viii
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
Fiscal Exemption for Foreign Affairs that came into effect from 1 January 2009 is a facility granted to any taxpayer who has a Taxpayer Identification Number. Overseas Fiscal actually came into force in 1980 to minimize the Indonesian people who travel abroad to spend foreign exchange. With this release, any taxpayer who will carry out foreign travel does not need to pay.
State is enforcing these rules in order to increase the Taxpayer Compliance, both obey the register to obtain Tax File, reported SPT, and pay taxes owed. Expect the existence of the State Fiscal Foreign Acquisition, any taxpayer who has had NPWP can calculate and report the SPT correctly, and pay taxes, so an increase in state income from taxation.
The author uses descriptive analytical method survey approach. The definition is descriptive analytical method to collect data in accordance with the actual situation, present and analyze it so as to provide information in decision making. In this study researchers used survey data via questionnaires.
Through this research can be seen that there is influence of Foreign Affairs Fiscal Liberation of Taxpayer Compliance. The amount of influence of State Fiscal Liberation Against the Taxpayer Compliance is for 0542, which has a strong correlation keeraratan.
ix
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Pembebasan Fiskal Luar Negeri yang mulai diberlakukan mulai tanggal 1 januari 2009 merupakan suatu fasilitas yang diberikan kepada setiap Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Fiskal Luar Negeri sebenarnya mulai diberlakukan pada tahun 1980 untuk meminimalkan orang-orang Indonesia yang melakukan perjalanan luar negeri untuk menghabiskan devisa negara. Dengan adanya pembebasan ini, setiap Wajib Pajak yang akan melaksanakan perjalanan luar negeri tidak perlu membayar
Negara memberlakukan peraturan ini ialah dalam rangka untuk meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, baik patuh dalam mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak, melaporkan SPT, dan membayar pajak terutang. Negara mengharapkan dengan adanya Pembebasan Fiskal Luar Negeri, setiap Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP dapat menghitung dan melaporkan SPT dengan benar, serta membayar pajak terutang, agar terjadi peningkatan pendapatan negara dari bidang perpajakan.
Penulis menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan survey. Pengertian deskriptif analitis adalah metode yang berusaha mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, menyajikan dan menganalisisnya sehingga dapat memberikan informasi dalam pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data survey melaui kuesioner.
Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh Pembebasan Fiskal Luar Negeri terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Besarnya pengaruh Pembebasan Fiskal Luar Negeri Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak adalah sebesar 0.542, yaitu memiliki keeraratan korelasi yang kuat.
x
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………...………i
HALAMAN PENGESAHAN………ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………...iii
KATA PENGANTAR………...iv
ABSTRACT………...………...…..…….viii
ABSTRAK……….……….ix
DAFTAR ISI………...……..…..x
DAFTAR TABEL……….………...…...xv
DAFTAR GAMBAR………...……….………...…..xvi
DAFTAR LAMPIRAN……….…………...xvii
BAB I. PENDAHULUAN………..………..……...…....1
1.1. Latar Belakang Penelitian...1
1.2. Identifikasi Masalah...5
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian...6
1.4. Kegunaan Hasil Penelitian...6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS………...……….…….7
2.1. Kajian Pustaka………...7
xi
2.1.1.7 Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak...16
2.1.1.8. Jenis Pajak...18
2.1.2.3. Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri.….29 2.1.2.4. Objek Pajak Penghasilan...30
