• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP BIDANG USAHA MAKANAN RINGAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA WARGA BELAJAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP BIDANG USAHA MAKANAN RINGAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA WARGA BELAJAR."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

1 ABSTRAK

Penerapan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Bidang Usaha Makanan Ringan dalam meningkatkan Kemampuan Berwirausaha Warga Belajar

(Studi Deskriptif di PKBM Al-Kautsar Kab. Tasikmalaya)

Penelitian ini membahas mengenai penerapan hasil belajar program Pendidikan Kecakapan Hidup dalam meningkatkan kemampuan berwirausaha warga belajar yang diselenggarakan oleh PKBM Al-Kautsar Kabupaten Tasikmalaya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini: (1) Memperoleh data dan informasi mengenai pelaksanaan program Pendidikan Kecakapan Hidup, (2) Memperoleh data dan informasi mengenai penerapan hasil belajar program Pendidikan Kecakapan Hidup, (3) Memperoleh data atau informasi tentang gambaran kemampuan berwirausaha warga belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam membahas permasalahan, penulis merujuk pada kajian pustaka yang relevan, yaitu mengenai konsep dan teori pelaksanaan program, pengembangan/penerapan program, dan konsep pendidikan kecakapan hidup (life skill) dan konsep kewirausahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan subjek penelitian sebanyak 6 orang, terdiri dari 1 orang pengelola, 1 orang tutor, dan 4 orang warga belajar. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan triangulasi. Penelitian dilakukan sampai bulan september 2015. Hasil penelitian diperoleh data mengenai: (1) pelaksanan program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang dilaksanakan oleh PKBM Al-Kautsar terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap pengorganisasian terdiri dari penyusunan struktur organisasi berdasarkan tujuan yang telah di tentukan, penggerakan terdiri dari partisipasi dan motivasi warga belajar, dan pembinaan terdiri dari pengawasan dan pengarahan terhadap warga belajar. (2) Hasil pembelajaran program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) memiliki sasaran berupa ranah kognitif yaitu pengetahuan kewirausahaan, afektif yaitu sikap dan jiwa wirausaha, dan psikomotor yaitu keterampilan membuat produk usaha (kripik pisang). (3) Kemampuan berwirausaha warga belajar setelah mengikuti program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) mengalami perubahan, terdiri dari perubahan kemampuan untuk berkarya dan semangat kemandirian, kemampuan memecahkan masalah berwirausaha, kemampuan berfikir dan bertindak secara kreatif, kemampuan bekerja secara teliti, kemampuan memasarkan produk, dan kemampuan mendapat penghasilan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa warga belajar mampu menerapkan hasil belajar program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), dalam kehidupan sehari-hari, dan adanya peningkatan kemampuan berwirausaha dari warga belajar setelah mengikuti program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), dilihat dari adanya sebagian kecil warga belajar yang sudah mampu memulai usahanya secara mandiri, dan menghasilkan produk usaha sendiri.

(2)

ABSTRACT

Implementation of Life Skills Education Program Business Sector Snacks in improving the ability of Citizens Entrepreneurship Learning

(Descriptive Study at PKBM Al-Kautsar Kab. Tasikmalaya)

This study discusses the application of learning outcomes Life Skills Education program to improve the ability of citizens to learn entrepreneurship organized by PKBM Al-Kautsar Kabupaten Tasikmalaya. As for the purpose of this study is: (1) Obtaining data and information on the implementation of Life Skills Education, (2) Obtaining data and information about the application of the results of learning program Life Skills Education (3) Obtain data or information about the image of entrepreneurship skills people learn after participating in learning activities. In discussing the problem, the authors refer to the relevant literature review, specifically the concepts and theories of the program, the development / implementation of the program, the concept of life skills education (life skills) and the concept of entrepreneurship. The method used in this research is descriptive method with qualitative approach, with research subjects up to 6 people, consists of 1 manager, 1 tutor and 4 learners. The data collection techniques used were observation, interviews and triangulation. Research carried out until the month of September 2015. The results of the study obtained data on: (1) the conduct of the Life Skills Education program (LSE) carried out by PKBM Al-Kautsar consists of several stages, that is organizing stage consists of preparation of organizational structure based on the goal that has been set , mobilization consists of citizen participation and motivation to learn, and coaching consists of supervision and guidance to learners. (2) The results of the learning program Life Skills Education (LSE) targeted form of cognitive domains that entrepreneurial knowledge, namely affective attitude and entrepreneurial spirit, and psychomotor skills that make business products (banana chips). (4) The ability to self-employed residents learned after the program Life Skills Education (LSE) change, consists of changes in the ability to work and the spirit of self-reliance, problem-solving skills in entrepreneurship, the ability to think and act creatively, the ability to work accurately, the ability to market products, and the ability to earn a living. Based on the results of the study, researchers were able to conclude that the learners are able to apply the results of learning program Life Skills Education (LSE), in everyday life, and an increase in entrepreneurship skills of the learners after the program Life Skills Education (LSE), seen from the majority little learners who are able to start their business independently, and produce their own business.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Konsep Pengelolaan Program ... 10

1. Pengertian Pengelolaan ... 10

2. Fungsi Pengelolaan ... 10

a. Perencanaan ... 11

b. Pelaksanaan ... 12

c. Evaluasi ... 17

d. Pengembangan ... 18

B. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup ... 21

1. Pengertian Pendiddikan Kecakapan Hidup ... 21

2. Manfaat Kecakapan Hidup ... 23

3. Tujuan Kecakapan Hidup ... 23

4. Ciri Pembelajaran Kecakapan Hidup ... 24

C. Konsep Kewirausahaan ... 25

1. Pengertian Kewirausahaan ... 25

2. Kemampuan Berwirausaha ... 26

3. Karakteristik Kewirausahaan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Desain Penelitian ... 30

1. Metode Penelitian ... 30

2. Pendekatan Penelitian ... 32

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 33

(4)

