2
LAPORAN PENELITIAN
POTENSI DAUN KELOR (Moringa oleifera) UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA TAHAN BABI
TERHADAP INFEKSI BAKTERI INTESTINAL
Peneliti :
Dr. drh. Hapsari Mahatmi, MP.
Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP.
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDYANA
3 KATA PENGANTAR
Penelitian ini bertujuan mengangkat potensi dan kearifan local serta sebagai wujud Pola Ilmiah Pokok Kebudayaan yang dicanangkan oleh Universitas Udayana. Penelitian diharapkan ini nantinya tidak hanya bisa menggeliatkan ekonomi masyarakat petani kecil dengan budidaya Kelor dan ternak babi, namun juga
mewarnai khasanah keilmuan, bagi mahasiswa dan masyarakat.
Peneltian ini adalah kegiatan penelitian yang melibatkan mahasiwa pascasarjana sebagai tugas akhir yang harus dilaksanakan. Selain itu pendanaan penelitian ini adalah dari dana Hbah Unggulan Perguruan Tinggi Keberlanjutan penelitian untuk tahun ke 2 merupakan hal yang sangat penting untuk bisa mewujudkan impian terwujudnya produk feed suplemen serta dukungan nyata terhadap program Go green di Bali yang mampu menghijaukan dan memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat lokal, khususnya bagi masyarakat petani di daerah Bukit Jimbaran.
4 BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali tidak terlepas dari keberadaan usaha ternak Babi. Bali merupakan salah satu wilayah dengan jumlah populasi babi terbesar di Indonesia yaitu sekitar 1 juta ekor lebih pada tahun 2008. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat Bali terhadap komoditas Babi yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dengan semakin sempitnya wilayah yang mendapat ijin masyarakatnya untuk beternak babi maka ke depan Bali berpotensi menjadi pusat peternakan babi dan
penelitian tentang babi khususnya di universitas Udayana. Oleh karenanya sangat penting dilakukan penelitian tentang berbagai aspek pada Babi selain bertujuan untuk meningkatkan kompetensi juga merupakan bagian dari implementasi Pola Ilmiah Pokok Kebudayaan yang dicanangkan oleh Universitas Udayana.
Ternak babi mempunyai banyak kelebihan diantaranya beranak banyak, pertumbuhan cepat, sumber makanan bervariasi mulai limbah dapur, hasil pertanian dan pakan jadi berupa pellet. Hal ini terkait susunan organ pencernaannya yang merupakan peralihan antara monogaster dan poligaster, sehingga mampu mencerna berbagai jenis pakan. Kebanyakan peternakan babi yang ada di Bali merupakan peternakan rakyat yang berskala kecil, hanya sebagai tabungan yang dipelihara secara rumahan dengan jumlah 2 – 6 ekor, meskipun ada beberapa yang sudah berbentuk peternakan Babi intensif. Babi juga merupakan jenis ternak yang sangat rentan terhadap penyakit terutama penyakit yang disebabkan infeksi bakteri dan parasit. Pada umumnya usaha terapi yang dilakukan adalah dengan pemberian preparat antibiotik dan anthelmintik.
5 sayur. Selain itu di beberapa daerah tanaman kelor digunakan untuk memandikan jenasah orang yang meninggal dan dimitoskan sebagai tananam yang bisa mengusir roh-2 jahat. Dari cerita-cerita tersebut maka dapat disimpulkan bahwa daun kelor
mempunyai khasiat tertentu yang tidak dijelaskan oleh nenek moyang. Tanaman Kelor justru banyak diteliti oleh peneliti dari Eropa, India, dan Amerika namun masih sangat sedikit diteliti oleh peneliti di Indonesia. Menurut Reyes,.( 2006) daun kelor mempunyai kandungan nutrisi yang sangat tinggi yang mampu meningkatkan
produksi susu pada sapi perah yang sangat signifikan yaitu sampai 50 % dari produksi awal. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al (2009) menunjukkan bahwa daun kelor mempunyai potensi sebagai antibakterial terhadap bakteri pathogen yang menyerang manusia.
BAB II. STUDI PUSTAKA
Babi merupakan hewan ternak yang mempunyai nilai komoditas yang sangat tinggi di Bali, Selain itu Babi mempunyai tempat tersendiri bagi masyarakat bali terkait dengan adat, budaya dan kehidupan sosial sebagian besar masyarakatnya. Sehingga kebutuhan babi cenderung meningkat dari waktu ke waktu sesuai dengan peningkatan daya beli masyarakat. Oleh karenanya maka sudah menjadi kebiasaan khususnya disebagian besar masyarakat di pedesaan selalu memelihara babi sebagai tabungan untuk menghadapi hari raya keagamaan maupun upacara-upacara perayaan perkawinan bahkan kematian.
