• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PEMBELAJARAN JIMBE PADA ANAK USIA 8 SAMPAI 12 TAHUN DI SANGGAR SENI RINGKANG SINGAPARNA TASIKMALAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES PEMBELAJARAN JIMBE PADA ANAK USIA 8 SAMPAI 12 TAHUN DI SANGGAR SENI RINGKANG SINGAPARNA TASIKMALAYA."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Fiqih Dwi Gema Kencana, 2015

PROSES PEMBELAJARAN JIMBE PADA ANAK USIA 8 SAMPAI 12 TAHUN DI SANGGAR SENI RINGKANG SINGAPARNA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Proses Pembelajaran Jimbe Pada Anak Usia 8 Sampai 12 Tahun Di Sanggar Seni Ringkang Singaparna Tasikmalaya sebagai judul penelitian membahas permasalahan tentang pemilihan tahapan materi, metode, dan hasil pada pembelajaran jimbe pada anak usia 8 sampai 12 tahun. Pembelajaran jimbe di sanggar seni ringkang tidak menggunakan kurikulum seperti di tempat belajar formil, dan pelatih mempunyai cara khusus dalam proses pembelajaran tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode deskritif yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi sesungguhnya pada proses pembelajaran jimbe melalui pendekatan kualitatif. Proses penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu persiapan penelitian, pengolahan data, dan penyusunan laporan hasil penelitian.

(2)

Fiqih Dwi Gema Kencana, 2015

PROSES PEMBELAJARAN JIMBE PADA ANAK USIA 8 SAMPAI 12 TAHUN DI SANGGAR SENI RINGKANG SINGAPARNA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

66

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Proses Pembelajaran

Jimbe Pada Anak Usia 8-12 tahun di Sanggar Seni Ringkang, Singaparna,

Tasikmalaya, maka dalam bab ini peneliti akan mengutarakan kesimpulan dari hasil

penelitian, dan metode yang digunakan pengajar dalam pembelajaran jimbe tersebut.

Peneliti menemukan bahwa materi-materi yang ajarkan kepada para anak-anak

adalah mengenai organologi, posisi tubuh serta pemegangan alat, teknik tangan

untuk pukulan jimbe, belajar membaca notasi, dan materi karya. Hal tersebut

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masing-masing anak dalam memainkan

instrument musik khususnya jimbe, dan anak-anak menjadi tahu mulai dari

organologi jimbe, teknik dasar bermain jimbe, serta mengetahui cara membaca notasi

balok berserta tanda baca.

Proses pembelajaran tersebut menggunakan metode ceramah, tanya jawab,

demonstrasi, imitasi, dan drill. Namun dalam penerapan metode pembelajaran

tersebut, pengajar pengajar lebih sering menggunakan metode demonstrasi dan

metode imitasi, dikarnakan potensi dan kemampuan anak yang terbatas untuk

membaca notasi karya rampak jimbe di Sanggar Seni Ringkang. Tetapi pengajar juga

terus menerus memberikan motivasi pada anak-anak untuk lebih giat lagi belajar

membaca notasi, dan secara bertahap anak-anak pun mulai mengerti dan tau

bagaimana cara membaca notasi, khususnya notasi pada karya rampak jimbe.

Keseluruhan dalam komponen pembelajaran memang terpenuhi, hanya saja

(3)

Fiqih Dwi Gema Kencana, 2015

PROSES PEMBELAJARAN JIMBE PADA ANAK USIA 8 SAMPAI 12 TAHUN DI SANGGAR SENI RINGKANG SINGAPARNA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

67

67

kelemahan ini berimbas pada perubahan prilaku terhadap peserta didik yang tidak

seimbang. Tiga ranah yang harus dipenuhi dalam proses pembelajaran tidak terjadi,

peserta didik hanya mendapatkan kemampuan praktis, artinya aspek psikomotor

(4)

Terpenuhi, namun proses belajar dan mengajar yang dilakukan disanggar

khususnya Sanggar Seni Ringkang tidak dapat dikatakan sebagai proses

pembelajaran, tetapi lebih cenderung bersifat suatu proses latihan atau pelatihan. Hal

ini juga diperkuat dengan proses latihan yang dialkukan oleh anggota sasaranya

adalah sebuah pertunjukan yang sudah dijadwalkan.

B. REKOMENDASI

Peneliti mengamati dalam proses Pembelajaran Jimbe Pada Anak Usia 8-12

tahun di Sanggar Seni Ringkang, Singaparna, Tasikmalaya ini sudah memiliki

tahapan dan rancangan yang baik namun alangkah lebih baik bila rancangan itu

dituangkan secara tertulis dengan menggunakan kurikulum pembelajaran. Selain itu

alangkah lebih baik apabila jadwal latihan dapat ditinjau kembali, mugkin akan lebih

efektif jika proses pembelajar jimbe dilakukan dalam satu minggu sebanyak dua kali

pertemuan, dan proses pembelajaran antara anak-anak dan dewasa tidak disamakan

dalam proses pembelajarannya, hal tersebut dikarenakan pola pikir yang berbeda.

Walaupun hanya sebuah sanggar, bila perencanaan pembelajaran dan materi

didokumentasikan dengan baik akan memberikan kontribusi yang sangat berharga

bagi sanggar maupun pengajar. Misalnya berbagai pola tabuh yang telah dibuat oleh

pengajar dibukukan atau dibuat modul dengan lebih sistematis. Bila itu dilakukan

oleh pengajar maka dalam kurun waktu tertentu pengajar akan memiliki berbagai

pola tabuh rampak jimbe yang pada akhirnya dapat dijadikan pembelajaran materi

rampak jimbe baik di Sanggar Seni Ringkang maupun diluar sanggar seni Ringkang.

Selain itu bila hal ini dilakukan, siapapun bisa mengajar disanggar seni ringkang

karena dengan adanya modul yang tersedia latihan bergantung pada pengajar yang

ada.

Sudah sepantasnya lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan seperti

UPI dan lembaga pendidikan lainya lebih mengaktualisasikan kepedulianya terhadap

sanggar-sanggar seni yang ada di daerah. Misalnya dengan mengadakan pelatihan

(5)

69

memberikan wawasan dan pengetahuan bagi para pengajar disanggar-sanggar seni

dalam meningkatkan kompetensi para anggota sanggar. Selain kegiatan pelatihan

yang perlu ditingkatkan adalah kegiatan-kegiatan pertunjukan atau festival musik

agar kesenian-kesenian yang ada dimasyarakat tetap lestari dan semakin

berkembang.

Demikian laporan skripsi ini dibuat oleh peneliti, semoga dapat bermanfaat bagi

(6)

Fiqih Dwi Gema Kencana, 2015

PROSES PEMBELAJARAN JIMBE PADA ANAK USIA 8 SAMPAI 12 TAHUN DI SANGGAR SENI RINGKANG SINGAPARNA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

69

Humaniora

Mudjono, Dimyati, M. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Musbikin, Imam. (2009). Kehebatan Musik Untuk Mengasah Kecerdasan Anak.

Jogjakarta: POWER BOOKS.

Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma baru Pembelajaran. Jakarta: kencana.

Soeharjo, A.J. (2011). Pendidikan Seni. Malang: Bayu Media Publishing.

Sudjana. Nana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sutikno, M. Sobry. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospetct.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembeajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :

Kencana

Udin S. WinataPutra dkk. 2004. Strategi belajar Mengajar. Jakarta : Universitas

Terbuka

(7)

Fiqih Dwi Gema Kencana, 2015

PROSES PEMBELAJARAN JIMBE PADA ANAK USIA 8 SAMPAI 12 TAHUN DI SANGGAR SENI RINGKANG SINGAPARNA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

70

Sadikin, Syaeful. (2009) Proses Pembelajaran Arumba Di Saung Angklung Udjo

Bandung.

Kurnia, Yanyan. L. (2007). Proses Pembelajaran Jimbe Pada Grup Jendela Ide Kids

Percussion Di Jendela Ide Bandung

https://www.youtube.com/watch?v=uFh0UXH5uM4 How to Play the Djembe : Jim

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang Waktu Erupsi Gigi Permanen Ditinjau dari Usia Kronologis pada Anak Usia 6 sampai 12 tahun di SD St.

Setelah analisis dilakukan, ditemukan hasil bahwa pembelajaran musik tradisional batak toba pada anak usia tujuh sampai dua belas tahun di sanggar Sari Uli Desa Salaon

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan anak usia 7 sampai dengan 12 tahun tentang Oral Hygiene berdasarkan karakteristik di SDN Jalan Anyar

Penelitian ini berjudul Pembelajaran Tari Pada Anak Usia Dini Di Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung.Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini:

SIMPULAN DAN SARAN Pembelajaran Tari Bedug Warnane pada Anak Usia 3-5 Tahun di Sanggar Bina Seni Tari Raksa Budaya dilaksanakan dengan beberapa tahapan, diawali dengan perencanaan

Trianto 2011:24 menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Hasil pengenalan seni tari pada anak usia dini antara lain yaitu: 1 Perkembangan Motorik anak menjadi baik, karena sering dilatih untuk bergerak 2 Anak mengenal lebih banyak

2 Bagaimana menyiapkan media pembelajaran seni lukis anak yang digunakan di sanggar Pratista?, 3 Model pembelajaran apa yang dikembangkan sehingga anak dapat berkarya seni lukis dengan