TUGAS AKHIR
Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Teknologi Informasi
I GEDE UDAYANA PUTRA NIM: 1204505033
JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan
tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan pada daftar pustaka.
Denpasar, 30 Juni 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Rancang Bangun
Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya Menggunakan Google Maps dengan Metode Tree Berbasis Web”. Penulis mendapatkan banyak bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Udayana.
2. Dr. Eng. I Putu Agung Bayupati, ST., MT, selaku Ketua Jurusan Teknologi
Informasi Universitas Udayana
3. I Nyoman Piarsa, ST., MT, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.
4. A.A. Kompiang Oka Sudana, S.Kom,M.T., selaku dosen pembimbing II
yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan selama
penyusunan tugas akhir ini
5. I Nyoman Piarsa, ST., MT, selaku dosen pembimbing akademik, yang telah
memberikan bimbingan selama menempuh bimbingan di Jurusan
Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Udayana.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan
motivasi dalam pembuatan tugas akhir ini.
7. Teman-teman seperjuangan dan segenap civitas di Jurusan Teknologi
Informasi Universitas Udayana yang telah memberikan sumbangan ide,
pemikiran dan dukungan dalam penyusunan tugas akhir ini.
Denpasar, 30 Juni 2016
ABSTRAK
Pura Kawitan merupakan salah satu kategori tempat suci yang dipercaya dalam ajaran Agama Hindu di Bali. Pura Kawitan merupakan tempat suci dimana masyarakat Hindu Bali menyembah leluhur berdasarkan garis keturunannya. Pura Kawitan pada hakekatnya dikategorikan menjadi lima yaitu, Pura Pedharman, Pura Kawitan, Pura Panti, Merajan/Sanggah Gede dan Merajan/Sanggah biasa. Bali pada umumnya terdiri lebih dari satu Pura Kawitan dan memiliki hubungan berdasarkan tingkatan satu dengan yang lain berdasarkan keturunannya. Implementasi Metode Tree dalam Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya merupakan gagasan yang berguna untuk menghubungkan setiap tingkatan Pura Kawitan yang terkait yang ada di Bali agar dapat memberikan informasi keterkaitan yang benar dan jelas. Keterkaitan ditampilkan dalam bentuk
polyline dengan kedalaman tertentu dalam bentuk tingkatan. Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya bertujuan untuk memberikan informasi seputar Pura Kawitan yang khususnya bagi masyarakat yang kini mulai lupa akan pentingnya menghormati leluhur, baik itu lupa akan lokasi ataupun nama Pura Kawitannya. Hasil dari perancangan dan pembuatan sistem ini adalah sebuah aplikasi berbasis web yang mampu membantu masyarakat dalam memberikan informasi Pura Kawitan, keterkaitan, penyebaran dan rute perjalanan menuju lokasi Pura Kawitan yang diinginkan.
ABSTRACT
Kawitan Temple is one category of shrine trust places in tenet of Hinduism in Bali. Kawitan Temple is a holy place where Balinese Hindu community worship the ancestor based on their lineage ancestor. In the tenet of Hinduism, the worship of ancestors is a thing that should not be forgotten. Therefore, Kawitan Temple is specific or special as a place of worship of Hindus who have blood ties in accordance with the lineage. Kawitan Temple can be categorized into five, namely, Pedharman Temple, Kawitan Temple, Panti Temple, Merajan / Sanggah Gede and Merajan / usual Sanggah. Generally in Bali, there is more than one Kawitan Temple and those have a relationship regarding to the level with one another based on their offspring. The Implementation of Tree Method in Geographic Information System of Mother Temple Mapping and its Linkages is a useful idea in order to connect all levels of Kawitan Temple with its linkage in Bali and in order to provide correct and clear linkages information. The meaning of linkage in this context is a relationship that is created among the data with other data. The method applied as the connecting link is a Tree method which is a basic modeling concept that can maximize the linkage process.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iiii
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... iv
