ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN
MODEL
Promovendus Aam Kurnia
0800811
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH PASCASARJANA
KATA PENGANTAR
Bimbingan dan Konseling adalah salah satu bidang yang tidak kalah pentingnya dalam dunia
pendidikan untuk berperan dalam menjalankan kebijakan pemerintah sebagai amanah dari UU
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 untuk membangun karakter peserta didik. Mempertimbangkan
kenyataan ini, maka diperlukan adanya penanganan yang dilakukan secara komprehensif dan
sistematik. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan yang begitu cepat dalam kehidupan yang
menuntut manusia untuk mempunyai karakter yang baik.
Masa anak usia dini merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu
karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan
pribadi seseorang, Jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”Taman Bermain” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar termasuk potensi
karakter yang dimilikinya.
Salah satu pendekatan bimbingan yang dipandang tepat baik secara teoretis ataupun praktik
untuk mengembangkan karakter anak usia dini adalah bimbingan melalui permainan. Bimbingan
melalui permainan merupakan proses pemberian layanan dan bantuan pada sekelompok orang
dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan melalui aktivitas bermain.
Bimbingan melalui permainan ini dapat dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa
membantu anak menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan
berdampak positif bagi anak yang nantinya akan membantu mengembangkan karakter yang kuat.
Selain itu apabila kelompok bermain dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok saling
menolong, menerima dan berempati dengan tulus sehingga akan dapat membantu pencapaian karakter
siswa, khususnya sikap konsep yang positif. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas maka
penelitian ini memfokuskan kajian pada model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia
dini melalui permainan. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat melahirkan model bimbingan
yang dapat secara efektif mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan.
Desertasi ini disusun dalam lima bagian, ditambah daftar pustaka, riwayat hidup penulis dan
lampiran-lampiran. Bab I berisi tentang pokok penelitian, tujuan dan manfaat penelitian. Bab II
menguraikan berbagai konsep teoretik dan temuan penelitian yang relevan dengan penelitian. Bab III
tentang rancangan penelitian dan teknik pengelolaan dan analisis data. BAB IV menyajikan hasil
penelitian dan pembahasan. Bab V berisi kesimpulan dan rekomendasi.
Semoga penelitian yang telah melahirkan desertasi ini memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pendidikan, terutama studi bimbingan konseling.
Bandung, Pebruari 2014
Segala puji hanya milik Allah Swt yang Maha Pengasih dan Penyayang atas anugrah
kemudahan, kesabaran, dan keiklasan yang diberikan kepada penulis selama menempuh
pendidikan, penelitian dan menyelesaikan penulisan desertasi ini. Tidak dapat dipungkiri
bahwa banyak untain doa, motivasi dan dorongan harapan dari berbagai pihak yang turut
mendukung penyelesaian desertasi ini. Untuk itu semua, izinkan pada kesempatan yang
penuh kebahagiaan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi,
semoga semua bantuan, perhatian dan pengorbanan berupa amal saleh semuanya mendapat
imbalan pahala dari sisi Allah Swt.
Dari lubuk hati yang paling dalam pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang tidak terhingga kepada pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian desertasi ini, terutama kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja selaku promotor atas inspirasi dan dorongan
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan puncak tugas akademik ini tepat pada
waktunya. Terkadang dalam ketidakpercayaan diri terhadap teori ataupun hasil
penelitian, beliau selalu memotivasi penulis untuk yakin, tegas dan pantang menyerah
sehingga mlahirkan ketegaran, kemantapan tekad dan konsistensi dalam menuntaskan
amanah akademik ini. Bentuk bimbingan yang beliau berikan penuh dengan keakraban
sehingga bagi penulis sendiri menimbulkan harmoni yang menyentuh dan penuh makna.
Lebih dari itu, wejangan akademik yang beliau berikan selalu menantang, bijaksana,
menggugah, cermat, bernas, etis dan tidak sedikit yang menggelitik intelektualitas
penulis untuk semakin dalam “menyelami” wilayah permasalahan penelitian tentang
dan konselor bagi penulis. Banyak inspirasi, gagasan dan pencerahan spiritual beliau
sampaikan selama penulisan desertasi ini.
3. Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan, M.Pd. selaku anggota promotor atas kesempatan yang
beliau berikan kepada penulis untuk berdiskusi dan mendudukan masalah penelitian
secara proporsional di tengah kesibukan beliau sebagai ketua program studi psikologi
pendidikan Pasca sarjana UPI. Keterbukaan dan kerelaan beliau untuk menjadi
pendengar yang baik atas setiap keluh kesah penulis baik akademik maupun non
akademik memberikan kesan yang mendalam. Banyak mutiara hidup yang beliau
sampaikan kepada penulis untuk selalu tegar, istiqomah, dan sabar dalam setiap
menjalani amanah, termasuk amanah akademik.
4. Direktur Sekolah Pasca Sarjana, Prof Dr. Didi Suryadi, M.Ed. para asisten Direktur dan
seluruh staf Sekolah Pascasarjana atas kemudahan fasilitas dan perizinan yang diberikan
sehingga memberikan andil yang cukup besar terhadap penyelesaian disertasi ini.
5. Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd.
beserta para wakil rektor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menuntut ilmu pada program doktor.
6. Dr. H. Mubyar Agustin, M.Pd. dan Dr. Iis Nuryati, M.MPd. atas kesediaan untuk
membimbing kelayakan instrumen penelitian. Kritik dan saran yang diberikan telah
memberikan wawasan dan masukan cukup berarti terhadap keakuratan dan kesahihan
alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini.
7. Dengan kerendahan hati, ucapan terimakasih disampaikan kepada seluruh pengajar
program Doktor Bimbingan dan Konseling SPs UPI.
8. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri SGD Bandung, yang
pengembangan civitas akademika.
9. Semua pihak yang telah membantu dan menyemangati menyelesaikan tugas ini.
Semoga berbagai budi baik dan uluran tangan yang telah diberikan semua pihak
kepada penulis menjadi amal kebaikan dan mendapat balasan yang berlipat dari Allah
Subhanahu wata’ala.
Bandung, Pebruari 2014 Penulis,
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Penelitian...……….
B. Rumusan Masalah Penelitian………
C. Tujuan Penelitian ……….
D. Manfaat Penelitian………
BAB II KONSEP MODEL BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN
KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN
A. Konsep Pendidikan Karakter...………..
1. Pengertian Karakter...…...
2. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini...…...
3. Sejarah Pendidikan Karakter ...
4. Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini ...
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Konsep Bermain……….………...
