Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VII A SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh:
Lusi Agustina Kamil 1104152
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Laboratorium Percontohan
UPI Bandung)
Lusi Agustina Kamil
NIM. 1104152
Sebuah skripsi yang digunakan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© LUSI AGUSTINA KAMIL, 2015
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
JUNI 2015
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Dalam Pembelajaran IPS
(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VII A SMP Laboraturium Percontohan UPI Bandung)
Oleh
Lusi Agustina Kamil
NIM.1104152
Disetujui,
Pembimbing 1,
Dr. Nana Supriatna M. Ed. NIP. 19770602 200312 2 001
Pembimbing 2,
Dr. Ridwan Effendi, M. Ed. NIP. 196209261989041
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melalui Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Laboratorium
Percontohan UPI Bandung).” Peneitian ini memiliki tujuan utama yaitu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Hal ini didasarkan pada hasil observasi awal peneliti yang melihat bahawa pembelajaran IPS belum mampu menumbuhkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa yang merupakan salah satu keterampilan yang dibutukan untuk hidup dalam masyarakat. Adapun kelas penelitian merupakan kelas yang memiliki kemampuan kognitif yang yang baik, tetapi memiliki kecenderungan pada sikap individualis. Sementara itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Dalam desain penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart terdapat beberapa tahapan pada setiap siklusnya, yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpuan data yang digunakan yaitu observasi, catatan lapangan, dan pedoman wawancara. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) telah berhasil meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa di kelas VII A SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Hal ini terlihat dari hasil pelaksanaan penelitian yang dilakukan selama tiga siklus yang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan pada setiap siklusnya. Siswa sudah mampu berkomunikasi secara aktif dan mampu untuk bekerja sama dalam kelompok. Hasil penelitian ini dapat enjadi rekomendasi bagi pihak sekolah dan guru untuk dapat mengembangkan pembelajaran yang lebih bermakna.
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
The tittle of this paper is “Improvement of Interpersonal Communication Ability through Team Assisted Individualization (TAI) in Social Studies Teaching and Learning (Classroom Action Research at Seventh Grade A of SMP
Laoratorium Percontohan UPI Bandung)”. The main purpose of this research is to
improve student’s interpersonal communication ability through Team Assisted
Individualization (TAI). This research conducted based on the results of the pre-observation which showed that social studies has not been able to improve the ability of interpersonal communication which one of the most important abilities for students to live in their social environment. This study took place in the class which has more superiority in cognitive aspect than the other classes but has a tendency to an individualist action. The type of this research is classroom action research (CAR) which is developed by Kemmis and Mc Taggart. This design contains four steps, which are plan, act, observe, and reflect. The technique which are used for collecting data are observation, interview, and documentary study. The instruments are observation sheets, field notes, and interview. Based on the result if this classroom research, that Team Assisted Individualization (TAI) has managed to improve interpersonal communication ability of students of Seventh Grade A SMP laboratorium Percontohan UPI Bandung. This fact are observed from the result of the research inolementation during three cycles indicates a signivicant increase in each cycle. Students are able to interact, communicate and working todether as a small group in class. The results could be a recommnedation for the schools and teachers to be able to develop more contextual and meaningful learning and teaching.
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
1. Manfaat Teoritis ... 7
2. Manfaat Praktis ... 7
E. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Komunikasi ... 10
B. Komunikasi Interpersonal ... 13
C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 19
D. Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) ... 22
E. Pembelajaran IPS ... 25
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(TAI) ... 30
H. Penelitian yang Relevan ... 32
1. Tesis ... 32
2. Skripsi ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35
1. Lokasi Penelitian ... 35
2. Subjek Penelitian ... 32
B. Metode Penelitian ... 35
1. Pendekatan Kualitatif ... 35
2. Penelitian Tindakan Kelas ... 35
3. Desain Penelitian ... 38
C. Definisi Operasional ... 41
D. Instrumen Penelitian ... 42
1. Penelti ... 42
2. Pedoman Observasi ... 42
3. Pedoman Wawancara ... 46
4. Catatan Lapangan ... 46
5. Triangulasi ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
1. Observasi ... 46
2. Wawancara ... 46
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Data Kualitatif ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Deskripsi Data Penelitian ... 50
1. Deskripsi Sekolah ... 50
2. Deskripsi Kelas Penelitian ... 53
3. Deskripsi Kondisi Siswa dalam Pembelajaran ... 55
B. Deskripsi Kondisi Pra-Penlitian ... 56
C. Deskripsi Perencanaan Penerapan Model Pembeljaran Team Assisted Individualization (TAI) ... 57
D. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan ... 58
1. Siklus I ... 58
2. Siklus II ... 82
3. Siklus III ... 96
E. Deskripsi Hasil Wawancara ... 111
F. Pembahasan ... 126
1. Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VII A SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung ... 126
2. Perencanaan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) ... 127
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Assisted Individualization (TAI) ... 131
5. Kendala dan Solusi dalam Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) ... 135
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 135
A. Kesimpulan ... 137
1. Kesimpulan Umum ... 137
2. Kesimpulan Khusus ... 137
B. Saran ... 139
1. Bagi Sekolah ... 139
2. Bagi Siswa ... 139
3. Bagi Guru Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 139
4. Bagi Peneliti Selanjutnya... . 139
DAFTAR PUSTAKA ... 140 LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu A.Latar Belakang
Berdasarkan kegiatan observasi awal pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) dan diskusi kepada guru mata pelajaran IPS, kelas VII A
menunjukkan beberapa permasalahan diantaranya adalah rendahnya tingkat
kemampuan komunikasi siswa, keadaan kelas yang sangat individualis, serta
motivasi belajar siswa yang selalu berpusat pada perolehan nilai. Permasalahan
tersebut dijabarkan dalam beberapa keadaan sebagai berikut.
1. Banyak siswa yang tidak mau mengambil inisiatif untuk memulai
pembicaraan dalam suatu diskusi yang diterapkan oleh guru.
2. Sebagian besar siswa malas untuk menjadi juru bicara dalam kegiatan
presentasi.
3. Siswa masih terbata-bata dalam menyampaikan maksud dan tujuan dari
pembicaraan mereka.
4. Banyak siswa yang berbicara pada saat ada orang lain yang berbicara di
depan dan seringnya siswa menertawakan teman yang mengalami hal yang
memalukan.
5. Siswa tidak pernah memberikan apresiasi sederhana kepada teman seperti
bertepuk tangan setelah mendengarkan presentasi teman-temannya.
6. Hampir seluruh siswa memilih teman kelompok berdasarkan jenis kelamin
dan “geng” bermain mereka sehari-hari.
Dari pemaparan keadaan kelas tersebut dapat disimpulkan bahwa sebenarnya
beberapa permasalahan tersebut mempengaruhi dan berpusat pada satu penyebab,
yaitu rendahnya kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Rendahnya
kemampuan komunikasi interpersonal siswa membuat masing-masing siswa sulit
bergaul dengan teman diluar “zona pertemanan” mereka, dan akhirnya
menyebabkan keadaan kelas yang individualis dan sulit untuk bekerja sama.
Ditambah lagi dengan gaya belajar siswa yang selalu berpusat pada perolehan
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menimbulkan tekanan yang bisa menjadi pemicu frustrasi. Karena sebagai remaja
yang masih berada dalam masa peralihan, motivasi dan tingkat emosi siswa sangat
fluktuatif dan sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang beragam. Oleh karena
itu penting bagi guru untuk memfasilitasi siswa dengan suatu proses pembelajaran
IPS yang selain meningkatkan kemampuan kognitif siswa, tetapi juga tidak
mengesampingkan aspek penanaman pengalaman dan kompetensi sosial siswa
sebagai bekal untuk memasuki lingkungan sosial yang lebih kompleks. Karena
sejatinya pembelajaran IPS bukan semata diartikan sebagai proses penyampaian
materi yang kemudian diukur degan angka semata, tetapi lebih menekankan pada
proses penempaan karakter sosial dan pengalaman siswa.
Sebagai mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), IPS memiliki tugas utama
mempersiapkan kemampuan peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai agar siswa mampu berpatisipasi aktif dalam kehidupan
sosial dan masyarakat. IPS menjadi solusi bagi pengembangan aspek kognitif
sekaligus keterampilan sosial siswa. Namun hal tersebut juga membuktikan
bahwa pembelajaran IPS di kelas VII A belum optimal.
Salah satu kompetensi sosial yang dibutuhkan siswa dalam lingkungan
sosialnya adalah kemampuan komunikasi interpersonal. Arni Muhammad (2005,
hlm. 159) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi suatu
bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan interaksi
secara tatap muka ataupun bermedia dan balikannya dapat diketahui secara
langsung
Komunikasi interpersonal yang efektif sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya bagi siswa di sekolah. Suranto (2011, hlm. 93) menjelaskan
bahwa komunikasi interpersonal bisa mengarahkan siswa kepada hal positif dan
negatif. Komunikasi interpersonal yang positif akan mengarahkan pada perilaku
prososial dan kooperatif yang ditandai dengan munculnya sikap penghargaan
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam hal ini IPS memegang peranan penting bagi peningkatan kemampuan
komunikasi interpersonal siswa. Karena komunikasi interpersonal tercantum
dalam tujuan pembelajaran IPS yang tertuang dalam Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut.
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Sebagaimana tercantum dalam SK dan KD Pembelajaran IPS di atas,
pembelajaran IPS diaharapkan mampu membentuk pribadi siswa yang selain
mampu memahami konsep-konsep intelektual, peka terhadap keadaan lingkungan
mereka, mampu berkontribusi dalam pemecahan masalah sehari-hari, juga
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dalam berbagai tingkat masyarakat.
Kemampuan berkomunikasi dalam masyarakat sangat erat kaitannya dengan
pembentukan karakter siswa. Siswa dengan kemampuan komunikasi yang tinggi
akan mudah bersosialisasi. Kemampuan inilah yang kemudian akan membantu
siswa dalam memenuhi tugas perkembangannya.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (2006, hlm. 10) salah satu tugas perkembangan
remaja adalah mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya mereka
serta mencapai kemandirian dalam berperilaku dalam lingkungan sosial. Dalam
mencapai tujuan perkembangan tersebut, selain dukungan dari agen sosialisasi
yang optimal juga dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik. Apabila kedua
aspek ini tidak saling mendukung maka dikhawatirkan akan munculnya masalah
pada tahapan perkembangan siswa selanjutnya Dengan demikian sekolah sebagai
agen sosialiasasi sekaligus tempat dimana siswa menghabiskan sebagian besar
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam rangka mengatasi permasalahan komunikasi interpersonal yang
dikhawatirkan menghambat tugas perkembangan siswa, serta sebagai upaya
optimalisasi pembelajaran IPS, perlu adanya suatu variasi dalam pembelajaran
IPS. Variasi tersebut dapat diterapkan dalam model, metode dan strategi
pembelajaran. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional
bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Salah satu variasi dalam proses pembelajaran yang sekaligus mengatasi
permasalahan dalam kelas adalah metode pembelajaran Kooperatif (Pembelajaran
Kooperatif) tipe Team Assisted Individulaization (TAI). Slavin dalam Isjoni (2009,
hlm. 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Pembelajaran
kooperatifjuga menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu
siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif
antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif Rohman, 2009, hlm. 186).
