• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS ANAK USIA DINI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS ANAK USIA DINI."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI xiii

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 10

C.Tujuan Penelitian 14

D.Manfaat Penelitian 15

BAB II MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN

UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS ANAK USIA DINI

A.Konsep Dasar Pengembangan Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain

18

1. Bimbingan dan Konseling bagi Anak Usia Dini 18 2. Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Developmentally

Appropriate Guidance

22

3. Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Adlerian 29

4. Bermain bagi Anak Usia Dini 38

a. Makna Bermain 38

b. Manfaat Bermain 40

c. Karakteristik Bermain 43

d. Teori-teori Bermain 45

e. Tipe-tipe Bermain pada Anak Usia Dini 55

B. Pengembangan Karakter Kindness pada Anak Usia Dini 60

1. Konsep Karakter & Character Strength 60

2. Konsep Karakter Kindness 68

3. Strategi Pengembangan Karakter di Sekolah 71 C.Kerangka Teoretik Model Bimbingan Kelompok Berbasis

Bermain (BKBB)

(2)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

ii 6.Sistem Penunjang 7.Prinsip-Prinsip Reaksi 8.Langkah-Langkah (Syntax)

9.Evaluasi dan Indikator Keberhasilan

88 94 95 100 D.Pengaruh Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain

terhadap Pengembangan Karakter Kindness Anak Usia Dini

101

BAB III METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian 108

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 111

C.Definisi Operasional Variabel 113

D.Asumsi Penelitian 115

E. Hipotesis Penelitian 116

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian 118

G.Teknik Pengumpulan Data 123

H.Analisis Data 126

I. Prosedur Penelitian 127

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Profil Karakter Kindness Siswa TK di Kec. Sukasari

2. Model Bimbingan yang dilaksanakan Sekolah di Kecamatan Sukasari

3. Pandangan Ahli mengenai Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) untuk Mengembangkan Karakter Kindness Anak Usia Dini

4. Pengaruh Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) dalam Mengembangkan Karakter Kindness Siswa di TK Lab School UPI

5. Pengaruh Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) terhadap Pencapaian Karakter Kindness Siswa TK di Kecamatan Sukasari Bandung

a.Efektivitas Model BKBB Berdasarkan Pengamatan Guru b.Efektivitas Model BKBB Berdasarkan Pengamatan

Asisten Peneliti

6.Pengaruh Pola Asuh Orang Tua, Urutan Kelahiran, dan Jenis Kelamin terhadap Efektivitas Penerapan Model BKBB dalam Mengembangkan Karakter Kindness Siswa TK Kecamatan

(3)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii

iii

1. Profil Karakter Kindness Siswa TK di Kecamatan Sukasari Bandung

2. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain untuk Mengembangkan Karakter Kindness Siswa TK

3. Pandangan Ahli mengenai Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) untuk Mengembangkan Karakter Kindness Anak Usia Dini

4. Efektivitas Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) dalam Mengembangkan Karakter Kindness Siswa 5. Peran Pola Asuh Orang Tua, Urutan Kelahiran, dan Jenis

Kelamin terhadap Efektivitas Model BKBB dalam Mengembangkan Karakter Kindness Siswa TK Kecamatan Sukasari Bandung (Berdasarkan Pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(4)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

62

2.2 Klasifikasi Kekuatan Karakter (Character Strength) 66

2.3 Tahap Pelaksanaan 97

2.4 Pandangan Adler tentang Kemungkinan Beberapa Sifat Menurut Urutan Kelahiran

107

3.1 Daftar Nama TK, Jumlah Siswa dan Jumlah Guru di Kec. Sukasari

111

3.2 Jumlah Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 112

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Kindness 118

3.4 Ranks 120

3.5 Test Statistics 121

3.6 Ranks 121

3.7 Test Statistics 122

4.1 Profil Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

130

4.2 Profil Dimensi Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

131

4.3 Profil Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan Jenis Kelamin

133

4.4 Profil Dimensi Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan Jenis Kelamin

135

4.5 Catatan Ahli tentang Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain untuk Mengembangkan Karakter Kindness Siswa

139

4.6 Uji Normalitas Data Karakter Kindness pada Siswa TK Labschool UPI

142

4.7 Hasil Uji t Berpasangan Pre-Post Test DataKarakter Kindness Anak

144

(5)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

v dan Kelompok Kontrol

4.12 Uji Normalitas Data Karakter Kindness Pada Siswa TK 153 4.13 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Karakter Kindness

Kelompok Eksperimen dan Kontrol

154

4.14 Hasil Uji Analisis Kovarian Kelompok Eksperimen dan Kontrol Data Karakter Kindness Anak

155

4.15 Deskripsi Data Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

156

4.16 Data Normalized Gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah)

161

4.17 Hasil Uji Anova Dua Jalur Karakter Kindness Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah)

162

4.18 Data Normalized Gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu)

165

4.19 Hasil Uji Anova Dua Jalur karakter Kindness Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu)

166

4.20 Data Normalized Gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan kelompok dan Urutan Kelahiran Siswa

168

4.21 Hasil Uji Anova Dua Jalur Karakter Kindness Berdasarkan kelompok dan Urutan Kelahiran Siswa

170

4.22 Data Normalized gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin

172

4.23 Hasil Uji Anova Dua Jalur karakter Kindness Berdasarkan Kelompok dan jenis Kelamin

173

4.24 Data Normalized Gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah)

176

4.25 Hasil Uji Anova Dua Jalur Karakter Kindness Berdasarkan kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah)

177

4.26 Data Normalized Gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu)

180

4.27 Hasil Uji Anova Dua Jalur Karakter Kindness Berdasarkan Kelompok dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu)

181

4.28 Data Normalized gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Urutan Kelahiran Siswa

184

4.29 Hasil Uji Anova Dua Jalur Karakter Kindness Berdasarkan Kelompok dan Urutan Kelahiran Siswa

185

4.30 Data Normalized gain Karakter Kindness Anak Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin

(6)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik Judul Hal

4.1 Profil Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

130

4.2 Profil Dimensi Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

132

4.3 Profil Karakter Kindness pada Siswa TK di Kec. Sukasari Bandung tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan Jenis Kelamin

134

4.4 Rata-Rata Karakter Kindness Anak Sebelum dan Setelah Penerapan Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB)

145

4.5 Rata-Rata Dimensi Karakter Kindness Anak Sebelum dan Setelah Penerapan Model Bimbingan kelompok Berbasis Bermain (BKBB)

(7)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

3.1 Desain Pre Eksperimen 109

3.2 Desain Kuasi Eksperimen 109

3.3 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan 128

4.1 Interaksi antara BKBB dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah) 164 4.2 Interkasi antara BKBB dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu) 167

4.3 Interaksi antara BKBB dan Urutan Lahir Siswa 171

4.4 Interaksi anatar BKBB dan Jenis Kelamin 176

4.5 Interaksi antara BKBB dan Pola Asuh Orang Tua (Ayah) 179 4.6 Interaksi anatara BKBB dan Pola Asuh Orang Tua (Ibu) 183

4.7 Interkasi antara BKBB dan Urutan Lahir Siswa 187

(8)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

(9)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pengembangan karakter saat ini telah menjadi isu nasional, seperti yang

disampaikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya

ketika memperingati Hardiknas di Istana Negara tanggal 11 Mei 2010 yang

menekankan pentingnya character building. Individu yang memiliki karakter

adalah mereka yang memiliki ahlak, moral, dan budi pekerti yang baik, yang

dapat ditunjukkan dengan perilaku di antaranya, toleransi, menghargai, dan

rukun. Pengembangan karakter tersebut hendaknya dioptimalkan dalam proses

pendidikan (www.setneg.go.id/diakses/2-02-2012).