Kendala yang muncul pada usaha peternakan Babi adalah adanya serangan penyakit, terutama pada babi muda. Penyakit yang berdampak pada kerugian ekonomi akibat penurunan berat badan, biaya pengobatan dan kematian terutama adalah penyakit yang menyerang saluran cerna. Penyakit saluran cerna yang diakibatkan oleh adanya infeksi bakteri yang sring menyerang babi adalah Kolibasilosis.
6 unggas, sapi, ruminansia lainnya bahkan strain Escherichia coli tertentu bisa bersifat zoonosis atau mampu menular dan menyerang manusia (Casey, et al. 2005; Rodney, et al. 1999; Montagne et al. 2005). Umumnya kolibasilosis yang menyerang babi
mempunyai angka morbiditas antara 30-40 % dan mortaliatasnya cukup tinggi terutama pada anak babi yang baru lahir.
Kolibasilosis atau diare neonatal disebabkan oleh infeksi bakteri enterotoxigenic E coli(ETEC) yang mempunyai antigen perlekatan K88, K99, F41
atau 987P merupakan salah satu penyebab utama kematian anak babi pada umur dua minggu. ETEC berada pada lingkungan kandang induk babi beranak. Anak babi terinfeksi oleh ETEC melalui mulut dengan masa inkubasi 6-18 jam. Anak babi neonatal yang terinfeksi oleh ETEC akan menderita diare terus-menerus, tinja encer seperti air berwarna kekuning-kuningan. Anak babi neonatal yang menderita diare akan mengalami dehidrasi, asidosis, dan cepat mati (Hailton, et.al 2000). Vu-Khac et al (2004) melaporkan bahwa didapatkan beberapa isolat strain E. coli pathogen penyebab diare pada anak babi umur 28 hari berdasarkan metode PCR$ terhadap gen fimbrie yaitu F4, F5, F6, F18 dan F41, enterotoxins (STa, STb and LT), verotoxin (VT2e or Stx2e) dan enteroaggregative heat-stable enterotoxin 1 (EAST1). Hal ini menunjukan bahwa ada suatu mobilitas terhadap strain atau gen baru yang muncul pada strain E. coli.
Pengobatan yang dilakukan biasanya dengan pemberian antibiotik seperti tetracycline, penstrep, preparat sulfa dll. Obat-obatan yang diberikan tanpa mengindahkan aturan baik dosis maupun waktu pemberian akan berdampak pada timbulnya kasus resistensi obat (Tzipori, 1985 dalam Supar, 1992). Rensistensi
terhadap antibiotik selain merugikan pada ternak babi secara langsung karena penggunaan antibiotik yang sudah resisten tidak lagi bisa dipakai sebagai tindakan terapi, juga kejadian resistensi akan bisa berdampak pada kesehatan konsumen. Oleh karenanya maka perlu dicari alternative pengobatan yang murah, ramah lingkungan
7 Tanaman Kelor(Moringa oleifera) merupakan tanaman perdu yang mampu tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sejak jaman dulu tanaman kelor dipercaya mempunyai banyak khasiat sebagai obat tradisional yang sampai saat ini
masih sangat sedikit laporan ilmiah dari potensi daun kelor.Makkar and Becker, (1996) melaporkan bahwa kandungan protein kasar pada daun yang diekstrak dan yang tidak diekstrak adalah 43.5 dan 25.1%. daun Kelor (Moringa oleifera ) mengandung tannins dan saponin yang sama banyaknya yang terkandung pada
tepung kedelai . Daun Kelor tidak mengandung inhibitor trypsin dan tidak ditemukan adalanya kandungan lectin. Sonia et al (2010). Mendapatkan bahwa ternyata pemberian serbukdaun kelor pada anak babi sebanyak 10 % dari total konsentrat yang diperlukan mampu meningkatkan berat badan sebanyak 6.42 %.
Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam) merupakan satu-satunya anggota family dari Moringaceae yang ditemukan mampu tumbuh diberbagai wilayah seperti di wilayah Himalaya, india, Pakistan, banglades dan di Afganistan (Fahey,2005) Tanaman Kelor digunakan secara luas untuk mengobati infeksi bakteri, infeksi jamur, antiinflamasi, penyakit menular kelamin, malnutrisi dan diare pada manusia. Moringa oleifera sudah sejak jaman dulu kala dikenal sebagai bahan obat tradisional yang
yang dipercaya dapat dipakai untuk pengobatan tumor (Ramachandran et al.1980). Hasil penelitian Rahman et al. (2009) mendapatkan bahwa daun Kelor mampu menghambat bakteri pathogen pada manusia seperti S. aureus dan Streptococcus-B- haemolytica. Penggunaan daun kelor sebagai pakan sapi perah ternyata berdampak
sangat signifikan terhadap peningkatan produksi dan kualitas susu yang dihasilkanPenelitian tentang daun kelor di berbagai negara sebenarnya sudah banyak
8 BAB III. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Khusus
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu diketahui secara ilmiah
khasiat daun kelor terutama kemampuan sebagai pemacu pertumbuhan dan antibakteri serta anthelmintik sehingga nantinya bisa dipakai sebagai pengganti penggunaan obat kimia yang berdampak buruk pada kesehatan konsumen khususny manusia. Hasil akhir dari penelitian ini adalah produk feed suplemen untuk pakan
ternak khususnya babi
Keutamaan Penelitian :
Penelitian tentang potensi daun kelor sangat penting dilakukan karena daun kelor merupakan salah satu keanekaragaman flora yang tercatat juga pada usada Bali sehingga dapat dijelaskan secara ilmiah potensi yang dimiliki. Penelitian ini juga merupakan penelitian yang berpotensi untuk mendapatkan paten karena sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian pemanfaatan daun Kelor (Moringa Oleifera)sebagai suplemen pakan pada ternak. Selain itu hasil kegiatan penelitian ini
diharapkan bisa menambah informasi pada matakuliah I. Managemen Penyakit Babi yang merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa FKH Unud.
9 melibatkan beberapa mahasiswa sebagai penelitian untuk penulisan desertasi dan skripsi.
BAB IV. METODE PENELITIAN
Pengumpulan isolat lapang yang diperoleh dari peternakan Babi yang diduga terinfeksi Kolibasilosis dan peternakan Babi yang menderita kecacingan. Sampel yang diambil sekitar 50 sampel tinja untuk mengkoleksi beberapa strain E. coli dan beberapa spesies cacing yang menyerang saluran cerna.
a. Isolasi dan Identifikasi Strain E. coli
Penelitian dilakukan dengan mengacu pada metode Jawetz et al. (1998) Usap rectal dari babi yang dicurigai kemudian dipupuk ke dalam media Eosin Blue agar dan diinkubasi pada 37 0 C selama 24 jam. Bakteri yang diduga Escherichia coli akan tumbuh dengan koloni berwarna hijau metalik dengan diameter 2 – 5 mm. Kemudian
dilakukan identifikasi dengan INVIC (Indol, MR VP dan Citrat ) E. coli akan memberikan reaksi Indol positif, MR dan VP negative dan Citrate negative. Selanjutnya untuk menguji patogenitasnya maka isolat ditanam pada Blood agar, diinkubasi pada 37 0 C selama 24 jam. Adanya reaksi hemolisis akan ditandai dengan adanya zona hemolisa. Isolat terpilih kemudian dimurnikan pada biakan agar miring untuk dipakai sebagai stok pada saat perlakuan. Selain itu dilakukan uji serotiping terhadap E. coli isolat lapang yang telah dikumpulkan baik dengan metode serulogis
b. Ekstraksi daun Kelor
Ekstraksi daun kelor dilakukan di Laboratorium Analitik F MIPA dan dilanjutkan dengan analisis komponen yang terkandung dalam daun kelor.
10 Uji daya hambat dilakukan dengan memakai metode Kirby Bouer dengan memakai cakram antibiotic dan dengan metode difusi. Pertama media padat Muller Hinton dibuat lubang dengan diameter 3 mm, sebanyak 6 lubang, satu di sentral dan
lima lubang mengelilinginya. Kemudian pada permukaan agar secara swab dilakukan penanaman bakteri isolate murni E. coli yang telah dikoleksi sebelumnya. Media diinkubasi dalam incubator pada temperature 37 0C selama 15 menit atau sampai seluruh suspensi bakteri terserap semua. Kemudian pada lubang yang telah dibuat
dimasukan sebanyak 0,5 ml larutan ekstrak daun kelor konsentrasi 0%, 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.Sebagai kontrol positif dipakai antibiotik Chlorampenicol. Setelah semua selesai maka petridish diinkubasi dalam inkubator pada temperatur 370C selama 18 jam dan dihitung diameter hambatan yang terbentuk.