Team Assisted Individualization (TAI) memiliki dasar pemikiran bahwa siswa sebagai individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam kemampuan
maupun pencapaian prestasi. Agar tujuan pembelajaran mampu diselesaikan oleh
setiap siswa, guru memerlukan suatu model pembelajaran yang mampu
mengakomodasi diversitas kemampuan siswa tersebut, oleh karena itulah Team
Assisted Individualization (TAI) diterapkan.
Dalam pelaksanaannya, Team Assisted Individualization (TAI) memiliki 8
tahapan yang membedakannya dengan tipe pembelajaran kooperatif lainnya, yaitu
1) placement test, yaitu untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan sebagai
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
student creative, yaitu sebelum siswa bekerja dalam kelompoknya, terlebih dulu masing-masing berusaha memahami serta mencoba mengerjakan tugas secara
individu, 5) team study, yaitu siswa mengerjakan dan membahas tugas dalam
kelompok, 6) wholeclass unit, yaitu anggota kelompok mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya, 7) fact test; guru memberikan tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa, 8) team score and team recognition, yaitu guru
menghitung skor kelompok di setiap akhir pembelajaran untuk menentukan
penghargaan kelompok. Dalam prose diskusi, team study dan whole-class unit,
siswa dituntut untuk memiliki keterampilan dalam berinteraksi dalam kelompok,
sehingga secara tidak langsung siswa bisa mengasah dan mengembangkan
keterampilan komunikasi interpersonal mereka.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Melalui Model Pembelajaran Team Assisted Individualization” (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas VII A Sekolah Menengah Pertama
Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung).
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah : Bagaimana
meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VII A Sekolah
Menengah Pertama Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia
dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI)?
Adapun lebih khusus dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengapa kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VII A SMP
Laboratorium Percontohan UPI Bandung rendah?
2. Bagaimana guru mendesain model pembelajaran Team Assisted
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
interpersonal siswa di Kelas VII A SMP Laboratorium Percontohan UPI?
4. Bagaimana kendala dan upaya guru dalam menghadapi kendala saat
menerapkan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa di Kelas
VII A SMP Laboratorium Percontohan UPI?
5. Bagaimana efektivitaskemampuan komunikasi interpersonal siswa setelah
pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI)?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran aksi
dan interaksi siswa serta perkembangan kemampuan komunikasi interpersonal
siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Pembelajaran Team
Assisted Individualization. Perubahan sikap yang diharapkan dari tujuan yang
dimaksud adalah:
1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan komunikasi
interpersonal siswa kelas VII A SMP Laboratorium Percontohan UPI
Bandung.
2. Mendesain model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
dalam meningkatkan interaksi interpersonal siswa kelas VII A SMP
Laboratorium Percontohan UPI Bandung.
3. Melaksanakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
dalam meningkatkan interaksi interpersonal siswa kelas VII A SMP
Laboratorium Percontohan UPI Bandung.
4. Mengkaji kendala dan upaya guru saat menerapkan model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI) dalam meningkatkan interaksi interpersonal siswa kelas VII A SMP Laboratorium Percontohan UPI
Bandung.
5. Mengetahui perubahan karkter siswa setelah penerapan Model Pembelajaran
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan sarana
informasi bagi dunia pendidikan dalam upaya meningkatkan pembelajaran di
sekolah.
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi siswa, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal
siswa dalam pembelajaran.
b. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana dalam memperluas wawasan
keilmuan mengenai model pembelajaran yang lebih bervariatif.
c. Bagi guru, penelitian ini diharapkan menjadi alternatif perbaikan
pembelajaran IPS dan meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan
pengembangan profesinya.
d. Bagi sekolah, menjadi gambaran bagi sekolah bahwa untuk
meningkatkan mutu pendidikan dalam sekolah salah satunya adalah
dengan meningkatkan kualitas pembelajaran.
E.Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai istilah-istilah dalam rumusan
masalah dalam penelitian ini, maka perlu dikemukakan definisi operasional
sebagai berikut.
1. Kemampuan komunikasi interpersonal diartikan sebagai kemampuan untuk
melakukan komunikasi secara efektif yang meliputi kemampuan untuk
memulai suatu hubungan interpersonal, kemampuan membuka diri,
kemampuan untuk memberikan bersikap asertif, empati serta kemampuan
mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain.
2. Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)merupakan
model pembelajaran dimana siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok
kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
fact test, team scores and team recognition. Keterlaksanaan model pembelajaran diukur menggunakan lembar observasi keterlaksaan model
pembelajaran.
3. Mata Pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari
mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta pelajaran ilmu sosial
lainnya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi yang berisi rincian tentang urutan penulisan.
Sistematika penulisan penelitian ini meliputi lima bab, BAB I yaitu pendahuluan.
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan.
Pada BAB II yaitu Kajian Pustaka yang berisi uraian mengenai Komunikasi
Interpersonal, Metode Pembelajaran Team Assisted Individulaization, dan
Pembelajaran IPS
Pada BAB III membahas mengenai Metodologi Penelitian. Pada bab ini
penulis menjelaskan pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan,
subjek penelitian, teknik pengolahan dan analisis data dan tahap-tahap data
penelitian.
Pada BAB IV membahas mengenai Hasil dan Pembahasan Penelitian. Pada
bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan mengenai
gambaran umum peningkatan kemampuan komunikasi interpesonal siswa melalui
metode pembelajaran Team Assisted Individulaization.
Pada BAB V membahas mengenai Kesimpulan dan Saran. Pada bagian ini
penulis berusaha mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup
dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam
skripsi.
Di bagian akhir penulisan, penulis melampirkan daftar pustaka dan
lampiran-lampiran lain yang mendukung selama penelitian berlangsung, disertai pula
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi
Penelitian di lakukan di SMP Laboratorium Percontohan Universitas
Pendidikan Indonesia di Jln. Senjayaguru Kampus Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung. SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan
Indonesia dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan sekolah dimana
peneliti melakukan praktek mengajar dan memiliki nilai rata-rata yang baik
dalam bidang pendidikan. Selain itu, penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization belum pernah diterapkan
disekolah ini. Sehingga peneliti memilih menerapkan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization di SMP Laboratorium
Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Subjek
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas VII A SMP
Laboratorium Percontohan UPI Bandung, yang terletak di kompleks
Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian ini memfokuskan pada penerapan
model pembelajaran koopeeratif tipe Team Assisted Individualization untuk
mengembangkan komunikasi interpersonal siswa dalam pembelajran IPS.
Dalam hal ini peneliti berkolaborasi dengan guru sebagai mitra peneliti.
B.Metode Penelitian 1. Pedekatan Kualitatif
Dalam melaksanakan suatu penelitan yang baik, diperlukan pendekatan dan
metode yang sesuai. Pada penelitian peningkatan komunikasi interpersonal
melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.
Selain itu, Denzin dan Lincoln (dalam Satori dan Komariah, 2010,
hlm.23-24) juga memberikan pandangan, bahwa pendekatan kualitatif adalah:
Penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki, penelitian kualitatif memiliki keunikan tersendiri sehingga berbeda dengan penelitian kualitatif.
Pendapat lain yang mengemukakan pendekatan kualitatif diungkapkan oleh
Mulyana (dalam Satori dan Komariah, 2010, hlm.23) yang mengatakan bahwa:
Pendekatan kualitatif cenderung mengarah pada penelitian yang bersifat naturalistic fenomenologis dan penelitian etnografi. Karenanya seringkali penelitian kualitatif dipertukarkan dengan penelitian naturalistik atau naturalistic inquiry dan etnografi dalam antropologi kognitif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan kualitatif merupakan suatu pendekatan yang bersifat alamiah dan
lebih menekankan kepada fakta-fakta yang ditemukan di lapangan.
Penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
pendekatan kuantitatif. Adapun karakteristik penelitian kualitatif menurut
Sugiyono (2012, hlm. 13) adalah sebagai berikut.
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah menentukan pendekatan, untuk mencapai tujuan penelitian peneliti
menentukan metode yang sesuai. Sukmadinata (2012, hlm. 52) menjelaskan
bawa metode penelitian merupakan serangaian kegiatan pelaksanaan penelitian
yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan
ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
2. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom
Action Research merupakan suatu metode penelitian yang pertma kali dikembangkan oleh Kurt Lewin dan kemudian dikembangkan oleh beberapa
ahli lainnya seperti Kemmis dan Mc Taggart dan Dave Butt.
Hopkins dalam Wiriaatmadja (2012, hlm. 11) mendefinisikan PTK sebagai
berikut:
Penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Selain itu, Rapoport (dalam Wiriaatmadja, 2005, hlm.11) menjelaskan
definisi PTK sebagai berikut:
Penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu social dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.
Sedangkan pendapat lain mengenai penelitian tindakan juga dikemukakan
oleh Ebutt (dalam Wiriaatmadja, 2005, hlm.12) yang mengatakan bahwa:
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa PTK
merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuannya, maupun memperbaiki dan menyempurnakan
kegiatan pembelajaran dalam kelas. PTK mengacu pada asumsi bahwa guru
merupakan instrumen kunci yang paling mengetahui berbagai permasalahan di
dalam kelas. Sehingga diharapkan dengan PTK dapat turut meningkatkan
kepekaan tenaga pendidik terhadap keadaan pembelajaran. PTK juga
memberikan pembeda bahwa penelitian tidak seharusnya selalu didasarkan
pada teori, tetapi bisa juga berdasarkan pada keadaan lapangan.
3. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk
siklus yang mengacu pada model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart, yang
terdiri dari tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan
(observe),dan refleksi (reflect) yang kemudian membentuk suatu siklus (Wiriatmadja, 2005, hlm. 66)
Gambar 3.1
Model Siklus Spiral PTK oleh Kemmis dan Mc Taggart
(dalam Wiriatmadja, 2005, hlm. 66)
Langkah-langkah siklus pelakasanaan penelitian yang dilakukan peneliti
secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan (Plan)
Pada tahap ini peneliti melakukan rencana awal dengan mencari semua
informasi dari hasil diskusi dengan guru yang bersangkutan (selaku mitra
peneliti), guru Bimbingan dan Konseling, serta siswa (sebagai sasaran
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
identifikasi masalah hingga ditentukan rumusan masalah. Selanjutnya,
bekerja sama dengan guru yang bersangkutan, peneliti membuat rencana
pelaksanaan tindakan seperti membuat rencana pelaksanaan pengajaran
yang memuat langkah-langkah model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI)hingga menyusun evaluasi pembelajaran dan juga menyusun instrument penelitian yang diperlukan. Adapun secara rinci akan
dijelaskan sebagai berikut:
1) Menghubungi pihak sekolah tempat penelitian akan
dilaksanakanuntuk meminta kesediaannya diadakan penelitian.
2) Diskusi dengan guru mata pelajaran IPS, guru Bimbingan da
Konseling serta siswa guna mengetahui berbagai permasalahan yang
terjadi selama proses pembelajaran untuk kemudian mengusulkan
solusi, dan meminta kesediaan beliau untuk menjadi mitra dalam
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
3) Studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan tersebut
4) Menyusun proposal penelitian dan mengajukannya ke tim skripsi.
5) Seminar proposal penelitian.
6) Menyusun Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Skenario Pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI).
7) Membuat dan menyusun indikator keterlaksanaan model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI)dan indikator ketercapaian kemampuan komunikasi interpersonal.
8) Melakukan observasi awal untuk mengetahui kondisi awal sekolah
dan kelas.
b. Pelaksanaan Tindakan (Act)
Setelah melakukan persiapan, selanjutnya peneliti mulai melakukan
tindakan kelas dengan mengacu pada perencanaan yang telah disusun. Yaitu
dengan menerapkan metode inkuiri sosial untuk menumbuhkan
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tindakan yaitu guru IPS yang bersangkutan. Adapun secara rinci dijelaskan
sebagai berikut:
1) Menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization
(TAI)dalam pembelajaran sesuai dengan yang terrencana dalam RPP
yang telah disusun.
2) Menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebagai
acuan pengamatan keterlaksaan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI)dan ketercapaian kemampuan komunikasi
interpersonal siswa selama penerapan model.
3) Melakukan diskusi dengan mitra penelitian terhadap hasil observasi
untuk kemudian menjadi bahan acuan perbaikan di tindakan
selanjutnya.
4) Perencanaan perbaikan tindakan brdasarkan hasil diskusi dengan mitra
penelitian.
5) Menganalisis dan mengolah data yang telah didapatkan dari oenerapan
tindakan yang telah dilaksanakan,
c. Observasi (Observe)
Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan data secara langsung. Peneliti
bersama mitra melakukan pengamatan berdasarkan lembar observasi yang
sudah dipersiapkan sebelumnya dan mencatat berbagai aktivitas siswa
selama pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan melihat tiga
aspek yaitu
1) Kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) pada pembelajaran IPS;
2) Aktivitas siswa terhadap pembelajaran IPS ketika diterapkan model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI); dan
3) Cara siswa dalam menerima materi pembelajaran dengan model
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Refleksi Tindakan (Reflection)
Refleksi ini dilakukan setelah pelaksanaan tindakan telah selesai
dilakukan. Refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji hasil data yang
diperoleh saat observasi dilakukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk
dijadikan bahan pertimbangan selanjutnya dalam pembuatan rencana
tindakan pada tahap siklus selanjutnya. Peneliti melakukan refleksi dengan
cara sebagai berikut:
1) Mengecek kelengkapan untuk proses kegiatan pembelajaran dan
instrument penelitian
2) Mendiskusikan serta menganalisis hasil data yang telah diperoleh saat
melakukan observasi
3) Menyusun kembali rencana pelaksanaan tindakan untuk siklus
tindakan selanjutnya dengan mempertimbangkan hasil refleksi pada
siklus tindakan pertama
C.DEFINISI OPERASIONAL
Supayatidakterjadiperbedaanpersepsimengenaidefinisioperasionalvariabelpenel
itian yang digunakandalampenelitianini, definisi operasional variabel penelitian
yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi interpersonal diartikan sebagai kemampuan untuk
melakukan komunikasi secara efektif yang meliputi kemampuan untuk
memulai suatu hubungan interpersonal, kemampuan membuka diri,
kemampuan untuk memberikan bersikap asertif, empati serta kemampuan
mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain.
2. Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) ini
dikembangkan oleh Robert E. Slavin dalam karyanya Cooperatine
Learning: Theory, Research and Practice. Ciri khas pada model
pembelajaran ini adalah: setiap siswa secara individual belajar model
pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
D.INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen Penelitian diperlukan dalam tahap pengumpulan data. Untuk
memperoleh data ini dibutuhkan instrumen yang menunjang. Dalam penelitian
kualitatif, instrumen kunci adalah peneliti atau guru itu sendiri (human
instrument) dan terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan (Sugiyono, 2012, hlm. 222). Karena dalam penelitian
kualitatif, peneliti harus melakukan pengamatan secara mendalam sehingga
informasi dan data yang diperlukan lebih valid.
Alat yang menjadi penunjang alat pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Peneliti
Dalam penelitian kualitatif peneliti memegang kunci yang sangat penting
dalam pelaksanaan penelitian (Kunandar, 2010, hlm. 135). Hal ini dikarenakan
peneliti sebagai guru, yang melaksanakan, mengumpulkan data, menganalisis,
menafsirkan, serta menjadi pelapor terhadap hasil penelitian yang telah
dilakukan.
2. Pedoman Observasi
Nazir (2011, hlm. 175) menjelaskan bahwa pengumpulan data dengan
observasi langsung adalah proses pengumpulan data tanpa menggunakan atau
membutuhkan pertolongan lainnya. Adapun kriteria observasi adalah sebagai
berikut:
a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang tekah direncanakan.
c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lembar observasi digunakan dalam proses pengamatan selama
pelaksanaan tindakan. Saat pelaksanaan tindakan, peneliti memberikan
tugas yang harus dikerjakan oleh siswa baik secara individu maupun
kelompok. Lembar observasi mengukur kemampuan siswa dalam mencapai
indikator-indikator kemampuan komunikasi interpersonal. Lembar
observasi juga bertujuan untuk mengamati performance siswa dalam
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1
Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
No. Indikator Aspek yang Diamati Aspek Penilaian
B C K
1. Keterbukaan
Siswa bersedia
mengungkapkan pendapatnya
sendiri secara spontan.
Siswa memulai pembicaraan
dengan orang.
2. Empati
Siswa mengucapkan pujian
kepada kelompok lain yang
lebih baik.
Siswa mengucapkan terima
kasih setelah menerima
bantuan dari orang lain.
3. Sikap
Mendukung
Siswa tidak memotong
pembicaraan orang lain.
Siswa mau mendukung
pendapat orang lain yang
dianggap benar.
Siswa bersedia berpihak pendapat lain yang lebih benar
jika diperlukan.
4. Sikap Positif
Siswa berani mengungkapkan
rasa setuju dan tidak setuju
dengan sopan.
5. Kesetaraan
Siswa secara aktif bertukar pendapat dengan teman
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2
Lembar Observasi Keterlaksaan Model PembelajaranTeam Assisted Individualization (TAI)
No. Tahap Deskripsi Kegiatan
Keterlaksanaan
Keterangan Ya Tidak
1. Tahap 1
Placement test Guru meminta siswa untuk duduk bersama kelompoknya dan
berhadap-hadapan dengan kelompok lain.
2. Tahap 2
Teams
3. Tahap 3
Teaching group
Guru membagikan format skor Ular
Tangga dan menjelaskan aturan
permainan.
4. Tahap 4
Student creative
Siswa membuat pertanyaan dan
jawaban untuk permainan Ular
Tangga. Pertanyaan ini harus berisi
materi Interaksi dan Sosialisasi.
5.
Tahap 5
Team study
Siswa bersama kelompoknya
mempelajari materi Interaksi dan
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Tahap 6
Whole class unit
Siswa bersama kelompoknya bermain
Ular Tangga
7. Tahap 7
Fact test
Guru memberikan posttest kepada
siswa mengenai materi Interaksi dan
Sosialisasi
8.
Tahap 8
Team scores and team recognition
Guru memberikan pernghargaan
kepada kelompok super dan
memberikan motivasi kelompok yang
lain.
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data berupa gambaran
yang tidak bisa diamati dengan lebar observasi. Pedoman wawancara
berbentuk daftar pertanyaan yang diajuka baik kepada siswa, guru maupun
pihak-pihak terkait mengenai pelaksanaan pembelajaran, pengetahuan serta
pengalaman yang diperoleh oleh siswa maupun guru selama pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI). 4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dibuat oleh peneliti berdasarkan pada hal-hal yang terjadi
selama penerapan model pembelajaran Team Asissisted Individualization (TAI).
Perbedaan catatan lapangan dengan lembar observasi adalah pada catatan
lapangan, peneliti menuliskan seluruh aspek mulai dari proses pembelajaran di
kelas, cara guru mengelola kelas, hingga hubungna interaksi yang tejadi antara
siswa maupun guru secara keseluruhan.
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). Observasi
dilakukan dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan berpedoman
pada lembar observasi yang telah disusun oleh peneliti dan guru mitra sebagai
observer.
2. Wawancara
Wawancara bertujuan untuk memperoleh data yang tidak bisa diamati
secara langsung oleh peneliti, baik sebelum, selama, maupun setelah penerapan
model pembelajaran. Selain itu, wawancara juga dapat membantu peneliti
untuk mengetahui pendapat siswa maupun respon guru terhadap pembelajaran
IPS dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mencari penguatan terhadap data-data yang
telah diperoleh selama proses pembelajaran. Selain itu, dokumentasi juga
membantu mengungkap fakta yang terjadi selama prose pembelajaran, yang
luput dari pengamatan peneliti maupun observer.
F. Analisis Data
Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut
dianalisis. Sugiyono (2010, hlm.244) mendefinisikan analisis data sebagai berikut:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang kurang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang diceritakan kepada orang lain
Miles dan Huberman (dalam Baswori dan Suwandi, 2008, hlm.209)
menjelaskan bahwa ada 3 kegiatan yang dilakukan dalam analisis data yaitu
sebagai berikut:
1) Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pengabstrakan dan penginformasian data dari lapangan yang masih dalam bentuk data kasar
2) Display data, sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan
3) Pengambilan kesimpulan (verivikasi), langkah terakhir dari kegiatan adalah kesimpulan yang dilakukan oleh peneliti dengan maksud untuk mencari makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari hal-hal yang penting
Adapun langkah-lagkah pengolahan data dijelaskan sebagai berikut:
1. Data Kuantitatif.
Pengolahan data untuk mengukur kemampuan komunikasi interpersonal
siswa dilakukan secara kuantitatif yaitu penskoran. Rumus yang digunakan
adalah:
Persentase =Jumlah siswa yang terlibatJumlah seluruh siswa × %
Dari perhitungan rata-rata tersebut nilai keberhasilan terjadi ketika nilai
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3
Rata-rata (Persentase)
Persentase Skor Persentase
P > 80% Sangat Tinggi
60% < P ≤ 80% Tinggi
40% < P ≤ 60% Sedang
20% < P ≤ 40% Rendah
P < 20% Sangat Rendah
Sumber: Diadaptasi dari Arikunto (1987, hlm. 68)
2. Data Kualitatif
Pengolahan data secara kualitatif dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Data-data yang sudah dikumpulkan dengan menggunakan berbagai
instrumen dipilah dan diberi kode menurut jenis dan sumbernya.
b. Peneliti melakukan intrepretasi pada keseluruhan data untuk
memudahkan dalam proses deskripsi temuan penelitian.
c. Pengolahan data sesuai dengan jenisnya.
d. Validasi data, Adapun cara lain menggambarkan reliabilitas dan validitas
menurut Patilima (2011, hlm.97-98) yaitu sebagai berikut :
1) Triangulasi data-data akan dikumpulkan melalui sumber majemuk untuk memasukan data pengamatan, wawancara, dan diskusi kelompok terfokus;
2) Pemerikasaan anggota informan akan berperan sebagai pemeriksa sepanjang proses analisis;
3) Pengamatan jangka panjang dan berulang di lokasi penelitian-pengamatan tetap berulang;
4) Klarifikasi prasangka peneliti
5) Mempertimbangkan masalah-masalah dari informan
6) Menyediakan alas an untuk keputusan mereka menyediakan
masukan atau tidak;
7) Menjelaskan bagaimana mereka mengetahui tentang masukan,
jenis masukan, dan mengapa;
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sedangkan menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 168-171)
menyatakan bahawa validasi data dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan
berikut:
1) Member Check, yaitu memeriksa kembali keteragan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasuber, siapapun juga (Kepala Sekolah, Guru, Teman sejawat guru, siswa, pegewai administrasi sekolah, orang tua siswa dan lain-lain).
2) Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang anda sendiri timbulkan dengan membandingkan hasil orang lain.
3) Saturasi, yakni situasi pada waktu data sudah jenuh.
4) Eksplanasi saingan, eksplanasi saingan bukanlah menyanggah atau mencari kesalahan peneliti saingan, melainkan mencari data yang mendukung.
5) Audit Trail, yaitu memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau pengamat mitra peneliti lainnya.
6) Expert Opinion, yakni meminta pendapat kepada pakar atau pihak yang dianggap ahli dalam penelitian tindakan kelas. Pakar ini memriksa tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan.
Pada penelitian ini, teknik validasi data yang digunakan oleh peneliti adalah
Member Check, Triangulasi, Audit Trail, dan Expert Opinion. Dalam Member Check, peneliti memeriksa kembali data-data yang telah diperoleh dari narasumber penelitian, yaitu guru mata pelajaran IPS Kelas VII A SMP
Laboratorium Percontohan UPI Bandung selaku guru mitra, dan Guru
Bimbingan dan Konseling yang bertugas di Kelas VII A SMP Laboratorium
Percontohan UPI Bandung. Selanjutnya pada triangulasi, peneliti
menggunakan data triangulasi dari sudut pandang guru IPS, siswa kelas VII A
SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung dan peneliti sendiri.
Pada Audit Trail, peneliti menggunakan data dari catatan lapangan dan
dokumentasi selama penelitian. Dan terakhir pada Expert Opinion, peneliti
meminta saran dan bimbingan dari dosen pembimbing mengenai keseluruhan
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah
dilakukan di kelas VII A SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Secara
garis besar bab ini akan menjabarkan kegiatan-kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) sebagaimana yang sudah direncanakan didesain penelitian. Kegiatan
tersebut meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
refleksi tindakan untuk mencapai peningkatan kemampuan komunikasi
interpersonal siswa melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization
(TAI).
A.Deskripsi Data Penelitian 1. Deskripsi Sekolah
SMP Laboratorium Percontontohan UPI berlokasi pusat lingkungan kampus
Universitas Pendidikan Indonesia, tepatnya di di Jl. Senjayaguru No. 1 Kampus
UPI Bandung. Pendirian sekolah ini merupakan realisasi dari kebutuhan bagi
Universitas Pendidikan Indonesia yang notabene merupakan universitas
pendidikan untuk mengkaji, mengembangkan dan melakukan pengujian bagi
berbagai inovasi dalam bidang pendidikan.
a. Sarana dan Prasarana
Dari segi bangunan, gedung sekolah SMP Laboratorium Percontohan
UPI Bandung terletak di dalam kompleks sekolah mulai dari TK, SD,
SMP,dan SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Apabila
dibandingkan dengan gedung sekolah TK, SD, dan SMA gedung ini terlihat
lebih sederhana dengan dua lantai dan ruang kelas yang saling berhadapan.
Berbeda dengan sekolah lain dimana masing-masing kelas memiliki
ruangan sendiri, SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung menerapkan sistem “Moving Class” dimana ruang kelas dipergunakan berdasarkan mata pelajarannya. Misalnya, saat mata pelajaran Matematika, siswa akan
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mata pelajaran selanjutnya adalah IPS, maka setelah pembelajaran
Matematika selesai, siswa akan berpindah ke ruang kelas IPS, dan
seterusnya.