1. Pandangan Psikoanalisa tentang Bermain..………...
2. Pandangan Teori Belajar tentang Bermain………...
3. Teori Bermain Berdasarkan Kajian Kognisi dari Jean Piaget...
4. Teori Bermain Menurut Lev Vigotsky dengan Pandangan
Konteks Sosialnya………....
5. Bermain dalam Pandangan Teori Robert White tentang
Motivasi untuk Kompetensi (competence motivation) ...
D. Bimbingan Bermain Child-Centered...
1. Pengertian Bimbingan Bermain Kelompok Child-Centered….
2. Landasan Menggunakan Bimbingan Bermain Kelompok…..
3. Struktur Kelompok dan Logistik……….
4. Pemilihan dan Ukuran Kelompok………
5. Panjang, Frekuensi dan Durasi Sesi Bimbingan………..
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian..………..
B. Definisi Operasional Variabel……...……….
1. Bimbingan Bermain Anak ……….
2. Karakter ………...
C. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data………..
1. Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data……….
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Subjek Penelitian……….
E. Tahap-Tahap Penelitian………...
F. Teknik Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian...
1. Profil Karakter Anak Usia Dini Kelompok Bermain Di Kota
Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ...
2. Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia
Dini Melalui Permainan...
3. Validasi Rasional Model Bimbingan Untuk Mengembangkan
Karakter Anak Usia Dini Melalui Bermain ...
B. Pembahasan ...
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ...
B. Rekomendasi ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
60
60
60
70
70
70
94
108
114
122
123
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Aam Kurnia. (2014). "Model Bimbingan Pengembangan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan". Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Prof. Dr. Rochman Natawidjaja (Promotor), Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M. Pd. (Co-Promotor), dan Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M. Pd. (Anggota Komite)
Penelitian ini dimotivasi oleh pentingnya permainan bagi kehidupan anak usia dini untuk
membantu menciptakan iklim yang kondusif yang memberikan kesempatan bagi anak-anak
untuk: mengembangkan penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide-ide, perasaan,
dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah, membuat keputusan yang tepat, dapat
berlatih prilaku baru, dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model bimbingan untuk mengembangkan
karakter anak usia dini melalui permainan. Studi penelitian ini menggunakan pendekatan
mixed reseach method design. Penelitian ini dijelaskan dalam tahapan sebagai berikut: (1)
mempelajari konsep teoritis dan kebutuhan pengembangan, (2) mengembangkan model
panduan hipotetis untuk mengembangkan karakter anak usia dini, (3) menguji model
hipotetis, (4) merevisi hipotesis menjadi model bimbingan yang efektif dalam
mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan, (5) mengembangkan panduan
guru untuk menerapkan model yang telah diuji, dan (6) mengembangkan program pelatihan
bagi para pengguna model. Studi ini muncul dengan temuan utama bahwa model yang
dibangun terbukti efektif untuk mengembangkan karakter anak usia dini. Tiga buklet yang
disediakan untuk para pengguna model yang sudah diuji: (1) deskripsi model yang sudah
diuji, (2) pedoman untuk menggunakan model yang sudah diuji, dan (3) program pelatihan
bagi pengguna model yang sudah diuji.
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangPenelitian
Bagi bangsa Indonesia menanamkan nilai-nilai karakter melalui
pendidikan bukanlah sesuatu yang baru sesuai dengan pandangan Ki Hadjar
Dewantara bahwa Pendidikan pada dasarnya adalah upaya mewariskan nilai-nilai
budaya kapada peserta didik. Namun yang perlu dipikirkan adalah bagaimana
caranya bagi setiap orang-orang yang terdekat dan sistem yang berpengaruh untuk
turut berperan dalam membangun karakter bangsa ini.
Indonesia belum optimal dalam mengembangkan pendidikan karakter
yang efektif untuk menjadikan bangsa Indonesia yang berkarakter. Padahal ada
beberapa mata pelajaran yang berisikan pesan-pesan moral, misalnya pelajaran
agama, kewarganegaraan, dan Pancasila. Namun proses pembelajaran yang
dilakukan adalah dengan pendekatan penghafalan (kognitif). Para siswa
diharapkan dapat menguasai materi yang keberhasilannya diukur hanya dengan
kemampuan anak menjawab soal ujian. Karena orientasinya hanyalah
semata-mata untuk memperoleh nilai bagus, maka bagaimana semata-mata pelajaran dapat
berdampak kepada perubahan perilaku, tidak pernah diperhatikan. Semua orang
pasti mengetahui bahwa berbohong dan korupsi itu salah dan melanggar ketentuan
agama, tetapi banyak sekali orang yang tetap melakukannya.
Pertanyaannya yang muncul saat ini dalam diri setiap orang yang peduli
dengan pendidikan; Perlukah kita mencari kambing hitamnya seperti pengaruh
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
gagal dalam memperkokoh kesatuan bangsa, mencerdaskan dan menanamkan
nilai-nilai luhur pada peserta didiknya. Untuk mengatasi dan mencegah
munculnya persoalan-persoalan serupa pemerintah mencanangkan perlunya
pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam pidatonya pada tanggal 11 Mei 2010 dalam rangka
memperingati Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara menekankan pentingnya
membangun karakter dan jati diri melalui Pendidikan Karakter.
Masalah pembentukan karakter ini merupakan masalah mendasar bagi
pendidikan sebagaimana yang diutarakan Jareonsettain dalam Sapriya (2007: 46)
bahwa ”we have a crisis of character at the root of all the troubles everywhere and
the crisis has come about the result of education without refinement of character”.
Pengembangan potensi dasar anak khususnya nilai-nilai karakter seperti
kejujuran, toleransi, kreativitas dan tanggungjawab melalui kegiatan pendidikan
yang tepat dan berkualitas perlu dilakukan sejak anak masih kecil. Pengabaian
terhadap penanaman nilai-nilai karakter akan berdampak sistemik, fatal dan
bahkan berakibat hilangnya generasi manusia pada suatu bangsa (Lickona, 1992:
21).
Lebih lanjut Lickona mengungkapkan ciri-ciri yang “sangat mengerikan”
pada suatu bangsa apabila kehilangan nilai-nilai karekater. Ciri tersebut antara
lain (1) meningkatnya kekerasan pada masyarakat; (2) merebaknya penggunaan
bahasa dan kata-kata yang buruk, jorok dan berbau porno dan kadang mengarah
kepada SARA; (3) kuatnya pengaruh teman sebaya dalam melakukan tindakk
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diri, seperti narkoba, seks bebas, dan alkohol;(5) semakin kaburnya pedoman
moral baik dan buruk; (6) penurunan etoskerja; (7) semakin rendahnya rasa
hormat terhadap orang tuadan guru;dan (8) rasa saling curiga dan kebencian di
antara sesama.
Ciri-ciri rendahnya nilai karakter sebagaimana dicetuskan oleh Lickona di atas
sangat selaras dengan yang terjadi di negeri ini. Maka sudah tidak terbantahkan
lagi bahwa penanaman nilai-nilai karakter pada pendidikan kita mutlak harus
dilakukan. Hal ini selaras dengan pendapat Tilaar (2002) yang menyatakan bahwa
garda terakhir untuk memelihara dan sekaligus melindungi keutuhan bangsa ini
adalah pendidikan.
Bimbingan dan Konseling adalah salah satu bidang yang tidak kalah
pentingnya dalam dunia pendidikan untuk berperan dalam menjalankan kebijakan
pemerintah sebagai amanah dari UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 untuk
membangun karakter peserta didik. Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan konselor
adalah salah satu tenaga kependidikan, yang artinya konselor setara dengan tenaga
kependidikan lainnya, dan memiliki tanggungjawab yang sama dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Mempertimbangkan kenyataan ini, maka diperlukan adanya penanganan
yang dilakukan secara komprehensif dan sistematik. Hal ini disebabkan
perubahan-perubahan yang begitu cepat dalam kehidupan menuntut manusia
untuk mempunyai nilai karakter.
Hal tersebut sesuai dengan pendidikan karakter peserta didik untuk
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karakter itu sendiri merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.
Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak yang tujuannya
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati. Konteksnya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara Indonesia diyakini bahwa karakter yang secara
legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional harus dimiliki
peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan pada
masa yang akan datang.
Sudrajat (2010: 25) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),
diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil. Pendidikan karakter dimaknai sebagai bentuk pengajaran yang sesuai
dan memperhatikan kondisi sosial pada setiap lokasi pembelajaran. Artinya,
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
negara dengan negara lain karena jelas mempunyai karakteristik pola tradisi dan
budaya yang berbeda.
Karakter adalah hasil pembiasaan dari sebuah gagasan dan perbuatan,
seperti yang diutarakan oleh Stephen R. Covey (Kadir, 2001) “Taburlah gagasan,
tuailah perbuatan. Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan. Taburlah kebiasaan,
tuailah karakter. Taburlah karakter, tuailah nasib.” Nasib di sini adalah sisa dari
rancangan.” Selanjutnya, Branch Rickey (Kadir, 2001: 30) menyatakan “Nasib
baik terjadi ketika peluang sesuai dengan persiapan”. Hal tersebut dikarenakan
seseorang biasanya banyak membicarakan pilihan antara nasib bagus dan nasib
jelek, jarang sekali keberhasilan ditentukan oleh peluang.Perubahan tersebut
secara tidak langsung akan memberikan harapan dan sekaligus juga memberikan
tantangan. Tantangan dan harapan tersebut turut juga berimbas pada dunia
pendidikan, khususnya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Perhatian terhadap kegiatan PAUD khususnya pada kelompok jalur non
formal begitu intensif. Diantara alasannya bahwa hasil kegiatan pembelajaran di
PAUD turut berkontribusi terhadap kegiatan pendidikan pada jenjang berikutnya.
Salah satu komitmen yang ditunjukan pemerintah adalah dengan memperluas
akses dan mutu layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk mewujudkan
Anak Indonesia Harapan (AIH). Anak Indonesia Harapan memiliki sepuluh cirri
utama (dasa citra anak Indonesia), yaitu (1) beriman, (2) bertaqwa kepadaTuhan
Yang maha Esa, (3) berahlak mulia, (4) Sehat, (5) Cerdas, (6) jujur, (7)
bertanggungjawab, (8) kreatif, (9) percayadiri, dan (10) cinta tanah air (Dirjen
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(AIH) memerlukan lingkungan sosial yang kondusif salah satu lembaga yang
paling berperan adalah lembaga yang memberikan layanan Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) yang meliputi taman kanak-kanak, kelompok bermain, taman
penitipan anak, serta satuan PAUD sejenis lainnya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok anak yang
mendapatkan layanan PAUD memiliki kemampuan pra-akademik lebih baik (Mc
Key, etal. 1985) IQ dan skor akademik meningkat tajam meskipun pada keluarga
kurang mampu (Berrueta Clement, et al, 1985; Concortium for Longitudinal
Studies, 1983). Begitu pula kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan
kerjasama dalam kelompok, lebih baik (Bronson, et al. 1985). Jarang masuk kelas
remedial, lebih tekun di kelas, paling sedikit yang mengulang kelas, kematangan
sosial-emosinya lebih baik, motivasi akademik lebih tinggi, lebih percaya diri,
lebih meluangkan untuk mengerjakan PR, lebih banyak lulus SMA (Concortium
for Longitudinal Studies, 1983, Stalling & Stipek, 1986 dalam Dirjen PAUDNI
2011 (36-37).
Profesor James Heckman peraih Nobel Bidang Ekonomi tahun 2000
menyatakan bahwa layanan pendidikan anak sebagai bagian dari investasi
ekonomi yang harus diperhatikan. Pendapatnya menyatakan bahwa intelegensi
dan keterampilan sosial harus dikembangkan sejak dini, dan keduanya memiliki
peran yang sangat kuat dalam kesuksesan. Pengembangan keterampilan sosial
pada anak usia dini akan berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan IQ
dan juga terhadap produktivitas pribadi dan sosial. Investasi lebih dini akan
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan kesehatan pada usia 0-5 sangat berdampak terhadap kesuksesan selanjutnya.
Pengembangan anak usia dini (early childhood development) akan lebih
bermanfaat dan biayanya akan lebih efektif jika dibandingkan dengan
memperbaikinya.
Pentingnya pendidikan anak usia dini juga telah menjadi perhatian dunia
internasional. Pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 yang
diselenggarakan di Dakar, Sinegal, menghasilkan 6 kesepakatan sebagai kerangka
aksipen didikan untuk semua (The Dakar Framework for Action Education for
All) yang salah satu butirnya adalah kesepakatan untuk “Memperluas dan
memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi
anak yang sangat rawan dan kurang beruntung” Jalal (2002: 9).
Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
juga memberikan perhatian khusus bagi pendidikan anak usia dini. Pasal 28
UUSPN tersebut mengungkapkan bahwa: (1) pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) pendidikan anak usia dini
dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau
informal; dan (3) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain
yang sederajat. Berdasarkan penjelasan undang-undang di atas tampak jelas
bahwa anak usia dini memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.
Sedemikian penting posisi PAUD, sehingga banyak pihak yang begitu
perhatian dan memberikan atensi yang begitu intensif, akan tetapi apabila
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari Bank Dunia yang mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran pada
pendidikan anak usia dini di Indonesia lebih bersifat akademik dimana anak-anak
lebih banyak duduk dibangku seperti di sekolah dasar. Pendapat ini menyiratkan
bahwa pembelajaran di PAUD negeri ini masih miskin sentuhan pendidikan
karakter dan cenderung menonjolkan aspek intelektual. Lebih lanjut Karin Villien
menuturkan bahwa jarang sekali anak diberi kesempatan bereksplorasi dan
melakukan sendiri apa yang diminati. ”Banyak pendidik yang kurang memberikan
kesempatan kepada anak untuk berpikir dan pendidik kurang memberikan
kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaannya dan menemukan
pemecahan masalah sendiri”(Yufiarti, 2002: 61).
Rendahnya kesempatan yang dimiliki anak untuk mengalami, menemukan
membangun sendiri dan mencoba menyelesaikan suatu persoalan yang ditemukan
anak dari lingkungannya membuat anak tidak berkembang sesuai dengan
kapasitas kemampuannya. Ditambah lagi dengan berbagai tuntutan yang harus
dipenuhi anak selama proses pembelajaran berlangsung akan semakin
”memasung” kemampuan anak. Padahal masa anak usia dini merupakan masa
keemasan dan masa yang paling fundamental yang akan mempengaruhi
perkembangan masa-masa berikutnya termasuk pada pengembangan karakter.
Sudah seharusnya anak mendapatkan berbagai stimulasi yang menarik dan
bermakna dan mendapat kesempatan untuk mengembangkan berbagai aspek
kemampuan yang ada pada dirinya.
Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang, Menurut Froebel (Roopnaire,
J.L & Johnson, J.E., 1993: 57) jika orang dewasa mampu menyediakan suatu
”Taman Bermain” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka
anak akan berkembang secara wajar termasuk potensi karakter yang dimilikinya.
Pendidikan karakter bukan saja dapat membuat anak mempunyai akhlak
mulia, tetapi akan turut berkontribusi terhadap keberhasilan akademiknya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara keberhasilan
pendidikan karakter pada PAUD dengan keberhasilan akademik serta perilaku
pro-sosial anak sehingga diperlukan suasana lembaga yang menyenangkan dan
kondusif untuk proses belajar-mengajar yang efektif. Selain itu, anak-anak yang
berkarakter baik adalah mereka yang memiliki kematangan emosional dan
spiritual, dapat mengelola stres yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesehatan
fisiknya (Dirjen PAUDNI,2011).
Menjadikan manusia Indonesia yang berkarakter tidaklah mudah. Dalam
hal ini sekolah yang merupakan lembaga pendidikan setelah rumah dan tempat
ibadah diharapkan menjadi lembaga yang mampu membentuk karakter anak.
Karakter pada anak usia dini dapat diamati melalui keterampilan sosialnya, seperti
dapat tergambar dari aktivitas menunggu giliran, berbagi bersama teman,
berkomunikasi dengan baik, dan mengatasi konflik.
Social skill is ability to interact with others in a given social context in
specific ways that are socially acceptable or valued and at the same time
personally beneficial, mutually beneficial, or beneficial primarily to others
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk dapat berinteraksi, diterima dan
menjadi individu yang bernilai (valued) dalam konteks sosial.
Salah satu pendekatan bimbingan yang dipandang tepat baik secara
teoretis ataupun praktik untuk mengembangkan karakter anak usia dini adalah
bimbinganmelalui permainan. Bermain merupakan cara alamiah anak untuk
menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain
mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses daripada hasil akhir.
Bermain merupakan aktivitas utama pada anak usia dini. Bermain juga memiliki
peran terhadap aspek-aspek perkembangan anak. Hal ini senada dengan yang
dijelaskan oleh Santrock (1995: 105) bahwa permainan mampu meningkatkan
afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan
kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman
bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan
kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama
lain. Selama interaksi ini, anak-anak mempraktikkan peran-peran yang akan
mereka laksanakan dalam hidup masa depannya. Plato dan Aristoteles
(Moeslichatoen,1996: 97) menjelaskan bahwa bermain sebagai kegiatan yang
mempunyai nilai praktis, artinya bermain digunakan sebagai media untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Menurut
Mulyadi (2004: 56) bermain dengan teman sebaya membuat anak-anak belajar
membangun suatu hubungan sosial dengan anak-anak lain yang belum dikenalnya
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kurniati (2000:75) meneliti peran permainan tradisional dalam
mengembangkan keterampilan sosial anak di SDN Bukanagara Lembang yang
menunjukkan permainan tradisional Jawa Barat mampu mengembangkan
keterampilan sosial anak. Permainan tradisional yang teridentifikasi dalam
penelitiannya menunjukkan indicator keterampilan sosial yakni; keterampilan
dalam bekerjasama, keterampilan dalam menyesuaikan diri, keterampilan dalam
berinteraksi, keterampilan dalam mengontrol diri, keterampilan dalam berempati,
keterampilan dalam mentaati aturan, dan keterampilan dalam menghargai orang
lain. Permainan juga disinyalir dapat menjadi terapi bagianak, khususnya bagi
anak-anak yang mengalami permasalahan dalam sosialisasi.
Sejalan dengan hal tersebut, Catron & Allen (1999) dalam Musfiroh
(2005: 35) mengatakan bahwa bermain mendukung perkembangan sosialisasi
dalam hal-hal berikutini. (1) interaksi sosial, yakni interaksi dengan teman sebaya,
orang dewasa dan memecahkan konflik; (2) kerjasama, yakni interaksi saling
membantu, berbagi dan pola bergiliran; (3) menghemat sumber daya, yakni
menggunakan dan menjaga benda-benda dan lingkungan secara tepat; dan (4)
peduli terhadap orang lain, seperti memahami dan menerima perbedaan individu,
memahami masalah multibudaya.
Senada dengan hal tersebut, Hoorn (1993:60) mengatakan bahwa games
with rules (permainan) mewakili tingkat-tingkat permainan simbolis dan sosial
yang paling tinggi, yang mana pemain dituntut untuk merefleksikan
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Piaget (1962) dalam Muro, J.J. &Kottman, T. (1995: 182)mengatakan
bahwa play was the child way of assimilating new information into his or her view
of the world and adapting to new situations.Artinya bahwa bermain merupakan
cara bagi anak untuk mengasimilasi informasi baru kedalam pandangan mereka
serta menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru.
Bermain merupakan bagian integral dalam kegiatan pendidikan anak usia
dini. Sedemikian penting kegiatan bermain dalam kehidupan anak, sehingga
sebagian besar sepakat bahwa kegiatan belajar anak pada hakikatnya adalah
bermain. Tidak menutup kemungkinan karena kondisi yang sangat signifikan itu
juga orang menamai tempat kegiatan belajar anak usia dini dengan istilah taman
kanak-kanak (Kindergarten dalam bahasa Jerman atau Raudatul Atfal dalam
bahasa Arab). Bahkan, bermain itu sendiri ternyata tidak hanya terjadi pada dunia
anak, akan tetapi itu menjadi sifat yang tetap melekat pada orang dewasa juga
orang yang telah lanjut usia.