Uji Daya Anthelmintik daun kelor terhadap cacing/ telur cacing dari berbagai spesies yang ditemukan pada feses babi sebagai sampel.dengan berbagai tingkat konsentrasi yang dilakukan secara invitro.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Koleksi strain E. coli pathogen isolat lapang pada peternakan Babi di 5 wilayah Kabupaten di Bali
Koleksi strain E.coli pathogen penyebab infeksi saluran cerna pada babi dilakukan pada beberapa wilayah di seluruh kabupaten yang ada di Bali, meliputi Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung, Karangasem dan Jembrana. Jumlah
specimen dari babi yang dicurigai penderita Colibacillosis adalah sebanyak 50 specimen dengan rincian masing-2 wilayah 10 sampel specimen. Kegiatan ini dilaksanakan mulai April 2012 sampai dengan Agustus 2012. Dari seluruh wilayah yang dilakukan sampling, ternyata tidak semuanya ditemukan isolat yang pathogen
11 sebagai agen zoonosis. Isolat tersebut berasal dari peternakan babi di wilayah Jembrana dan Tabanan.
Gambar 1 Isolat-isolat E. coli pathogen yang berasal dari babi penderita Kolibasilosis
Adapun hasil identifikasi kecurigaan sebagai agen zoonosis yang dilakukan terlihat pada gambar berikut ini.
12 IV. 2. Ekstraksi daun Kelor
Daun kelor ( Moringa oliefera ) yang dipakai sebagai bahan penelitian diambil dari wilayah sekitar kampus Jimbaran, sebagai lokasi percontohan lahan
kritis, berkapur dan relatif miskin unsur hara bagi pertumbuhan tanaman lain. Hal ini didasarkan pada tujuan penelitian ini untuk mengoptimalkan lahan-lahan kritis dengan menghijaukan dengan tanaman kelor yang mampu bertahan dan tumbuh subur di wilayah tersebut, yang nantinya diharapkan akan bisa diterapkan untuk
wilayah Nusa Tenggara Timur yang mempunyai kondisi sangat mirip dengan wilayah Bukit Jimbaran, sehingga bisa sebagai salah satu alternatif sumber suplemen bagi peternakan-peternakan selain babi, seperti sapi dan unggas.
IV. 3. Uji Daya Hambat ekstrak daun kelor (Moringa oliefera) terhadap pertumbuhan bakteri secara Invitro
Uji Daya Hambat ekstrak daun Kelor terhadap pertumbuhan isolat bakteri E.coli pathogen berpotensi zoonosis menunjukkan bahwa ekstrak air Moringa
Oliefera mempunyai daya hambat rata-rata adalah 11 mm. Hasil penelitian Vieiraet
al. (2010) menunjukkan bahwa diameter daya hambat ekstrak Moringa oliefera
terhadap E. coli yang berasal dari ikan adalah 13 mm. Penelitian Oluduro et al. (2012) menunjukkan bahwa ekstrak daun Moringa oliefera mampu membentuk zona hambat dengan diameter rata-rata adalah 1.00 mm terhadap E. coli yang diisolasi dari luka pada manusia. Hasil penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan diameter hambatan yang terbentuk dari penelitian Viera et la. (2010). Hal ini kemungkinan adalah disebabkan oleh komposisi zat aktif Moringa Oliefera berbeda dari setiap
wilayah. Namun hal ini belum bisa menunjukkan bahwa Moringa oliefera yang berasal dari Bukit lebih rendah kualitasnya, karena perlu pembuktian secara invivo. Ogbe and Affiku (2012) melaporkan berdasarkan penelitian tentang analisis proximat Moringa oliefera mempunyai potensi sebagai pakan ternak unggas untuk
13 Tabel 2. Diameter Hasil Uji Hambat Ekstrak Daun Kelor (Moringa oliefera) Terhadap E.coli penyebab colibacillosis pada Babi .
Konsentrasi (%)
Ulangan ke 1 (mm)
Ulangan ke 2 (mm)
Ulangan ke 3 (mm)
Ulangan ke 4 (mm)
Rerata
100 2 0 0 0 0,5
75 7 10 11 8 9
50 5 6 5 4 5
25 4 5 6 4 4,8
0 0 0 0 0 0
14 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa ;
Ekstrak daun Kelor (Moringa oliefera) mempunyai kemampuan menghambat bakteri pathogen Escherichia coli penyebab Colibacillosis yang berpotensi sebagai zoonosis mulai pada konsentrasi 25 % sampai 75 %. Namun tidak pada konsentrasi 100%.
Ekstrak air ternyata mempunya daya antibacterial yang lebih baik daripada dektrak etanol terhadap Escherichia coli pathogen yang diisolasi dari babi.
Saran
15 DAFTAR PUSTAKA
Ali AM., Alam S.,Hassan SMR and Shirin M. 2009. Antibiotic Resistance of Escherichia Coli Isolated From Poultry and Poultry Environment of Bangladesh . Journal of Food Safety, Vol.11. p. 19-23
Blanco M, Blanco J E Gonzalez, E A, Mora A, Jansen W Gomes, T A, Zerbini L F, Yano T, de Castro A F, and Blanco 1997. Genes coding for enterotoxins and verotoxins in porcine Escherichia coli strains belonging to different O:K:H serotypes: relationship with toxic phenotypes . J Clin Microbiol.35(11): 2958–2963
Francis, D.H. 1999. Colibacillosis in pigs and its diagnosis. Swine Health Prod. 1999;7(5):241-244.
Hong, TTT, 2006. Dietary Modulation to Improve Pig Health and
Performance.Doctoral thesis Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala
Makkar, H.P.S.and Becker, K. 1996.Nutritional value and antinutritional components of whole and ethanol extracted Moringa oleifera leaves. Animal Feed Science and Technology. Vol. 63. P. 1 -4.
Mahajan, SG.and Mehta, AA. 2008. Effect of Moringa oleifera Lam. seed extract on ovalbumin-induced airway inflammation in guinea pigs. Inhal Toxicol. Aug;20(10):897-909.
Montagne*L., Cavaney JR. 2004. Effect of diet composition on postweaning colibacillosis in piglets. J. Anim. Sci. 2004. 82:2364-2374, FS., Hampson DJ., Lallès PJ. and Pluske
Narayanan Rita, Ronald BSM., Krishnakumar N., Gopu P., Bharathidasan A., Prabhaka ran R.2008Effect of citric acid as feed additive in swine starter diet. Indian Journal of Animal Research Vol. 42, p. 4
Ogbe, A.O. And. Affiku, JP. 2011. Proximate Study, Mineral And Anti-Nutrient Composition Of Moringa Oleifera Leaves Harvested From Lafia, Nigeria: Potential Benefits In Poultry Nutrition And Health. Journal Of
Microbiology, Biotechnology And Food Sciences Vol :12 : 1 (3) 296-308
16 African J of Traditional Complementary and Alternative Medicine. Vol:3 No. 2.
Rahman, MM., Sheikh, MI., Sharmin, SK., Islam, MS., Rahman, MA., Rahman,MM.2 and Alam, MF. 2009. Antibacterial Activity of Leaf Juice and Extracts of Moringa oleifera Lam. Against Some Human Pathogenic Bacteria. CMU. J. Nat.Sci. vol. 8(2) p. 912.
Sads, PR. and Bilkei,G 2003. The effect of oregano and vaccination against Glässer’s disease and pathogenic Escherichia coli on postweaning performance of pigs. Irish Veterinary Journal Volume 56 (12): 611
Sánchez NR. 2006. Moringa oleifera and Cratylia argentea: Potential Fodder Species for Ruminants in Nicaragua. Doctoral thesis Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala
Sengupta ME, Keraita B, Olsen A, Boateng OK, Thamsborg SM, Pálsdóttir GR, Dalsgaard A 2012. Use of Moringa oleifera seed extracts to reduce helminth egg numbers and turbidity in irrigation waterWater Res. 2012 Jul;46(11):3646-56.
Sonia PA., Hazel GD., Masilungan, Babylyn A.M. 2010. Partial Substitution Of Commercial Swine Feeds With Malunggay (MoringaOleifera) Leaf Meal Under Backyard Conditions. Philippine Journal of Veterinary and Animal Sciences, Vol 36, No 2
Supar, Hirst RG and Patten BE. 1991. The importance of enterotoxigenic Escherichia coli containing the 987P antigen in causing neonatal colibacillosis in piglets in Indonesia. Vet Microbiol. 15;26(4):393-400.
WHO Scientific Working Group. 1980. Escherichia coli diarrhoae. Bull. WHO. 36 (1). 23 -30
Vieira,G.H.F., Mourão, A.J., Ângelo, A.M., Costa, R.A. And Vieira, R. H. S. F. 2010.
Antibacterial Effect (In Vitro) Of Moringa Oleifera And Annona Muricata Against Gram Positive And Gram Negative Bacteria. Rev. Inst. Med. Trop. Sao Paulo 52(3):129-132
17 UMAR D. 1998. Antimicrobial Activity of Moringa oleifera Leaves Journal of