Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Patahan atau Sesar ... 6
2.1.1 Klasifikasi Patahan atau Sesar ... 6
2.2 Geolistrik ... 9
2.2.1 Metode Geolistrik Tahanan Jenis ... 9
2.2.2 Potensial Pada Medium Homogen ... 11
2.2.3 Distribusi Aliran Arus dalam Bumi ... 12
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
2.2.5 Akuisis Data Geolistrik ... 16
2.2.6 Sifat Resistivitas Batuan ... 18
2.2.7 Pendugaan Sesar Berdasarkan Nilai Resistivitas ... 21
2.3 Kinematika Struktur Geologi Sesar ... 21
2.3.1 Pendugaan Sesar Berdasarkan Nilai Resistivitas ... 21
2.3.2 Proyeksi Stereografi ... 22
2.3.3 Pendugaan Sesar Berdasarkan Proyeksi Stereografi ... 24
2.4 Keadaan dan Struktur Geologi Bakauheni ... 27
2.4.1 Stratigrafi Batuan ... 27
2.4.2 Struktur Geologi ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
3.1 Lokasi Akuisisi Data Geolstrik dan Kekar ... 29
3.2 Proses Pemilahan Konfigurasi Dalam Akuisis Data ... 31
3.3 Alur Penelitian ... 35
3.4 Peralatan Lapangan... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Hasil ... 41
4.1.1 Geolistrik ... 41
4.1.1.1 Sesar Way Baka ... 41
4.1.1.2 Sesar Bakauheni ... 43
4.1.2 Kekar ... 45
4.1.2.1 Sesar Way Baka ... 45
4.1.2.2 Sesar Bakauheni ... 46
4.2 Pembahasan ... 47
4.2.1 Geolistrik ... 47
4.1.2.1 Sesar Way Baka ... 47
4.1.2.2 Sesar Bakauheni ... 52
4.2.2 Kekar ... 56
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
4.2.2.2 Sesar Bakauheni ... 57
4.3 Analisis Pengaruh Gaya – Gaya Lempeng Pada Sesar ... 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60
5.1 Simpulan ... 60
5.2 Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Foto citra satelit Bakauheni ... 2
Gambar 2.1 Sesar Naik ... 7
Gambar 2.2 Sesar Mendatar ... 7
Gambar 2.3 Sesar Normal ... 8
Gambar 2.4 Sumber arus di permukaan pada medium homogen ... 13
Gambar 2.5 Dua elektroda arus dan potensial di permukaan pada medium isotropik ... 13
Gambar 2.6 Konfigurasi Wenner ... 14
Gambar 2.7 Teknik akuisisi latelar mapping ... 17
Gambar 2.8 Proyeksi stereografi dari sebuah bidang ... 23
Gambar 2.9 Schmidt Net & Counting Net ... 24
Gambar 2.10 Hubungan Focal Sphere dan Fault Geometries ... 26
Gambar 2.11 Peta Geologi daerah penelitian ... 27
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ... 29
Gambar 3.2 Model sintetis pendugan sesar ... 31
Gambar 3.3 Hasil inversi dari model sintetis konfigurasi wenner ... 32
Gambar 3.4 Hasil inversi dari model sintetis konfigurasi dipol-dipol ... 33
Gambar 3.5 Hasil inversi dari model sintetis konfigurasi schlumberger ... 34
Gambar 3.6 Diagram alur pengambilan data... 36
Gambar 3.7. Diagram alur pengolahan data ... 39
Gambar 3.8 Peralatan Supersting R8 dan Kompas geologi ... 40
Gambar 4.1 Hasil pengolahan data 2D WBK 01 ... 42
Gambar 4.2 Hasil pengolahan data 2D WBK 02 ... 42
Gambar 4.3 Hasil pengolahan data 2D WBK 03 ... 43
Gambar 4.4 Hasil pengolahan data 2D BKN 01 ... 44
Gambar 4.5 Hasil pengolahan data 2D BKN 02 ... 44
Gambar 4.6 Hasil pengolahan data kekar WBK ... 45
Gambar 4.7 Hasil pengolahan data kekar BKN ... 46
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
Gambar 4.9 Hasil Interprestasi 2D WBK 02 ... 48
Gambar 4.10 Hasil Interprestasi 2D WBK 03 ... 49
Gambar 4.11 Model 3D karakteristik sesar WBK ... 51
Gambar 4.12 Hasil Interprestasi 2D BKN 01 ... 52
Gambar 4.13 Hasil Interprestasi 2D BKN 02 ... 53