2.1.2.5. Pajak Penghasilan Pasal 25...31
2.1.3. PPH Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Bepergian Ke Luar Negeri...32
2.1.3.1. Pihak Yang Membayar Pajak...32
2.1.3.2. Besarnya PPh Pasal 25 (Fiskal Luar Negeri) Bagi Orang Pribadi Yang Bepergian Ke Luar Negeri...32
xii
Universitas Kristen Maranatha 2.1.3.4. Pengecualian Pembayaran Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri Yang Akan Bertolak Ke Luar Negeri Melalui Pembebasan Langsung dan Pembebasan Dengan
Penerbitan Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri...34
2.1.3.5.Pengecualian dari Pembayaran Fiskal Luar Negeri Dengan Menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak…………...38
2.2. Rerangka Pemikiran………..……...39
2.3. Pengembangan Hipotesis………...………..……...41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...43
3.1. Objek Penelitian………43
3.2. Sejarah KPP Bojonagara………43
3.3. Jenis Penelitian...45
3.4. Definisi Operasional variabel………..………46
3.5. Populasi dan Sampel………...48
3.5.1. Populasi...48
3.5.2. Sampel...48
3.6. Pengumpulan Data………...………..49
3.6.1. Teknik Pengumpulan Data...49
3.6.2. Teknik Pengolahan Data...50
3.7. Metode Analisis Data………...……..………52
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….57
xiii
Universitas Kristen Maranatha
4.1.1. Cara Pemerintah Melakukan Pembebasan Fiskal Luar Negeri...…57
4.1.1.1. Pembebasan Secara Langsung……….………..……...58
4.1.1.1.1. Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Berhak Mendapatkan Pembebasan Fiskal Luar Negeri Secara Langsung………..59
4.1.1.2. Pembebasan Dengan Penerbitan Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri...62
4.1.1.2.1. Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Berhak Mendapatkan Pembebasan Fiskal Luar Negeri Dengan Penerbitan Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri...63
4.1.1.3. Pembebasan Fiskal Luar Negeri Dengan Menggunakan NPWP…66 4.1.1.3.1. Tujuan Pembebasan Fiskal Luar Negeri...69
4.1.1.4. Tata Cara Pembayaran Fiskal Luar Negeri Bagi Wajib Pajak Yang Akan Melakukan Perjalanan Luar Negeri...70
4.1.2. Pengaruh Pembebasan Fiskal Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak……...71
4.1.2.1. Uji Validitas dan Reliabilitas………..73
4.1.2.1.1. Uji Validitas……….73
4.1.2.1.2. Uji Reliabilitas……….79
4.1.2.2. Pengujian Regresi Sederhana………..82
4.1.2.3. Pengujian Korelasi………..84
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan……….86
xiv
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA………...………88
LAMPIRAN………..89
xv
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel X………..47
Tabel 3.2. Operasinalisai Variabel Y……….…………47
Tabel 3.3. Pemberian Kode/Kategori untuk Jawaban Pertanyaan Positif Tertutup..51
Tabel 4.1. Jumlah Penerimaan Fiskal Luar Negeri KPP Bojonegara……….………69
Tabel 4.2. Hasil Tabulasi Kuesioner……….………..71
Tabel 4.3. KMO and Bartlett's Test………..………..74
Tabel 4.4. Anti-image Matrices………..………75
Tabel 4.5. Rotated Component Matrixa ……….………77
Tabel 4.6. Rotated Component Matrixa……….……….78
Tabel 4.7. Case Processing Summary……….79
Tabel 4.8. Reliability Statistics………..……….79
Tabel 4.9. Item-Total Statistics………..………….80
Tabel 4.10. Case Processing Summary………...…80
Tabel 4.11. Reliability Statistics……….80
Tabel 4.12. Item-Total Statistics……….………81
Tabel 4.13. Descriptive Statistics………82
Tabel 4.14. Correlations……….……….82
Tabel 4.15. Variables Entered/Removedb……….………..83
Tabel 4.16. Model Summaryb……….……83
Tabel 4.17. ANOVAb………..………83
Tabel 4.18. Coefficientsa……….…………83
xvi
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah satu
ciri dari negara yang sedang berkembang adalah adanya pengeluaran dari kas negara
yang besar untuk membiayai pembangunan, pemerintahan dan kesejahteraan rakyat.
Meningkatkan kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama dari negara kita seperti
yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 alinea keempat, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.