1. Observasi ... 35

2. Wawancara ... 36

3. Studi Dokumentasi ... 37

4. Triangulasi ... 38

D. Analisis Data ... 38

1. Analisis Sebelum di Lapangan ... 39

2. Analisis Selama di Lapangan ... 39

E. Definisi Operasional ... 40

1. Pengertian Penerapan ... 40

2. Program Pendidikan Kecakapan Hidup ... 41

3. Kemampuan Berwirausaha ... 41

4. Warga Belajar ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

1. Profil PKBM Al-Kautsar ... 43

2. Identitas Lembaga ... 44

3. Identitas Pengelola ... 45

4. Identitas Pendidik Tenaga Kependidikan ... 46

5. Struktur Organisasi PKBM Al-Kautsar ... 47

6. Gambaran Umum Program Pendidikan Kecakapan Hidup ... 48

B. Hasil Penelitian ... 51

1. Identitas Responden ... 51

2. Pengolahan Data ... 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

1. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup ... 77

2. Penerapan Hasil Belajar Program Pendidikan Kecakapan Hidup ... 81

3. Kemampuan Berwirausaha Warga Belajar ... 86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Simpulan ... 90

B. Saran ... 94

DAFTAR RUJUKAN ... 96

(5)

1 DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Karakteristik dan watak Kewirausahaan... 28

Tabel 4.1. Daftar Identitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan... 46

Tabel 4.2. Daftar Tutor/Pendidik/NST program PKH... 49

(6)

3 DAFTAR GAMBAR

4

Nomor Judul Halaman

(7)

6 DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Kisi-kisi Penelitian... 100

Lampiran 2 Pedoman Wawancara... 104

Lampiran 3 Hasil Wawancara... 105

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan nasional dan pembangunan daerah merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kemakmuran masyarakat. Pemerintah melakukan pembangunan di berbagai bidang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pada umunya pembangunan nasional dan daerah di negara-negara berkembang ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini dikarenakan yang paling terasa adalah keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan, atau mendorong perubahan-perubahan dan pembaharuan dalam bidang kehidupan yang akan membentuk kemandirian masyarakatnya secara menyeluruh.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam menilai kinerja pembangunan suatu negara. Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang memiliki potensi cukup besar. Berdasarkan GDP (Gross Domestic Product) atau pendapatan penduduk perkapita antara negara ASEAN pada tahun 2015 masih menduduki peringkat ke-5 dengan GDP sebesar US$ 3.592. tetapi angka tersebut jauh dibawah negara ASEAN lainnya seperti negara Thailand dengan GDP sebesar US$ 5.678, Malaysia dengan GDP sebesar US$ 10.304, Brunei Darussalam dengan GDP sebesar US$ 41.703, dan Singapura dengan GDP sebesar US$ 51.162. (www.worlbank.org, 2105).

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menciptakan perekonomian yang lebih baik, salah satunya melalui peningkatan SDM, dimana itu menjadi titik sentral dan menjadi penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Dalam memandang sumber daya manusia, dapat dilihat dari dua aspek penting, dimana aspek tersebut saling berkaitan. Aspek yang pertama yaitu aspek kuantitas, dimana berhubungan dengan jumlah sumber daya yang ada dalam suatu masyarakat. Sedangkan aspek yang kedua yaitu aspek kualitas, yaitu kemampuan sumber daya manusia dari segi fisik maupun mental yang mampubersaing dengan sungguh-sungguh dan berdaya saing tinggi. Selain aspek kuantitas, peningkatkan aspek kualitas merupakan hal yang paling pokok dalam pembangunan nasional

(9)

dikarenakan pengembangan SDM yang banyak apabila tidak di dukung kualitas yang baik, akan menjadi beban pemerintah.

Salah satu bentuk apresiasi dalam pengembangan sumber daya manusai yang berorientasi pada kualitas, SDM yang kompetitif sangat diutamakan dalam mendorong pembangunan nasional di negara berkembang. SDM yang kompetitif dan berkualitas dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Akan tetapi, banyak SDM di negara berkembang yang masih belum mengenyam pendidikan tinggi, sehingga kualitas SDM masih cukup rendah. Maka dari itu, pendidikan memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan, karena melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia dapat meningkat.

Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan terhadap peningkatan kemampuan seseorang dan memberikan pembekalan dalam mengatasi permasalahan yang mungkin akan mereka hadapi. Di jelaskan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut Taqiyuddin (2008, hlm.1) Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai prilaku seorang atau masyarakat dari keadaan tertentu ke suatu keadaan yang lebih baik. Ungkapan tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Kewajiban ini harus dipenuhi oleh setiap manusia, karena sejak ia dilahirkan memiliki berbagai ketidak berdayaan, sehingga ia harus ditolong, dibantu, dibimbing, dan diarahkan agar dapat mencapai kedewasaan. Pendidikan merupakan modal dasar dalam pembentukan pola pikir pengembangan intelektual. Pendidikan semacam ini dapat diartikan sebagai proses kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, teratur, terencana, guna membentuk sikap dan tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik. Begitu pentingnya keberadaan pendidikan, sehingga pemerintah secara serius memperhatikan segala bentuk aktifitas yang dilakukan masyarakat.

(10)

Pendidikan nonformal atau Pendidikan Luar Sekolah memiliki satuan pendidikan diantaranya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Majlis Ta’lim, kursus, pelatihan, dan satuan lembaga sejenis lainnya.

Pendidikan Nonformal atau Pendidikan Luar Sekolah menurut Phillips H. Combs (1973) dalam Sudjana (2010, hlm.21) adalah:

Setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.

Pendidikan Luar Sekolah mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang sudah ada di pendidikan persekolahan. Pendidikan Luar Sekolah timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja. Pendidikan Luar Sekolah pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu.

Salah satu program pendidikan non formal yang diselenggarakan untuk memajukan sumber daya manusia dengan mengedepankan peningkatan produktivitas individu yaitu program Pendidikan Kecakapan Hidup. Pendidikan Kecakapan Hidup yang diselenggarakan pada jalur pendidikan non formal merupakan salah satu alternatif yang ditawarkan bagi warga masyarakat yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu sesuai bakat dan minatnya. Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki diharapkan dapat membantu mewujudkan harapannya untuk berpenghasilan yang layak, baik dengan bekerja maupun berusaha mandiri.

