Antioksidan merupakan senyawa yang mampu memperlambat atau dapat
mencegah terjadinya kerusakan yang diakibatkan oleh senyawa radikal bebas
yang reaktif (Miryanti et al., 2011). Senyawa antioksidan seperti vitamin C,
vitamin E dan karoten sudah terbukti memiliki potensi mencegah timbulnya
penyakit kanker akibat radikal bebas dengan membentuk senyawa yang stabil
(Prakash et al., 2007).
Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) telah terbukti mengandung
senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan yang besar pada kulitnya dengan
nilai IC50 yang didapatkan adalah 2,49 µg/mL. Aktivitas antioksidan didalamnya
66,7 kali wortel; 8,3 kali jeruk. Pemilihan kulit buah manggis selain mempunyai
aktivitas antioksidan juga untuk memanfaatkan limbah pertanian yang dapat
memberi keuntungan bagi manusia (Dungir et al., 2012).
Tablet efervesen mulai banyak diformulasi karena lebih menarik
dibandingkan tablet konvensional. Tablet efervesen dalam penggunaanya akan
menimbulkan gelembung gas CO2 dari reaksi antara asam basa yang bercampur
dengan air. Banyak keuntungan yang dimiliki tablet efervesen, selain cara
penggunaannya yang menarik, tablet tersebut dapat memberi cita rasa
menyenangkan dari reaksi karbonasi, tablet mudah digunakan setelah dilarutkan,
nyaman, lebih mudah diberikan kepada pasien yang sulit menelan kapsul atau
tablet, serta lebih stabil untuk bahan aktif yang tidak stabil dalam air (Siregar,
2010). Tablet efervesen dibuat dengan menggunakan sumber asam dan sumber
basa. Sumber asam yang digunakan antara lain asam sitrat dan asam tartrat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anam et al (2013), sumber asam yang
hanya menggunakan asam sitrat dalam pembuatan granul sebelum dibuat tablet
efervesen, akan mengakibatkan sulitnya campuran melekat dan menjadi granul,
jika hanya asam tartrat saja yang hanya sebagai sumber asam maka campuran
akan mudah menggumpal. Kombinasi asam dalam formulasi tablet efervesen
dapat memperbaiki kecepatan alir dan porositas.
Asam sitrat biasa digunakan sebagai sumber asam dalam sediaan farmasi
dan pada industri makanan. Asam sitrat lebih dipilih sebagai sumber asam dalam
tablet efervesen selain karena mudah didapatkan, lebih murah, dan mudah dalam
penyimpanan, memberi rasa asam yang enak, serta asam sitrat mememiliki efek
sinergis terhadap aktivitas antioksidan. Asam tartrat selain mudah didapatkan dan
mudah dalam penyimpanan, asam tartrat lebih dipilih karena asam tartrat dapat
meningkatkan kelarutan dalam air (Black, 2007), serta memiliki rasa asam yang
sangat enak (Vaughan, 2006).
Natrium bikarbonat merupakan salah satu jenis komponen basa dalam
formulasi tablet efervesen. Senyawa ini larut sempurna dalam air, tidak
higroskopis, tidak mahal, dan mudah didapat (Siregar, 2010). Menurut hasil
penelitian Murdianto (2012), penggunaan natrium bikarbonat dalam sediaan dapat
mempercepat kelarutan, memberikan rasa tablet yang enak, serta aroma pada
sediaan.
Sediaan tablet efervesen antioksidan ekstrak kulit manggis (Garcinia
mangostana L.) pada penelitian ini menggunakan variasi asam sitrat dan asam
tartrat. Dari kedua kombinasi asam tersebut diharapkan dapat memberikan sifat
fisik tablet yang baik, respon rasa tablet yang dapat diterima serta dapat
meningkatkan aktivitas antioksidan setelah diformulasi menjadi tablet efervesen.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh perbandingan asam sitrat dan asam tartrat terhadap sifat
fisik dan respon rasa pada tablet efervesen?
2. Apakah tablet efervesen ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.).
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian
untuk mengetahui pengaruh kombinasi asam sitrat dan asam tartrat terhadap sifat
fisik dan respon rasa pada tablet efervesen, serta untuk mengetahui aktivitas
antioksidan ekstrak kulit buah manggis dalam tablet efervesen.
D. Tinjauan Pustaka
1. Kulit buah manggis
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang
mempunyai kandungan xanthone yang tinggi dan memiliki aktivitas antioksidan
yang mampu melindungi sel untuk melawan kerusakan akibat radikal bebas. Kulit
buah manggis mengandung senyawa α-, -, dan -mangostin serta garsinon E,
8-deoksigartanin, dan gartanin sehingga dapat berefek sebagai antioksidan
(Weecharangsan et al., 2006), Aktivitas antioksidan diukur dengan menghitung
jumlah pengurangan intensitas warna ungu DPPH yang dibandingkan dengan
pengurangan konsentrasi larutan DPPH. Metode DDPH dipilih selain metodenya
yang sederhana, mudah, cepat dan hanya memerlukan sampel yang sedikit dalam
pengerjaanya (Zuhra et al., 2008). Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH
memerlukan instrumen khusus yaitu spektrofotometer-visible. Prinsip kerja dari
spektrofotometer-visible ini adalah dengan menyerap radiasi tampak atau molekul.
Penyerapan yang terjadi tergantung pada ada tidaknya gugus kromofor pada
senyawa yang akan diuji menggunakan spektrofotometer-visible. Tanpa gugus
tersebut dalam senyawa uji maka senyawa tersebut juga tidak dapat di analisis.
Serta reaksi kompleks warna yang terjadi juga sebagai faktor apakah senyawa
tersebut dapat dianalisis (Gandjar & Rohman, 2007).
2. Tablet efervesen
Tablet efervesen adalah bentuk sediaan tablet yang dibuat dengan
mengempa bahan aktif dengan campuran asam-asam organik seperti asam sitrat
atau asam tartrat dan. Tablet efervesen berbeda dengan tablet konvensional, selain
dalam formula tablet efervesen adalah bagian asam dan bagian basa, dimana
bagian tersebut yang akan menghasilkan dan memberi efek sparkle seperti soda
buih jika bercampur dengan air.
Asam sitrat adalah salah satu sumber asam yang paling sering digunakan.
Asam sitrat berupa hablur bening, tidak berwarna atau serbuk granul sampai
halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, dan memiliki rasa sangat
asam. Asam sitrat sangat mudah melarut dalam air, mudah larut dalam etanol,
agak sukar larut dalam eter (Departemen Kesehatan RI, 2014). Asam sitrat
berperan dalam reaksi karbonasi setelah tablet dimasukan dalam air.
Asam tartrat adalah sumber asam yang juga sering digunakan dalam
pembuatan tablet efervesen. Asam tartrat berupa serbuk hablur, tidak berwarna
atau bening, warna putih tidah berbau, terasa asam dan stabil diudara. Asam tartrat
sebanding dengan asam sitrat tapi lebih higroskopis (Departemen Kesehatan RI,
2014). Berikut adalah reaksi yang terjadi antara asam sitrat dengan natrium
bikarbonat, dan asam tartrat dengan natrium bikarbonat jika bercampur dengan air
H3C6H5O7.H2O + 3NaHCO3 → Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2
asam sitrat + Na-bikarbonat → Na-sitrat + air + C. dioksida
H2C4H4O6 + 2NaHCO3 → Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2
asam tartarat + Na-bikarbonat → Na-tartat + air + C.dioksida .
Penelitian yang dilakukan oleh Burhan et al., (2012) apabila hanya
menggunakan salah satu asam saja akan menimbulkan kerusakan pada sediaan
dan pembentukan buih. Asam sitrat jika digunakan sebagai asam tunggal dapat
membentuk sediaan yang lekat dan sulit menjadi granul serta jika asam tartrat saja
yang digunakan maka akan membuat campuran kehilangan kekuatanya dan akan
menggumpal, maka penggunaan kombinasi dari kedua asam tersebut dapat
memperbaiki sifat fisik tablet dan dapat menurunkan risiko kerusakan pada
pembuatan tablet efervesen. Penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2010) ada 5
formula yang memiliki variasi sumber asam yang berbeda dengan range 7,8%
sampai 25% untuk penggunaan asam sitrat dan 7,7% sampai 25% untuk asam
Sumber basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat yang dapat
menutupi rasa yang tidak enak dari bahan aktif maupun bahan tambahan lain serta
dapat berfungsi sebagai bahan penghancur saat bereaksi dengan air (Ansar et al.,
2006). Natrium bikarbonat dalam formulasi tablet efervesen juga bertindak
sebagai pembentuk reaksi basa, sebagai penetralisir asam sitrat dan asam tartrat,
dapat menghasilkan buih, setra dapat membebaskan karbondioksida serta larut
sempurna dalam air (Burhan et al., 2012). Generali J et al., (2004) menyatakan
bahwa natrium bikarbonat yang dapat digunakan dalam tablet efervesen sekitar
25% sampai 50%, hal ini menyatakan bahwa natrium bikarbonat adalah bahan
yang paling penting, dan paling mendominasi dalam formulasi tablet efervesen
serta variasi dalam formula tablet efervesen memberi pengaruh pada sifat alir
granul efervesen. Prosentase terbaik dari beberapa variasi yang menggunakan
natrium bikarbonat dalam tablet efervesen adalah sebesar 38,20% dari bobot
tablet, yang memberi pengaruh dalam sifat fisik tablet yang baik, dan dalam
konsentrasi tersebut dalam formula ini tidak ada masalah dalam pembuatan tablet
dan pada saat bereaksi dengan air (Srinath et al., 2011). Tablet efervesen juga
menggunakan bahan pengisi agar tablet lebih stabil. Bahan pengisi yang baik
haruslah memiliki kriteria, yaitu tidak bereaksi dengan zat aktif dan eksipien lain,
tidak memiliki aktfitas fisiologis dan farmakologis, mempunyai sifat fisika dan
kimia yang konsisten, tidak menyebabkan perkembangbiakan mikroba, tidak
mempengaruhi disolusi dan bioavailabilitas, tidak berwarna dan tidak berbau
(Sulaiman, 2007). Bahan tambahan lain yang digunakan antara lain bahan pelicin
digunakan asam stearat, PVP sebagai bahan pengikat, manitol sebagai bahan
pemanis dan laktosa sebagai bahan pengisi (Siregar, 2010). Bahan-bahan
tambahan yang digunakan dalam formula, selain untuk memberi bobot pada
tablet, dimaksudkan juga untuk memberi sifat fisik dan rasa yang baik pada tablet
efervesen.
E. Landasan Teori
Penelitian pembuatan tablet efervesen yang dilakukan oleh Anwar (2010)
menunjukkan bahwa jumlah variasi konsentrasi asam sitrat dan asam tartrat
berpengaruh signifikan terhadap sifat alir granul efervesen. Tablet efervesen yang
dan sudut diam yang kecil, memberikan sifat fisik tablet efervesen yang mudah
hancur dalam air dibanding dengan asam tartrat saja. Menurut Penelitian Kristiani
(2013) respon rasa yang paling banyak disukai adalah formula yang menggunakan
perbandingan natrium bikarbonat, asam sitrat, dan asam tartrat 2,5:1:1, dan pada
kombinasi 12,56% asam sitrat, 25,1% asam tartrat, dan 38,20% natrium
bikarbonat adalah formula terbaik yang menghasilkan kelarutan tablet dan
kekerasan tablet efervesen yang baik. Metode yang digunakan untuk membuat
tablet efervesen sangatlah bervariasi, namun penggunaan metode granulasi basah
dalam pembuatan tablet efervesen lebih baik yaitu tablet yang dihasilkan
mempunyai karakteristik tablet yang baik dibandingkan dengan menggunakan
metode kempa langsung, serta metode granulasi basah lebih dipilih dibandingkan
granulasi kering karena pada percobaan yang dilakukan dengan metode granulasi
kering pada saat pembuatan sering terjadi lengket atau penempelan tablet pada
saat dikempa serta tablet yang dihasilkan tidak rata yang mengurangi penampilan
fisik pada tablet (Srinath et al., 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Permana et al., (2012) telah membuktikan
bahwa serbuk kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang dibuat
mengandung senyawa alfa-mangostin yang merupakan kelompok xanthone yang
memiliki aktivitas antioksidan dengan metode uji DPPH
(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) 0,59 mg/g, kemudian pada penelitian Weecharangsan et al., (2006)
membuktikan aktivitas antioksidan pada kulit manggis dengan nilai IC50
34,98±2,24 µg/ml untuk ekstrak air dan IC50 30,76±1,66 µg/ml untuk ekstrak
etanol. Nilai IC50 yang didapatkan membuktikan bahwa aktivitas antioksidan pada
kulit buah manggis sangat kuat karena kurang dari 50 µg/ml.
F. Hipotesis
Tablet efervesen kombinasi asam sitrat dan asam tartrat, semakin tinggi
asam tartrat semakin meningkatkan kerapuhan tablet dan mempercepat waktu
larut tablet. Semakin tinggi asam sitrat, meningkatkan respon rasa yang enak,
lebih diterima oleh responden, serta memiliki aktivitas antioksidan semakin