• Tidak ada hasil yang ditemukan

“UNGKAPAN AJAKAN DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA” : Satu Kajian Makna.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“UNGKAPAN AJAKAN DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA” : Satu Kajian Makna."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

“Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia” (Satu Kajian Makna)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

Oleh:

Rekha Della Fitrati 1107282

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Ungkapan Ajakan Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia (Satu Kajian Makna)

Oleh

Rekha Della Fitrati S.Pd UPI Bandung 2011

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa

Jepang

© Rekha Della Fitrati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)
(5)

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ABSTRAKSI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah………1

B. Rumusan dan Batasan Masalah………....5

C.Tujuan Penelitian………..……….6

D.Manfaat Penelitian………6

E. Sistematika Penulisan………..………..…..….6

BAB II LANDASAN TEORITIS A.Perilaku Interaksi Masyarakat Jepang…….……….………..…8

B. Definisi Makna ………...…..13

C.Definisi Modalitas……….……15

1. Modalitas dalam Bahasa Jepang………...15

2. Modalitas dalam Bahasa Indonesia………..….17

D.Definisi Ajakan 1. Ajakan dalam Bahasa Jepang………..…...22

2. Makna Ungkapan Ajakan Bahasa Jepang ………...….32

3. Ajakan dalam Bahasa Indonesia………35

(6)

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian……….…40

1. Teknik Penyediaan/Pengumpulan Data…………..……...41

2. Teknik Analisis Data………..…41

3. Teknik Penyajian Data………...42

B A B I V A N A L I S I S M A K N A D A N P E M B A H A S A N A. Analisis Makna Ungkapan Ajakan Bahasa Jepang ……..….43

B. Analisis Makna Ungkapan Ajakan Bahasa Indonesia …...64

C. Pembahasan Ungkapan Ajakan Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia ………80

D. Persamaan dan Perbedaan Ungkapan Ajakan Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia……….….85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..…93

A. Kesimpulan ……….93

B. Saran………....94

(7)

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Tabel

Tabel 2.1 Sub Jenis Metode Padan ………..13

Tabel 2.2 Kalsifikasi Makna Hida dan Asada ……….14

Tabel 2.3 Karakteristik Hatarakikake ……….….17

Tabel 2.4 Pembentukan ~you ……….…..29

Tabel 2.5 Perbedaan Ungkapan Ajakan, Permintaan, Perintah dan Kemauan …32 Tabel 2.6Tabel Pelaku ~しないか, ~し よ うdan ~し よ うか……….32

Tabel 4.1 Bentuk Ajakan dalam Bahasa Indonesia ………..82

Tabel 4.2 Consideration Level ……….…....84

Tabel 4.3 Faktor Penentu Ajakan ……….86

(8)

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Gambar

Gambar 2.1 Model Penerjemahan Nida ………11

Gambar 4.1 Concideration Level BJ ……….81

(9)

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Ilustrasi

Ilustrasi 2.1 Ilustrasi Ishi Hyougen ……….…25

(10)

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Daftar Singkatan

BI: Bahasa Indonesia

BJ: Bahasa Jepang

PA: Kata Penanda Ajakan

VD: Verba Dasar

PAS: Penanda Ajakan Saran

PAK: Penanda Ajakan Keinginan Langsung

Neg: Pemarkah Negasi

2. Kode Sumber Data

IQ: Sekai no Hate Made ItteQ, 2013.08.04. Nihon Terebi. Japan

KB: Kisumai Busaiku, 2013.08.25, 2014.02.16 dan 2014.002. Fuji Terebi.

Japan

AN: Angel Note, Tanaka, Mariko. 2006. Kabushiki Gaisha. Japan

SN: Sora ni Naritai, Sakurai, Ami. 2008. Kabishiki Gaisha. Japan

SP: Sprout, 2012. NTV Drama. Japan

NN, JP: Blog Internet Chiebukuro, Nyunyu.com

PK: Perahu Kertas, Dewi Lestari. 2009. Bentang Pustaka. Yogyakarta

CW: Cewek, Esti Kinasih. 2005. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

ST: Still, Esti Kinasih. 2009. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

(11)

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAKSI

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia (Satu Kajian Makna)

Rekha Della Fitrati

1107282

Salah satu cara untuk mempermudah penguasaan ungkapan khususnya ungkapan ajakan dalam bahasa Jepang (BJ) adalah dengan melakukan penelitian kebahasaan dengan cara membandingkan dan mencari kesamaan konsep pada ungkapan tersebut dalam bahasa ibu pembicara, dalam hal ini yaitu bahasa Indonesia (BI).