Pendidikan merupakan pilar fundamental bagi pengembangan karakter

siswa, dan hendaknya kembali pada tujuan yang sebenarnya seperti yang

tercantum dalam UU RI No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3

yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Namun, saat ini Indonesia tengah mengalami permasalahan pengembangan

karakter. Kasus geng motor, perampokan, pembunuhan, korupsi, pornografi,

(10)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menunjukkan terjadinya dekadensi moral manusia Indonesia. Permasalahan

karakter tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat secara keseluruhan, namun

juga terjadi di sekolah. Kasus bolos sekolah, kecurangan dalam ujian, serta kasus

tawuran pelajar menjadi benang kusut yang sulit untuk dipecahkan sebagaimana

yang diberitakan dalam Liputan 6 Jumat, 22 Oktober 2010; Suara Merdeka Rabu,

3 Maret 2004; Harian Online Kabar Indonesia 07 Februari 2010. Berita terbaru

berkenaan dengan permasalahan sosial seperti tersebut di atas tidak hanya

dilakukan oleh remaja, bahkan juga oleh anak-anak, seperti kasus tewasnya anak

kelas satu SDN Tamalanrea di Makassar yang dikeroyok oleh teman sekelasnya

(www.beritakotamakassar.com/diakses/2-04-2014). Hasil survei juga

menunjukkan bahwa tindak kekerasan terhadap anak secara nasional tahun 2006

terjadi sekitar 2,81 juta dan sekitar 2,29 juta anak pernah menjadi korbannya.

Angka tersebut menunjukkan bahwa besarnya angka kekerasan terhadap anak

pada tahun 2006 mencapai 3 persen (www.menegpp.go.id/diakses/ 5-01-2013).

Permasalahan karakter di sekolah juga dapat teramati dari hasil observasi

di kelompok A pada salah satu TK di Kecamatan Sukasari Bandung yang

dilaksanakan pada tanggal 9-31 Januari 2013. Hasil observasi tersebut

menunjukkan bahwa siswa umumnya datang terlambat ke sekolah dari 16 orang

anak hanya sekitar 5 orang yang datang tepat waktu; kurang menghargai guru

yang ditunjukkan dengan kurang memperhatikan penjelasan guru pada saat circle

(11)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagian kecil yang menyelesaikan aktivitas yang disiapkan guru; anak naik ke

atas loker, kursi dan meja; berlarian di dalam kelas dan berteriak; sikap selalu

ingin menang sendiri; menolak terlibat dalam satu kelompok yang tidak

dinginkan; bersikeras terhadap pendapatnya sendiri; mencela teman yang

mengalami kegagalan; atau merasa bosan berada dalam suatu aktivitas permainan;

kurang mau berbagi; belum bisa mentaati aturan; dan masih mementingkan

keinginannya sendiri tanpa melihat kepentingan orang lain. Data tersebut

menunjukkan bahwa anak mengalami kesulitan untuk bisa menjadi bagian dalam

kehidupan sosialnya.

Untuk lebih mendapatkan informasi mengenai permasalahan karakter

siswa di sekolah, maka dilakukan pengamatan terstruktur dengan menggunakan

instrumen character strength yang dikembangkan berdasarkan konsep Peterson &

Seligman (2004). Data menunjukkan bahwa siswa masih lemah dalam

menunjukkan karakter kindness, yakni baru sekitar 21.42%. Karakter kindness

adalah karakter yang menggambarkan kecenderungan untuk berbuat baik kepada

orang lain, mengasihi dan memperhatikan kesejahteraan orang lain, membantu

mereka yang membutuhkan, menunjukkan kepedulian, dan kepedulian untuk

merawat orang lain. Karakter ini sangat penting untuk dikuasai, sebagaimana hasil

penelitian di Jepang yang dilakukan oleh Otake, et.al., (2006) yang menyatakan

(12)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukannya. Orang yang bahagia menjadi lebih baik dan berterima kasih

dengan melakukan lebih banyak kebaikan (kindness).

Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi krisis karakter di

berbagai setting termasuk di sekolah. Sebagaimana yang diutarakan Jareonsettain

dalam Sapriya (2007) bahwa ”we have a crisis of character at the root of all the

troubles everywhere and the crisis has come about the result of education without

refinement of character”.

Jika dianalisis lebih lanjut, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya krisis karakter pada anak, yaitu; (a) faktor yang bersumber dari

masyarakat; (b) faktor yang bersumber dari sekolah; (c) faktor yang bersumber

dari keluarga; serta (d) faktor yang bersumber dari individu.

Pertama, faktor yang bersumber dari masyarakat. Fakta menunjukkan

bahwa telah terjadi pergeseran nilai yang ada dalam tatanan kemasyarakatan.

Masyarakat yang awalnya saling membantu, silih asah, silih asih dan silih asuh

berubah menjadi masyarakat yang mementingkan diri sendiri, sibuk dengan

pekerjaannya masing-masing, kurang peduli terhadap sesama, dan semakin

individualistis. Sebagai contoh, kesibukan masyarakat di jalan raya khususnya di

pagi dan sore hari menunjukkan sikap egois, di mana setiap orang ingin saling

mendahului tanpa mempedulikan orang lain. Kondisi tersebut menurut Milanesi &

Bajek (Waruwu, 2010) menunjukkan krisis yang dihadapi bangsa, di mana telah

(13)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ke masyarakat yang berpusat pada hal-hal material, serba konsumtif duniawi.

Gaya hidup masyarakat pun berubah dari kesantunan, ramah, sopan menjadi

masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan dan kriminalitas individualistis dan

tak peduli dengan perasaan orang lain sepanjang kepentingannya terpenuhi

meskipun harus menyakiti yang lain.

Kedua, faktor yang bersumber dari sekolah. Sekolah sebagai lembaga

pendidikan kedua setelah keluarga, seyogianya menjadi mitra orang tua dalam

membentuk karakter, namun kenyataannya tidak sedikit sekolah yang hanya

mementingkan kemampuan akademik saja dan mengesampingkan kemampuan

non-akademik seperti bekerja sama, bertanggung jawab, disiplin, menghormati

orang lain, kejujuran serta karakter lainnya. Sejalan dengan hal tersebut di atas,

Hidayatullah (2010) menyatakan bahwa penyebab rendahnya pendidikan karakter

adalah karena sistem pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter,

tetapi lebih menekankan pengembangan intelektual, misalnya sistem ujian

nasional yang lebih menekankan aspek kognitif/akademik.

Ketiga, faktor yang bersumber dari keluarga. Pendidikan di keluarga

merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Dari keluarga anak belajar

bagaimana bersikap terhadap orang lain. Namun, dengan semakin terbukanya

kesempatan bagi pasangan suami istri untuk sama-sama bekerja, memberikan

dampak terhadap komunikasi dan interaksi antara anak dan orang tua, juga pola

(14)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam keluarga akan menjadi fondasi yang kuat bagi pembentukan karakter anak.

Hurlock (1978) menyatakan bahwa orang tua yang bersikap positif dan sehat akan

menghasilkan anak yang bahagia, ramah, relatif bebas dari kecemasan, dan dapat

bekerja sama dalam kelompok. Sebaliknya anak yang berpenyesuaian buruk

biasanya berasal dari hubungan orang tua-anak yang tidak baik. Sejalan dengan

pendapat di atas O’Connor & Scott (2007) juga menyatakan bahwa kehangatan

pengasuhan, kurangnya konflik, kontrol dan pengawasan memainkan peranan

yang sangat penting dalam mengembangkan keterampilan sosial anak.

Keempat, faktor yang bersumber dari individu. Setiap individu berbeda dan

unik antara satu dengan lainnya. Keunikan ini juga dapat diamati berdasarkan

jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), urutan lahir, serta persaingan saudara

kandung. Berdasarkan hasil penelitian Onchwari & Keengwe (2011), anak

perempuan umumnya memiliki skor yang tinggi dibandingkan dengan anak

laki-laki dalam hal kemampuan mengelola emosi (emotion regulated ability).

Hubungan yang tinggi (r=.76) juga ditemukan antara kemampuan mengelola

emosi dengan perilaku yang sesuai. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa

pentingnya pengelolaan emosi dalam kaitannya dengan kesejahteraan anak dan

prestasi akademik. Pernyataan lainnya yang dikemukakan Adler bahwa urutan

lahir berpengaruh terhadap kepribadian, urutan lahir menunjukkan gaya hidup,

(15)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pekerjaan. (www.d120.0rg/assets/1 /staff_assets/ rhalbur/ Alfred_Adler/ diakses

2/2/2014).

Paparan di atas, menunjukkan perlunya sinergitas setiap tatanan dalam

membangun sebuah sistem yang berorientasi pada pengembangan karakter anak.

Kemendiknas (2010) menyatakan bahwa pengembangan karakter suatu bangsa

hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang.

Namun sebagai mahluk sosial, pengembangan karakter individu hanya dapat

dilakukan dalam lingkungan sosial dan konteks budaya tempat individu itu tinggal

yang dalam hal ini dilakukan dalam proses pendidikan.

Layanan pendidikan khususnya bagi anak adalah bagian dari investasi yang

harus diperhatikan. Sebagaimana pendapat Heckman yang menyatakan bahwa

intelegensi dan keterampilan sosial harus dikembangkan sejak dini, dan keduanya

memiliki peran yang sangat kuat dalam kesuksesan di kemudian hari.

Pengembangan keterampilan sosial pada anak usia dini akan berpengaruh

terhadap keberhasilan pengembangan IQ dan juga terhadap produktivitas pribadi

dan sosial. Investasi lebih dini akan menghasilkan keuntungan dalam sumber daya

manusia. Gizi, pengalaman belajar dan kesehatan pada usia 0-5 sangat berdampak

terhadap kesuksesan selanjutnya. Pengembangan anak usia dini (early childhood

development) akan lebih bermanfaat dan biayanya akan lebih efektif jika

dibandingkan dengan memperbaikinya

(16)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Paparan di atas menunjukkan pentingnya pengembangan karakter sedini

mungkin, sebab masa usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter

seseorang. Pendidikan pada anak usia dini akan memberikan dampak positif bagi

perkembangan anak selanjutnya. Adler (Semiun, 2013) menyatakan bahwa gaya

hidup terbentuk pada usia 4 atau 5 tahun, dan sejak itu pengalaman-pengalaman

diasimilasikan dan digunakan dalam gaya hidup yang unik ini. Sikap, perasaan,

persepsi terbentuk dan menjadi mekanik pada usia dini, dan sejak itu praktis gaya

hidup tidak bisa berubah.

Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada

seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa

dewasanya kelak (Megawangi, 2004). Dengan demikian, pada usia ini anak-anak

perlu dipersiapkan untuk tampil menjadi pribadi yang kuat dan memiliki karakter

kindness yang ditunjukkan dengan mau berbagi (generousity), menjaga dan

membantu orang lain (nurturance), peduli pada orang lain (care), menyayangi

orang lain (compassion), mementingkan kepentingan bersama (altruistic love),

serta ramah terhadap orang lain (niceness). Ketidakberhasilan anak mencapai

keterampilan tersebut akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya (Bilmes,

2004). Senada dengan pernyataan tersebut Mize (2005) menyatakan:

(17)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

play cooperatively with peers become better liked over time, whereas preschoolers who engage in aversive behaviour with peers subsequently become rejected and victimized.

Dengan mengacu pada pentingnya pengembangan karakter sejak dini,

maka diperlukan layanan bimbingan, dan bimbingan yang dianggap ideal adalah

bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok secara ideal sangat cocok untuk

orang-orang yang sedang berjuang untuk menangani isu hubungan seperti

keakraban, kepercayaan, dan harga diri. Interaksi kelompok membantu peserta

kegiatan untuk mengidentifikasi, memperoleh balikan, dan mengubah pola yang

mengganggu berbagai hubungan. Keuntungan besar dari terapi kelompok adalah

menggarap pola-pola perbuatan “di sini dan sekarang”, dalam situasi kelompok

yang lebih mirip dengan kenyataan dan dekat dengan peristiwa antar pribadi

(Natawidjaja, 2008). Kegiatan bimbingan kelompok merupakan program yang

harus dipelajari dan dikuasai oleh seorang guru karena dalam pendidikan anak

usia dini, guru selain berperan sebagai pengajar juga berperan sebagai

pembimbing sebagaimana pernyataan Syaodih & Agustin (2008) bahwa dalam

pelaksanaannya bimbingan dilaksanakan terintegrasi dengan pembelajaran.

Sejalan dengan hal di atas, Solehuddin (2009) memaparkan pentingnya

pembelajaran berbasis bimbingan yang terbukti efektif dalam mendorong sekolah

yang kurang beruntung dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Pengembangan karakter sebagai upaya melaksanakan bimbingan yang

(18)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengajaran, sehingga memerlukan pola pembelajaran fungsional dan memerlukan

keteladanan. Gutama menyatakan materi dan pola pembelajaran dalam

pendidikan karakter harus disesuaikan dengan pertumbuhan psikologis peserta

didik, berbasis kearifan lokal dan diintegrasikan kedalam materi pembelajaran

(http://perpustakaan.kemdiknas.go.id). Hal ini sejalan dengan pendapat Elkind &

Sweet (www.goodcharacter.com) yang menyatakan bahwa “Popular wisdom

holds that the best way to implement character education is through a holistic

approach that integrates character development into every aspect of school life”.

Demikian juga pendapat Berkowitz yang menyatakan bahwa “Effective character

education is not adding a program or set of programs to a school. Rather it is a

transformation of the culture and life the school (CSEE Connections, Desember

2011-Januari 2012).

Pengembangan karakter dalam proses bimbingan sejalan dengan

pandangan Adler mengenai manusia dengan memasukan minat kemasyarakatan

(minat sosial), yang terjelma seperti dalam bentuk kerja sama, hubungan antar

pribadi dan hubungan sosial, identifikasi dengan kelompok, empati dan

sebagainya (Semiun, 2013). Adler (Nelsen et.al., 2007) menyatakan bahwa

perilaku manusia didorong oleh keinginan rasa saling memiliki (belonging),

berarti (significance), keterkaitan (connection), dan berharga (worth), keinginan

yang memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan pertama tentang diri

(19)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2009) dalam tulisan pertamanya yang berjudul “The Psysician as Educator” yang

dipublikasikan pada tahun 1904, menjelaskan bahwa konsep-konsepnya secara

umum dapat diaplikasikan bagi pendidik, seperti pendapatnya yang

menginstruksikan para pendidik untuk mengembangkan karakter pada anak

dengan memberikan pengalaman secara alamiah mengenai sebuah konsekuensi

perilaku tanpa ada perasaan takut.

Selain berbasis pada konsep Adler, kegiatan bimbingan kelompok yang

terintegrasi dengan pembelajaran bagi anak usia dini juga hendaknya berbasis

pada kegiatan bermain, karena bermain merupakan cara alamiah anak untuk

menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain

mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses daripada hasil akhir.

Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan

perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur

dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi

belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Dengan demikian anak didik

tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran di tingkat berikutnya.

Oleh karena itu dalam memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus

diperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, alat bermain atau

alat bantu, metode yang digunakan, waktu dan tempat serta teman bermain

(Depdikbud, 1995).

(20)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Natawidjaja (2008) menyatakan bahwa bimbingan merupakan suatu proses

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara sinambung, supaya

individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan

dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan

lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.

Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal

sebagai mahluk sosial.

Bimbingan dan konseling pada anak usia dini dapat diartikan sebagai upaya

bantuan yang dilakukan guru/pendamping terhadap anak usai dini agar anak dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal serta mampu mengatasi

permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Bimbingan dilaksanakan terintegrasi dengan

pembelajaran, bernuansa bermain serta melibatkan teman sebaya (Syaodih &

Agustin, 2008). Pernyataan di atas menekankan pada tiga hal utama yang

berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan bagi anak usia dini, yakni: (1)

pengintegrasian bimbingan dalam pembelajaran, (2) proses dilaksanakan dalam

suasana bermain, serta (3) pentingnya pelibatan kelompok teman sebaya.

Pertama, pengintegrasian bimbingan dalam pembelajaran, Solehuddin

(2009) menyatakan bahwa di Taman Kanak-kanak kegiatan bimbingan

difokuskan pada penciptaan lingkungan perkembangan dan belajar yang secara

sengaja dirancang guna memberi peluang dan menstimulasi individu untuk

(21)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hal tersebut maka bimbingan dilakukan melalui upaya stimulasi dan fasilitasi yang

dilakukan melalui perumusan arah dan isi pembelajaran, perlakuan terhadap anak,

pengelolaan ruang belajar dan alat perlengkapannya, serta pelibatan orang tua.

Kedua, proses pelaksanaan bimbingan yang bernuansa bermain, karena

pada dasarnya bermain merupakan pekerjaan anak-anak, ketika anak bermain

mereka sebenarnya sedang bekerja. Bagi mereka, bermain merupakan aktivitas

serius, dan suatu hal yang sangat penting bagi anak untuk belajar dan berkembang

(Dimidjian, 1992). Bermain merupakan cara anak untuk belajar yang tidak ada

seorang pun dapat mengajarkannya (Weininger, 1979). Piaget (Muro & Kottman,

1995) mengatakan bahwa play was the child way of assimilating new information

into his or her view of the world and adapting to new situations. Aktivitas

bermain khususnya bermain secara kelompok dapat memungkinkan mereka

untuk belajar negosiasi, memecahkan masalah, berbagi, dan bekerja dalam sebuah

tim. Anak-anak mempraktekan keterampilan pengambilan keputusan

(decision-making), menunjukkan arah diri, dan menemukan minat selama mereka sedang

bermain (McNamee & Bailey, 2010, www.msuextension.org).

Permainan mampu meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya,

mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya

jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara

potensial berbahaya (Santrock, 2002). Bermain dengan teman sebaya membuat

(22)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belum dikenalnya dan mengatasi berbagai persoalan yang ditimbulkan oleh

hubungan tersebut (Mulyadi, 2004). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa

bermain sesungguhnya dapat memberikan pengalaman bagi anak untuk

mengembangkan karakter dengan mengembangkan nilai kemurahan

hati/kedermawanan, mengasuh/memelihara sikap baik, peduli pada sesama,

memupuk perasaan kasih sayang, mengembangkan sikap mementingkan

kepentingan bersama, serta melatih sikap-sikap yang menyenangkan.

Ketiga, pelibatan kelompok teman sebaya dalam kegiatan bimbingan.