Pengeluaran-pengeluaran yang ada merupakan pengeluaran yang bersifat
menerus, jadi negara kita harus mendapatkan sumber penerimaan yang dapat
terus-menerus membiayai seluruh pengeluaran yang ada. Dengan demikian, pembangunan
yang ada di Indonesia dapat semakin ditingkatkan, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat luas. Hal itu bukan merupakan tanggung jawab pemerintah
saja, tetapi kita sebagai warga negara harus ikut serta dalam meningkatkan
penerimaan negara, yaitu melalui pajak.
Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Rochmat Soemitro, dikutip oleh Mardiasmo, Perpajakan, 2006:1). Melihat dari
2 Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha penagihannya berdasarkan undang- undang, tanpa mendapatkan jasa timbal atau
kontraprestasi secara langsung, dan dapat digunakan untuk kesejahteraan seluruh
rakyat Indonesia.
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling besar yang dapat
digunakan salah satunya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan hal itu tidak
terlepas dengan sistem pemungutan pajak yang digunakan. Sistem pemungutan pajak
terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
a. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan
untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Berhasil atau tidaknya pemungutan pajak ditentukan oleh peran aparatur
perpajakan dalam menentukan jumlah pajak terutang.
b. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak
banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.
c. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam
3 Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak
diberi kepercayaan dalam menghitung, memperhitungkan, membayar,
melaporkan, mempertanggungjawabkan sendiri jumlah pajak yang
terutang. Hal ini dapat memberikan kemudahan bagi setiap wajib pajak
untuk membayar hutang pajaknya, selain itu negara memberikan
kepercayaan kepada setiap rakyatnya untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, melapor dan mempertanggungjawabkan
sendiri jumlah pajak terutang, sehingga kesadaran setiap wajib pajak
dalam membayar hutang pajaknya menentukan besarnya jumlah
penerimaan negara.
Pajak yang diterima oleh negara itu dapat berasal dari orang pribadi atau
disebut wajib pajak orang pribadi, dan badan atau disebut wajib pajak badan. Hal ini
sesuai dengan isi Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 28 tahun 2007
pasal 1 ayat 2, dimana wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Jadi, setiap wajib pajak dapat berfungsi sebagai pembayar, pemotong
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
Setiap wajib pajak dapat menjalankan kewajiban dan menerima haknya apabila
telah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak pribadi maupun badan pada kantor
4 Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 pasal 2 ayat 1 yang berisi:
“Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.”
Setiap wajib pajak yang telah mendaftarkan diri dan mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak dapat memperoleh beberapa manfaat, yaitu akan mendapatkan
pemotongan pajak dengan tarif normal yang besarnya lebih rendah jika dibandingkan
dengan orang yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dan akan dibebaskan
dari pengenaan Fiskal Luar Negeri, jika Wajib Pajak melakukan perjalanan ke luar
negeri.
Fiskal luar negeri termasuk pajak penghasilan pasal 25. Fiskal Luar Negeri
dikenakan pada setiap wajib pajak yang melakukan perjalanan luar negeri (kecuali
yang dikecualikan oleh Undang-undang). Lahirnya Fiskal Luar Negeri menurut
Abdul Rauf (seorang Senior Partner Kantor Konsultan Pajak) itu terjadi pada
tahun1980-an, hal ini disebabkan oleh banyaknya orang Indonesia yang melakukan
perjalan luar negeri untuk berbelanja dan hal itu menghabiskan devisa negara, lalu
pemerintah membuat suatu barrier untuk mengurangi orang pergi ke luar negeri
untuk menghabiskan devisa negara. Perilaku konsumtif masyarakat Indonesia itu
tidak memberikan dampak yang baik bagi perekonomian Indonesia, tetapi cenderung
menguntungkan negara lain.
Dalam kenyataannya perilaku konsumtif tersebut tidak sejalan dengan
banyaknya Wajib Pajak yang sadar akan kewajibannya untuk mendaftarkan diri,
5 Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha tidak diterima sesuai dengan yang seharusnya diterima. Hal ini dapat membuat
negara mengalami kesulitan dalam membiayai seluruh pengeluaran yang ada,
sehingga diperlukan suatu tindakan atau kebijakan yang dapat menarik wajib pajak
untuk meningkatkan kepatuhan dalam mendaftarkan diri, melaporkan pajak terutang
dan memenuhi hutang pajaknya.