Berdasarkan analisis makna dari data-data yang telah dilakukan, perbandingan ungkapan ajakan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa ungkapan ajakan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia dapat ditentukan penggunaan ungkapannya oleh dua kondisi berikut. Kondisi pertama adalah ketika ungkapan yang diutarakan oleh pembicara tersebut merupakan ungkapan yang saat itu dikatakan, dengan kata lain pembicara sama sekali tidak mengetahui informasi sebelumnya mengenai ajakan tersebut dan pembicara juga tidak mengetahui apakah lawan bicara akan menerima atau tidak ajakan tersebut. Yang kedua adalah kondisi ajakan tersebut sebelum disampaikan sudah diketahui oleh lawan bicara mengenai informasi ajakan tersebut, yang bisa saja ajakan tersebut merupakan ajakan yang sudah sering dilakukan bersama-sama oleh pembicara dan lawan bicara. Pada kondisi yang pertama ajakan dalam bahasa Indonesia ditunjukkan oleh bentuk shinaika dan ajakan dalam bahasa Indonesia ditunjukkan oleh bentuk gimana kalau, yaitu ungkapan ajakan yang tidak langsung menunjuk pada ajakan tersebut melainkan ajakan tesebut disampaikan dengan anjuran atau berupa saran. Dalam bahasa Indonesia kondisi pertama juga dapat ditunjukkan dengan bentuk mau, yaitu bentuk yang secara langsung menunjuk dan menanyakan langsung keinginan lawan bicara. Dan untuk kondisi yang kedua dalam ajakan bahasa Jepang ditunjukkan oleh bentuk shiyou dan dalam bahasa Indonesia ditunjukkan oleh bentuk ayo. Bentuk ini dapat dikatakan sebagai bentuk yang secara langsung mengajak, yang merupakan kebalikan dari kondisi pertama.

(12)

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ungkapan yang secara langsung menunjuk dan menanyakan langsung keinginan lawan bicara yang dalam bahasa Jepang, ungkapan yang menanyakan langsung keinginan tidak dapat digunakan dalam ajakan, sedangkan dalam bahasa Indonesia dapat menggunakan ungkapan yang menanyakan langsung keinginan dan merupakan ungkapan yang sering digunakan dalam ajakan bahasa Indonesia. Selain itu, bentuk mau dalam ajakan bahasa Indonesia jika diterjemahkan dalam bahasa Jepang akan menjadi bentuk ~tai, di mana bentuk ini juga tidak dapat digunakan dalam ajakan bahasa jepang. Namun bentuk mau jika dilihat dari maknanya memiliki makna yang sama dengan makna yang dimiliki oleh bentuk ungkapan ~shinaika dalam bahasa Jepang, sehingga dengan demikian dalam menerjemahkan bentuk mau sebagai ajakan dalam bahasa Jepang, disarankan untuk tidak terfokus pada kata mau melainkan melihat keseluruhan makna yang dimiliki oleh bentuk mau, dan lebih tepat jika diterjemahkan menjadi bentuk ~shinaika dalam ajakan bahasa Jepang.

(13)

1

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, ia pasti memiliki

tujuan tertentu karena adanya kepentingan untuk berinteraksi sosial seperti

misalnya meminta sesuatu, mengajak, menolak dan lain-lain dan dilakukan

dengan berbagai cara. Tujuan tersebut dapat dilakukan dengan sekedar obrolan

santai, ada pula yang tidak. Proses dalam berkomunikasi tersebut akan melalui

proses alur pembicaraan, terutama saat seseorang akan mengajak seseorang

untuk bersama-sama melakukan sesuatu, karena agar memperoleh respon

positif dari lawan bicara dalam ajakan, pembicara harus memikirkan

bagaimana caranya melalui proses komunikasi untuk menyampaikan

keinginannya.

Untuk berkomunikasi dengan bahasa asing khususnya bahasa Jepang,

kemampuan untuk memilih jenis ungkapan yang tepat sangat penting, karena

ketika pembicara menyampaikan sesuatu kepada lawan bicara baik secara lisan

maupun tulisan, lawan bicara dapat menangkap apa yang dimaksud oleh

pembicara karena ia memahami makna (imi) yang dituangkan melalui bahasa

tersebut.

Pada dasarnya, mengajak seseorang adalah pembicara mengajak lawan

bicara melakukan sesuatu sesuai dengan permintaan pembicara, dan agar hal

yang disampaikan diterima oleh pendengar, diperlukan adanya strategi saat

pembicara menyampaikan keinginannya. Ketika mengajak seseorang, kita

tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang meliputinya, yaitu siapa yang

melakukan ajakan, siapa yang diajak, ajakan yang dilakukan mengenai apa,

dan pada situasi apa ajakan tersebut dilakukan. Menurut Obana dan Haugh

(2012:157) hal seperti ini berhubungan dengan konsep tachiba dalam

(14)

2

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

interaksi sosial yang dapat berubah sesuai dengan situasi di mana mereka

berada, dengan siapa mereka berinteraksi dan bagaimana mereka menempatkan

diri mereka dalam suatu situasi.

Dalam percakapan ada kaidah dan aturan pada masing-masing bahasa

yang harus dipatuhi. Peraturan atau kaidah yang berlaku pada satu bahasa

belum tentu berlaku pula pada bahasa yang lainnya. Misalnya saja pada

ungkapan ajakan dalam bahasa Jepang dan bahasa Korea, Chon (2006)

mengungkapkan bahwa dalam ajakan bahasa Jepang lebih munggunakan

strategi kalimat negative yang lebih menjaga face lawan bicara, sedangkan

dalam bahasa Korea strategi ajakan yang digunakan adalah dengan kalimat

positive yang menunjukkan keinginannya secara langsung terhadap ajakan

yang ia utarakan. Hal ini berhubungan dengan budaya dan kebiasaan yang

berlaku pada masing-masing bahasa tersebut. Dengan adanya perbedaan

konsep ini jika pembelajar tidak mengetahui dan memahaminya akan dapat

menimbulkan kesalahan dalam pembelajaran khususnya dalam ajakan.

Dalam bahasa Jepang (BJ), untuk mengungkapkan ungkapan seperti ini

menggunakan ungkapan ajakan yang termasuk ke dalam Kanyuu Hyougen.

Dalam Nihongo Daijiten, pengertian Kanyuu Hyougen adalah 人を誘い

勧 す る こ と . “Hito wo Sasoi, Susumeru koto”. ”mengajak, memberi

usulan seseorang”. Dengan kata lain Kanyuu Hyougen adalah ungkapan yang

digunakan untuk mengajak dan memberi anjuran kepada orang lain.

Kanyuu Hyougen memiliki dua ungkapan yang berbeda yaitu ajakan dan

masukan. Hal ini dapat dilihat dari huruf Kanji pembentukan kata Kanyuu

Hyoogen yang terdiri dari kanji susume „usulan‟ dan 誘

い ‟sasoi„ajakan.

Menurut Kawakami ( 1996:101) ajakan adalah 誘い 話し手 聞 手

とと 一定 行為を行うこと ”Sasoi wa hanashi te ga kiki te to tomoni

ittei no koui wo okonau koto”. Artinya ajakan adalah ungkapan di mana

(15)

3

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(1999:158), ungkapan ajakan adalah 聞 手 話しと同様 行動を取るよ

う 要 求 す る ”Kikite ni hanashite to douyou no koudou o toru youni

youkyuu suru”. Artinya ungkapan ajakan adalah permintaan kepada lawan

bicara untuk melakukan kegiatan yang sama dengan pembicara.

Menurut Yamamoto ( 2009:38 ), 勧 相手 行動し 相手 決

定権を ち そ 結果相手 利益を得ること る”Susume wa aite ga

koudoushi, aite ga ketteiken wo mochi, sono kekka aite ga rieki wo eru koto ni

naru”. Artinya anjuran adalah lawan bicara yang melakukan, lawan bicara

yang memiliki kebebasan memilih, dan hasilnya hal tersebut menjadi hal

positif bagi lawan bicara. Dapat disimpulkan bahwa pada saat memberi anjuran,

anjuran tersebut yang melakukan dan berhak memilih adalah lawan bicara, dan

anjuran tersebut diterima bila memberi manfaat positif bagi dirinya.

Jika makna kanyuu hyougen diartikan dari makna kanji pembentuknya

tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kanyuu hyougen adalah ungkapan di

mana pembicara dan pendengar melakukan sesuatu bersama-sama di mana

lawan bicara yang diajak memiliki kebebasan untuk memilih menerima atau

menolak ajakan tersebut.

Secara umum, anjuran dan ajakan mempunyai sistem tata bahasa yang

berbeda. Misalnya ~ shita houga ii, ~ shitara doudeshou, ~ sureba digunakan

untuk memberi anjuran, dan ~ shimashou ~ shimasen? ~ shinaika ~ shinai?

digunakan saat mengajak seseorang.