BERITA ACARA TUGAS AKHIR ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
1.6 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 State of the art ... 6
2.2 Fishbone ... 8
2.3 Pengertian Pura ... 9
2.3.1 Pura Berdasarkan Fungsinya ... 9
2.3.2 Pura Berdasarkan Pemuja ... 10
2.4 Pura Kawitan ... 11
2.5 Konsep Dasar Sistem Informasi ... 12
2.6 Sistem Informasi Geografis... 12
2.7 Data Spasial ... 14
2.7.1 Informasi Lokasi ... 14
2.9 Google Maps ... 16
2.9.1 API (Application Programming Interfacing) ... 17
2.3.1 Google Maps Application Programming Interfacing (API) ... 17
2.10 HTML (Hypertext Markup Language) ... 20
2.11 PHP ... 210
2.12 Konsep Tree ... 20
2.13 MySQL ... 21
2.13.1 Kelebihan MySQL ... 21
BAB III METODE DAN PERANCANGAN SISTEM ... 23
3.1 Tempat & Waktu Penelitian ... 23
3.2 Alur Penelitian ... 23
3.3 Data ... 25
3.4 Sumber Data ... 25
3.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 25
3.5 Bahasa Pemograman ... 25
3.6 Pemodelan Sistem ... 25
3.6.1 Statement of Purpose ... 26
3.6.2 Daftar Kejadian ... 26
3.6.3 Gambaran Umum Sistem ... 27
3.7 Perangkat Pemodelan Sistem ... 28
3.7.1 Diagram Konteks ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1 Pengujian Sistem ... 52
4.1.2 Kebutuhan Perangkat Keras Pengujian Sistem ... 542
4.1.3 Tahap Pengujian ... 543
4.1.4 Tampilan Awal ... 54
4.1.5 Tampilan Data Master ... 59
4.1.6 Manajemen Data ... 60
4.1.7 Manajemen Keterkaitan Pura Kawitan ... 84
4.1.6 Manajemen Peta ... 88
4.2 Skenario Pengujian Sistem ... 88
4.2.1 Pengujian Fitur Keterkaitan ... 88
4.2.2 Pengujian Fitur Direction ... 91
4.3 Analisa Hasil ... 93
4.3.1 Analisa Kebutuhan Sistem ... 93
4.3.2 Analisa Kebutuhan Informasi ... 94
4.3.3 Analisa Kelebihan dan Kekurangan Sistem ... 94
4.3.4 Analisa Kesesuaian Proses Aplikasi ... 945
4.4 Perhitungan Dan Penyajian Data ... 935
4.4.1 Hasil Penilaian Kuesioner ... 936
BAB V PENUTUP ... 97
5.1 Simpulan ... 97
5.2 Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 959
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fishbone Diagram ... 8
Gambar 2.2 Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Titik ... 15
Gambar 2.3 Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Garis ... 15
Gambar 2.4 Arsitektur Sistem Informasi Geografis Berbasis Web... 16
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ... 24
Gambar 3.2 Gambaran Umum Sistem ... 27
Gambar 3.3 Diagram Konteks... 28
Gambar 3.4 Hierarchy Chart ... 29
Gambar 3.5 DFD Level 0 ... 31
Gambar 3.6 DFD Level 1 ManajemenAdmin ... 32
Gambar 3.7 DFD Level 1 Manajemen Data ... 33
Gambar 3.8 DFD Level 2 Penghapusan Data User ... 34
Gambar 3.9 DFD Level 2 Manajemen Pura ... 35
Gambar 3.10 DFD Level 2 Manajemen Wilayah ... 36
Gambar 3.11 DFD Level 2 Manajemen Leluhur ... 37
Gambar 3.12 DFD Level 2 Validasi Data ... 38
Gambar 3.13 DFD Level 2 Penghapusan Data Pengurus ... 39
Gambar 3.14 DFD Level 1 View Data ... 40
Gambar 3.15 ERD ... 41
Gambar 3.16 Normalisasi Tahap Pertama ... 42
Gambar 3.17 Normalisasi Tahap Kedua ... 43
Gambar 3.18 Normalisasi Tahap Ketiga ... 44
Gambar 3.19 Rancangan Tabel Keterkaitan Metode Tree ... 49
Gambar 4.1 Halaman Depan Website ... 54
Gambar 4.2 Halaman Depan Website Kondisi Marker Terlihat ... 55
Gambar 4.3 Halaman Depan Website Informasi Marker ... 55
Gambar 4.4 Halaman Depan Website Fitur Keterkatian ... 56
Gambar 4.5 Halaman Depan Website Fitur Direction ... 57
Gambar 4.6 Halaman Depan Website Fitur Penyebaran ... 57
Gambar 4.7 Halaman Depan Website Tampilan Gambar ... 58
Gambar 4.9 Tampilan Form Login ... 59
Gambar 4.10 Tampilan Data Map Halaman Admin ... 60
Gambar 4.11 Tampilan Data Master Pura Kawitan ... 61
Gambar 4.12 Tampilan Tambah Data Pura Kawitan ... 62
Gambar 4.13 Validasi Tambah Data Pura... 62
Gambar 4.14 Ubah Data Lokasi Pura Kawitan ... 63
Gambar 4.15 Ubah Data Koordinat Pura Kawitan ... 63
Gambar 4.16 Ubah Data Informasi Pura Kawitan ... 64
Gambar 4.17 Menambahkan Gambar ... 65
Gambar 4.18 Tampilan Data Master Leluhur ... 66
Gambar 4.19 Tambah Data Master Leluhur ... 66
Gambar 4.20 Validasi Data Leluhur ... 67
Gambar 4.21 Mengubah Data Leluhur... 67
Gambar 4.22 Tampilan Data Master Kabupaten... 68
Gambar 4.23 Tambah Data Master Kabupaten ... 69
Gambar 4.24 Validasi Data Kabupaten ... 69
Gambar 4.25 Pengubahan Data Kabupaten ... 70
Gambar 4.26 Tampilan Data Master Kecamatan ... 71
Gambar 4.27 Tambah Data Master Kecamatan ... 71
Gambar 4.28 Validasi Data Kecamatan ... 72
Gambar 4.29 Pengubahan Data Kecamatan ... 72
Gambar 4.30 Tampilan Data Master Desa ... 73
Gambar 4.31 Tambah Data Master Desa ... 74
Gambar 4.32 Validasi Data Desa ... 75
Gambar 4.33 Pengubahan Data Desa ... 75
Gambar 4.34 Tampilan Data Pura Kawitan Rekomendasi ... 76
Gambar 4.35 Tampilan Data Lengkap Pura Kawitan Rekomendasi ... 76
Gambar 4.36 Tampilan Lokasi Map Pura Rekomendasi ... 77
Gambar 4.37 Tampilan Data Leluhur Rekomendasi... 78
Gambar 4.38 Tampilan Data Lengkap Leluhur Rekomendasi... 78
Gambar 4.39 Tampilan Data Pengurus Rekomendasi ... 79
Gambar 4.40 Tampilan Data Lengkap Pengurus Rekomendasi ... 80
Gambar 4.41 Tampilan Lokasi Map Pura Pengurus ... 81
Gambar 4.43 Tampilan Data User Terdaftar... 82
Gambar 4.44 Tampilan Lengkap Data User Terdaftar ... 83
Gambar 4.45 Tampilan Lokasi Tempat Tinggal Data User Terdaftar ... 83
Gambar 4.46 Tampilan Pengisian Data Keterkaitan ... 84
Gambar 4.47 Tampilan Pilihan Tingkat Keterkaitan ... 85
Gambar 4.48 Tampilan Keterkaitan Tingkat Kedalaman 1 ... 86
Gambar 4.49 Tampilan Keterkaitan Tingkat Kedalaman 2 ... 86
Gambar 4.50 Tampilan Keterkaitan Tingkat Kedalaman 3 ... 87
Gambar 4.51 Tampilan Keterkaitan Tingkat Kedalaman 4 ... 87
Gambar 4.52 Pengujian Skenario Fitur Keterkaitan ... 88
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Kategori Pura ... 44
Tabel 3.2 Tabel Leluhur ... 45
Tabel 3.3 Tabel Desa... 45
Tabel 3.4 Tabel Kecamatan... 46
Tabel 3.5 Tabel Kabupaten ... 46
Tabel 3.6 Tabel Pengurus ... 47
Tabel 3.7 Tabel User ... 47
Tabel 3.8 Tabel Pura Kawitan ... 48
Tabel 3.9 Contoh Pendataan Keterkaitan Pura Kawitan ... 50
Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras Pengujian Sistem ... 53
Tabel 4.2 Tabel Tingkat Kedalaman Keterkaitan ... 85
Tabel 4.3 Kebutuhan Perangkat Keras Skenario Pengujian Sistem ... 88
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Fitur Keterkaitan Pura Kawitan ... 89
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Fitur Direction Pura Kawitan ... 92
DAFTAR KODE PROGRAM
Kode Program 2.1 Google Maps Javascript API ... 18
Kode Program 2.2 Elemen Kanvas Google Maps ... 18
Kode Program 2.3 Fungsi Untuk menampilkan Google Maps ... 18
Kode Program 2.4 Kode Program Membuat Marker... 19
Kode Program 4.1 Fitur Keterkaitan Pura Kawitan ... 89
Kode Program 4.2 Web Service Keterkaitan Pura Kawitan ... 91
Kode Program 4.3 Fitur Direction Pura Kawitan ... 92
Pembahasan dalam bab ini terdiri dari latar belakang diadakannya perancangan Sistem
Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya menggunakan Google Maps
dengan Metode Tree berbasis Web, rumusan masalah yang terjadi dalam penelitian, batasan masalah yang digunakan sebagai titik pusat penelitian, sistematika penulisan, tujuan serta manfaat
dibahas juga dalam bab ini.
1.1 Latar Belakang
Kitab Suci Hindu mengajarkan selain memuja Tuhan, umat juga hendaknya mengenal dan
memuja roh leluhur. Prabu Dasarata di Ayodhya telah memberikan contoh yang baik dalam hal
ini, sebagaimana disebutkan dalam Kakawin Ramayana antara lain tar malupeng pitra puja yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti tidak lupa memuja roh leluhur (Soebandi 1998).
Umat Hindu di Bali mengenal tempat suci atau pura sebagai tempat melakukan
persembahyangan untuk memuja roh leluhur dengan nama Pura Kawitan. Pura Kawitan adalah
tempat pemujaan roh suci leluhur dari Umat Hindu yang memiliki ikatan wit atau leluhur berdasarkan garis keturunannya, jadi Pura Kawitan bersifat spesifik atau khusus sebagai tempat
pemujaan Umat Hindu yang mempunyai ikatan darah sesuai dengan garis keturunannya. Seluruh
Umat Hindu di Bali rutin melakukan persembahyangan di Pura Kawitan setiap tahunnya baik
untuk memperingati suatu odalan yang berlangsung dalam kawitan .
Kebutuhan informasi pada era globalisasi ini menjadi semakin kompleks dan beragam.
Masyarakat memerlukan akses secara cepat dan mudah untuk memperoleh informasi. Semakin
berkembangnya Teknologi Informasi banyak instansi dan masyarakat maju yang telah
memanfaatkan Teknologi Infomasi untuk memperoleh data atau informasi. Salah satu
perkembangan teknologi yang telah berkembang dengan pesat yaitu Internet termasuk di dalamnya
adalah perkembangan website. Kendala ruang dan waktu dalam menggunakan Internet dapat diminimalisasi, artinya informasi dapat diakses kapanpun dan dimanapun dalam hitungan detik.
Informasi yang dibutuhkan masyarakat pada saat ini salah satunya adalah kebutuhan
informasi geografis. Teknologi Sistem Informasi Geografis atau Georaphic Information System
ruang bumi tertentu (Setiadi, Dharmawan 2015). Adanya perkembangan Internet menyebabkan
Teknologi SIG dapat dibangun dengan berbasis web. Web GIS merupakan bentuk dari website
yang menggambarkan tentang informasi geografis suatu daerah, seperti halnya Pura Kawitan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat membuat munculnya
berbagai sistem yang mampu membantu berbagai kebutuhan manusia khususnya dalam kebutuhan
informasi, yang mana setiap sistem kini telah memiliki metode yang berbeda, salah satunya adalah
Metode Tree atau Teori Pohon. Teori Pohon ini merupakan teori yang sangat berguna dalam
struktur data dimana aplikasi-aplikasi dari Teori Pohon ini dapat dijadikan struktur penyimpanan
data yang sangat baik dalam kasus tertentu (Akbar 2006), seperti halnya keterkaitan Pura Kawitan.
Menindaklanjuti banyaknya kasus mengenai kurangnya informasi mengenai tingkatan
terhadap Pura Kawitan dan masih minimnya media untuk menampilkan informasi tingkatan
tersebut, maka diangkatlah judul Sistem Informasi Geografis untuk memetakan Pura Kawitan dan
tingkatannya dengan memanfaatkan Metode Tree sebagai pemodelan sistem untuk dapat
menstrukturkan keterkaitan setiap Pura Kawitan.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai penjelasan pada latar belakang, rumusan masalah yang dapat di tarik pada
penjelasan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana cara merancang dan membuat Sistem Informasi Geografis Pura Kawitan
menggunakan Google Maps berbasis web.
2. Bagaimana cara mengimplemantasikan Metode Tree untuk menentukan keterkaitan antar
Pura Kawitan.
3. Bagaimana cara membuat Sistem Informasi Geografis yang dapat memberikan informasi
2. Sistem Informasi Geografis yang di cakup adalah mengenai pemetaan Pura Kawitan di
Bali, keterkaitan Pura Kawitan dan penyebaran keturunannya dan juga informasi letak Pura
Kawitan bersangkutan.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam pembuatan Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura
Kawitan dan Keterkaitannya menggunakan Google Maps dengan Metode Tree Berbasis Web
adalah sebagai berikut.
1. Merancang dan membangun Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan
Keterkaitannya Menggunakan Google Maps berbasis Web.
2. Menggunakan Metode Tree untuk membentuk atau membuat keterkaitan antar Pura
Kawitan.
3. Memberikan informasi mengenai lokasi Pura Kawitan dan informasi Pura Kawitan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan didapat dari pembuatan Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura
Kawitan dan Keterkaitannya menggunakan Google Maps dengan Metode Tree Berbasis Web ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan informasi kepada pengguna aplikasi mengenai Pura Kawitan dan
keterkaitannya.
2. Memberikan informasi pengguna aplikasi tentang penyebaran masyarakat berdasarkan
Pura Kawitan.
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang dari penelitian. Rumusan masalah yang ingin
diselesaikan. Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai. Batasan masalah yang ada dalam melakukan
penelitian serta sistematika penulisan laporan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan teori-teori penunjang yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan
Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya Menggunakan Google
Maps dengan Metode TreeBerbasis Web. Bab III : Metode dan Perancangan Sistem
Bab ini berisiskan metodelogi yang digunakan selama melakukan penelitian dan penulisan
laporan penelitian ini, meliputi tempat dan waktu penelitian, alur penelitian, pemodelan sistem,
dan perancangan basis data.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan implementasi perangkat lunak, uji coba dan analisa hasil penelitian
berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan.
Bab V : Penutup
Bab ini berisi kesimpulan yang mengacu pada rumusan masalah dan tujuan dalam
Bab II berisikan penjabaran tentang dasar-dasar teori yang menjadi penunjang
dalam rancangan dan implementasi Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura
Kawitan dan Keterkaitannya Menggunakan Google Maps dengan Metode Tree
Berbasis Web.
2.1 State of the Art
Penelitian tentang Sistem Informasi Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan
Keterkaitannya Menggunakan Google Map dengan Metode Tree Berbasis Web
memiliki keterkaitan dengan sumber yang mendasari dalam pembuatan sistem.
Pembahasan mengenai teori dan metode yang mendasari pembuatan Sistem Informasi
Geografis Pemetaan Pura Kawitan dan Keterkaitannya menggunakan Google Maps
dengan Metode Tree berbasis Web adalah sebagai berikut.
Penelitian tentang Sistem Informasi Geografis Pura menggunakan Google
Maps dengan judul Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Pura di Bali Dengan
Menggunakan Google Maps pada Platform Android penelitian ini membuat sistem
informasi geografis menggunakan Google Maps dengan berbasis Android (Artha,
Nody 2013). Sistem ini mampu memberikan informasi seputar pura yang ada di Bali.
Penelitian lain dengan judul Implementasi Struktur Tree pada Rancang Bangun
Sistem Penelusuran Sejarah Pura Kawitan dan Kahyangan Jagat Berbasis Web
(Sudana, Oka 2011). Penelitian ini membuat sistem informasi pura menggunakan
Struktur Tree yang berbasis web. Tree (pohon) dapat digunakan untuk memodelkan, karena informasi pura dapat memiliki sub-sub berbentuk seperti silsilah dengan tungkat
kedalaman tertentu.
Penelitian yang berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis
Pemetaan Penggunaan Lahan berbasis Cloud Jurusan Teknologi Informasi Fakultas
sehingga data menjadi mudah disimpan dan di akses. Sistem dibuat berbasiskan web
dan dapat di akses menggunakan jaringan Internet, sehingga proses melihat informasi
dan penyimpanan data dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Sistem menggunakan
Google Maps, sehingga tampilan peta lebih menarik dan real dengan keadaan di muka bumi. Pengguna dapat melihat detail informasi dari suatu penggunaan lahan melalui
info window yang muncul jika pengguna menekan polygon pengunaan lahan. Sistem ini mendukung penggambaran pemetaan pengunaan lahan langsung pada peta sehingga
pengguna lebih mudah untuk membuat dan melihat penggunaan lahan. Kekurangan
sistem ini adalah pengguna harus memiliki akses Internet yang baik untuk
menampilkan fitur peta secara keseluruhan. Sistem keamanan dengan integritas tinggi
sangat diperlukan karena sistem informasi ini berisi data yang sangat penting dan dapat
diakses oleh banyak orang.
Penelitian mengenai Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Pemetaan
Tingkat Pertumbuhan Penduduk Berbasis Web (Setiadi, Dharmawan 2015). Penelitian ini mengenai pemetaan tingkat pertumbuhan penduduk dengan memanfaatkan web
sebagai media dan map digital Google Maps sebagai perantara. Sistem dibuat berbasiskan web dan dapat diakses menggunakan jaringan Internet, sehingga proses melihat informasi dan penyimpanan data dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
Pengunjung dapat melihat detail informasi dari suatu daerah dengan menekan daerah
dan muncul informasi dalam bentuk info window mengenai data pertumbuhan penduduk. Kekurangan sistem ini adalah pengguna harus memiliki akses Internet yang
baik untuk menampilkan fitur peta secara keseluruhan.
Penelitian tentang Sistem Informasi Geografis Pemetaan Jalan Desa berbasis
history mengenai penambahan data jalan desa jalan desa.
2.2 Fishbone
Fishbone Diagram sering juga disebut cause and effect. Diagram Fishbone atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian
kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar. Fishbone diagram digunakan ketika ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama
ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague 2005).
Tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat Fishbone Diagram ini dapat
digunakan untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang
user friendly disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam yang berpotensi menyebabkan munculnya
permasalahan (Purba 2008).
prosedur, kebijakan, dan sebagainya, setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang
perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
2.3 Pengertian Pura
Pura merupakan salah satu bangunan penting bagi Umat Hindu Bali yang
dikenal memiliki kehidupan religius yang tinggi. Masyarakat Bali selalu menempatkan
pura di tempat yang utama atau di tempat yang menurut aturan atau pakem yang berlaku sesuai dengan nilai-nilai spiritual Umat Hindu. Bali sebagai pulau yang masyarakatnya
sebagian besar menganut Agama Hindu, memiliki banyak sekali bangunan pura dengan
nilai historis yang tinggi bagi kehidupan spiritual masyarakatnya. Pura berasal dari kata
pur dalam Bahasa Sansekerta yang berarti kota atau benteng, artinya tempat yang dibuat khusus dengan dipagari tembok untuk mengadakan kontak dengan kekuatan
suci (Soebandi 1998). Pura dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis, namun tidak
mempengaruhi bentuk fisik dari pura tersebut. Pengelompokkan adalah sebagai
berikut.
2.3.1 Pura Berdasarkan Fungsinya
Pura berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi dua yaitu Pura Jagat dan Pura
Kawitan.
2.3.1.1 Pura Jagat
Pura yang berfungsi sebagai tempat memuja Sang Hyang Widhi Wasa atau
Tuhan Yang Maha Esa dengan segala manifestasinya atau dengan segala
perwujudannya.
2.3.2 Pura Berdasarkan Pemuja
Pura berdasarkan pemuja dapat dibagi menjadi empat yaitu pemujanya yang
berasal dari keluarga, pemujanya yang berasal dari wilayah yang sama, pemujanya
yang memiliki kepentingan yang sama dan pemujanya mempunyai ikatan keagamaan
secara umum.
2.3.2.1 Keluarga
Pura yang penyungsung-nya atau pemujanya berasal dari satu keluarga atau mempunyai hubungan darah. Kelompok pura ini adalah Sanggah, sebutan untuk
golongan jaba diluar Tri Wangsa, Pemerajan sebutan untuk golongan Tri Wangsa, Dadia dan Kawitan.
2.3.2.2 Wilayah
Pura yang penyungsung-nya atau pemujanya berasal dari satu wilayah atau teritorial yang sama. Kelompok Pura ini Pura Kahyangan Tiga (Pura Desa dan Bale
Agung, Pura Puseh, Pura Dalem). Pura Kahyangan Tiga memiliki tiga macam Pura
yang masing-masing merupakan tempat pemujaan Tri Murthi (perwujudan Sang
Hyang Widhi), yaitu;
1. Pura yang diperuntukkan untuk memuja Dewa Brahma, yaitu perwujudan Ida
Sang Hyang Widhi sebagai pencipta alam semesta. Pura ini letaknya di pusat
desa dan biasa disebut sebagai Pura Desa.
2. Pura yang diperuntukkan untuk memuja Dewa Wisnu, yaitu perwujudan Ida
Sang Hyang Widhi sebagai pemelihara alam semesta. Pura ini disebut Pura
Puseh dan letaknya berdekatan dengan Pura Desa atau satu tempat dengan Pura
2.3.2.3 Fungsional
Pura yang penyungsung atau pemujanya mempunyai kepentingan yang sama atau fungsional. Pura ini biasa disebut sebagai Pura Pengulu. Pura ini diperuntukkan
bagi umat Hindu yang memiliki profesi yang sama, sebagai contoh petani, nelayan, dan
lain-lain.
2.3.2.4 Ikatan Agama
Pura yang penyungsung atau pemujanya mempunyai ikatan keagamaan secara umum untuk seluruh umat yang tidak ada batasannya. Kelompok Pura ini adalah Pura
Sad Kahyangan (Pura Besakih, Pura Lempuyang, Goa Lawah, Pura Luhur Uluwatu,
Pura Bukit Pengelengan, Pura Watukaru), Pura Kahyangan jagat (Pura Batur, Pura
Andakasa, Pura Tanah Lot, Pura Pulaki, dan lain – lain termasuk Pura Sad Kahyangan
di atas) yang tersebar di seluruh Bali. Biasanya Pura Sad Kahyangan dijadikan tempat
untuk mengadakan upacara yang diperuntukan untuk alam, seperti hutan, kebun,
ladang, gunung, laut, danau, dan lain-lain.
2.4 Pura Kawitan
Pura Kawitan adalah tempat pemujaan roh suci leluhur dari Umat Hindu yang
memiliki ikatan wit atau leluhur berdasarkan garis keturunannya (Soebandi 1998) . Pura Kawitan bersifat spesifik atau khusus sebagai tempat pemujaan Umat Hindu yang
mempunyai ikatan darah sesuai dengan garis keturunannya (Paduarsana 2012).
Pura dari segi fungsinya, sebenarnya ada dua yaitu sebagai tempat memuja
Hyang Widhi (Dewa Pratistha) dan sebagai tempat memuja roh suci leluhur (Atma
Pura Kawitan ini bersifat spesifik atau mengkhusus sebagai tempat pemujaan umat
Hindu yang mempunyai ikatan darah sesuai dengan garis keturunannya.
Contoh-contoh pura yang termasuk ke dalam kelompok Pura Kawitan antara lain.
Sanggah/Merajan, Pura Ibu, Dadia, Pedharman dan yang sejenisnya.
Pura Panti dan Pura Dadia sebenarnya berada dalam kelompok pura yang sama
dan juga mempunyai pengertian yang tidak berbeda pula. Pura Panti itu dapat pula
disebut dengan Pura Dadia, sama halnya dengan sebutan Sanggah dapat pula disebut
dengan istilah Merajan.
2.5 Konsep Dasar Sistem Informasi
Sistem dapat didefinisikan menjadi dua kelompok, yaitu penekanan pada
prosedur dan penekanan pada komponen atau elemennya. Pendekatan sistem yang
lebih menekankan pada prosedur sistem adalah sebagai berikut. Sistem adalah suatu
jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu
(Jogiyanto 2005).
2.6 Sistem Informasi Geografis
Pengertian SIG (Sistem Informasi Geografis) adalah salah satu model informasi
yang berhubungan dengan data spasial (keruangan) mengenai daerah-daerah di permukaan bumi. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi khusus
yang memungkinkan untuk mengolah data spasial dan nonspasial menjadi informasi yang berkaitan tentang muka bumi serta digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan,
menyimpan dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi
merupakan karateristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. SIG memiliki
kemampuan dalam menangani data yang berefrensi geografis yaitu masukan data,
manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), analisis dan manipulasi
data, serta keluaran sebagai hasil akhir (Aronoff 1989).
Data dalam SIG terdiri atas dua komponen yaitu data spasial yang berhubungan dengan geometri bentuk keruangan dan data atribut yang memberikan informasi
tentang bentuk keruangannya (Chang 2001). Komponen utama SIG adalah sistem
komputer, data geospatial dan pengguna. Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak dan prosedur untuk penyusunan pemasukan data,
pengolahan, analisis, pemodelan, dan penayangan data geospatial.
Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data
spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan suatu Kota, data distribusi lokasi pengambilan sampel, dan sebagainya.
Data SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu data grafis dan data atribut atau
tabular. Data grafis adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek
di permukaan bumi. Data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data
grafis tersebut.
SIG menyajikan informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri dari
beberapa subsistem (Prahasta 2005) seperti berikut.
1. Masukan Data
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial
dan atribut dari berbagai sumber. Data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog maupun digital tersebut dikonversikan kedalam format yang diminta oleh perangkat
sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbarui, dan diubah.
3. Analisis dan Manipulasi Data
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG.
Kemampuan SIG dalam melakukan analisis gabungan dari data spasial dan data atribut menghasilkan informasi yang berguna. Subsistem ini juga melakukan
manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
4. Hasil keluaran
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian
basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti tabel, grafik, peta dan lain-lain.
2.7. Data Spasial
Sebagian besar data yang ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari
data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (Setiadi, Dharmawan 2015).
1. Informasi Lokasi
Informasi lokasi (spasial) ini berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat goegrafi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum
dan proyeksi.
Informasi Lokasi atau geometri milik suatu objek spasial dapat dimasukkan ke dalam beberapa bentuk seperti berikut.
2.7.1.1 Titik (Dimensi Nol-Point)
Titik adalah representasi grafis atau geometri yang paling sederhana bagi objek
spasial. Representasi ini tidak memiliki dimensi, tetapi dapat diidentifikasikan di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol
tertentu. Unsur-unsur bangunan ditampilkan sebagai polygon pada peta skala besar, sedangkan pada skala kecil ditampilkan sebagai unsur-unsur titik.
Gambar 2.2 Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Titik (Sumber. Google Maps)
Gambar 2.2 menunjukan contoh data spasial dalam bentuk titik. Contoh penggunaanya adalah dalam penandaan suatu tempat misalnya lokasi ATM.
Gambar 2.3 Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Garis. (Sumber. Google Maps)
Gambar 2.3 menunjukan contoh data spasial dalam bentuk garis. Garis yang ditampilkan berupa garis lurus.
2.8 Sistem Informasi Geografis Berbasis Web
Gambar 2.4 menunjukan hubungan interkasi antara client dalam bentuk web browser dengan server berdasarkan skenario dan respon. Web browser mengirimkan permintaan ke web server. Web server merequest map digital melaui map server dan
map server meminta data dari database. Hasil pemrosesan dikembalikan ke web server
dan akhirnya diterima oleh web browser.
2.9 Google Maps
Google Maps adalah layanan mapping online yang disediakan oleh Google. Google Maps mempunyai platform open source yang dapat digunakan dengan bebas namun harus mematuhi syarat yang telah ditetapkan. Google Maps juga memberikan
kebebasan kepada pengembang untuk mengembangkan teknologi pemetaan yang
berbasis Google Maps (Irwansyah 2011). Pengembangan platform Google Maps menggunakan sebuah bahasa pemrograman dengan Maps Javascript API.
2.9.1. API (Application Programming Interface)
API (Application Programming Interface) adalah sekumpulan perintah, fungsi,
komponen, dan protokol yang disediakan oleh sistem operasi ataupun bahasa
pemrograman tertentu yang dapat digunakan oleh Programmer saat membangun
perangkat lunak agar layananan tersebut bisa di integrasikan dengan aplikasi yang kita
buat, terdapat fungsi-fungsi atau perintah-perintah untuk menggantikan bahasa yang
mengintegrasikan Google Maps ke dalam website masing-masing dengan menampilkan data poin milik sendiri. Google Maps dapat ditampilkan pada website eksternal dengan menggunakan Google Maps API. Maps API Javascript harus dimasukan terlebih dahulu sebelumnya agar aplikasi Google Maps dapat muncul di
website tertentu.
2.9.2.1 Menggunakan Google Maps API pada Web
Menampilkan peta menggunakan Google Maps API dengan urutan adalah
sebagai berikut.
1. Memasukkan Maps API Javascript.
2. Membuat element divsebagai lokasi menampilkan peta.
3. Membuat beberapa objek literal untuk menyimpan property-properti pada peta 4. Menuliskan fungsi Javascript, untuk membuat objek peta.
5. Menginisialisasikan peta dalam tag body HTML dengan eventonload. Menampilkan peta Google Maps pada web dan fungsi-fungsi Google Maps dapat dipelajari di halaman https://developers.google.com/maps/. Beberapa fungsi
utama yang sering digunakan adalah menampilkan peta, menampilkan marker, menampilkan info window, membuat polygon, dan membuat circle.
<script src="https://maps.googleapis.com/maps/api/js?v=3.exp">
</script>
Kode Program 2.1 Googel Maps Javascript API
Elemen div yang digunakan sebagai tempat dimana Google Map akan
menampilkan petanya.
var map;
function initialize() {
var mapOptions = {
zoom: 12,
draggableCursor:'default',
center: new google.maps.LatLng(-
8.7248095,115.1985231)
};
map = new
google.maps.Map(document.getElementById('map-canvas'),mapOptions);
}
google.maps.event.addDomListener(window, 'load', initialize);
Kode Program 2.3 Fungsi Untuk Menampilkan Google Maps
Kode Program 2.3 merupakan kode program untuk membuat objek peta Google
Maps pada web dengan id‘map-canvas’. Kode program Javascript ini disisipkan pada tag<head> dalam listing program web yang telah dibuat dan untuk menginisiasi
id‘map-canvas’ disisipkan pada tag<body>.
Pembuatan marker pada suatu lokasi pada peta Google Maps dapat menggunakan Kode Program 2.4 berikut ini.
var map;
center: myLatlng
};
map = new google.maps.Map(document.getElementById('map-
canvas'),mapOptions);
* ======= script untuk add marker ======= */
var marker = new google.maps.Marker({
position: nmyLatlng,
map: map,
title: 'Hello World!'
});
/* ======= script untuk add marker ======= */
}
google.maps.event.addDomListener(window, 'load', initialize);
Kode Program 2.4 Kode Program Membuat Marker
Kode Program 2.4 merupakan fungsi yang disisipkan pada tag<head> dalam
listing program web yang telah dibuat. Posisi marker tampil diposisi koordinat yang sudah ditentukan. Koordinat disini adalah nilai dari variabel myLatlng yaitu
-8.7248095,115.1985231. Marker dapat diberi informasi mengenai
content-content suatu tempat atau lokasi dengan menggunakan Info Window.
2.10 HTML (Hypertext Markup Language)
yang menyajikan HTML yang dinamis dan interaktif dengan cepat dan mudah, yang di
hasilkan server. PHP bisa berinteraksi dengan hampir semua teknologi web yang sudah ada (Nugroho 2008).
2.12 Konsep Tree
Tahun 1857 Teori Pohon mulai dikenal dan merupakan salah satu teori yang
cukup tua, dimana ketika itu untuk menghitung jumlah senyawa kimia ,
matematikawan Inggris Arthur Cayley menggunakan Teori Pohon. Teori Pohon ini
sebenarnya adalah suatu mekanisme penyelesaian suatu masalah dengan
menganalogikan permasalahan tersebut kedalam struktur pohon untuk memudahkan
pencarian solusi masalah tersebut (Akbar 2006). Teori Pohon ini dapat dikatakan
merupakan salah satu penerapan konsep graf yang dimana Pohon dalam kata Teori Pohon dapat didefinisikan sebagai I tak berarah terhubung yang tidak mengandung
sirkuit.
Kajian struktur data merupakan kajian yang sangat penting dalam bidang
informatika. Jaman sekarang ini yang teknologinya semakin berkembang, dibutuhkan
struktur data yang efisien yang dapat meningkatkan kinerja program. Teori Pohon ini
merupakan teori yang sangat berguna dalam struktur data dimana aplikasi-aplikasi dari
Teori Pohon ini dapat dijadikan struktur penyimpanan data yang sangat baik dalam
kasus tertentu, dalam ilmu komputer, Metode Tree atau Struktur Tree adalah sebuah
struktur data yang secara bentuk menyerupai sebuah pohon, yang terdiri dari
2.13 MySQL
MySQL adalah sistem manajemen database SQL (Structure Query Language) yang bersifat open source dan paling populer saat ini. Sistem Database MySQL mendukung beberapa fitur seperti multithreaded, multi-user, dan SQL database managemen sistem (DBMS). Database ini dibuat untuk keperluan sistem database
yang cepat, handal dan mudah digunakan (ed. Saputro 2012).
2.13.1 Kelebihan MySQL
Database MySQL memiliki beberapa kelebihan dibanding database lain, diantaranya.
1. MySQL merupakan Database Management System (DBMS).
2. MySQL sebagai Relation Database Management System (RDBMS) atau
disebut dengan Database Relational.
3. MySQL merupakan sebuah database server yang free, artinya bebas menggunakan database ini untuk keperluan pribadi atau usaha tanpa harus membeli atau membayar isensinya.
4. MySQL merupakan sebuah database client.
5. MySQL mampu menerima query yang bertumpuk dalam satu permintaan atau
multithreading.
6. MySQL merupakan database yang mampu menyimpan data berkapasitas sangat besar hingga berukuran GigaByte sekalipun.
7. MySQL diidukung oleh Driver ODBC, artinya database MySQL dapat diakses menggunakan aplikasi apa saja termasuk berupa visual seperti Visual Basic dan
hanya digunakan oleh satu pihak orang akan tetapi dapat digunakan oleh
banyak pengguna.
10. MySQL mendukung field yang dijadikan sebagai kunci primer dan kunci uniq
(Unique).