Salah satu layanan bimbingan yang dapat memberikan kesempatan pada anak

untuk mengembangkan karakternya adalah layanan bimbingan kelompok. Setting

kelompok memberikan manfaat bagi anggota di antaranya: (1) Kelompok dapat

meningkatkan spontanitas anak sehingga level partisipasi mereka juga tinggi; (2)

merespon dua persoalan sekaligus yakni dimensi intrapsikis dan interpersonal

anak; (3) memungkinkan terjadi refleksi dan katarsis; (4) kesempatan anak untuk

mencapai self-growth dan self exploration; (5) didekatkan dengan realitas

kehidupan sebenarnya; (6) permainan kelompok ibarat miniatur masyarakat

sehingga anak akan memahami makna kehadirannya bagi anak-anak yang lain; (7)

adegan dalam permainan kelompok akan mengurangi kecenderungan anak

berfantasi dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya; (8) memiliki peluang

(23)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beberapa orang anak mungkin dapat membantu dalam pengembangan hubungan

terapeutik bagi beberapa orang anak (Sweeney & Homeyer, 1999).

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam disertasi ini

adalah “Apakah model bimbingan kelompok berbasis bermain (BKBB) efektif

dalam mengembangkan karakter kindness anak usia dini?”, secara lebih lanjut

pertanyaan penelitian akan diuraikan di bawah ini.

1. Seperti apa profil karakter kindness pada siswa TK di Kecamatan Sukasari

Bandung tahun ajaran 2013/2014?

2. Seperti apa model bimbingan yang saat ini dilaksanakan di TK-TK yang

ada di Kecamatan Sukasari Bandung tahun ajaran 2013/2014?

3. Seperti apa rumusan model bimbingan kelompok berbasis bermain

(BKBB) yang dapat digunakan untuk mengembangkan karakter kindness

anak usia dini?

4. Apakah karakter kindness siswa kelompok A TK Lab School UPI lebih

tinggi setelah diterapkan model bimbingan kelompok berbasis bermain

(BKBB)?

5. Apakah menurut pengamatan guru dan asisten peneliti, kelompok yang

diberikan penerapan model BKBB memperoleh pencapaian karakter

kindness lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak

(24)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Apakah menurut pengamatan guru dan asisten peneliti, kelompok yang

diberikan penerapan model BKBB dengan kelompok yang tidak diberikan

penerapan model BKBB mampu menunjukkan pencapaian karakter

kindness yang berbeda jika ditinjau dari pola asuh orang tua, urutan

kelahiran dan jenis kelamin?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

bimbingan kelompok berbasis bermain yang efektif untuk mengembangkan

karakter kindness anak usia dini.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui profil karakter kindness pada siswa TK di Kecamatan

Sukasari Bandung tahun ajaran 2013/2014.

2. Untuk mengetahui model bimbingan yang saat ini dilaksanakan di TK-TK

yang ada di Kecamatan Sukasari Bandung.

3. Untuk mengetahui rumusan model bimbingan kelompok berbasis bermain

(BKBB) yang telah tervalidasi oleh para pakar.

4. Untuk mengetahui efektivitas peningkatan karakter kindness siswa

kelompok A TK Lab School UPI setelah diterapkan model BKBB.

5. Untuk mengetahui efektivitas pencapaian karakter kindness pada

(25)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diterapkan model BKBB, baik menurut pengamatan guru maupun asisten

peneliti.

6. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas pencapaian karakter kindness

pada kelompok yang diterapkan model BKBB dengan kelompok yang

tidak diterapkan model BKBB ditinjau dari pola asuh orang tua, urutan

kelahiran dan jenis kelamin baik menurut pengamatan guru maupun

asisten peneliti.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya khazanah

keilmuan bimbingan dan konseling dan pendidikan anak usia dini, khususnya

terkait dengan dihasilkannya Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain

(BKBB) yang dapat digunakan untuk mengembangkan karakter kindness pada

anak usia dini. Melalui studi literatur yang telah dilakukan, model bimbingan ini

diintegrasikan ke dalam pembelajaran sehari-hari, dengan menekankan pada

pemanfaatan aktivitas bermain dan kegiatan kelompok. Dalam model ini, bermain

di desain, sehingga anak tidak hanya bermain jika ada kesempatan, tetapi guru

menciptakan kesempatan supaya anak dapat bermain.

Inovasi yang dihasilkan melalui penelitian ini, dapat memberikan nuansa

(26)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bimbingan, sehingga membuka peluang bagi berbagai pihak untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak, yaitu:

a. Guru. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk

menerapkan model pembelajaran berbasis bermain serta pembelajaran

berbasis bimbingan. Guru kerap kali mengutarakan kesulitannya dalam

mengimplementasikan kegiatan bermain dalam kegiatan pembelajaran,

dan bahkan saat ini, bermain masih dianggap sebagai kegiatan yang

terpisah dengan pembelajaran atau hanya sebuah hadiah ketika anak telah

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Melalui model ini guru

dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sistematis dan

memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk bermain.

Model ini menjadikan guru sebagai orang yang kreatif yang memfasilitasi

pengalaman belajar anak secara holistik.

b. Penyelenggaraan Pendidikan. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

masukan terhadap upaya-upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan

pendidikan, bimbingan, pengasuhan dan pembelajaran bagi anak usia dini.

Penyelenggara pendidikan, umumnya menginginkan lembaga yang

(27)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan sebaik-baiknya. Penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam

menemukan identitas ke-khas-an sekolah, mengingat model ini memiliki

tahapan yang berbeda dengan kegiatan di TK pada umumnya.

c. Pembuat Kebijakan. Hasil penelitian ini di dapat dijadikan sebagai

alternatif model pembelajaran yang dapat di gunakan pada PAUD yang

ada di Indonesia. Selama ini, model pembelajaran yang di sosialisasikan di

Indonesia lebih banyak mengadopsi model yang dikembangkan di negara

lain tanpa mengadaptasinya terlebih dahulu. Disisi lain, pemerintah

memerlukan model yang sesuai dengan kebutuhan anak dan sesuai dengan

kontek lingkungan budaya di Indonesia. Model ini mampu menjawab

tantangan tersebut dengan memasukan kegiatan permainan tradisional dan

pengenalan lagu kebangsaan kepada anak usia dini, secara tidak langsung

model ini dapat menjadi media bagi penanaman kecintaan terhadap tanah

(28)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and

Development). Borg & Gall (2003) menyatakan bahwa penelitian dan

pengembangan dalam bidang pendidikan merupakan perkembangan yang

berbasis pada industri, dimana penemuan hasil penelitian digunakan untuk

mendesain prosedur dan produk baru, yang kemudian secara sistematis diuji di

lapangan, dievaluasi, dan disaring sampai prosedur dan produk tersebut sesuai

dengan kriteria keefektifan, bermutu atau memiliki standar yang sama.

Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan

adalah suatu strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk

memperbaiki praktik. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau

langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah model bimbingan

kelompok berbasis bermain yang kemudian disingkat sebagai model BKBB.

Untuk menghasilkan produk tersebut, peneliti menggunakan pendekatan

baik kualitatif maupun kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

memvalidasi model BKBB baik lisan maupun tulisan dari pakar Pendidikan Anak

(29)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lapangan dan refleksi guru. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan beberapa desain, yaitu:

1. Metode deskriptif dilakukan untuk mengetahui kategori profil karakter

kindness siswa TK di kecamatan Sukasari.

2. Metode pre eksperimen dilakukan untuk mengetahui efektivitas model

BKBB pada uji terbatas, yakni di TK Labschool UPI. Desain yang

digunakan adalah one-group pretest-posttest design. Desain ini dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

O1 X O2

Gambar 3.1 Desain Pre Eksperimen

(Cambell&Stanley: 1963, Furqon&Emilia; 2010)

3. Metode kuasi eksperimen dilakukan untuk mengetahui efektivitas Model

BKBB pada uji lebih luas. Desain kuasi eksperimen yang digunakan

dalam penelitian adalah Nonequivalent Groups Pretest-Posttest Design.

Peneliti menggunakan kelompok yang sudah ada, memberikan pre tes,

mengadministrasikan perlakuan (treatment) kepada satu kelompok dan

kemudian melakukan post tes. Desain kuasi eksperimental dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Nonequivalent Groups Pretest-Postest Design

Group Pretest Treatment Posttest

(30)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KK O O

Gambar 3.2

Desain Kuasi Eksperimental (Mcmillan&Schumacher, 2001)

Keterangan :

KE = Kelompok Eksperimen KK = Kelompok Kontrol O = Observasi

X = Tindakan

4. Desain Faktorial

Terdapat beberapa variabel sekunder yang akan dikontrol dalam

penelitian ini, yaitu: (1) Pola Asuh Orang Tua, (2) Urutan Kelahiran, (3)

Jenis Kelamin. Seniati, dkk (2008) menyatakan bahwa desain faktorial

merupakan satu-satunya desain yang menggunakan teknik kontrol variabel

sekunder dengan menjadikannya sebagai variabel bebas ke-dua. Hal ini

akan memperkecil varians kesalahan sehingga varians sistematiknya

menjadi besar. Dalam desain faktorial terdapat dua masalah penelitian

yang akan dijawab yaitu; (1) pengaruh utama (main effect) dari

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, dan (2) pengaruh interaksi

(interaction effect) antar variabel bebas yang terikat terhadap variabel

terikat.

Interaksi antara model BKBB dan pola asuh orang tua terhadap

karakter kindness siswa diungkap dengan menganalisis data kelompok

(31)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan desain faktorial 4X2. Hipotesis penelitiannya berbunyi:

“Keefektifan efektifitas model bimbingan kelompok berbasis bermain

siswa bergantung kepada pola asuh orangtua”.

Interaksi antara model BKBB dan urutan kelahiran terhadap karakter

kindness siswa diungkap dengan menganalisis data kelompok kontrol dan

eksperimen dengan menggunakan uji Anova dua jalur dengan

menggunakan desain faktorial 7X2. Hipotesis penelitiannya berbunyi:

“Keefektifan efektifitas model bimbingan kelompok berbasis bermain

siswa bergantung kepada urutan kelahiran siswa”.

Interaksi antara model BKBB dan jenis kelamin (laki-laki dan

perempuan) terhadap karakter kindness siswa diungkap dengan

menganalisis data kelompok kontrol dan eksperimen dengan

menggunakan uji Anova dua jalur dengan menggunakan desain faktorial

2X2. Hipotesis penelitiannya berbunyi: “Keefektifan efektifitas model

bimbingan kelompok berbasis bermain siswa bergantung kepada jenis

kelamin”.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di TK yang ada di Kecamatan Sukasari

Bandung dengan jumlah 20 sekolah, 1069 siswa, dan 106 guru. Lokasi ini dipilih

dengan mempertimbangkan respon positif dari Guru dan Kepala Sekolah untuk

(32)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebelumnya di informasikan mengenai model BKBB dalam rapat gugus. Hal ini

dibutuhkan mengingat, dalam penerapan model BKBB, sekolah akan mengubah

beberapa kebiasaan yang sebelumnya dilakukan. Apapun Subjek dalam penelitian

ini adalah siswa kelas A dan B. Data TK di Kecamatan Sukasari dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Daftar Nama TK, Jumlah Siswa dan Jumlah Guru Di Kecamatan Sukasari Bandung

(33)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk memperoleh gambaran profil karakter kindness siswa TK di

kecamatan Sukasari, diambil sampel secara acak sebanyak 286 siswa. Uji coba

terbatas dilakukan di TK Lab School UPI dengan jumlah sampel 16 siswa. Uji

coba luas dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling, dan dipilih

enam sekolah yang akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen terdiri dari TK Armia,

TK Ar-Raudlah dan TK Nasywa. Sementara kelompok kontrol terdiri dari TK

Sarijadi, TK Nurul Falah, dan TK Aisiyah 7.

Tabel 3.2 Jumlah Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No Nama TK Jml Siswa

A B

1 TK Armia 18 24

2 TK Ar Raudlah 11 14

3 TK Nasywa 15 12

4 TK Sarijadi 12 26

5 TK Aisiyah 7 18 14

6 TK Nurul Falah 11 13

Jumlah 85 103

Jumlah Keseluruhan 188

Setelah uji coba luas dilakukan, jumlah data yang dapat dianalisis

sebanyak 116 siswa.

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel bebas pada penelitian ini adalah model bimbingan kelompok

(34)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dini. Variabel sekunder yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini adalah pola

asuh orang tua, urutan kelahiran dan jenis kelamin.

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Bimbingan Kelompok

Berbasis Bermain (BKBB), yaitu model bimbingan dengan menggunakan

seting kelompok yang berbasis pada aktivitas bermain dengan karakteristik

menyenangkan, sukarela, fleksibel, lebih mengutamakan proses

dibandingkan hasil, mengutamakan motivasi intrinsik yang terintegrasi

dalam pembelajaran sehari-hari.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karakter kindness merupakan

bagian dari karakter kemanusiaan (humanity). Karakter ini

menitikberatkan pada kekuatan interpersonal yang melibatkan

kecenderungan untuk bersama dan berteman dengan orang lain. Kebaikan

(kindness) terdiri dari enam atribut yakni; (1) kemurahan hati/

kedermawanan/ suka berbagi (generousity), (2) mengasuh/ memelihara/

merawat orang lain (nurturance), (3) peduli pada orang lain (care), (4)

perasaan kasih sayang/sabar terhadap orang lain (compassion), (5)

mementingkan kepentingan bersama (altruistic love), dan juga (6) ramah

terhadap orang lain (niceness). Karakter ini memiliki terminologi yang

dekat dengan orientasi diri sebagai bagian dari orang lain. Orientasi ini

berlawanan dengan solipsism, yakni ketika diri hanya berhubungan

(35)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dirinya dan yang dianggap menguntungkan saja (berguna bagi dirinya).

Karakter kindness menonjolkan nilai kemanusiaan yang mana orang lain

adalah sama berharganya dengan dirinya, butuh untuk diperhatikan, tidak

hanya berguna untuk alasan tertentu saja, tetapi juga berguna bagi

semuanya.

3. Varibel sekunder dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua, jenis

kelamin siswa dan urutan kelahiran. Pola asuh orang tua dibagi menjadi

empat jenis yaitu; (1) authoritative, (2) authoritarian, (3) permisive

indulgent, dan (4) permisive indifferent. Urutan kelahiran adalah urutan

anak dalam keluarga yakni anak kesatu, kedua, ketiga dan seterusnya.

Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan.

Pengertian efektif dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan karakter

kindness pada anak usia dini yang diukur dari perilaku (1) kemurahan hati/

kedermawanan/ suka berbagi (generousity), (2) mengasuh/ memelihara/ merawat

orang lain (nurturance), (3) peduli pada orang lain (care), (4) perasaan kasih

sayang/sabar terhadap orang lain (compassion), (5) mementingkan kepentingan

bersama (altruistic love), dan juga (6) ramah terhadap orang lain (niceness).

Karakter ini dapat dikatakan efektif jika dia menghargai orang lain, mau

membantu orang lain tanpa pamrih, bukan karena ingin memiliki reputasi yang

baik, atau keuntungan untuk dirinya sendiri, meskipun akan memberikan banyak

(36)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Asumsi Penelitian

Asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Bermain dalam setting kelompok memberikan kesempatan bagi anak

untuk membangun proses psikososial melalui tumbuh dan belajar

mengenai diri mereka dan orang lain (Sweeney & Homeyer, 1999).

2. Di dalam suatu kelompok, kerjasama merupakan hal yang penting, dan

kesediaan mengikuti orang lain merupakan sesuatu yang sangat

dianjurkan. Pada saat yang sama, kreativitas dan originalitas merupakan

sesuatu yang dihargai, melalui kelompok anak-anak belajar mengenal

dirinya, mereka belajar karena mereka dipersilahkan berkomunikasi

dengan bahasa mereka, yaitu bahasa bermain. Melalui permainan, mereka

belajar melalui apa yang mereka dengar dan mengamati anak-anak lainnya

(Rusmana, 2009).

3. Kemendiknas (2010) menyatakan bahwa pengembangan karakter suatu

bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu

seseorang. Namun sebagai mahluk sosial, maka pengembangan karakter

individu hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan konteks

budaya dimana individu itu tinggal yang dalam hal ini dilakukan dalam

proses pendidikan.

4. Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap bukan

(37)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memerlukan keteladanan. Materi dan pola pembelajaran disesuaikan

dengan pertumbuhan psikologis peserta didik, berbasis kearifan lokal dan

diintegrasikan kedalam materi pembelajaran (Gutama dalam

http://perpustakaan.kemdiknas.go.id).

5. Popular wisdom holds that the best way to implement character education

is through a holistic approach that integrates character development into

every aspect of school life (Elkind & Sweet dalam

www.goodcharacter.com).

6. Effective character education is not adding a program or set of programs

to a school. Rather it is a transformation of the culture and life the school

(Berkowitz dalam CSEE Connections, Desember 2011-Januari 2012).

7. Bermain dengan teman sebaya membuat anak-anak belajar membangun

suatu hubungan sosial dengan anak-anak lain yang belum dikenalnya dan

mengatasi berbagai persoalan yang ditimbulkan oleh hubungan tersebut

Mulyadi (2004).

8. Karakter anak dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pola asuh

orang tua, persaingan saudara kandung dan jenis kelamin.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan pada pertanyaan

(38)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hipotesis 1 setelah penerapan model BKBB lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum penerapan model BKBB

H1 : µ post >µ pre

Hipotesis 2 (Berdasarkan Pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)

H0: Pencapaian karakter kindness pada kelompok yang diterapkan model BKBB tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan penerapan model BKBB

H0 : µ ke = µ ko

H1: Pencapaian karakter kindness pada kelompok yang diterapkan model BKBB lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan penerapan model BKBB

H1 : µ ke >µ ko

Hipotesis 3 (Berdasarkan Pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)

H0 : Interaction effect = 0 (Tidak ada interaksi antara BKBB dan pola asuh orang tua (ayah))

H1 : Interaction effect ≠ 0 (Kefektivan BKBB Bergantung pada pola asuh orang tua (ayah))

Hipotesis 4 (Berdasarkan Pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)

H0 : Interaction effect = 0 (Tidak ada interaksi antara BKBB dan pola asuh orang tua (ibu))

H1 : Interaction effect ≠ 0 (Kefektivan BKBB Bergantung pada pola asuh orang tua (ibu))

Hipotesis 5 (Berdasarkan pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)

H0 : Interaction effect = 0 (Tidak ada interaksi antara BKBB dan urutan kelahiran siswa)

(39)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hipotesis 6 (Berdasarkan Pengamatan Guru dan Asisten Peneliti)

H0 : Interaction effect = 0 (Tidak ada interaksi antara BKBB dan Jenis Kelamin)

H1 : Interaction effect ≠ 0 (Kefektivan BKBB Bergantung pada Jenis Kelamin)

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen Kindness

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dikembangkan berdasarkan

konsep keterampilan-keterampilan yang termasuk dalam karakter kindness yang

dipaparkan oleh Peterson & Seligman (2004). Instrumen yang dikembangkan

merupakan pedoman observasi yang berbentuk skala. Instrumen digunakan untuk

mengetahui seberapa sering perilaku tersebut diperlihatkan siswa. Kisi-kisi

pengembangan instrumen kindness dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Kindness No Indikator

Kindness

Definisi Deskriptor

1 Generousity Sikap kemurahan hati

/kedermawanan/ suka berbagi

(40)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 Compassion Sikap yang menunjukkan

perasaan kasih sayang atau

6 Niceness Sikap yang menunjukkan keramahan terhadap orang lain/

2. Proses Penimbangan Instrumen Kindness

Instrumen yang telah disusun berdasarkan konsep Peterson & Seligman

(2004), kemudian ditimbang oleh pakar dengan maksud memperoleh item yang

benar-benar menunjukkan perilaku kindness. Instrumen ditimbang oleh tiga orang

pakar yakni: (1) Colette T. Dollarhide yang merupakan Associate Professor,

Counselor Education di The Ohio State University, (2) Bunyamin Maftuh, yang

merupakan guru besar pada bidang pendidikan nilai di Universitas Pendidikan

Indonesia serta (3) Ernawulan Syaodih, yang merupakan pakar pendidikan anak

usia dini di PGPAUD Universitas Pendidikan Indonesia. Instrumen yang telah

memperoleh penilaian dari ketiga pakar tersebut kemudian direvisi sesuai dengan

(41)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

praktisi untuk mengetahui persepsinya mengenai instrumen kindness yang

dikembangkan. Para praktisi tersebut adalah guru pada bidang anak usia dini.

3. Uji Empiris Instrumen Kindness

Instrumen yang telah ditimbang oleh pakar, kemudian direvisi dan

kemudian di uji secara empiris untuk mengetahui apakah intsrumen tersebut telah

memenuhi kriteria validitas. Guilford (Hidayati, 2013) memaparkan mengenai uji

keterandalan antar-rater melalui penghitungan koefisien kesepakatan antar

pengamat (rater), disebut dengan koefisien konkordansi. Koefisien konkordasi ini

dicari dengan formula Ebel. Koefisien konkordansi bisa diterima pada taraf

signifikansi 5% jika peluang kesalahannya ≤ 0.05 (yang lazim dipakai dalam

penelitian sosial, penelitian pendidikan). Jika ternyata peluang kesalahannya lebih

besar dari ketentuan itu, yang berarti antar pengamat tidak ada kecocokan

pengamatan, maka butir yang dinilai harus digugurkan dan tidak boleh dipakai

sebagai bahan analisis penelitian (Hadi, 1991). Dengan kata lain butir tersebut

tidak valid.

Uji instrumen pertama dilakukan di TK Lab UPI di kelas A terhadap 5

orang siswa. Pengamatan dilakukan oleh dua orang guru. Hipotesis pada uji ini

adalah:

Ho : Pengamat memiliki persepsi yang sama terhadap kelima anak

H1 : Pengamat memiliki persepsi yang berbeda terhadap kelima anak

(42)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Jika nilai probabilitas (Asymp. Sig) ≥ 0,05 maka Ho diterima

 Jika nilai probabilitas (Asymp. Sig) < 0,05 maka Ho ditolak

Berdasarkan hasil uji konkordansi kendall diperoleh hasil seperti pada tabel

di bawah ini.

Tabel 3.4 Ranks

Mean Rank

Alf 5.00

Dik 2.50

Gal 3.25

Rai 1.50

Zah 2.75

Tabel 3.5 Test Statistics

N 2

Kendall's Wa .679

Chi-square 5.436

Df 4

Asymp. Sig. .245

Kendall's Coefficient of Concordance

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig = 0,245 >

0,05. Hal ini berarti bahwa H0 diterima. Dengan kata lain bahwa Pengamat

memiliki persepsi yang sama terhadap kelima anak.

Uji instrumen kedua dilakukan di Daycare Taman Isola terhadap lima

orang siswa yang usianya 4-6 tahun. Pengamatan dilakukan oleh dua orang guru.

(43)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Ho : Pengamat memiliki persepsi yang sama terhadap kelima anak

Ha : Pengamat memiliki persepsi yang berbeda terhadap kelima anak

Dasar Pengambilan Keputusan

 Jika nilai probabilitas (Asymp. Sig) ≥ 0,05 maka Ho diterima

 Jika nilai probabilitas (Asymp. Sig) < 0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji konkordansi Kendall diperoleh hasil seperti pada tabel di bawah

ini.

Tabel 3.6 Ranks

Mean Rank

Ben 2.00

Dji 3.75

Faw 1.00

Gal 3.25

Nau 5.00

Tabel 3.7 Test Statistics

N 2

Kendall's Wa .987

Chi-square 7.897

Df 4

Asymp. Sig. .095

Kendall's Coefficient of Concordance

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig = 0,245 >

0,05. Hal ini berarti bahwa H0 diterima. Dengan kata lain bahwa Pengamat

memiliki persepsi yang sama terhadap kelima anak.

(44)

Euis Kurniati, 2015

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KINDNESS

ANAK USIA DINI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penentuan kriteria karakter kindness siswa dilakukan dengan

mengkategorisasikannya dengan menggunakan uji persentil. Uji persentil adalah

untuk menentukan persentase data berdasarkan data aktual. Karena akan membagi

data menjadi 3 bagian (Tinggi, Sedang, dan Rendah) maka uji persentil yang

digunakan adalah persentil 33 dan 66. Hal ini berarti bahwa kategori rendah

berada pada 0% - 33%, sedang berada pada 34% - 66% dan tinggi berada pada

67% - 100%. Langkah-langkah pengerjaan persentil 33 dan 66 menggunakan

SPSS 18 adalah sebagai berikut.

a) Buka file data karakter kindness kemudian klik, Analyze, Desciptive

statistics, frequencies

b) Masukan data karakter kindness ke kolom variables

c) Klik statistics, klik persentil dan tulis 33, kemudian add, selanjutnya tulis

lagi 66 kemudian add

d) Klik continue dan klik ok

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan

jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung

(Sukmadinata, 2006). Observasi dilakukan untuk mengetahui profil karakter

Gambar

Tabel Judul 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter
Tabel 3.1 Daftar Nama TK, Jumlah Siswa dan Jumlah Guru
Tabel 3.2 Jumlah Siswa
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen
+4

Referensi

Dokumen terkait

Asep Rohiman Lesmana. Efektivitas Bimbingan Kelompok melalui Teknik Bercerita untuk Mengembangkan Karakter Siswa. Penelitian dilatarbelakangi oleh munculnya permasalahan

5.1.1 Implementasi pendidikan karakter anak usia dini pada Kelompok Bermain Pelangi Bangsa Pemalang dalam menerapkan pendidikan karakter menggunakan kegiatan

Hipotesis dalam penelitian adalah “ program bimbingan kelompok melalui teknik bercerita efektif untuk mengembangkan karakter siswa Kelas X SMA.. PGRI 1

PENGEMBANGAN KARAKTER DAN KEAKSARAAN MELALUI KEGIATAN BERMAIN MOTORIK KREATIF UNTUK ANAK USIA DINI.. Martha Christianti,

memiliki persepsi yang sama terhadap kelima anak. Kriteria Profil Karakter Kindness Siswa.. Euis Kurniati, 2015. MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN

Skripsi yang berjudul: “Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Mengembangkan Kemampuan Berkomunikasi Pada Anak Usia Dini Di Kelompok B Ra Miftahul Huda 2 Turirejo Demak”,

penelitian yaitu mengetahui efektivitas model pembelajaran berbasis dongeng digital untuk membentuk karakter anak usia dini dengan indikator terukur pada

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK KELOMPOK BERMAIN BUDI UTOMO DSN.. JATIDUKUH KEC.GONDANG SEMESTER :