Gambar 4.14 Model 3D karakteristik sesar BKN ... 55
Gambar 4.15 Proyeksi stereografi dan analisis kekar WBK ... 56
Gambar 4.16 Proyeksi stereografi dan analisis kekar WBK ... 57
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
DAFTAR TABEL
2.1 Variasi nilai tahanan jenis batuan dan mineral ... 20
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Sebaran Resistivitas jalur Sesar WBK dan BKN ... 63
Lampiran 2 Data Kekar Sesar WBK dan Sesar Bakauhenu ... 94
Lampiran 3 Langkah-langkah penggunaan perangkat lunak Res2Dinv .... 96
Lampiran 4 Langkah-langkah penggunaan perangkat lunak RockWorks.. 99
1
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terdiri dari 3 lempeng tektonik yang bergerak aktif, yaitu
lempeng Eurasia diutara, lempeng Indo-Australia yang menujam dibawah
lempeng Eurasia dari selatan, dan lempeng Pasifik yang menujam lempeng
eurasia dari arah timur. Akibat dari gerakan ketiga lempeng ini menimbulkan
tektonik lainnya seperti sesar.
Pulau Sumatera merupakan bagian dari lempeng Eurasia yang relatif diam
dan berinteraksi dengan lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara.
Pertemuan lempeng Eurasia dan Indo - Australia di wilayah sumatera
menghasilkan pola penunjaman atau subduksi menyudut dengan kecepatan 5-6
cm/tahun (Bock, 2000). Interaksi ini juga menimbulkan adanya sesar di sepanjang
Pulau Sumatera yang dikenal dengan Sesar Besar Sumatera.
Lampung merupakan salah satu daerah di Pulau Sumatera bagian selatan.
Menurut sudut pandang ilmu kebumian, Lampung mempunyai aktifitas tumbukan
dua lempeng. Akibat proses tumbukan dua lempeng tersebut yang berlangsung
hingga saat ini menyebabkan adanya zona sesar lokal.
Bakauheni dan sekitarnya terletak di ujung selatan Provinsi Lampung.
Daerah ini menjadi pusat perhatian karena daerah ini akan menjadi bagian dari
wilayah tapak pembangunan jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Pulau
Jawa dan Pulau Sumatera. Selain itu, di daerah ini terdapat sebuah pelabuhan
yang sangat aktif yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera.
Bakauheni dan sekitarnya merupakan daerah yang rawan terhadap bencana
alam terutama gempa bumi. Tingkat kerawanan daerah ini terhadap gempa bumi
ditentukan oleh sejarah gempa, kondisi seismotektonik dan kondisi geologi,
diantarnya struktur geologi dan sifat fisik penyusun batuan.
Melihat kondisi Bakauheni dan sekitarnya yang rawan terhadap berbagai
2
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
dan sekitarnya didasari penataan ruang yang memperhatikan kondisi fisik daerah
yang rentan terhadap bencana alam, utamanya adalah terhadap orientasi dan
struktur bangunan tahan bencana alam. Sehingga proses mitigasi bencana alam
dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Berdasarkan citra satelit terdapat dua buah sesar sekitar bakauheni seperti
pada gambar 1.1. Dalam rangka mengurangi dampak dari aktifitas sesar yang
mungkin ada maka sangat penting untuk mengetahui karakteristik sesar yang
terdapat di daerah tersebut.
Gambar 1.1 Foto citra satelit daerah Bakauheni dan Sekitarnya
Sesar adalah bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif
(displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya, jarak pergeseran tersebut
lebih dari 5 milimeter hingga sangat besar (Ramsay and Huber, 1987).