Viktor E Frankl (1985: 204) seorang psikiater yang terkenal dengan
konsep logoterapinya, dalam catatan bukunya yang berjudul “Man’sSearch for
Meaning (1985) ” ia menceritakan pengalaman pribadinya saat berada di kamp
konsentrasi Auscwitz (suatu tempat pembantaian tawanan perang ras Yahudi oleh
NAZI Jerman pimpinan Adolf Hitler), salah satu kegiatan yang dilakukan oleh
para tawanan yang tertekan fisik dan psikologis untuk menghibur diri adalah
dengan “bermain” di antara permainan yang umum mereka lakukan adalah
menebak nama keluarga juga jumlah anak; jikalau salah satu peserta tidak mampu
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bertanya tadi dan begitu sebaliknya. Ternyata dalam posisi sangat tertekan para
tawanan itu menyempatkan diri untuk bermain sebagai alat untuk mencari
kesenangan dan menghibur diri dari penderitaan (Agustin, 2010: 43).
Bimbingan melalui permainan merupakan proses pemberian layanan dan
bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna
mencapai suatu tujuan melalui aktivitas bermain. Bimbingan melalui permainan
ini dapat dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu
anak menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga
diharapkan akan berdampak positif bagi anak yang nantinya akan membantu
mengembangkan karakter yang kuat. Selain itu apabila kelompok bermain dapat
terwujud dengan baik maka anggota kelompok saling menolong, menerima dan
berempati dengan tulus sehingga akan dapat membantu pencapaian karakter
positif anak (Homeyer,1999: 57).
Bimbingan melalui permainandi PAUD dapat membantu menciptakan
iklim kondusif yang memberikan kesempatan bagi anak anak untuk menambah
penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan
alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih
tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri.
Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya
juga dapat menambah konsep diri yang positif.
Asumsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah bahwa bimbingan
melalui permainanakan terjadi proses interaksi antar anak. Diharapkan bimbingan
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa, khususnya sikap konsep diri positif dibentuk yang tidak hanya dengan
pendekatan personal namun dengan pendekatan kelompok seperti bimbingan
kelompok yang akan lebih optimal karena para siswa tidak akan merasa terhakimi
oleh keadaan sendiri, mereka juga akan merasa mendapat pembinaan dan
informasi yang positif untuk pengembangan karakter yang positif. Berdasarkan
permasalahan yang dipaparkan di atas maka penelitian ini memfokuskan kajian
pada Model Bimbingan untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui
Permainan.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana model
bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan?”
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian
dituangkan sebagai berikut :
1. Bagaimana profil karakter anak usia dini di Kota Bandung tahun ajaran
2012-2013?
2. Bagaimana kerangka teoretik model bimbingan untuk mengembangkan
karakter anak usia dini melalui permainan di Kota Bandung tahun ajaran
2012-2013?
3. Bagaimana efektivitas model bimbingan untuk mengembangkan karakter
anak usia dini melalui permainan di Kota Bandung tahun ajaran 2012-2013?
C. TujuanPenelitian
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model bimbingan untuk
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. ManfaatPenelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ini :
1. Manfaat teoretis untuk memberikan sumbangan yang positif bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan
pengembangan bimbinganuntuk mengembangkan karakter untuk anak usia
dini melalui permainan dan wujud dari sumbangan tersebut yaitu
ditemukannya hasil-hasil penelitian baru tentang bimbingan konseling guna
meningkatkan pelayanan bimbingan di sekolah, khususnya pada Pendidikan
Anak Usia Dini. Selain itu juga turut memberikan konstribusi dalam
memberikan pelayanan yang tepat dalam mengembangkan potensi karakter
anak usia dini.
2. ManfaatPraktis
a. Bagi guru/pendampingan akusia dini,penelitian ini dapat bermanfaat bagi
guru/pendamping dalam melakukan kegiatan bimbingan melalui
permainan yang terintegrasi dalam pembelajaran yang ada, baik di dalam
maupun di luar kelas seefektif mungkin untuk membantu membentuk dan
mengembangkan karakter anak usia dini.
b. Bagi Anak, dengan mengikuti kegiatan bimbingan melalui permainanyang
efektif, anak akan terdorong untuk membentuk karakter yang positif,
terbuka, menghargai orang lain, mau mengendalikan emosi,
mengembangkan rasa setia kawan, belajar untuk mempercayai
Aam Kurnia, 2014
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model bimbingan untuk
mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Sesuai dengan tujuan
penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan
(research and development). Penelitian pengembangan diarahkan sebagai “a
process used to develop and validate educational product (Borg and Gall, 2003:
271). Produk yang dihasilkan adalah model bimbingan untuk mengembangkan
karakter anak usia dini melalui permainan. Selanjutnya, menurut Borg and Gall
(2003: 271), langkah-langkah yang seyogyanya ditempuh dalam penelitian
pengembangan meliputi : (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan,
(3) pengembangan model hipotetik, (4) penelaahan model hipotetik, (5) revisi,
(6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) uji coba lebih luas, (9) revisi
modal akhir, dan (10) diseminasi dan sosialisasi. Adapun dalam penelitian ini
langkah-langkah penelitian dan pengembangan dimodifikasi menjadi tiga tahap;
(1) studi pendahuluan, (2) pengembangan model, dan (3) uji model (Sukmadinata,
2005:184).
Menurut Cresswell (2002), terdapat tiga model kualitatif-kuantitatif, yaitu
two-phase design, dominant-less dominant design, dan mixed method design
sequence. Dalam penelitian ini dipilih mixed method design sequence karena
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
saling mendukung. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji dinamika
perkembangan karakter anak usia dini dan keefektifan model bimbingan anak usia
dini melalui permainan untuk mengembangkan karakter. Sementara itu,
pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui validitas rasional model
bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui bermain. Pada
tataran teknis dilakukan langkah sebagai berikut : metode analisis deskriptif,
metode partisipatif kolaboratif, dan metode quasi eksperimen.
Metode analisis deskriptif dilaksanakan untuk menjelaskan secara
sistematis, faktual, akurat, tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terkait dengan
substansi penelitian. Dalam hal ini dilakukan untuk menganalisis karakter anak
usia dini beserta indikator-indikatornya.
Metode partisipatif kolaboratif dalam proses uji kelayakan model hipotetik
bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Uji
kelayakan model dilaksanakan dengan uji rasional uji keterbacaan, uji kepraktisan
dan uji coba terbatas. Uji rasional melibatkan empat orang pakar konseling, uji
keterbacaan melibatkan sepuluh guru/pendamping anak usia dini; sedangkan uji
kepraktisan dilaksanakan melalui diskusi terfokus dengan melibatkan para ahli
bidang ke -PAUD-an.
Metode quasi eksperimen dengan disain pre-test dan post-test
dilaksanakan dalam uji lapangan model hipotetik untuk memperoleh gambaran
tentang efektivitas model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia
dini melalui permainan (Sugiyono, 2006: 118).
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Terdapat dua variabel utama dari tema penelitian ini yaitu permainan anak
usia dini dan model bimbingan untuk mengembangkan karakter. Definisi
operasional untuk beberapa istilah diuraikan sebagai berikut.
1. Bimbingan Melalui Permainan
Secara operasional yang dimaksud dengan bimbingan melalui permainan
dalam penelitian ini adalah pedoman/prosedur yang digunakan untuk
mengembangkan karakter anak usia dini dengan menggunakan aktivitas
bermain yang langkah-langkahnya sebagai berikut: Pertama,
mengidentifikasi potensi nilai-nilai karakter yang ada pada diri anak usia
dini. Kedua, mengembangkan karakter positif yang sudah ada pada diri
anak. Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan bimbingan melalui
permainan, dengan harapan anak-anak akan berkembang karakter
positifnya. Ketiga, memberikan ragam materi selaras dengan bimbingan
melalui permainan dengan upaya mengembangkan nilai-nilai positif
karakter anak usia dini.
2. Karakter
Karakter dalam penelitian ini adalah serangkaian nilai-nilai positif yang
dipandang tepat untuk dikembangkan pada anak usia dini yang terdiri dari
(1) Kecintaan Terhadap Tuhan YME berupa nilai-nilai yang didasarkan
pada perilaku yang menunjukkan kepatuhan kepada perintah dan larangan
Tuhan YME yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (2) toleransi
dan cinta damai yaitu penanaman kebiasaan bersabar, tenggang rasa, dan
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan ketertiban dan keteraturan; (4) kejujuran yaitu sikap yang
menunjukkan kesesuaian dengan keadaan sebenarnya; (5) percaya diri
yaitu sikap yang menunjukkan memahami kemampuan diri dan nilai harga
diri; (6) Mandiri yaitu perilaku yang tidak bergantung pada orang lain.
Penanaman nilai ini bertujuan untuk membantu membiasakan anak
menentukan, melakukan, dan memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bantuan
atau dengan bantuan yang seperlunya; (7) perilaku kreatif yaitu perilaku
yang mendorong seseorang untuk dapat melahirkan sesuatu yang baru baik
berupa gagasan, maupun karya baru dengan menekankan pada
kemampuan mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah
dan mencerminkan kemampuan operasional anak kreatif; (8) kerja keras
yaitu nilai yang berkaitan dengan perilaku pantang menyerah berupa
mengerjakan sesuatu hingga selesai dengan gembira; dan (9) tanggung
jawab yaitu nilai yang terkait dengan kesadaran untuk melakukan dan
menanggung segala sesuatunya .
C. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data
1. Kisi- kisi Instrumen Pengumpul Data
Kisi-kisi instrumen pengumpul data dibuat untuk mengungkap nilai-nilai
karakter positif anak usia dini. Berikut diuraikan kisi-kisi instrumen untuk
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini
Aspek Indikator Nomor
item
1.1 Menyanyikan lagu yang bernuansa iman dan taqwa 1 – 3 lagu
1.2 Berdoa sebelum dan sesudah berkegiatan dengan baik dan khidmat
1.3 Menirukan gerakan ibadah dengan tertib
1.4 Menyimak dengan baik cerita bernuansa iman dan taqwa 1.5 Meniru dan menyebutkan
nama-nama dan sifat-sifat Allah
1.6 Menunjukkan rasa cinta dan sayang pada ciptaan Allah
1.7 Mengucapkan sair ataupun pantun tentang iman dan taqwa
1.8 Menirukan ucapan yang baik dan sopan
1.9 Mengucapkan terima kasih apabila mendapatkan pemberian dan bantuan.
1.10 Mengucapkan salam
1.11 Dapat mengenal kata-kata santun 1.12 Menghargai teman dan tidak
memaksakan diri
2.1 Dapat mengungkapkan secara verbal dengan cara yang baik ketika mau ke kamar kecil.
2.2 Mulai memahami hak orang lain (antri menunggu giliran)
2.3 Mulai menunjukkan sikap berbagi 2.4 Mulai senang membantu
2.5 Senang bekerja sama 2.6 Mulai menyatakan perasaan
terhadap orang lain (suka dengan teman)
2.7 Dapat berbagi peran dalam permaina 2.8 Senang berbagi dengan teman
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Disiplin 3.1 Senang datang tepat waktu 3.2 Menikmati jika harus berbaris
sebelum masuk kelas
3.3 Mencium tangan guru apabila bertemu
3.4 Tidak suka melanggar aturan 3.5 Mentaati norma yang berlaku di
kelas dan sekolah
3.6 Tidak bermain di luar halaman sekolah
4. Jujur 4.1 Tidak suka berbohong
4.2 Meminta izin apabila meminjam barang teman
4.3 Mengembalikan barang teman yang dipinjam
4.4 Mengatakan dengan terus terang sesuatu yang terjadi
4.5 Mengakui kesalahan apabila melanggar aturan
4.6 Tidak mudah terpengaruh oleh prilaku buruk teman
5. Percaya diri 5.1 Berani menyatakan pendapat
5.2 Berani menirukan gaya bicara orang lain
5.3 Berani bertanya dan berani menjawab pertanyaan 5.4 Merasa diri istimewa
5.5 Berani melakukan sesuatu sendiri 5.6 Berani mencoba hal yang baru 5.7 Berani melakukan tantangan 5.8 Tidak mudah menyerah
33
6. Mandiri 6.1 Berani melakukan tantangan 6.2 Tidak mudah menyerah 6.3 Senang melakukan kebutuhan
harian sendiri atau dengan bantuan seadanya
6.4 Pergi ke kamar kecil sendiri 6.5 Menyimpan tas sendiri 6.6 Makan sendiri
6.7 Merapikan meja belajar sendiri
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6.8 Memasukkan alat sekolah ke tas 46 7. Kreatif 7.1 Mampu merespon suatu stimulasi
7.2 Mampu bereaksi terhadap berbagai keinginan.
7.3 Mampu membedakan berbagai keinginan
7.4 Mampu menggunakan alat bermain 7.5 Mampu mengamati benda yang
bergerak
7.6 Mampu menggunakan benda sesuai dengan fungsinya.
7.7 Mampu membedakan berbagai bunyi/suara.
8. Kerja Keras 8.1 Anak mampu berjalan berjinjit 8.2 Anak mampu menyusun balok 8.3 Anak mampu makan dengan
menggunakan sendok
8.4 Anak mampu berjalan dengan menggunakan garis lurus 8.5 Anak mampu mendorong benda 8.6 Anak mampu menyanyikan lagu
sederhana
8.7 Anak mampu mengurutkan benda 8.8 Anak mampu menggambar bentuk
54
9.1 Merapikan peralatan bermain yang sudah digunakan
9.2 Meminta maaf ketika melakukan kesalahan
9.3 Mengucapkan terima kasih apabila mendapatkan sesuatu
9.4 Menjaga barang miliknya sendiri 9.5 Menolong teman yang
membutuhkan bantuan
9.6 Mengembalikan barang yang sudah digunakan ketempatnya
9.7 Mau menjadi pemimpin kelas 9.8 Senang bermain dengan teman di
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Penimbangan Instrumen
Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item angket yang
layak dipakai. Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga orang penimbang untuk
dikaji secara rasional dari segi isi dan redaksi item, serta ditelaah kesesuaian item
dengan aspek-aspek yang akan diungkap. Mereka adalah pakar bimbingan
konseling yang memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai, dan
berkualifikasi pendidikan doktor bimbingan konseling.
Setiap penimbang memberikan koreksinya. Terhadap item yang menurut
penimbang kurang layak, baik secara konstruk maupun kebahasaannya, dilakukan
revisi seperlunya sesuai dengan saran-saran para penimbang tersebut.
Pada langkah berikutnya, sebelum dilakukan uji coba instrumen,
dihadirkan para guru/pendamping PAUD untuk melakukan uji keterbacaan
terhadap setiap butir item dalam instrumen. Setiap masukan yang diberikan
dijadikan bahan untuk perbaikan dan pengembangan instrumen yang akan
diujicobakan.
3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Pengujian Validitas Instrumen
Pemilihan item dilakukan dengan uji validitas item menggunakan teknik
korelasi item-total product moment. Item yang dipilih (valid) adalah yang
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
(software) SPSS version 14.0 for Windows.
Tabel 3.2
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas
Instrumen Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Kelompok Bermain
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29 0.46 0.30 Valid 64 0.54 0.30 Valid 30 0.57 0.30 Valid 65 0.49 0.30 Valid 31 0.57 0.30 Valid 66 0.65 0.30 Valid 32 0.48 0.30 Valid 67 0.55 0.30 Valid 33 0.55 0.30 Valid 68 0.58 0.30 Valid 34 0.46 0.30 Valid 69 0.46 0.30 Valid 35 0.56 0.30 Valid 52 0.55 0.30 Valid
Dari hasil rekapitulasi diatas diperoleh bahwa dari 69 item pernyataan
didapat bahwa pernyataan semua pernyataan valid. Hal ini berarti bahwa
pernyataan-pernyataan yang ada dapat mengukur nilai-nilai karakter anak usia
kelompok bermain.
b. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen pengumpul data penelitian
dimaksudkan untuk melihat konsistensi internal instrumen yang digunakan.
Pengujian reliabilitas menggunakan teknik belah dua (split-half)
Spearman-Brown dengan bantuan perangkat lunak (software) SPSS version 14.0 for
Windows. Langkah-langkah rumus tersebut yaitu:
Pertama, mengelompokkan skor butir bernomor ganjil atau belahan kiri
sebagai belahan pertama dan kelompok bernomor genap atau belahan kanan
sebagai belahan kedua, cara ini biasa disebut dengan tehnik belah dua
ganjil-genap atau awal-akhir.
Kedua, mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua
dan akan diperoleh harga rxy.
Ketiga, indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keempat, indeks reliabilitas soal akan diperoleh dengan rumus
Spearman-Brown sebagai berikut (Arikunto, 2002).
Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien
korelasi yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999: 149) pada tabel 3.3.
Hasil uji reliabilitas pada instrumen Format A dengan menggunakan
software SPSS 14.0 for Windows diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,914.
Dengan merujuk pada klasifikasi rentang koefisien reliabilitas dari Sugiyono dan
Wibisono (2001), koefisien reliabilitas sebesar 0,929 termasuk ke dalam kategori
sangat kuat atau menunjukkan tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.
Tabel 3.3
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Hasil uji reliabilitas pada instrumen Format B dengan menggunakan
software SPSS 14.0 for Windows diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,868.
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wibisono (2001), koefisien reliabilitas sebesar 0,868 termasuk ke dalam kategori
sangat kuat atau menunjukkan tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.
Langkah langkah dalam membuat profil karakter anak usia dini adalah
sebagai berikut.
a. Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh sampel:
Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi
Tabel 3.4
Cara Menentukan Skor Maksimal Ideal Sampel No
Indikator Skor Maksimal
Ideal 1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter
Anak Usia Dini)
= 69 x 3 = 207
2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan Terhadap Tuhan YME)
= 12 x 3 = 36
3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan Cinta Damai)
b. Menentukan Skor minimal ideal yang diperoleh sampel:
Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah
Tabel 3.5
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No
Indikator Skor Minimal
Ideal 1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter
Anak Usia Dini)
= 69 x 1 = 69
2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan Terhadap Tuhan YME)
= 12 x 1 = 12
3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan Cinta Damai)
c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel:
Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal
Tabel 3.6
Cara Mencari Rentang Skor Ideal Sampel
No Indikator Rentang Skor
1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini)
= 207 – 69 = 138
2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan Terhadap Tuhan YME)
= 36 – 12 = 24
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Cara Mencari Interval Skor
No Indikator Interval
1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini)
= 138/2 = 69
2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan Terhadap Tuhan YME)
= 24/2 = 12
3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan Cinta Damai)
= 16/2 = 8
4
Indikator 3 (Nilai Disiplin) = 12/2 = 6
5
Indikator 4 (Nilai Kejujuran) = 12/2 = 6
6
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8
Kategorisasi Profil Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Kelompok Bermain
No Indikator Kriteria Interval
1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini)
Tinggi 139 - 207 Rendah 69 - 138
2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan Terhadap Tuhan YME)
Tinggi 25 - 36 Rendah 12 - 24
3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan Cinta Damai)
6 Indikator 5 (Nilai Percaya Diri )
Tinggi 17 - 24 Rendah 8 - 16
7 Indikator 6 (Nilai Mandiri ) Tinggi 13 - 18 Rendah 6 - 12
8 Indikator 7 (Nilai Perilaku Kreatif )
Tinggi 15 - 21 Rendah 7 - 14
9 Indikator 8 (Nilai Kerja Keras ) Tinggi 17 - 24 Rendah 8 - 16
10 Indikator 9 (Nilai Tanggung Jawab )
Tinggi 17 - 24 Rendah 8 - 16
D. Subjek Penelitian
Penelitian ini adalah pengembangan model bimbingan untuk
mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Proses
pengembangan model terdiri dari empat tahap dengan subjek penelitian yang
beragam. Pada studi pendahuluan, subjek adalah anak usia dini se Kota Bandung
sebanyak 20 kecamatan, 130 sekolah PAUD dan sebanyak 777 anak yang
ditentukan secara random melalui teknik two stage random sampling (Fraenkel &
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Tahap-Tahap Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, penelitian ini dilaksanakan dalam
sembilan tahap kegiatan, yaitu : tahap 1 persiapan, tahap 2 merancang model
hipotetik, tahap 3 uji kelayakan model hipotetik, tahap 4 perbaikan model
hipotetik, tahap 5 uji coba terbatas, tahap 6 revisi hasil uji coba terbatas, tahap 7
uji lapangan model, tahap 8 merancang model akhir, dan tahap 9 diseminasi
model.
Rancangan kegiatan setiap tahap adalah sebagai berikut.
Tahap Pertama : Persiapan Pengembangan Model
Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi :
a. Kajian konseptual dan analisis penelitian terdahulu.
b. Survey lapangan untuk memperoleh informasi kondisi objektif karakter
anak usia dini
c. Mengkaji hasil-hasil penelitian-penelitian yang berkaitan dengan
pengembangan model bimbingan melalui permainan.
d. Mengkaji pendekatan dan strategi bimbingan dalam menerapkan model.
Tahap Kedua : Merancang Model Hipotetik
Berdasarkan kajian teoretik, hasil-hasil penelitian terdahulu, hasil studi
pendahuluan, berikutnya disusun Model Hipotetik Bimbingan Melalui Bermain.
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji kelayakan model dilakukan untuk mendapatkan Model Bimbingan
untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan yang
memiliki keterandalan ini dilakukan kegiatan berupa :
a. Uji rasional model dengan mengidentifikasi masukan-masukan konseptual
dari para pakar bimbingan konseling.
b. Uji keterbacaan model, melibatkan guru/pendamping PAUD.
c. Uji kepraktisan model, dilakukan melalui diskusi terfokus yang
melibatkan beberapa pakar ke PAUD-an yang bertujuan untuk melihat
berbagai dimensi yang seyogyanya dipertimbangkan dalam pengembangan
dan penerapan model bimbingan melalui bermain untuk mengembangkan
karakter anak usia dini.
d. Analisis kompetensi pembimbing yang diperlukan untuk menerapkan
model.
Tahap Keempat : Revisi Model Hipotetik
Berdasarkan hasil uji kelayakan model, kegiatan berikutnya adalah :
a. Mengevaluasi dan menginventarisasi hasil uji kelayakan model.
b. Memperbaiki redaksi dan isi model hipotetik.
c. Tersusun model hipotetik yang sudah direvisi.
Tahap Kelima : Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas dilaksanakan untuk mendapatkan masukan kritis dari
guru/pendamping PAUD dalam membantu mengembangkan nilai-nilai karakter
anak. Kegiatan dalam hahap ini meliputi :
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Menyiapkan pembimbing dan fasilitator.
c. Membagi anak anak dalam dua kelompok kecil, masing-masing 15 orang,
d. Melaksanakan uji coba terbatas.
e. Diskusi dan refleksi sebagai masukan untuk perbaikan model.
Tahap Keenam : Revisi Hasil Uji Coba Terbatas
Berdasarkan masukan dalam diskusi dan refleksi dari hasil uji coba
terbatas, model hipotetik direvisi lagi dari segi konstruksi, materi, dan
pelaksanaan bimbingan.
Tahap Ketujuh : Pengujian Lapangan
Pada tahap ini dilaksanakan uji lapangan model bimbingan melalui
permainan untuk mengembangkan karakter anak usia dini, meliputi :
a. Menyusun rencana kegiatan uji lapangan.
b. Melaksanakan uji lapangan.
c. Mendeskripsikan hasil pelaksanaan uji lapangan.
Tahap Kedelapan : Merancang Model Akhir
Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi :
a. Mengevaluasi dan menganalisis hasil pengujian lapangan.
b. Merevisi dan merumuskan kembali model bimbingan untuk
mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan berdasarkan
hasil pengujian lapangan.
c. Tersusun model akhir yang dikemas dalam model bimbingan untuk
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap Kesembilan : Diseminasi Model
Kegiatan pada tahap ini adalah mempublikasikan model pada khalayak
profesi melalui jurnal dan forum ilmiah.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Kelayakan Model Bimbingan untuk Mengembangkan Karakter
Anak Usia Dini Melalui Permainan
Jenis data dalam penelitian ini tergolong ordinal, karena jawaban yang
terdapat dalam angket mengunakan alternatif jawaban “ya” dan tidak yang diberi
skor 1 dan 0. Oleh karena skor 1 lebih besar dari skor 0 maka hal tersebut
menunjukkan pada jenis data ordinal.
Pertama, teknik analisis untuk melihat gambaran bimbingan untuk
mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan, baik variabel, per
aspek, maupun per indikatornya dengan melihat kategori tinggi dan rendah maka
dihitung dengan menggunakan persentil 50, sehingga dapat dikategorikan jika X ≥
P50 termasuk kategori siap, dan jika X < P50 termasuk kategori belum siap (X =
skor; P50 = persentil 50).
Kedua, teknik analisis data untuk melihat faktor-faktor determinan
bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan
adalah regresi linear. Analisis regeresi dilakukan untuk memprediksi sejauh mana
nilai variabel dependen bila nilai variabel independen diubah. Analisis regresi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana artinya
jumlah variabel independen sebagai prediktor, jumlahnya hanya satu.
Aam Kurnia, 2014
Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bX a
Yˆ (Furqon, 1997: 69)
dimana:
Yˆ Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Konstanta (harga Y bila X=0)
b = Angka arah atau koefisien regresi, menunjukan angka penurunan dan
peningkatan nilai variabel dependen yang didasarkan pada hubungan
nilai variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila b (-) maka terjadi
penurunan.
X = Subyek variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Sedangkan untuk harga a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai
Ketiga, teknik analisis data untuk melihat upaya-upaya yang dilakukan
untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan adalah
menggunakan teknik persentase dengan rumus : N
X
tiap upaya x 100% (X =skor; N = jumlah sampel).
Dimensi-dimensi model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak