Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI xiii
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 10
C.Tujuan Penelitian 14
D.Manfaat Penelitian 15
BAB II MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN
UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS ANAK USIA DINI
A.Konsep Dasar Pengembangan Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain
18
1. Bimbingan dan Konseling bagi Anak Usia Dini 18 2. Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Developmentally
Appropriate Guidance
22
3. Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Adlerian 29
4. Bermain bagi Anak Usia Dini 38
a. Makna Bermain 38
b. Manfaat Bermain 40
c. Karakteristik Bermain 43
d. Teori-teori Bermain 45
e. Tipe-tipe Bermain pada Anak Usia Dini 55
B. Pengembangan Karakter Kindness pada Anak Usia Dini 60
1. Konsep Karakter & Character Strength 60
2. Konsep Karakter Kindness 68
3. Strategi Pengembangan Karakter di Sekolah 71 C.Kerangka Teoretik Model Bimbingan Kelompok Berbasis
Bermain (BKBB)
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii
ii 6.Sistem Penunjang 7.Prinsip-Prinsip Reaksi 8.Langkah-Langkah (Syntax)
9.Evaluasi dan Indikator Keberhasilan
88 94 95 100 D.Pengaruh Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain
terhadap Pengembangan Karakter Kindness Anak Usia Dini
101
BAB III METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian 108
B. Lokasi dan Subjek Penelitian 111
C.Definisi Operasional Variabel 113
D.Asumsi Penelitian 115
E. Hipotesis Penelitian 116
F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian 118
G.Teknik Pengumpulan Data 123
H.Analisis Data 126
I. Prosedur Penelitian 127
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
1. Profil Karakter Kindness Siswa TK di Kec. Sukasari
2. Model Bimbingan yang dilaksanakan Sekolah di Kecamatan Sukasari
3. Pandangan Ahli mengenai Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) untuk Mengembangkan Karakter Kindness Anak Usia Dini
4. Pengaruh Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) dalam Mengembangkan Karakter Kindness Siswa di TK Lab School UPI
5. Pengaruh Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) terhadap Pencapaian Karakter Kindness Siswa TK di Kecamatan Sukasari Bandung
a.Efektivitas Model BKBB Berdasarkan Pengamatan Guru b.Efektivitas Model BKBB Berdasarkan Pengamatan
Asisten Peneliti
6.Pengaruh Pola Asuh Orang Tua, Urutan Kelahiran, dan Jenis Kelamin terhadap Efektivitas Penerapan Model BKBB dalam Mengembangkan Karakter Kindness Siswa TK Kecamatan
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii
iii
1. Profil Karakter Kindness Siswa TK di Kecamatan Sukasari Bandung
2. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain untuk Mengembangkan Karakter Kindness Siswa TK
3. Pandangan Ahli mengenai Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) untuk Mengembangkan Karakter Kindness Anak Usia Dini
4. Efektivitas Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) dalam Mengembangkan Karakter Kindness Siswa 5. Peran Pola Asuh Orang Tua, Urutan Kelahiran, dan Jenis
Kelamin terhadap Efektivitas Model BKBB dalam Mengembangkan Karakter Kindness Siswa TK Kecamatan Sukasari Bandung (Berdasarkan Pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
62
2.2 Klasifikasi Kekuatan Karakter (Character Strength) 66
2.3 Tahap Pelaksanaan 97
2.4 Pandangan Adler tentang Kemungkinan Beberapa Sifat Menurut Urutan Kelahiran
107
3.1 Daftar Nama TK, Jumlah Siswa dan Jumlah Guru di Kec. Sukasari
111
3.2 Jumlah Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 112
3.3 Kisi-Kisi Instrumen Kindness 118
3.4 Ranks 120
3.5 Test Statistics 121
3.6 Ranks 121
3.7 Test Statistics 122
4.1 Profil Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
130
4.2 Profil Dimensi Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
131
4.3 Profil Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
133
4.4 Profil Dimensi Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
135
4.5 Catatan Ahli tentang Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain untuk Mengembangkan Karakter Kindness Siswa
139
4.6 Uji Normalitas Data Karakter Kindness pada Siswa TK Labschool UPI
142
4.7 Hasil Uji t Berpasangan Pre-Post Test DataKarakter Kindness Anak
144
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v
v dan Kelompok Kontrol
4.12 Uji Normalitas Data Karakter Kindness Pada Siswa TK 153 4.13 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Karakter Kindness
Kelompok Eksperimen dan Kontrol
154
4.14 Hasil Uji Analisis Kovarian Kelompok Eksperimen dan Kontrol Data Karakter Kindness Anak
155
4.15 Deskripsi Data Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
156
4.16 Data Normalized Gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah)
161
4.17 Hasil Uji Anova Dua Jalur Karakter Kindness Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah)
162
4.18 Data Normalized Gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu)
165
4.19 Hasil Uji Anova Dua Jalur karakter Kindness Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu)
166
4.20 Data Normalized Gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan kelompok dan Urutan Kelahiran Siswa
168
4.21 Hasil Uji Anova Dua Jalur Karakter Kindness Berdasarkan kelompok dan Urutan Kelahiran Siswa
170
4.22 Data Normalized gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin
172
4.23 Hasil Uji Anova Dua Jalur karakter Kindness Berdasarkan Kelompok dan jenis Kelamin
173
4.24 Data Normalized Gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah)
176
4.25 Hasil Uji Anova Dua Jalur Karakter Kindness Berdasarkan kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah)
177
4.26 Data Normalized Gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu)
180
4.27 Hasil Uji Anova Dua Jalur Karakter Kindness Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu)
181
4.28 Data Normalized gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Urutan Kelahiran Siswa
184
4.29 Hasil Uji Anova Dua Jalur Karakter Kindness Berdasarkan Kelompok dan Urutan Kelahiran Siswa
185
4.30 Data Normalized gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi
vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik Judul Hal
4.1 Profil Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
130
4.2 Profil Dimensi Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
132
4.3 Profil Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
134
4.4 Rata-Rata Karakter Kindness Anak Sebelum dan Setelah Penerapan Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB)
145
4.5 Rata-Rata Dimensi Karakter Kindness Anak Sebelum dan Setelah Penerapan Model Bimbingan kelompok Berbasis Bermain (BKBB)
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal
3.1 Desain Pre Eksperimen 109
3.2 Desain Kuasi Eksperimen 109
3.3 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan 128
4.1 Interaksi antara BKBB dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah) 164 4.2 Interkasi antara BKBB dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu) 167
4.3 Interaksi antara BKBB dan Urutan Lahir Siswa 171
4.4 Interaksi anatar BKBB dan Jenis Kelamin 176
4.5 Interaksi antara BKBB dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah) 179 4.6 Interaksi anatara BKBB dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu) 183
4.7 Interkasi antara BKBB dan Urutan Lahir Siswa 187
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pengembangan karakter saat ini telah menjadi isu nasional, seperti yang
disampaikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya
ketika memperingati Hardiknas di Istana Negara tanggal 11 Mei 2010 yang
menekankan pentingnya character building. Individu yang memiliki karakter
adalah mereka yang memiliki ahlak, moral, dan budi pekerti yang baik, yang
dapat ditunjukkan dengan perilaku di antaranya, toleransi, menghargai, dan
rukun. Pengembangan karakter tersebut hendaknya dioptimalkan dalam proses
pendidikan (www.setneg.go.id/diakses/2-02-2012).
Pendidikan merupakan pilar fundamental bagi pengembangan karakter
siswa, dan hendaknya kembali pada tujuan yang sebenarnya seperti yang
tercantum dalam UU RI No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3
yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Namun, saat ini Indonesia tengah mengalami permasalahan pengembangan
karakter. Kasus geng motor, perampokan, pembunuhan, korupsi, pornografi,
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menunjukkan terjadinya dekadensi moral manusia Indonesia. Permasalahan
karakter tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat secara keseluruhan, namun
juga terjadi di sekolah. Kasus bolos sekolah, kecurangan dalam ujian, serta kasus
tawuran pelajar menjadi benang kusut yang sulit untuk dipecahkan sebagaimana
yang diberitakan dalam Liputan 6 Jumat, 22 Oktober 2010; Suara Merdeka Rabu,
3 Maret 2004; Harian Online Kabar Indonesia 07 Februari 2010. Berita terbaru
berkenaan dengan permasalahan sosial seperti tersebut di atas tidak hanya
dilakukan oleh remaja, bahkan juga oleh anak-anak, seperti kasus tewasnya anak
kelas satu SDN Tamalanrea di Makassar yang dikeroyok oleh teman sekelasnya
(www.beritakotamakassar.com/diakses/2-04-2014). Hasil survei juga
menunjukkan bahwa tindak kekerasan terhadap anak secara nasional tahun 2006
terjadi sekitar 2,81 juta dan sekitar 2,29 juta anak pernah menjadi korbannya.
Angka tersebut menunjukkan bahwa besarnya angka kekerasan terhadap anak
pada tahun 2006 mencapai 3 persen (www.menegpp.go.id/diakses/ 5-01-2013).
Permasalahan karakter di sekolah juga dapat teramati dari hasil observasi
di kelompok A pada salah satu TK di Kecamatan Sukasari Bandung yang
dilaksanakan pada tanggal 9-31 Januari 2013. Hasil observasi tersebut
menunjukkan bahwa siswa umumnya datang terlambat ke sekolah dari 16 orang
anak hanya sekitar 5 orang yang datang tepat waktu; kurang menghargai guru
yang ditunjukkan dengan kurang memperhatikan penjelasan guru pada saat circle
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagian kecil yang menyelesaikan aktivitas yang disiapkan guru; anak naik ke
atas loker, kursi dan meja; berlarian di dalam kelas dan berteriak; sikap selalu
ingin menang sendiri; menolak terlibat dalam satu kelompok yang tidak
dinginkan; bersikeras terhadap pendapatnya sendiri; mencela teman yang
mengalami kegagalan; atau merasa bosan berada dalam suatu aktivitas permainan;
kurang mau berbagi; belum bisa mentaati aturan; dan masih mementingkan
keinginannya sendiri tanpa melihat kepentingan orang lain. Data tersebut
menunjukkan bahwa anak mengalami kesulitan untuk bisa menjadi bagian dalam
kehidupan sosialnya.
Untuk lebih mendapatkan informasi mengenai permasalahan karakter
siswa di sekolah, maka dilakukan pengamatan terstruktur dengan menggunakan
instrumen character strength yang dikembangkan berdasarkan konsep Peterson &
Seligman (2004). Data menunjukkan bahwa siswa masih lemah dalam
menunjukkan karakter kindness, yakni baru sekitar 21.42%. Karakter kindness
adalah karakter yang menggambarkan kecenderungan untuk berbuat baik kepada
orang lain, mengasihi dan memperhatikan kesejahteraan orang lain, membantu
mereka yang membutuhkan, menunjukkan kepedulian, dan kepedulian untuk
merawat orang lain. Karakter ini sangat penting untuk dikuasai, sebagaimana hasil
penelitian di Jepang yang dilakukan oleh Otake, et.al., (2006) yang menyatakan
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melakukannya. Orang yang bahagia menjadi lebih baik dan berterima kasih
dengan melakukan lebih banyak kebaikan (kindness).
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi krisis karakter di
berbagai setting termasuk di sekolah. Sebagaimana yang diutarakan Jareonsettain
dalam Sapriya (2007) bahwa ”we have a crisis of character at the root of all the
troubles everywhere and the crisis has come about the result of education without
refinement of character”.
Jika dianalisis lebih lanjut, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya krisis karakter pada anak, yaitu; (a) faktor yang bersumber dari
masyarakat; (b) faktor yang bersumber dari sekolah; (c) faktor yang bersumber
dari keluarga; serta (d) faktor yang bersumber dari individu.
Pertama, faktor yang bersumber dari masyarakat. Fakta menunjukkan
bahwa telah terjadi pergeseran nilai yang ada dalam tatanan kemasyarakatan.
Masyarakat yang awalnya saling membantu, silih asah, silih asih dan silih asuh
berubah menjadi masyarakat yang mementingkan diri sendiri, sibuk dengan
pekerjaannya masing-masing, kurang peduli terhadap sesama, dan semakin
individualistis. Sebagai contoh, kesibukan masyarakat di jalan raya khususnya di
pagi dan sore hari menunjukkan sikap egois, di mana setiap orang ingin saling
mendahului tanpa mempedulikan orang lain. Kondisi tersebut menurut Milanesi &
Bajek (Waruwu, 2010) menunjukkan krisis yang dihadapi bangsa, di mana telah
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ke masyarakat yang berpusat pada hal-hal material, serba konsumtif duniawi.
Gaya hidup masyarakat pun berubah dari kesantunan, ramah, sopan menjadi
masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan dan kriminalitas individualistis dan
tak peduli dengan perasaan orang lain sepanjang kepentingannya terpenuhi
meskipun harus menyakiti yang lain.
Kedua, faktor yang bersumber dari sekolah. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan kedua setelah keluarga, seyogianya menjadi mitra orang tua dalam
membentuk karakter, namun kenyataannya tidak sedikit sekolah yang hanya
mementingkan kemampuan akademik saja dan mengesampingkan kemampuan
non-akademik seperti bekerja sama, bertanggung jawab, disiplin, menghormati
orang lain, kejujuran serta karakter lainnya. Sejalan dengan hal tersebut di atas,
Hidayatullah (2010) menyatakan bahwa penyebab rendahnya pendidikan karakter
adalah karena sistem pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter,
tetapi lebih menekankan pengembangan intelektual, misalnya sistem ujian
nasional yang lebih menekankan aspek kognitif/akademik.
Ketiga, faktor yang bersumber dari keluarga. Pendidikan di keluarga
merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Dari keluarga anak belajar
bagaimana bersikap terhadap orang lain. Namun, dengan semakin terbukanya
kesempatan bagi pasangan suami istri untuk sama-sama bekerja, memberikan
dampak terhadap komunikasi dan interaksi antara anak dan orang tua, juga pola
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam keluarga akan menjadi fondasi yang kuat bagi pembentukan karakter anak.
Hurlock (1978) menyatakan bahwa orang tua yang bersikap positif dan sehat akan
menghasilkan anak yang bahagia, ramah, relatif bebas dari kecemasan, dan dapat
bekerja sama dalam kelompok. Sebaliknya anak yang berpenyesuaian buruk
biasanya berasal dari hubungan orang tua-anak yang tidak baik. Sejalan dengan
pendapat di atas O’Connor & Scott (2007) juga menyatakan bahwa kehangatan
pengasuhan, kurangnya konflik, kontrol dan pengawasan memainkan peranan
yang sangat penting dalam mengembangkan keterampilan sosial anak.
Keempat, faktor yang bersumber dari individu. Setiap individu berbeda dan
unik antara satu dengan lainnya. Keunikan ini juga dapat diamati berdasarkan
jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), urutan lahir, serta persaingan saudara
kandung. Berdasarkan hasil penelitian Onchwari & Keengwe (2011), anak
perempuan umumnya memiliki skor yang tinggi dibandingkan dengan anak
laki-laki dalam hal kemampuan mengelola emosi (emotion regulated ability).
Hubungan yang tinggi (r=.76) juga ditemukan antara kemampuan mengelola
emosi dengan perilaku yang sesuai. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa
pentingnya pengelolaan emosi dalam kaitannya dengan kesejahteraan anak dan
prestasi akademik. Pernyataan lainnya yang dikemukakan Adler bahwa urutan
lahir berpengaruh terhadap kepribadian, urutan lahir menunjukkan gaya hidup,
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pekerjaan. (www.d120.0rg/assets/1 /staff_assets/ rhalbur/ Alfred_Adler/ diakses
2/2/2014).
Paparan di atas, menunjukkan perlunya sinergitas setiap tatanan dalam
membangun sebuah sistem yang berorientasi pada pengembangan karakter anak.
Kemendiknas (2010) menyatakan bahwa pengembangan karakter suatu bangsa
hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang.
Namun sebagai mahluk sosial, pengembangan karakter individu hanya dapat
dilakukan dalam lingkungan sosial dan konteks budaya tempat individu itu tinggal
yang dalam hal ini dilakukan dalam proses pendidikan.
Layanan pendidikan khususnya bagi anak adalah bagian dari investasi yang
harus diperhatikan. Sebagaimana pendapat Heckman yang menyatakan bahwa
intelegensi dan keterampilan sosial harus dikembangkan sejak dini, dan keduanya
memiliki peran yang sangat kuat dalam kesuksesan di kemudian hari.
Pengembangan keterampilan sosial pada anak usia dini akan berpengaruh
terhadap keberhasilan pengembangan IQ dan juga terhadap produktivitas pribadi
dan sosial. Investasi lebih dini akan menghasilkan keuntungan dalam sumber daya
manusia. Gizi, pengalaman belajar dan kesehatan pada usia 0-5 sangat berdampak
terhadap kesuksesan selanjutnya. Pengembangan anak usia dini (early childhood
development) akan lebih bermanfaat dan biayanya akan lebih efektif jika
dibandingkan dengan memperbaikinya
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Paparan di atas menunjukkan pentingnya pengembangan karakter sedini
mungkin, sebab masa usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter
seseorang. Pendidikan pada anak usia dini akan memberikan dampak positif bagi
perkembangan anak selanjutnya. Adler (Semiun, 2013) menyatakan bahwa gaya
hidup terbentuk pada usia 4 atau 5 tahun, dan sejak itu pengalaman-pengalaman
diasimilasikan dan digunakan dalam gaya hidup yang unik ini. Sikap, perasaan,
persepsi terbentuk dan menjadi mekanik pada usia dini, dan sejak itu praktis gaya
hidup tidak bisa berubah.
Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada
seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa
dewasanya kelak (Megawangi, 2004). Dengan demikian, pada usia ini anak-anak
perlu dipersiapkan untuk tampil menjadi pribadi yang kuat dan memiliki karakter
kindness yang ditunjukkan dengan mau berbagi (generousity), menjaga dan
membantu orang lain (nurturance), peduli pada orang lain (care), menyayangi
orang lain (compassion), mementingkan kepentingan bersama (altruistic love),
serta ramah terhadap orang lain (niceness). Ketidakberhasilan anak mencapai
keterampilan tersebut akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya (Bilmes,
2004). Senada dengan pernyataan tersebut Mize (2005) menyatakan:
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
play cooperatively with peers become better liked over time, whereas preschoolers who engage in aversive behaviour with peers subsequently become rejected and victimized.
Dengan mengacu pada pentingnya pengembangan karakter sejak dini,
maka diperlukan layanan bimbingan, dan bimbingan yang dianggap ideal adalah
bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok secara ideal sangat cocok untuk
orang-orang yang sedang berjuang untuk menangani isu hubungan seperti
keakraban, kepercayaan, dan harga diri. Interaksi kelompok membantu peserta
kegiatan untuk mengidentifikasi, memperoleh balikan, dan mengubah pola yang
mengganggu berbagai hubungan. Keuntungan besar dari terapi kelompok adalah
menggarap pola-pola perbuatan “di sini dan sekarang”, dalam situasi kelompok
yang lebih mirip dengan kenyataan dan dekat dengan peristiwa antar pribadi
(Natawidjaja, 2008). Kegiatan bimbingan kelompok merupakan program yang
harus dipelajari dan dikuasai oleh seorang guru karena dalam pendidikan anak
usia dini, guru selain berperan sebagai pengajar juga berperan sebagai
pembimbing sebagaimana pernyataan Syaodih & Agustin (2008) bahwa dalam
pelaksanaannya bimbingan dilaksanakan terintegrasi dengan pembelajaran.
Sejalan dengan hal di atas, Solehuddin (2009) memaparkan pentingnya
pembelajaran berbasis bimbingan yang terbukti efektif dalam mendorong sekolah
yang kurang beruntung dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Pengembangan karakter sebagai upaya melaksanakan bimbingan yang
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengajaran, sehingga memerlukan pola pembelajaran fungsional dan memerlukan
keteladanan. Gutama menyatakan materi dan pola pembelajaran dalam
pendidikan karakter harus disesuaikan dengan pertumbuhan psikologis peserta
didik, berbasis kearifan lokal dan diintegrasikan kedalam materi pembelajaran
(http://perpustakaan.kemdiknas.go.id). Hal ini sejalan dengan pendapat Elkind &
Sweet (www.goodcharacter.com) yang menyatakan bahwa “Popular wisdom
holds that the best way to implement character education is through a holistic
approach that integrates character development into every aspect of school life”.
Demikian juga pendapat Berkowitz yang menyatakan bahwa “Effective character
education is not adding a program or set of programs to a school. Rather it is a
transformation of the culture and life the school (CSEE Connections, Desember
2011-Januari 2012).
Pengembangan karakter dalam proses bimbingan sejalan dengan
pandangan Adler mengenai manusia dengan memasukan minat kemasyarakatan
(minat sosial), yang terjelma seperti dalam bentuk kerja sama, hubungan antar
pribadi dan hubungan sosial, identifikasi dengan kelompok, empati dan
sebagainya (Semiun, 2013). Adler (Nelsen et.al., 2007) menyatakan bahwa
perilaku manusia didorong oleh keinginan rasa saling memiliki (belonging),
berarti (significance), keterkaitan (connection), dan berharga (worth), keinginan
yang memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan pertama tentang diri
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2009) dalam tulisan pertamanya yang berjudul “The Psysician as Educator” yang
dipublikasikan pada tahun 1904, menjelaskan bahwa konsep-konsepnya secara
umum dapat diaplikasikan bagi pendidik, seperti pendapatnya yang
menginstruksikan para pendidik untuk mengembangkan karakter pada anak
dengan memberikan pengalaman secara alamiah mengenai sebuah konsekuensi
perilaku tanpa ada perasaan takut.
Selain berbasis pada konsep Adler, kegiatan bimbingan kelompok yang
terintegrasi dengan pembelajaran bagi anak usia dini juga hendaknya berbasis
pada kegiatan bermain, karena bermain merupakan cara alamiah anak untuk
menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain
mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses daripada hasil akhir.
Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan
perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur
dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi
belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Dengan demikian anak didik
tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran di tingkat berikutnya.
Oleh karena itu dalam memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus
diperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, alat bermain atau
alat bantu, metode yang digunakan, waktu dan tempat serta teman bermain
(Depdikbud, 1995).
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Natawidjaja (2008) menyatakan bahwa bimbingan merupakan suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara sinambung, supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal
sebagai mahluk sosial.
Bimbingan dan konseling pada anak usia dini dapat diartikan sebagai upaya
bantuan yang dilakukan guru/pendamping terhadap anak usai dini agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal serta mampu mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Bimbingan dilaksanakan terintegrasi dengan
pembelajaran, bernuansa bermain serta melibatkan teman sebaya (Syaodih &
Agustin, 2008). Pernyataan di atas menekankan pada tiga hal utama yang
berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan bagi anak usia dini, yakni: (1)
pengintegrasian bimbingan dalam pembelajaran, (2) proses dilaksanakan dalam
suasana bermain, serta (3) pentingnya pelibatan kelompok teman sebaya.
Pertama, pengintegrasian bimbingan dalam pembelajaran, Solehuddin
(2009) menyatakan bahwa di Taman Kanak-kanak kegiatan bimbingan
difokuskan pada penciptaan lingkungan perkembangan dan belajar yang secara
sengaja dirancang guna memberi peluang dan menstimulasi individu untuk
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hal tersebut maka bimbingan dilakukan melalui upaya stimulasi dan fasilitasi yang
dilakukan melalui perumusan arah dan isi pembelajaran, perlakuan terhadap anak,
pengelolaan ruang belajar dan alat perlengkapannya, serta pelibatan orang tua.
Kedua, proses pelaksanaan bimbingan yang bernuansa bermain, karena
pada dasarnya bermain merupakan pekerjaan anak-anak, ketika anak bermain
mereka sebenarnya sedang bekerja. Bagi mereka, bermain merupakan aktivitas
serius, dan suatu hal yang sangat penting bagi anak untuk belajar dan berkembang
(Dimidjian, 1992). Bermain merupakan cara anak untuk belajar yang tidak ada
seorang pun dapat mengajarkannya (Weininger, 1979). Piaget (Muro & Kottman,
1995) mengatakan bahwa play was the child way of assimilating new information
into his or her view of the world and adapting to new situations. Aktivitas
bermain khususnya bermain secara kelompok dapat memungkinkan mereka
untuk belajar negosiasi, memecahkan masalah, berbagi, dan bekerja dalam sebuah
tim. Anak-anak mempraktekan keterampilan pengambilan keputusan
(decision-making), menunjukkan arah diri, dan menemukan minat selama mereka sedang
bermain (McNamee & Bailey, 2010, www.msuextension.org).
Permainan mampu meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya,
mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya
jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara
potensial berbahaya (Santrock, 2002). Bermain dengan teman sebaya membuat
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belum dikenalnya dan mengatasi berbagai persoalan yang ditimbulkan oleh
hubungan tersebut (Mulyadi, 2004). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa
bermain sesungguhnya dapat memberikan pengalaman bagi anak untuk
mengembangkan karakter dengan mengembangkan nilai kemurahan
hati/kedermawanan, mengasuh/memelihara sikap baik, peduli pada sesama,
memupuk perasaan kasih sayang, mengembangkan sikap mementingkan
kepentingan bersama, serta melatih sikap-sikap yang menyenangkan.
Ketiga, pelibatan kelompok teman sebaya dalam kegiatan bimbingan.
Salah satu layanan bimbingan yang dapat memberikan kesempatan pada anak
untuk mengembangkan karakternya adalah layanan bimbingan kelompok. Setting
kelompok memberikan manfaat bagi anggota di antaranya: (1) Kelompok dapat
meningkatkan spontanitas anak sehingga level partisipasi mereka juga tinggi; (2)
merespon dua persoalan sekaligus yakni dimensi intrapsikis dan interpersonal
anak; (3) memungkinkan terjadi refleksi dan katarsis; (4) kesempatan anak untuk
mencapai self-growth dan self exploration; (5) didekatkan dengan realitas
kehidupan sebenarnya; (6) permainan kelompok ibarat miniatur masyarakat
sehingga anak akan memahami makna kehadirannya bagi anak-anak yang lain; (7)
adegan dalam permainan kelompok akan mengurangi kecenderungan anak
berfantasi dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya; (8) memiliki peluang
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
beberapa orang anak mungkin dapat membantu dalam pengembangan hubungan
terapeutik bagi beberapa orang anak (Sweeney & Homeyer, 1999).
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam disertasi ini
adalah “Apakah model bimbingan kelompok berbasis bermain (BKBB) efektif
dalam mengembangkan karakter kindness anak usia dini?”, secara lebih lanjut
pertanyaan penelitian akan diuraikan di bawah ini.
1. Seperti apa profil karakter kindness pada siswa TK di Kecamatan Sukasari
Bandung tahun ajaran 2013/2014?
2. Seperti apa model bimbingan yang saat ini dilaksanakan di TK-TK yang
ada di Kecamatan Sukasari Bandung tahun ajaran 2013/2014?
3. Seperti apa rumusan model bimbingan kelompok berbasis bermain
(BKBB) yang dapat digunakan untuk mengembangkan karakter kindness
anak usia dini?
4. Apakah karakter kindness siswa kelompok A TK Lab School UPI lebih
tinggi setelah diterapkan model bimbingan kelompok berbasis bermain
(BKBB)?
5. Apakah menurut pengamatan guru dan asisten peneliti, kelompok yang
diberikan penerapan model BKBB memperoleh pencapaian karakter
kindness lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Apakah menurut pengamatan guru dan asisten peneliti, kelompok yang
diberikan penerapan model BKBB dengan kelompok yang tidak diberikan
penerapan model BKBB mampu menunjukkan pencapaian karakter
kindness yang berbeda jika ditinjau dari pola asuh orang tua, urutan
kelahiran dan jenis kelamin?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model
bimbingan kelompok berbasis bermain yang efektif untuk mengembangkan
karakter kindness anak usia dini.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui profil karakter kindness pada siswa TK di Kecamatan
Sukasari Bandung tahun ajaran 2013/2014.
2. Untuk mengetahui model bimbingan yang saat ini dilaksanakan di TK-TK
yang ada di Kecamatan Sukasari Bandung.
3. Untuk mengetahui rumusan model bimbingan kelompok berbasis bermain
(BKBB) yang telah tervalidasi oleh para pakar.
4. Untuk mengetahui efektivitas peningkatan karakter kindness siswa
kelompok A TK Lab School UPI setelah diterapkan model BKBB.
5. Untuk mengetahui efektivitas pencapaian karakter kindness pada
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diterapkan model BKBB, baik menurut pengamatan guru maupun asisten
peneliti.
6. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas pencapaian karakter kindness
pada kelompok yang diterapkan model BKBB dengan kelompok yang
tidak diterapkan model BKBB ditinjau dari pola asuh orang tua, urutan
kelahiran dan jenis kelamin baik menurut pengamatan guru maupun
asisten peneliti.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya khazanah
keilmuan bimbingan dan konseling dan pendidikan anak usia dini, khususnya
terkait dengan dihasilkannya Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain
(BKBB) yang dapat digunakan untuk mengembangkan karakter kindness pada
anak usia dini. Melalui studi literatur yang telah dilakukan, model bimbingan ini
diintegrasikan ke dalam pembelajaran sehari-hari, dengan menekankan pada
pemanfaatan aktivitas bermain dan kegiatan kelompok. Dalam model ini, bermain
di desain, sehingga anak tidak hanya bermain jika ada kesempatan, tetapi guru
menciptakan kesempatan supaya anak dapat bermain.
Inovasi yang dihasilkan melalui penelitian ini, dapat memberikan nuansa
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bimbingan, sehingga membuka peluang bagi berbagai pihak untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak, yaitu:
a. Guru. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk
menerapkan model pembelajaran berbasis bermain serta pembelajaran
berbasis bimbingan. Guru kerap kali mengutarakan kesulitannya dalam
mengimplementasikan kegiatan bermain dalam kegiatan pembelajaran,
dan bahkan saat ini, bermain masih dianggap sebagai kegiatan yang
terpisah dengan pembelajaran atau hanya sebuah hadiah ketika anak telah
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Melalui model ini guru
dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sistematis dan
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk bermain.
Model ini menjadikan guru sebagai orang yang kreatif yang memfasilitasi
pengalaman belajar anak secara holistik.
b. Penyelenggaraan Pendidikan. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan terhadap upaya-upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan
pendidikan, bimbingan, pengasuhan dan pembelajaran bagi anak usia dini.
Penyelenggara pendidikan, umumnya menginginkan lembaga yang
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan sebaik-baiknya. Penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam
menemukan identitas ke-khas-an sekolah, mengingat model ini memiliki
tahapan yang berbeda dengan kegiatan di TK pada umumnya.
c. Pembuat Kebijakan. Hasil penelitian ini di dapat dijadikan sebagai
alternatif model pembelajaran yang dapat di gunakan pada PAUD yang
ada di Indonesia. Selama ini, model pembelajaran yang di sosialisasikan di
Indonesia lebih banyak mengadopsi model yang dikembangkan di negara
lain tanpa mengadaptasinya terlebih dahulu. Disisi lain, pemerintah
memerlukan model yang sesuai dengan kebutuhan anak dan sesuai dengan
kontek lingkungan budaya di Indonesia. Model ini mampu menjawab
tantangan tersebut dengan memasukan kegiatan permainan tradisional dan
pengenalan lagu kebangsaan kepada anak usia dini, secara tidak langsung
model ini dapat menjadi media bagi penanaman kecintaan terhadap tanah
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and
Development). Borg & Gall (2003) menyatakan bahwa penelitian dan
pengembangan dalam bidang pendidikan merupakan perkembangan yang
berbasis pada industri, dimana penemuan hasil penelitian digunakan untuk
mendesain prosedur dan produk baru, yang kemudian secara sistematis diuji di
lapangan, dievaluasi, dan disaring sampai prosedur dan produk tersebut sesuai
dengan kriteria keefektifan, bermutu atau memiliki standar yang sama.
Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan
adalah suatu strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk
memperbaiki praktik. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau
langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.
Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah model bimbingan
kelompok berbasis bermain yang kemudian disingkat sebagai model BKBB.
Untuk menghasilkan produk tersebut, peneliti menggunakan pendekatan
baik kualitatif maupun kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk
memvalidasi model BKBB baik lisan maupun tulisan dari pakar Pendidikan Anak
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lapangan dan refleksi guru. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan beberapa desain, yaitu:
1. Metode deskriptif dilakukan untuk mengetahui kategori profil karakter
kindness siswa TK di kecamatan Sukasari.
2. Metode pre eksperimen dilakukan untuk mengetahui efektivitas model
BKBB pada uji terbatas, yakni di TK Labschool UPI. Desain yang
digunakan adalah one-group pretest-posttest design. Desain ini dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
O1 X O2
Gambar 3.1 Desain Pre Eksperimen
(Cambell&Stanley: 1963, Furqon&Emilia; 2010)
3. Metode kuasi eksperimen dilakukan untuk mengetahui efektivitas Model
BKBB pada uji lebih luas. Desain kuasi eksperimen yang digunakan
dalam penelitian adalah Nonequivalent Groups Pretest-Posttest Design.
Peneliti menggunakan kelompok yang sudah ada, memberikan pre tes,
mengadministrasikan perlakuan (treatment) kepada satu kelompok dan
kemudian melakukan post tes. Desain kuasi eksperimental dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Nonequivalent Groups Pretest-Postest Design
Group Pretest Treatment Posttest
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KK O O
Gambar 3.2
Desain Kuasi Eksperimental (Mcmillan&Schumacher, 2001)
Keterangan :
KE = Kelompok Eksperimen KK = Kelompok Kontrol O = Observasi
X = Tindakan
4. Desain Faktorial
Terdapat beberapa variabel sekunder yang akan dikontrol dalam
penelitian ini, yaitu: (1) Pola Asuh Orang Tua, (2) Urutan Kelahiran, (3)
Jenis Kelamin. Seniati, dkk (2008) menyatakan bahwa desain faktorial
merupakan satu-satunya desain yang menggunakan teknik kontrol variabel
sekunder dengan menjadikannya sebagai variabel bebas ke-dua. Hal ini
akan memperkecil varians kesalahan sehingga varians sistematiknya
menjadi besar. Dalam desain faktorial terdapat dua masalah penelitian
yang akan dijawab yaitu; (1) pengaruh utama (main effect) dari
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, dan (2) pengaruh interaksi
(interaction effect) antar variabel bebas yang terikat terhadap variabel
terikat.
Interaksi antara model BKBB dan pola asuh orang tua terhadap
karakter kindness siswa diungkap dengan menganalisis data kelompok
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan desain faktorial 4X2. Hipotesis penelitiannya berbunyi:
“Keefektifan efektifitas model bimbingan kelompok berbasis bermain
siswa bergantung kepada pola asuh orangtua”.
Interaksi antara model BKBB dan urutan kelahiran terhadap karakter
kindness siswa diungkap dengan menganalisis data kelompok kontrol dan
eksperimen dengan menggunakan uji Anova dua jalur dengan
menggunakan desain faktorial 7X2. Hipotesis penelitiannya berbunyi:
“Keefektifan efektifitas model bimbingan kelompok berbasis bermain
siswa bergantung kepada urutan kelahiran siswa”.
Interaksi antara model BKBB dan jenis kelamin (laki-laki dan
perempuan) terhadap karakter kindness siswa diungkap dengan
menganalisis data kelompok kontrol dan eksperimen dengan
menggunakan uji Anova dua jalur dengan menggunakan desain faktorial
2X2. Hipotesis penelitiannya berbunyi: “Keefektifan efektifitas model
bimbingan kelompok berbasis bermain siswa bergantung kepada jenis
kelamin”.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di TK yang ada di Kecamatan Sukasari
Bandung dengan jumlah 20 sekolah, 1069 siswa, dan 106 guru. Lokasi ini dipilih
dengan mempertimbangkan respon positif dari Guru dan Kepala Sekolah untuk
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebelumnya di informasikan mengenai model BKBB dalam rapat gugus. Hal ini
dibutuhkan mengingat, dalam penerapan model BKBB, sekolah akan mengubah
beberapa kebiasaan yang sebelumnya dilakukan. Apapun Subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas A dan B. Data TK di Kecamatan Sukasari dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Daftar Nama TK, Jumlah Siswa dan Jumlah Guru Di Kecamatan Sukasari Bandung
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk memperoleh gambaran profil karakter kindness siswa TK di
kecamatan Sukasari, diambil sampel secara acak sebanyak 286 siswa. Uji coba
terbatas dilakukan di TK Lab School UPI dengan jumlah sampel 16 siswa. Uji
coba luas dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling, dan dipilih
enam sekolah yang akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen terdiri dari TK Armia,
TK Ar-Raudlah dan TK Nasywa. Sementara kelompok kontrol terdiri dari TK
Sarijadi, TK Nurul Falah, dan TK Aisiyah 7.
Tabel 3.2 Jumlah Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No Nama TK Jml Siswa
A B
1 TK Armia 18 24
2 TK Ar Raudlah 11 14
3 TK Nasywa 15 12
4 TK Sarijadi 12 26
5 TK Aisiyah 7 18 14
6 TK Nurul Falah 11 13
Jumlah 85 103
Jumlah Keseluruhan 188
Setelah uji coba luas dilakukan, jumlah data yang dapat dianalisis
sebanyak 116 siswa.
C. Definisi Operasional Variabel
Variabel bebas pada penelitian ini adalah model bimbingan kelompok
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dini. Variabel sekunder yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini adalah pola
asuh orang tua, urutan kelahiran dan jenis kelamin.
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Bimbingan Kelompok
Berbasis Bermain (BKBB), yaitu model bimbingan dengan menggunakan
seting kelompok yang berbasis pada aktivitas bermain dengan karakteristik
menyenangkan, sukarela, fleksibel, lebih mengutamakan proses
dibandingkan hasil, mengutamakan motivasi intrinsik yang terintegrasi
dalam pembelajaran sehari-hari.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karakter kindness merupakan
bagian dari karakter kemanusiaan (humanity). Karakter ini
menitikberatkan pada kekuatan interpersonal yang melibatkan
kecenderungan untuk bersama dan berteman dengan orang lain. Kebaikan
(kindness) terdiri dari enam atribut yakni; (1) kemurahan hati/
kedermawanan/ suka berbagi (generousity), (2) mengasuh/ memelihara/
merawat orang lain (nurturance), (3) peduli pada orang lain (care), (4)
perasaan kasih sayang/sabar terhadap orang lain (compassion), (5)
mementingkan kepentingan bersama (altruistic love), dan juga (6) ramah
terhadap orang lain (niceness). Karakter ini memiliki terminologi yang
dekat dengan orientasi diri sebagai bagian dari orang lain. Orientasi ini
berlawanan dengan solipsism, yakni ketika diri hanya berhubungan
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dirinya dan yang dianggap menguntungkan saja (berguna bagi dirinya).
Karakter kindness menonjolkan nilai kemanusiaan yang mana orang lain
adalah sama berharganya dengan dirinya, butuh untuk diperhatikan, tidak
hanya berguna untuk alasan tertentu saja, tetapi juga berguna bagi
semuanya.
3. Varibel sekunder dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua, jenis
kelamin siswa dan urutan kelahiran. Pola asuh orang tua dibagi menjadi
empat jenis yaitu; (1) authoritative, (2) authoritarian, (3) permisive
indulgent, dan (4) permisive indifferent. Urutan kelahiran adalah urutan
anak dalam keluarga yakni anak kesatu, kedua, ketiga dan seterusnya.
Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan.
Pengertian efektif dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan karakter
kindness pada anak usia dini yang diukur dari perilaku (1) kemurahan hati/
kedermawanan/ suka berbagi (generousity), (2) mengasuh/ memelihara/ merawat
orang lain (nurturance), (3) peduli pada orang lain (care), (4) perasaan kasih
sayang/sabar terhadap orang lain (compassion), (5) mementingkan kepentingan
bersama (altruistic love), dan juga (6) ramah terhadap orang lain (niceness).
Karakter ini dapat dikatakan efektif jika dia menghargai orang lain, mau
membantu orang lain tanpa pamrih, bukan karena ingin memiliki reputasi yang
baik, atau keuntungan untuk dirinya sendiri, meskipun akan memberikan banyak
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Asumsi Penelitian
Asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah:
1. Bermain dalam setting kelompok memberikan kesempatan bagi anak
untuk membangun proses psikososial melalui tumbuh dan belajar
mengenai diri mereka dan orang lain (Sweeney & Homeyer, 1999).
2. Di dalam suatu kelompok, kerjasama merupakan hal yang penting, dan
kesediaan mengikuti orang lain merupakan sesuatu yang sangat
dianjurkan. Pada saat yang sama, kreativitas dan originalitas merupakan
sesuatu yang dihargai, melalui kelompok anak-anak belajar mengenal
dirinya, mereka belajar karena mereka dipersilahkan berkomunikasi
dengan bahasa mereka, yaitu bahasa bermain. Melalui permainan, mereka
belajar melalui apa yang mereka dengar dan mengamati anak-anak lainnya
(Rusmana, 2009).
3. Kemendiknas (2010) menyatakan bahwa pengembangan karakter suatu
bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu
seseorang. Namun sebagai mahluk sosial, maka pengembangan karakter
individu hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan konteks
budaya dimana individu itu tinggal yang dalam hal ini dilakukan dalam
proses pendidikan.
4. Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap bukan
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memerlukan keteladanan. Materi dan pola pembelajaran disesuaikan
dengan pertumbuhan psikologis peserta didik, berbasis kearifan lokal dan
diintegrasikan kedalam materi pembelajaran (Gutama dalam
http://perpustakaan.kemdiknas.go.id).
5. Popular wisdom holds that the best way to implement character education
is through a holistic approach that integrates character development into
every aspect of school life (Elkind & Sweet dalam
www.goodcharacter.com).
6. Effective character education is not adding a program or set of programs
to a school. Rather it is a transformation of the culture and life the school
(Berkowitz dalam CSEE Connections, Desember 2011-Januari 2012).
7. Bermain dengan teman sebaya membuat anak-anak belajar membangun
suatu hubungan sosial dengan anak-anak lain yang belum dikenalnya dan
mengatasi berbagai persoalan yang ditimbulkan oleh hubungan tersebut
Mulyadi (2004).
8. Karakter anak dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pola asuh
orang tua, persaingan saudara kandung dan jenis kelamin.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan pada pertanyaan
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hipotesis 1 setelah penerapan model BKBB lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum penerapan model BKBB
H1 : µ post >µ pre
Hipotesis 2 (Berdasarkan Pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)
H0: Pencapaian karakter kindness pada kelompok yang diterapkan model BKBB tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan penerapan model BKBB
H0 : µ ke = µ ko
H1: Pencapaian karakter kindness pada kelompok yang diterapkan model BKBB lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan penerapan model BKBB
H1 : µ ke >µ ko
Hipotesis 3 (Berdasarkan Pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)
H0 : Interaction effect = 0 (Tidak ada interaksi antara BKBB dan pola asuh orang tua (ayah))
H1 : Interaction effect ≠ 0 (Kefektivan BKBB Bergantung pada pola asuh orang tua (ayah))
Hipotesis 4 (Berdasarkan Pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)
H0 : Interaction effect = 0 (Tidak ada interaksi antara BKBB dan pola asuh orang tua (ibu))
H1 : Interaction effect ≠ 0 (Kefektivan BKBB Bergantung pada pola asuh orang tua (ibu))
Hipotesis 5 (Berdasarkan pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)
H0 : Interaction effect = 0 (Tidak ada interaksi antara BKBB dan urutan kelahiran siswa)
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hipotesis 6 (Berdasarkan Pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)
H0 : Interaction effect = 0 (Tidak ada interaksi antara BKBB dan Jenis Kelamin)
H1 : Interaction effect ≠ 0 (Kefektivan BKBB Bergantung pada Jenis Kelamin)
F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen Kindness
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dikembangkan berdasarkan
konsep keterampilan-keterampilan yang termasuk dalam karakter kindness yang
dipaparkan oleh Peterson & Seligman (2004). Instrumen yang dikembangkan
merupakan pedoman observasi yang berbentuk skala. Instrumen digunakan untuk
mengetahui seberapa sering perilaku tersebut diperlihatkan siswa. Kisi-kisi
pengembangan instrumen kindness dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Kindness No Indikator
Kindness
Definisi Deskriptor
1 Generousity Sikap kemurahan hati
/kedermawanan/ suka berbagi
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 Compassion Sikap yang menunjukkan
perasaan kasih sayang atau
6 Niceness Sikap yang menunjukkan keramahan terhadap orang lain/
2. Proses Penimbangan Instrumen Kindness
Instrumen yang telah disusun berdasarkan konsep Peterson & Seligman
(2004), kemudian ditimbang oleh pakar dengan maksud memperoleh item yang
benar-benar menunjukkan perilaku kindness. Instrumen ditimbang oleh tiga orang
pakar yakni: (1) Colette T. Dollarhide yang merupakan Associate Professor,
Counselor Education di The Ohio State University, (2) Bunyamin Maftuh, yang
merupakan guru besar pada bidang pendidikan nilai di Universitas Pendidikan
Indonesia serta (3) Ernawulan Syaodih, yang merupakan pakar pendidikan anak
usia dini di PGPAUD Universitas Pendidikan Indonesia. Instrumen yang telah
memperoleh penilaian dari ketiga pakar tersebut kemudian direvisi sesuai dengan
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
praktisi untuk mengetahui persepsinya mengenai instrumen kindness yang
dikembangkan. Para praktisi tersebut adalah guru pada bidang anak usia dini.
3. Uji Empiris Instrumen Kindness
Instrumen yang telah ditimbang oleh pakar, kemudian direvisi dan
kemudian di uji secara empiris untuk mengetahui apakah intsrumen tersebut telah
memenuhi kriteria validitas. Guilford (Hidayati, 2013) memaparkan mengenai uji
keterandalan antar-rater melalui penghitungan koefisien kesepakatan antar
pengamat (rater), disebut dengan koefisien konkordansi. Koefisien konkordasi ini
dicari dengan formula Ebel. Koefisien konkordansi bisa diterima pada taraf
signifikansi 5% jika peluang kesalahannya ≤ 0.05 (yang lazim dipakai dalam
penelitian sosial, penelitian pendidikan). Jika ternyata peluang kesalahannya lebih
besar dari ketentuan itu, yang berarti antar pengamat tidak ada kecocokan
pengamatan, maka butir yang dinilai harus digugurkan dan tidak boleh dipakai
sebagai bahan analisis penelitian (Hadi, 1991). Dengan kata lain butir tersebut
tidak valid.
Uji instrumen pertama dilakukan di TK Lab UPI di kelas A terhadap 5
orang siswa. Pengamatan dilakukan oleh dua orang guru. Hipotesis pada uji ini
adalah:
Ho : Pengamat memiliki persepsi yang sama terhadap kelima anak
H1 : Pengamat memiliki persepsi yang berbeda terhadap kelima anak
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika nilai probabilitas (Asymp. Sig) ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai probabilitas (Asymp. Sig) < 0,05 maka Ho ditolak
Berdasarkan hasil uji konkordansi kendall diperoleh hasil seperti pada tabel
di bawah ini.
Tabel 3.4 Ranks
Mean Rank
Alf 5.00
Dik 2.50
Gal 3.25
Rai 1.50
Zah 2.75
Tabel 3.5 Test Statistics
N 2
Kendall's Wa .679
Chi-square 5.436
Df 4
Asymp. Sig. .245
Kendall's Coefficient of Concordance
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig = 0,245 >
0,05. Hal ini berarti bahwa H0 diterima. Dengan kata lain bahwa Pengamat
memiliki persepsi yang sama terhadap kelima anak.
Uji instrumen kedua dilakukan di Daycare Taman Isola terhadap lima
orang siswa yang usianya 4-6 tahun. Pengamatan dilakukan oleh dua orang guru.
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Ho : Pengamat memiliki persepsi yang sama terhadap kelima anak
Ha : Pengamat memiliki persepsi yang berbeda terhadap kelima anak
Dasar Pengambilan Keputusan
Jika nilai probabilitas (Asymp. Sig) ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai probabilitas (Asymp. Sig) < 0,05 maka Ho ditolak
Hasil uji konkordansi Kendall diperoleh hasil seperti pada tabel di bawah
ini.
Tabel 3.6 Ranks
Mean Rank
Ben 2.00
Dji 3.75
Faw 1.00
Gal 3.25
Nau 5.00
Tabel 3.7 Test Statistics
N 2
Kendall's Wa .987
Chi-square 7.897
Df 4
Asymp. Sig. .095
Kendall's Coefficient of Concordance
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig = 0,245 >
0,05. Hal ini berarti bahwa H0 diterima. Dengan kata lain bahwa Pengamat
memiliki persepsi yang sama terhadap kelima anak.
Euis Kurniati, 2015
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS
ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penentuan kriteria karakter kindness siswa dilakukan dengan
mengkategorisasikannya dengan menggunakan uji persentil. Uji persentil adalah
untuk menentukan persentase data berdasarkan data aktual. Karena akan membagi
data menjadi 3 bagian (Tinggi, Sedang, dan Rendah) maka uji persentil yang
digunakan adalah persentil 33 dan 66. Hal ini berarti bahwa kategori rendah
berada pada 0% - 33%, sedang berada pada 34% - 66% dan tinggi berada pada
67% - 100%. Langkah-langkah pengerjaan persentil 33 dan 66 menggunakan
SPSS 18 adalah sebagai berikut.
a) Buka file data karakter kindness kemudian klik, Analyze, Desciptive
statistics, frequencies
b) Masukan data karakter kindness ke kolom variables
c) Klik statistics, klik persentil dan tulis 33, kemudian add, selanjutnya tulis
lagi 66 kemudian add
d) Klik continue dan klik ok
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
(Sukmadinata, 2006). Observasi dilakukan untuk mengetahui profil karakter