Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian
Cabai Merah
Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah + Bawang Merah
Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah
Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah
Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah
Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah
Cabai Merah + Bawang Merah + Kacang Kedelai Cabai Merah + Kacang Kedelai Cabai Merah + Bawang Merah +
Kacang Kedelai
Cabai Merah + Kacang Kedelai
Cabai Merah + Bawang Merah + Kacang Kedelai Cabai Merah + Kacang Kedelai
Cabai Merah + Bawang Merah + Kacang Kedelai
Cabai Merah + Bawang Merah + Kacang Kedelai Cabai Merah + Kacang Kedelai
Cabai Merah + Bawang Merah + Kacang Kedelai Cabai Merah + Kacang Kedelai
Lampiran 2. Deskripsi Benih Cabai Merah
Varietas Laris Cap Panah Merah
KEPMENTAN : 872/Kpts/TP.240/7/1999
Benih bersertifikat no : 04 LSSM-BTPH
Golongan : Hibrida
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 100-140 cm
Umur tanaman : Mulai berbunga 60-70 hari Mulai panen 100-120 hari
Bentuk kanopi : Tegak memayung
Bobot per buah : 5-7 gram
Persentase kemurnian : 98%
Warna batang : Hijau
Warna kelopak bunga : Hijau Warna tangkai bunga : Hijau Warna mahkota bunga : Putih
Warna kotak sari : Ungu
Jumlah kotak sari : 5-6
Warna kepala putik : Putih
Jumlah helai dau : 5-6
Bentuk buah : Keriting
Kulit buah : Lurus warna merah sehingga terlihat segar
Tebal kulit buah : 1 – 1,5 mm
Warna buah muda : Hijau medium
Warna buah tua : Merah medium
Ukuran buah : Panjang 14,5 cm, diameter 0,9 cm
Rasa buah : Pedas sekali
Keterangan : Untuk daerah dataran rendah sampai tinggi Ketahanan terhadap penyakit : Antraknose (tergantung pada lingkungan
dan perlakuan budidaya).
Lampiran 3. Deskripsi Bawang Merah Kemampuan berbunga (alami) : Mudah
Banyak anakan : 6 - 12 umbi per rumpun
Bentuk daun : Silindris, berlubang
Warna daun : Hijau
Bentuk biji : Bulat, gepeng, berkeriput
Warna biji : Hitam
Bentuk umbi : Bulat dengan ujung meruncing
Warna umbi : Merah
Produksi umbi : 7,4 ton per hektar umbi kering Susut bobot umbi (basah-kerin) : 24,7%
Lampiran 4. Deskripsi Kacang Kedelai
Varietas Gepak Kuning
Dilepas tahun : 2008
Nama calon varietas : Gepak Kuning
Asal : Seleksi varietas lokal Gepak Kuning Tipe pertumbuhan : Determinite
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna daun : Hijau
Warna bulu batang : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning muda-kehijauan Warna polong tua : Coklat
Ketahanan terhadap hama dan penyakit :
- Hama : - Agak tahan terhadap ulat grayak, Aphis sp., penggulung daun, Phaedonia sp.
- Penyakit : -
Daerah sebaran/adaptasi : Beradaptasi baik di lahan sawah dan tegal, baik pada musim hujan maupun kemarau Sifat-sifat lain : Kadar rendemen tahu tinggi
Peneliti :Soenardi, Mohammad Maksum, Soepriyanto, Yudi Nasrul, Suparman Yudi Hartono, Soni Sapta Mawardi, Susanto, Paulus Iwan Sutadi, Noor Sasongko, Romodhon.
Lampiran 5. Intensitas Serangan Hama T. parvispinus Karny Pada Fase Vegetatif (%) di setiap perlakuan
Tabel 1. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 1
1 2 3 4 5 6
S1 42.85 28.57 19.04 38.09 61.9 28.57 219.02 36.5033
S2 40 20 0 40 33.33 60 193.33 32.2217
S3 26.67 46.67 26.67 80 46.67 26.67 253.35 42.225 S4 33.33 60 53.33 26.67 33.33 46.67 253.33 42.2217 Total 142.85 155.24 99.04 184.76 175.23 161.91 919.03 153.172 Rata-rata 35.7125 38.81 24.76 46.19 43.8075 40.4775 229.758 38.2929
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 40.8893 32.3106 25.8711 38.1098 51.8843 32.3106 221.376 36.896 S2 39.2315 26.5651 4.05481 39.2315 35.2624 50.7685 195.114 32.519 S3 31.0931 43.0906 31.0931 63.4349 43.0906 31.0931 242.895 40.4826 S4 35.2624 50.7685 46.9094 31.0931 35.2624 43.0906 242.386 40.3977 Total 146.476 152.735 107.928 171.869 165.5 157.263 901.771 150.295 Rata-rata 36.6191 38.1837 26.9821 42.9673 41.3749 39.3157 225.443 37.5738
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 640.163 128.033 0.89605 2.90129 tn
Perlakuan 3 254.679 84.8928 0.59413 3.28738 tn
Galat 15 2143.28 142.885
Total 23 3038.12
FK 33883 tn = tidak nyata
Tabel 2. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 2
1 2 3 4 5 6
S1 57.14 57.14 79.59 87.75 63.26 51.02 395.9 65.9833
S2 84 65.71 65.71 82.85 65.71 82.85 446.83 74.4717
S3 85.71 82.85 100 84 76 65.71 494.27 82.3783
S4 84 54.28 76 65.71 65.71 65.71 411.41 68.5683
Total 310.85 259.98 321.3 320.31 270.68 265.29 1748.41 291.402
Rata-rata 77.7125 64.995 80.325 80.0775 67.67 66.3225 437.103 72.8504
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 49.105 49.105 63.1424 69.5127 52.6894 45.5845 329.139 54.8565
S2 66.4218 54.1563 54.1563 65.5357 54.1563 65.5357 359.962 59.9937
S3 67.7888 65.5357 40 66.4218 60.6661 54.1563 354.569 59.0948
S4 66.4218 47.4553 60.6661 54.1563 54.1563 54.1563 337.012 56.1687
Total 249.737 216.252 217.965 255.627 221.668 219.433 1380.68 230.114
Rata-rata 62.4344 54.0631 54.4912 63.9066 55.417 54.8582 345.17 57.5284
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 390.286 78.0571 1.13606 2.90129 tn
Perlakuan 3 105.115 35.0385 0.50996 3.28738 tn
Galat 15 1030.63 68.7088
Total 23 1526.03
FK 79428.4 tn = tidak nyata
Tabel 3. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 3
1 2 3 4 5 6
S1 37.14 24.48 40.81 34.69 48.97 54.28 240.37 40.0617
S2 52 53.33 26.67 28.57 53.33 40 253.9 42.3167
S3 20 20 40 32 26.67 52 190.67 31.7783
S4 34.28 44 57.14 46.67 26.67 20 228.76 38.1267
Total 143.42 141.81 164.62 141.93 155.64 166.28 913.7 152.283
Rata-rata 35.855 35.4525 41.155 35.4825 38.91 41.57 228.425 38.0708
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 37.548 29.6548 39.7044 36.0848 44.4098 47.4553 234.857 39.1428
S2 46.1462 46.9094 31.0931 32.3106 46.9094 39.2315 242.6 40.4334
S3 26.5651 26.5651 39.2315 34.4499 31.0931 46.1462 204.051 34.0085
S4 35.8377 41.5539 49.105 43.0906 31.0931 26.5651 227.245 37.8742
Total 146.097 144.683 159.134 145.936 153.505 159.398 908.753 151.459
Rata-rata 36.5242 36.1708 39.7835 36.484 38.3763 39.8495 227.188 37.8647
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 57.8222 11.5644 0.16498 2.90129 tn
Perlakuan 3 138.614 46.2045 0.65916 3.28738 tn
Galat 15 1051.44 70.0963
Total 23 1247.88
FK 34409.7 tn = tidak nyata
Tabel 4. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 4
1 2 3 4 5 6
S1 22.87 51.42 53.06 30.61 63.26 55.1 276.32 46.0533
S2 44 40 40 37.14 28.57 34.28 223.99 37.3317
S3 46.67 46.67 28.57 31.42 32 26.67 212 35.3333
S4 44 60 36 26.67 36 32 234.67 39.1117
Total 157.54 198.09 157.63 125.84 159.83 148.05 946.98 157.83
Rata-rata 39.385 49.5225 39.4075 31.46 39.9575 37.0125 236.745 39.4575
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 28.5696 45.8137 46.7543 33.5912 52.6894 47.9272 255.345 42.5576
S2 41.5539 39.2315 39.2315 37.548 32.3106 35.8377 225.713 37.6189
S3 43.0906 43.0906 32.3106 34.0928 34.4499 31.0931 218.128 36.3546
S4 41.5539 50.7685 36.8699 31.0931 36.8699 34.4499 231.605 38.6009
Total 154.768 178.904 155.166 136.325 156.32 149.308 930.792 155.132
Rata-rata 38.692 44.7261 38.7916 34.0813 39.08 37.327 232.698 38.783
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 238.572 47.7145 1.13765 2.90129 tn
Perlakuan 3 129.196 43.0654 1.0268 3.028 tn
Galat 15 629.121 41.9414
Total 23 996.89
FK 36098.9 tn = tidak nyata
Tabel 5. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 5
1 2 3 4 5 6
S1 42.85 46.93 40.81 40 46.93 67.34 284.86 47.4767
S2 40 20 66.67 48 46.67 56 277.34 46.2233
S3 68 48 68 68 37.14 62.85 351.99 58.665
S4 68 52 68 60 56 48 352 58.6667
Total 218.85 166.93 243.48 216 186.74 234.19 1266.19 211.032
Rata-rata 54.7125 41.7325 60.87 54 46.685 58.5475 316.548 52.7579
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 40.8893 43.2399 39.7044 39.2315 43.2399 55.1459 261.451 43.5751
S2 39.2315 26.5651 54.7376 43.8538 43.0906 48.4461 255.925 42.6541
S3 55.5501 43.8538 55.5501 55.5501 37.548 52.4461 300.498 50.083
S4 55.5501 46.1462 55.5501 50.7685 48.4461 43.8538 300.315 50.0525
Total 191.221 159.805 205.542 189.404 172.325 199.892 1118.19 186.365
Rata-rata 47.8052 39.9512 51.3856 47.351 43.0812 49.9729 279.547 46.5912
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 371.531 74.3062 1.6791 2.90129 tn
Perlakuan 3 292.622 97.5407 2.20413 3.28738 tn
Galat 15 663.803 44.2536
Total 23 1327.96
FK 52097.7 tn = tidak nyata
Tabel 6. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 6
1 2 3 4 5 6
S1 34.69 38.77 57.14 37.14 54.28 42.85 264.87 44.145
S2 60 46.67 33.34 57.14 56 53 306.15 51.025
S3 48 48.57 40 64 72 36 308.57 51.4283
S4 32 46.67 40 53.33 56 36 264 44
Total 174.69 180.68 170.48 211.61 238.28 167.85 1143.59 190.598 Rata-rata 43.6725 45.17 42.62 52.9025 59.57 41.9625 285.898 47.6496
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 36.0848 38.5103 49.105 37.548 47.455264 40.8893 249.593 41.5988 S2 50.7685 43.0906 35.2684 49.105 58.051941 46.7199 283.004 47.1674 S3 43.8538 44.1806 39.2315 53.1301 58.051941 36.8699 275.318 45.8863 S4 34.4499 43.0906 39.2315 46.9094 48.446051 36.8699 248.997 41.4996 Total 165.157 168.872 162.836 186.692 212.0052 161.349 1056.91 176.152 Rata-rata 41.2892 42.218 40.7091 46.6731 53.001299 40.3372 264.228 44.038
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 491.718 98.3437 3.36178 2.9012945 *
Perlakuan 3 153.617 51.2056 1.75041 3.2873821 tn
Galat 15 438.802 29.2535
Total 23 1084.14
FK 46544.3 tn = tidak nyata
KK 12.2818 * = nyata
Uji Jarak Duncan
Perlakuan Rataan sd n.tabel Rp Rataan-Rp Notasi
S2 47.16 1.27483 3.31 4.21969 42.94031 a
S3 45.88 1.27483 3.25 4.1432 41.7368 a
S1 41.59 1.27483 3.16 4.02847 37.561534 b
Tabel 7. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 7
1 2 3 4 5 6
S1 75.51 67.34 48.57 54.28 42.85 57.14 345.69 57.615
S2 76 36 40 56 46.67 26.67 281.34 46.89
S3 60 28 60 53.33 40 46.67 288 48
S4 24 73 20 33.33 40 40 230.33 38.3883
Total 235.51 204.34 168.57 196.94 169.52 170.48 1145.36 190.893
Rata-rata 58.8775 51.085 42.1425 49.235 42.38 42.62 286.34 47.7233
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 60.3386 55.1459 44.1806 47.4553 40.8893 49.105 297.114 49.5191
S2 60.6661 36.8699 39.2315 48.4461 43.0906 31.0931 259.397 43.2329
S3 50.7685 31.9481 50.7685 46.9094 39.2315 43.0906 262.717 43.7861
S4 29.3339 58.6936 26.5651 35.2624 39.2315 39.2315 228.318 38.053
Total 201.107 182.657 160.746 178.073 162.443 162.52 1047.55 174.591
Rata-rata 50.2768 45.6643 40.1864 44.5183 40.6107 40.63 261.887 43.6478
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 316.317 63.2633 0.68367 2.90129 tn
Perlakuan 3 395.791 131.93 1.42574 3.28738 tn
Galat 15 1388.02 92.5348
Total 23 2100.13
FK 45723 tn = tidak nyata
Tabel 8. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 8
1 2 3 4 5 6
S1 37.14 48.97 25.71 40 48.57 51.02 251.41 41.9017
S2 51.42 46.67 32 60 46.67 26.67 263.43 43.905
S3 28.57 48.57 64 74.28 68.57 62.85 346.84 57.8067
S4 48 66.67 86.67 36 32 40 309.34 51.5567
Total 165.13 210.88 208.38 210.28 195.81 180.54 1171.02 195.17
Rata-rata 41.2825 52.72 52.095 52.57 48.9525 45.135 292.755 48.7925
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 37.548 44.4098 30.4676 39.2315 44.1806 45.5845 241.422 40.237
S2 45.8137 43.0906 34.4499 50.7685 43.0906 31.0931 248.306 41.3844
S3 32.3106 44.1806 53.1301 59.5259 55.901 52.4461 297.494 49.5824
S4 43.8538 54.7376 68.5861 36.8699 34.4499 39.2315 277.729 46.2881
Total 159.526 186.419 186.634 186.396 177.622 168.355 1064.95 177.492
Rata-rata 39.8815 46.6047 46.6584 46.5989 44.4055 42.0888 266.238 44.373
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 162.201 32.4402 0.30209 2.90129 tn
Perlakuan 3 341.062 113.687 1.05868 3.28738 tn
Galat 15 1610.78 107.386
Total 23 2114.05
FK 47255.1 tn = tidak nyata
Tabel 9. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 9
1 2 3 4 5 6
S1 63.26 59.18 40 45.71 71.42 46.93 326.5 54.4167
S2 26.67 20 26.67 40 33.33 26.67 173.34 28.89
S3 34.28 40 20 51.42 45.71 37.14 228.55 38.0917
S4 24 20 20 72 32 52 220 36.6667
Total 148.21 139.18 106.67 209.13 182.46 162.74 948.39 158.065 Rata-rata 37.0525 34.795 26.6675 52.2825 45.615 40.685 237.098 39.5163
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 52.6894 50.2898 39.2315 42.53899 57.683031 43.2399 285.673 47.6121 S2 31.0931 26.5651 31.0931 39.23152 35.262364 31.0931 194.338 32.3897 S3 35.8377 39.2315 26.5651 45.81371 42.538985 37.548 227.535 37.9225 S4 29.3339 26.5651 26.5651 58.05194 34.449902 46.1462 221.112 36.852 Total 148.954 142.651 123.455 185.6362 169.93428 158.027 928.658 154.776 Rata-rata 37.2385 35.6628 30.8637 46.40904 42.483571 39.5068 232.164 38.6941
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 588.654 117.731 2.254322 2.9012945 tn
Perlakuan 3 739.59 246.53 4.720578 3.2873821 *
Galat 15 783.368 52.2245
Total 23 2111.61
FK 35933.6 tn = tidak nyata
KK 18.6764 * = nyata
Uji Jarak Duncan
Perlakuan Rataan sd n.tabel Rp Rataan-Rp Notasi
S1 47.61 1.70334 3.31 5.63805 41.97195 a
S3 37.92 1.70334 3.25 5.53585 32.38415 b
S4 36.85 1.70334 3.16 5.382549 31.467451 b
Lampiran 6. Intensitas Serangan Hama B. dorsalis (HENDEL) Pada Fase Generatif (%) di Setiap Perlakuan
Tabel 10. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 1
Total 44.74 19.28 21.78 6.94 0 0 92.74 15.4567
Rata-rata 11.185 4.82 5.445 1.735 0 0 23.185 3.86417
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 28.0619 22.203 7.66707 4.05481 4.05481 4.05481 70.0964 11.6827
S2 25.3493 12.921 4.05481 12.1641 4.05481 4.05481 62.5988 10.4331
S3 11.9397 4.05481 4.05481 4.05481 4.05481 4.05481 32.2137 5.36895
S4 4.05481 4.05481 26.5651 9.09744 4.05481 4.05481 51.8817 8.64695
Total 69.4057 43.2336 42.3417 29.3712 16.2192 16.2192 216.791 36.1318
Rata-rata 17.3514 10.8084 10.5854 7.3428 4.05481 4.05481 54.1977 9.03294
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 508.719 101.744 1.75005 2.90129 tn
Perlakuan 3 135.334 45.1115 0.77594 3.28738 tn
Galat 15 872.063 58.1376
Total 23 1516.12
FK 1958.26 tn = tidak nyata
Tabel 11. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 2
1 2 3 4 5 6
S1 16.33 26.18 11.28 8.01 12.12 0 61.8 10.3
S2 0 0 0 4.12 4 8.88 17 2.83333
S3 0 12.38 0 1.52 0 0 13.9 2.31667
S4 0 27.42 19 1.33 0 15.55 63.3 10.55
Total 16.33 65.98 30.28 14.98 4 24.43 156 26
Rata-rata 4.0825 16.495 7.57 3.745 1 6.1075 39 6.5
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 23.835 30.7747 19.6247 16.4405 20.3735 4.05481 115.103 19.1839
S2 4.05481 4.05481 4.05481 11.7111 11.537 17.3371 52.7496 8.79161
S3 4.05481 20.6006 4.05481 7.08192 4.05481 4.05481 43.9018 7.31697
S4 4.05481 31.5768 25.8419 6.62241 4.05481 23.2245 95.3753 15.8959
Total 35.9994 87.007 53.5762 41.856 40.02 48.6712 307.13 51.1883
Rata-rata 8.99985 21.7517 13.3941 10.464 10.005 12.1678 76.7825 12.7971
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 434.385 86.8771 1.18464 2.90129 tn
Perlakuan 3 578.814 192.938 2.63088 3.28738 tn
Galat 15 1100.04 73.336
Total 23 2113.24
FK 3930.36 tn = tidak nyata
Tabel 12. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 3
1 2 3 4 5 6
S1 15.34 2.38 1.6 3.17 0.95 0 23.44 3.90667
S2 0 0 0 4.36 4.44 7.27 16.07 2.67833
S3 0 7.27 5 0 0 0 12.27 2.045
S4 0 0 1.17 2 0 9.44 12.61 2.10167
Total 15.34 9.65 7.77 9.53 5.39 16.71 64.39 10.7317
Rata-rata 3.835 2.4125 1.9425 2.3825 1.3475 4.1775 16.0975 2.68292
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 23.058 8.87461 7.26687 10.2559 5.59338 4.05481 59.1036 9.8506
S2 4.05481 4.05481 4.05481 12.0524 12.1641 15.6422 52.0232 8.67053
S3 4.05481 15.6422 12.921 4.05481 4.05481 4.05481 44.7824 7.46373
S4 4.05481 4.05481 6.20964 8.1301 4.05481 17.8933 44.3975 7.39958
Total 35.2224 32.6264 30.4523 34.4932 25.8671 41.6452 200.307 33.3844
Rata-rata 8.80561 8.15661 7.61307 8.6233 6.46678 10.4113 50.0767 8.34611
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 34.6323 6.92645 0.16643 2.90129 tn
Perlakuan 3 24.2594 8.08648 0.19431 3.28738 tn
Galat 15 624.256 41.6171
Total 23 683.147
FK 1671.78 tn = tidak nyata
Tabel 13. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 4
1 2 3 4 5 6
S1 17.15 0 2.38 9.28 2.38 0 31.19 5.19833
S2 3.07 8.85 5.5 7.93 10 5.3 40.65 6.775
S3 7.33 5.75 10.83 3.55 10.1 5.54 43.1 7.18333
S4 0 6.83 11.42 0 2 5.66 25.91 4.31833
Total 27.55 21.43 30.13 20.76 24.48 16.5 140.85 23.475
Rata-rata 6.8875 5.3575 7.5325 5.19 6.12 4.125 35.2125 5.86875
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 24.4643 4.05481 8.87461 17.736 8.87461 4.05481 68.059 11.3432
S2 10.0911 17.3069 13.5634 16.3559 18.4349 13.3099 89.0621 14.8437
S3 15.7083 13.8742 19.2135 10.8603 18.5302 13.6136 91.8001 15.3
S4 4.05481 15.1497 19.7511 4.05481 8.1301 13.7631 64.9036 10.8173
Total 54.3185 50.3857 61.4026 49.0069 53.9699 44.7413 313.825 52.3041
Rata-rata 13.5796 12.5964 15.3507 12.2517 13.4925 11.1853 78.4562 13.076
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 40.3408 8.06817 0.20326 2.90129 tn
Perlakuan 3 97.0528 32.3509 0.81503 3.28738 tn
Galat 15 595.397 39.6931
Total 23 732.791
FK 4103.59 tn = tidak nyata
Tabel 14. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan
S4 0 5.93 10.08 3.42 0 2.22 21.65 3.60833
Total 23.74 9.43 23.14 17.39 9.22 11.78 94.7 15.7833
Rata-rata 5.935 2.3575 5.785 4.3475 2.305 2.945 23.675 3.94583
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 25.0145 4.05481 18.4254 13.1814 12.2473 11.8259 84.7494 14.1249
S2 10.3048 10.7826 4.05481 15.0815 4.05481 5.88139 50.1599 8.35999
S3 9.38659 4.05481 10.0911 8.1301 12.5479 11.9821 56.1926 9.36543
S4 4.05481 14.0941 18.5112 10.6572 4.05481 8.56879 59.9409 9.99016
Total 48.7607 32.9864 51.0825 47.0502 32.9048 38.2582 251.043 41.8405
Rata-rata 12.1902 8.24659 12.7706 11.7625 8.22621 9.56454 62.7607 10.4601
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 82.8802 16.576 0.52572 2.90129 tn
Perlakuan 3 115.562 38.5207 1.22171 3.28738 tn
Galat 15 472.951 31.5301
Total 23 671.393
FK 2625.94 tn = tidak nyata
Tabel 15. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan
Total 13.05 4.16 8.14 15.45 6.58 13.33 60.71 10.1183
Rata-rata 3.2625 1.04 2.035 3.8625 1.645 3.3325 15.1775 2.52958
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 15.1156 4.05481 4.5525 9.49283 4.05481 4.05481 41.3254 6.88757
S2 6.41928 10.0579 6.28906 12.9865 4.05481 10.2232 50.0307 8.33845
S3 12.921 4.05481 11.256 14.0212 9.36877 17.3069 68.9286 11.4881
S4 4.05481 6.04771 9.09744 7.7318 11.4342 6.62241 44.9884 7.49806
Total 38.5107 24.2152 31.1949 44.2324 28.9126 38.2072 205.273 34.2122
Rata-rata 9.62768 6.05379 7.79874 11.0581 7.22814 9.55181 51.3183 8.55304
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 67.9929 13.5986 0.54189 2.90129 tn
Perlakuan 3 75.2843 25.0948 1.67056 3.28738 tn
Galat 15 225.327 15.0218
Total 23 368.604
FK 1755.71 tn = tidak nyata
Tabel 16. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan
Total 4.56 3.42 11.99 7.25 9.39 7.16 43.77 7.295
Rata-rata 1.14 0.855 2.9975 1.8125 2.3475 1.79 10.9425 1.82375
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 7.66707 4.05481 4.05481 6.84384 4.05481 6.74631 33.4216 5.57027
S2 5.88139 8.1301 14.4063 9.09744 13.3737 7.40262 58.2916 9.71526
S3 7.55798 6.84384 13.9356 4.05481 9.75356 4.05481 46.2006 7.70011
S4 4.05481 4.05481 4.05481 10.5144 6.20964 11.7111 40.5996 6.7666
Total 25.1613 23.0836 36.4516 30.5105 33.3917 29.9149 178.513 29.7522
Rata-rata 6.29031 5.77089 9.1129 7.62763 8.34792 7.47872 44.6284 7.43806
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 31.0692 6.21383 0.53924 2.90129 tn
Perlakuan 3 55.1627 18.3876 1.5957 3.28738 tn
Galat 15 172.848 11.5232
Total 23 259.08
FK 1327.79 tn = tidak nyata
Tabel 17. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan
Total 7.55 2.5 9.52 9.75 11.92 0.64 41.88 6.98
Rata-rata 1.8875 0.625 2.38 2.4375 2.98 0.16 10.47 1.745
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 10.2559 4.05481 4.05481 5.99278 11.3008 4.58857 40.2476 6.70794
S2 4.05481 4.05481 4.05481 8.1301 4.05481 4.05481 28.4041 4.73402
S3 10.5144 9.09744 9.38659 14.9556 14.9556 4.05481 62.9644 10.4941
S4 5.88139 4.05481 15.1838 4.05481 6.84384 4.05481 40.0734 6.67891
Total 30.7065 21.2619 32.68 33.1332 37.155 16.753 171.69 28.6149
Rata-rata 7.67663 5.31546 8.17 8.28331 9.28874 4.18825 42.9224 7.15373
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 77.2551 15.451 1.38406 2.90129 tn
Perlakuan 3 104.622 34.874 3.12391 3.28738 tn
Galat 15 167.454 11.1636
Total 23 349.331
FK 1228.22 tn = tidak nyata
Tabel 18. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan
Total 5.07 7.05 5.87 3.43 0 0.6 22.02 3.67
Rata-rata 1.2675 1.7625 1.4675 0.8575 0 0.15 5.505 0.9175
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi Arcsin Öpersentase
1 2 3 4 5 6
S1 8.87461 5.41332 4.40531 10.6729 4.05481 4.44256 37.8636 6.31059
S2 9.43986 13.6386 9.09744 4.05481 4.05481 4.05481 44.3403 7.39005
S3 4.05481 4.05481 4.05481 4.05481 4.05481 4.05481 24.3288 4.05481
S4 4.05481 4.44256 9.59794 4.05481 4.05481 4.05481 30.2597 5.04329
Total 26.4241 27.5493 27.1555 22.8374 16.2192 16.607 136.792 22.7987
Rata-rata 6.60602 6.88732 6.78887 5.70934 4.05481 4.15175 34.1981 5.69968
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 34.0803 6.81606 0.93727 2.90129 tn
Perlakuan 3 38.2021 12.734 1.75104 3.28738 tn
Galat 15 109.084 7.27226
Total 23 181.366
FK 779.674 tn = tidak nyata
Lampiran 7. Produksi Cabai Merah (gr) Pada Setiap Perlakuan
Tabel 19. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 1
1 2 3 4 5 6
S1 30.32 15.79 18.02 16.56 9.31 8.89 98.89 16.4817
S2 6.7 15.93 10.18 14.08 12.01 14.92 73.82 12.3033
S3 20.04 16.66 8.08 15.39 7.2 11.37 78.74 13.1233
S4 9.25 9.61 17.23 20.28 9.42 9.49 75.28 12.5467
Total 66.31 57.99 53.51 66.31 37.94 44.67 326.73 54.455
Rata-rata 16.5775 14.4975 13.3775 16.5775 9.485 11.1675 81.6825 13.6138
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi √x+0.5
1 2 3 4 5 6
S1 5.55158 4.03609 4.30349 4.13038 3.13209 3.06431 24.2179 4.03632
S2 2.68328 4.05339 3.26803 3.81838 3.53695 3.92683 21.2869 3.54781
S3 4.53211 4.14246 2.92916 3.98623 2.77489 3.44529 21.8101 3.63502
S4 3.1225 3.17962 4.2107 4.55851 3.1496 3.1607 21.3816 3.56361
Total 15.8895 15.4116 14.7114 16.4935 12.5935 13.5971 88.6966 14.7828
Rata-rata 3.97237 3.85289 3.67784 4.12337 3.14838 3.39928 22.1741 3.69569
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 2.68758 0.53752 1.10549 2.90129 tn
Perlakuan 3 0.95415 0.31805 0.65413 3.28738 tn
Galat 15 7.29334 0.48622
Total 23 10.9351
FK 327.795 tn = tidak nyata
Tabel 20. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 2
1 2 3 4 5 6
S1 14.11 16.4 21.48 15.4 12.79 18.85 99.03 16.505
S2 15.44 23.72 20.84 41.21 13.26 25.65 140.12 23.3533
S3 25.02 23.05 9.53 15.41 14.49 33.39 120.89 20.1483
S4 12.42 18.8 19.21 19.3 17.37 16.27 103.37 17.2283
Total 66.99 81.97 71.06 91.32 57.91 94.16 463.41 77.235
Rata-rata 16.7475 20.4925 17.765 22.83 14.4775 23.54 115.853 19.3088
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi √x+0.5
1 2 3 4 5 6
S1 3.8223 4.11096 4.68828 3.98748 3.64555 4.39886 24.6534 4.10891
S2 3.99249 4.92138 4.61952 6.45833 3.70945 5.11371 28.8149 4.80248
S3 5.05173 4.85283 3.16702 3.98873 3.87169 5.82151 26.7535 4.45892
S4 3.59444 4.39318 4.43959 4.44972 4.22729 4.09512 25.1993 4.19989
Total 16.461 18.2784 16.9144 18.8843 15.454 19.4292 105.421 17.5702
Rata-rata 4.11524 4.56959 4.2286 4.72107 3.86349 4.8573 26.3553 4.39255
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 2.95574 0.59115 1.15966 2.90129 tn
Perlakuan 3 1.74012 0.58004 1.13786 3.28738 tn
Galat 15 7.64641 0.50976
Total 23 12.3423
FK 463.068 tn = tidak nyata
Tabel 21. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 3
1 2 3 4 5 6
S1 17 21.66 25.47 26.21 22.2 27.32 139.86 23.31
S2 19.17 20.27 24.4 23.57 16.16 18.25 121.82 20.3033
S3 36.12 22.64 16.01 17.83 20.84 26.37 139.81 23.3017
S4 16.56 18.55 25.94 17.99 27.64 16.75 123.43 20.5717
Total 88.85 83.12 91.82 85.6 86.84 88.69 524.92 87.4867
Rata-rata 22.2125 20.78 22.955 21.4 21.71 22.1725 131.23 21.8717
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi √x+0.5
1 2 3 4 5 6
S1 4.1833 4.70744 5.09608 5.16817 4.76445 5.27447 29.1939 54.2045
S2 4.43509 4.55741 4.98999 4.90612 4.08167 4.33013 27.3004 50.1657
S3 6.05145 4.81041 4.06325 4.28135 4.61952 5.18363 29.0096 51.9678
S4 4.13038 4.36463 5.14198 4.3 5.30471 4.15331 27.395 50.6597
Total 18.8002 18.4399 19.2913 18.6556 18.7704 18.9415 112.899 206.998
Rata-rata 4.70005 4.60997 4.82283 4.66391 4.69259 4.73538 28.2247 51.7494
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 0.10279 0.02056 0.05918 2.90129 tn
Perlakuan 3 0.51636 0.17212 0.4955 3.28738 tn
Galat 15 5.21046 0.34736
Total 23
FK 531.09 tn = tidak nyata
Tabel 22. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 4
1 2 3 4 5 6
S1 15.13 12.74 28.51 30.71 22.76 28.68 138.53 23.0883
S2 25.09 13.88 26.05 22.95 25.46 26.34 139.77 23.295
S3 36.69 24.63 27.53 24.48 21.29 21.63 156.25 26.0417
S4 12.77 15.14 21.92 25.7 18.67 33.17 127.37 21.2283
Total 89.68 66.39 104.01 103.84 88.18 109.82 561.92 93.6533
Rata-rata 22.42 16.5975 26.0025 25.96 22.045 27.455 140.48 23.4133
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi √x+0.5
1 2 3 4 5 6
S1 3.95348 3.63868 5.38609 5.58659 4.82286 5.40185 28.7896 4.79826
S2 5.05866 3.7921 5.15267 4.84252 5.0951 5.18073 29.1218 4.85363
S3 6.09836 5.01298 5.29434 4.998 4.66798 4.70425 30.7759 5.12932
S4 3.6428 3.95474 4.73498 5.11859 4.37836 5.80259 27.6321 4.60534
Total 18.7533 16.3985 20.5681 20.5457 18.9643 21.0894 116.319 19.3865
Rata-rata 4.68832 4.09963 5.14202 5.13643 4.74107 5.27236 29.0798 4.84664
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 3.78679 0.75736 2.05333 2.90129 tn
Perlakuan 3 0.84312 0.28104 0.76195 3.28738 tn
Galat 15 5.53265 0.36884
Total 23 10.1626
FK 563.757 tn = tidak nyata
Tabel 23. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 5
1 2 3 4 5 6
S1 25.52 20.24 26.73 21.61 29.72 41.07 164.89 27.4817
S2 32.93 23.88 25.75 33.41 37.64 34.49 188.1 31.35
S3 35.07 42.17 36.51 33.96 28.44 24.34 200.49 33.415
S4 17.48 18.12 23.11 27.13 32.63 23.3 141.77 23.6283
Total 111 104.41 112.1 116.11 128.43 123.2 695.25 115.875
Rata-rata 27.75 26.1025 28.025 29.0275 32.1075 30.8 173.813 28.9688
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi √x+0.5
1 2 3 4 5 6
S1 5.10098 4.55412 5.21824 4.70213 5.49727 6.44748 31.5202 5.25337
S2 5.78187 4.93761 5.12348 5.82323 6.17576 5.91523 33.7572 5.6262
S3 5.96406 6.53223 6.08358 5.87026 5.37959 4.98397 34.8137 5.80228
S4 4.24028 4.31509 4.85901 5.25642 5.75587 4.87852 29.3052 4.8842
Total 21.0872 20.339 21.2843 21.652 22.8085 22.2252 129.396 21.566
Rata-rata 5.2718 5.08476 5.32108 5.41301 5.70212 5.5563 32.3491 5.39151
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 0.94994 0.18999 0.50379 2.90129 tn
Perlakuan 3 3.00155 1.00052 2.65305 3.28738 tn
Galat 15 5.6568 0.37712
Total 23 9.60829
FK 697.642 tn = tidak nyata
Tabel 24. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 6
1 2 3 4 5 6
S1 17.8 13.81 27.33 26.84 36.84 35.74 158.36 26.3933
S2 32.25 34.93 29.76 29.52 38.48 36.44 201.38 33.5633
S3 39.63 40.11 40.51 44.15 39.83 34.21 238.44 39.74
S4 9.57 33.96 26.68 25.4 33.94 25.65 155.2 25.8667
Total 99.25 122.81 124.28 125.91 149.09 132.04 753.38 125.563
Rata-rata 24.8125 30.7025 31.07 31.4775 37.2725 33.01 188.345 31.3908
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi √x+0.5
1 2 3 4 5 6
S1 4.27785 3.78286 5.27541 5.22877 6.1106464 6.01997 30.6955 5.11592
S2 5.72276 5.95231 5.50091 5.47905 6.2433965 6.07783 34.9763 5.82938
S3 6.33482 6.3726 6.40391 6.68207 6.3505905 5.89152 38.0355 6.33925
S4 3.17333 5.87026 5.21344 5.0892 5.8685603 5.11371 30.3285 5.05475
Total 19.5088 21.978 22.3937 22.4791 24.573194 23.103 134.036 22.3393
Rata-rata 4.87719 5.49451 5.59842 5.61977 6.1432984 5.77576 33.5089 5.58482
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 3.43463 0.68693 1.56111 2.9012945 tn
Perlakuan 3 6.7789 2.25963 5.13525 3.2873821 *
Galat 15 6.60036 0.44002
Total 23 16.8139
FK 748.566 tn = tidak nyata
KK 11.8776 * = nyata
Uji Jarak Duncan
Perlakuan Rataan sd n.tabel Rp Rataan-Rp Notasi
S3 6.33 0.15635 3.31 0.51752 5.8124765 a
S2 5.82 0.15635 3.25 0.50814 5.3118576 a
S1 5.11 0.15635 3.16 0.49407 4.6159292 b
Tabel 25. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 7
1 2 3 4 5 6
S1 21.72 22.33 16.33 29.89 33.38 40.37 164.02 27.3367
S2 33.03 34.97 42.39 42.37 38.04 38.67 229.47 38.245
S3 40.73 43.54 46.31 47.37 40.71 36.25 254.91 42.485
S4 11.48 12.58 22.06 23.55 29.8 33.57 133.04 22.1733
Total 106.96 113.42 127.09 143.18 141.93 148.86 781.44 130.24
Rata-rata 26.74 28.355 31.7725 35.795 35.4825 37.215 195.36 32.56
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Transformasi √x+0.5
1 2 3 4 5 6
S1 4.71381 4.77807 4.10244 5.51271 5.8206529 6.39296 31.3207 5.22011
S2 5.79051 5.95567 6.54905 6.54752 6.2080593 6.25859 37.3094 6.21823
S3 6.42106 6.63626 6.84178 6.91881 6.4195015 6.06218 39.2996 6.54993
S4 3.46121 3.61663 4.74974 4.90408 5.5045436 5.83695 28.0732 4.67886
Total 20.3866 20.9866 22.243 23.8831 23.952757 24.5507 136.003 22.6671
Rata-rata 5.09665 5.24666 5.56075 5.97078 5.9881893 6.13767 34.0007 5.66678
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F.hitung F.05 Ket
Blok 5 3.72102 0.7442 2.04333 2.9012945 tn
Perlakuan 3 13.5574 4.51913 12.408 3.2873821 *
Galat 15 5.46315 0.36421
Total 23 22.7416
FK 770.698 tn = tidak nyata
KK 10.6498 * = nyata
Uji Jarak Duncan
Perlakuan Rataan sd n.tabel Rp Rataan-Rp Notasi
S3 6.54 0.14225 3.31 0.47083 6.069166 a
S2 6.21 0.14225 3.25 0.4623 5.7477007 a
S1 5.22 0.14225 3.16 0.4495 4.7705028 b
Lampiran 8. Foto
Gambar lahan penelitian
Daun tanaman cabai merah Nimfa trips yang terdapat yang terserang hama trips pada bunga cabai merah
DAFTAR PUSTAKA
Altieri, S.N.W. dan Nicholls, I. 2004. Pengaruh Bahan Pembawa Terhadap Efektivitas Beauveria Bassiana Dalam Mengendalikan Thrips parvispinus Karny Pada Tanaman Krisan di Rumah Plastik. Ciherang pacet. Cianjur.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2000. Penggunaan Perangkap Pengendalian Lalat Buah. Diakses dari Mei 2015.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2002. Pedoman Pegendalian Lalat Buah. Jakarta
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2009. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2008. Departemen Pertanian. Jakarta: 21-25..
Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2013. Thrips parvispinus. Diakses dari
Eldriadi, Y. 2011. Peran Berbagai Jenis Tanaman Tumpangsari Dalam Pengelolaan Hama Utama Dan Parasitoidnya Pada Kubis Bunga Organik. Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
Hasyim. 2014. Teknologi Pegendalian Lalat Buah Pada tanaman Cabai. Diakses dari
Herlinda, S., Reka, M., Triani, A., Yulia, P., dan Yuanita, W. 2007. Populasi dan Serangan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis (HENDEL) (Diptera:
Kardinan, A. 2001. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Pengembangan Inovasi Pertanian. J. horti 4(4), 2011: 262-278
Kristanto, S.P., Sutjipto, dan Soekarto. 2013. Pengendalian Hama Pada Tanaman Kubis dengan Sistem Tanam Tumpangsari. Berkala Ilmiah Pertanian. Volume 1, Nomor 1, Agustus 2013, Hlm 7-9.
Mariyono, J. and Bhattarai, M. 2009. Chili production practices in Central Java, Indonesia: a baseline report. AVRDC - The World Vegetable Center, Taiwan.
Meilin, A. 2014. Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Serta Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
Prabaningrum , L dan Moekasan, T, K. 2014. Pengelolaan Organisme Penganggu Tumbuhan Utama Pada Budidaya Cabai Merah Di Dataran Tinggi (Pest and Disease On Hot Pepper Cultivation in High Land). J. Hort 24(2):179- 188, 2014.
Prajnanta, F. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta.
Prokopy, R. J., dan Owens, E.D .1983. Visual detection of plants by herbivorous insects, Annu. Rev. Entomol
Sebayang, L. 2013. Teknik Pengendalian Penyakit Kuning Pada Tanaman Cabai. Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara.
Setiadi, S. 2006. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawati W, dan A.A Asandhi. 2003. Pengaruh Sistem Pertanaman Monokultur danTumpangsari Sayuran Cruciferae dan Solanaceae terhadap Hasil dan Struktur dan Fungsi Komunitas Artropoda. Lembang: Balai Penelitian Sayuran.
Setiawati, W., T. S. Uhan., dan B. K. Udiarto. 2004. Pemanfaatan Musuh Alami Dalam Pengendalian Hayati Hama Pada Tanaman Sayuran. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran.
Setiawati, W., B.K. Udiarto., dan A. Muharam. 2005. Pengenalan dan PengendalianHama-Hama Penting pada Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung
Setiawati, W., B. K. Udiarto., dan Soetiarso, T.A 2008. Pengaruh Varietas dan Sistem Tanam Cabai Merah Terhadap Penekanan Populasi Kutu Kebul. J. Hort., vol. 18, no. 1.
Sodiq M. 2004. Kehidupan lalat buah pada tanaman sayuran dan buah- buahan. Prosiding Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian Layu Pisang, Nematode Sistakuning Pada Kentang dan Lalat Buah. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.
Stehr, DW. 1982. The integrated control concept. Hilgardia 29(2): 81-101
Sumarni, N dan A. Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Sylvitria, W. 2010. Hama Thrips. Diakses dari
Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti, dan D.A. Kusumah. 2010. Evaluasi Daya Hasil Cabai Hibrida dan Daya Adaptasinya di Empat Lokasi dalam Dua Tahun. J. Agron. Indonesia 38(1):43-51
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Binjai Timur, Kotamadya Binjai pada ketinggian
±28 m di atas permukaan laut.
Penelitian ini dilaksanakan pada Juli 2015 hingga Januari 2016.Bahan dan Alat
Bahan digunakan berupa bahan tanaman antara lain benih cabai merah varietas panah merah, umbi bawang merah varietas samosir, benih kacang kedelai varietas gepak kuning, subsoil, pasir, pupuk kandang sapi yang telah matang (kompos) dan anorganik (NPK Mutiara dan Super Stick), fungisida berbahan aktif tebukonazol 430 g/l, tali rafia, mulsa perak hitam, baby polibag, kamera serta bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan antara lain cangkul untuk mengolah tanah dan pembuatan plot bedengan, bambu sebagai ajir, timbangan untuk menimbang pupuk, ember, timbangan analitik, gembor, mikroskop binokuler, alat untuk melubangi mulsa serta alat lainnya yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu:
S1 : Monokultur cabai merah
S2 : Tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai
S3 : Tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai S4 : Tumpangsari cabai merah dengan bawang merah
(t-1) (r-1) ≥ 15 (4-1) (r-1) ≥ 15 3 (r-1) ≥ 15 3r - 3 ≥ 15 3r ≥ 18 r ≥ 18/3 r = 6
maka diperoleh jumlah ulangan sebanyak 6 kali Total kombinasi perlakuan : 24 perlakuan Jumlah bedengan per perlakuan : 6 bedengan
Panjang bedengan : 5 m
Lebar bedengan : 1 m
Tinggi bedengan : 30 cm
Jarak antar bedengan : 1 m Jarak antar perlakuan : 50 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut :
Yij(t) = µ + Kj + P(t) + εi(t)
Dimana:
Yi(t) = nilai pengamatan pada baris ke-i, kolom ke-j yang mendapat perlakuan ke-t.
εi(t) = pengaruh galat pada kelompok ke-i,yang memperoleh perlakuan ke-t
PELAKSANAAN PENELITIAN
a. Penyemaian Benih
1. Cabai
Dengan menyiapkan media tanam yang terdiri dari campuran pasir, subsoil dan pupuk kandang sapi matang yang telah halus dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Benih cabai tersebut direndam dahulu dalam larutan fungisida dengan tujuan untuk menghindari biji cabai terkena penyakit rebah kecambah. Persemaian dilakukan selama 3 hingga 4 minggu.
2. Bawang merah
Dengan memotong ujung dari umbi bawang merah tersebut kira-kira 0,25 cm lalu direndam dengan larutan fungisida lalu dikeringanginkan selama 2 hari.
3. Kacang kedelai
Dengan merendam biji kacang kedelai dengan larutan fungisida selama beberapa menit. Biji yang terapung keatas dibuang, sedangkan biji yang digunakan merupakan biji yang berada didasar air.
b. Persiapan Lahan
c. Pemasangan Mulsa
Jenis mulsa yang digunakan adalaah mulsa perak hitam. Mulsa plastik dibentangkan dengan warna hitam menghadap di tanah dan warna perak menghadap ke atas. Mulsa plastik dipancang agar dapat menutup tanah dengan sempurna, sisi plastik harus direkat erat dengan permukaan bedengan.
e. Penanaman
Penanaman bibit dilakukan sesuai dengan perlakuan sebagai berikut :
1. Monokultur cabai merah
Plot ini ditanami benih cabai merah dengan jarak tanam 50 x 60 cm.
Gambar 7. Jarak tanam monokultur cabai merah
2. Tumpangsari cabai merah dan kacang kedelai
Cabai merah ditanam dengan sistem single row dengan jarak dalam barisan 50 x 60 cm, kemudian kacang kedelai ditanam pada barisan di pinggir mulsa dengan jarak dalam barisan 40 x 40 cm.
3. Tumpangsari cabai merah, bawang merah, dan kacang kedelai
Cabai merah ditanam dengan sistem single row dengan jarak dalam barisan 50 x 60 cm, kemudian ditanam bawang merah satu barisan dipinggir mulsa dengan jarak dalam barisan 20 x 20 cm, serta kacang kedelai ditanam diantara cabai merah dan bawang merah dengan jarak tanam 40 x 40 cm.
Gambar 9. Jarak tanam tumpangsari cabai merah, bawang merah dan kacang kedelai
4. Tumpangsari cabai merah dengan bawang merah
Cabai merah ditanam dengan jarak dalam barisan 50 x 60 cm, kemudian ditanam bawang merah pada pinggir mulsa dengan jarak dalam barisan 20 x 20 cm.
Gambar 10. Jarak tanam tumpangsari cabai merah dengan bawang merah
f. Pemupukan
selanjutnya diberikan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 5 gr selama 3 MST dan 7 gr pada 60 HST secara sistem tugal dengan jarak 15 cm dari perakaran tanaman.
g. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemasangan ajir, dan penyiangan.
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari sesuai dengan kondisi lapangan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan diusahakan agar tanahnya tidak terlalu basah.
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman cabai yang tidak tumbuh, dimulai dari awal penanaman sampai umur 7 hari
3. Pemasangan ajir
Pengajiran dilakukan pada tiga minggu setelah tanam. Ajir dibuat dari bambu dengan panjang 120 cm, ditancapkan pada jarak 10 cm dari pohon dengan posisi tegak.
4. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.
h. Panen
i. Pengamatan Parameter
1. Intensitas serangan hama, meliputi pengamatan hama pada vase vegetatif dan generatif.
-. Pada vase vegetatif hama yang diamati adalah trips (Thrips parvispinus Karny). Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hst dan dilakukan dengan interval 7 hari hingga memasuki vase generatif. Data intensitas/beratnya kerusakan tanaman oleh serangan hama dapat diperoleh dari hasil pengamatan gejala secara visual pada daun tanaman
%
Penilaian untuk menentukan derajat kerusakan tanaman dengan menggunakan skala 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 sebagai berikut :
Tabel 2. Skala Kerusakan Tanaman
Nilai Skala Gejala
0 Tidak ada kerusakan pada daun tanaman
1 Ada kerusakan 1%-25% pada daun tanaman yang diamati
3 Ada kerusakan >25%-50% pada daun tanaman yang diamati
5 Ada kerusakan >50%-75% pada daun tanaman yang diamati
7 Ada kerusakan >75%-100% pada daun tanaman yang diamati
Dimana:
IS = Intensitas /beratnya kerusakan/ serangan (%) n = jumlah contoh yang diamati
v = nilai skor untuk tiap kategori kerusakan. N = jumlah total sampel yang diamati
-. Pada vase generatif hama yang diamati adalah lalat buah (Bactrocera dorsalis (HENDEL) ). Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 mst dan dilakukan dengan interval 7 hari hingga panen ke 7. Untuk menghitung intensitas serangan lalat buah menggunakan rumus:
% 100 ) (a b x
a P
+ =
dimana :
P = Intensitas serangan (%)
a = Jumlah buah terserang atau jumlah tanaman terserang b = Jumlah buah sehat atau jumlah tanaman sehat (Prabaningrum dan Moekasan, 2014).
2. Produksi Tanaman (gr/plot)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Intensitas Serangan Hama
a. Fase vegetatif
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis teknik budidaya cabai merah berbeda nyata dan berpengaruh antara S1 (monokultur cabai merah), S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai), S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai), dan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) terhadap intensitas serangan hama (T. parvispinus Karny) pada fase vegetatif dalam beberapa kali pengamatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 5.
Tabel 3. Pengaruh jenis teknik budidaya cabai merah terhadap intensitas serangan hama pada fase vegetatif.
Perlakuan Rataan intensitas serangan hama pada fase vegetatif tiap pengamatan (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
S1 36,50 65,98 40,06 46,05 47,47 44,14b 57,61 41,90 54,41a S2 32,22 74,47 42,31 37,33 46,22 51,02a 46,89 43,90 28,89b S3 42,22 82,37 31,77 35,33 58,66 51,42a 48,00 57,80 38,09b S4 42,22 68,56 38,12 39,11 58,66 44,00b 38,38 51,55 36,66b Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test
Perlakuan S1 (monokultur cabai merah) berbeda nyata dengan S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai), S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai), dan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) pada pengamatan ke 9 yaitu 54,41% pada perlakuan S1 dan 28,89%, 38,09%, dan 36,66% pada S2, S3, dan S4. Perlakuan S1, S2, S3, maupun S4 tidak berbeda nyata pada pengamatan 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 8. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan S2, S3, dan S4 merupakan perlakuan yang terbaik dilihat dari tingkat serangan hama trips yang relatif lebih rendah dari perlakuan S1.
Pemilihan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dengan cabai merah mempengaruhi banyaknya jenis hama dan menentukan tinggi rendahnya intensitas serangan hama trips pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil penelitian pada pengamatan 9 diperoleh bahwa perlakuan S1 memiliki intensitas serangan hama trips yang tinggi yaitu sebesar 54,41% jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Hal ini dikarenakan perlakuan monokultur cabai merah menyebabkan tingginya intensitas serangan dan penyebaran hama trips. Seperti yang dinyatakan oleh Altieri dan Nicholls (2004), polikultur dengan mengkombinasikan beberapa komoditi memiliki potensi menciptakan keragaman fauna dengan jaring makanan yang lebih komplek termasuk menstimulasi kehadiran pengendali hayati. Penerapan teknologi PHT yang tepat pada budidaya tanaman cabai diharapkan menurunkan populasi dan intensitas serangan Thrips. Selain itu Thrips merupakan hama yang inang utamanya tanaman cabai merah yang banyak ditemukan di dalam bunga cabai karena menghisap cairan yang terdapat didalamnya sehingga lebih dominan menyerang monokultur cabai merah. Thrips banyak ditemukan karena diduga tertarik dengan warna bunga hingga thrips mampu mendeteksi keberadaan makanannya.
Tingginya intensitas serangan hama trips pada pengamatan 9 dengan perlakuan S1 (monokultur cabai merah) dikarenakan banyaknya trips yang menempel pada bunga cabai merah sehingga menghisap cairan yang terdapat pada bunga. Menurut Prokopy dan Owens (1983) bahwa warna bunga merupakan salah satu faktor fisik yang dapat berperan positif dalam penemuan dan pengenalan inang oleh serangga. Hal ini juga sesuai dari hasil penelitian Yusuf et al (2010), bahwa setelah bunga mekar, ditemukan gejala kerusakan helai mahkota yang menandai adanya aktifitas thrips memakan jaringan bunga.
b. Fase Generatif
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis teknik budidaya cabai merah tidak berpengaruh dan berbeda antara S1 (monokultur cabai merah), S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai), S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai), dan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) terhadap intensitas serangan hama lalat buah (B. dorsalis (HENDEL) pada fase generatif dalam beberapa kali pengamatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 dan Lampiran 6.
Tabel 4. Pengaruh jenis teknik budidaya cabai merah terhadap intensitas serangan hama pada fase generatif
Perlakuan Rataan intensitas serangan hama pada fase generatif tiap pengamatan (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
S1 6,36 10,30 3,90 5,19 6,96 1,69 0,76 1,45 1,31 S2 4,63 2,83 2,67 6,77 2,42 2,28 3,12 0,33 1,79 S3 0,71 2,31 2,04 7,18 2,79 4,36 1,97 3,63 0,00 S4 3,75 10,55 2,10 4,31 3,60 1,78 1,43 1,55 0,56
diketahui bahwa perlakuan S1, S2, S3, maupun S4 tidak berbeda nyata pada pengamatan 1, 2, 3, 4,5, 7, 8 dan 9. Hal ini menunjukkan bahwa semua perlakuan merupakan yang terbaik dilihat dari tingkat serangan hama lalat buah yang rendah yaitu 0-10%
Pada perlakuan S1, S2, S3, dan S4 intensitas serangan lalat buah adalah rendah berkisar antara 0 hingga 10%. Hal ini tampaknya dikarenakan terdapat tanaman inang alternatif lalat buah seperti mangga yang terdapat di sekitaran lahan penelitian. Tanaman tersebut menyebabkan serangan lalat buah tidak hanya terhadap tanaman cabai merah, akan tetapi lebih banyak menyerang tanaman di sekitar lahan. Menurut Sodiq (2004) menyatakan bahwa intensitas serangan lalat buah pada mangga, belimbing, dan jambu biji dapat mencapai 100%.
Tingkat intensitas serangan hama lalat buah selama pengamatan penelitian berubah-ubah. Hal ini diduga ada kaitannya dengan peralihan suhu dan iklim selama penelitian dilaksanakan yang menyebabkan perkembangan lalat buah cenderung melambat. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlinda et al
(2007) menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan populasi lalat buah meningkat dan daya hidup lalat buah di dataran tinggi umumnya lebih lama dibandingkan dataran rendah.
2. Produksi Tanaman
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis teknik budidaya cabai merah berbeda nyata dan berpengaruh antara S1 (monokultur cabai merah), S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai), S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai), dan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) terhadap produksi tanaman dalam beberapa kali pengamatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 dan Lampiran 7.
Tabel 5. Pengaruh tumpangsari cabai merah terhadap produksi tanaman Perlakuan Rataan produksi tanaman (gr)
1 2 3 4 5 6 7
S1 16,48 16,50 23,31 23,08 27,48 26,39b 27,33b S2 12,30 23,35 20,30 23,29 31,35 33,56a 38,24a S3 13,12 20,14 23,30 26,04 33,41 39,74a 42,48a S4 12,54 17,22 20,57 21,22 23,62 25,86b 22,17c Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test
nyata dengan perlakuan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) yaitu dengan selisih 5,16%. Perlakuan S1, S2, S3, maupun S4 tidak berbeda nyata pada pengamatan 1, 2, 3, 4, dan 5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah dari awal pengamatan hingga ke 7 semakin baik Hal itu sesuai dengan hasil penelitian Prabaningrum dan Moekasan (2014) menunjukkan bahwa tanaman cabai yang ditanam menggunakan mulsa plastik mempunyai hasil panen yang lebih tinggi daripada yang tanpa mulsa plastik. Liang et al (2011) melaporkan bahwa mulsa plastik mempertahankan kelembaban tanah, memperbaiki suhu tanah dan kualitas tanah, sehingga mampu meningkatkan laju fotosistesis daun. Akibatnya hasil panen meningkat. Iqbal et al (2009) melaporkan bahwa hasil panen cabai merah menggunakan mulsa plastik lebih tinggi sebesar 36,5–39,5% dibandingkan dengan hasil tanaman tanpa mulsa plastik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis teknik budidaya cabai merah berbeda nyata terhadap intensitas serangan hama trips pada fase vegetatif dan produksi tanaman namun tidak nyata pada intensitas serangan hama lalat buah di fase generatif.
2. Intensitas serangan hama trips yang tertinggi terdapat pada perlakuan S1 (monokultur cabai merah) sebesar 54,41% dan terendah pada perlakuan S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai) yaitu 28,89%.
3. Produksi tanaman cabai merah mulai meningkat pada pengamatan ke 6 dengan perlakuan yang terbaik adalah S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai).
4. Intensitas serangan hama lalat buah di fase generatif tidak nyata karena beberapa faktor yaitu adanya tanaman mangga yang menjadi inang lalat buah dan adanya beberapa jenis parasitoid yang menyerang lalat buah.
5. Dengan penggunaan mulsa plastik perak hitam pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah lebih baik dibandingkan tanpa penggunaan mulsa.
Saran
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Cabai
Menurut Setiadi (2006) klasifikasi tanaman cabai merah termasuk ke dalam:
Kingdom : Plantae
Diviso : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Solanes
Famili : Solanaceae Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuumL.
Perakaran tanaman cabai merupakan akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut‐serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35‐50 cm. Akar lateral menyebar sekitar 35‐45 cm (Prajnanta, 2007).
Batang utama cabai tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 30‐37,5 cm dan diameter batang antara 1,5‐3 cm. Batang utama berkayu dan berwarna coklat kehijauan. Pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi mulai umur 30 hari setelah tanam (Setiadi, 2006).
Bunga tanaman cabai umumnya suku Solanaseae, berbentuk seperti terompet (hypocrateriformis). Bunga cabai tergolong bunga yang lengkap karena terdiri dari kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistilum). Bunga cabai biasanya menggantung berwarna putih, terdiri dari 6 helai kelopak bunga berwarna kehijauan dan 5 helai mahkota (Setiadi, 2006).
A B
Gambar 1. Tanaman cabai merah (Capsicum annum), A= Fase Vegetatif, B= Fase Generatif (Sumber: Foto langsung)
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanah
Tanaman cabai merah dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik, dan air cukup tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah yang ideal untuk penanaman cabai merah adalah tanah yang gembur, remah, mengandung cukup bahan organik (sekurang-kurangnya 1,5%), unsur hara dan air, serta bebas dari gulma. Tingkat kemasaman (pH) tanah yang sesuai adalah 6-7 (Sumarni dan Muharam, 2005).
Tumpangsari
Tanaman cabai mempunyai banyak jenis hama dan penyakit. Umumnya tanaman cabai dan sayuran lainnya menggunakan pestisida paling banyak serta berlebihan sebagai pengendalian tanpa memperhatikan dampak negatifnya karena hasilnya cepat kelihatan dan pestisida mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau. Kondisi yang demikian pada akhirnya dapat menyebabkan banyak dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu diperlukan penggunaan pestisida yang selektif dan cara pengendalian lainnya, melalui sistem tumpangsari dengan tanaman semusimnya lainnya. Keuntungan pengendalian dengan sistem/pola tanam adalah mengurangi penggunaan pestisida kimiawi, mengurangi resioko kegagalan panen dan meningkatkan pendapatan.
tanaman dan penanaman lahan-lahan terbuka sangat perlu dilakukan karena meningkatkan stabilitas ekosistem serta mengurangi risiko gangguan hama (Tobing, 2009).
Pengendalian bercocok tanam dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan sistem tanam tumpangsari. Keberhasilan pengendalian dengan sistem tanam tumpangsari dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pemilihan tanaman pendamping. Tanaman pendamping dapat menurunkan serangan hama dengan cara mencegah penyebaran hama karena adanya pemisahan tanaman yang rentan. Salah satu jenis tanaman berperan sebagai tanaman perangkap (atraktan) hama dan jenis tanaman yang lain sebagai penolak (repellent) hama (Setiawati dan Asandhi, 2003).
Tanaman tumpangsari dapat meningkatkan produksi tanaman dan pendapatan petani, serta menghindarkan kegagalan bagi satu jenis tanaman dengan menambahkan satu atau lebih jenis tanaman lain yang mempunyai sifat yang kompatibel (Eldriadi, 2011). Selain itu, tanaman tumpangsari juga bermanfaat dalam meningkatkan fungsi musuh alami untuk mengendalikan populasi hama dan pemanfaatan lahan secara optimal dengan sistem tumpangsari akan membawa keuntungan bagi petani, dengan meningkatnya produksi dan kegunaan lahan secara efisien. Penggunaan tanaman tumpangsari meningkatkan keanekaragaman tanaman di lapangan yang dapat menekan serangan hama dan meningkatkan kinerja musuh alami (Sullivan, 2003).
memodifikasi ekosistem yang dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu (1) penjagaan fase musuh alami yang tidak aktif, (2) penjagaan keanekaragaman komunitas, (3) penyediaan inang alternatif, (4) pemyediaan makanan alami, (5) pembuatan tempat berlindung musuh alami dan (6) penggunaan insektisida yang selektif.
Hama Pada Tanaman Cabai Merah
Tabel 1. Hama – hama yang menyerang tanaman cabai merah
Hama trips (Thrips parvispinus Karny)
krotalaria dan kacang- kacangan. Permukaan bawah daun yang terserang berwarna keperak-perakan dan daun mengeriting atau berkerut. Intensitas serangan dapat mencapai 87% (Setiawati et al., 2005).
Biologi Hama trips (Thrips parvispinus Karny)
Klasifikasi trips menurut Direktorat Perlindungan Hortikultura (2013) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Thysanoptera Famili : Thripidae Genus : Thrips
Spesies : Thrips parvispinus Karny
Reproduksi trips tergolong tinggi, dan beberapa di antaranya mempunyai model reproduksi partenogenesis, beberapa arrhenotoky (partenogenesis dengan telur yang tidak dibuahi menjadi individu jantan haploid) dan thelytoky (partenogenesis dengan telur yang tidak dibuahi menjadi individu betina). Metamorfosis trips di antara tipe hemimetabola (sederhana) dan sempurna, karena melewati masa prapupa dan pupa yang inaktif. Jadi, dua tahap nimfa sifatnya aktif, diikuti oleh tahap ketiga yang disebut prapupa, dan tahap keempat yang berupa pupa (Sylvitria, 2010).
Letak telur akan mudah diketahui dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur ini akan menetas sekitar 3 atau 7 hari setelah peletakan oleh imago betina (Sylvitria, 2010).
Gambar 2. Nimfa trips yang terdapat pada bunga cabai merah (Sumber: Foto langsung)
Imago trips yang terdapat pada tanaman cabai merah (A)
Imago
Imago trips yang terdapat pada tanaman cabai merah (B)
Gambar 3. Imago trips , A= Tampak atas, B= Tampak samping (Sumber: Foto langsung)
kemarau populasi lebih tinggi dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Umur stadium serangga dewasa dapat mencapai 20 hari (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2013).
Gejala Serangan
Dampak langsung serangan trips terdapat pada permukaan bawah daun berwarna keperak-perakan, daun mengeriting atau keriput. Secara tidak langsung trips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Hama menyerang dengan menghisap cairan permukaan bawah daun dan atau bunga ditandai oleh bercak-bercak putih/keperak-perakan. Daun akan berubah warna menjadi coklat, mengeriting/keriput dan mati. Pada serangan berat daun, pucuk, serta tunas menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil bahkan pucuk mati (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2013).
Gambar 4. Daun tanaman cabai merah yang terserang hama trips berwarna
Beberapa spesies trips berperan sebagai hama penting, selain karena menimbulkan kerusakan akibat aktivitas makan. Gejala serangan trips amat khas. Daun yang terserang biasanya akan berwarna kekuning-kuningan, berbintik-bintik coklat, saling mengatup, dan berubah bentuk (malformasi) (Sylvitria, 2010).
Fase Generatif
Hama Lalat buah (Bactrocera dorsalis (HENDEL))
Lalat buah dapat menyerang banyak tanaman hortikultura terutama sayur-sayuran dan buah- buahan, sehingga sulit sekali untuk dikendalikan. Akibat serangan hama lalat buah produksi dan mutu buah cabai menjadi rendah, bahkan tidak jarang mengakibatkan gagal panen, karena buah menjadi busuk dan berjatuhan ke tanah. Lalat buah termasuk hama yang poliphagous atau mempunyai banyak tanaman inang alternatif, jika tanaman utamanya sedang tidak berbuah. Tanaman inang hama lalat buah selain cabai ialah nangka, belimbing, mangga, tomat, melon, pepaya, mentimun, paria dll. Lalat buah dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies tanaman buah dan sayur-sayuran baik di daerah tropis maupun daerah subtropis (Hasyim, 2014).
Biologi Hama Lalat buah (Bactrocera dorsalis (HENDEL))
Klasifikasi lalat buah menurut Direktorat Perlindungan Hortikultura (2013) adalah sebagai berikut:
Genus : Bactrocera
Spesies : Bactrocera dorsalis (HENDEL)
Telur lalat buah diletakkan secara berkelompok. Lalat buah betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/hari yang diletakkan pada buah di tempat yang terlindung dan tidak terkena sinar matahari langsung serta pada buah-buah yang
agak lunak dan permukaannya agak kasar (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000).
Larva terdiri atas 3 instar. Larva hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Pada instar ke tiga menjelang pupa, larva akan keluar dari dalam buah melalui lubang kecil. Setelah berada di permukaan kulit buah, larva akan melentingkan tubuh, menjatuhkan diri dan masuk ke dalam tanah. Di dalam tanah larva menjadi pupa (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000). Gambar 5. Lalat buah dewasa pada tanaman cabai merah (Sumber: Foto langsung)
4-10 hari. Pupa berada di dalam tanah atau pasir pada kedalaman 2-3 cm di bawah permukaan tanah atau pasir. Setelah 6 -13 hari, pupa menjadi imago (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2013).
Gejala Serangan
Lalat buah betina menyerang buah cabai dengan cara menusukkan ovipositornya ke dalam buah cabai. Gejala serangan pada buah yang terserang lalat buah, ditandai dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor. Buah yang baru ditusuk akan sulit dikenali karena hanya ditandai dengan titik hitam yang kecil sekali. Telur menetas menjadi belatung dan memakan bagian dalam buah cabai. Kerusakan pada daging buah bagian dalam tidak dapat dilihat, karena permukaan buah tetap mulus. Namun, apabila buah cabai di belah, maka akan terlihat biji-biji berwarna hitam, daging buah busuk, lunak, dan ada belatung yang merupakan larva lalat buah. Luka tusukan lalat buah dapat menyebabkan masuknya infeksi sekunder berupa penyakit busuk buah, baik dari cendawan maupun bakteri. Pada tingkat serangan parah, buah cabai banyak yang busuk dan rontok (Hasyim, 2014).
Gambar 6. Gejala serangan lalat buah pada tanaman cabai merah, A= buah cabai merah yang rusak, B= buah cabai merah yang gugur dan membusuk
(Sumber: Foto langsung)
Serangan hama tersebut dapat menyebabkan buah menjadi rusak dan busuk karena perilaku lalat buah betina meletakkan telur, pada buah, kemudian telur menetas menjadi larva dan memakan daging buah, selanjutnya buah akan gugur sebelum waktunya (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2002).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai (Capsicum sp.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis, menduduki areal paling luas ditanam diantara sayuran yang dibudidayakan di Sumatera Utara. Cabai memiliki daya adaptasi yang luas, dapat ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi dan di berbagai jenis tanah. Kebutuhan akan cabai terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai tetapi produksinya di Indonesia masih rendah, khususnya di Sumatera Utara (Sebayang, 2013).
Cabai merah (Capsicum annuum) termasuk salah satu komoditas sayuran unggulan yang sudah sejak lama diusahakan oleh petani secara intensif. Secara nasional, luas areal panen cabai merah selama 4 tahun terakhir (2005-2008) terus meningkat dengan rerata sebesar 1,95% per tahun. Data tahun 2008 menunjukkan bahwa luas areal panen cabai merah di Indonesia tercatat 109.178 ha atau 10,63% dari luas areal panen sayuran serta menempati urutan terbesar dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009).
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) masih menjadi salah satu kendala utama pada budidaya cabai merah. Sejak fase vegetatif hingga fase generatif, tanaman cabai merah selalu mendapat serangan OPT (Setiawati et al., 2008). Kehilangan hasil panen pada tanaman sayuran akibat serangan hama sekitar 46-100% sedangkan oleh penyakit sekitar 5-90%. Hama
Thrips parvispinus mampu mengakibtkan kehilangan hasil panen hingga 36,84-41,91% sedangkan Bactrocera dorsalis mengakibatkan gagal panen mencapai 20-25% (Setyawati et al., 2004).
Penggunaan pestisida khususnya yang bersifat sintetis berkembang luas karena dianggap paling cepat dan ampuh mengatasi gangguan hama. Namun, penggunaannya ternyata menimbulkan kerugian seperti resistensi hama, resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami dan masalah pencemaran lingkungan dan sangat berbahaya bagi manusia (Kardinan, 2001). Penggunaan pestisida yang intensif dapat mengganggu kestabilan ekosistem sehingga dapat menimbulkan ledakan hama, yang merupakan ciri setiap pertanian monokultur yang mempunyai ekosistem tidak stabil.