Baik susume maupun sasoi keduanya sama-sama merupakan ungkapan

yang mendorong lawan bicara untuk melakukan suatu tindakan tertentu di

mana menurut pembicara tindakan tersebut memiliki keuntungan bagi lawan

bicara tersebut.

Secara umum, Kanyuu Hyougen dapat didefinisikan sebagai ungkapan

yang digunakan pembicara untuk meminta agar lawan bicara melakukan

(16)

4

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembicara, sesuai dengan definisi Kanyuu Hyougen oleh Himeno (1998:132)

yang mendefinisikan Kanyuu sebagai berikut:

勧誘 と 話し 手とと 行 為を遂行 するよう聞 手 働 けること を

目的とする発話行為をいう”Kanyuu to wa hanashite to tomoni kooi wo suikoo

suru yoo kikite ni hatarakikakeru koto wo mokuteki to suru hatsuwa kooi wo iu” Ajakan adalah ungkapan yang bertujuan untuk melakukan sesuatu agar lawan bicara melakukan suatu tindakan bersama-sama dengan pembicara”

Dengan demikian, poin penting dalam definisi ini adalah melakukan

sesuatu bersama-sama.

Dalam bahasa Jepang, ungkapan ajakan sering dikaitkan dengan ungkapan

penawaran moushide dan ungkapan maksud/kemauan ishi.. Hal ini disebabkan

karena ungkapan ajakan tidak memiliki pola kalimat tertentu, melainkan

menggunakan pola kalimat yang fungsi kalimat-kalimat tersebut sama yaitu

pola ~shiyou dapat digunakan pada ungkapan ajakan dan ungkapan

maksud/kemauan, dan pola ~ naika ungkapan ajakan.

Lihat contoh di bawah ini:

Contoh:

よし 今年こそ 頑張ろう 意志

さあ 一緒 行こう 勧誘

仁田 1 33

Dari pemaparan di atas, diketahui bahwa untuk menyatakan ajakan dalam

Bahasa Jepang dapat menggunakan setidaknya tiga jenis ungkapan, yaitu,

~shinaika, ~shiyou, dan ~shiyouka. Adanya berbagai macam pola dalam

ungkapan ajakan dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam

penggunaannya jika tidak mengetahui kondisi penggunaan masing-masing

ungkapan tersebut di mana ungkapan-ungkapan tersebut memiliki kondisi di

mana tidak bisa menggantikan satu sama lain. Misalnya pada saat harus

memakai pola ~masenka yang digunakan adalah pola kalimat ~ mashouka.

Dalam bahasa Indonesia, ungkapan ajakan ditandai dengan bentuk kata

keterangan ajakan seperti ayo dan mari ditambahkan verba dasar. Untuk

(17)

5

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipertimbangkan dalam upaya melakukan ajakan tersebut, misalnya kepada

siapa ajakan tersebut dilakukan, bagaimana hubungan antara pembicara dengan

orang yang akan diajak, apakah orang tersebut lebih tua atau lebih muda dan

lain-lain. Hal ini harus menjadi pertimbangan utama karena faktor-faktor

tersebut akan mempengaruhi bagaimana kita akan melakukan ajakan tersebut

agar tidak terjadi kesalahpahaman dan ajakan kita dapat diterima oleh lawan

bicara.

Salah satu cara untuk mempermudah penguasaan ungkapan khususnya

ungkapan ajakan dalam bahasa Jepang (BJ) adalah dengan melakukan

penelitian kebahasaan dengan cara membandingkan dan mencari kesamaan

pada ungkapan tersebut dalam bahasa ibu pembicara, dalam hal ini yaitu

bahasa Indonesia (BI). Dengan membandingkan kedua ungkapan tersebut, akan

diketahui persamaan dan perbandingan ungkapan kedua bahasa yang

merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memudahkan

pembelajar dalam memahami ungkapan tersebut.

Dengan dilatarbelakangi hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan menganalisis beberapa ungkapan ajakan tersebut dan

memadankannya dalam bahasa Indonesia dalam sebuah penelitian yang

berjudul “Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia (Satu Kajian Makna)”

B.Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang penulis utarakan di atas, dalam

penelitian ini penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Seperti apakah makna ungkapan ajakan dalam bahasa Jepang dan

bahasa Indonesia?