Pergerakannya bisa relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar
terhadap blok yang lainnya. Pergerakan yang tiba- tiba dari suatu sesar bisa
mengakibatkan gempa bumi dan bencana lainnya.
Dalam menentukan karakteristik suatu sesar ada beberapa disiplin ilmu
yang digunakan, salah satunya geofisika dan analisis kekar. Geofisika merupakan
3
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
atau di atas permukaan. Dalam geofisika ada beberapa metode yaitu metode
geomagnet, metode seismik, metode gravitasi, metode geolistrik dan lain
sebagainya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode geolistrik. Metode
geolistrik adalah metode yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi,
konfigurasi yang dalam penelitian geolistrik ini adalah konfigurasi Wenner.
Analisis Kekar merupakan suatu metode yang sering digunakan untuk
menentukan karakteristik suatu sesar berdasarkan nilai parameter - parameter
bidang kekar. Parameter-parameter bidang kekar bisa diperoleh dari kenampakan
kekar di lokasi keberadaan sesar berupa nilai Jurus (strike) dan kemiringan (dip).
Data geolistrik bawah permukaan dan nilai parameter-parameter kekar
tersebut selanjutnya di proses, sehingga menghasilkan penampang resistivitas 2D
dan model resistivitas 3D dari data geolistrik dan proyeksi stereografi dari data
parameter-parameter kekar . Hasil interprestasi penampang resistivitas 2D, model
resistivitas 3D dan analisis kekar diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi
bawah permukaan secara baik, sehingga bisa menjadi informasi untuk mitigasi
bencana dan penataan ruang yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah untuk
penelitian ini adalah bagaimana jenis sesar berdasarkan analisis penampang
resistivitas 2D dan model resistivitas 3D serta analisis kekar di Bakauheni ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah memperoleh informasi geologi berupa jenis
sesar dari hasil pengukuran geolistrik dan analisis kekar di Bakauheni yang
diharapkan berguna untuk informasi mitigasi bencana terutama dalam
4
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan informasi bagi pemerintahan
Kabupaten Lampung Selatan untuk mitigasi bencana terutama dalam perencanaan
tata ruang di daerah tersebut.
1.5 Struktur Organisasi Skripsi
Bab I Pendahuluan : Memaparkan tentang penelitian yang
akan dilaksanakan dengan menyajikan
paparan mengenai latar belakang
penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian.
Bab II Kajian Pustaka : Memaparkan tentang teori yang
berkaitan dengan bab I dengan
menyajikan paparan teori tentang
sesar, geolistrik, analisis kekar dan
keadaan geologi daerah penelitian.
Bab III Metode Penelitian : Memaparkan langkah – langkah operasional penelitian deskriptif – analitik, meliputi uraian mengenai
lokasi penelitian, metode penelitian,
proses pemilihan konfigurasi dalam
akuisisi data, alur penelitian dan
alat-alat penelitian
Bab IV Hasil dan Pembahasan : Memaparkan tentang temuan data
lapangan sesuai dengan tujuan
penelitian yang dilaksanakan yaitu
identifikasi sesar berdasarkan nilai
resistivitas dan analisis kekar dan
diakhiri oleh analisis hasil temuan
dalam penelitian ini.
5
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
penelitian ini yang merupakan intisari
dan makna penelitian yang diperoleh
dari kegiatan penelitian yang
29
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif - analitik dari
data geolistrik resistivitas dan kekar. Berdasarkan hasil pengolahan data geolistrik
dan analisis kekar diperoleh penampang resistivitas 2D, model resistivitas 3D
serta analisis kekar digunakan untuk menentukan jenis batuan penyusun, zona
sesar dan geometri struktur bawah permukaan daerah pengukuran.
3.1. Lokasi Akuisisi Data Geolistrik dan Kekar
Akuisisi data geolistrik dan kekar ini dilakukan di Bakauheni Kabupaten
Lampung Selatan. Penggamatan geolistrik di lapangan dilakukan pada 5 titik,
yakni tiga titik di daerah lintasan Sesar Way Baka dan dua titik di Sesar
Bakauheni. Sedangkan pengamatan kekar dilakukan pada dua titik, yakni di Way
Baka dan Bakauheni.
