• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN

MODEL

Promovendus Aam Kurnia

0800811

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Bimbingan dan Konseling adalah salah satu bidang yang tidak kalah pentingnya dalam dunia

pendidikan untuk berperan dalam menjalankan kebijakan pemerintah sebagai amanah dari UU

Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 untuk membangun karakter peserta didik. Mempertimbangkan

kenyataan ini, maka diperlukan adanya penanganan yang dilakukan secara komprehensif dan

sistematik. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan yang begitu cepat dalam kehidupan yang

menuntut manusia untuk mempunyai karakter yang baik.

Masa anak usia dini merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu

karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan

pribadi seseorang, Jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”Taman Bermain” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar termasuk potensi

karakter yang dimilikinya.

Salah satu pendekatan bimbingan yang dipandang tepat baik secara teoretis ataupun praktik

untuk mengembangkan karakter anak usia dini adalah bimbingan melalui permainan. Bimbingan

melalui permainan merupakan proses pemberian layanan dan bantuan pada sekelompok orang

dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan melalui aktivitas bermain.

Bimbingan melalui permainan ini dapat dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa

membantu anak menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan

berdampak positif bagi anak yang nantinya akan membantu mengembangkan karakter yang kuat.

Selain itu apabila kelompok bermain dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok saling

menolong, menerima dan berempati dengan tulus sehingga akan dapat membantu pencapaian karakter

(4)

siswa, khususnya sikap konsep yang positif. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas maka

penelitian ini memfokuskan kajian pada model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia

dini melalui permainan. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat melahirkan model bimbingan

yang dapat secara efektif mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan.

Desertasi ini disusun dalam lima bagian, ditambah daftar pustaka, riwayat hidup penulis dan

lampiran-lampiran. Bab I berisi tentang pokok penelitian, tujuan dan manfaat penelitian. Bab II

menguraikan berbagai konsep teoretik dan temuan penelitian yang relevan dengan penelitian. Bab III

tentang rancangan penelitian dan teknik pengelolaan dan analisis data. BAB IV menyajikan hasil

penelitian dan pembahasan. Bab V berisi kesimpulan dan rekomendasi.

Semoga penelitian yang telah melahirkan desertasi ini memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pendidikan, terutama studi bimbingan konseling.

Bandung, Pebruari 2014

(5)

Segala puji hanya milik Allah Swt yang Maha Pengasih dan Penyayang atas anugrah

kemudahan, kesabaran, dan keiklasan yang diberikan kepada penulis selama menempuh

pendidikan, penelitian dan menyelesaikan penulisan desertasi ini. Tidak dapat dipungkiri

bahwa banyak untain doa, motivasi dan dorongan harapan dari berbagai pihak yang turut

mendukung penyelesaian desertasi ini. Untuk itu semua, izinkan pada kesempatan yang

penuh kebahagiaan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi,

semoga semua bantuan, perhatian dan pengorbanan berupa amal saleh semuanya mendapat

imbalan pahala dari sisi Allah Swt.

Dari lubuk hati yang paling dalam pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang tidak terhingga kepada pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian desertasi ini, terutama kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja selaku promotor atas inspirasi dan dorongan

semangat kepada penulis untuk menyelesaikan puncak tugas akademik ini tepat pada

waktunya. Terkadang dalam ketidakpercayaan diri terhadap teori ataupun hasil

penelitian, beliau selalu memotivasi penulis untuk yakin, tegas dan pantang menyerah

sehingga mlahirkan ketegaran, kemantapan tekad dan konsistensi dalam menuntaskan

amanah akademik ini. Bentuk bimbingan yang beliau berikan penuh dengan keakraban

sehingga bagi penulis sendiri menimbulkan harmoni yang menyentuh dan penuh makna.

Lebih dari itu, wejangan akademik yang beliau berikan selalu menantang, bijaksana,

menggugah, cermat, bernas, etis dan tidak sedikit yang menggelitik intelektualitas

penulis untuk semakin dalam “menyelami” wilayah permasalahan penelitian tentang

(6)

dan konselor bagi penulis. Banyak inspirasi, gagasan dan pencerahan spiritual beliau

sampaikan selama penulisan desertasi ini.

3. Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan, M.Pd. selaku anggota promotor atas kesempatan yang

beliau berikan kepada penulis untuk berdiskusi dan mendudukan masalah penelitian

secara proporsional di tengah kesibukan beliau sebagai ketua program studi psikologi

pendidikan Pasca sarjana UPI. Keterbukaan dan kerelaan beliau untuk menjadi

pendengar yang baik atas setiap keluh kesah penulis baik akademik maupun non

akademik memberikan kesan yang mendalam. Banyak mutiara hidup yang beliau

sampaikan kepada penulis untuk selalu tegar, istiqomah, dan sabar dalam setiap

menjalani amanah, termasuk amanah akademik.

4. Direktur Sekolah Pasca Sarjana, Prof Dr. Didi Suryadi, M.Ed. para asisten Direktur dan

seluruh staf Sekolah Pascasarjana atas kemudahan fasilitas dan perizinan yang diberikan

sehingga memberikan andil yang cukup besar terhadap penyelesaian disertasi ini.

5. Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd.

beserta para wakil rektor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menuntut ilmu pada program doktor.

6. Dr. H. Mubyar Agustin, M.Pd. dan Dr. Iis Nuryati, M.MPd. atas kesediaan untuk

membimbing kelayakan instrumen penelitian. Kritik dan saran yang diberikan telah

memberikan wawasan dan masukan cukup berarti terhadap keakuratan dan kesahihan

alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini.

7. Dengan kerendahan hati, ucapan terimakasih disampaikan kepada seluruh pengajar

program Doktor Bimbingan dan Konseling SPs UPI.

8. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri SGD Bandung, yang

(7)

pengembangan civitas akademika.

9. Semua pihak yang telah membantu dan menyemangati menyelesaikan tugas ini.

Semoga berbagai budi baik dan uluran tangan yang telah diberikan semua pihak

kepada penulis menjadi amal kebaikan dan mendapat balasan yang berlipat dari Allah

Subhanahu wata’ala.

Bandung, Pebruari 2014 Penulis,

(8)
(9)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Penelitian...……….

B. Rumusan Masalah Penelitian………

C. Tujuan Penelitian ……….

D. Manfaat Penelitian………

BAB II KONSEP MODEL BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN

KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN

A. Konsep Pendidikan Karakter...………..

1. Pengertian Karakter...…...

2. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini...…...

3. Sejarah Pendidikan Karakter ...

4. Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini ...

(10)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Konsep Bermain……….………...

1. Pandangan Psikoanalisa tentang Bermain..………...

2. Pandangan Teori Belajar tentang Bermain………...

3. Teori Bermain Berdasarkan Kajian Kognisi dari Jean Piaget...

4. Teori Bermain Menurut Lev Vigotsky dengan Pandangan

Konteks Sosialnya………....

5. Bermain dalam Pandangan Teori Robert White tentang

Motivasi untuk Kompetensi (competence motivation) ...

D. Bimbingan Bermain Child-Centered...

1. Pengertian Bimbingan Bermain Kelompok Child-Centered….

2. Landasan Menggunakan Bimbingan Bermain Kelompok…..

3. Struktur Kelompok dan Logistik……….

4. Pemilihan dan Ukuran Kelompok………

5. Panjang, Frekuensi dan Durasi Sesi Bimbingan………..

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian..………..

B. Definisi Operasional Variabel……...……….

1. Bimbingan Bermain Anak ……….

2. Karakter ………...

C. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data………..

1. Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data……….

(11)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Subjek Penelitian……….

E. Tahap-Tahap Penelitian………...

F. Teknik Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian...

1. Profil Karakter Anak Usia Dini Kelompok Bermain Di Kota

Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ...

2. Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia

Dini Melalui Permainan...

3. Validasi Rasional Model Bimbingan Untuk Mengembangkan

Karakter Anak Usia Dini Melalui Bermain ...

B. Pembahasan ...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ...

B. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

60

60

60

70

70

70

94

108

114

122

123

(12)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Aam Kurnia. (2014). "Model Bimbingan Pengembangan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan". Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Prof. Dr. Rochman Natawidjaja (Promotor), Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M. Pd. (Co-Promotor), dan Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M. Pd. (Anggota Komite)

Penelitian ini dimotivasi oleh pentingnya permainan bagi kehidupan anak usia dini untuk

membantu menciptakan iklim yang kondusif yang memberikan kesempatan bagi anak-anak

untuk: mengembangkan penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide-ide, perasaan,

dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah, membuat keputusan yang tepat, dapat

berlatih prilaku baru, dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model bimbingan untuk mengembangkan

karakter anak usia dini melalui permainan. Studi penelitian ini menggunakan pendekatan

mixed reseach method design. Penelitian ini dijelaskan dalam tahapan sebagai berikut: (1)

mempelajari konsep teoritis dan kebutuhan pengembangan, (2) mengembangkan model

panduan hipotetis untuk mengembangkan karakter anak usia dini, (3) menguji model

hipotetis, (4) merevisi hipotesis menjadi model bimbingan yang efektif dalam

mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan, (5) mengembangkan panduan

guru untuk menerapkan model yang telah diuji, dan (6) mengembangkan program pelatihan

bagi para pengguna model. Studi ini muncul dengan temuan utama bahwa model yang

dibangun terbukti efektif untuk mengembangkan karakter anak usia dini. Tiga buklet yang

disediakan untuk para pengguna model yang sudah diuji: (1) deskripsi model yang sudah

diuji, (2) pedoman untuk menggunakan model yang sudah diuji, dan (3) program pelatihan

bagi pengguna model yang sudah diuji.

(13)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangPenelitian

Bagi bangsa Indonesia menanamkan nilai-nilai karakter melalui

pendidikan bukanlah sesuatu yang baru sesuai dengan pandangan Ki Hadjar

Dewantara bahwa Pendidikan pada dasarnya adalah upaya mewariskan nilai-nilai

budaya kapada peserta didik. Namun yang perlu dipikirkan adalah bagaimana

caranya bagi setiap orang-orang yang terdekat dan sistem yang berpengaruh untuk

turut berperan dalam membangun karakter bangsa ini.

Indonesia belum optimal dalam mengembangkan pendidikan karakter

yang efektif untuk menjadikan bangsa Indonesia yang berkarakter. Padahal ada

beberapa mata pelajaran yang berisikan pesan-pesan moral, misalnya pelajaran

agama, kewarganegaraan, dan Pancasila. Namun proses pembelajaran yang

dilakukan adalah dengan pendekatan penghafalan (kognitif). Para siswa

diharapkan dapat menguasai materi yang keberhasilannya diukur hanya dengan

kemampuan anak menjawab soal ujian. Karena orientasinya hanyalah

semata-mata untuk memperoleh nilai bagus, maka bagaimana semata-mata pelajaran dapat

berdampak kepada perubahan perilaku, tidak pernah diperhatikan. Semua orang

pasti mengetahui bahwa berbohong dan korupsi itu salah dan melanggar ketentuan

agama, tetapi banyak sekali orang yang tetap melakukannya.

Pertanyaannya yang muncul saat ini dalam diri setiap orang yang peduli

dengan pendidikan; Perlukah kita mencari kambing hitamnya seperti pengaruh

(14)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gagal dalam memperkokoh kesatuan bangsa, mencerdaskan dan menanamkan

nilai-nilai luhur pada peserta didiknya. Untuk mengatasi dan mencegah

munculnya persoalan-persoalan serupa pemerintah mencanangkan perlunya

pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan. Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono dalam pidatonya pada tanggal 11 Mei 2010 dalam rangka

memperingati Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara menekankan pentingnya

membangun karakter dan jati diri melalui Pendidikan Karakter.

Masalah pembentukan karakter ini merupakan masalah mendasar bagi

pendidikan sebagaimana yang diutarakan Jareonsettain dalam Sapriya (2007: 46)

bahwa ”we have a crisis of character at the root of all the troubles everywhere and

the crisis has come about the result of education without refinement of character”.

Pengembangan potensi dasar anak khususnya nilai-nilai karakter seperti

kejujuran, toleransi, kreativitas dan tanggungjawab melalui kegiatan pendidikan

yang tepat dan berkualitas perlu dilakukan sejak anak masih kecil. Pengabaian

terhadap penanaman nilai-nilai karakter akan berdampak sistemik, fatal dan

bahkan berakibat hilangnya generasi manusia pada suatu bangsa (Lickona, 1992:

21).

Lebih lanjut Lickona mengungkapkan ciri-ciri yang “sangat mengerikan”

pada suatu bangsa apabila kehilangan nilai-nilai karekater. Ciri tersebut antara

lain (1) meningkatnya kekerasan pada masyarakat; (2) merebaknya penggunaan

bahasa dan kata-kata yang buruk, jorok dan berbau porno dan kadang mengarah

kepada SARA; (3) kuatnya pengaruh teman sebaya dalam melakukan tindakk

(15)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diri, seperti narkoba, seks bebas, dan alkohol;(5) semakin kaburnya pedoman

moral baik dan buruk; (6) penurunan etoskerja; (7) semakin rendahnya rasa

hormat terhadap orang tuadan guru;dan (8) rasa saling curiga dan kebencian di

antara sesama.

Ciri-ciri rendahnya nilai karakter sebagaimana dicetuskan oleh Lickona di atas

sangat selaras dengan yang terjadi di negeri ini. Maka sudah tidak terbantahkan

lagi bahwa penanaman nilai-nilai karakter pada pendidikan kita mutlak harus

dilakukan. Hal ini selaras dengan pendapat Tilaar (2002) yang menyatakan bahwa

garda terakhir untuk memelihara dan sekaligus melindungi keutuhan bangsa ini

adalah pendidikan.

Bimbingan dan Konseling adalah salah satu bidang yang tidak kalah

pentingnya dalam dunia pendidikan untuk berperan dalam menjalankan kebijakan

pemerintah sebagai amanah dari UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 untuk

membangun karakter peserta didik. Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan konselor

adalah salah satu tenaga kependidikan, yang artinya konselor setara dengan tenaga

kependidikan lainnya, dan memiliki tanggungjawab yang sama dalam

menyelenggarakan pendidikan.

Mempertimbangkan kenyataan ini, maka diperlukan adanya penanganan

yang dilakukan secara komprehensif dan sistematik. Hal ini disebabkan

perubahan-perubahan yang begitu cepat dalam kehidupan menuntut manusia

untuk mempunyai nilai karakter.

Hal tersebut sesuai dengan pendidikan karakter peserta didik untuk

(16)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karakter itu sendiri merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat

istiadat.

Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak yang tujuannya

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan

baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan

sehari-hari dengan sepenuh hati. Konteksnya dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara Indonesia diyakini bahwa karakter yang secara

legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional harus dimiliki

peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan pada

masa yang akan datang.

Sudrajat (2010: 25) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah suatu

sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi

komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),

diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia

insan kamil. Pendidikan karakter dimaknai sebagai bentuk pengajaran yang sesuai

dan memperhatikan kondisi sosial pada setiap lokasi pembelajaran. Artinya,

(17)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

negara dengan negara lain karena jelas mempunyai karakteristik pola tradisi dan

budaya yang berbeda.

Karakter adalah hasil pembiasaan dari sebuah gagasan dan perbuatan,

seperti yang diutarakan oleh Stephen R. Covey (Kadir, 2001) “Taburlah gagasan,

tuailah perbuatan. Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan. Taburlah kebiasaan,

tuailah karakter. Taburlah karakter, tuailah nasib.” Nasib di sini adalah sisa dari

rancangan.” Selanjutnya, Branch Rickey (Kadir, 2001: 30) menyatakan “Nasib

baik terjadi ketika peluang sesuai dengan persiapan”. Hal tersebut dikarenakan

seseorang biasanya banyak membicarakan pilihan antara nasib bagus dan nasib

jelek, jarang sekali keberhasilan ditentukan oleh peluang.Perubahan tersebut

secara tidak langsung akan memberikan harapan dan sekaligus juga memberikan

tantangan. Tantangan dan harapan tersebut turut juga berimbas pada dunia

pendidikan, khususnya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Perhatian terhadap kegiatan PAUD khususnya pada kelompok jalur non

formal begitu intensif. Diantara alasannya bahwa hasil kegiatan pembelajaran di

PAUD turut berkontribusi terhadap kegiatan pendidikan pada jenjang berikutnya.

Salah satu komitmen yang ditunjukan pemerintah adalah dengan memperluas

akses dan mutu layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk mewujudkan

Anak Indonesia Harapan (AIH). Anak Indonesia Harapan memiliki sepuluh cirri

utama (dasa citra anak Indonesia), yaitu (1) beriman, (2) bertaqwa kepadaTuhan

Yang maha Esa, (3) berahlak mulia, (4) Sehat, (5) Cerdas, (6) jujur, (7)

bertanggungjawab, (8) kreatif, (9) percayadiri, dan (10) cinta tanah air (Dirjen

(18)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(AIH) memerlukan lingkungan sosial yang kondusif salah satu lembaga yang

paling berperan adalah lembaga yang memberikan layanan Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) yang meliputi taman kanak-kanak, kelompok bermain, taman

penitipan anak, serta satuan PAUD sejenis lainnya.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok anak yang

mendapatkan layanan PAUD memiliki kemampuan pra-akademik lebih baik (Mc

Key, etal. 1985) IQ dan skor akademik meningkat tajam meskipun pada keluarga

kurang mampu (Berrueta Clement, et al, 1985; Concortium for Longitudinal

Studies, 1983). Begitu pula kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan

kerjasama dalam kelompok, lebih baik (Bronson, et al. 1985). Jarang masuk kelas

remedial, lebih tekun di kelas, paling sedikit yang mengulang kelas, kematangan

sosial-emosinya lebih baik, motivasi akademik lebih tinggi, lebih percaya diri,

lebih meluangkan untuk mengerjakan PR, lebih banyak lulus SMA (Concortium

for Longitudinal Studies, 1983, Stalling & Stipek, 1986 dalam Dirjen PAUDNI

2011 (36-37).

Profesor James Heckman peraih Nobel Bidang Ekonomi tahun 2000

menyatakan bahwa layanan pendidikan anak sebagai bagian dari investasi

ekonomi yang harus diperhatikan. Pendapatnya menyatakan bahwa intelegensi

dan keterampilan sosial harus dikembangkan sejak dini, dan keduanya memiliki

peran yang sangat kuat dalam kesuksesan. Pengembangan keterampilan sosial

pada anak usia dini akan berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan IQ

dan juga terhadap produktivitas pribadi dan sosial. Investasi lebih dini akan

(19)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan kesehatan pada usia 0-5 sangat berdampak terhadap kesuksesan selanjutnya.

Pengembangan anak usia dini (early childhood development) akan lebih

bermanfaat dan biayanya akan lebih efektif jika dibandingkan dengan

memperbaikinya.

Pentingnya pendidikan anak usia dini juga telah menjadi perhatian dunia

internasional. Pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 yang

diselenggarakan di Dakar, Sinegal, menghasilkan 6 kesepakatan sebagai kerangka

aksipen didikan untuk semua (The Dakar Framework for Action Education for

All) yang salah satu butirnya adalah kesepakatan untuk “Memperluas dan

memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi

anak yang sangat rawan dan kurang beruntung” Jalal (2002: 9).

Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

juga memberikan perhatian khusus bagi pendidikan anak usia dini. Pasal 28

UUSPN tersebut mengungkapkan bahwa: (1) pendidikan anak usia dini

diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) pendidikan anak usia dini

dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau

informal; dan (3) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal

berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain

yang sederajat. Berdasarkan penjelasan undang-undang di atas tampak jelas

bahwa anak usia dini memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.

Sedemikian penting posisi PAUD, sehingga banyak pihak yang begitu

perhatian dan memberikan atensi yang begitu intensif, akan tetapi apabila

(20)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari Bank Dunia yang mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran pada

pendidikan anak usia dini di Indonesia lebih bersifat akademik dimana anak-anak

lebih banyak duduk dibangku seperti di sekolah dasar. Pendapat ini menyiratkan

bahwa pembelajaran di PAUD negeri ini masih miskin sentuhan pendidikan

karakter dan cenderung menonjolkan aspek intelektual. Lebih lanjut Karin Villien

menuturkan bahwa jarang sekali anak diberi kesempatan bereksplorasi dan

melakukan sendiri apa yang diminati. ”Banyak pendidik yang kurang memberikan

kesempatan kepada anak untuk berpikir dan pendidik kurang memberikan

kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaannya dan menemukan

pemecahan masalah sendiri”(Yufiarti, 2002: 61).

Rendahnya kesempatan yang dimiliki anak untuk mengalami, menemukan

membangun sendiri dan mencoba menyelesaikan suatu persoalan yang ditemukan

anak dari lingkungannya membuat anak tidak berkembang sesuai dengan

kapasitas kemampuannya. Ditambah lagi dengan berbagai tuntutan yang harus

dipenuhi anak selama proses pembelajaran berlangsung akan semakin

”memasung” kemampuan anak. Padahal masa anak usia dini merupakan masa

keemasan dan masa yang paling fundamental yang akan mempengaruhi

perkembangan masa-masa berikutnya termasuk pada pengembangan karakter.

Sudah seharusnya anak mendapatkan berbagai stimulasi yang menarik dan

bermakna dan mendapat kesempatan untuk mengembangkan berbagai aspek

kemampuan yang ada pada dirinya.

Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan

(21)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang, Menurut Froebel (Roopnaire,

J.L & Johnson, J.E., 1993: 57) jika orang dewasa mampu menyediakan suatu

”Taman Bermain” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka

anak akan berkembang secara wajar termasuk potensi karakter yang dimilikinya.

Pendidikan karakter bukan saja dapat membuat anak mempunyai akhlak

mulia, tetapi akan turut berkontribusi terhadap keberhasilan akademiknya.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara keberhasilan

pendidikan karakter pada PAUD dengan keberhasilan akademik serta perilaku

pro-sosial anak sehingga diperlukan suasana lembaga yang menyenangkan dan

kondusif untuk proses belajar-mengajar yang efektif. Selain itu, anak-anak yang

berkarakter baik adalah mereka yang memiliki kematangan emosional dan

spiritual, dapat mengelola stres yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesehatan

fisiknya (Dirjen PAUDNI,2011).

Menjadikan manusia Indonesia yang berkarakter tidaklah mudah. Dalam

hal ini sekolah yang merupakan lembaga pendidikan setelah rumah dan tempat

ibadah diharapkan menjadi lembaga yang mampu membentuk karakter anak.

Karakter pada anak usia dini dapat diamati melalui keterampilan sosialnya, seperti

dapat tergambar dari aktivitas menunggu giliran, berbagi bersama teman,

berkomunikasi dengan baik, dan mengatasi konflik.

Social skill is ability to interact with others in a given social context in

specific ways that are socially acceptable or valued and at the same time

personally beneficial, mutually beneficial, or beneficial primarily to others

(22)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk dapat berinteraksi, diterima dan

menjadi individu yang bernilai (valued) dalam konteks sosial.

Salah satu pendekatan bimbingan yang dipandang tepat baik secara

teoretis ataupun praktik untuk mengembangkan karakter anak usia dini adalah

bimbinganmelalui permainan. Bermain merupakan cara alamiah anak untuk

menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain

mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses daripada hasil akhir.

Bermain merupakan aktivitas utama pada anak usia dini. Bermain juga memiliki

peran terhadap aspek-aspek perkembangan anak. Hal ini senada dengan yang

dijelaskan oleh Santrock (1995: 105) bahwa permainan mampu meningkatkan

afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan

kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman

bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan

kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama

lain. Selama interaksi ini, anak-anak mempraktikkan peran-peran yang akan

mereka laksanakan dalam hidup masa depannya. Plato dan Aristoteles

(Moeslichatoen,1996: 97) menjelaskan bahwa bermain sebagai kegiatan yang

mempunyai nilai praktis, artinya bermain digunakan sebagai media untuk

meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Menurut

Mulyadi (2004: 56) bermain dengan teman sebaya membuat anak-anak belajar

membangun suatu hubungan sosial dengan anak-anak lain yang belum dikenalnya

(23)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurniati (2000:75) meneliti peran permainan tradisional dalam

mengembangkan keterampilan sosial anak di SDN Bukanagara Lembang yang

menunjukkan permainan tradisional Jawa Barat mampu mengembangkan

keterampilan sosial anak. Permainan tradisional yang teridentifikasi dalam

penelitiannya menunjukkan indicator keterampilan sosial yakni; keterampilan

dalam bekerjasama, keterampilan dalam menyesuaikan diri, keterampilan dalam

berinteraksi, keterampilan dalam mengontrol diri, keterampilan dalam berempati,

keterampilan dalam mentaati aturan, dan keterampilan dalam menghargai orang

lain. Permainan juga disinyalir dapat menjadi terapi bagianak, khususnya bagi

anak-anak yang mengalami permasalahan dalam sosialisasi.

Sejalan dengan hal tersebut, Catron & Allen (1999) dalam Musfiroh

(2005: 35) mengatakan bahwa bermain mendukung perkembangan sosialisasi

dalam hal-hal berikutini. (1) interaksi sosial, yakni interaksi dengan teman sebaya,

orang dewasa dan memecahkan konflik; (2) kerjasama, yakni interaksi saling

membantu, berbagi dan pola bergiliran; (3) menghemat sumber daya, yakni

menggunakan dan menjaga benda-benda dan lingkungan secara tepat; dan (4)

peduli terhadap orang lain, seperti memahami dan menerima perbedaan individu,

memahami masalah multibudaya.

Senada dengan hal tersebut, Hoorn (1993:60) mengatakan bahwa games

with rules (permainan) mewakili tingkat-tingkat permainan simbolis dan sosial

yang paling tinggi, yang mana pemain dituntut untuk merefleksikan

(24)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Piaget (1962) dalam Muro, J.J. &Kottman, T. (1995: 182)mengatakan

bahwa play was the child way of assimilating new information into his or her view

of the world and adapting to new situations.Artinya bahwa bermain merupakan

cara bagi anak untuk mengasimilasi informasi baru kedalam pandangan mereka

serta menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru.

Bermain merupakan bagian integral dalam kegiatan pendidikan anak usia

dini. Sedemikian penting kegiatan bermain dalam kehidupan anak, sehingga

sebagian besar sepakat bahwa kegiatan belajar anak pada hakikatnya adalah

bermain. Tidak menutup kemungkinan karena kondisi yang sangat signifikan itu

juga orang menamai tempat kegiatan belajar anak usia dini dengan istilah taman

kanak-kanak (Kindergarten dalam bahasa Jerman atau Raudatul Atfal dalam

bahasa Arab). Bahkan, bermain itu sendiri ternyata tidak hanya terjadi pada dunia

anak, akan tetapi itu menjadi sifat yang tetap melekat pada orang dewasa juga

orang yang telah lanjut usia.

Viktor E Frankl (1985: 204) seorang psikiater yang terkenal dengan

konsep logoterapinya, dalam catatan bukunya yang berjudul “Man’sSearch for

Meaning (1985) ” ia menceritakan pengalaman pribadinya saat berada di kamp

konsentrasi Auscwitz (suatu tempat pembantaian tawanan perang ras Yahudi oleh

NAZI Jerman pimpinan Adolf Hitler), salah satu kegiatan yang dilakukan oleh

para tawanan yang tertekan fisik dan psikologis untuk menghibur diri adalah

dengan “bermain” di antara permainan yang umum mereka lakukan adalah

menebak nama keluarga juga jumlah anak; jikalau salah satu peserta tidak mampu

(25)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bertanya tadi dan begitu sebaliknya. Ternyata dalam posisi sangat tertekan para

tawanan itu menyempatkan diri untuk bermain sebagai alat untuk mencari

kesenangan dan menghibur diri dari penderitaan (Agustin, 2010: 43).

Bimbingan melalui permainan merupakan proses pemberian layanan dan

bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna

mencapai suatu tujuan melalui aktivitas bermain. Bimbingan melalui permainan

ini dapat dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu

anak menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga

diharapkan akan berdampak positif bagi anak yang nantinya akan membantu

mengembangkan karakter yang kuat. Selain itu apabila kelompok bermain dapat

terwujud dengan baik maka anggota kelompok saling menolong, menerima dan

berempati dengan tulus sehingga akan dapat membantu pencapaian karakter

positif anak (Homeyer,1999: 57).

Bimbingan melalui permainandi PAUD dapat membantu menciptakan

iklim kondusif yang memberikan kesempatan bagi anak anak untuk menambah

penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan

alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih

tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri.

Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya

juga dapat menambah konsep diri yang positif.

Asumsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah bahwa bimbingan

melalui permainanakan terjadi proses interaksi antar anak. Diharapkan bimbingan

(26)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa, khususnya sikap konsep diri positif dibentuk yang tidak hanya dengan

pendekatan personal namun dengan pendekatan kelompok seperti bimbingan

kelompok yang akan lebih optimal karena para siswa tidak akan merasa terhakimi

oleh keadaan sendiri, mereka juga akan merasa mendapat pembinaan dan

informasi yang positif untuk pengembangan karakter yang positif. Berdasarkan

permasalahan yang dipaparkan di atas maka penelitian ini memfokuskan kajian

pada Model Bimbingan untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui

Permainan.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana model

bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan?”

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian

dituangkan sebagai berikut :

1. Bagaimana profil karakter anak usia dini di Kota Bandung tahun ajaran

2012-2013?

2. Bagaimana kerangka teoretik model bimbingan untuk mengembangkan

karakter anak usia dini melalui permainan di Kota Bandung tahun ajaran

2012-2013?

3. Bagaimana efektivitas model bimbingan untuk mengembangkan karakter

anak usia dini melalui permainan di Kota Bandung tahun ajaran 2012-2013?

C. TujuanPenelitian

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model bimbingan untuk

(27)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. ManfaatPenelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ini :

1. Manfaat teoretis untuk memberikan sumbangan yang positif bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan

pengembangan bimbinganuntuk mengembangkan karakter untuk anak usia

dini melalui permainan dan wujud dari sumbangan tersebut yaitu

ditemukannya hasil-hasil penelitian baru tentang bimbingan konseling guna

meningkatkan pelayanan bimbingan di sekolah, khususnya pada Pendidikan

Anak Usia Dini. Selain itu juga turut memberikan konstribusi dalam

memberikan pelayanan yang tepat dalam mengembangkan potensi karakter

anak usia dini.

2. ManfaatPraktis

a. Bagi guru/pendampingan akusia dini,penelitian ini dapat bermanfaat bagi

guru/pendamping dalam melakukan kegiatan bimbingan melalui

permainan yang terintegrasi dalam pembelajaran yang ada, baik di dalam

maupun di luar kelas seefektif mungkin untuk membantu membentuk dan

mengembangkan karakter anak usia dini.

b. Bagi Anak, dengan mengikuti kegiatan bimbingan melalui permainanyang

efektif, anak akan terdorong untuk membentuk karakter yang positif,

terbuka, menghargai orang lain, mau mengendalikan emosi,

mengembangkan rasa setia kawan, belajar untuk mempercayai

(28)

Aam Kurnia, 2014

(29)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model bimbingan untuk

mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Sesuai dengan tujuan

penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan

(research and development). Penelitian pengembangan diarahkan sebagai “a

process used to develop and validate educational product (Borg and Gall, 2003:

271). Produk yang dihasilkan adalah model bimbingan untuk mengembangkan

karakter anak usia dini melalui permainan. Selanjutnya, menurut Borg and Gall

(2003: 271), langkah-langkah yang seyogyanya ditempuh dalam penelitian

pengembangan meliputi : (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan,

(3) pengembangan model hipotetik, (4) penelaahan model hipotetik, (5) revisi,

(6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) uji coba lebih luas, (9) revisi

modal akhir, dan (10) diseminasi dan sosialisasi. Adapun dalam penelitian ini

langkah-langkah penelitian dan pengembangan dimodifikasi menjadi tiga tahap;

(1) studi pendahuluan, (2) pengembangan model, dan (3) uji model (Sukmadinata,

2005:184).

Menurut Cresswell (2002), terdapat tiga model kualitatif-kuantitatif, yaitu

two-phase design, dominant-less dominant design, dan mixed method design

sequence. Dalam penelitian ini dipilih mixed method design sequence karena

(30)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

saling mendukung. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji dinamika

perkembangan karakter anak usia dini dan keefektifan model bimbingan anak usia

dini melalui permainan untuk mengembangkan karakter. Sementara itu,

pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui validitas rasional model

bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui bermain. Pada

tataran teknis dilakukan langkah sebagai berikut : metode analisis deskriptif,

metode partisipatif kolaboratif, dan metode quasi eksperimen.

Metode analisis deskriptif dilaksanakan untuk menjelaskan secara

sistematis, faktual, akurat, tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terkait dengan

substansi penelitian. Dalam hal ini dilakukan untuk menganalisis karakter anak

usia dini beserta indikator-indikatornya.

Metode partisipatif kolaboratif dalam proses uji kelayakan model hipotetik

bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Uji

kelayakan model dilaksanakan dengan uji rasional uji keterbacaan, uji kepraktisan

dan uji coba terbatas. Uji rasional melibatkan empat orang pakar konseling, uji

keterbacaan melibatkan sepuluh guru/pendamping anak usia dini; sedangkan uji

kepraktisan dilaksanakan melalui diskusi terfokus dengan melibatkan para ahli

bidang ke -PAUD-an.

Metode quasi eksperimen dengan disain pre-test dan post-test

dilaksanakan dalam uji lapangan model hipotetik untuk memperoleh gambaran

tentang efektivitas model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia

dini melalui permainan (Sugiyono, 2006: 118).

(31)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terdapat dua variabel utama dari tema penelitian ini yaitu permainan anak

usia dini dan model bimbingan untuk mengembangkan karakter. Definisi

operasional untuk beberapa istilah diuraikan sebagai berikut.

1. Bimbingan Melalui Permainan

Secara operasional yang dimaksud dengan bimbingan melalui permainan

dalam penelitian ini adalah pedoman/prosedur yang digunakan untuk

mengembangkan karakter anak usia dini dengan menggunakan aktivitas

bermain yang langkah-langkahnya sebagai berikut: Pertama,

mengidentifikasi potensi nilai-nilai karakter yang ada pada diri anak usia

dini. Kedua, mengembangkan karakter positif yang sudah ada pada diri

anak. Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan bimbingan melalui

permainan, dengan harapan anak-anak akan berkembang karakter

positifnya. Ketiga, memberikan ragam materi selaras dengan bimbingan

melalui permainan dengan upaya mengembangkan nilai-nilai positif

karakter anak usia dini.

2. Karakter

Karakter dalam penelitian ini adalah serangkaian nilai-nilai positif yang

dipandang tepat untuk dikembangkan pada anak usia dini yang terdiri dari

(1) Kecintaan Terhadap Tuhan YME berupa nilai-nilai yang didasarkan

pada perilaku yang menunjukkan kepatuhan kepada perintah dan larangan

Tuhan YME yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (2) toleransi

dan cinta damai yaitu penanaman kebiasaan bersabar, tenggang rasa, dan

(32)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan ketertiban dan keteraturan; (4) kejujuran yaitu sikap yang

menunjukkan kesesuaian dengan keadaan sebenarnya; (5) percaya diri

yaitu sikap yang menunjukkan memahami kemampuan diri dan nilai harga

diri; (6) Mandiri yaitu perilaku yang tidak bergantung pada orang lain.

Penanaman nilai ini bertujuan untuk membantu membiasakan anak

menentukan, melakukan, dan memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bantuan

atau dengan bantuan yang seperlunya; (7) perilaku kreatif yaitu perilaku

yang mendorong seseorang untuk dapat melahirkan sesuatu yang baru baik

berupa gagasan, maupun karya baru dengan menekankan pada

kemampuan mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah

dan mencerminkan kemampuan operasional anak kreatif; (8) kerja keras

yaitu nilai yang berkaitan dengan perilaku pantang menyerah berupa

mengerjakan sesuatu hingga selesai dengan gembira; dan (9) tanggung

jawab yaitu nilai yang terkait dengan kesadaran untuk melakukan dan

menanggung segala sesuatunya .

C. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data

1. Kisi- kisi Instrumen Pengumpul Data

Kisi-kisi instrumen pengumpul data dibuat untuk mengungkap nilai-nilai

karakter positif anak usia dini. Berikut diuraikan kisi-kisi instrumen untuk

(33)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini

Aspek Indikator Nomor

item

1.1 Menyanyikan lagu yang bernuansa iman dan taqwa 1 – 3 lagu

1.2 Berdoa sebelum dan sesudah berkegiatan dengan baik dan khidmat

1.3 Menirukan gerakan ibadah dengan tertib

1.4 Menyimak dengan baik cerita bernuansa iman dan taqwa 1.5 Meniru dan menyebutkan

nama-nama dan sifat-sifat Allah

1.6 Menunjukkan rasa cinta dan sayang pada ciptaan Allah

1.7 Mengucapkan sair ataupun pantun tentang iman dan taqwa

1.8 Menirukan ucapan yang baik dan sopan

1.9 Mengucapkan terima kasih apabila mendapatkan pemberian dan bantuan.

1.10 Mengucapkan salam

1.11 Dapat mengenal kata-kata santun 1.12 Menghargai teman dan tidak

memaksakan diri

2.1 Dapat mengungkapkan secara verbal dengan cara yang baik ketika mau ke kamar kecil.

2.2 Mulai memahami hak orang lain (antri menunggu giliran)

2.3 Mulai menunjukkan sikap berbagi 2.4 Mulai senang membantu

2.5 Senang bekerja sama 2.6 Mulai menyatakan perasaan

terhadap orang lain (suka dengan teman)

2.7 Dapat berbagi peran dalam permaina 2.8 Senang berbagi dengan teman

(34)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Disiplin 3.1 Senang datang tepat waktu 3.2 Menikmati jika harus berbaris

sebelum masuk kelas

3.3 Mencium tangan guru apabila bertemu

3.4 Tidak suka melanggar aturan 3.5 Mentaati norma yang berlaku di

kelas dan sekolah

3.6 Tidak bermain di luar halaman sekolah

4. Jujur 4.1 Tidak suka berbohong

4.2 Meminta izin apabila meminjam barang teman

4.3 Mengembalikan barang teman yang dipinjam

4.4 Mengatakan dengan terus terang sesuatu yang terjadi

4.5 Mengakui kesalahan apabila melanggar aturan

4.6 Tidak mudah terpengaruh oleh prilaku buruk teman

5. Percaya diri 5.1 Berani menyatakan pendapat

5.2 Berani menirukan gaya bicara orang lain

5.3 Berani bertanya dan berani menjawab pertanyaan 5.4 Merasa diri istimewa

5.5 Berani melakukan sesuatu sendiri 5.6 Berani mencoba hal yang baru 5.7 Berani melakukan tantangan 5.8 Tidak mudah menyerah

33

6. Mandiri 6.1 Berani melakukan tantangan 6.2 Tidak mudah menyerah 6.3 Senang melakukan kebutuhan

harian sendiri atau dengan bantuan seadanya

6.4 Pergi ke kamar kecil sendiri 6.5 Menyimpan tas sendiri 6.6 Makan sendiri

6.7 Merapikan meja belajar sendiri

(35)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6.8 Memasukkan alat sekolah ke tas 46 7. Kreatif 7.1 Mampu merespon suatu stimulasi

7.2 Mampu bereaksi terhadap berbagai keinginan.

7.3 Mampu membedakan berbagai keinginan

7.4 Mampu menggunakan alat bermain 7.5 Mampu mengamati benda yang

bergerak

7.6 Mampu menggunakan benda sesuai dengan fungsinya.

7.7 Mampu membedakan berbagai bunyi/suara.

8. Kerja Keras 8.1 Anak mampu berjalan berjinjit 8.2 Anak mampu menyusun balok 8.3 Anak mampu makan dengan

menggunakan sendok

8.4 Anak mampu berjalan dengan menggunakan garis lurus 8.5 Anak mampu mendorong benda 8.6 Anak mampu menyanyikan lagu

sederhana

8.7 Anak mampu mengurutkan benda 8.8 Anak mampu menggambar bentuk

54

9.1 Merapikan peralatan bermain yang sudah digunakan

9.2 Meminta maaf ketika melakukan kesalahan

9.3 Mengucapkan terima kasih apabila mendapatkan sesuatu

9.4 Menjaga barang miliknya sendiri 9.5 Menolong teman yang

membutuhkan bantuan

9.6 Mengembalikan barang yang sudah digunakan ketempatnya

9.7 Mau menjadi pemimpin kelas 9.8 Senang bermain dengan teman di

(36)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Penimbangan Instrumen

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item angket yang

layak dipakai. Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga orang penimbang untuk

dikaji secara rasional dari segi isi dan redaksi item, serta ditelaah kesesuaian item

dengan aspek-aspek yang akan diungkap. Mereka adalah pakar bimbingan

konseling yang memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai, dan

berkualifikasi pendidikan doktor bimbingan konseling.

Setiap penimbang memberikan koreksinya. Terhadap item yang menurut

penimbang kurang layak, baik secara konstruk maupun kebahasaannya, dilakukan

revisi seperlunya sesuai dengan saran-saran para penimbang tersebut.

Pada langkah berikutnya, sebelum dilakukan uji coba instrumen,

dihadirkan para guru/pendamping PAUD untuk melakukan uji keterbacaan

terhadap setiap butir item dalam instrumen. Setiap masukan yang diberikan

dijadikan bahan untuk perbaikan dan pengembangan instrumen yang akan

diujicobakan.

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Pengujian Validitas Instrumen

Pemilihan item dilakukan dengan uji validitas item menggunakan teknik

korelasi item-total product moment. Item yang dipilih (valid) adalah yang

(37)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak

(software) SPSS version 14.0 for Windows.

Tabel 3.2

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas

Instrumen Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Kelompok Bermain

(38)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29 0.46 0.30 Valid 64 0.54 0.30 Valid 30 0.57 0.30 Valid 65 0.49 0.30 Valid 31 0.57 0.30 Valid 66 0.65 0.30 Valid 32 0.48 0.30 Valid 67 0.55 0.30 Valid 33 0.55 0.30 Valid 68 0.58 0.30 Valid 34 0.46 0.30 Valid 69 0.46 0.30 Valid 35 0.56 0.30 Valid 52 0.55 0.30 Valid

Dari hasil rekapitulasi diatas diperoleh bahwa dari 69 item pernyataan

didapat bahwa pernyataan semua pernyataan valid. Hal ini berarti bahwa

pernyataan-pernyataan yang ada dapat mengukur nilai-nilai karakter anak usia

kelompok bermain.

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen pengumpul data penelitian

dimaksudkan untuk melihat konsistensi internal instrumen yang digunakan.

Pengujian reliabilitas menggunakan teknik belah dua (split-half)

Spearman-Brown dengan bantuan perangkat lunak (software) SPSS version 14.0 for

Windows. Langkah-langkah rumus tersebut yaitu:

Pertama, mengelompokkan skor butir bernomor ganjil atau belahan kiri

sebagai belahan pertama dan kelompok bernomor genap atau belahan kanan

sebagai belahan kedua, cara ini biasa disebut dengan tehnik belah dua

ganjil-genap atau awal-akhir.

Kedua, mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua

dan akan diperoleh harga rxy.

Ketiga, indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara

(39)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keempat, indeks reliabilitas soal akan diperoleh dengan rumus

Spearman-Brown sebagai berikut (Arikunto, 2002).



Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien

korelasi yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999: 149) pada tabel 3.3.

Hasil uji reliabilitas pada instrumen Format A dengan menggunakan

software SPSS 14.0 for Windows diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,914.

Dengan merujuk pada klasifikasi rentang koefisien reliabilitas dari Sugiyono dan

Wibisono (2001), koefisien reliabilitas sebesar 0,929 termasuk ke dalam kategori

sangat kuat atau menunjukkan tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.

Tabel 3.3

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

Hasil uji reliabilitas pada instrumen Format B dengan menggunakan

software SPSS 14.0 for Windows diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,868.

(40)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wibisono (2001), koefisien reliabilitas sebesar 0,868 termasuk ke dalam kategori

sangat kuat atau menunjukkan tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.

Langkah langkah dalam membuat profil karakter anak usia dini adalah

sebagai berikut.

a. Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh sampel:

Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi

Tabel 3.4

Cara Menentukan Skor Maksimal Ideal Sampel No

Indikator Skor Maksimal

Ideal 1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter

Anak Usia Dini)

= 69 x 3 = 207

2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan Terhadap Tuhan YME)

= 12 x 3 = 36

3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan Cinta Damai)

b. Menentukan Skor minimal ideal yang diperoleh sampel:

Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah

Tabel 3.5

(41)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No

Indikator Skor Minimal

Ideal 1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter

Anak Usia Dini)

= 69 x 1 = 69

2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan Terhadap Tuhan YME)

= 12 x 1 = 12

3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan Cinta Damai)

c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel:

Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal

Tabel 3.6

Cara Mencari Rentang Skor Ideal Sampel

No Indikator Rentang Skor

1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini)

= 207 – 69 = 138

2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan Terhadap Tuhan YME)

= 36 – 12 = 24

(42)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

Cara Mencari Interval Skor

No Indikator Interval

1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini)

= 138/2 = 69

2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan Terhadap Tuhan YME)

= 24/2 = 12

3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan Cinta Damai)

= 16/2 = 8

4

Indikator 3 (Nilai Disiplin) = 12/2 = 6

5

Indikator 4 (Nilai Kejujuran) = 12/2 = 6

6

(43)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.8

Kategorisasi Profil Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Kelompok Bermain

No Indikator Kriteria Interval

1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini)

Tinggi 139 - 207 Rendah 69 - 138

2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan Terhadap Tuhan YME)

Tinggi 25 - 36 Rendah 12 - 24

3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan Cinta Damai)

6 Indikator 5 (Nilai Percaya Diri )

Tinggi 17 - 24 Rendah 8 - 16

7 Indikator 6 (Nilai Mandiri ) Tinggi 13 - 18 Rendah 6 - 12

8 Indikator 7 (Nilai Perilaku Kreatif )

Tinggi 15 - 21 Rendah 7 - 14

9 Indikator 8 (Nilai Kerja Keras ) Tinggi 17 - 24 Rendah 8 - 16

10 Indikator 9 (Nilai Tanggung Jawab )

Tinggi 17 - 24 Rendah 8 - 16

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini adalah pengembangan model bimbingan untuk

mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Proses

pengembangan model terdiri dari empat tahap dengan subjek penelitian yang

beragam. Pada studi pendahuluan, subjek adalah anak usia dini se Kota Bandung

sebanyak 20 kecamatan, 130 sekolah PAUD dan sebanyak 777 anak yang

ditentukan secara random melalui teknik two stage random sampling (Fraenkel &

(44)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Tahap-Tahap Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, penelitian ini dilaksanakan dalam

sembilan tahap kegiatan, yaitu : tahap 1 persiapan, tahap 2 merancang model

hipotetik, tahap 3 uji kelayakan model hipotetik, tahap 4 perbaikan model

hipotetik, tahap 5 uji coba terbatas, tahap 6 revisi hasil uji coba terbatas, tahap 7

uji lapangan model, tahap 8 merancang model akhir, dan tahap 9 diseminasi

model.

Rancangan kegiatan setiap tahap adalah sebagai berikut.

Tahap Pertama : Persiapan Pengembangan Model

Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi :

a. Kajian konseptual dan analisis penelitian terdahulu.

b. Survey lapangan untuk memperoleh informasi kondisi objektif karakter

anak usia dini

c. Mengkaji hasil-hasil penelitian-penelitian yang berkaitan dengan

pengembangan model bimbingan melalui permainan.

d. Mengkaji pendekatan dan strategi bimbingan dalam menerapkan model.

Tahap Kedua : Merancang Model Hipotetik

Berdasarkan kajian teoretik, hasil-hasil penelitian terdahulu, hasil studi

pendahuluan, berikutnya disusun Model Hipotetik Bimbingan Melalui Bermain.

(45)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji kelayakan model dilakukan untuk mendapatkan Model Bimbingan

untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan yang

memiliki keterandalan ini dilakukan kegiatan berupa :

a. Uji rasional model dengan mengidentifikasi masukan-masukan konseptual

dari para pakar bimbingan konseling.

b. Uji keterbacaan model, melibatkan guru/pendamping PAUD.

c. Uji kepraktisan model, dilakukan melalui diskusi terfokus yang

melibatkan beberapa pakar ke PAUD-an yang bertujuan untuk melihat

berbagai dimensi yang seyogyanya dipertimbangkan dalam pengembangan

dan penerapan model bimbingan melalui bermain untuk mengembangkan

karakter anak usia dini.

d. Analisis kompetensi pembimbing yang diperlukan untuk menerapkan

model.

Tahap Keempat : Revisi Model Hipotetik

Berdasarkan hasil uji kelayakan model, kegiatan berikutnya adalah :

a. Mengevaluasi dan menginventarisasi hasil uji kelayakan model.

b. Memperbaiki redaksi dan isi model hipotetik.

c. Tersusun model hipotetik yang sudah direvisi.

Tahap Kelima : Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas dilaksanakan untuk mendapatkan masukan kritis dari

guru/pendamping PAUD dalam membantu mengembangkan nilai-nilai karakter

anak. Kegiatan dalam hahap ini meliputi :

(46)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menyiapkan pembimbing dan fasilitator.

c. Membagi anak anak dalam dua kelompok kecil, masing-masing 15 orang,

d. Melaksanakan uji coba terbatas.

e. Diskusi dan refleksi sebagai masukan untuk perbaikan model.

Tahap Keenam : Revisi Hasil Uji Coba Terbatas

Berdasarkan masukan dalam diskusi dan refleksi dari hasil uji coba

terbatas, model hipotetik direvisi lagi dari segi konstruksi, materi, dan

pelaksanaan bimbingan.

Tahap Ketujuh : Pengujian Lapangan

Pada tahap ini dilaksanakan uji lapangan model bimbingan melalui

permainan untuk mengembangkan karakter anak usia dini, meliputi :

a. Menyusun rencana kegiatan uji lapangan.

b. Melaksanakan uji lapangan.

c. Mendeskripsikan hasil pelaksanaan uji lapangan.

Tahap Kedelapan : Merancang Model Akhir

Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi :

a. Mengevaluasi dan menganalisis hasil pengujian lapangan.

b. Merevisi dan merumuskan kembali model bimbingan untuk

mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan berdasarkan

hasil pengujian lapangan.

c. Tersusun model akhir yang dikemas dalam model bimbingan untuk

(47)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap Kesembilan : Diseminasi Model

Kegiatan pada tahap ini adalah mempublikasikan model pada khalayak

profesi melalui jurnal dan forum ilmiah.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Kelayakan Model Bimbingan untuk Mengembangkan Karakter

Anak Usia Dini Melalui Permainan

Jenis data dalam penelitian ini tergolong ordinal, karena jawaban yang

terdapat dalam angket mengunakan alternatif jawaban “ya” dan tidak yang diberi

skor 1 dan 0. Oleh karena skor 1 lebih besar dari skor 0 maka hal tersebut

menunjukkan pada jenis data ordinal.

Pertama, teknik analisis untuk melihat gambaran bimbingan untuk

mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan, baik variabel, per

aspek, maupun per indikatornya dengan melihat kategori tinggi dan rendah maka

dihitung dengan menggunakan persentil 50, sehingga dapat dikategorikan jika X ≥

P50 termasuk kategori siap, dan jika X < P50 termasuk kategori belum siap (X =

skor; P50 = persentil 50).

Kedua, teknik analisis data untuk melihat faktor-faktor determinan

bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan

adalah regresi linear. Analisis regeresi dilakukan untuk memprediksi sejauh mana

nilai variabel dependen bila nilai variabel independen diubah. Analisis regresi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana artinya

jumlah variabel independen sebagai prediktor, jumlahnya hanya satu.

(48)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bX a

Yˆ   (Furqon, 1997: 69)

dimana:

Yˆ Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = Konstanta (harga Y bila X=0)

b = Angka arah atau koefisien regresi, menunjukan angka penurunan dan

peningkatan nilai variabel dependen yang didasarkan pada hubungan

nilai variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila b (-) maka terjadi

penurunan.

X = Subyek variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

Sedangkan untuk harga a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai

Ketiga, teknik analisis data untuk melihat upaya-upaya yang dilakukan

untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan adalah

menggunakan teknik persentase dengan rumus : N

X

tiap upaya x 100% (X =

skor; N = jumlah sampel).

Dimensi-dimensi model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak

Gambar

Tabel 3.1  Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini
Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jika guru tersebut bertugas pada sekolah di kota yang memiliki kebutuhan dan biaya hidup yang tinggi maka otomatis gaji pun menyesuaikan, begitupun jika daerah

Pewarisan atau inheritance merupakan sebuah hubungan dua buah kelas atau lebih dimana ada kelas yang memiliki atribut dan method yang sama dengan yang lain disertai atribut dan

Geologi Mineral Logam Untuk Eksplorer Muda.. Yogyakarta : Gadjah Mada

Jawab : Bagi operator tingkat Kanwil Kemenag Propinsi, aplikasi desktop ini berfungsi sebagai aggregator (penggabung) data yang diterima dari setiap

Pembelajaran berbantuan software mathematica untuk meningkatkan kemampuan penalaran induktif dan motivasi belajar siswa.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

[r]

[r]