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) dikembangkan dan dilaksanakan dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan yang merata dan bermutu serta relevan bagi masyarakat yang tergolong kurang mampu agar mereka memiliki kecakapan pribadi, sosial, akademik dan vokasional, sehingga dapat dijadikan bekal untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam upaya pemerataan dan perluasan akses terhadap program pendidikan kecakapan hidup, salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan menyerahkan penyelenggaraan program kepada lembaga-lembaga pendidikan non formal seperti Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Lembaga Pengembangan Terpadu Masyarakat (LPTM), Yayasan bahkan Perusahaan (jasa atau pabrikan) lembaga pemagangan kerja

(11)

tindakan atau gerakan yang diselenggarakan baik melalui program pemertintah maupunun swadaya. Tindakan atau gerakan tersebut dapat disebut sebagai Pemberdayaan. Pemberdayaaan merupakan salah satu konsep yang diterapkan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menggali potensinya dalam meningkatkan taraf hidup.

Pengertian Pemberdayaan menurut pendapat dari Djohani (2003) dalam Anwas (2013, hlm.49) bahwa:

Pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan mengurangi kekuasaan kepada pihak yang terlalu berkuasa sehingga terjadi keseimbangan.

Pemberdayaan merupakan suatu cara dengan rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya (Rappaport dalam Anwas, 2013, hlm. 49 ). Pemberdayaan juga dapat dipandang sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat individu dan masyarakat, menghidupkan kembali tatanan nilai,budaya, dan kearifan lokal dalam membangun jati dirinya sebagai individu dan masyarakat.

Kemampuan berwirausaha sangat diperlukan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kemandirian atau kemampuan berwirausaha yang dimiliki oleh masyarakat, akan mejadikan masyarakat lebih mandiri dalam menciptakan lapangan kerja, tidak bergantung pada pemerintah maupun pihak lainnya, sehingga kualitas SDM dalam pembangunan nasional kan lebih meningkat. Dalam mewujudkan peningkatan kemandirian berwirausaha masyarakat, perlu diadakannya program pendidikan dan pemberian pengetahuan kewirausahaan kepada masyarakat, baik itu melalui program pemerintah maupun program swadaya.

Sejalan dengan fenomena tersebut, maka dikembangkan penyelenggaraan pembelajaran kecakapan hidup yang tujuan utamanya adalah meningkatkan keberdayaan penduduk terutama perempuan usia produktif (usia >15 tahun) melalui pengetahuan, sikap, keterampilan, serta peningkatan kemampuan berwirausaha, serta kemampuan pembuatan produksi usaha. Pendidikan Kecakapan hidup merupakan satuan program pendidikan nonformal, memiliki kerangka yang menitikberatkan pada peningkatan keterampilan warga belajar melalui pembelajaran keterampilan atau usaha yang dapat meningkatkan produktivitas perorangan atau kelompok.

(12)

dalam mengarahkan warga belajar untuk memiliki jiwa kewirausahaan, melalui pendekatan yang tepat, karena pendekatan tutor terhadap warga belajar mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Salah satu lembaga Pendidikan Nonformal yang mengembangkan program Pendidikan Kecakapan Hidup adalah PKBM Al-Kautsar. Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilaksanakan oleh pihak PKBM Al-Kautsar maka di terpilihlah tempat untuk penyelenggaraan program Pendidikan Kecakapan Hidup, yaitu salah satunya di Kampung Bakatulan, Desa Margajaya, Kecamatan Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya. Masyarakat di wilayah tersebut sangat berpotensi dalam pengembangan program ini, karena tingkat antusias masyarakat untuk meningkatkan kemampuan berwirausahanya sangat tinggi, dan juga didorong oleh keterampilan yang dimiliki masyarakat dapat dikembangkan. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan menjadi acuan penyelenggaraan kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup adalah pengembangan sektor ekonomi kecil pada makanan ringan khususnya keterampilan pembuatan makanan ringan.

Warga Belajar dari Pendidikan Kecakapan Hidup yang dilaksanakan oleh PKBM Al-Kautsar merupakan warga masyarakat yang telah melaksanakan program KF tingkat dasar. Penetapan warga belajar tersebut berdasarkan identifikasi kebutuhan belajar yang dilaksanakan pihak PKBM, yang melihat bahwa masyarakat yang telah mengikuti kegiatan KF tingkat dasar perlu di tingkatkan keterampilan dan kemampuan wirausaha melalui kegiatan pembelajaran pada program Pendidikan Kecakapan Hidup. Tetapi, pihak PKBM juga menerima warga belajar yang berasal dari masyarakat sekitar PKBM yang ingin menambah pengetahuan mengenai kewirausahaan dan mengasah keterampilan berkarya membuat produk usaha.

Berdasarkan hasil Identifikasi dan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut lagi mengenai “Penerapan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Bidang Usaha Makanan Ringan dalam Meningkatkan Kemampuan

Berwirausaha Warga Belajar (Studi Deskriptif di PKBM Al-Kautsar Kabupaten

Tasikmalaya)”.

B.Identifikasi Masalah

(13)

1. Kurangnya pengetahuan warga belajar mengenai kewirausahaan sehingga belum dapat mengembangkan potensi berwirausaha.

2. Banyaknya potensi lokal yang belum bisa diolah secara baik, dikarenakan kurangnya keterampilan masyarakat dalam mengolah potensi lokal tersebut, contohnya keterampilan membuat makanan ringan, terutama pembuatan kripik pisang dengan bahan baku yang melimpah.

3. Kecakapan hidup warga belajar belum menunjukan peningkatan, karena pengetahuan warga belajar mengenai kecakapan hidup belum cukup memadai, dan keterampilan yang dimiliki oleh warga belajar belum mampu diterapkan dengan baik.

4. Tingkat Keaktifan warga belajar dalam kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup masih dirasa kurang, karena masih banyaknya warga belajar yang belum dapat memanfaatkan ilmu yang didapatnya, dilihat dari masih sedikitnya warga belajar yang masih ragu untuk membuka usaha.

5. Penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup bukan hanya sebatas pemberian pengetahuan saja, berdasarkan pengelola PKBM Al-Kautsar, kegiatan dilanjutkan dengan proses produksi bersama warga belajar serta kegiatan pemasaran, dimana masih dibutuhkan pengkajian lebih lanjut.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah “Bagaimana Penerapan Program Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Meningkatkan Kemampuan Berwirausaha Warga Belajar?”. Agar tidak meluas penulis membatasi objek yang hendak dicapai dalam penelitian yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup di PKBM Al-Kautsar Kabupaten Tasikmalaya?

2. Bagaimana penerapan hasil belajar Program Pendidikan Kecakapan Hidup di PKBM Al-Kautsar Kabupaten Tasikmalaya?

3. Bagaimana kemampuan berwirausaha warga belajar setelah mengikuti pembelajaran pada program Pendidikan Kecakapan Hidup di PKBM Al- Kautsar Kabupaten Tasikmalaya? D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yakni ;

(14)

2. Untuk mengetahui penerapan hasil belajar Program Pendidikan Kecakapan Hidup di PKBM Al-Kautsar Kabupaten Tasikmalaya.

(15)

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis khususnya untuk peneliti adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Menjadikan pengetahuan baru dan dapat mengungkap, memahami, serta memperdalam ilmu pengetahuan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup.

b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di pendidikan luar sekolah.

2. Secara Praktis

a. Kegiatan penelitian ini menjadikan sebagai pengalaman yang berharga dalam upaya meningkatkan kemampuan penulis dalam mengembangkan ilmu untuk menambah wawasan ataupun pengetahuan, dan keterampilan mengenai penelitian.

b. Kegiatan penelitian ini menjadikan wawasan dan pengetahuan baik teoritis maupun praktis mengenai pelaksanaan dan tindak lanjut dari program Pendidikan Kecakapan Hidup di PKBM Al-Kautsar Kabupaten Tasikmalaya.

c. Kegiatan penelitian ini menjadikan sebagai informasi baru yang menumbuhkan literatur mengenai program Pendidikan Kecakapan Hidup.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penyusunan skripsi ini sesuai dengan sistematika penulisan yang ditetapkan sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (2014: hlm. 17), yaitu:

BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II Kajian Pustaka, Pada bab ini penulis menguraikan teori-teori yang mendukung terhadap penelitian.

(16)

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Berisi tentang pengolahan atau analisis data untuk memperoleh temuan berkaitan dengan masalah penelitian.

(17)

Isty Dwi Rachmawati, 2015

PENERAPAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP BIDANG USAHA MAKANAN RINGAN DALAM

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode penelitian deskriptif. Metode dan pendekatan tersebut ditentukan agar peneliti lebih mudah memperoleh informasi secara luas dan mendeskripsikan hasil temuan lapangan terkait pelaksanaan, penerapan, hingga pada kegiatan pendampingan usaha program Pendidikan Kecakapan Hidup. Adapun penjelasan selanjutnya secara rinci mengenai metode penelitian dan pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Metode Penelitian

Secara umum pengertian metode penelitian dalam Semiawan (2012, hlm. 5) memaparkan “metode penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis, dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis. Diakatan sebagai ‘kegiatan ilmiah’ karena penelitian dengan aspek ilmu pengetahuan dan teori. ‘Terencana’ karena penelitian harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dan aksebilitas terhadap tempat dan data”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.

Pengertian metode penelitian deskriptif dalam Sedarmayanti dan Syarifudin (2002, hlm. 33) “penelitian/metode deskriptif adalah metode dalam pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan interpretasi yang tepat”. Sedangkan menurut Nazir (1998, hlm. 54), metode deskriptif adalah “suatu metode dalam penelitian status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa, pada masa sekarang”. Penelitian deskriptif ini memiliki tujuan yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Moleong (2007, hlm. 11) menambahkan “Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.

(18)

menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif (normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Oleh karena itu, metode deskriptif juga dinamakan studi status (status study).

Adapun pengertian penelitian deskriptif menurut Arifin (2012, hlm. 41) yaitu penelitian yang digunakan untuk menggambarkan (to describe), menjelaskan, dan menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena sebagaimana adanya maupun analisis hubungan antara berbagai variabel dalam suatu fenomena. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk (a) menjelaskan suatu fenomena, (b) mengumpulkan informasi yang bersifat aktual dan faktual berdasarkan fenomena yan gada, (c) mengidentifikasi maslaah-maslaah atau melakukan justifikasi kondisi-kondisi dan praktik-praktik yang sedang berlangsung, (d) membuat perbandingan dan evaluasi, dan (e) mendeterminasi apa yang dikerjakan orang lain apabila memiliki masalah atau siatuasi yang sama dan memperoleh keuntungan dari pengalaman mereka untuk membuat rencana dan keputusan di masa yang akan datang.

Metode penelitian deskriptif dapat diteliti dengan menggunakan masalah normative bersama-sama dengan masalah status dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskriptif. Prespektif waktu yang diperlukan dalam penelitian deskriptif adalah waktu sekarang, atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden. Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan mengenai proses pelaksanaan serta penerapan hasil belajar Program Pendidikan Kecakapan Hidup dalam meningkatkan kemampuan berwirusaha warga belajar.

2. Pendekatan Penelitian

(19)

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Arifin (2012, hlm. 29) pendekatan kualitatif adalah penelitian untuk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari. Berinteraksi dengan mereka dan berupaya memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu, peneliti harus terjun ke lapangan dengan waktu yang cukup lama.

Dalam pengumpulan suatu data dibutuhkan berbagai macam sumber data dan teknik pengumpulan data. Pengumpulan data tidak hanya dipandu oleh teori melainkan dipandu dengan fakta-fakta yang telah ditemukan pada saat melakukan penelitian dilapangan. Maka dari itu data yang dianalisis bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan. Data yang dimiliki oleh penelitian kualitatif adalah data yang sebenarnya telah terjadi dilapangan bukan data yang hanya terlihat saja melainkan data yang memiliki makna dibalik yang terlihat tersebut. Maka dari itu, penelitian kualitatif perlu memiliki landasan teori yang lebih banyak dari penelitian Pendekatan Kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012, hlm.19) proses penelitian kualitatif meliputi:

a. Tahap orientasi atau deskripsi. Dimana peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan.

b. Tahap reduksi atau fokus. Peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.

c. Tahap selection. Peneliti menjelaskan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Pada tahap ini juga peneliti melakukan analisis yang mendalam terhadap data informasi yang diperoleh.

B.Partisipan dan Tempat Penelitian

Subjek penelitian merupakan salah satu hal sangat penting dalam suatu penelitian, karena subjek penelitian dianggap menjadi sumber informasi utama dalam pengumpulan dan analisis data. Arikunto (2013, hlm. 188) mendefinisikan mengenai subjek penelitian adalah :

(20)

adalah subjek penelitian dimana data menempel. Sumber data berupa benda, gerak, manusia, tempat, dan sebagainya.

Arifin (2012, hlm. 166) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak akan mulai dengan menghitung proporsi sampelnya, sehingga dipandang telah representatif. Pada penelitian kualitatif, sampel merupakan sumber yang betul-betul dapat memberikan informasi dan dipilih secara purposive, yaitu sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia atau situasi yang diobervasi.

(21)

Partisipan dalam penelitian ini adalah ketua pengelola PKBM Al-Kautsar, tutor, dan warga belajar. Peneliti menentukan partisipan secara tidak acak, namun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kriteria yang dapat dijadikan sebagai partisipan menurut peneliti adalah sebagai berikut:

1. Pengelola, tutor, dan warga belajar yang aktif dalam pelaksanaan dan penerapan program.

2. Subjek penelitian yang memiliki keleluasaan waktu, agar dapat memperoleh informasi secara mendalam.

3. Bersedia untuk menjadi partisipan.

Lokasi penelitian dilakukan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Al-Kautsar, yang beralamat di Kp. Bakatulan, Desa Margajaya, Kec. Mangunreja, Kab. Tasikmalaya. C.Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan yang terpenting dalam melaksanakan proses penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 225) “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Seorang peneliti akan sulit memperoleh informasi yang memenuhi standar data yang ditetapkan, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data terlebih dahulu.

Sugiyono (2012, hlm. 225) memaparkan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dengan melalui berbagai setting, sumber, ataupun dari berbagai cara. Apabila dilihat dari segi setting, data dapat diperoleh pada setting alamiah (natural setting). Selanjutnya jika dilihat

(22)

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitian ini yaitu menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, serta triangulasi. Secara keseluruhan, penggunaan teknik tersebut bertujuan untuk saling melengkapi dan agar dapat memperoleh data yang akurat.

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan dat yang dilaksanakan dengan cara pengamatan secara langsung. Arikunto (2013, hlm. 199) mengatakan bahwa ‘mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.’ Berdasarkan pengertian tersebut, sudah jelas bahwa peneliti dapat mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan. Penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2012, hlm. 145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Adapun pengertian observasi menurut Sudjana (2010, hlm.301) menyatakan: “observasi adalah kegiatan mempelajari suatu gejala dan peristiwa melalui upaya mengamati dan mencatat data atau informasi-informasi secara sistemaatis”.

Observasi sebagai alat pengumpul data secara sistematis, artinya bahwa observasi merupakan suatu usaha dalam merumuskan sesuatu secara teratur. Kemudian hasil observasi memberikan suatu kemungkinan untuk megartikan secara alamiah, yang menjadi subjek dalam observasi di penelitian ini adalah benda, kondisi, prilaku, sarana prasarana, metode dan objek lain yang mendukung selama proses kegiatan menyablon berlangsung. Observasi dapat di bedakan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Observasi partisipatif yaitu, observasi yang dilakukan oleh pengamatan dengan melibatkan dirinya dalam suatu kegiatan yang sedang dilakukan atau sedang dialami oranglain, sedangkan oranglain itu tidak mengetahui bahwa dia atau mereka sedang diobservasi. b. Observasi non partisipatif yaitu, peneliti tidak melibatkan diri kedalam kegiatan orang

(23)

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis menggunakan teknik pengumpulan data secara obsevasi non partisipatif, dimana peneliti tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan kegiatan program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), melainkan peneliti hanya melihat proses pendampingan warga belajar dalam menerapkan hasil belajar dari kegiatan tersebut.

2. Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara dengan menggunakan Tanya jawab antara peneliti dengan subjek yang akan diteliti. Benney & Hugges (1956) dalam Sedarmayanti & Syarifudin (2002, hlm. 80) mengatakan bahwa “wawancara termasuk bagian terpenting dalam sosiologi karena wawancara merupakan studi tentang interaksi antar manusia, sehingga wawancara dapat merupakan alat sekaligus obyek yang mampu mensosialisasikan kedua belah pihak yang mempunyai status yang sama”. Sedangkan Sugiyono (2012. hlm. 137), mengungkapkan bahwa “wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil”.

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2012, hlm. 138) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan kuesioner angket adalah sebagai berikut.

a. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti benar dan dapat dipercaya. c. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti

kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2012, hlm. 233) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur, digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang apa yang akan diperoleh. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatanya.

(24)

c. Wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Melalui teknik wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipasi pengelola, tutor, dan warga belajar dalam menginterprestasikan proses pendampingan bagi warga belajar dalam menerapkan hasil belajar program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), dimana hal itu tidak bisa ditemukan melalui observasi.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk melihat catatan peritiwa yang terdahulu. Dokumen ini dapat berupa tulisan, gambar, ataupun karya-karya monumental yang dari seseorang. Menurut Arikunto (2013, hlm.274) “metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal -hal atau variabel yang beupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya”.

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Penggunaan studi dokumentasi ini sangat dibutuhkan oleh peneliti sebagai bukti dari hasil pengumpulan data yang telah diperoleh. Pada penelitian ini, dokumentasi berupa data-data kelembagaan, rekaman video, serta foto-foto kegiatan yang dilaksanakan pada program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) di PKBM Al-Kautsar Kabupaten Tasikmalaya.

4. Triangulasi

Menurut Sugiyono (2012, hlm.241) Triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam teknik triangulasi ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Dan triangulasi sumber yaitu untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

D. Analisis Data

(25)

analisis yang dilakukan adalah gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh pola yang berlaku, dan pola tersebut dianalisis dengan teori yang obyektif.

Sugiyono (2012, hlm. 245) analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yan terkumpul. Bila berdasarkan data yang terkumpul secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012, hlm. 245) menyatakan ‘Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.’ Berdasarkan pendapat tersebut, analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat sebelum ke lapangan, saat berada di lapangan, dan sesudah di lapangan. Namun Sugiyono (2012, hlm. 245) menagatakan dalam penelitian kualititatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif, berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data.

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Pada penelitian kualitatif, peneliti sudah menganalisis data terlebih dahulu sebelum memasuki lapangan. Fokus penelitian ditentukan dari sebuah analisis yang dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder. Fokus penelitian ini sifatnya belum permanen/masih sementara, namun dapat terus berkembang pada saat peneliti berada dilapangan dan melakukan analisis secara mendalam.

2. Analisis Selama di Lapangan

Pengumpulan data yang dilakukan di lapangan dan sedang berlangsung dengan menggunakan teknik wawancara, peneliti sudah mampu menganalisis jawaban dari seorang responden. Apabila hasil analisis belum dapat memuaskan, maka peneliti akan terus melanjutkan kegiatan wawancara hingga pada tahap tertentu dan diperoleh data yang dianggap kredibel.

(26)

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, diantaranya adalah data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

a. Data Reduction

Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema dan polanya, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan daya selanjutnya dan dapat mencarinya bila diperlukan.

Proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi merupakan definisi dari data reduction. Dalam hal ini, peneliti dituntut untuk memiliki wawasan yang lebih luas dari wawasan yang dimiliki sebelumnya agar dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

b. Data Display

Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif, tentu sangat berbeda dengan penyajian data penelitian kuantitatif. Data display penelitian kualitatif, dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012, hlm. 249) menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative research data in the past has been narratve text”. Inti dari pengertian tersebut adalah penyajian data yang sering dilakukan pada penelitian kualitatif yaitu dengan menggunakan teks yang bersifat naratif.

c. Conclusion drawing/verification

Pada tahap selanjutnya analisis data pada penelitian kualitatif menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012, hlm. 252) yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan sifatnya masih sementara, apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat berarti kesimpulan harus dilakukan perubahan. Namun seblaiknya, apabila kesimpulan pada tahap awal dapat didukung oleh bukti-bukti yang valid, maka kesimpulan tersebut kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih kurang jelas, sehingga apabila sudah diteliti dapat menjadi jelas.

E.Definisi Operasional

1. Pengertian Penerapan

(27)

aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi atau penerapan bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”. Selanjutnya menurut Guntur Setiawan (2004, hlm 39) definisi penerapan atau implementasi adalah sebagai suatu perluasan, berupa aktivitas yang saling menyesuaikan, proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana.

Sedangkan menurut Arikunto (2010, hlm. 86) menempatkan penerapan atau implementasi sebagai “suatu fase dalam tahapan perumusan tujuan evaluasi program.” Menurut Taylor dalam Arikunto (2010, hlm. 86) pada fase evaluasi, penerapan atau implementasi diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan program akan dan sedang dijalankan/ditindaklanjuti.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Penerapan suatu program yaitu berupa penerapan hasil belajar yang didapat berbentuk aktivitas, yang bertujuan untuk menindaklanjuti program yang telah dilaksanakan.

2. Program Pendidikan Kecakapan Hidup

Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup tahun (2014, hlm 5) yaitu Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) atau life skill secara umum diartikan sebagai pendidikan yang memberikan bekal berbagai pengetahuan dan kecakapan yang penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat bekerja dan hidup mandiri.

Pada penelitian ini, penulis mencoba mendalami pelaksanaan program Pendidikan Kecakapan Hidup yang dilaksanakan oleh PKBM Al-Kautsar Kabupaten Tasikmalaya, dengan bidang keterampilan yaitu bidang makanan ringan. Selain memberikan pengetahuan mengenai keterampilan pembuatan produk usaha, pada pelaksanaan program PKH di PKBM Al-Kautsar diberikan materi mengenai kewirausahaan kepada warga belajar.

3. Kemampuan Berwirausaha

(28)

Kompetensi disini merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kualitas individu yang sangat berpengaruh pada hasil, karena kewirausahaan sangat berorientasi pada hasil.

Pada penelitian ini, penulis mencoba menganalisi perubahan kemampuan berwirausaha warga belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran program Pendidikan Kecakapan Hidup. Kemampun berwirausaha tersebut dilihat dari keampuan warga belajar dalam menciptakan karya berupa produk usaha, kemampuan bersaing, kemampuan menciptakan sesuatu yang baru atau berinovasi, kemampuan administrasi usaha, dan kemampuan pemasaran produk.

4. Warga Belajar

(29)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan dalam penelitian ini disusun berdasarkan pertanyaan pertanyaan penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program Pendidikan Kecakapan Hidup di PKBM Al-Kautsar

Kabupaten Tasikmalaya

Pelakasanaan yang dilaksanakan pada program Pendidikan Kecakapan Hidup terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi tahap pengorganisasian, penggerakan, dan pembinaan.

Tahapan pengorganisasian yang dilaksanakan dalam kegiatan program Pendidikan Kecakapan Hidup yaitu dilihat dengan adanya pembagian struktur kerja yang dilihat dari kompetensi setiap anggotanya. Pembagian tugas dan tanggung jawab sudah sesuai dengan tugas pokok yang telah direncanakan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari tugas yang merka selesaikan sudah sesuai dengan program kerja yang telah dibuat berdasarkan tujuan organisasi. Pembagian struktur kerja bertujuan untuk mencapai suatu tujuan yang telah di buat.

Metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran program Pendidikan Kecakapan Hidup yaitu metode ceramah dan praktek. Bahan ajar yang digunakan tutor dalam kegiatan pembelajaran program Pendidikan Kecakapan Hidup yaitu modul mengenai materi kewirausahaan. Pembagian antara teori dan praktek dalam bahan ajar tersebut yaitu berkisar 25% teori dan 75% praktek.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran program Pendidikan Kecakapan Hidup sudah sesuai dengan waktu yang direncanakan. Durasi waktu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran program PKH yaitu 200 jam selama 3 bulan, 1 minggu 2 kali pertemuan, 1 kali pertemuan kurang lebih selama 3 jam. Sedangkan untuk media pembelajaran yang digunakan yaitu modul pembelajaran, alat praktek pembuatan makanan ringan (kompor, wajan, serok, dll) dan bahan baku pembuatan makanan ringan keripik pisang (minyak goreng, pisang, penyedap, dll). Media pembelajaran tersebut sudah tepat digunakan karena sesuai dengan materi yang disampaikan.

(30)

Tahapan Penggerakan yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran program Pendidikan Kecakapan Hidup meliputi motivasi dan partisipasi warga belajar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Motivasi warga belajar cukup tinggi, dilihat dari kesiapan warga belajar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan dalam setiap praktek pembuatan produk usaha. Sebagian besar warga belajar memiliki motivasi ingin lebih terampil dalam melihat peluang usaha, dan juga ingin menciptakan suatu produk usaha. Sedangkan partisipasi warga belajar dapat dilihat dari keaktifan warga belajar dalam menerima setiap materi, dan keaktifan warga belajar dalam mempraktekan setiap tahapan dalam pembuatan suatu produk usaha.

Pembinaan yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran program Pendidikan Kecakapan Hidup yaitu dengan adanya pengawasan yang dilakkukan oleh pengelola PKBM dengan cara mengecek daftar hadir tutor dan warga belajar. Cara tersebut dilakukan agar dapat memantau kehadiran peserta dan tutor guna meilhat keaktifanya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan proses pengarahan dilakukan dengan cara memberikan pengarahan atau bimbingan jika tutor atau peserta membuat kesalahan dan ada materi yang kurang dipahami sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

2. Penerapan hasil belajar program Pendidikan Kecakapan Hidup

(31)

Adapun dalam penerapan aspek keterampilan (psikomotor) dilihat dari keterampilan warga belajar dalam membedakan jenis bidang usaha yang sesuai, keterampilan warga belajar dalam membuat rencana perkembangan usaha. Rencana perkembangan usaha yaitu dimulai dari pemilihan bahan baku, keterampilan membuat inovasi rasa, keterampilan pengemasan, penghitungan modal, laba, dan rugi, serta pemasaran.

3. Kecakapan Hidup Warga Belajar

Kecakapan hidup yang diperoleh warga belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran PKH, yaitu dilihat dari kecakapan pribadi (personal skills), kecakapan sosial (social skills), kecakapan akademik (academic skills), dan kecakapan vokasional (vocational skills). Perubahan kecakapan pribadi (personal skills) warga belajar dapat terlihat dari sebagian besar warga belajar sudah dapat mengembanagkan kemampuan yang di milikinya dan lebih percaya diri. Sementara itu, untuk perubahan kecakapan sosial (social skills) warga belajar terlihat dari kemampuan bekerja sama dan rasa saling menghargai antar sesama yang semakin meningkat. Sedangkan untuk perubahan kecakapan akademik (academic skills) warga belajar, perubahannya dapat terlihat dari peningkatan kemampuan warga belajar dalam menggali potensi usaha yang sesuai, kemampuan warga belajar dalam menulis rancangan usaha, dan juga kemampuan warga belajar dalam menghitung administrasi usaha. Unsur yang terakhir yaitu kecakapan vokasional (vocational skills) perubahannya dapat terlihat dari kemampuan warga belajar dalam menentukan pekerjaan atau pembuatan produk yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kecakapan vokasional yang dapat dikembangkan oleh warga belajar, yaitu kemampuan dalam pembuatan produk makanan ringan berupa keripik pisang. Pembuatan produk kripik pisang, sudah sesuai berdasarkan kemampuan warga belajar dan sumber daya yang tersedia di lingkungan tempat tinggal.

4. Kemampuan Berwirausaha Warga Belajar

Kemampuan beriwirausaha dalam implementasi/penerapan hasil belajar program Pendidikan Kecakapan Hidup bertujuan untuk meningkatkan produkivitas dan kreativitas warga belajar. Adapun kemampuan berwirausaha yang dipelajari dan harus dimiliki oleh warga belajar, diantaranya:

a. Kemampuan berkarya dan semangat kemandirian berwirausaha

(32)

mampu memberanikan diri membuat produk usaha dan mengasah kemampuannya dalam membuat produk usaha yang inovatif.

b. Kemampuan memecahkan masalah dalam kegiatan berwirausaha

Perubahan pada kemampuan memecahkan masalah dalam kegiatan berwirausaha bisa dilihat dari kemampuan warga belajar dalam memecahkan masalah sudah meningkat, terutama dalam memecahkan masalah penentuan jenis bidang usaha. Menentukan jenis bidang usaha dianggap suatu masalah bagi warga belajar, karena mereka belum mengetahui bagaimana tahapan dalam menentukan jenis bidang usaha, akan tetapi setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pengetahuan mereka mengenai tahapan penentuan jenis bidang usaha bertambah, sehingga mereka mampu memcahkan masalah tersebut.

c. Kemampuan berfikir kreatif dan menciptakan usaha yang inovatif

Perubahannya bisa dilihat dari kemampuan warga belajar dalam menentukan jenis usaha yang inovatif dan sesuai dengan perkembangan pasar, serta perubahan kreatifitas warga belajar dalam mengembangkan inovasi rasa terbaru dan pengemasan produk yang lebih menarik.

d. Kemampuan bekerja secara teliti dan produktif

Perubahan yang terjadi bisa dilihat dari kemampuan warga belajar dalam menentukan jenis bidang usaha yang harus dilakukan secara baik dan teliti agar produk usaha tersebut dapat dipasarkan dan di terima oleh masyarakat. Hal tersebut bisa di buktikan dengan melihat sebagian warga belajar sudah mampu memproduksi produk usaha makanan ringan berupa kripik pisang dengan inovasi rasa dan kemasan yang lebih menarik.

e. Kemampuan memasarkan produk usaha

Kemampuan memasarkan hasil produksi yang dimiliki oleh warga belajar masih dalam tahapan yang sederhana. Pemasarannya hanya sekitar warung-warung yang ada di sekitar tempat tinggal, dan sudah sebagian warga belajar yang mendistribusikan produk usahanya ke pasar tradisional.

f. Kemampuan mendapatkan penghasilan

(33)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan rekomendasi untuk para pihak yang terkait diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pengelola

(34)

2. Bagi Tutor

Peran tutor dalam meningkatkan motivasi belajar, harus lebih ditingkatkan lagi, dengan cara pemberian motivasi yang lebih intens dan dengan jangka waktu yang lebih panjang. Bahan ajar yang digunakan harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar kegiatan pembelajaran tercapai sesuai dengan tujuan. Dalam menyampaikan materi tutor harus lebih kreatif agar peserta yang mengikuti kegiatan pembelajaran menyablon tidak merasa bosan. 3. Bagi Warga Belajar

Warga belajar yang sudah mampu menjalankan usahanya sendiri, diharapkan dapat selalu berinovasi dengan hasil produk usahanya, dan selalu mengikuti perkembangan permintaan pasar agar produk usahanya bisa dipasarkan. Untuk warga belajar yang belum berani membuka usahanya sendiri, harus lebih giat mencari ilmu dari warga belajar yang sudah mempunyai usaha, dan lebih mempersiapkan diri untuk memulai produksi usaha secara mandiri.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

(35)

DAFTAR RUJUKAN

Sumber Buku:

Alma, B. (2009). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Anwar, (2012). Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta

Anwas, O. M. (2013). Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung: Alfabeta.

Arifin, Z. (2012). Penelitian Pendidikan-Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

_________. (2010). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

_________. (2013). Prosedur Penelitian - Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hasibuan, M. S. P. (2001). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi

Aksara.

Kamil, M. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.

Kasmir, (2006). Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Manulang, M. (1988). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Gahalia Indonesia.

Mariyana, dkk. (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Moleong, L.J. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Balai Pustaka.

Sedarmayanti & Syarifudin. (2002). Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.

Semiawan, C. (2012). Metode Penelitian Kualitatif (jenis, karakteristik dan keunggulannya). Jakarta: Grasindo.

Setiawan, G. (2004). Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Sudjana, D. (2004). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah.

_________. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya

(36)

_________. (2010). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah. _________. (2010). Pendidikan Non Formal. Bandung: Falah.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suryana, (2006). Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses). Jakarta: Salemba Empat

Taqqiyuddin, H. (2008). Pendidikan Untuk Semua, Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Mulia Press.

Terry, G. R & Rue, L. W. (2005). Dasar-dasar Manajemen. Penerjemah Ticoalu. Jakarta: PT Bumi Aksara

Terry, G. R. (2006). Prinsip-prinsip Manajemen. Penerjemah Smith. Jakarta: PT Bumi Aksara

Usman, N. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sumber Non Buku:

Nurri, A.P. (2010). Kecakapan Hidup (Life Skill) Budidaya Bunga Hebras dalam Meningkatkan Kemandirian Warga Belajar. Skripsi: UPI

Universitas Pendidikan Indonesia. (2015). Pedoman Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah RI

Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar.

Direktorat Jendral PAUDNI. (2014). Petunjuk Teknis Bantuan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Sumber Internet:

Anonim. (2013). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. [online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Kegiatan_Belajar_Masyarakat. Diakses pada bulan maret 2015

Anonim. (2014). Indeks Pembangunan Masyarakat. [online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_Manusia. Diakses pada bulan Mei 2015

Anonim. (2014). Peserta Didik. [online]. Tersedia:

https://id.wikipedia.org/wiki/Peserta_didik. Diakses pada bulan maret 2015

(37)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut buku “Basic Visual Concepts and Principle” oleh Charles Wallschlaeger dan Cynthia Bsuic Synder, illustrasi dapat dikatakan sebagai aksi dari interpretasi,

Data hasil pengamatan kadar asam lemak bebas VCO buah kelapa yang dipanen pada masing-masing ketinggian tempat tumbuh pengaruhnya sangat nyata terhadap

semakin banyaknya aliran-aliran yang melenceng dari kaidah agama yang sesungguhnya menimbulkan banyak tanda tanya apakah yang melatarbelakangi terjadinya bahkan

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang

Analysis of material was done by observing several physics and chemistry parameters, including: rendement (70% alcohol), content of water-soluble extract, content of

Demikian juga dengan harga, karena konsumen membeli suatu produk tersebut karena benar-benar ingin merasakan nilai dan manfaat dari produk tersebut atau yang dalam hal

Baik itu, perorangan, perusahaan kecil maupun perusahaan besar dapat mempublikasikan dirinya dengan tujuan komersial maupun non komersil.PENULISAN ILMIAH Penggunaan Website itu

Syarat garam : harus larut dalam air. Jika tidak larut dalam air maka garam itu harus berasal dari asam lemah, dan garam seperti ini hanya dapat bereaksi dengan asam kuat.