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian
30
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
Tabel 3.1. Lokasi pengamatan geolistrik dan kekar.
No.
Lokasi Kode lokasi
Keterangan Bujur (BT) Lintang (LS)
1 105o44’39.2” 05o49’23.3” WBK01 Dusun Suka Baru, Desa
Hatta, Bakauheni.
Jenis pengamatan : geolistrik
2 105o44’01.8” 05o50’57” WBK02 Dusun Jering, Desa Hatta,
Bakauheni.
Jenis pengamatan : geolistrik
3 105o44’07.8” 05o50’38.3” WBK03 Dusun Jering, Desa Hatta,
Bakauheni.
Jenis pengamatan : geolistrik
4 105o45’32.7” 05o51’90” BKN01 Desa Bakauheni.
Jenis pengamatan : geolistrik
5 105o45’37.8’ 05o51’66.2” BKN02 Belakang Komplek ASDP
Bakauheni.
Jenis pengamatan : geolistrik
6 105°44’42.4” 05°50’37.1” WBK Kampung Minangrua
Jenis Pengamatan : Kekar
7 105°45’14.3” 05°52’00.7” BKN Komplek ASDP Bakauheni
31
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
3.2 Proses Pemilihan Konfigurasi Dalam Akuisisi Data
Pada gambar 3.2 disajikan sebuah model dengan menggunakan perangkat
lunak Res2Mod. Model tersebut disesuaikan dengan foto citra satelit pada gambar
1.1 yang menunjukan adanya sesar. Model yang dibuat berupa pendugaan
adannya sesar yang dicirikan oleh perbedaan nilai resistivitas. Terdapat dua buah
blok yang diwakili oleh blok berwarna biru muda dengan nilai resistivitas 100
Ohm.m.
Gambar 3.2 Model sintetis pendugaan sesar
Model sintetis pada gambar 3.2 digunakan sebagai masukan untuk
pemodelan awal (forward modeling). Tiga konfigurasi elektroda digunakan dalam
pemodelan awal yaitu konfigurasi Wenner, dipole-dipole, dan Schlumberger. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing
konfigurasi.
a. Model Sintetis Wenner
Gambar 3.3 memperlihatkan penampang resistivitas sebagai hasil
pemodelan awal dengan input model pada gambar 3.2. Penampang
32
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
Gambar 3.3 Hasil inversi dari model sintetis konfigurasi Wenner
Pada gambar 3.3 terlihat respon model dan hasil inversi dari model
sintetis menggunakan konfigurasi Wenner. Pada model inversi terlihat
adanya ketidak menerusan lapisan batuan secara jelas dengan resolusi
vertikal dan resolusi lateral yang baik. Penetrasi kedalaman maksimum
konfigurasi ini mencapai 3,6 meter dari bentangan elektroda 36 meter
dengan spasi elektroda 1 meter.
b. Model Sintetis Dipole-dipole
Gambar 3.4 memperlihatkan penampang resistivitas sebagai hasil
pemodelan awal dengan input model pada gambar 3.2. Penampang
33
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
Gambar 3.4 Hasil inversi dari model sintetis konfigurasi dipole-dipole
Pada gambar 3.4 terlihat respon model dan hasil inversi dari model
sintetis menggunakan konfigurasi dipole-dipole. Pada model inversi
terlihat adanya ketidak menerusan lapisan batuan secara jelas dengan
resolusi lateral yang baik. Penetrasi kedalaman maksimum konfigurasi ini
mencapai 4,0 meter dari bentangan elektroda 36 meter dengan spasi
elektroda 1 meter.
c. Model Sintetis Schlumberger
Gambar 3.5 memperlihatkan penampang resistivitas sebagai hasil
pemodelan awal dengan input model pada gambar 3.2. Penampang
34
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
Gambar 3.5 Hasil inversi dari model sintetis konfigurasi Schlumberger
Pada gambar 3.5 terlihat respon model dan hasil inversi dari model
sintetis menggunakan konfigurasi Schlumberger. Pada model inversi
terlihat adanya ketidak menerusan lapisan batuan secara jelas dengan
resolusi horizontal yang baik, tetapi untuk resolusi lateral konfigurasi
Schlumberger kurang baik. Penetrasi kedalaman maksimum konfigurasi
ini mencapai 4 meter dari bentangan elektroda 36 meter dengan spasi
elektroda 1 meter.
Pada dasarnya semua konfigurasi elektroda dapat digunakan untuk
mapping meskipun setiap konfigurasi elektroda memiliki sensitivitas yang
berbeda. Konfigurasi pole-pole, pole-dipole dan dipole-dipole lebih banyak
digunakan untuk mapping karena relatif lebih sensitif terhadap variasi lateral dan
penetrasi kedalaman. Konfigurasi Wenner cukup baik untuk mapping karena
memiliki resolusi lateral dan vertikal yang relatif baik. Konfigurasi Schlumberger
relatif jarang digunakan untuk mapping karena kurang sensitif terhadap variasi
lateral.
Berdasarkan gambar 3.3, gambar 3.4 dan gambar 3.5 memiliki respon
35
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
lateral resolusi vertikal yang baik. Sedangkan konfigurasi Schlumberger memiliki
resolusi lateral yang kurang baik. Konfigurasi dipole-dipole baik dalam resolusi
lateral dan penetrasi kedalaman.
Pada penelitian ini menggunakan metode resistivitas dengan konfigurasi
Wenner. Metode konfigurasi Wenner cukup baik untuk mengidentifikasi pola dan
jenis sesar karena memiliki resolusi lateral dan vertikal yang relatif baik
dibandingkan dengan konfigurasi yang lainnya. Metode konfigurasi Wenner ini
menjadi metode konfigurasi yang relatif baik constant separation transversing
(CST), dengan kata lain dianjurkan untuk teknik akuisisi data mapping.
3.3 Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu melalui beberapa buku, artikel, jurnal ataupun karya
ilmiah serta referensi yang mendukung, meliputi :
Mempelajari dasar teori metode geolistrik resistivitas, konfigurasi elektroda Wenner, mekanisme kekar dan sesar.
Mempelajari penggunaan alat Supersting R8/IP beserta perangkat lunak Res2Dinv dan rockwork15 yang digunakan untuk mengolah data
resistivitasnya
Mempelajari perangkat lunak Dip5 yang digunakan untuk mengolah data kekar.
2. Pengambilan Data
a. Geolistrik
Proses pengambilan data dilakukan di Bakauheni menggunakan alat
geolistrik Super Sting R8 dengan konfigurasi Wenner. Jumlah
elektroda pada alat ini ialah 56 elektroda dan spasi antar elektroda
ialah 1,5 - 2 meter. Data yang diperoleh berupa data resistivitas dan
kedalaman dalam format format “.stg”. Proses pengambilan data ini
36
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
Sebelum pengambilan data lapangan, tim menentukan lintasan
pengambilan data terlebih dahulu dengan bantuan data satelit citra
satelit.
b. Kekar
Proses pengambilan data dilakukan didaerah bakauheni. Pengukuran
kekar meliputi jurus (strike) dan kemiringan (dip) secara acak di
beberapa lokasi yang dilintasi sesar. Proses pengambilan data ini
dilakukan oleh tim lapangan dari Pusat Survei Geologi (PSG).
Sebelum pengambilan data lapangan, tim menentukan titik
pengambilan data terlebih dahulu dengan bantuan data satelit citra
satelit.
Gambar 3.6. Diagram alur metode pengambilan data
3. Pengolahan Data
a. Geolistrik
Data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran didownload dengan
perangkat lunak AGI Supersting Administrator dari alat Supersting
R8/IP, data tersebut dalam format “.stg”. Selanjutnya, dilakukan Mulai
Citra Satelit Peta Geologi
Penentuan Lintasan dan
Posisi
Akuisisi Data
37
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
inversi data dengan menggunakan perangkat lunak AGISSAdmin sehingga menghasilkan data dalam format “.DAT”.
1. Penampang 2D
Untuk proses pengolahan data geolistrik untuk penampang 2D
menggunakan perangkat lunak Res2Dinv. Langkah pertama ialah
data hasil penelitian diproses dengan mengatur parameter awal
untuk forward modeling dan resistivity inversi. Selanjutnya,
dilakukan edit data elektroda yang dianggap sebagai noise
sehingga model yang didapatkan akan baik, inversi dilakukan
untuk memperoleh model yang terdiri dari Pseudosection
Apperent Resistivity, Calculate Resistivity dan True Resisitivity.
Apabila hasil model yang didapat masih kurang baik (Misfit) maka
dilakukan kembali pengeditan data dan kemudian inversi. Setelah
penampang resistivitas 2D dianggap baik, simpan model dalam format “.jpg”.
2. Model 3D
Model penampang 2D kurang memberikan gambaran nyata yang
dapat diinterpretasikan, karena kenyataannya adalah bumi
merupakan bentuk 3D. Dengan demikian model 3D digunakan
untuk membantu menginterpretasi model 2D itu sendiri, meskipun
model 3D ini masih kasar karena data yang digunakan adalah data
resistivitas yang teknik pengukurannya menggunakan tenkik
pengukururan 2D. Pemodelan 3D menggunakan perangkat lunak
RockWork15 dengan input data resistivitas dan kedalaman dari
hasil inversi resistivitas model 2D perangkat lunak Res2dinv serta
koordinat - koordinat tiap elektroda yang didapat dari perangkat
lunak Garmin. Setelah itu, lakukan scan data dan solid model untuk
38
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
b. Kekar
Data yang diperoleh dari pengukuran lapangan selanjutnya diolah
menggunakan perangkat lunak DIP5. Langkah pertama ialah data
hasil penelitian diinput kedalam perangkat lunak DIP5, selanjutnya
diproses dengan mengatur parameter dasar sehingga akan
mendapatkan pole bidang kekar. Setelah itu, buat bidang kekar dengan
sudut 900 dari pole bidang kekar. Buat bidang sesar dan tentukan gaya
yang bekerja pada sesar tersebut 300 dari bidang sesar menuju titik
pusat.
4. Analisa Hasil Pengolahan Data
Interprestasi yang akan digunakan pada penelitian ini ialah terbatas pada
interprestasi analitik yaitu pendugaan geologi bawah permukaan
berdasarkan analisa nilai penampang resistivitas 2D dan model resistivitas
3D serta analisa Kekar. Nilai resisitivitas yang diperoleh dapat digunakan
untuk mengetahui jenis batuan, sehingga struktur batuan yang terdapat
dibawah permukaan akan terlihat jelas melalui skala warna. Sehingga
memudahkan untuk mengidentifikasi struktur geologi berupa sesar. Dalam
menentukan jenis sesar daerah penelitian, bisa dengan menganalisis bentuk
proyeksi stereografi sehingga akan terlihat jelas pola dan jenis sesar. Dari
analisis secara keseluruhan bisa diketahui pola dan jenis sesar daerah
39
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
Gambar 3.7 Diagram alur pengolahan dan analisa data Mulai
Data resistivitas Data Kekar
Edit data
Penampang resistivitas 2D
Plot Nodal Plane
Model Streonet
Data Resistivitas Hasil Inversi dan
UTM
Solid Model
Model Resistivitas 3D
Analisis Peta Geologi
Analisis
Kesimpulan
DIP5
Rock Works 15 Res2Dinv
Data Lapangan (Geolistrik wenner dan
orientasi kekar)
Inversi
Baik ?
40
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
3.4 Peralatan Lapangan
Peralatan lapangan yang digunakan untuk survei geolistrik dan kekar
didaerah Bakauheni terdiri dari : Alat geolistrik SuperSting R8 Switch box
Kabel @ 350 meter sebanyak 2 box Elektroda 56 buah
Palu 4 buah Accu 12 volt Toolkits
Inventer DC-AC Laptop
GPS
AVO meter Altimeter
Kompas Geologi
Kamera
Alat tulis
56
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian identifikasi sesar
di Bakauheni dan sekitarnya menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi
Wenner dan analisa kekar , dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hasi inversi penampang resistivitas 2D dan Visualisasi resistivitas 3D
menunjukan adanya ketidak menerusan batuan di kedalaman sekitar 4 – 18,2 m pada Sesar Way Baka dan menunjukan adanya struktur batuan yang semakin
timur semakin dalam pada Sesar Bakauheni. Hasil analisis kekar menunjukan
bahwa kedua sesar tersebut termasuk kedalam jenis sesar geser cenderung turun
dengan hangging wall berada di sebelah barat yang memiliki komponen geser
menganan (dextral) dan lineasi bidang sesar berarah 740,N 2050 E untuk Sesar
Way Baka dan komponen mengiri (sinistral) dan lineasi bidang sesar berarah
640,N 1330 E untuk Sesar Bakauheni.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan
untuk penelitian selanjutnya yaitu :
1. Sebaiknya dilakukan akuisisi data geolistrik 3D untuk mendapatkan hasil
data pengukuran yang lebih optimal atau menambah lintasan akuisisi data
sehingga visualisasi model 3D lebih baik dalam menggambarkan bawah
permukaan
2. Analisis kekar sebaiknya dilengkapi dengan parameter kekar lainnya yaitu
62
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
DAFTAR PUSTAKA
Bock, Y. Prawirodirdjo, L. & Genrich, J (2000). One century of tectonic
deformation along the Sumatran fault from triangulation and Global
Positioning System surveys. Journal Geophys. Res. Solid Earth 105, 28343– 28361.
Dahlin T. (1993). On the automation of 2D resistivity surveying for engineering
and environmental applications. Thesis, Lund University.
Keller, G.V. & Frischknecht, F.C., (1970). Electrical Methods in Geophysical
Prospecting. Oxford : Pergamon Press.
Loke, M.H. & Dahlin T. (2002). A comparison of the Gauss-Newton and
quasi-Newton methods in resistivity imaging inversion. Journal of Applied
Geophysics, 49, hlm.149-162.
Loke, M.H. (2001). Tutorial: 2-D and 3-D electrical imaging surveys. [Online].
Diakses dari http://pangea.stanford.edu/research/group/sfmf/docs.pdf.
Mangga, S.A. dkk. (1993). Peta Geologi Lembar Tanjung Karang, skala
1:250.000. Bandung : Puslitbang Geologi.
Milsom, J. (2003). Field Geophysics Third Edition. London : University Colloge
London.
Mulyo, A. (2009), Pengantar Ilmu Kebumian (edisi revisi). Bandung : Pustaka
Setia.
Natawidjaja, D. H. (2003).Neotectonics of the Sumatran Fault and paleogeodesy
62
Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
Olayinka A. & Yaramanci, U. (2000).Use of block inversion in the 2-D
interpretation of apparent resistivity data and its comparison with smooth
inversion. Journal of Applied Geophysics, 45 hlm. 63-81.
Ragan, D.M. (1973). Structural geology, an introduction to geometrical
techniques. (second edition). New York : N Y Press.
Ramsay, G.J & Huber, M.I. (1987).The Techniques of Modern Struktural
Geology. USA : Academic Press Limited.
Reynolds, J. M. (1995). An Introduction to Aplied and Environmetal Geophysics.
UK : Reynolds Geo-Sciences Ltd.
Setyowidodo, I. & Santosa, B.J (2011). Analisis Seismogram Tiga Komponen
Terhadap Momen Tensor Gempa Bumi di Manokwari Papua 03 Januari 2009.
Jurnal Neutrino, Vol.3, No. 2.
Shearer, P.M. (2009). Introduction to Seismology. (Second Edition). Cambridge :
Cambridge University Press.
Sieh K, Natawidjaja D., (2000).Neotectonic of the Sumatera fault. Journal
Geophysics, 28, hlm 295 & 326.
Suetsugu, Daisuke. (1995). Training course In seismology and
Earthquakeengenineering. Japan : International Coorperation Agency.
Tipler. (1991). Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
Telford, W. M. Geldart, L. P. & Sheriff, R. E. (2001). Applied Geophysics.
(second edition).Cambridge : Cambridge University Press.
Tn. (2013). DC Resistivity Method. [Online]. Tersedia: