• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Batu Bata Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar (Studi Kasus: Desa Jentera Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Batu Bata Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar (Studi Kasus: Desa Jentera Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Pustaka

Sebagian besar para petani yang tinggal di daerah pedesaan nyatanya tidak hanya melaukan pekerjaan dibidang pertanian, tetapi juga dibidang lain seperti usaha dagang, kerajinan tangan, dan industri. Perilaku tersebut timbul karena dorongan keadaan ekonomi yang kurang memuaskan sehingga mendesak anggota keluarga untuk melakukan pekerjaan lain dalam rumah tangga yang dapat menambah penghasilan keluarga atau bekerja diluar rumah yang membutuhkan tenaga mereka dengan bayaran yang telah disetujui (Sajogyo, 1996).

Keadaan ekonomi yang kurang memuaskan membuat masyarakat mengembangkan usaha industri kecil sebagai tambahan ekonomi bagi keluarga. Adapun faktor utama yang mempengaruhi peranan industri kecil di Indonesia adalah antara kecilnya modal, produktivitas tenaga kerja rendah, kemampuan memimpin perusahaan kurang dan sebagainya. Peranan industri kecil dalam pertumbuhan ekonomi negara berkembang adalah besar sekali. Di Indonesia peranan industri kecil masih rendah dalam kemampuannya menyerap tenaga kerja (Syahruddin, 1998).

Industri adalah kegiatan untuk memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Penggolongan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, dapat dibagi sebagai berikut:

(2)

berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengolah industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan. 2. Industri kecil adalah industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar lima

sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki midal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batu bata, dan industri pengolahan rotan.

3. Industri sedang adalah industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja 13 orang memiliki keterampilan tertentu dan pemimpin perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri border, dan industri keramik.

4. Industri besar adalah industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and proper test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang (Siahaan, 1996).

(3)

pasir serta serbuk gergaji melalui proses pencampuran, perbentukan bahan, pengeringan dan pembakaran. Industri batu bata mengolah sumber daya alam, dimana lokasinya berada dekat sumber bahan baku. Batu bata atau bata merah dibuat dengan bahan dasar lempung atau secara umum dikatakan sebagai tanah liat yang merupakan hasil pelapukan dari batuan keras (beku) dan batuan sedimen (Suwardono, 2002).

Tanah liat terdiri dalam beberapa jenis berdasarkan tempat dan jarak pengankutannya dari daerah asalnya, yaitu sebagai berikut:

1. Tanah liat residual yaitu tanah liat yang terdapat pada tempat dimana tanah liat tersebut belum berpindah tempat sejak terbentuk.

2. Tanah illuvial yaitu tanah liat yang telah terangkat dan mengendap pada satu tempat tidak jauh dari asalnya, misalnya kaki bukit.

3. Tanah liat alluvial atau limpa sungai yaitu tanah liat yang diendapkan oleh air sungai.

4. Tanah liat formasi adalah tanah liat yang terjadi dari endapan yang berada dilaut.

5. Tanah liar rawa adalah tanah liat yang diendapkan di rawa-rawa dan berwarna hitam.

6. Tanah liat danau adalah tanah liat yang diendapkan di danau air tawar (Murray, 2011).

(4)

Ini berarti pembuatan batu bata atau barang lain yang terbuat dari tanah liat akan merugikan pertanian, karena pada umumnya para pengusaha industry batu bata dalam mencari dan menggunakan bahan baku tidak atau kurang memperhatikan kerugian yang timbul sebagai akibat cara pengambilan bahan baku yang tidak teratur. Misalnya kerugian bagi usaha pertanian apabila dalam pengambilan tanah liat tersebut terambil pula lapisan tanah yang mengandung zat-zat penyubur tanaman (Murray, 2011).

Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama berligniselulosa yang belum termanfaatkan secara optimal dari industri pengolahan kelapa sawit. Basis satu ton tandan buah segar akan dihasilkan minyak sawit kasar sebanyak 0,21 ton (21%), minyak inti sawit sebanyak 0,05 ton (0,5%), dan sisanya merupakan limbah dalam bentuk tandan kosong, serat, dan cangkang biji yang masing-masing sebanyak 0,23 ton (23%), 0,135 ton (13,5%), dan 0,055 ton (5,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Persentase Produk dan Limbah Padat Kelapa Sawit Setiap 1 (Satu) Ton Tandan Buah segar (TBS)

Produk TBS Kelapa Sawit Jumlah (Ton)

(5)

selulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 45% menjadikan kelapa sawit sebagai prioritas untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol (Aryafatta, 2008).

Abu janjang merupakan produk akhir pembakaran Tandan Kosong pada incinerator pabrik kelapa sawit. Abu janjang bersifat sangat alkalis (pH=12), sangat higroskopis (mudah menyerap uap air dari udara), menyebabkan iritasi tangan karyawan (menyebabkan gatal dan memperparah luka), dan mengandung hara yang sangat mudah larut dalam air. Berdasarkan analisis sampel, secara umum abu janjang mengandung sedikitnya 40% K2O serta unsur hara makro dan mikro

lainnya. Untuk lebih jelasnya, unsur hara yang terkandung dalam abu janjang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Persentase Unsur Hara Yang Terkandung Dalam Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit

No. Jenis Unsur Hara Persentase

(%)

(6)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Aspek-Aspek Studi Kelayakan

Dalam melakukan studi kelayakan dibutuhkan aspek–aspek yang akan mendukung

tingkat kelayakan suatu bisnis menurut Kasmir dan Jakfar (2007:4) secara umum memprioritaskan aspek–aspek yang perlu dilakukan dalam studi kelayakan kedalam tujuh prioritas seperti yang terdapat dalam diagram pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Aspek-Aspek Kelayakan Usaha Keterangan:

a. Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek ini meneliti seberapa besar pasar yang akan dimasuki dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk mengusainya serta bagaimana strategi yang akan dijalankan nantinya.

b. Aspek Keuangan

Aspek ini menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya pendapatan yang dikeluarkan. Metode yang akan digunakan nantinya dengan Pd, NPM, B/C, BEP serta dengan rasio keuangan lainnya.

(7)

Dalam aspek ini yang diteliti adalah mengenai lokasi usaha, baik kantor pusat, cabang pabrik atau gudang serta teknologi yang akan digunakan.

d. Aspek Manajemen/Organisasi

Yang dinilai dari aspek ini adalah pengolahan usaha dan struktur organisasi yang ada.

e. Aspek Ekonomi Sosial

Aspek ekonomi adalah melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek tersebut dijalankan. Dampaknya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Demikian pula dampak sosial yang akan ada seperti tersedia sarana dan prasarana.

2.2.2 Teori Produksi

Pengertian produksi yaitu hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk mengolah atau memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002).

Elemen input dan output merupakan elemen yang paling banyak mendapatkan perhatian dalam pembahasan teori produksi. Dalam teori produksi, elemen input masih dapat diuraikan berdasarkan jenis ataupun karakteristik input (Gaspersz, 1996).

2.2.3 Faktor Produksi (Input)

Istilah faktor produksi sering pula disebut “korbanan produksi”, karena faktor

produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Dalam bahasa

(8)

input ini, berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan antara faktor produksi (input) dan produk (output) (Soekartawi, 1994).

Berikut penjelasan input yang akan dibahas dalam penelitian ini:

a. Bahan Baku

Bahan baku (raw material) adalah bahan yang digunakan dalam membuat produk dimana bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk jadinya (atau merupakan bagian terbesar dari bentuk barang) (Nata, 2014).

b. Modal

Menrut Soekartawi (1994), besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari berbagai hal, antar lain skala usaha, macam komoditas, dan tersedia atau tidaknya kredit.

c. Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhatikan (Soekartawi, 1994).