2. Apakah persamaan dan perbedaan ungkapan ajakan dalam bahasa

(18)

6

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, penulis membatasi

penelitian ini dengan menjabarkan, membandingkan dan memadankan

ungkapan ajakan dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia.

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini di adakan dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan diatas. Tujuan khusus dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan makna ungkapan ajakan dalam bahasa Jepang

dan bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan ungkapan ajakan bahasa

Jepang dan padanannya bahasa Indonesia.

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan

tujuan penelitian di atas adalah:

1. Dapat memberikan kontribusi pendeskripsian ungkapan ajakan bahasa

Jepang dan bahasa Indonesia

2. Dengan membandingkan ungkapan ajakan dalam bahasa Jepang dan

bahasa Indonesia tersebut dapat memberikan pendeskripsian mengenai

makna dan fungsi penggunaan masing-masing ungkapan tersebut.

3. Diharapkan dengan adanya upaya penyamaan ungkapan ajakan dalam

bahasa Jepang dan bahasa Indonesia dari kajian maknanya dapat

digunakan sebagai referensi dan mempermudah pembelajar dalam

mempelajari ungkapan ajakan.

4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai

ungkapan ajakan dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia.

(19)

7

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika

pembahasan.

BAB II merupakan kajian teori yang relevan dengan penelitian ini, yaitu

terdiri dari teori ungkapan, makna, deskripsi ungkapan ajakan, modalitas,

penjelasan teoritis mengenai objek yang dikaji, yaitu ungkapan ajakan dalam

bahasa Jepang dan bahasa Indonesia.

BAB III merupakan metode penelitian. Pada bab ini akan menjelaskan

lebih spesifik bagian yang terdapat pada BAB I yang meliputi alasan pemilihan

metode, teknik dan langkah-langkah pengumpulan dan pengolahan data, serta

instrumen penelitian.

BAB IV merupakan analisis data. Di dalamnya berisikan analisis

perbandingan dan upaya penyamaan ungkapan ajakan bahasa Jepang dan

bahasa Indonesia.

BAB V merupakan kesimpulan yang didapat setelah penelitian dilakukan,

jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan pada Bab I dan saran penulis

(20)

8

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

(21)

39

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, penelitian ini

bertujuan mendeskripsikan kalimat ajakan dalam bahasa Jepang dan bahasa

Indonesia dari kajian maknanya sebagai salah satu cara untuk mempermudah

penguasaan pembelajar dalam menggunakan kalimat ajakan.

Kajian makna dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara kedua

bahasa yaitu bahasa Jepang dan bahasa Indonesia khususnya pada kalimat

ajakan berupa persamaan dan perbedaan bentuk bahasa, kajian makna dan

cakupan yang berhubungan dengan penanda kalimat ajakan dalam kalimat

sehingga pada akhirnya dapat diketahui karakteristik masing-masing bahasa

khususnya dalam kalimat ajakan. Setelah itu dilakukan salah satu upaya untuk

mempermudah penguasaan kalimat ajakan dengan mencoba menyamakan

kalimat ajakan dalam bahasa Jepang dengan kalimat ajakan dalam bahasa

Indonesia dari kajian makna yang telah dilakukan berdasarkan teori dan data

yang dikumpulkan. Pendeskripsian ungkapan ajakan bahasa Jepang dan bahasa

Indonesia dilakukan terpisah, lalu hasilnya dibandingkan untuk melihat

karakteristik masing-masing ungkapan tersebut. Semua hal tersebut dilakukan

dalam bentuk sebuah penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode padan dalam analisisnya, dengan menggunakan teknik dasar pilah

unsus penentu PUP, dan teknik lanjutan hubung banding menyamakan (HBS),

hubung banding membedakan (HBB) dan hubung banding menyamakan hal

pokok (HBSP). Proses dalam penelitian kualitatif melibatkan upaya seperti

mengajukan pertanyaan dan prosedur, mengumpulkan data, menganalisis data

dan menafsirkan makna data.

Menurut Sudaryanto (1993:5-7) dalam penelitian ada tiga tahapan yaitu

(22)

40

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

analisis merupakan tahapan yang harus dilalui. Tahap penyediaan data

dilakukan dengan menggunakan metode simak dengan teknik sadap, sadap

bebas libat cakap, rekam dan catat.

1. Teknik Penyediaan/Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode

simak dengan teknik sadap, teknik sadap bebas libat cakap, rekam dan catat.

Penyimakan dilakukan secara tertulis dengan teknik sadap yaitu penyadapan

bahasa dilakukan dengan mencatat di mana peneliti akan melakukan

pencatatan pada kartu data yang di dalamnya mencakup nomor kalimat,

contoh kalimat, dan sumbernya terdiri dari nama penulis, tahun dan

halamannya dari data yang bersumber pada karya cetak, sedangkan dari data

yang bersumber dari data non cetak akan dilakukan pencatatan yang di

dalamnya terdiri dari sumber dan waktu data diambil, lalu data kemudian

akan dianalisis.

Kegiatan penyadapan dilakukan dengan tidak berpartisipasi langsung

dalam pembicaraan, atau disebut juga dengan teknik simak bebas libat

cakap, di mana pembicara hanya sebagai pemerhati. Selanjutnya data

direkam dan dicatat lalu dikelompokkan pada kartu data.

Data yang diperoleh berupa data kualitatif berdasarkan analisis pada

kalimat ajakan yang telah dikumpulkan sebanyak 45 contoh kalimat pada

ungkapan ajakan bahasa Jepang dan 47 contoh kalimat pada ungkapan

ajakan bahasa Indonesia.

Penyediaan data penulis lakukan dengan studi literatur berupa jitsurei

yaitu penggunaan kalimat ajakan ~shinaika, ~shiyou dan ~shiyouka dalam

teks konkrit dalam tulisan ilmiah, novel dan sebagainya. Studi literatur

digunakan untuk memperoleh informasi dan menambah pengetahuan

penulis mengenai kalimat ajakan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia.

Pengumpulan data dilakukan dengan fleksibel, dari berbagai sumber dari

jitsurei yang kemudian dikelompokkan berdasarkan situasi dan kondisi

(23)

41

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk sumber yang berasal dari teks cerita, untuk data kalimat ajakan

dalam bahasa Jepang penulis menggunakan teks cerita yang berjudul Angel

Note karangan Tanaka Mariko dan Sora ni Naritai karangan Sakurai Ami.

Untuk sumber yang berasal dari acara televisi, penulis mengambil

contoh kalimat pada acara televisi Kisumai Busaiku 2013.08.25, 2014.02.16

dan 2014.002, drama Sprout, ItteQ 2013.08.04, dan data dari internet

chiebukuro.

Sedangkan untuk data kalimat ajakan dalam bahasa Indonesia, untuk

sumber teks cerita penulis mengambil data dari cerita Cewek dan Still

karangan Esti Kinasih, Cado-Cado 1, 2 dan 3, Perahu Kertas, Bangun Lagi

Dong Lupus dan dari blog nyunyu.com.

Data kalimat sebagai sumber data dalam penelitian ini diambil dalam

percakapan, baik itu yang terlihat seperti dalam acara televisi, maupun yang

tertulis seperti dalam teks cerita. Hal ini dimaksudkan agar data kalimat

yang dianalisis adalah percakapan natural dan tidak dibuat-buat sehingga

dapat diperoleh pemakaian kalimat ajakan yang dibutuhkan.

Data yang dikumpulkan selanjutnya diberi nomor dan kode, misalnya

data yang berasal dari novel Angel Note diberi kode AN dan halaman, Sora

ni Naritai diberi kode SN dan halaman, Cewek diberi kode CW dan

halamannya, Still diberi kode ST dan halamannya, Kisumai Busaiku diberi

kode KB dan seterusnya.

2. Teknik Analisis Data

Tahapan analisi data merupakan tahapan yang sangat menentukan

karena pada tahapan ini data hasil pengumpulan akan dianalis. Analisis

dilakukan secara terpisah, di mana kalimat ajakan dalam bahasa Jepang dan

bahasa Indonesia diamati dari sudut pandang pendekatan masing-masing

bahasa lalu dibandingkan untuk menemukan perbedaan bentuk bahasa dan

(24)

42

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan,

(Sudaryanto, 1993:13-15) dengan teknik pilah unsur penentu sebagai teknik

dasar dan menggunakan teknik hubung banding sebagai teknik lanjutannya.

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Menguraikan penjelasan kalimat ajakan bahasa Jepang dan bahasa

Indonesia dari kajian maknanya

b. Menganalisis dan mengindentifikasi perbandingan kalimat ajakan

bahasa Jepang dan bahasa Indonesia

c. Mengklasifikasikan kalimat ajakan dalam bahasa Jepang dan bahasa

Indonesia berdasarkan kajian maknanya, menganalisa dan

dipaparkan perbandingan kedua ungkapan tersebut dari

penggunaannya dalam kalimat.

d. Mengklasifikasikan kalimat ajakan dalam bahasa Jepang dan bahasa

Indonesia berdasarkan kondisi dan situasi penggunaan kalimat

tersebut.

e. Menyamakan kalimat ajakan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia

dari kajian makna yang telah dilakukan juga dari situasi

penggunaannya.

3. Teknik Penyajian Data

Hasil analisis dapat disajikan melalui dua cara, yaitu metode formal dan

informal (Sudaryanto (1993:1444-145). Dalam penelitian ini digunakan

metode informal, yaitu menggunakan kata-kata sebagai penjelasan dari

(25)

43

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

(26)

93

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis makna dari data-data yang telah dilakukan,

perbandingan ungkapan ajakan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Ungkapan ajakan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia ditentukan

penggunaan ungkapannya oleh dua kondisi berikut. Kondisi pertama

adalah ketika ungkapan yang diutarakan oleh pembicara tersebut

merupakan ungkapan yang saat itu dikatakan, dengan kata lain

pembicara sama sekali tidak mengetahui informasi sebelumnya

mengenai ajakan tersebut dan pembicara juga tidak mengetahui apakah

lawan bicara akan menerima atau tidak ajakan tersebut. Yang kedua

adalah kondisi ajakan tersebut sebelum disampaikan sudah diketahui

oleh lawan bicara mengenai informasi ajakan tersebut, yang bisa saja

ajakan tersebut merupakan ajakan yang sudah sering dilakukan

bersama-sama oleh pembicara dan lawan bicara. Pada kondisi yang

pertama ajakan dalam bahasa Indonesia ditunjukkan oleh bentuk

shinaika dan ajakan dalam bahasa Indonesia ditunjukkan oleh bentuk

gimana kalau, yaitu ungkapan ajakan yang tidak langsung menunjuk

pada ajakan tersebut melainkan ajakan tesebut disampaikan dengan

anjuran atau berupa saran. Dalam bahasa Indonesia kondisi pertama

juga dapat ditunjukkan dengan bentuk mau, yaitu bentuk yang secara

langsung menunjuk dan menanyakan langsung keinginan lawan bicara.

Dan untuk kondisi yang kedua dalam ajakan bahasa Jepang ditunjukkan

oleh bentuk shiyou dan dalam bahasa Indonesia ditunjukkan oleh

bentuk ayo. Bentuk ini dapat dikatakan sebagai bentuk yang secara

(27)

94

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Baik dalam ungkapan ajakan bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia,

untuk kondisi yang pertama keduanya menggunakan ungkapan anjuran

atau ungkapan ajakan tidak langsung untuk menunjukkannya. Namun

dalam bahasa Indonesia kondisi ini juga dapat ditunjukkan dengan

ungkapan yang secara langsung menunjuk dan menanyakan langsung

keinginan lawan bicara yang dalam bahasa Jepang, ungkapan yang

menanyakan langsung keinginan tidak dapat digunakan dalam ajakan,

karena menanyakan secara langsung kepada lawan bicara mengenai

keinginannya adalah tindakan yang tidak dibenarkan. Sedangkan dalam

bahasa Indonesia dapat menggunakan ungkapan yang menanyakan

langsung keinginan dan merupakan ungkapan yang sering digunakan

dalam ajakan bahasa Indonesia. Selain itu, bentuk mau dalam ajakan

bahasa Indonesia jika diterjemahkan dalam bahasa Jepang akan menjadi

bentuk ~tai, di mana bentuk ini juga tidak dapat digunakan dalam

ajakan bahasa jepang. Namun bentuk mau jika dilihat dari maknanya

memiliki makna yang sama dengan makna yang dimiliki oleh bentuk

ungkapan ~shinaika dalam bahasa Jepang, sehingga dengan demikian

dalam menerjemahkan bentuk mau sebagai ajakan dalam bahasa Jepang,

disarankan untuk tidak terfokus pada kata mau melainkan melihat

keseluruhan makna yang dimiliki oleh bentuk mau, dan lebih tepat jika

diterjemahkan menjadi bentuk ~shinaika dalam ajakan bahasa Jepang.

B. SARAN

Selain tiga bentuk ungkapan yang dianalisis pada penelitian ini, masih ada

bentuk ungkapan ajakan dalam bahasa Jepang lainnya yang juga dapat

digunakan dan dengan menganalisis ungkapan-ungkapan tersebut untuk dapat

menambah ungkapan yang dapat disepadankan dengan ungkapan bahasa

Indonesia lainnya tersebut. Dengan memperbanyak data yang dianalisis dan

bentuk ungkapan ajakan lainnya yang dianalisis akan menambah informasi

(28)

95

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

(29)

95

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adachi, Taro. 1995. Nihongo Ruigi Hyougen Bunpo (Shita). Miyajima, Tatsuo., dan Nitta, Yasuo., Jepang: Kuroshio Shuppan

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta:Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum (Edisi Ketiga). Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta.

Grup Jamashi. 1998. Nihongo Bunkei Jiten. Jepang: Kuroshio Shuppan

Isao, Iori., dkk. 2000. Nihongo no Bunpou Handobukku. Jepang: Three E Net Walk

Ishikawa, Yasuko. 2005. Shokyuu Nihongo Bunpo to Oshiekata no Pointo. Jepang: Three E Net Walk

Haugh, Michael,. Obana, Yasuko,. 2011. "Politeness in Japan" In: Daniel Kadar & Sara Mills (eds.) 'Politeness in East Asia', Cambridge: Cambridge University Press, pp147-175 (Book chapter)

Hida, Yoshifumi., Asada, Hideko,. 1994. Gendai Fukushi Youhou Jiten. Japan: Tokyo Dou Shuppan.

Himeno,Tomoko. 1998. Kanyuu Hyougen no Ichi ~Shiyou, Shiyouka ~Shinaika Nihongo Kyouiku 96 Go

Kagi, Shou. 2010. Modality no Taikei to Ninshiki Modality. Hakase Ronbun Kyourin Daigaku

Kawaguchi, Yoshikazu., Sakamoto, Megumi., Kabatani, Hiroshi,. 2002. Tokugun Hyougen Toshite no Sasoi. Waseda Daigaku Nihongo Kyouiku Kenkyuu

Kawakami, Kyoko. 1996. Kanyuu Hyougen ~Shinaika no Hyougen Sei. 92-102.

(30)

96

Rekha Della Fitrati, 2014

Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kumai, Hiroko. 2007. Taiguu Hyougen Shidou no Shiten [ ~tai . ~hoshii ] wo Chuushin ni Shite. Tokyo University of Foreign Studies.

Kushartanti. Yuwono, Untung. 2005. Pesona Bahasa Sebuah Langkah Awal Pengenalan Linguistik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Masuoka, Takashi., Takubo, Yukinori. 1989. Kisoo Nihongo Bunpou. Tokyo: Kuroshio Shuppan.

Matsumura, Echiko., Miyamoto, Kou., Waguri, Masako. 2000. Donna Toki Tsukau Nihongo Hyougen Bunkei 200. Jepang: Aruku

Nida, Eugene., Taber, Charles,. 1982. The Theory and Practice of Translation Volume VIII. Brill Academic Pub. Leiden

Nitta, Yasuo. 1999. Nihongo no Modality to Ninshou. Jepang: Hitsuji Shobo

Rahardi, Kunjana. 1999. Imperatif dalam Bahasa Indonesia: Penanda-Penanda Kesantunan Linguistiknya. Humaniora no.11

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik, Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:Erlangga.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Duta Wacana University Press. Yogyakarta.

Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang, Humaniora.

Takayuki, Hoko. 1999. A Contrastive of Modal Expression in English and Japanese. Ogaki Women College: NII-Electronic Library Service.

Referensi

Dokumen terkait

Berubah strukturnya karena sebagian anggota keluarga tersebut tidak lagi tinggal bersama dengan keluarganya namun dari beberapa kasus yang terdapat pada masyarakat Desa

Penelitian tentang smart parking sebenarnya sudah banyak dilakukan dengan berbagai metode dan berbagai objek, namun penelitian ini mengacu pada jurnal “A Navigation

Untuk memenuhi syarat sebagai calon lisensi, pemohon harus mengikuti kualifikasi minimal yang dianggap oleh Dewan diperlukan untuk keselamatan publik dan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka disimpulkan Rancangan Aplikasi Sms Gateway Untuk Pemesanan Pendaftaran Service Sepeda Motor menjadi solusi yang baik untuk

Ibid, hal.. 1) Dapat mengungkapkan penyebab secara internal ataupun eksternal timbulnya suatu masalah secara benar. 2) Melatih siswa untuk terampil dalam mengungkapkan

Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,

Menganalisa pengaruh variasi radius nose , depth of cut , putaran spindel pada kondisi permukaan benda kerja hasil proses permesinan bubut pada kaca.. Menganalisa pengaruh

[r]