Lokasi sekolah yang berada dekat dengan lingkungan mahasiswa UPI
dan siswa SMA membuat mereka terbiasa melihat pola interaksi mereka.
Kebiasaan ini kemudian terbawa dalam pergaulan mereka sehari-hari dalam
lingkungan sekolah, dimana komunikasi antara guru dengan siswa yang
umumnya bersifat kaku, menjadi lebih santai dan lebih intens. Pola ini
terlihat sangat jelas pada hubungan siswa dengan guru baru, guru praktikan,
maupun guru dengan usia yang lebih muda. Siswa khususnya siswa kelas
VII A jarang melakukan komunikasi secara intens dengan guru-guru yang
lebih senior.
Sistem “Moving Class” yang diterapkan oleh sekolah juga sedikit banyak mempengaruhi komunikasi interpersonal siswa. Siswa pada umumnya
sering menngunakan waktu pergantian pelajaran untuk mengobrol dan
bercanda dengan teman-temannya, tetapi dengan sistem “Moving Class”
waktu luang di antara pembelajaran tersebut harus mereka gunakan untuk
berpindah ke kelas selanjutnya.
Dari segi prasarana sekolah, SMP Laboratorium Percontohan UPI
Bandung termasuk ke dalam kategori baik sekali. Dalam setiap kelas,
sekolah sudah memberikan berbagai peralatan yang menunjang
pembelajaran, seperti Projector dan kabel nya, Peta dalam berbagai jenis
dan ukuran, kompas dan atlas sejarah maupun dunia, alat-alat kerajinan
tangan, dan mading kelas. Hal ini merupakan keharusan bagi sekolah untuk
menunjang keterlaksanaan berbagai inovasi dalam pembelajaran yang
dilakukan di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung.
Ketersediaan sarana dan parasarana ini memudahkan guru maupun siswa
dalam melaksanakan proses pembelajaran, keadaan ini juga membuat setiap
setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam berprestasi dalam
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dimana siswa kelasnya merupakan anak-anak dengan kemampuan kognitif
dan bahasa inggris yang lebih baik membuat siswa kelas lain jarang
berinteraksi dengan siswa kelas VII A.
b. Kegiatan Intrakulikuler dan Ekstrakurikuler
SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung menggunakan kurikulum
nasional dan muatan lokal yang ditetapkan sekolah. Kurikulum yang
digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
Untuk memperkuat penguasaan bahan ajar intrakurikuler, diberikan jam
pelajaran tambahan berupa kegiatan ko-kurikuler pada beberapa mata
pelajaran, yaitu bahasa Inggris (Bilingual Teaching), bahasa Jepang,
Matematika, dan baca tulis Al-Quran.
Meskipun sekolah menggunakan kurikulum KTSP 2006 tetapi sekolah
juga menyisipkan komponen-komponen kurikulum 2013 dalam
pembelajaran, misalnya dengan anjuran kepada guru mata pelajaran untuk
menggunakan pendekatan saintifik dalam pelaksanaan pembelajaran dan
proses penilaian. Hal ini berpengaruh kepada interaksi guru dan siswa dalam
pembelajaran, dimana guru tidak selalu menyampaikan materi pembelajaran
tetapi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi untuk
menyelesaikan suatu permasalahan secara mandiri. Namun dalam penilaian
pembelajaran, guru masih melihat kepada aspek kognitif dibandingkan
dengan aspek afektif dan psikomotorik siswa.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memfasilitasi
siswa dalam belajar secara mandiri dengan menggunakan 5W + 1H. Dengan
pendekatan ini siswa mampu mengembangkan kemampuan komunikasi
mereka seperti bertanya dan menyampaikan pendapat dalam pembelajaran.
Namun strategi pembelaaran yang bersifat individualis membuat
komunikasi yang terjalin hanya terjadi antara siswa dan guru, sedangkan
komunikasi antar siswa kurang terjalin dengan baik. Strategi pembelajaran
individualis mencipatakan suatu pembelajaran kompetetif yang berorientasi
Lusi Agustina Kamil, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDVIDUALIZATION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya dalam aspek ekstrakurikuler, SMP Laboratorium
Percontohan UPI Bandung menyediakan berbagai jenis kegiatan yang
memfasilitasi minat dan bakat siswa, seperti English Conversation (English
Club&Bilingual Teaching), Bahasa Jepang (Japanese Club), Karya Ilmiah Remaja, Atletik, Basket Ball, Volley Ball, Futsal, Baca Tulis Al-Quran,
Kerohanian Islam, Seni Tradisional dan lain-lain.
Ekstrakurikuler ini selain menjadi ajang penyaluran minat dan bakat
siswa juga menjadi wadah bagi siswa dengan minat yang sama untuk saling
berinteraksi satu sama lainnya. Komunikasi yang terjalin atas dasar minat
yang sama biasanya membuka jalan bagi terbinanya hubungan
interperpersonal yang baik.
c. Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Dari segi tenaga pengajar SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung
menggunakan Tenaga pengajar adalah lulusan S1, S2 dan S3 dari
Universitas Pendidikan Indonesia dan Perguruan Tinggi lainnya, yang
berpengalaman dalam bidang ilmunya serta selalu mengembangkan
kemampuannya.
2. Deskripsi Kelas Penelitian a. Denah Kelas
Gambar 4.1 Denah Kelas
Meja Guru Papan Tulis
Siswa
Siswa Siswa Siswa
Siswa
Siswa Siswa Siswa
Siswa Siswa