• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG MATERI ENERGI BUNYI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Program Latihan Profesi SD N Sukarame, Kec. Cihideung, Kota Tasikmalaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG MATERI ENERGI BUNYI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Program Latihan Profesi SD N Sukarame, Kec. Cihideung, Kota Tasikmalaya)."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENIN

indakan Kelas di Kelas IV Program Latihan Pro ukarame, Kec. Cihideung, Kota Tasikmalaya)

SKRIPSI

(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

TENTANG MATERI ENERGI BUNYI

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Program Latihan Profesi SD N Sukarame Kec. Cihideung, Kota Tasikmalaya)

Oleh: Ikmal Fitriani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Ikmal Fitriani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

IKMAL FITRIANI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG MATERI ENERGI BUNYI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Program Latihan Profesi SD N Sukarame Kec. Cihideung, Kota Tasikmalaya)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Drs. Rustono W. S., M.Pd NIP. 195206281981031001

Pembimbing II

Drs. Asep Saepulrohman M.Pd NIP. 196109091985031006

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

(4)

ii

Hasil belajar idealnya mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal tersebut telah ditegaskan oleh Pamungkas (2012, hlm. 5) yang menyatakan “hasil belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek ranah yakni kognitif, afektif, psikomotorik”. Kenyatannya di lapangan, guru hanya melihat perkembangan hasil belajar kognitif siswa, sedangkan hasil belajar afektif dan psikomotor tidak diperhatikan perkembangannya. Di sisi lain, tak dapat dipungkiri terkadang hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Atau bahkan kurang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Rendahnya hasil belajar siswa bisa disebabkan oleh penggunaan metode atau model pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik anak, serta kurang memfasilitasi siswa untuk berhasil dalam belajar. Untuk itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Team Assisted Individualization pada Materi Energi Bunyi”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas, dimana PTK ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Penelitian dilakukan secara bersiklus dan berulang-ulang, meliputi tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dari hasil pelaksanaan siklus I, didapatkan data bahwa hasil belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil saat pra-tindakan. Pada pra-tindakan rata-rata nilai kognitif mencapai 62,7%, kemudian meningkat di siklus I menjadi 80,6%, dan di siklus II meningkat menjadi 82%. Rata-rata nilai afektif yang diperoleh saat pra-tindakan yaitu 76,2%, kemudian meningkat di siklus I menjadi 81%, dan di siklus II rata-rata afektif meningkat menjadi 88%. Begitu pula dengan aspek psikomotor, persentase rata-rata pada pra-tindakan mencapai 74,3%, meningkat di siklus I menjadi 76,4%, dan di siklus II mencapai 85,1%. Dari hasil pelaksanaan penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi energi bunyi.

(5)

iii

IMPROVING OF STUDENT LEARNING’S OUTCOMES AT SOUNDS OF ENERGY’S CHAPTER THROUGH

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION’S LEARNING MODEL

Abstract

Ideally learning outcomes include cognitive , affective , and psychomotor . This has been confirmed by Pamungkas (2012 , p. 5 ) which states " learning outcomes said to be perfect if it meets the three aspects of the realm of cognitive, affective , psychomotor ". But in the reality, the teacher just was saw the development of students' cognitive learning outcomes, whereas affective and psychomotor learning outcomes were not considered development. On the other hand, sometimes undeniably student learning outcomes are not as expected. Or even less meet the minimum completeness criteria ( KKM ) has been determined. The low student learning outcomes could be caused by the use of methods or models of learning are not in accordance with the characteristics of the student, as well as less facilitating students to succeed in learning. Because of it, researchers are interested in doing research to take the title " Improving Students Learning’s Outcomes Through Team Assisted Individualization’s Learning Model at Sounds of Energy’s Chapter ". This research used class action research method, where this method was intended to improve the process of learning . The research was conducted in a cyclical and repetitive, covering the planning, action, observation , and reflection. From the results of the implementation of the first cycle , the data obtained that the student learning outcomes (cognitive, affective, and psychomotor) has increased compared with the results of the pre-action. In the pre-action mean cognitive scores reached 62,7 %, then increased in the first cycle to 80,6 %, and in the second cycle increased to 82% . The average value obtained affective when pre-action that is 76.2%, then increased in the first cycle to 8 %, and in the second cycle of affective average increased to 88%. Similarly, the psychomotor aspects, the average percentage of the pre-action reached 74,3%, an increase in the first cycle to 76,4%, and in the second cycle reaches 85,1%. From the results of the implementation of the research , it can be concluded that the use of Team Assisted Individualization learning model is proven to increase student learning outcomes in sound energy’s chapter.

(6)

v

B. Identifikasi, Perumusan dan Batasan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Model Pembelajaran Team Assisted Individualization ... 10

2. Hasil Belajar ... 13

3. Pembelajaran IPA di SD ... 17

4. Deskripsi Materi Energi Bunyi ... 18

5. Perencanaan Pembelajaran ... 20

6. Pelaksanaan Pembelajaran ... 25

7. Penilaian Hasil Pembelajaran... 28

B. Penelitian yang Relevan ... 29

C. Kerangka Pemikiran ... 30

D. Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian ... 31

1. Anggapan Dasar ... 31

2. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33

(7)

vi

1. Orientasi dan Identifikasi Masalah ... 35

2. Perencanaan Tindakan Penelitian ... 36

3. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 38

C. Metode Penelitian ... 40

D. Definisi Operasional Variabel ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 43

F. Proses Pengembangan Instrumen... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 47

H. Teknik Analisis Data ... 49

1. Teknik Analisis Kuantitatif ... 49

2. Teknik Analisis Kualitatif ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Pemaparan Data Hasil Penelitian ... 53

1. Orientasi dan Identifikasi Masalah ... 53

2. Perencanaan Tindakan Penelitian ... 63

3. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 66

a. Hasil PTK Siklus I ... 66

1) Perencanaan ... 66

2) Tindakan dan Observasi ... 67

a) Hasil Observasi Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran ... 70

b)Hasil Observasi Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran melalui Penggunaan Model Team Assisted Individualization ... 74

c) Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 77

d)Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Model Team Assisted Individualization... 89

3) Refleksi ... 90

b. Hasil PTK Siklus II ... 92

1) Perencanaan ... 92

2) Tindakan dan Observasi ... 93

a) Hasil Observasi Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran ... 97

b) Hasil Observasi Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran melalui Penggunaan Model Team Assisted Individualization ... 102

c) Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 105

d) Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Model Team Assisted Individualization... 116

(8)

vii

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 118

1. Perencanaan Pembelajaran melalui Penggunaan Model Team Assisted Individualization pada Materi Energi Bunyi ... 120

2. Pelaksanaan Pembelajaran melalui Penggunaan Model Team Assisted Individualization pada Materi Energi Bunyi ... 123

3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Penggunaan Model Team Assisted Individualization pada Materi Energi Bunyi ... 128

4. Faktor Penghambat dan Pendukung Pelaksanaan Model Team Assisted Individualization ... 131

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 134

A. Simpulan ... 134

B. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 138

LAMPIRAN ... 140

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jenis Data, Teknik, dan Instrumen Pengumpulan Data ... 48

4.1 Data Keadaan Siswa SD N Sukarame ... 54

4.2 Persentase Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

4.3 Hasil Belajar Kognitif Siswa Pra-Tindakan ... 57

4.4 Hasil Belajar Afektif dan Psikomotor Siswa Pra-Tindakan ... 59

4.5 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pra-Tindakan ... 60

4.6 Hasil Refleksi Orientasi dan Identifikasi Masalah Pra-Tindakan ... 62

4.7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 64

4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru Menyusun RPP Siklus I ... 71

4.9 Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Siklus I ... 74

4.10 Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Materi Energi Bunyi Siklus I ... 78

4.11 Data Hasil Observasi Penilaian Afektif Siswa Siklus I ... 80

4.12 Data Hasil Observasi Penilaian Psikomotor Siklus I ... 82

4.13 Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 84

4.14 Refleksi Hasil Pelaksanaan PTK Siklus I ... 90

4.15 Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru Menyusun RPP Siklus II ... 98

4.16 Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Siklus II ... 102

4.17 Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Materi Energi Bunyi Siklus II ... 106

4.18 Data Hasil Observasi Penilaian Afektif Siswa Siklus II ... 108

(10)

ix

4.20 Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 112 4.21 Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Perencanaan Pembelajaran

Melalui Penggunaan Model Team Assisted Individualization ... 121 4.22 Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Pelaksanaan Pembelajaran

melalui Penggunaan Model Team Assisted Individualization ... 124 4.23 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Materi Energi Bunyi melalui

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 34

3.2 Model PTK Menurut Kemmis dan Mc. Taggart ... 41

3.3 Komponen dalam Analisis Data (flow model) ... 51

4.1 Hasil Uji t Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 87

4.2 Uji Dua Pihak Pra-Tindakan dan Siklus I ... 88

4.3 Hasil Uji t Peningkatan Siklus I dan Siklus II ... 115

(12)

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pra-Tindakan dan Siklus I ... 86 4.2 Perbandingan Persentase Hasil Observasi Kemampuan Menyusun RPP

Melalui Penggunaan Model Team Assisted Individualization ... 101 4.3 Perbandingan Persentase Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

LAMPIRAN 1 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 140

LAMPIRAN 2 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 161

LAMPIRAN 3 Instrumen Penelitian ... 185

LAMPIRAN 4 Data Hasil PTK Siklus I ... 212

LAMPIRAN 5 Data Hasil PTK Siklus II ... 232

LAMPIRAN 6 Dokumentasi Penelitian ... 251

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses yang mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran, pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tergambar dalam diagram di bawah ini:

B.

Diagram di atas menggambarkan hubungan antara ketiga unsur belajar-mengajar. Garis (a) menyatakan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar. Garis (b) menyatakan hubungan antara pengalaman belajar dengan hasil belajar, sedangkan garis (c) menyatakan hubungan antara tujuan instruksional dengan hasil belajar. Dari diagram di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar berkaitan erat dengan tujuan instruksional dan juga pengalaman belajar. Hasil belajar berhubungan dengan tujuan instruksional mengandung arti bahwa hasil belajar berkaitan erat dengan tujuan-tujuan yang telah tercapai atau dikuasai oleh siswa. Selain itu hasil belajar pun berhubungan dengan pengalaman belajar, artinya yakni hasil belajar berkaitan erat dengan pengalaman siswa setelah mengalami proses belajar-mengajar.

“Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris” (Sudjana, 2011, hlm. 3).

Tujuan Instruksional

(a) (c)

Pengalaman belajar Hasil Belajar

(b)

(Sudjana, 2011, hlm. 2)

(15)

2

Hasil belajar digunakan guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam suatu kompetensi serta tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kenyatannya di lapangan, guru hanya melihat perkembangan hasil belajar kognitif siswa, sedangkan hasil belajar afektif dan psikomotor tidak diperhatikan perkembangannya. Di sisi lain, tak dapat dipungkiri terkadang hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Atau bahkan kurang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa dapat berasal dari individu siswa itu sendiri (faktor intern) dan bisa berasal dari luar individu siswa tersebut (faktor ekstern). Faktor intern meliputi kecerdasan, minat, motivasi, bakat, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor ekstern mencakup faktor guru, materi, metode atau model pembelajaran yang digunakan, kurikulum, sarana serta prasarana, dan lain-lain. Hubungan guru dengan siswa yang kurang baik, penggunaan metode atau model pembelajaran dalam kegiatan belajar-mengajar yang kurang sesuai dengan karakteristik anak serta materi, kurikulum yang kurang sesuai, ataupun sarana/prasarana yang kurang memadai, secara keseluruhan faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Kurikulum yang digunakan sekolah-sekolah, khususnya di SD saat ini yaitu kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Meskipun akhir-akhir ini terdengar wacana diberlakukannya kurikulum 2013, namun di wilayah Kota Tasikmalaya sendiri sebagian besar masih merujuk pada KTSP. Begitu halnya pula kurikulum yang diberlakukan di SD Negeri Sukarame Tasikmalaya. Dalam KTSP, “lulusan suatu jenjang pendidikan harus memiliki kemampuan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) serta perilaku yang baik” (Haryati, 2013, hlm. 5). Jadi KTSP telah menekankan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan harus mampu menilai kemampuan siswa dalam berbagai hal, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ini selaras dengan pendapat Nana Sudjana (2011, hlm. 3) yang menyatakan “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris”.

(16)

3

1. Menekankan pada ketercapaian siswa baik secara individual maupun klasikal;

2. Berorientasi pada hasil dan keberagaman;

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi;

4. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif;

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi.

Akan tetapi, kenyataan di lapangan, banyak guru yang masih melakukan pembelajaran secara konvensional. Guru jarang menggunakan model-model pembelajaran inovatif untuk pembaharuan proses pembelajaran. Sehingga KBM yang dilaksanakan saati ini terkesan monoton. Di sisi lain, penilaian yang digunakan di sekolah-sekolah, khususnya di SD, masih menitikberatkan pada pencapaian kognitif siswa. Sedangkan penilaian dalam hal afektif dan psikomotor kurang mendapatkan perhatian dari para guru. Padahal hasil belajar siswa dalam ranah afektif dan psikomotor pun perlu dilihat perkembangannya, agar guru mendapatkan gambaran mengenai hasil belajar siswa secara utuh serta menyeluruh.

Kemudian menurut T. Sarkim (dalam Mulyana, 2011, hlm. 9) hakikat pendidikan IPA dapat dikategorikan ke dalam tiga dimensi yaitu, dimensi produk, dimensi proses, dan dimensi sikap. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Dimensi Produk

Dimensi produk dalam IPA meliputi konsep-konsep, teori-teori, prinsip, dan hukum. Dimensi produk IPA adalah hasil rekaan manusia dalam memahami serta menjelaskan alam dan juga fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya melalui serangkaian kegiatan eksperimen dan penelusuran.

b. Dimensi Proses

(17)

4

c. Dimensi Sikap

IPA sebagai dimensi sikap dapat diartikan bahwa dalam proses belajar IPA, guru sebaiknya dapat mengembangkan sikap ilmiah pada siswa. Sikap ilmiah yang hendaknya dikembangkan pada siswa SD diantaranya sikap rasa ingin tahu, ingin mendapatkan sesuatu yang baru, kerja sama, tidak putus asa, terbuka untuk menerima, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri. Kesembilan sikap ilmiah inilah yang sebaiknya muncul dalam pembelajaran IPA di SD.

Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa hakikat pembelajaran IPA tidak hanya menekankan pada konsep, teori, prinsip, maupun hukum-hukum, tetapi juga harus mampu mengembangkan keterampilan proses serta menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa. Jadi dalam pembelajaran IPA, selain mentransferkan konsep pada siswa, guru hendaknya dapat memunculkan sikap ilmiah siswa dan mengembangkan keterampilan proses mereka melalui kegiatan-kegiatan seperti eksperimen atau percobaan sederhana. Namun terkadang guru merasa enggan atau ‘malas’ untuk melakukan kegiatan-kegiatan percobaan sederhana. Sehingga keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa kurang terkembangkan, siswa hanya mengenal konsep tanpa memahami konsep tersebut. Karena siswa SD berada pada tahap operasional kongkret, maka pembelajaran yang dilaksanakan pun perlu memfasilitasi siswa untuk mengalami dan menemukan sendiri konsep. Itulah salah satu hal yang menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah.

(18)

5

keterampilan proses dan sikap ilmiah yang merupakan ciri dari pembelajaran IPA itu sendiri. Akibatnya, hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Padahal hasil belajar sangat penting bagi guru dan juga siswa untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Jika hasil belajar masih rendah, sebagai guru kita mesti berinisiatif mencari jalan keluar atau alternatif lain sebagai solusi meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa agar berhasil dalam proses belajar.

Model pembelajaran yang bisa dijadikan alternatif guna meningkatkan hasil belajar salah satunya ialah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization. Model ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa

secara individual. Kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah sehingga sering diadakan kegiatan diskusi. Dengan penerapan model pembelajaran ini, siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan satu sama lain bisa saling mengoreksi jika terdapat kesalahan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa agar mau berhasil dalam belajar.

Penelitian tentang penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization ini pernah dilakukan sebelumnya oleh Dini Apriliani dengan

judul penelitian “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri 2 Dayeuhluhur Kecamatan Jatingara)”. Karena model pembelajaran Team Assisted Individualization maupun model pembelajaran Team Accelerated

Instruction adalah sama, maka peneliti mengambil rujukan dari penelitian ini.

(19)

6

Maka dari itu, berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Team Assisted Individualization pada Materi Energi Bunyi” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Program Latihan Profesi SD N Sukarame). Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberi gambaran, memberi kontribusi, dan bisa bermanfaat bagi pengembangan profesi guru di sekolah-sekolah, terutama di sekolah dasar.

B. Identifikasi, Perumusan dan Batasan Masalah

Sebelum melakukan penelitian, hal yang harus dilakukan peneliti adalah mengidentifikasi permasalahan, menentukan rumusan masalah, dan menentukan batasan masalah. Tahap ini dilakukan guna mengetahui permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran. Hal tersebut difokuskan pada pembelajaran IPA. Dan mengacu pada pengalaman mengajar peneliti secara langsung, peneliti mengalami masalah pembelajaran mengenai hasil belajar siswa di kelas IV SD N Sukarame (lokasi PLP UPI Kampus Tasikmalaya).

1. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah yang didapat berdasarkan hasil observasi dan pengalaman mengajar di SD N Sukarame diantaranya:

a. Hasil belajar siswa dalam materi Energi Bunyi masih rendah dan banyak yang tidak memenuhi KKM.

b. Model pembelajaran yang digunakan kurang memfasilitasi siswa untuk berhasil dalam belajar.

c. Jumlah siswa kelas IV SD N Sukarame terhitung cukup banyak, sehingga guru tidak bisa memfasilitasi siswa untuk berhasil dalam belajar secara individual.

(20)

7

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana kemampuan guru menyusun perencanaan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization pada materi energi bunyi?

b. Bagaimanakah kinerja guru melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization pada materi energi bunyi?

c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization pada materi energi bunyi? d. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan model pembelajaran

Team Assisted Individualization untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

materi energi bunyi? 3. Batasan Masalah

Agar bahasan penelitian ini tidak terlalu luas, maka permasalahan ini diberi batasan sebagai berikut:

a. Subjek penelitian adalah guru (peneliti) dan siswa kelas IV SD Negeri Sukarame, Kec. Cihideung, Tasikmalaya.

b. Materi pokok bahasan yang dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah materi mengenai energi bunyi.

c. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization pada pembelajaran IPA di kelas IV SD.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

(21)

8

2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan:

a. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization pada materi Energi Bunyi di kelas IV SD N Sukarame

Tasikmalaya.

b. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization pada materi Energi Bunyi di kelas IV SD N Sukarame Tasikmalaya.

c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization pada materi Energi Bunyi di kelas IV SD N Sukarame Tasikmalaya.

d. Untuk mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan model pembelajaran Team Assisted Individualization dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Energi Bunyi di kelas IV SD N Sukarame Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi siswa, guru, dan sekolah dalam upaya peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa, serta peningkatan mutu pendidikan pada umumnya.

