosupresif PTU melalui induksi apoptosis leukosit intratiroid dan menurunkan jumlah sel-sel Thdan
natural
killer
(M9.
Kelebihannya cepat menimbulkaneutiroid dan
remisi imunologi yang tergantung lamanya terapi. Pengobatan biasanya dibagi atas tahap inisial dan tahap pemeliharaan (menggunakan dosis obat yang lebih rendah),lamanyabervariasi
tetapi
efektif
diberikan
selama 12-18 bulan. Kekambuhanlebih
seringjangka
panjang memerlukanmonitoring
terhadap reaksi
alergi,
agranulositosis&
hepatotoksik pada penghentikan terapi, angka kekambuhansangat
tinggi
(50_60w.
operasi
tiroid
dapat menimbulkan morbiditasperioperatif; hipotiroidisme
paska
operasi
dan
biaya
perawatan
tinggi.
Terapi radioiodin
bisa
menimbulkan
hipotiroidisme dan neoplasma sekunder. Terapi pemeliharaan pada penderita
penyakit
Graves akan berpengaruh terhadap kadar
rL4,rgEdan
TSAb .(3.6.21.28.2s.30)Diagnostik hipertiroidisme dimulai dengan tes kadar TSH.
Jika hasil tes tidak
pasti, tangkapan radioaktif dapat menentukan kemungkinan penyebabnya. Kadar T3,
T4, TSH dan
IL-4
dalam darah diukur dengan metoda ELJSA.(221 26.31,32.33)Keragaman respon imun yang bersifat individual mempengaruhi pengobatan
dalam
hal
lamanya pemberian obat-Hasil
yang diharapkan padaakhir pengobatan
adalah
terjadi remisi yang
serentakdari
aspekhormonal
dan
imunologis
sertatercapainya remisi untuk waktu yang rama. Dalam penanganan penyakit Graves, sulit
unfuk menetapkan secara tepat, bahkan de4gan parameter
hormonal, kapan
walfu
yang
paling baik
untuk menghentikan pengobatan. Prosesimunologis dapat masih
terus
berlangsungpada
saat
kadar
hormon
tiroid
dalam
serum
telah
normal.Penghentian pengobatan pada saat
ini
berisiko terjadinya kekambuhan dalamwaktu
singkat.
Keuntungan
lain
mempertimbangkan
aspek
imunologis
daram penatalaksanaan
penyakit Graves
adalahdalam
hal
pemilihan
modalitas terapi. Pernakaian
terapi
radiasi ataupun bedah sebagai pengganti terapimedikamentos4 dapat lebih cepat diputuskan berdasarkan gambaran respon imunologis yang terlihat.
Berdasarkan
uraian latar
belakang diatas, dengan dominasiIL_4
berperanpenting pada peningkatan
TRAb, IgE
dan
berhubungan denganpenyakit Graves yang disebabkan karena
IL4
menginduksi perubahan
ke
isotipeIgGl,
IgG3, IgG4 dan IgE sehingga berperan dalam perkembangan, progresivitasdan
pemeliharaan penyakit Graves membuat penulis ingin mengetahui peran
pru
sebagai terapiinisial
terhadap kadarT3,74,
TSH danrL4
padapenderita penyakit Gravesbaru dikenal,
serta
mengetahuihubungan antara perbaikan hormonal
dengan
perbaikan imunologis nya setelah terapi inisial
pru
selama 12 minggu.1.2. Perumusan masalah
Apakah terapi
inisial
PTU pada penderita penyakit Graves memberikan responhormonal dan imunologis yang sama. 1.3. Hipotesis
Tingkat
respon imunologis
tidak
selalu
bersamaan dengantingkat
respon hormonal dengan terapi inisial PTU pada penderita penyakit Graves baru dikenal.1.4.
Tujuan
Penelitian1.4.1.
Tujuan
Umum:
.
Mengetahui apakah terapi
inisial
PTU pada penderita penyakit Graves barudikenal akan memberikan respon hormonal dan imunologis secara bersamaan.
1.4.2.
Tujuan
Khusus:o
Mengetahui manfaat f€rapi inisial PTUterhadap penurunan kadar T3, T4 dan
peningkatan kadar TSH pada penderita penyakit Graves baru dikenal.
o
Mengetahui manfaat terapiinisial PTU
terhadap kadarrL4
padapenderitao
Apakah terdapatkorelasi
antara penurunan kadarT3, T4
dan peningkatanTSH dengan penurunan kadar
IL-4
setelah terapiinisial pTU
pada penderita
penyakit Graves.
1.5.
Manfaat
penelitian1.5.1.
Manfaat
akademis:o
Penelitianini
berguna untuk dapat memberikan pemahaman dan mengembangkanlebih
jauh
perandari
aspek imunologis dalam perjalanan penyakit Graves, dankaitannya dengan aspek hormonal.
o
Data yang diperoleh dapat dijadikan awal suatu penelitian jangkapanjang yang
diikuti
dengan terapi pemeliharaan PTU selama
12-18 bulan untuk melihat responimunologis pada penderita penyakit Graves.
1.5.2.
Manfaat aplikasi klinis:
o
Mengetahui sejauh mana peran terapiinisial pTU
terhadap prosesimunologis
dengan pemeriksaan
IL-4
padapenderita penyakit Graves.o
Data
respon
imunologis yang
diperoleh
setelahterapi
inisial
pTU
dapatmeramalkan keberhasilan terapi pada penderita penyakit Graves.
o
Pemakaian terapi radiasi ataupun bedah sebagai pengganti terapi medikamentosapada penderita penyakit
Graves
mungkin dapat
lebih
cepat
diputuskanberdasarkan gambaran respon imunologisnya melalui pemeriksaan
IL-4
denganfollow
up selamal2-18
bulan setelahterapi
inisial pTU.o
untuk
masa
depanperlu dicari
obat-obat pendampingpru
yang
bersifat1,6.