2.2.4 Biaya Produksi

(9)

Menurut Mulyadi (2005), biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga jenis biaya, yaitu:

1. Biaya bahan baku langsung (Direct Material Cost)

Suatu baiya produksi disebut biaya bahan baku langsung apabila bagian tersebut merupakan bagian yang integral, dapat dilihat dan diukur secara jelas dan mudah serta ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam wujud produk yang dihasilkan. 2. Biaya tenaga kerja langsung (Direct Labour Cost)

Suatu biaya produksi disebut biaya tenaga kerja langsung bila biaya itu dikeluarkan atau dibebankan karena adanya pembayaran upah kepada tenaga kerja yang langsung ikut serta bekerja dalam membentuk produksi akhir.Biaya ini dapat ditelusuri karena secara dapat diukur dengan waktu yang dipergunakannya dalam keikutsertaannya secara langsung membentuk produk akhir.

3. Biaya Overhead pabrik (Factory Overhead Cost)

Biaya ini adalah semua biaya pabrik yang bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang timbul dan dibebankan terhadap pabrik karena sifatnya baik sebagai bagian yang memiliki aksistensi dalam produksi akhir maupun hanya memberikan pelayanan guna menunjang, memperlancar, mempermudah, atau sebagai penggerak kegiatan itu sendiri. Umumnya biaya ini sukar ditelusuri secara konkrit dalam produk akhir

2.2.5 Pendapatan

(10)

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).

2.2Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan yang menjadi rujukan adalah Sianturi (2013) dengan judul “Analisis Usaha Pengolahan Batu Bata di Kabupaten

Deli Serdang”, dimana hasil penelitian tersebut adalah nilai R/C > 1 (1,18 > 1),

jumlah produksi batu bata berada diatas BEP produksi (84.900 >70.247,92), dan harga jual batu bata juga berada diatas BEP harga (301,67 > 252,31), yang berarti industri batu bata layak untuk diusahakan di daerah penelitian.

2.3 Kerangka Pemikiran

Industri pembuatan batu bata dengan menggunakan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar bergerak di bidang produksi batu bata. Dikarenakan bahan bakar yang digunakan adalah tandan kosong kelapa sawit, tentunya memiliki dampak bagi pengrajin batu bata dan llingkungan, baik dampak positif ataupun negatif, serta dalam pembakaran tandan kosong tersebut dihasilkan abu yang dapat dijual karena berguna sebagai bahan baku pupuk kalium, sehingga penerimaan yang diperoleh pengrajin batu bata berasal dari dua jenis produk, yaitu batu bata itu sendiri dan abu tandan kosong kelapa sawit.

(11)

pendapatan pengrajin batu bata. Pengrajin harus memperhitungkan setiap biaya produksi yang dikeluarkan agar dapat menentukan harga jual produk.

Jumlah produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi penerimaan usaha. Penerimaan yang dikurangi dengan biaya produksi akan menghasilkan pendapatan usaha tersebut. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh pengrajin batu bata tergantung dari penerimaan dan juga biaya produksinya.

Dari segala aspek yang telah dibahas, yaitu biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan, akan dilihat kelayakan usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar ini.

Skema kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

(12)

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan: : menyatakan pengaruh

2.4Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 1. Persentase Produk dan Limbah Padat Kelapa Sawit Setiap 1 (Satu) Ton Tandan Buah segar (TBS) Jumlah Persentase
Gambar 1. Aspek-Aspek Kelayakan Usaha  Aspek Manajemen

Referensi

Dokumen terkait

e. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma; nilai pribadi yang tadinya menjadi norma dalam melakukan sesuatu tindakan bergeser ke arah penyesuaian

hidupnya secara optimal, hal ini dapat dilakukan oleh seorang guru dalam melestarikan bahasa daerah pada anak.. Bahasa merupakan aspek yang penting untuk perkembangan

[r]

When you are prompted to remove the configuration file, press Enter to confirm the erase. (Pressing any other key will abort

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kesiapterapan pengguna (UMKM di Yogyakarta) dalam menerapkan teknologi basis data NoSQL menggunakan TRI. TRI dapat digunakan

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur

Dalam bukunya Introduction to Management Accounting (1996) memberikan defenisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai suatu sistem yang merupakan pendekatan kalkulasi

§   Naskah soal USBN SMP/MTs disusun oleh guru pada satuan pendidikan yang dikonsolidasikan di MGMP. §   Naskah soal USBN SMA/MA/SMK disusun oleh guru pada satuan