Pembebasan Fiskal Luar Negeri yang dilaksanakan mulai tanggal 1 Januari
2009 bagi pemilik NPWP dan keluarga pemilik NPWP, diharapkan menjadi suatu
daya tarik yang dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan pajak
terutang dan memenuhi hutang pajaknya untuk membantu negara dalam membangun
Indonesia.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul:
“PENGARUH PEMBEBASAN FISKAL LUAR NEGERI TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah- masalah yang akan diteliti
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana caranya Pemerintah memberikan pembebasan Fiskal Luar Negeri.
2. Sejauh mana pengaruh pembebasan Fiskal Luar Negeri terhadap kepatuhan
6 Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian adalah untuk mendapatkan informasi atau data-data yang
akan dijadikan bahan penelitian skripsi.
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana caranya Pemerintah memberikan pembebasan
Fiskal Luar Negeri.
2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembebasan Fiskal Luar Negeri
terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
1.4. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan penulis
dalam masalah perpajakan, khususnya mengenai pengaruh pembebasan fiskal
luar negeri terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Kantor Pelayanan Pajak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Kantor
Pelayanan Pajak dalam hal pengaruh pembebasan Fiskal Luar Negeri
terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
3. Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan menambah
wawasan pembaca dalam masalah perpajakan, khususnya pengaruh
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pemerintah memberikan Pembebasan Fiskal Luar Negeri kepada setiap
Wajib Pajak melalui 3 cara, yaitu:
a. Pembebasan secara langsung.
b. Pembebasan dengan penerbitan Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar
Negeri.
c. Pembebasan dengan menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Pembebasan Fiskal dengan menggunakan NPWP merupakan salah satu
cara yang digunakan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan
Wajib Pajak.
2. Pembebasan Fiskal Luar Negeri berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak sebesar 0,542 dan memiliki keeratan korelasi yang kuat.
5.2.Saran
1. Kantor Pelayanan Pajak
Kantor Pelayanan Pajak harus lebih sering untuk mengadakan pelatihan pajak
di Perusahaan, karena banyak sekali Wajib Pajak yang tidak mengetahui
87 BAB V Kesimpulan dan Saran
Universitas Kristen Maranatha mengetahui bahwa jika Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak akan dibebaskan dari pembayaran Fiskal Luar. Selain itu, Kantor
Pelayanan Pajak harus sering mengingatkan Wajib Pajak di media cetak,
elekronik, selebaran, spanduk, baligho dan media komersial lainnya,
mengenai tata cara dalam menyampaikan SPT, tata cara untuk mendapatkan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Fasilitas yang akan diterima Wajib Pajak bila
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, agar dapat meningkatkan Kepatuhan
Wajib Pajak.
2. Wajib Pajak
Wajib Pajak harus lebih meningkatkan kepatuhannya, karena dengan pajak
yang dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada negara, maka negara dapat
menerima pendapatan negara yang besar yang digunakan untuk membiayai
88
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. (2006). Perpajakan. Andi. Yogyakarta.
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung.
Wibisono, Dermawan. (2000). Riset Bisnis: Seri Komunikasi Profesional. Edisi Satu,
Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Indriantoro, Supomo., dan Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis:
Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Satu. Penerbit BPFE,Yogyakarta.
Resmi, Siti. (2006). Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi Empat. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Suandy, Erly. (2006). Perpajakan. Edisi Dua. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Suandy, Erly. (2008). Perencanaan Pajak. Edisi 4. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Illyas B., Wirawan dan Waluyo. (2002). Perpajakan Indonesia. Edisi Satu. Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono. (2004). Statistika Untuk Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Administrasi. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.
Suandy, Erly. (2008). Hukum Pajak. Edisi 4. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sumsyar. (2004). Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Perpajakan. Edisi 1. Penerbit
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan no 28 tahun 2007.