Kerangka
konseptualGambar
1.1.Kerangka
konseptualffil
Variabel yang diperiksa pada awal dan setelahterapi
inisialKELAINAN AUTOIMUN
@enyakit
Graves)
Produksi
Antibodi
Reseptor
TSII
Oleh SelB
t
Ikatan antibodi
t'eseptorTSH dengan reseptor
TSII
di
glandulatiroid
f
Iliperfungsi
glandulatiroid
Penyakit Graves adalah suatu proses imunologi akibat kurangnya
klonal
selTs
secara genetikyang
bertanggungjawab
terhadapproduksi antibodi
IgG
yangmengikat dan mengaklifkan reseptor
tirotropin
(TSAb).Aktivasi
ini
menyebabkanhipertrofi dan
hiperplasia
folikuler yang
berakibat
membesamyakelenjar
dan meningkatnya produksi hormontiroid. Antibodi
diproduksidi
dalam kelenjartiroid
yang terbentuk karena adanya ekspresi sel tiroid, menyebabkan sel APC merespon sel
tiroid
sebagaiantigen.
Sel
makrofag
(sebagaiApC)
memproduksiIL-12
yangmerangsang diferensiasi sel
T naif
menjadi sel efektor Th0/ Sel CD4+ matang yang akan berdiferensiasi menjadi selrhl
yang menghasilkan sitokinIL-2, INF-
y, TNF-Bdan dominan menjadi sel
rh2
menghasilkan sitokinLL-4,1L-5,L-10
dan IL-13.Interleukin-4
selalu
meningkat
pada penyakit
Graves.
Interleukin4
mengaktifkan diferensiasi sel B menjadi sel plasma yang akan memproduksi antibodi
reseptor TSH, menyebabkan ikatan antibodi reseptor
TSH
dengan reseptorTSH
diglandula
tiroid
meningkat, hiperfi.rngsi glandulatiroid,
sehingga meningkatkan kadarT3
danT4
serum.Hal
ini
menimbulkanfeed
backnegatif
terhadap hipotalamussehingga menurunkan
produksi
TRH
dan
mempengaruhi
hipofisis
sehingga menurunkan kadar TSH.Kerja
obat antiroid
adalah mencegah proses hormogenesisintratiroid
dan mengurangi disregulasiimun intratiroid
serta konversiperifer dari T4
menjadi T3, bersifat imunosupresif melalui induksi apoptosis leukosit intratiroid dan menurunkanjumlah
sel-selT
helper sehingga diharapkan dapat menurunkan kadarIL-4
(reaksiBAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Kelenjar
Tiroid
2.1.1
Anatomi Kelenjar
Tiroid
Kelenjar
tiroid
mulai
terbentuk padajanin
berukuran3,44
cm,yaitu
padaakhir
bulan pertiama kehamilan. Kelenjartiroid
berasaldari
lekukanfatitrg
antara kantong brankial (branchial pouch) pertama dan kedua.Dari
bagian tersebut timbuldivertikulum
,
yengkemudian membesar, tumbuh kearah bawah mengalami migrasike
bawahyang
akhirnya melepaskandiri
dari faring.
Sebelum lepas, berbentuksebagai duktus tiroglosus, yang berawal
dari
foramen sekumdi
basislidah.
Padaumurnnya
duktus
ini
akan
menghilangpada
usia
dewasa"tetapi pada
beberapa keadaan masih menetap, (31)Keleqiar
tiroid
terletak dibagianbalah
leher,terdiri
atas dua lobus, yangdihubungkan
oleh
ismusyang menutupi
cincin
trakea2
dan3.
Kapsul
fibrosa menggantungkankelenjar
ini
pada fasia
pratakea sehinggapada
setiap gerakan menelan selaludiikuti
dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearahkranial,
yang merupakanciri
khas kelenjar
tiroid
Setiaplobus
tiroid
yang
berbentuk lonjongberukuran panjang 2,5-4 cm,lebar 1,5-2 cm dan tebal 1-1,5 cm. Berat kelenjar
tiroid
dipengaruhi
oleh
berat badan dan masukanyodium.
Pada orang dewasa beratnya berkisar antara 10-20gam.
Vaskularisaqi kelenjartiroid
termasuk amat baik. Setiapfolikel
tiroid
diselubungi
oleh
jala-jala
kapiler dan limfatik,
sedangkan sistemvena
tiroidea
superior,
lateral
dan
inferior.
Aliran
darah
ke
kelenjar
tiroid
diperkirakan 5 mUgram kelenjar/menit; dalam keadaan hipertiroidisme aliran
ini
akanmeningkat sehingga dengan stetoskop terdengar bising aliran darah. (3r)
Dertgan mikroskop terlihat kelenjar
tiroid terdiri
atasfolikel
dalam berbagaiukuran
antara 50-500mm.
Dinding
folikel terdiri dari
selapissel
epitel
tunggal dengan puncak menghadap ke dalam lumen, sedangkan basisnya menghadap kearahmembran basalis. (31)
2.1.2. Fisiologi
Kelenjar
Tiroid
Tiap folikel
merupakan kumpulanklon
sel
tersendiri.
Sel
ini
berbentuk kolumnar apabila dirangsang oleh TSH dan pipih apabila tidak terangsang. Selfolikel
mensintesis Tiroglobulin (Tg) yang disekresikan kedalam lumen
folikel.
Protein lain yang pentingdisini
ialah TPO.Enzim
ini
maupunTg
bersifat antigenik, sehingga dapat digunakan sebagai penanda penyakit. Biosintesis hormon Ta dan T3 terjadi didalam Tg pada batas antara apeks sel-koloid. Disana terlihat
tonjol-tonjol
milaovilli
folikel
ke
lumen; dantonjol
ini
terlibatjuga
dalam proses endositosisTg.
Hormonutama
yaitu
Ta danTr
tersimpan dalamkoloid
sebagai bagiandari
molekul
Tg.Hormon
ini
akan dibebaskan apabila ikatan denganTg
ini
dipecaholeh
enzimkhusus. Yodium merupakan unsur pokok dalam pembentukart hormon
tiroid.
Yodiumdiserap
oleh
usus halus bagian atasdan
lambung, danll3
hingga
u2
ditangkap kelenjartiroid,
sisanya dikeluarkan lewat air kemih. (2e,31)2.1.3. Biosintesis
Hormon
Tiroid
Hormon
tiroid
mengandung 59-65% elemenyodium.
Hormon
Tadan
T3mono- dan diiodotirosin, yang kemudian mengalami proses
cottplingmenjadi Tr
danTa
Proses biosintesishormon
tiroid terdiri dari
beberapa tahap, sebagian besardistimulir
oleh TSH,
yaitu:
tahap trapping,
oksidasi,
binding,
coupling,penimbunanan atau storoge, deiyodinasi, proteolisis dan pengeluaran hormon dari
kelenJar tiroid. Sesudah pembentukan hormon selesai, Tg disimpan ekshasel yaitu di
lur4en
folikel
tiroid.
Umumnya sepertiga yodium disimpan sebagaiT3
danT4
da1\
sisanya
dalamMIT
danDIT.
Bahankoloid
yang ada dalam lumen sebagian besarterdiri dari Tg. Koloid merupakan tempat untuk menyimpan hormon maupun yodium.
Pengeluaran hormon
dimulai
dengan terbentuknya vesikel endositotikdi
ujungvili
(atas pengaruh
TSH
berubah menjadi teteskoloid)
dan digesti
Tg
oleh
enzimendosom dan lisosom. Hasil akhirnya ialah dilepaskan T4 dan T3 bebas ke sirkulasi sedangkan
Tg-MIT
danTg-DIT
tidak dikeluarkan tetapi mengalami deiodinasi olehyodotirosin
deyodinase,dan
iodidanya
masuk kembali
ke
simpanan yodium intratiroid sebagai upaya untuk konservasi yodium. (31)Proses yodinasi
Tg
dipengaruhi berbagai obat seperti:tioure4
pru,
MTU.
Obat
ini
menghambat pekerjaan kelenjar yang hiperaktif,Cara keluamya
hormon
tiroid dari
tempat penyimpanannyadi
sel
belum diketahui secara sempuma, tetapi dipengaruhi TSH. Hormonini
melewati membransql, fenestra sel kapiler, kemudian ditangkap oleh pembawanya dalam sistem sirkulasi
yaitu
tltyroid
bindingprotein.
Yodiunt kadartinggi
menghambat tahapini.
Sifatini
digunakan dokter untuk mengelola krisis
tiroid.
Produksi sehari T4 kira-kira 80-1002.1.4. T ransportasi hormon
Protein
mengikat T3
maupunT4
dalamserum
dan 0,35yoT4 total
serta 0,25Yo T3 total berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan
protein
kurang kuatdibandingkan dengan T4, tetapi karena efek hormonnya lebih kuat dan pergantiannya
lebih cepat, maka T3
ini
sangat penting. (:t) 2.1.5. Metabolisme T3 dan T4Waktu paruh T4 di plasma ialah 6 hari sedangkan
T3
24-30 jam. Sebagian T4 endogen mengalami konversi lewat proses monodeyodinasi menjadi y3.es)2.2.
Tirotoksitosis
danHipertiroidisme
Tirotoksikosis ialah manifestasi
klinis
kelebihan hormontiroid
yang beredar dalamsirkulasi,
sementara hipertiroidisme adalah tirotoksikosisyang
diakibatkanoleh kelenjar
tiroid
yang hiperaktif. Manifestasi klinisnya sama. Rangsang oleh TSHatau TSH-like substance (TSI, TSAb) menyebabkan autonomi intrinsik kelenjar
tiroid
meningkat, terlihat dari tangkapan radioaktif yang naik. (31)
2.2.1. Penyebab
Tirotoksikosis
Penggolongan sebab tirotoksikosis dengan atau tanpa hipertiroidisme amat penting, disamping berdasarkan etiologi,
primer
maupun sekunder. Kna-l<tra 7a%tirotoksikosis
karenapenyakit
Graves, sisanya strumamultinodular
toksik
danadenoma toksik. Penyebab lain dipikirkan setelah tiga penyebab diatas disingkirkan.
Tabel2.
1. Penyebab tirotoksikosis. (31)Hrpertrordrsrne
pdmer
!'ffi:illfhflr.
HlperllroldlsrnoSekunder Pcayakit
Gravcs
Hormon tiioiO trrtcUitrGondokmultinodula ('Iirotoksikosisfaktisia)
.toksik
Tiroi,litis subakut (viral Adcnoma tolsik atau Dc QuewaiaTSH*ecrcting
iunor chGH
secrctlng tumor
Tirototsik$is
gcstasi (tdmostcr
iiLrtana)
Rcsistcn:i hormon
Obat yodium
lebih,
Silent thyrotditislitium
Destrulai kcl:njacKarsincmr tiroid
yang
amiodaron,2,2,2.Penyakit Graves
Robert
Graves pertama
kali
mengidentifikasi hubungan
antara
goiter,palpitasi,
dan
eksoptalmuspada
tahun
1g35, walaupun
caleb parry
telahmempublikasikan suafu kasus
l0
tahun sebelumnya. PenyakitGraves menyerang
sekitar 0,5%
populasi
dan menyebabkan 50-80% kasus hipertiroidisme. Insidennya4/10.000 per tahun. Penyakit
ini
lebih
banyak menyerang perempuandari laki-laki
dengan perbandingan
5:l
sampai 10:1, bisa pada semua umur narnun puncak insidenpada umur 40-60 tahun. Q,7.34'3s.36)
Penyakit Graves penyebab tersering hipertiroidisme,
terhitung 6UgV/o
datisemua kasus. Merupakan penyakit autoimun yang disebabkan
oleh
antiboditiroid
disirkulasi
yang
mengaktivasi reseptorTSH yang
menstimulasihipertropi
dan hiperplasifolikel tiroid
dengrur peningkatan produksi hormontiroi4
bersifatfamilial
dan dihubungkan dengan penyakit-penyakit autoimun yang lain. Optalmopati Graves terjadi pada 25-50% pasien penyakit Graves, dgngan 3-5%
disertai
penyakit matayang berat yang membutuhkan immunosupi"run, operasi mata atau ra.dioterapi. (13?)
2.2.3. Manifestasi
ekstratiroidal penyakit
GravesPenyakit Graves bentuk tersering hipertiroidisme. Sindrom
ini
bila ditemukankeadaan-kea'daan berikut
yaitu; hipertiroidisme,
strumadifusa
dengan atau tanpaoptalmopati dan dermopati (miksedema pretibiary. (t,zJ t,rs,
rq
optalmopati Graves
(oG)
meliputi
injelai
konjungtiva, kemosis, proptosis, dandiplopia-
Literatur lain OG meliputi perasazm berpasir dan rasa tidak enak padamata, tekanan retrobulbar atau
nyeri,
lid
tag
mata atadretraksi,
edem preorbit4keratitis, neuropati optik. Kasus OG berat bisa menyebabkan kehilangan penglihatan
akibat ulkus komea atau
kompresi nervus
optikus.
Sebagiankecil
penderitaditemukan indurasi
kulit,
yang biasanya bersamaan dengan OG. Dermopati umumnyamenyerang daerah
pretibial
(miksedema pretibial) dan pada kasus yang lebih jarangditemukan
jari
tabuh (akropakhi).Baik
OG
maupun miksedemapretibial
ditandaioleh
infiltrasi limfosit
padajaringan
sasaran,aktivasi fibroblast
atau preadiposit,akumulasi glikosaminoglikan,
ekspansilemak pada
orbita, dan
penebalan otot ekstraokuler. Autoantibodi terhadap reseptor TSH berperan dalam terjadinya reaksisilang
antaratiroid
dan orbita ataukulit.
Meningkatnya TSHR- specrficT
cells
diorbita
ataukulit,
akan merangsang sekresisitokin
yang selanjutnya menginduksidiferensiasi preadiposit, proliferasi fibroblast, produksi glikosaminoglikan
hidrofilik
dari
fibroblas. Peranfaktor
genetik belum banyak diungkap danfaktor
lingkunganberperan penting dalam terjadinya dan progresi OG. (3.7) 2.3 Aspek Imunologis Penyakit
Tiroid
Autoimun
2.3.1. Mekanisme
penyakit
tiroid
autoimunPenyakit autoimun merupakan penyakit yang melibatkan imunitas spesifrk. Peran utama sistem imtrn adalah sebagai pertahanan terhadap invasi organisme asing
yang
masuk
ke
dalam tubuh. Sistem
imun
mempunyai
kemampuan untuk membedakan antigen nonself
dan self.Kondisi
fisiologis, sistem imunitas spesifik yang diperankan oleh selT
danB
bersifat toleran terhadap autoantigen karena padasaat perkembangannya akan mengalami seleksi yang disebut proses self tolerance.[e)
Proses
selflolerance
benwal
dari
prosestoleran sentral
dimanalimfosit
untuk sel
B
dengan hasil akhir berupalimfosit
matur yang hanya mengenal antigenasing. Proses seleksi tersebut akan dilanjutkan dengan proses
toleran
perifer
untukkembali melakukan seleksi terhadap
limfosit
yang telahlolos
dari proses toleransi sentral namun masih bersifat reaktif terhadap antigen"self'
yang terdapat di jaringanperifer melalui proses delesi atau anergi. Dalam proses toleran sel T akan mengalami
mekanisme
MHC
restriction dimana
sel
T
hanyaakan
mengenal antigen yang dipreserrtasikan olehAPC
dalam satu kompleks dengan selfMHC.
Kegagalan dariproses
toleransi
terhadapantigen
utelf'
(autoantigen)
akanmemicu
terjadinyapenyakit autoimun. Sel
T
hanya mengenal antigen "nonself'(melalui Tgpi:T
cell
receptor) yang dipresentasikan oleh APC bersama dengan molekul MHC/
HLA
klasI
untuk sel
cD8+
(sel T sitotoksik) dan klasII
untuk selcD4+
( Thelpff;.tzt)
Aktivasi
selT
memerlukan duasinyal
yang diberikan olehApC.
pertamasinyal yang diterima sel
Th CD4+
olehAPC
yang mempresentasikan antigenymg
terikat pada molekul
MHC
klasII
dan kemudian akan diterima oleh reseptor C1CR) spesifik pada membran selT
CD4+.Ikatan
antara kompleks MHC-antigen denganTCR belum
cukupuntuk
mengaktivasisel
T
CD4+
karena membutuhkan sinyallainnya (ko-stimulus) dari APC. Diantara sejumlah ko-stimulus yang sudatr dikenal,
molekul
87
merupakanmolekul yang paling poten.
Sedikitnyatelatr
ditemukanmolekul
87,
yaitu
B7.l
(cDs0)
dan
87.2 (cD70)
yang
akan berikatan denganmolekul
CD28 padasel
Th
CD4+.
Stimulasimolekul
B7.l
akan berlanjut denganinduksi dan deferensiasi kearah
Thl
sedangkanBT.2ke arahT\2.Qr)
Pada keadaan
teraktivasi,
limfosit
T
akan mengekspresikanCTLA-4
danberakhir pada
inaktivasi sel
T.
Prinsip homeostasis sistemimun untuk
mencegah aktivasi berlebihan sistem imun yang dapat bersifat patologift. (2r)Kegagalan regulasi negatif seperti halnya yang dilakukan oleh
CTLA4
selaindapat mengakibatkan
aktivasi
berlebihandari
sistem
imun
spesifik
juga
dapatmengakibatkan lolosnya
klon limfosit
yang bersifat autoreaktif. Mekanisme regulasioleh
CTLA-4
berperan pada patofisiologi penyakittiroid
autoimun. Seleksi selB
disumsum tulang
juga terjadi
melalui mekanisme yanghampir
serupa dengan sel Twalaupun tidak disertai dengan proses MHC -re s tri ction. Qr)
Autoimunitas terhadap kelenjar
tiroid
memerlukan proses berjenjang yang melibatkan banyak faktor. Fasedini
diawali
lolosnya seleksilimfosit
autoreaktif disentral dan perifer oleh berbagai sebab (genetik dan non genetik),
diikuti
peningkatan APC pada jaringantiroid
sebagai petanda terdapatnyaaltivasi
sistem imun. Aktivasisistem imun terjadi akibat aktivitas APC untuk mempresentasikan autoantigen kepada
sel
T
di jaringanlimfe
atau di jaringantiroid
sendiri karenatirosit
dalam pengaruh sitokin akan mengekspresikanHLA
kelasII
sehingga dapat berperan sebagaiApC.
Bila
yang berperan adalahsitokin
TM,
melalui
a--4,5,
l0
akan memacu imunitas humoral dengan memprodulai autoantibodi (TSHR).Bila
antibodi tersebutbersifat stimulating akan
berakibatpenyakit
Graves sedangkanapabila
antibodibersifat menghambat akan
timbul tiroiditis
atropik.Interleukin4
danIL-10
dapat mencegah apoptosis dengan meningkatkan ekspresi molekulanti
apoptotik BcL2. (21)2.3.2. Patogenesis
penyakit
GravesGejala-gejala penyakit Graves secara langsung disebabkan autoimun. Sel-sel
hipertiroidisme.
Tirosit
ini
mengekspresikan protein yang nonnal tidak ada, meliputi molekulHLA
klasII,
CD 40, adhesi molekul seperti CD 54 dan sitokin sepertiTNF-c,
IFN-1,IL-l
danIL-6.
Optalmopati Graves disebabkan pembengkakan retroorbitadari
infiltrasi limfosit
dan makrofag. Fibroblas orbita diketahui mensekresi TSHR, [image:31.459.43.406.151.506.2]jadi pengenalan antigen TSF{R menimbulkan respon inflamasi ini. (3)
Gambar 2. 1. Patogenesis
penyakit
Graves. ( 3 )Eo:rc podrctior dftre{d hornunr b cruid h rS. rofr'afun dfumfio{in n+4ora fu{po*kimJeing rribod*a 9r+
&ced rcidin tod drellt
ti
dfdd drfid. Tk furmdryn*H lnfmnsry mlb dro podrc* qtldtn a sd-rc ir*d.dlt4tlru
l*tffdbLoora,rndfiu*fron*,dr*ind**dn*pnlrltndr&srioomoL*d*sdrrCDlr,rrgd6ryrplcd.rildr rr CDsq, md l{.A dso ll mdr+lAr, wtldr in trn rdir* &Ed inffrmnrmry crlh ltrrlr qft*t*r J.o indro. drrr*l cdb
r
ryd*rb Etotidr*t*it rrst' lrlp nrt*r 6r htndrpr*lC eltohrnn goo*r* Ant*tqrol, *uns rei*e fre rmiudi6n otdt1rcidd 4rto*hl- rn rfifl1ry**nry *ryb{nt&rh irrnunonro*duory dtta fu,Sicl inoludr r drcnae infu
po**on*
drynildeimddlg ff'#s4l-o0rrrhdnge *rirrion in ranr ptfux*
Infiltrasi
sel-selimun
adalah gambaran karakteristik kelenjartiroid
pasientranscription-polymerase chain reaction (RT-PCR) dan pewamaan
protein
denganflow qttometrlt,menyatakan bahwa
limfosit
T
intratiroid memproduksiIFNI,IL-2,IL-4
dan IL-10.Imun mengatur sitokin r4enginduksi diferensiasi sel
B
yang menyebabkan produksiantibodi
tiroid;
TRAb, anti-Tg
dan
anti,tiroidperoksidase(Tpo).
Makrofag
danlainnya
dihubungkan denganyang
dilepaskansel,
selama responimun,
sitokinproinflamasi seperti
IL-l,
IL-6, IL-8,
IL-l0,lL-12
dan TNF.sitokin
mempunyai efek langsung pada selfolikel tiroid
melalui induksi ekspresi molekulIILA
klassII,
dan memodulasi pertumbuhan, ambilan yodium dan produksi antibodi antitiroid. Kejadianimun selular
ini
akibat teraktivasi dan infiltrasi jaringantiroid
dengan kadar sitokindalam sirkulasi darah perifer. (3e)
Penelitian mengenai pola sitokin T?.l/Th2 serum kelompokpasien Graves dan kontrol normal.
Kadar
rata-rataNF-T,
IL-r0
danlL-4
bermakna lebihtinggi
pada pasien Graves dibanding kontrol. RerataIL4
pasienGraves
132.4+
M"s2
pdml,
dan
kontrol
26.44+ ll.43,P
< 0.001. (3e)Campuran
Thl
danTM
dihubungt-
A"ngun sitokin semm yang meningkatpada pasien Graves. Observasi
ini
disetujui dengan analisisprofil
ekspresi gen yang menunjukkan adanya kedua tipe dari genThl
(rNF-y) danTM
(IL-10
&tL4)
pada sel-sel kelenjartiroid
pasien Graves dengan predominan selTM
CD4. Kedua tipe selTh
dihubungkan dengan sitokinnya dan berinteraksi satu sama lain. Bagaimanapunkedua tipe sel
rh
dan sitokin inflamasi(IL-6,
TNF-a) meningkat jelas pada penyakitGraves.
Kedua
sitokin
diproduksi
oleh limfosit intratiroid
dan
sel folikel
tiroid.
Follow
up
jangka panjangkadar
sitokin
dapat menentukan prognosisdan
hasilcampuran sel-sel
Thl
danTh2
yang bisa akibat inflamasi jangka lama dan prosesdestruksi kelenjar
tiroid.
( 3e )Hipertiroidisme pada penyakit Graves akibat adanya antibodi
IgG
(TSAb).Aktivasi
ini
menyebabkanhipertrofi dan
hipeqplasiafolikuler yang
berakibatmembesarnya
kelenjar
dan
meningkatnyaproduksi hormon
tiroid. Antibodi
initerutama
diproduksi
di
dalam kelenjar
tiroid
sendiri.
Prosesimunologi
yangmendasari
diperkirakan karena kurangnya
klonal
sel
Ts
secaragenetik
yang bertanggungjawab
terhadap produksiTSAb
(Gambar2.2).
Disampingitu,
sekitar 75Yo penderitapenyakit
Gravesjuga
mempunyai autoantibodiTPO
dan 25-55%mempunyai autoantibodi terhadap
Tg.
Hal ini
menunjukkan kaitan antara penyakitGraves
dan
tiroiditis
Hashimoto. Predisposisipenyakit
Graves adalah: kepekaangenetik
(alel
HLA
tertentu),
stress (kejadianhidup
negatif), merokok
(terutamaoptalmopati),
jenis
kelamin perempuan (streroid seks), periode post partum, yodium(termasuk amiodaron),
lithium,
dan
faktor
lainnya yang
jarang
termasuk terapi interferon-u, terapi antiretrovirus (highty arctiveantiretroviral therapy)
untuk infeksiHIY,
campathl-H
monoclonal antibody ( untuk sklerosis multipel). (DSitokin Th2
memiliki
target molekular pada mata yang dapat menimbulkan inflamasi dan mempercepat remodeling jaringan pada stadium akhir meliputi fibrosis.Penelitian
Beiling
Chen
dkk
(2006)
melaporkanbahwa
IL-4
dan
IL-13
dapatmeregulasi
ekspresi l5-Lipoxygenase-l
(15-LOX-1) pada
fibroblast
orbita
dari pasien-pasien denganoptalmopati Graves yang
berat.
Ekspresi
l5-Lox-l
danaktivitasnya berperan dalam remodeling jaringan orbita pada stadium akhir OG yang
7 TS*{ hetltd.nibodis btddbTsH recefll* tn
ttutttft.lffilwrisgF
*,s
Erem*le anibofs I !
\? I
\ta*
Ss€ilirtg if m*le rtrdaffit€tiarB
hetr.ld e.Fe
I
r
*
Op$rhdtrloflartry - .,;.: i:r' n l:1,.
,:!
: :ffi;:: i rl::i':
[image:34.454.26.410.38.353.2]Cedc{t'*'ddrd orlt{'lara de6
Gambar
2.2.
Patogenesispenyakit
Gravesdihubungkan
denganoptalmopati
(7)Gambar
2.3.
Patogenesisoptalmopati
Graves. (3)lhrl* b en ildaam€fity.cd irffilrtr corpo*d pr*doninsdl d idiv#d T
c*
in dE sreoc{l$ nurdr* rrd orbfiC eonnrc.dyr tLos, fhh itdf*. nrry b'cdh in dn o*h firx$r drl regnilion by Tab cI rn oriinl a*l*n *x
sq
ncr*{l
r dryroid*rkn,slc$*t$rfipoeruphnryxpu*dhprefupfik$tbfi&Cy!*imego***ly*ri*.&.dty.€ ffidecc uimJdng t*i po***rn ol gfo{o5.ilir"dpru {nlhlr tnrdrsots* mdffiJilh
cfut
;nd b.drEr
odnr*Reaksi imunitas tubuh terhadap antigen
tiroid
melibatkan komponen sistem imun humoral dan seluler.-Imunitas humoral: antibodi
Terdapat 3 tipe antibodi terhadap TSH-R pada penyakit
tiroid
autoimun. Tipe pertama bersifat stimulasi disebutTSI
(Thryroid stimulating immunoglobulin)
atau TSAb yang mempunyai efek mirip TSH. Tipe kedua bersifat inhibisi (TBAb) dan tipeketiga bersifat campuran antara
TSI
danTBAb
yang disebutTBII
(Thyrothropinbinding
inhibitory
immunoglobulin).TSI
terdapat secara dominan pada penyakit Graves sedangkanTBAb
merupakan antibodianti
TSH-R yang terdapatlebih
daril0%
padapenyakit Hashimoto dan miksedema prim61. (2r)Sekarang
telah
dikenal
beberapastimulator
tiroid
yang
berperan dalam penyakit Graves, arfiaralain: ( 3e )1.
Long Acting Thyroid Stimulator (LATS)2.
Long Acting Tlryroid Stimulqtor-Protecfor(LATS-p)
3.
Human Tltyroid Stimulator (HTS)4.
Human Thyroid Adenylate CyclaseStimulator(HTAcs)
5.
Thyrotropin Displacement Activity(TDA)
Antibodi-antibodi ini berikatan dengan reseptor TSH yang terdapat pada membran sel
folikel
kelenjartiroid,
sehingga merangsang peningkatan biosintesis hormon tiroid.Terdapat kejadian yang menyatakan hubungan antara autoimunitas
tiroid
dan respon alergi. Pertama, IgE, IgG danIgM
mendeposit pada beberapa jaringantiroid
dan ototGraves dan
rinitis
alergikq
satu dari penyakit umum terbanyak yang dihubungkan dengan sintesis IgE. Ketiga, Munculnya klas IgE thyroid peroxidase autoantibodiesdilaporkan pada beberapa pasien Graves
dan
tiroiditis
Hashimoto.IgE
b€rperan dalam induksi dan pemeliharaan penyakit Graves. Pada penyakit Graves antiTg
juga
ditemukan dalam kadar lebih rendah dari pada penyakit Hashimoto
pWo).Antibodi
penting
lainnya padapenyakit
tiroid
autoimun adalahanti-Tpo
yang menryakan antibodi utama pada penyakit Hashimoto. (2r)-Reaksi imunitas seluler pada penyakit
tiroid
autoimunMekanisme imurtitas seluler yang menyebabkan destruksi tirosit dapd melalui 3 cara yang melibatkan limfosit CD4+ dan CDg+: (r2)
a. Lisis tirosit secara langsung oleh limfosit CDg+
b. memacu apoptosis tirosit melalui ikatan Fas-Fas ligand (diekspresi oleh CDg+)
c. kerusakan tirosit oleh siCIkin yang dilepas oleh sel T.
2.3.3.
Faktor-faktor
yang berperan padaterjadinya
penyakittiroid
eutoimun
Penyakit Graves adalah penyakit autoimun spesifik organ yang dihubrmgkm
dengan abnormalitas
limfosit
T.
Suatupenyakit multifaktorial yang
berkembang akibat interaksi kompleks antara faktor genetik dan lingkungan.(+t)A. Faktor
genetikKerentanan
g"n"iik
dianggap merupakanfaklor
predisposisi utama terhadappenyakit
tiroid
autoimun. Beberapa sistem genetik diketahui mempunyai hubungandengan penyakit
tiroid
autoimun: (21)'Gen Cytolytic T Lymphocyte Associated
Antigen-1(CTLA-4):
Salah satu kandidatgenetik yang
dapat memberikaninformasi
tambahanuntuk
memprediksi remisi penyakit setelah pemberian obat antitiroid. Polimorfisme genCTLA-4
terletak padakromosom
2q33
telah banyak dilaporkan mempunyai hubungan dengan penyakittiroid
autoimun,merupakan
molekul yang diekspresikanoleh
selT
dan berperansebagai regulator negatif terhadap aktivasi sel T, memberikan sinyal terjadinya anergi atau apoptosis sehingga mengambat proliferasi sel
r
autoreaktif. (2r.al)-Gen
Humun
LeucocyteAntigen
(IILA):
hubungan antara polimorfisme molekulHLA
deagan kerentanan terhadap terjadinya penyakit autoimun sangatmungkin akan
terjadi apabila
kita
melihat fungsi utama molekul tersebut pada mekanismeakivasi
selT.
Seperti diketahui, antigen(mis:
Tg
sebagai autoantigen) pada waktu prosestoleran berlartgsung akan dipresentasikan oleh
APC
dalam suatu kompleksdengan
molekul
HLA
dimana antigen akan diikat dalam suatu binding groove pada molekulHLA.
KarenaHLA
bersifat sangatpolimorfik,
makaafinitas
ikatanHLA
denganqqtigeFdapat sangat berbeda antar alel satu dengan lainrrya.
Alel
dengan afinitas kuatakan
lebih "dikenal" oleh sel
T
karena dipresentasikan denganbaik
oleh ApC
sehingga lebih mudah terhapus waktu proses toleran berlangsung.
Alel HLA
denganafinitas
rendah terhadap antigen
akan
lolos dari
proses
seleksi negatif
danmengakibatkan terjadinya autoimunitas pada
individu
yang mempunyaitipe HLA
tersebut.
HLA
yang mempunyai hubungankuat
denganpenyakit
tiroid
autoimunantara
lain: HLA-DR3
diketahui mempunyai hubungan kuat dengan penyakit Graves.Penelitian
Y
Ban dkk mendapatkanadainteraksiHLA-DR
dengancrL!-4.et)
Penelitian dari pasien dan model pada hewan coba, terdapat
bukti
yang kuatautoreaktif sel T, sel
B
dan antibodi IgG. Faktor predisposisiini
berhubungan dengan halotypeMHC
klasI
danII.
Penyakittiroid
berkaitan dengan keberadaanHLA
DR3,DR4
dan
DR5
yang
menjadi
autoantigenendokrin atau peptida
yang
mudah pergabung dengan hnlotypeMHC
yang
menyebabkan sistemimun
yang reaktif
abnormal dan tidak terkontrol. Q6'42A3)
-GenAutoimmune regulator genes
(AIRE):
merupakan gen yang mengatur ekspresiantigen
self
termasuktiroid
pada selepitel.
Sel dendrit dan monosit pada bagian medula timus. Antigen self padatimus inilah yang membantu proses penghapusan selT yang bersifat autoreaktif melalui proses seleksi negatif sewaktu proses pematangan
sel
T
di
timus. Mutasi pada gen
AIRE
ditemukanpada
penderita autoimmunepolyglandular
syndrometipe
I
(APS-I)
dimana terdapat autoimunitas terhadapberbagai organ tubuh termasuk
tiroid.
Gangguan pada ekspresi Tg padaApC
akibatmutasi gen
AIRE
akan menghalangi proses penghapusan selT
autoreaktif terhadapTg
di timus. (2r)-Gen
Tiroglobulin
(Tg)
:
merupakanOror"*
utama yang disintesis oleh kelenjartiroid
dan autoantibodi terhadap tiroglobulin banyak ditemukan pada penyakittiroid
autoimun. Padapenelitian
ditemukan hubungan antarapenyakit
tiroid
autoimun dengan kromosomregio
8q24 dimana terletakpula
genTg.
Hal
ini
menunjukkankaitan etat antata gen Tg dengan rnekanisme terjadinyapenyakit
tiroid
autoimun. Genlainnya yang mempunyai kecendrungan hubungan dengan penyakit
tiroid
autoimunadalah: TSH reseptor, TCR, Tg, IgH (IgG Heqvy chainy.ar)
B.
Faktor
non genetik-rnfeksi:
menyebabkan penyakit autoimun melalui berbagai(a)
mimilai
molekuler(b) terlepas ny a " s e que s te re d anti ge n', karena keru sakan j aringan
(c)
terlepasnyaheat
shockprotein
(hsps)bakteri yang
mempunyai reaksi silangdengan hsps hospes.
Infeksi bakteri sebagai penyebab penyakit
tiroid
autoimun didapatkan padainfeksi
Yersinia enterocolitica karena reaksisilang
antan antigen kuman denganTSH-reseptor. (21)
'Fetol
microchimerism: adalah terdapatnya sel fetus dalam jaringan tubuh ibu akibatmasuknya
sel
fetus
ke
dalam sirkulasi darah
ibu.
Diperkirakan
bahwa
selmicrochimeric
di
dalam kelenjar tiroid akan memacu reaksi inflamasi. (21)-Merokok
merupakan faktorrisiko
terhadap penyakit Graves danlebih
nyata padaOG. Mekanisme yang mendasari hubungan antua merokok dengan penyakit
tiroid
autoimun diperkirakan merokok dapat memacu keadaan hipoksia dan kandungan
nikotinnya memacu peningkatan ekspresi
HLA-DR
yang keduanya dapat memacudan meningkatkan reaksi inflamasi. (21)
-Stres:
mempengaruhi sistemimun
secara langsung atautidak
langsung melaluiaktivasi sistim neural dan endokrin
(alur
fPA).
Modulasiimun
ini
menghasilkan berbagai hormon khusus glukokortikoid, neurotransmitter dan sitokin-sitokin yangdapat menyebabkan perkembangan autoimunitas
yang
berperan mempertahankanpenyakit
tiroid
autoimun.Glukokortikoid
endogendan
katekolamin selama stresmenyebabkan supresi respon
Thl
dan mengarahke Th2
yang memediasi imunitas.-Polarisasi
Thl/
Th2:
mempengaruhi perjalananpenyakit
autoimun. Stassi dkkmelaporkan sitokin tipe2
(IL-4
danIL-10)
didapatkan dalam jumlah yang besar padakelenjar
tiroid
pertderita Graves dan sebaliknya padapenderitatiroiditis
Hashimoto(HT).
Interleukin-4 danIL-10
merupakan sitokin yang dapat meningkatkan ekspresigen anti-apoptosis
BcL-XL
sehinggatirosit
Iebih resisten terhadap apoptosis melaluijalur
Fas. Sebaliknya pada HT sitokin yang menonjol adalah 1plq-r. (zr)Tabel
2.2.Faktor-faktor
risiko
penyakit Graves. (26)Faklor lingkungan dan genetik menjrdi predisposisi penyakit
tiroid
autoimun.Faktor-faktor tersebut: berat badan
lahir
rendah, yodium berlebihan dan defisiensiselenium,
paritas,
pemakaian kontrasepsi
oral,
masa
reproduktif
fetal
microchimerjsn, stress, variasiiklim,
alergi, merokok dan kerusakan radiasi. (l)Tabel
2.3.Obat
yangdihubungkan
denganinduksi
penyakittiroid
autoimun.
(4)lllechry:lern Flranofype
Atr:i{r{laron€ Thyroid darnage, iodirg sx*sse tjrxertain: HT
EAART Chsnges ir' CDkl+ cdts GD
Carapatt*1H Decre-ets irl ThliThz ftSi4, GD
lFht{ Stirnutat-longf ADCG Ht
Etimulsiipncl Th1 sells GD
!L-2 Activation of T ells F T
F9. d'rqplmatttr!* gti rr{*r*Doas cs land. l-l*ART. *iighfy eclteB alfF ralr{'vtral ttlsrapy; lFH, Hartcrm; ll, hortErldn; nObC, -
[image:40.454.21.383.195.391.2]2-3.4. Peranan
interleukin
4 pada penyakittiroid
autoimunsitokin
adalah kelompok heterogen dari polipeptida yang memegang perananpenting dalam
mencetuskandan
koordinasi responinflamasi dan
imun.
Sitokinmerupakan
mediator
yang
dapat
larut
dari
respon
imun.
Molekul-molekul ini
berperan penting pada inisiasi dan mempertatrankan penyakit autoimun. Ada
2
tipelimfosit
T
cD4+ yang memproduksisitokin;
Thl
memproduksi INF-T, TNF_p, IL_2 dan sel Th2 memproduksiIL-4,
rL-5,rL-6,IL-10
danIL-r3.
sitokin jarang mencapaikadar yang terdeteksi dalam sirkulasi. Banyak sitokin
memiliki
fungsi yang salingtumpang
tindih
ataumemiliki
efek yang merangsang atau mengurangi sitokin-sitokinlain.
Interleukin
4
mengaktivasisel-sel
Th2 dan
mensupresiThl.
Sel-sel
Th1 menimbulkan inflamasi, sitotoksisitas dan hipersensitivitastipe
lambat, sementara sel-sel Th2 merangsang diferensiasi selB
dan pembentukan antibodi. Interleukin