1. Manfaat secara teoritis

Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam hal pembelajaran IPA di SD, terutama pada implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization.

2. Manfaat secara praktis a. Manfaat bagi siswa

(22)

9

b. Manfaat bagi guru

Dapat meningkatkan wawasan guru, keterampilan mengajar guru, serta pengembangan kinerja guru terhadap inovasi pembelajaran yang dilaksanakan.

c. Manfaat bagi sekolah

Dapat meningkatkan mutu sekolah secara keseluruhan, baik secara akademik maupun non akademik, sehingga menghasilkan siswa-siswa yang berkualitas. E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun gambaran tentang keseluruhan skripsi, sistematika penulisan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi, perumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini membahas tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, asumsi dasar, dan hipotesis tindakan. Kajian pustaka berisikan mengenai berbagai telaah pustaka yang relevan dan mendukung terhadap solusi pemecahan masalah penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

3. BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang lokasi dan subjek/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas tentang deskripsi hasil penelitian, analisis data, penyimpulan data, serta pembahasan mengenai hasil penelitian.

(23)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan melaksanakannya di salah satu sekolah lokasi PLP yaitu di SD N Sukarame yang beralamat di Jalan Cieunteung No. 123 Kelurahan Argasari Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014, yaitu sekitar bulan Maret–Mei 2014, disesuaikan dengan kalender pendidikan atau kalender akademik sekolah. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini yang juga merupakan salah satu lokasi PLP, mengingat peneliti mengalami pengalaman mengajar saat kegiatan PLP dan dari pengalaman tersebut, peneliti mengalami kesulitan dalam KBM yaitu rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Salah satunya pada pembelajaran materi energi bunyi.

Subjek penelitian adalah sasaran pelaksanaan penelitian tindakan kelas, yaitu guru (peneliti) dan siswa kelas IV SD N Sukarame Tasikmalaya. Jumlah keseluruhan siswa kelas IV SD N Sukarame ialah sebanyak 45 orang. Namun, di sini peneliti menggunakan teknik simple random sampling atau bisa disebut dengan teknik sampel acak sederhana. Sehingga dari jumlah 45 orang, peneliti mengambil sampel dari populasi secara acak, tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Jumlah siswa yang dijadikan sampel pada penelitian ini berjumlah 33 orang terdiri dari 17 orang siswa perempuan dan 16 orang siswa laki-laki. Tiga puluh tiga orang siswa ini dijadikan sampel untuk mewakili populasi siswa kelas IV yang sebenarnya. Karakteristik yang dimiliki siswa sangat beragam. Sebagian besar siswa memiliki kecepatan belajar yang hampir sama. Hanya sebagian kecil dari keseluruhan jumlah siswa yang memiliki hasil belajar tinggi di berbagai mata pelajaran, terutama mata pelajaran IPA.

Selain siswa kelas IV SD N Sukarame, yang menjadi subjek penelitian lainnya adalah guru sekaligus peneliti yang mengalami masalah atau kesulitan

(24)

34

dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti bekerjasama dengan guru wali kelas IV SD N Sukarame sebagai peneliti mitra yang bernama Turliah S.Pd untuk bertindak sebagai observer. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa beliau mempunyai pengalaman melaksanakan PTK dan kompeten dalam memberi penilaian.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Desain penelitian merupakan langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun desain penelitian yang dilakukan dalam PTK ini meliputi tahap orientasi dan identifikasi masalah, tahap perencanaan tindakan penelitian, serta pelaksanaan tindakan penelitian. Gambaran mengenai desain penelitian pada PTK ini dapat dilihat dari peta alur penelitian sebagai berikut:

(25)

35

Secara lebih rinci, desain penelitian pada PTK ini dapat diuraikan kembali sebagai berikut:

1. Orientasi dan Identifikasi Masalah

Tahap orientasi dan identifikasi masalah merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti dalam kegiatan penelitian. Kegiatan orientasi dan identifikasi masalah ini dilakukan untuk mendapat gambaran permasalahan utama yang terjadi di dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Sukarame, terutama dalam upaya guru mengelola pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam tahap orientasi dan identifikasi masalah, hal-hal yang dilakukan peneliti adalah:

a. Identifikasi permasalahan yang dihadapi.

Tahap ini dimulai dengan melakukan observasi/studi pendahuluan secara langsung terhadap proses pelaksanaan pembelajaran IPA, melakukan studi dokumentasi terhadap hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran IPA. Selain itu, peneliti pun mengadakan wawancara dengan siswa dan guru wali kelas IV di sekolah tersebut berkenaan tentang proses pembelajaran IPA yang biasa dilakukan, meliputi metode, strategi, ataupun model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA, kesan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA, serta kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran.

Selain itu juga, dalam kegiatan yang bersamaan, peneliti sedang melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP). Kegiatan PLP ini merupakan mata kuliah yang wajib diikuti oleh para mahasiswa tingkat akhir sebagai ajang persiapan dan mencari pengalaman mahasiswa sebelum benar-benar terjun di lapangan. Dalam hal ini, peneliti melaksanakan pembelajaran IPA di kelas IV mengenai energi bunyi. Ternyata setelah dilaksanakan evaluasi berkaitan dengan materi yang disampaikan, didapatkan hasil bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Sebagian besar siswa belum memenuhi KKM.

(26)

36

permasalahan untuk dijadikan ide penelitian. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi energi bunyi menjadi masalah penelitian yang dipilih oleh peneliti.

b. Menganalisis penyebab permasalahan

Setelah merumuskan permasalahan penelitian, langkah selanjutnya yaitu menganalisis penyebab permasalahan tersebut muncul di lapangan. Peneliti mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi unsur penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada materi energi bunyi.

c. Menganalisis kemungkinan pemecahan

Setelah ditemukan penyebab permasalahan dari fokus penelitian ini, peneliti menganalisis kemungkinan pemecahan atau solusi permasalahan yang bisa dilakukan.

2. Perencanaan Tindakan Penelitian

Perencanaan tindakan didasarkan pada orientasi dan identifikasi masalah pada kegiatan pra-tindakan atau sebelum penelitian dilaksanakan. Dalam tahap perencanaan tindakan penelitian, hal-hal yang dilakukan ialah:

a. Merencanakan jumlah siklus

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 2-3 siklus, pada bulan Maret-Mei 2014 disesuaikan dengan kalender pendidikan tergantung pada cukup atau tidaknya waktu penelitian yang tersedia. Siklus I berorientasi pada kemampuan guru dalam penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan model Team Assisted Individualization, dan hasil belajar siswa tentang materi energi bunyi. Peneliti

akan merefleksi tindakan yang telah dilaksanakan pada tiap siklusnya. Hasil refleksi menjadi acuan peneliti untuk melihat apakah penelitian perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya atau cukup dengan satu siklus. Jika hasil refleksi pada siklus I menunjukkan kemampuan guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran serta peningkatan hasil belajar siswa melalui model Team Assisted Individualization masih kurang dari 75 %, maka penelitian dilanjutkan pada siklus

(27)

37

b. Merancang tindakan dalam bentuk skenario pembelajaran

Setelah merencanakan jumlah siklus, peneliti merumuskan tindakan yang akan dilakukan ke dalam bentuk skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran yang dibuat berupa RPP dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization. Di dalamnya memuat tiga kegiatan, terdiri dari

kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

c. Mempersiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan di kelas

Fasilitas dan sarana pembelajaran merupakan salah satu komponen yang berperan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu langkah selanjutnya peneliti mempersiapkan segala fasilitas dan sarana pembelajaran yang diperlukan guna menunjang proses pembelajaran dalam PTK ini. Misalnya menyiapkan media pembelajaran.

d. Penentuan Observer

Untuk mempermudah kinerja peneliti dalam melaksanakan penelitian, peneliti bekerjasama dengan peneliti mitra/observer. Peneliti mitra ini berasal dari guru yang berada di sekolah tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti berkomunikasi dan berkonsultasi dengan peneliti mitra yang telah dipilihnya. Peneliti mitra ini akan bertugas mengobservasi kinerja guru/peneliti dalam hal merencanakan pembelajaran berupa RPP, dan kinerja guru/peneliti dalam melaksanakan pembelajaran melalui penggunaan model Team Assisted Individualization.

Selain observer/peneliti mitra yang berasal dari guru, peneliti juga memilih seorang teman sejawat untuk bertindak sebagai observer. Observer teman sejawat ini bertugas untuk mengamati segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pelaksanaan pembelajaran.

e. Mempersiapkan instrumen pengumpulan data

(28)

38

digunakan dalam memperoleh data, seperti lembar observasi untuk memperoleh data tentang: 1) kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran; 2) kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Team Assisted Individualization; 3) faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan

model Team Assisted Individualization; serta 4) penilaian hasil belajar siswa dalam ranah afektif dan psikomotor. Selain itu peneliti juga mempersiapkan tes hasil belajar untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Untuk mempertegas data hasil penelitian, maka peneliti menyiapkan sarana dokumentasi, catatan lapangan, dan wawancara.

3. Pelaksanaan Tindakan Penelitian

Tahap pelaksanaan tindakan penelitian merupakan implementasi dari perencanaan tindakan penelitian yang telah dirancang sebelumnya. Pelaksanaan PTK direncanakan dilakukan dalam 3 siklus secara berulang sesuai dengan model PTK Kemmis & Taggart, meliputi tahap-tahap perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Secara lebih rinci, kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan siklus dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan ini adalah tahap awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan tindakan penelitian. Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti diantaranya:

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization, dilengkapi dengan soal pretest, LKS, soal post-test, dan kunci jawaban.

(29)

39

c) Mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing berkenaan tentang rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penelitian.

d) Mengkomunikasikan teknis cara pengisian instrumen penelitian kepada peneliti mitra yang berperan sebagai observer.

2) Tahap Tindakan dan observasi

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan RPP. Peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan peneliti mitra bertugas sebagai observer. Observer bertugas untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti kemudian mencatatkannya pada lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya. Pada tahap ini peneliti pun melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Melakukan penilaian hasil belajar siswa dalam hal afektif dan psikomotor berupa lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya.

b) Menambahkan data observasi dengan catatan lapangan, dokumentasi foto atau dengan merekam video.

c) Melakukan evaluasi terhadap hasil belajar kognitif siswa melalui tes tulis. 3) Refleksi

Tahap refleksi merupakan tahap melakukan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu menentukan terlebih dahulu indikator kriteria keberhasilan.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap refleksi ini diantaranya: a) Setelah melaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti mengadakan diskusi

(30)

40

b) Menyusun hipotesis tindakan untuk langkah perbaikan pada siklus selanjutnya.

b. Siklus II

Siklus II ini merupakan pengembangan siklus berdasarkan temuan refleksi siklus I, kembali berulang meliputi tahapan perencanaan, tindakan dan observasi, serta tahap refleksi.

C. Metode Penelitian

Sejalan dengan rumusan dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization pada materi energi bunyi di kelas IV SD N Sukarame

Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, maka metode penelitian yang dianggap sesuai ialah metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau bisa disebut juga Class Action Research.

Bentuk dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah PTK Kolaboratif-Partisipatoris. Dimana dalam hal ini PTK tersebut merupakan penelitian yang mempunyai sifat kerja sama antara peneliti dan peneliti mitra (guru wali kelas). Peneliti merancang pembelajaran dengan penggunaan model Team Assisted Individualization, sedangkan peneliti mitra bertindak sebagai observer dan

memberikan saran perbaikan apabila muncul masalah dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas.

(31)

41

bentuk proses pengkajian bersiklus yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: perencanaan (planning), tindakan dan pengamatan (action & observation), serta refleksi (reflection). Untuk lebih jelasnya digambarkan pada alur penelitian sebagai berikut:

Kesimpulan Penelitian Rencana

tindakan

Refleksi

Pelaksanaan tindakan Observasi

Rencana tindakan

Refleksi

Pelaksanaan tindakan Observasi

Siklus I

Siklus II

Siklus III Rencana

tindakan

Refleksi

Pelaksanaan tindakan Observasi

Gambar 3.2

(32)

42

Agar pelaksanaan tindakan tepat sasaran, peneliti menentukan fokus tindakan pada tiap siklusnya. Fokus tindakan ialah hal-hal atau aspek-aspek utama yang akan dilihat peningkatannya pada setiap siklus tindakan. Adapun fokus tindakan dalam penelitian ini secara rinci diuraikan sebagai berikut;

1. Kinerja Guru, meliputi:

a. Meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran di SD N Sukarame tentang energi bunyi melalui penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization.

b. Meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran energi bunyi melalui penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization

c. Meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan guru dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa tentang energi bunyi melalui penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization.

2. Siswa

a. Meningkatkan hasil belajar siswa tentang energi bunyi melalui penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization

D. Definisi Operasional Variabel 1. Model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization. Diukur dengan menggunakan lembar observasi yang

dilakukan terhadap kemampuan guru dalam merencanakan dan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization.

2. Hasil Belajar

(33)

43

lembar tes hasil belajar (kognitif), dan lembar observasi (afektif dan psikomotor).

3. Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA di SD merupakan: “wahana untuk membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di sekelilingnya”(dalam Mulyana, 2011, hlm. 6). Pembelajaran IPA yang dijadikan variabel dalam penelitian ini yaitu materi di kelas IV Semester II tentang Energi Bunyi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian sangat diperlukan dalam sebuah penelitian. Instrumen penelitian berfungsi sebagai alat pengumpul data. Data-data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian berbeda-beda, tergantung dari variabel penelitiannya. Adapun instrumen yang digunakan pada PTK ini diantaranya:

1. Lembar observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang:

a. Kemampuan guru merencanakan pembelajaran dengan menggunakan model Team Assisted Individualization,

b. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran melalui penggunaan model Team Assisted Individualization,

c. Penilaian hasil belajar siswa dalam aspek afektif dan psikomotor, serta d. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model pembelajaran Team

Assisted Individualization.

2. Lembar soal evaluasi. Lembar soal evaluasi digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar siswa dalam aspek kognitif.

F. Proses Pengembangan Instrumen

(34)

44

penilaian hasil belajar afektif serta psikomotor siswa, terlebih dahulu dilakukan validisi ahli dengan cara mengkonsultasikan instrumen yang telah dirancang kepada dosen pembimbing. Selain itu, instrumen tes yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa hasil belajar kognitif siswa, soal terlebih dahulu diujicobakan pada siswa kelas VI atau kelas V, dimana mereka telah mempelajari materi energi bunyi sebelumnya. Soal yang diujikan berupa soal pilihan ganda. Urgensitas validitas tes ditegaskan oleh Rakhmat yang menyatakan bahwa “tepat tidaknya data yang diperoleh akan sangat bergantung atas kualitas tingkat kebaikan tes yang digunakan” (2006, hlm. 21).

Dalam Rakhmat (2006, hlm. 21) menguraikan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kebaikan suatu tes, diantaranya yaitu:

1. Validitas

Validitas pada dasarnya menunjukkan pada tingkat ketepatan dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Karena “suatu tes hasil belajar yang dikatakan valid apabila dapat mengungkap aspek-aspek hasil belajar secara tepat” (Rakhmat, 2006, hlm. 21). Berkaitan dengan ini, peneliti menyusun kisi-kisi soal terlebih dahulu agar soal-soal yang dibuat tidak menyimpang dari tujuan pengukuran. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan aplikasi pengolah data Microsoft Excel, melalui rumus Korelasi Produk Momen Pearson. Adapun rumus dari Korelasi Produk Momen Pearson ialah:

dimana:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y xi = nilai data ke-i untuk kelompok variabel X

yi = nilai data ke-i untuk kelompok variabel Y n = banyak data

(35)

45

a. Hitunglah koefisien validitas tiap butir soal dengan skor total yang diperoleh siswa bersangkutan.

b. Bandingkan hasil antara r hitung dengan r tabel pada taraf signifikansi α (misalnya 0,05) dan banyaknya jumlah siswa. Kriteria yang digunakan:

1) Instrumen dikatakan valid apabila r hitung > r tabel. 2) Instrumen dikatakan tidak valid apabila r hitung < r tabel.

c. Ulangi langkah a-b pada butir soal lainnya. Jika terdapat butir soal yang tidak valid, buang soal tersebut, atau perbaiki kembali redaksi kalimat soal.

2. Reliabilitas

Istilah reliabilitas menunjukkan pada tingkat keajegan. Jadi, “suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat menghasilkan data yang relatif konsisten” (Rakhmat, 2006, hlm. 22), sehingga tes tersebut dapat dipercaya. Dalam hal ini, peneliti menguji reliabilitas soal dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel melalui perhitungan Alpha Cronbach. Adapun rumus yang digunakan ialah:

r11 =

[

] [1 −

]

Dikatakan reliabel apabila r11 lebih besar dibandingkan dengan r tabel.

Kriteria Reliabilitas:

> Kurang dari 0,20 = Hubungan dapat dikatakan tidak ada > 0,20 – 0,40 = Hubungan rendah

> 0,40 – 0,70 = Hubungan cukup > 0,70 – 0,90 = Hubungan tinggi

> 0,90 – 1,00 = Hubungan sangat tinggi Sumber : (Rakhmat, 2006, hlm. 74)

3. Tingkat Kesukaran

(36)

46

telah ditetapkan melalui perhitungan menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Rumus yang digunakan adalah:

TK = dimana:

TK = Tingkat Kesukaran Soal

Ru = Jumlah testi kelompok unggul yang menjawab benar suatu soal R1 = Jumlah testi kelompok asor yang menjawab benar suatu soal Kriteria tingkat kesukaran:

< 0,10 = Sulit sekali 0,10 – 0,30 = Sulit 0,31 – 0,70 = Sedang 0,70 – 0,90 = Mudah

> 90 = Mudah sekali

Sumber: (Rakhmat, 2006, hlm. 75) 4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal dapat diartikan sebagai “keampuhan soal untuk membedakan testi yang benar-benar mampu dengan testi yang kurang mampu” (Rakhmat, 2006, hlm. 22). Maksudnya, suatu tes dikatakan memiliki daya pembeda yang baik apabila tes tersebut dapat membedakan siswa yang benar-benar bisa mengerjakan soal dengan siswa yang tidak bisa mengerjakan soal. Selain menghitung validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran, peneliti juga menghitung daya pembeda dari tiap item soal. Jika terdapat soal yang memiliki daya pembeda kurang, peneliti merevisi kembali soal tersebut untuk diujicobakan kembali pada siswa. Rumus yang digunakan yaitu:

DP =

Kriteria untuk menafsirkan daya pembeda suatu soal: < 0,20 = Kurang

0,20 – 0,29 = Cukup 0,30 – 0,39 = Baik

(37)

47

5. Kepraktisan

Kepraktisan ini “menyangkut segi kemudahan dalam mengadministrasikan tes” (Rakhmat, 2006, hlm. 23). Kriteria kepraktisan tes dapat dilihat dari segi waktu, apakah waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes tersebut sesuai dengan waktu yang tersedia atau tidak. Hal lain yang dijadikan sebagai pertimbangan kepraktisan sebuah tes adalah mengenai teknik penyekoran dan cara menafsirkannya, apakah tes tersebut memiliki teknik penyekoran serta kriteria penafsiran yang jelas atau tidak.

G. Teknik Pengumpulan Data

PTK merupakan salah satu contoh penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama ialah peneliti sendiri. Namun, jika fokus penelitian telah jelas, maka peneliti dapat mengembangkan instrumen sederhana yang dapat melengkapi data serta membandingkannya dengan data yang telah didapat melalui observasi dan wawancara. Peneliti terjun ke lapangan, kemudian mengumpulkan data, membuat analisis, dan membuat kesimpulan sendiri.

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 308) “teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Dari pendapat Sugiyono tersebut, dapat dinyatakan bahwa teknik pengumpulan data adalah hal penting dalam penelitian. Jika peneliti sendiri tidak mengetahui dan memahami teknik pengumpulan data yang baik dan benar, maka data yang diperoleh peneliti tidak akan memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

(38)

48

Tabel 3.1

Jenis Data, Teknik, dan Instrumen Pengumpulan Data

No. Jenis Data Teknik Instrumen

(a) (b) (c) (d)

1. Kinerja guru dalam merencanakan

pembelajaran dengan penggunaan model Team Assisted Individualization.

Observasi Lembar Observasi

2. Kinerja guru dalam melaksanakan

pembelajaran dengan penggunaan model Team Assisted Individualization.

Observasi Lembar Observasi

3. Hasil belajar siswa selama pembelajaran dengan model Team Assisted Individualization meliputi

kognitif, afektif, dan psikomotor.

Tes dan observasi Lembar soal evaluasi dan lembar observasi

(39)

49

proses pembelajaran dengan model Team Assisted Individualization, lembar observasi penilaian afektif dan psikomotor siswa.

2. Teknik wawancara

Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data dan gambaran tentang permasalahan yang dialami guru wali kelas pada pembelajaran IPA. Wawancara ini dilaksanakan pada tahap orientasi dan identifikasi masalah. Instrumen yang digunakan berupa panduan wawancara.

3. Teknik tes

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan gambaran tentang hasil belajar kognitif siswa dan peningkatannya pada setiap siklus. Instrumen yang digunakan berupa instrumen tes tertulis.

4. Triangulasi

Triangulasi dapat diartikan sebagai “teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada” (Sugiyono, 2012, hlm. 330). Dalam PTK ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik, dimana peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk memperoleh data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi secara serempak untuk sumber data yang sama.

H. Analisis Data

Tahap yang dilakukan setelah tahap pengumpulan data, yaitu tahap analisis data. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, sehingga data-data yang diperoleh pun berupa data-data kuantitatif dan juga data-data kualitatif. Baik data kuantitatif maupun data kualitatif harus dianalisis terlebih dahulu sebelum diambil kesimpulan dan diberikan tindakan pada siklus berikutnya. Teknik dalam menganalisis data dilakukan secara kuantitatif serta kualitatif.

1. Teknik Analisis Kuantitatif

(40)

50

pelaksanaan tindakan berlangsung. Secara garis besarnya, langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data kuantitatif yaitu sebagai berikut:

a. Menghitung skor hasil belajar tiap siswa pada tiap ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor).

b. Menghitung rata-rata kelas yang diperoleh tiap ranah pada masing-masing siklus.

c. Menghitung perbandingan persentase hasil belajar siswa tiap ranah dan menguji signifikansi hasil belajar kognitif siswa dari tiap siklus

Perbandingan persentase hasil belajar siswa dijadikan acuan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus dan memberi gambaran seberapa besar peningkatan persentase yang diperoleh dari satu siklus ke siklus lainnya. Selain itu, pengujian signifikansi atau yang sering disebut dengan uji t digunakan untuk melihat apakah tindakan yang dilaksanakan itu berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa atau tidak.

2. Teknik Analisis Kualitatif

Teknik analisis kualitatif ialah teknik yang digunakan untuk menganalisis data-data yang bersifat kualitatif. Sebagaimana ditegaskan oleh Sugiyono (2012, hlm. 336) bahwa “analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan”. Pada penelitian tindakan kelas ini, data-data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara terhadap guru ketika studi pendahuluan, serta diperoleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil observasi dikumpulkan melalui instrumen penelitian berupa lembar observasi, meliputi lembar observasi kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, lembar observasi kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, lembar observasi penilaian afektif dan psikomotor siswa selama proses pembelajaran.

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam analisis data kualitatif ini secara garis besar yaitu sebagai berikut:

a. Mengkaji dan menelaah lembar observasi yang telah dikumpulkan.

(41)

51

c. Menganalisis tingkat keberhasilan aspek-aspek yang diobservasi dengan menghitung seluruh sub-aspek yang berhasil dipenuhi dalam setiap aspek observasi.

Hasil analisis data ini dijadikan acuan untuk melihat setiap perubahan yang terjadi pada kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan juga kemampuan afektif serta psikomotor siswa dari siklus I hingga ke siklus yang terakhir.

Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, hingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data meliputi data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Untuk lebih jelasnya digambarkan alur sebagai

berikut:

Agar pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini tepat sasaran, maka peneliti menetapkan standar keberhasilan. Indikator

Periode Pengumpulan

Antisipasi

Reduksi data

Selama Setelah

Setelah Selama

Display data

Setelah Selama

Kesimpulan/verifikasi

ANALISIS

Gambar 3.3

(42)

52

keberhasilan dari setiap aspek rumusan masalah penelitian dapat dirincikan sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti dikatakan berhasil apabila nilai yang diperoleh pada setiap siklus mengalami peningkatan mencapai nilai minimum 75%.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dalam setiap siklus dikatakan berhasil apabila mengalami peningkatan mencapai nilai minimum 75%. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2009, hlm. 218) yang menyatakan bahwa

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar 75% siswa terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran ...

c. Hasil Belajar Siswa

(43)

134

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis penelitian tentang “Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Team Assisted Individualization pada Materi Energi Bunyi (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas

IV Program Latihan Profesi SD N Sukarame)”, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran melalui penggunaan model Team Assisted Individualization

Sebuah perencanaan pembelajaran sangat diperlukan bagi keberlangsungan proses pembelajaran. Dengan adanya perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran akan berjalan secara sistematis, dan guru bisa merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Pada hasil observasi di siklus I, kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dalam bentuk RPP dengan menggunakan model Team Assisted Individualization tentang Energi Bunyi dinilai sudah baik dan memenuhi kriteria

keberhasilan pelaksanaan tindakan. Meskipun begitu, masih terdapat indikator-indikator penilaian RPP yang belum terlaksana dengan optimal. Diantaranya yaitu pemilihan media yang kurang sesuai dengan karakteristik siswa dan kurang menarik perhatian siswa. Selain itu, langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan dalam RPP kurang menampilkan kegiatan keterampilan proses yang merupakan salah satu ciri pembelajaran IPA. Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan di siklus I, pelaksanaan tindakan dilanjutkan ke siklus II.

Pada hasil observasi di siklus II, kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran berupa RPP dengan menggunakan model Team Assisted Individualization pada materi Energi Bunyi dinilai sudah sangat baik dan

efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran. RPP yang dibuat oleh guru/peneliti telah sesuai dengan indikator-indikator penilaian RPP, serta

(44)

135

disesuaikan dengan hasil refleksi di siklus I. Namun, meski dinilai sudah sangat baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk perbaikan kinerja guru selanjutnya. Hal-hal penting tersebut diantaranya yakni perlunya memperhatikan alokasi waktu yang dirancang dalam RPP, apakah telah sesuai dan efektif untuk melaksanakan pembelajaran atau tidak. Selain itu, guru pun perlu memperhatikan dalam hal pemilihan materi ajar. Materi ajar yang dipilih perlu ditinjau kembali dari segi hirarkinya, apakah telah sesuai dengan karakteristik siswa atau belum.

2. Pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan model Team Assisted Individualization

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari rancangan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya oleh guru. Pada siklus I, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Team Assisted Individualization tentang Energi Bunyi dinilai belum optimal serta belum

memenuhi kriteria keberhasilan pelaksanaan tindakan. Masih terdapat indikator-indikator pelaksanaan pembelajaran yang belum terlaksana dengan baik. Diantaranya yaitu kurangnya kemampuan guru/peneliti dalam melaksanakan kegiatan pendahuluan. Pada kegiatan pendahuluan ini terdapat langkah-langkah yang tidak terlaksana, misalnya mengecek kehadiran siswa, dan membangkitkan motivasi siswa. Selain itu, komponen-komponen model Team Assisted Individualization yang dikembangkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran

kurang terlaksana dengan baik. Begitu halnya pula pada kegiatan penutup, masih terdapat beberapa langkah-langkah pembelajaran yang kurang terlaksana dengan baik. Misalnya memotivasi siswa, dan juga menyampaikan materi pembelajaran yang akan dipelajari selanjutnya. Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan di siklus I, pelaksanaan tindakan dilanjutkan ke siklus II.

(45)

136

dilaksanakan sesuai dengan pengembangan model Team Assisted Individualization.

3. Peningkatan hasil belajar siswa pada materi energi bunyi melalui penggunaan model Team Assisted Individualization

Hasil belajar siswa pada materi Energi Bunyi di kelas IV SD N Sukarame dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization dari siklus I hingga siklus II, telah mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa yang dinilai mencakup ketiga ranah hasil belajar yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut terbukti telah mengalami peningkatan dan bermakna signifikan terhadap pelaksanaan tindakan.

4. Faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan model Team Assisted Individualization

Penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Energi Bunyi, terpengaruhi oleh beberapa faktor. Baik itu faktor yang menghambat maupun faktor yang mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Team Assisted Individualization. Kedua faktor tersebut, baik faktor penghambat ataupun

faktor pendukung dapat berasal dari faktor guru, siswa, sarana/prasarana, serta faktor lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan model Team Assisted Individualization ini.

B. Saran

Penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Energi Bunyi memberikan pengalaman baru bagi siswa dan juga guru secara pribadi.

Merujuk pada hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut adalah saran-saran dari penulis:

(46)

137

yang langka dan jarang digunakan bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengembangkan proses pembelajaran.

2. Sekolah perlu mendukung adanya pengembangan kinerja guru dalam aspek penting, misalnya dalam hal pembuatan RPP, dan juga dalam pelaksanaan serta penilaian hasil belajar siswa. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar-mengajar yang berlangsung di sekolah-sekolah, khususnya di SD bisa berjalan secara optimal, sesuai dengan tuntutan kurikulum, serta dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah bersangkutan.

(47)

138

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Supriyono,W. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Apriliani, D. (2013). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team

Accelerated Instruction untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang

Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia (Penelitian Tindakan Kelas di

Kelas V SD Negeri 2 Dayeuhluhur Kecamatan Jatinagar). (Skripsi).

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya, Tasikmalaya. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2007). Standar Proses. Jakarta: Kemendiknas.

Haryati, M. (2013). Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Referensi.

Hernawan, A. H., Dewi, L., dan Asra. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS.

Huda, M. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kunandar. (2013). Penilaian Autentik. Depok: PT Raja Grafindo Persada. Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, E. H. (2011). Pendidikan dan Pembelajaran IPA di SD. Tasikmalaya:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pamungkas, D. S. (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Siswa

Kelas V SD N Bantir Candiroto Temanggung Semester 2 Tahun 2011/2012.

(Skripsi). Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(48)

139

Rakhmat, C. dan Solehuddin, M. (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Andira.

Syaiful, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Slavin. R. E. (2009). Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukidin dkk. (2008). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Insan Cendekia.

Sukirman, D. dan Jumhana, N. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS.

Usman, M. U. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.2
Tabel 3.1
Gambar 3.3

Referensi

Dokumen terkait