• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN PURA KAWITAN DAN KETERKAITANNYA MENGGUNAKAN GOOGLE MAPS DENGAN METODE TREE BERBASIS WEB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN PURA KAWITAN DAN KETERKAITANNYA MENGGUNAKAN GOOGLE MAPS DENGAN METODE TREE BERBASIS WEB."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Teknologi Informasi

I GEDE UDAYANA PUTRA NIM: 1204505033

JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan

tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan pada daftar pustaka.

Denpasar, 30 Juni 2015

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Rancang Bangun

Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya Menggunakan Google Maps dengan Metode Tree Berbasis Web”. Penulis mendapatkan banyak bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada:

1. Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas

Teknik Universitas Udayana.

2. Dr. Eng. I Putu Agung Bayupati, ST., MT, selaku Ketua Jurusan Teknologi

Informasi Universitas Udayana

3. I Nyoman Piarsa, ST., MT, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

4. A.A. Kompiang Oka Sudana, S.Kom,M.T., selaku dosen pembimbing II

yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan selama

penyusunan tugas akhir ini

5. I Nyoman Piarsa, ST., MT, selaku dosen pembimbing akademik, yang telah

memberikan bimbingan selama menempuh bimbingan di Jurusan

Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Udayana.

6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan

motivasi dalam pembuatan tugas akhir ini.

7. Teman-teman seperjuangan dan segenap civitas di Jurusan Teknologi

Informasi Universitas Udayana yang telah memberikan sumbangan ide,

pemikiran dan dukungan dalam penyusunan tugas akhir ini.

Denpasar, 30 Juni 2016

(6)

ABSTRAK

Pura Kawitan merupakan salah satu kategori tempat suci yang dipercaya dalam ajaran Agama Hindu di Bali. Pura Kawitan merupakan tempat suci dimana masyarakat Hindu Bali menyembah leluhur berdasarkan garis keturunannya. Pura Kawitan pada hakekatnya dikategorikan menjadi lima yaitu, Pura Pedharman, Pura Kawitan, Pura Panti, Merajan/Sanggah Gede dan Merajan/Sanggah biasa. Bali pada umumnya terdiri lebih dari satu Pura Kawitan dan memiliki hubungan berdasarkan tingkatan satu dengan yang lain berdasarkan keturunannya. Implementasi Metode Tree dalam Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya merupakan gagasan yang berguna untuk menghubungkan setiap tingkatan Pura Kawitan yang terkait yang ada di Bali agar dapat memberikan informasi keterkaitan yang benar dan jelas. Keterkaitan ditampilkan dalam bentuk

polyline dengan kedalaman tertentu dalam bentuk tingkatan. Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya bertujuan untuk memberikan informasi seputar Pura Kawitan yang khususnya bagi masyarakat yang kini mulai lupa akan pentingnya menghormati leluhur, baik itu lupa akan lokasi ataupun nama Pura Kawitannya. Hasil dari perancangan dan pembuatan sistem ini adalah sebuah aplikasi berbasis web yang mampu membantu masyarakat dalam memberikan informasi Pura Kawitan, keterkaitan, penyebaran dan rute perjalanan menuju lokasi Pura Kawitan yang diinginkan.

(7)

ABSTRACT

Kawitan Temple is one category of shrine trust places in tenet of Hinduism in Bali. Kawitan Temple is a holy place where Balinese Hindu community worship the ancestor based on their lineage ancestor. In the tenet of Hinduism, the worship of ancestors is a thing that should not be forgotten. Therefore, Kawitan Temple is specific or special as a place of worship of Hindus who have blood ties in accordance with the lineage. Kawitan Temple can be categorized into five, namely, Pedharman Temple, Kawitan Temple, Panti Temple, Merajan / Sanggah Gede and Merajan / usual Sanggah. Generally in Bali, there is more than one Kawitan Temple and those have a relationship regarding to the level with one another based on their offspring. The Implementation of Tree Method in Geographic Information System of Mother Temple Mapping and its Linkages is a useful idea in order to connect all levels of Kawitan Temple with its linkage in Bali and in order to provide correct and clear linkages information. The meaning of linkage in this context is a relationship that is created among the data with other data. The method applied as the connecting link is a Tree method which is a basic modeling concept that can maximize the linkage process.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iiii

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... iv

BERITA ACARA TUGAS AKHIR ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 State of the art ... 6

2.2 Fishbone ... 8

2.3 Pengertian Pura ... 9

2.3.1 Pura Berdasarkan Fungsinya ... 9

2.3.2 Pura Berdasarkan Pemuja ... 10

2.4 Pura Kawitan ... 11

2.5 Konsep Dasar Sistem Informasi ... 12

2.6 Sistem Informasi Geografis... 12

2.7 Data Spasial ... 14

2.7.1 Informasi Lokasi ... 14

(9)

2.9 Google Maps ... 16

2.9.1 API (Application Programming Interfacing) ... 17

2.3.1 Google Maps Application Programming Interfacing (API) ... 17

2.10 HTML (Hypertext Markup Language) ... 20

2.11 PHP ... 210

2.12 Konsep Tree ... 20

2.13 MySQL ... 21

2.13.1 Kelebihan MySQL ... 21

BAB III METODE DAN PERANCANGAN SISTEM ... 23

3.1 Tempat & Waktu Penelitian ... 23

3.2 Alur Penelitian ... 23

3.3 Data ... 25

3.4 Sumber Data ... 25

3.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.5 Bahasa Pemograman ... 25

3.6 Pemodelan Sistem ... 25

3.6.1 Statement of Purpose ... 26

3.6.2 Daftar Kejadian ... 26

3.6.3 Gambaran Umum Sistem ... 27

3.7 Perangkat Pemodelan Sistem ... 28

3.7.1 Diagram Konteks ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Pengujian Sistem ... 52

(10)

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Keras Pengujian Sistem ... 542

4.1.3 Tahap Pengujian ... 543

4.1.4 Tampilan Awal ... 54

4.1.5 Tampilan Data Master ... 59

4.1.6 Manajemen Data ... 60

4.1.7 Manajemen Keterkaitan Pura Kawitan ... 84

4.1.6 Manajemen Peta ... 88

4.2 Skenario Pengujian Sistem ... 88

4.2.1 Pengujian Fitur Keterkaitan ... 88

4.2.2 Pengujian Fitur Direction ... 91

4.3 Analisa Hasil ... 93

4.3.1 Analisa Kebutuhan Sistem ... 93

4.3.2 Analisa Kebutuhan Informasi ... 94

4.3.3 Analisa Kelebihan dan Kekurangan Sistem ... 94

4.3.4 Analisa Kesesuaian Proses Aplikasi ... 945

4.4 Perhitungan Dan Penyajian Data ... 935

4.4.1 Hasil Penilaian Kuesioner ... 936

BAB V PENUTUP ... 97

5.1 Simpulan ... 97

5.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 959

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fishbone Diagram ... 8

Gambar 2.2 Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Titik ... 15

Gambar 2.3 Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Garis ... 15

Gambar 2.4 Arsitektur Sistem Informasi Geografis Berbasis Web... 16

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ... 24

Gambar 3.2 Gambaran Umum Sistem ... 27

Gambar 3.3 Diagram Konteks... 28

Gambar 3.4 Hierarchy Chart ... 29

Gambar 3.5 DFD Level 0 ... 31

Gambar 3.6 DFD Level 1 ManajemenAdmin ... 32

Gambar 3.7 DFD Level 1 Manajemen Data ... 33

Gambar 3.8 DFD Level 2 Penghapusan Data User ... 34

Gambar 3.9 DFD Level 2 Manajemen Pura ... 35

Gambar 3.10 DFD Level 2 Manajemen Wilayah ... 36

Gambar 3.11 DFD Level 2 Manajemen Leluhur ... 37

Gambar 3.12 DFD Level 2 Validasi Data ... 38

Gambar 3.13 DFD Level 2 Penghapusan Data Pengurus ... 39

Gambar 3.14 DFD Level 1 View Data ... 40

Gambar 3.15 ERD ... 41

Gambar 3.16 Normalisasi Tahap Pertama ... 42

Gambar 3.17 Normalisasi Tahap Kedua ... 43

Gambar 3.18 Normalisasi Tahap Ketiga ... 44

Gambar 3.19 Rancangan Tabel Keterkaitan Metode Tree ... 49

Gambar 4.1 Halaman Depan Website ... 54

Gambar 4.2 Halaman Depan Website Kondisi Marker Terlihat ... 55

Gambar 4.3 Halaman Depan Website Informasi Marker ... 55

Gambar 4.4 Halaman Depan Website Fitur Keterkatian ... 56

Gambar 4.5 Halaman Depan Website Fitur Direction ... 57

Gambar 4.6 Halaman Depan Website Fitur Penyebaran ... 57

Gambar 4.7 Halaman Depan Website Tampilan Gambar ... 58

(12)

Gambar 4.9 Tampilan Form Login ... 59

Gambar 4.10 Tampilan Data Map Halaman Admin ... 60

Gambar 4.11 Tampilan Data Master Pura Kawitan ... 61

Gambar 4.12 Tampilan Tambah Data Pura Kawitan ... 62

Gambar 4.13 Validasi Tambah Data Pura... 62

Gambar 4.14 Ubah Data Lokasi Pura Kawitan ... 63

Gambar 4.15 Ubah Data Koordinat Pura Kawitan ... 63

Gambar 4.16 Ubah Data Informasi Pura Kawitan ... 64

Gambar 4.17 Menambahkan Gambar ... 65

Gambar 4.18 Tampilan Data Master Leluhur ... 66

Gambar 4.19 Tambah Data Master Leluhur ... 66

Gambar 4.20 Validasi Data Leluhur ... 67

Gambar 4.21 Mengubah Data Leluhur... 67

Gambar 4.22 Tampilan Data Master Kabupaten... 68

Gambar 4.23 Tambah Data Master Kabupaten ... 69

Gambar 4.24 Validasi Data Kabupaten ... 69

Gambar 4.25 Pengubahan Data Kabupaten ... 70

Gambar 4.26 Tampilan Data Master Kecamatan ... 71

Gambar 4.27 Tambah Data Master Kecamatan ... 71

Gambar 4.28 Validasi Data Kecamatan ... 72

Gambar 4.29 Pengubahan Data Kecamatan ... 72

Gambar 4.30 Tampilan Data Master Desa ... 73

Gambar 4.31 Tambah Data Master Desa ... 74

Gambar 4.32 Validasi Data Desa ... 75

Gambar 4.33 Pengubahan Data Desa ... 75

Gambar 4.34 Tampilan Data Pura Kawitan Rekomendasi ... 76

Gambar 4.35 Tampilan Data Lengkap Pura Kawitan Rekomendasi ... 76

Gambar 4.36 Tampilan Lokasi Map Pura Rekomendasi ... 77

Gambar 4.37 Tampilan Data Leluhur Rekomendasi... 78

Gambar 4.38 Tampilan Data Lengkap Leluhur Rekomendasi... 78

Gambar 4.39 Tampilan Data Pengurus Rekomendasi ... 79

Gambar 4.40 Tampilan Data Lengkap Pengurus Rekomendasi ... 80

Gambar 4.41 Tampilan Lokasi Map Pura Pengurus ... 81

(13)

Gambar 4.43 Tampilan Data User Terdaftar... 82

Gambar 4.44 Tampilan Lengkap Data User Terdaftar ... 83

Gambar 4.45 Tampilan Lokasi Tempat Tinggal Data User Terdaftar ... 83

Gambar 4.46 Tampilan Pengisian Data Keterkaitan ... 84

Gambar 4.47 Tampilan Pilihan Tingkat Keterkaitan ... 85

Gambar 4.48 Tampilan Keterkaitan Tingkat Kedalaman 1 ... 86

Gambar 4.49 Tampilan Keterkaitan Tingkat Kedalaman 2 ... 86

Gambar 4.50 Tampilan Keterkaitan Tingkat Kedalaman 3 ... 87

Gambar 4.51 Tampilan Keterkaitan Tingkat Kedalaman 4 ... 87

Gambar 4.52 Pengujian Skenario Fitur Keterkaitan ... 88

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Kategori Pura ... 44

Tabel 3.2 Tabel Leluhur ... 45

Tabel 3.3 Tabel Desa... 45

Tabel 3.4 Tabel Kecamatan... 46

Tabel 3.5 Tabel Kabupaten ... 46

Tabel 3.6 Tabel Pengurus ... 47

Tabel 3.7 Tabel User ... 47

Tabel 3.8 Tabel Pura Kawitan ... 48

Tabel 3.9 Contoh Pendataan Keterkaitan Pura Kawitan ... 50

Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras Pengujian Sistem ... 53

Tabel 4.2 Tabel Tingkat Kedalaman Keterkaitan ... 85

Tabel 4.3 Kebutuhan Perangkat Keras Skenario Pengujian Sistem ... 88

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Fitur Keterkaitan Pura Kawitan ... 89

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Fitur Direction Pura Kawitan ... 92

(15)

DAFTAR KODE PROGRAM

Kode Program 2.1 Google Maps Javascript API ... 18

Kode Program 2.2 Elemen Kanvas Google Maps ... 18

Kode Program 2.3 Fungsi Untuk menampilkan Google Maps ... 18

Kode Program 2.4 Kode Program Membuat Marker... 19

Kode Program 4.1 Fitur Keterkaitan Pura Kawitan ... 89

Kode Program 4.2 Web Service Keterkaitan Pura Kawitan ... 91

Kode Program 4.3 Fitur Direction Pura Kawitan ... 92

(16)

Pembahasan dalam bab ini terdiri dari latar belakang diadakannya perancangan Sistem

Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya menggunakan Google Maps

dengan Metode Tree berbasis Web, rumusan masalah yang terjadi dalam penelitian, batasan masalah yang digunakan sebagai titik pusat penelitian, sistematika penulisan, tujuan serta manfaat

dibahas juga dalam bab ini.

1.1 Latar Belakang

Kitab Suci Hindu mengajarkan selain memuja Tuhan, umat juga hendaknya mengenal dan

memuja roh leluhur. Prabu Dasarata di Ayodhya telah memberikan contoh yang baik dalam hal

ini, sebagaimana disebutkan dalam Kakawin Ramayana antara lain tar malupeng pitra puja yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti tidak lupa memuja roh leluhur (Soebandi 1998).

Umat Hindu di Bali mengenal tempat suci atau pura sebagai tempat melakukan

persembahyangan untuk memuja roh leluhur dengan nama Pura Kawitan. Pura Kawitan adalah

tempat pemujaan roh suci leluhur dari Umat Hindu yang memiliki ikatan wit atau leluhur berdasarkan garis keturunannya, jadi Pura Kawitan bersifat spesifik atau khusus sebagai tempat

pemujaan Umat Hindu yang mempunyai ikatan darah sesuai dengan garis keturunannya. Seluruh

Umat Hindu di Bali rutin melakukan persembahyangan di Pura Kawitan setiap tahunnya baik

untuk memperingati suatu odalan yang berlangsung dalam kawitan .

Kebutuhan informasi pada era globalisasi ini menjadi semakin kompleks dan beragam.

Masyarakat memerlukan akses secara cepat dan mudah untuk memperoleh informasi. Semakin

berkembangnya Teknologi Informasi banyak instansi dan masyarakat maju yang telah

memanfaatkan Teknologi Infomasi untuk memperoleh data atau informasi. Salah satu

perkembangan teknologi yang telah berkembang dengan pesat yaitu Internet termasuk di dalamnya

adalah perkembangan website. Kendala ruang dan waktu dalam menggunakan Internet dapat diminimalisasi, artinya informasi dapat diakses kapanpun dan dimanapun dalam hitungan detik.

Informasi yang dibutuhkan masyarakat pada saat ini salah satunya adalah kebutuhan

informasi geografis. Teknologi Sistem Informasi Geografis atau Georaphic Information System

(17)

ruang bumi tertentu (Setiadi, Dharmawan 2015). Adanya perkembangan Internet menyebabkan

Teknologi SIG dapat dibangun dengan berbasis web. Web GIS merupakan bentuk dari website

yang menggambarkan tentang informasi geografis suatu daerah, seperti halnya Pura Kawitan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat membuat munculnya

berbagai sistem yang mampu membantu berbagai kebutuhan manusia khususnya dalam kebutuhan

informasi, yang mana setiap sistem kini telah memiliki metode yang berbeda, salah satunya adalah

Metode Tree atau Teori Pohon. Teori Pohon ini merupakan teori yang sangat berguna dalam

struktur data dimana aplikasi-aplikasi dari Teori Pohon ini dapat dijadikan struktur penyimpanan

data yang sangat baik dalam kasus tertentu (Akbar 2006), seperti halnya keterkaitan Pura Kawitan.

Menindaklanjuti banyaknya kasus mengenai kurangnya informasi mengenai tingkatan

terhadap Pura Kawitan dan masih minimnya media untuk menampilkan informasi tingkatan

tersebut, maka diangkatlah judul Sistem Informasi Geografis untuk memetakan Pura Kawitan dan

tingkatannya dengan memanfaatkan Metode Tree sebagai pemodelan sistem untuk dapat

menstrukturkan keterkaitan setiap Pura Kawitan.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai penjelasan pada latar belakang, rumusan masalah yang dapat di tarik pada

penjelasan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana cara merancang dan membuat Sistem Informasi Geografis Pura Kawitan

menggunakan Google Maps berbasis web.

2. Bagaimana cara mengimplemantasikan Metode Tree untuk menentukan keterkaitan antar

Pura Kawitan.

3. Bagaimana cara membuat Sistem Informasi Geografis yang dapat memberikan informasi

(18)

2. Sistem Informasi Geografis yang di cakup adalah mengenai pemetaan Pura Kawitan di

Bali, keterkaitan Pura Kawitan dan penyebaran keturunannya dan juga informasi letak Pura

Kawitan bersangkutan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam pembuatan Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura

Kawitan dan Keterkaitannya menggunakan Google Maps dengan Metode Tree Berbasis Web

adalah sebagai berikut.

1. Merancang dan membangun Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan

Keterkaitannya Menggunakan Google Maps berbasis Web.

2. Menggunakan Metode Tree untuk membentuk atau membuat keterkaitan antar Pura

Kawitan.

3. Memberikan informasi mengenai lokasi Pura Kawitan dan informasi Pura Kawitan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan didapat dari pembuatan Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura

Kawitan dan Keterkaitannya menggunakan Google Maps dengan Metode Tree Berbasis Web ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan informasi kepada pengguna aplikasi mengenai Pura Kawitan dan

keterkaitannya.

2. Memberikan informasi pengguna aplikasi tentang penyebaran masyarakat berdasarkan

Pura Kawitan.

(19)

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang dari penelitian. Rumusan masalah yang ingin

diselesaikan. Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai. Batasan masalah yang ada dalam melakukan

penelitian serta sistematika penulisan laporan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan teori-teori penunjang yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan

Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya Menggunakan Google

Maps dengan Metode TreeBerbasis Web. Bab III : Metode dan Perancangan Sistem

Bab ini berisiskan metodelogi yang digunakan selama melakukan penelitian dan penulisan

laporan penelitian ini, meliputi tempat dan waktu penelitian, alur penelitian, pemodelan sistem,

dan perancangan basis data.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan implementasi perangkat lunak, uji coba dan analisa hasil penelitian

berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan.

Bab V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan yang mengacu pada rumusan masalah dan tujuan dalam

(20)

Bab II berisikan penjabaran tentang dasar-dasar teori yang menjadi penunjang

dalam rancangan dan implementasi Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura

Kawitan dan Keterkaitannya Menggunakan Google Maps dengan Metode Tree

Berbasis Web.

2.1 State of the Art

Penelitian tentang Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan

Keterkaitannya Menggunakan Google Map dengan Metode Tree Berbasis Web

memiliki keterkaitan dengan sumber yang mendasari dalam pembuatan sistem.

Pembahasan mengenai teori dan metode yang mendasari pembuatan Sistem Informasi

Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya menggunakan Google Maps

dengan Metode Tree berbasis Web adalah sebagai berikut.

Penelitian tentang Sistem Informasi Geografis Pura menggunakan Google

Maps dengan judul Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Pura di Bali Dengan

Menggunakan Google Maps pada Platform Android penelitian ini membuat sistem

informasi geografis menggunakan Google Maps dengan berbasis Android (Artha,

Nody 2013). Sistem ini mampu memberikan informasi seputar pura yang ada di Bali.

Penelitian lain dengan judul Implementasi Struktur Tree pada Rancang Bangun

Sistem Penelusuran Sejarah Pura Kawitan dan Kahyangan Jagat Berbasis Web

(Sudana, Oka 2011). Penelitian ini membuat sistem informasi pura menggunakan

Struktur Tree yang berbasis web. Tree (pohon) dapat digunakan untuk memodelkan, karena informasi pura dapat memiliki sub-sub berbentuk seperti silsilah dengan tungkat

kedalaman tertentu.

Penelitian yang berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis

Pemetaan Penggunaan Lahan berbasis Cloud Jurusan Teknologi Informasi Fakultas

(21)

sehingga data menjadi mudah disimpan dan di akses. Sistem dibuat berbasiskan web

dan dapat di akses menggunakan jaringan Internet, sehingga proses melihat informasi

dan penyimpanan data dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Sistem menggunakan

Google Maps, sehingga tampilan peta lebih menarik dan real dengan keadaan di muka bumi. Pengguna dapat melihat detail informasi dari suatu penggunaan lahan melalui

info window yang muncul jika pengguna menekan polygon pengunaan lahan. Sistem ini mendukung penggambaran pemetaan pengunaan lahan langsung pada peta sehingga

pengguna lebih mudah untuk membuat dan melihat penggunaan lahan. Kekurangan

sistem ini adalah pengguna harus memiliki akses Internet yang baik untuk

menampilkan fitur peta secara keseluruhan. Sistem keamanan dengan integritas tinggi

sangat diperlukan karena sistem informasi ini berisi data yang sangat penting dan dapat

diakses oleh banyak orang.

Penelitian mengenai Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Pemetaan

Tingkat Pertumbuhan Penduduk Berbasis Web (Setiadi, Dharmawan 2015). Penelitian ini mengenai pemetaan tingkat pertumbuhan penduduk dengan memanfaatkan web

sebagai media dan map digital Google Maps sebagai perantara. Sistem dibuat berbasiskan web dan dapat diakses menggunakan jaringan Internet, sehingga proses melihat informasi dan penyimpanan data dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.

Pengunjung dapat melihat detail informasi dari suatu daerah dengan menekan daerah

dan muncul informasi dalam bentuk info window mengenai data pertumbuhan penduduk. Kekurangan sistem ini adalah pengguna harus memiliki akses Internet yang

baik untuk menampilkan fitur peta secara keseluruhan.

Penelitian tentang Sistem Informasi Geografis Pemetaan Jalan Desa berbasis

(22)

history mengenai penambahan data jalan desa jalan desa.

2.2 Fishbone

Fishbone Diagram sering juga disebut cause and effect. Diagram Fishbone atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian

kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar. Fishbone diagram digunakan ketika ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama

ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague 2005).

Tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat Fishbone Diagram ini dapat

digunakan untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang

user friendly disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam yang berpotensi menyebabkan munculnya

permasalahan (Purba 2008).

(23)

prosedur, kebijakan, dan sebagainya, setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang

perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.

2.3 Pengertian Pura

Pura merupakan salah satu bangunan penting bagi Umat Hindu Bali yang

dikenal memiliki kehidupan religius yang tinggi. Masyarakat Bali selalu menempatkan

pura di tempat yang utama atau di tempat yang menurut aturan atau pakem yang berlaku sesuai dengan nilai-nilai spiritual Umat Hindu. Bali sebagai pulau yang masyarakatnya

sebagian besar menganut Agama Hindu, memiliki banyak sekali bangunan pura dengan

nilai historis yang tinggi bagi kehidupan spiritual masyarakatnya. Pura berasal dari kata

pur dalam Bahasa Sansekerta yang berarti kota atau benteng, artinya tempat yang dibuat khusus dengan dipagari tembok untuk mengadakan kontak dengan kekuatan

suci (Soebandi 1998). Pura dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis, namun tidak

mempengaruhi bentuk fisik dari pura tersebut. Pengelompokkan adalah sebagai

berikut.

2.3.1 Pura Berdasarkan Fungsinya

Pura berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi dua yaitu Pura Jagat dan Pura

Kawitan.

2.3.1.1 Pura Jagat

Pura yang berfungsi sebagai tempat memuja Sang Hyang Widhi Wasa atau

Tuhan Yang Maha Esa dengan segala manifestasinya atau dengan segala

perwujudannya.

(24)

2.3.2 Pura Berdasarkan Pemuja

Pura berdasarkan pemuja dapat dibagi menjadi empat yaitu pemujanya yang

berasal dari keluarga, pemujanya yang berasal dari wilayah yang sama, pemujanya

yang memiliki kepentingan yang sama dan pemujanya mempunyai ikatan keagamaan

secara umum.

2.3.2.1 Keluarga

Pura yang penyungsung-nya atau pemujanya berasal dari satu keluarga atau mempunyai hubungan darah. Kelompok pura ini adalah Sanggah, sebutan untuk

golongan jaba diluar Tri Wangsa, Pemerajan sebutan untuk golongan Tri Wangsa, Dadia dan Kawitan.

2.3.2.2 Wilayah

Pura yang penyungsung-nya atau pemujanya berasal dari satu wilayah atau teritorial yang sama. Kelompok Pura ini Pura Kahyangan Tiga (Pura Desa dan Bale

Agung, Pura Puseh, Pura Dalem). Pura Kahyangan Tiga memiliki tiga macam Pura

yang masing-masing merupakan tempat pemujaan Tri Murthi (perwujudan Sang

Hyang Widhi), yaitu;

1. Pura yang diperuntukkan untuk memuja Dewa Brahma, yaitu perwujudan Ida

Sang Hyang Widhi sebagai pencipta alam semesta. Pura ini letaknya di pusat

desa dan biasa disebut sebagai Pura Desa.

2. Pura yang diperuntukkan untuk memuja Dewa Wisnu, yaitu perwujudan Ida

Sang Hyang Widhi sebagai pemelihara alam semesta. Pura ini disebut Pura

Puseh dan letaknya berdekatan dengan Pura Desa atau satu tempat dengan Pura

(25)

2.3.2.3 Fungsional

Pura yang penyungsung atau pemujanya mempunyai kepentingan yang sama atau fungsional. Pura ini biasa disebut sebagai Pura Pengulu. Pura ini diperuntukkan

bagi umat Hindu yang memiliki profesi yang sama, sebagai contoh petani, nelayan, dan

lain-lain.

2.3.2.4 Ikatan Agama

Pura yang penyungsung atau pemujanya mempunyai ikatan keagamaan secara umum untuk seluruh umat yang tidak ada batasannya. Kelompok Pura ini adalah Pura

Sad Kahyangan (Pura Besakih, Pura Lempuyang, Goa Lawah, Pura Luhur Uluwatu,

Pura Bukit Pengelengan, Pura Watukaru), Pura Kahyangan jagat (Pura Batur, Pura

Andakasa, Pura Tanah Lot, Pura Pulaki, dan lain – lain termasuk Pura Sad Kahyangan

di atas) yang tersebar di seluruh Bali. Biasanya Pura Sad Kahyangan dijadikan tempat

untuk mengadakan upacara yang diperuntukan untuk alam, seperti hutan, kebun,

ladang, gunung, laut, danau, dan lain-lain.

2.4 Pura Kawitan

Pura Kawitan adalah tempat pemujaan roh suci leluhur dari Umat Hindu yang

memiliki ikatan wit atau leluhur berdasarkan garis keturunannya (Soebandi 1998) . Pura Kawitan bersifat spesifik atau khusus sebagai tempat pemujaan Umat Hindu yang

mempunyai ikatan darah sesuai dengan garis keturunannya (Paduarsana 2012).

Pura dari segi fungsinya, sebenarnya ada dua yaitu sebagai tempat memuja

Hyang Widhi (Dewa Pratistha) dan sebagai tempat memuja roh suci leluhur (Atma

(26)

Pura Kawitan ini bersifat spesifik atau mengkhusus sebagai tempat pemujaan umat

Hindu yang mempunyai ikatan darah sesuai dengan garis keturunannya.

Contoh-contoh pura yang termasuk ke dalam kelompok Pura Kawitan antara lain.

Sanggah/Merajan, Pura Ibu, Dadia, Pedharman dan yang sejenisnya.

Pura Panti dan Pura Dadia sebenarnya berada dalam kelompok pura yang sama

dan juga mempunyai pengertian yang tidak berbeda pula. Pura Panti itu dapat pula

disebut dengan Pura Dadia, sama halnya dengan sebutan Sanggah dapat pula disebut

dengan istilah Merajan.

2.5 Konsep Dasar Sistem Informasi

Sistem dapat didefinisikan menjadi dua kelompok, yaitu penekanan pada

prosedur dan penekanan pada komponen atau elemennya. Pendekatan sistem yang

lebih menekankan pada prosedur sistem adalah sebagai berikut. Sistem adalah suatu

jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul

bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu

(Jogiyanto 2005).

2.6 Sistem Informasi Geografis

Pengertian SIG (Sistem Informasi Geografis) adalah salah satu model informasi

yang berhubungan dengan data spasial (keruangan) mengenai daerah-daerah di permukaan bumi. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi khusus

yang memungkinkan untuk mengolah data spasial dan nonspasial menjadi informasi yang berkaitan tentang muka bumi serta digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan,

(27)

menyimpan dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi

merupakan karateristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. SIG memiliki

kemampuan dalam menangani data yang berefrensi geografis yaitu masukan data,

manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), analisis dan manipulasi

data, serta keluaran sebagai hasil akhir (Aronoff 1989).

Data dalam SIG terdiri atas dua komponen yaitu data spasial yang berhubungan dengan geometri bentuk keruangan dan data atribut yang memberikan informasi

tentang bentuk keruangannya (Chang 2001). Komponen utama SIG adalah sistem

komputer, data geospatial dan pengguna. Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak dan prosedur untuk penyusunan pemasukan data,

pengolahan, analisis, pemodelan, dan penayangan data geospatial.

Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data

spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan suatu Kota, data distribusi lokasi pengambilan sampel, dan sebagainya.

Data SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu data grafis dan data atribut atau

tabular. Data grafis adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek

di permukaan bumi. Data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data

grafis tersebut.

SIG menyajikan informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri dari

beberapa subsistem (Prahasta 2005) seperti berikut.

1. Masukan Data

Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial

dan atribut dari berbagai sumber. Data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog maupun digital tersebut dikonversikan kedalam format yang diminta oleh perangkat

(28)

sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbarui, dan diubah.

3. Analisis dan Manipulasi Data

Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG.

Kemampuan SIG dalam melakukan analisis gabungan dari data spasial dan data atribut menghasilkan informasi yang berguna. Subsistem ini juga melakukan

manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

4. Hasil keluaran

Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian

basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti tabel, grafik, peta dan lain-lain.

2.7. Data Spasial

Sebagian besar data yang ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari

data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (Setiadi, Dharmawan 2015).

1. Informasi Lokasi

Informasi lokasi (spasial) ini berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat goegrafi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum

dan proyeksi.

(29)

Informasi Lokasi atau geometri milik suatu objek spasial dapat dimasukkan ke dalam beberapa bentuk seperti berikut.

2.7.1.1 Titik (Dimensi Nol-Point)

Titik adalah representasi grafis atau geometri yang paling sederhana bagi objek

spasial. Representasi ini tidak memiliki dimensi, tetapi dapat diidentifikasikan di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol

tertentu. Unsur-unsur bangunan ditampilkan sebagai polygon pada peta skala besar, sedangkan pada skala kecil ditampilkan sebagai unsur-unsur titik.

Gambar 2.2 Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Titik (Sumber. Google Maps)

Gambar 2.2 menunjukan contoh data spasial dalam bentuk titik. Contoh penggunaanya adalah dalam penandaan suatu tempat misalnya lokasi ATM.

(30)

Gambar 2.3 Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Garis. (Sumber. Google Maps)

Gambar 2.3 menunjukan contoh data spasial dalam bentuk garis. Garis yang ditampilkan berupa garis lurus.

2.8 Sistem Informasi Geografis Berbasis Web

(31)

Gambar 2.4 menunjukan hubungan interkasi antara client dalam bentuk web browser dengan server berdasarkan skenario dan respon. Web browser mengirimkan permintaan ke web server. Web server merequest map digital melaui map server dan

map server meminta data dari database. Hasil pemrosesan dikembalikan ke web server

dan akhirnya diterima oleh web browser.

2.9 Google Maps

Google Maps adalah layanan mapping online yang disediakan oleh Google. Google Maps mempunyai platform open source yang dapat digunakan dengan bebas namun harus mematuhi syarat yang telah ditetapkan. Google Maps juga memberikan

kebebasan kepada pengembang untuk mengembangkan teknologi pemetaan yang

berbasis Google Maps (Irwansyah 2011). Pengembangan platform Google Maps menggunakan sebuah bahasa pemrograman dengan Maps Javascript API.

2.9.1. API (Application Programming Interface)

API (Application Programming Interface) adalah sekumpulan perintah, fungsi,

komponen, dan protokol yang disediakan oleh sistem operasi ataupun bahasa

pemrograman tertentu yang dapat digunakan oleh Programmer saat membangun

perangkat lunak agar layananan tersebut bisa di integrasikan dengan aplikasi yang kita

buat, terdapat fungsi-fungsi atau perintah-perintah untuk menggantikan bahasa yang

(32)

mengintegrasikan Google Maps ke dalam website masing-masing dengan menampilkan data poin milik sendiri. Google Maps dapat ditampilkan pada website eksternal dengan menggunakan Google Maps API. Maps API Javascript harus dimasukan terlebih dahulu sebelumnya agar aplikasi Google Maps dapat muncul di

website tertentu.

2.9.2.1 Menggunakan Google Maps API pada Web

Menampilkan peta menggunakan Google Maps API dengan urutan adalah

sebagai berikut.

1. Memasukkan Maps API Javascript.

2. Membuat element divsebagai lokasi menampilkan peta.

3. Membuat beberapa objek literal untuk menyimpan property-properti pada peta 4. Menuliskan fungsi Javascript, untuk membuat objek peta.

5. Menginisialisasikan peta dalam tag body HTML dengan eventonload. Menampilkan peta Google Maps pada web dan fungsi-fungsi Google Maps dapat dipelajari di halaman https://developers.google.com/maps/. Beberapa fungsi

utama yang sering digunakan adalah menampilkan peta, menampilkan marker, menampilkan info window, membuat polygon, dan membuat circle.

<script src="https://maps.googleapis.com/maps/api/js?v=3.exp">

</script>

Kode Program 2.1 Googel Maps Javascript API

(33)

Elemen div yang digunakan sebagai tempat dimana Google Map akan

menampilkan petanya.

var map;

function initialize() {

var mapOptions = {

zoom: 12,

draggableCursor:'default',

center: new google.maps.LatLng(-

8.7248095,115.1985231)

};

map = new

google.maps.Map(document.getElementById('map-canvas'),mapOptions);

}

google.maps.event.addDomListener(window, 'load', initialize);

Kode Program 2.3 Fungsi Untuk Menampilkan Google Maps

Kode Program 2.3 merupakan kode program untuk membuat objek peta Google

Maps pada web dengan id‘map-canvas’. Kode program Javascript ini disisipkan pada tag<head> dalam listing program web yang telah dibuat dan untuk menginisiasi

id‘map-canvas’ disisipkan pada tag<body>.

Pembuatan marker pada suatu lokasi pada peta Google Maps dapat menggunakan Kode Program 2.4 berikut ini.

var map;

(34)

center: myLatlng

};

map = new google.maps.Map(document.getElementById('map-

canvas'),mapOptions);

* ======= script untuk add marker ======= */

var marker = new google.maps.Marker({

position: nmyLatlng,

map: map,

title: 'Hello World!'

});

/* ======= script untuk add marker ======= */

}

google.maps.event.addDomListener(window, 'load', initialize);

Kode Program 2.4 Kode Program Membuat Marker

Kode Program 2.4 merupakan fungsi yang disisipkan pada tag<head> dalam

listing program web yang telah dibuat. Posisi marker tampil diposisi koordinat yang sudah ditentukan. Koordinat disini adalah nilai dari variabel myLatlng yaitu

-8.7248095,115.1985231. Marker dapat diberi informasi mengenai

content-content suatu tempat atau lokasi dengan menggunakan Info Window.

2.10 HTML (Hypertext Markup Language)

(35)

yang menyajikan HTML yang dinamis dan interaktif dengan cepat dan mudah, yang di

hasilkan server. PHP bisa berinteraksi dengan hampir semua teknologi web yang sudah ada (Nugroho 2008).

2.12 Konsep Tree

Tahun 1857 Teori Pohon mulai dikenal dan merupakan salah satu teori yang

cukup tua, dimana ketika itu untuk menghitung jumlah senyawa kimia ,

matematikawan Inggris Arthur Cayley menggunakan Teori Pohon. Teori Pohon ini

sebenarnya adalah suatu mekanisme penyelesaian suatu masalah dengan

menganalogikan permasalahan tersebut kedalam struktur pohon untuk memudahkan

pencarian solusi masalah tersebut (Akbar 2006). Teori Pohon ini dapat dikatakan

merupakan salah satu penerapan konsep graf yang dimana Pohon dalam kata Teori Pohon dapat didefinisikan sebagai I tak berarah terhubung yang tidak mengandung

sirkuit.

Kajian struktur data merupakan kajian yang sangat penting dalam bidang

informatika. Jaman sekarang ini yang teknologinya semakin berkembang, dibutuhkan

struktur data yang efisien yang dapat meningkatkan kinerja program. Teori Pohon ini

merupakan teori yang sangat berguna dalam struktur data dimana aplikasi-aplikasi dari

Teori Pohon ini dapat dijadikan struktur penyimpanan data yang sangat baik dalam

kasus tertentu, dalam ilmu komputer, Metode Tree atau Struktur Tree adalah sebuah

struktur data yang secara bentuk menyerupai sebuah pohon, yang terdiri dari

(36)

2.13 MySQL

MySQL adalah sistem manajemen database SQL (Structure Query Language) yang bersifat open source dan paling populer saat ini. Sistem Database MySQL mendukung beberapa fitur seperti multithreaded, multi-user, dan SQL database managemen sistem (DBMS). Database ini dibuat untuk keperluan sistem database

yang cepat, handal dan mudah digunakan (ed. Saputro 2012).

2.13.1 Kelebihan MySQL

Database MySQL memiliki beberapa kelebihan dibanding database lain, diantaranya.

1. MySQL merupakan Database Management System (DBMS).

2. MySQL sebagai Relation Database Management System (RDBMS) atau

disebut dengan Database Relational.

3. MySQL merupakan sebuah database server yang free, artinya bebas menggunakan database ini untuk keperluan pribadi atau usaha tanpa harus membeli atau membayar isensinya.

4. MySQL merupakan sebuah database client.

5. MySQL mampu menerima query yang bertumpuk dalam satu permintaan atau

multithreading.

6. MySQL merupakan database yang mampu menyimpan data berkapasitas sangat besar hingga berukuran GigaByte sekalipun.

7. MySQL diidukung oleh Driver ODBC, artinya database MySQL dapat diakses menggunakan aplikasi apa saja termasuk berupa visual seperti Visual Basic dan

(37)

hanya digunakan oleh satu pihak orang akan tetapi dapat digunakan oleh

banyak pengguna.

10. MySQL mendukung field yang dijadikan sebagai kunci primer dan kunci uniq

(Unique).

(38)

Gambar

Gambar 2.1 Fishbone Diagram
Gambar 2.2 Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Titik
Gambar 2.3 Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Garis.
Gambar 2.4 Arsitektur Sistem Informasi Geografis Berbasis Web

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian adalah membangun sebuah Sistem Informasi Geografis pemetaan daerah penyebaran hama wereng pada tanaman padi berbasis Android dengan Google

Berdasarkan uji produk Functionality , Reability, Usability dan Efficiency dengan nilai skor &gt; 3.0 maka Sistem informasi geografis lokasi atau pemetaan mesin ATM

Hasil implementasi antarmuka yang sangat signifikan dalam pembangunan perangkat lunak sistem informasi geografis ini adalah antarmuka yang menampilkan data geografis

Hasil dari semua tahapan penelitian didapatkan tampilan Sistem Informasi Geografis Pemetaan Penyebaran Penyakit Menggunakan Google Map API Berbasis Web Menggunakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat rancang bangun sistem informasi geografis pemetaan lokasi dan spesifikasi hotel di Kota Palopo berbasis website

Penelitian Pramartha dan Budi Santosa memiliki persamaan dengan penelitian Sistem Informasi Geografis Pemetaan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Berbasis Web yaitu sistem

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada sistem informasi geografis untuk pemetaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Pasaman Barat pada bab sebelumnya maka dapat

Sistem Informasi Geografis SIG pemetaan toko oleh-oleh memiliki tujuan untuk memberikan informasi kepada wisatawan lokal maupun wisatawan non-lokal mengenai lokasi dari setiap toko yang