ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN PAKU BERDASARKAN KETINGGIAN DI BUKIT SIMARSAYANG
PADANGSIDIMPUAN
Oleh:
Fadlila Yuhana Siregar NIM 409220013 Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
berkah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis
Vegetasi Tumbuhan Paku Berdasarkan Ketinggian Di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan”.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini mulai dari
pengajuan proposal, pelaksanaan penelitian sampai penulisan skripsi, antara lain Ibu
Dra. Hj. Cicik Suryani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Toyo
Manurung, M.Si, Ibu Dra. Rosita Tarigan, M.Pd dan Bapak Drs. H. Ashar Hasairin,
M.Si selaku dosen penguji.
Ucapan terimakasih juga kepada Bapak Drs. H. Ashar Hasairin, M.Si dan
Bapak Ir. Syafrudin Parinduri atas keikutsertaan penelitian di lapangan dan
bantuannya saat pengidentifikasian sampel. Tidak lupa juga ucapan terimakasih
kepada Bapak Drs. H. Tri Harsono, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Ketua Jurusan Biologi, Bapak Drs. Lazuardi, M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Biologi dan kepada seluruh dosen yang mengajar di Jurusan Biologi tempat
penulis menuntut ilmu serta seluruh pegawai tata usaha FMIPA.
Terkhusus kepada orangtua dan keluarga atas kasih sayang, dukungan dan
doanya. Dan yang terakhir terimakasih kepada teman-teman seangkatan yang telah
bersama-sama menjalani pendidikan di perguruan tinggi ini.
Medan, 11 Maret 2014
Fadlila Yuhana Siregar
iii
ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN PAKU BERDASARKAN KETINGGIAN DI BUKIT SIMARSAYANG
PADANGSIDIMPUAN
Fadlila Yuhana Siregar (NIM 409220013)
ABSTRAK
Penelitian analisis vegetasi ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, dominansi, pola distribusi, sifat fisika-kimia media tumbuh tumbuhan paku di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2013 sampai bulan Januari 2014. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan tehnik purposive sampling berdasarkan rona lingkungan. Petak contoh yang digunakan berukuran 5 x 5 m, masing-masing terdapat 10 di ketinggian I (385 – 443 m dpl) dan di ketinggian II ( 443 – 500 m dpl).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Bukit Simarsayang ditemukan 42 jenis tumbuhan paku yang tergolong kedalam 13 famili dengan total 2228 individu. Ketinggian I memiliki indeks keanekaragaman 2,706 dan ketinggian II memiliki indeks keanekaragaman 2,470 artinya indeks keanekaragaman masing-masing ketinggian termasuk kategori sedang. Ketinggian I didominasi oleh jenis Christella
dentata sebanyak 175 individu dan ketinggian II didominasi oleh jenis
Dicranopteris linearis sebanyak 271 individu. Terdapat 40 jenis tumbuhan paku
yang memiliki pola distribusi berkelompok dan 2 jenis tumbuhan paku dengan pola distribusi acak ( Lepisorus longifolius dan Vittaria sp).
Di ketinggian I frekuensi relatif terbesar terdapat pada jenis Davallia
denticulata sebesar 8,1967%, kerapatan relatif terbesar pada jenis Christella dentata
sebesar 17,694% dan indeks nilai penting (INP) terbesar pada jenis Christella
dentata sebesar 42,0454%. Di ketinggian II frekuensi relatif terbesar terdapat pada
tiga jenis yaitu Dicranopteris linearis, Selaginella plana dan Davallia denticulata sebesar 8,4746%, kerapatan relatif terbesar pada jenis Dicranopteris linearis sebesar 21,872% dan indeks nilai penting (INP) terbesar pada jenis Dicranopteris linearis sebesar 52,4446%. Bukit Simarsayang Padangsidimpuan memiliki suhu udara rata-rata 27-29 ºC, kelembaban udara 69-74%, suhu tanah 20,1- 21,7 ºC, pH tanah 6,34- 6,35, kelembaban tanah 20,5 - 23,3, intensitas cahaya matahari sebesar 135,9 - 160,4 lux.
iv
VEGETATION ANALYSIS OF FERNS BASED ON HEIGHT IN SIMARSAYANG HILL PADANGSIDIMPUAN
Fadlila Yuhana Siregar (NIM 409220013)
ABSTRACT
Vegetation analysis research aims to determine the diversity, dominance, patterns of distribution, physico-chemical factors of ferns growing medium in the Simarsayang Hill Padangsidimpuan. This research was conducted from December 2013 to January 2014. The method used is descriptive method with purposive sampling technique based on the environmental setting. The method used was purposive sampling using sample plots measuring 5 x 5 m, each height had 10 plots at first ( 385-443 m asl ) and at second height ( 443-500 m asl ) .
The results showed that in the Simarsayang Hill found 42 types of ferns are classified into 13 families with a total of 2228 individuals. First height had a diversity index 2,706 and second height had a diversity index 2,470 that means diversity index of each height have medium species diversity. First height dominated
by Christella dentata as many as 175 individuals and at second height dominated by
Dicranopteris linearis as many as 271 individuals. There are 40 types of ferns that
have clustered distribution patterns and 2 different types of ferns with a random distribution pattern (Lepisorus longifolius and Vittaria sp).
At first height found the largest relative frequency is Davallia denticulata amounted to 8,1967 %, the largest relative density is Christella dentata amounted to 17,694 % and the largest important value index is Christella dentata amounted to 42,0454 %. At the second height found the largest relative frequencies are on the three types Dicranopteris linearis, Selaginella plana and Davallia denticulata amounted to 8,4746 %, the largest relative density is Dicranopteris linearis amounted to 21,872 % and the largest important value index is Dicranopteris
linearis amounted to 52,4446 %. Simarsayang Hill Padangsidimpuan has an average
air temperature of 27-29 ºC , 69-74 % humidity , soil temperature 20,1- 21,7 ºC, soil pH 6,34 – 6,35 , soil moisture 20,5 -23,3%, the light intensity 135,9 -160,4 lux .
vi
2.1 Gambaran Kota Padangsidimpuan dan Bukit Simarsayang 6
2.2 Habitat Tumbuhan Paku 7
3.3 Tehnik Pengumpulan Sampel 26
3.4 Alat dan Bahan 27
3.5 Tehnik Pengumpulan Data 28
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Bukit 32 Simarsayang Padangsidimpuan
Tabel 4.2. Jumlah Famili, Jenis dan Individu Tumbuhan Paku 34 di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan
Tabel 4.3. Indeks Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Ketinggian I) 35
Tabel 4.4. Indeks KeanekaragamanTumbuhan Paku (Ketinggian II) 36
Tabel 4.5. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif (Ketinggian I) 37
Tabel 4.6. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif (Ketinggian II) 38
Tabel 4.7. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif (Ketinggian I) 39
Tabel 4.8. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif (Ketinggian II) 40
Tabel 4.9. Nilai Penting Tumbuhan Paku (Ketinggian I) 41
Tabel 4.10. Nilai Penting Tumbuhan Paku (Ketinggian II) 42
Tabel 4.11. Nilai Dominansi dan Dominansi Relatif (Ketinggian I) 43
Tabel 4.12. Nilai Dominansi dan Dominansi Relatif (Ketinggian II) 44
Tabel 4.13. Indeks Dispersi Tumbuhan Paku 45
Tabel 4.14. Nilai Rata-rata Faktor Fisika-Kimia di Bukit Simarsayang 46
vii
Gambar 2.5. Equisetum ramosissimum 14
Gambar 2.6. Botrychium lunarioides 16
Gambar 2.7. Pteris ensiformis 17
Gambar 2.8. Sporangium berisi spora 21
Gambar 2.9. Sorus yang dilapisi indusium 21
Gambar 2.10. Struktur tumbuhan paku 22
Gambar 2.11. Metagenesis tumbuhan paku 24
Gambar 2.12. Jalur pengamatan 27
Gambar 13. Bukit Simarsayang Padangsidimpuan 73
Gambar 14. Pemandangan dari atas Bukit Simarsayang 73
Gambar 15. (no 3) Pengarahan dari dosen 74
Gambar 16. Mengukur suhu dan kelembaban udara 74
Gambar 17. Mengukur pH dan kelembaban tanah dengan soil tester 75
Gambar 18. Mengukur intensitas cahaya matahari dengan lux meter 75
Gambar 19. Mengukur ketinggian tempat dengan GPS 76
Gambar 20. Menghitung jumlah tumbuhan paku dengan alat counter 76
Gambar 21. Sampel tumbuhan paku didalam kantung plastik klip 77
Gambar 22. Identifikasi sampel tumbuhan paku di laboratorium Biologi Unimed 77
Gambar 23. Vittaria sp. 78
Gambar 24. Selaginella willdenowii 78
Gambar 25. Selaginella plana 78
Gambar 26. Dicranopteris linearis 78
Gambar 27. (a) Pteris ensiformis, (b) sori Pteris ensiformis 78
Gambar 28. (a) Pteridium caudatum, (b) lower surface, (c) coil 79
viii
Gambar 30. Drymoglossum piloselloides 79
Gambar 31. Adiantum latifolium 79
Gambar 32. Adiantum stenochlamys 79
Gambar 33. Amphineuron immersum 80
Gambar 34. Christella papilio 80
Gambar 36. (a) Taenitis blechnoides, (b) sori Taenitis blechnoides 80
Gambar 37. (a) Taenitis interrupta, (b) sori Taenitis interrupta 81
Gambar 38. (a)Goniophlebium verrucosum,(b) sori Goniophlebium verrucosum 81
Gambar 39. Nephrolepis biserrata 81
Gambar 40. Nephrolepis multiflora 81
Gambar 41. Lygodium circinnatum 82
Gambar 42. Lygodium salicifolium 82
Gambar 43. Asplenium nidus 82
Gambar 44. Asplenium phyllitidis 82
Gambar 45. Asplenium sp. 82
Gambar 46. Pleocnemia olivacea 82
Gambar 47. Davallia denticulata 83
Gambar 48. Nephrolepis sp. 83
Gambar 49. (a) Drynaria quercifolia, (b) sori Drynaria quercifolia 83
Gambar 50. Arcypteris irregularis 83
Gambar 51. Davallia sp. 83
Gambar 52. (a) Phymatosorus scolopendria,(b) sori Phymatosorus scolopendria 84
Gambar 53. (a) Lepisorus longifolius, (b) sori Lepisorus longifolius 84
Gambar 54. (a) Goniophlebium subauriculatum,(b) sori G. subauriculatum 84
Gambar 55. Blechnum orientale 85
Gambar 56. Athyrium esculentum 85
Gambar 57. Microlepia speluncae 85
Gambar 58. Davallia divaricata 85
Gambar 59. Lygodium flexuosum 85
Gambar 60. Lindsaea ensifolia 85
ix
Gambar 62. Asplenium platyneuron 86
Gambar 63. Diplazium sp. 86
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data sifat fisika-kimia media tumbuh 65 tumbuhan paku di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan
Lampiran 2. Tabel data jumlah individu tiap plot di Bukit Simarsayang 66 Padangsidimpuan
Lampiran 3. Perhitungan Data Vegetasi Tumbuhan Paku 68 Di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan
Lampiran 4. Perhitungan Untuk Pola Distribusi 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan
yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku
dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya telah jelas mempunyai kormus
dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang dan daun (Arini &
Kinho, 2012). Tumbuhan paku merupakan kelompok organisme foto autotrof karena
tumbuhan tersebut mempunyai klorofil sehingga mampu melakukan aktivitas
fotosintesis.
Tumbuhan paku adalah tumbuhan darat tertua yang ada sejak zaman Devon
dan Karbon. Artinya telah hidup sejak 300-350 juta tahun yang lalu . Tumbuhan ini
pernah merajai bumi terutama periode karbon sehingga zaman itu disebut zaman
paku. Fosil paku merupakan sumber batu bara di bumi. Tumbuhan paku terdapat di
mana-mana (kosmopolitan). Umumnya tumbuh berupa rerumputan dan menyukai
tempat yang basah atau lembab. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan lapisan
bawah di hutan-hutan tropis dan subtropis, mulai dari dataran rendah sampai ke
lereng-lereng gunung, bahkan ada yang hidup di air. Sebagian besar hidup didarat,
pada tanah, atau sebagai epifit (menempel pada tumbuhan lain) (Anonim, 2013a).
Tumbuhan paku diperkirakan tidak kurang dari 10.000 jenis di dunia.
Indonesia memiliki sekitar 1.500 jenis tumbuhan paku. Dari jumlah tersebut
diperkirakan 1.300 jenis tumbuh di kawasan Malesiana yang sebagian besar wilayah
kepulauan Indonesia. Selain itu keberadaan tumbuhan paku memegang peranan
penting dalam komunitas dan struktur hutan hujan tropika. Umumnya di daerah
pegunungan, jumlah jenis paku lebih banyak dari pada di dataran rendah. Ini
disebabkan oleh kelembaban yang lebih tinggi,banyaknya aliran air dan adanya
kabut. Banyaknya curah hujan juga mempengaruhi jumlah paku yang dapat tumbuh
(Sastrapradja dkk dalam Darma dan Peneng, 2007). Penyebaran tumbuhan paku
sangat luas, mulai dari ketinggian 0 sampai 3200 m dpl, ini berarti tumbuhan paku
2
Kehadiran tumbuhan paku turut memberikan manfaat dalam memelihara
ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah, pengamanan tanah terhadap
erosi, serta membantu proses pelapukan serasah hutan (Arini dan Kinho, 2012).
Keberadaan tumbuhan paku memegang peranan penting dalam komunitas dan
struktur hutan hujan tropika dan dalam perdauran hara ekosistem hutan. Di samping
itu banyak jenis epifit yang memiliki potensi sebagai tanaman hias namun belum
umum dibudidayakan. Epifit juga memegang peranan yang penting dalam ekosistem
hutan hujan sebagai habitat bagi beberapa hewan. Tumbuhan paku dari suku
Gleichenioceae pada umumnya merupakan tumbuhan perintis di daerah terbuka
(Sastraprdaja dkk dalam Romaidi dan Minarno, 2012).
Tumbuhan paku banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias misalnya
Platycerium, Asplenium, Adiantum, Selaginella dan Gleichenia (paku resam)
beberapa jenis paku dapat di jadikan bahan obat-obatan seperti Lycopodium
clavatum dan Aspidium filix. Azolla pinnta yang bersimbiosis dengan Anabaena
azollae dapat di jadikan pupuk hijau karena dapat mengikat nitrogen bebas dari
udara. Bagi orang yang suka Marsilea crenata (daun semanggi) dapat dijadikan
sayuran (Anonim, 2013b). Pemanfaatan semanggi air tidak hanya sebagai bahan
pangan saja, daun dan batang semanggi juga dapat digunakan sebagai peluruh air
seni (Afriastini dalam Nurjanah dkk, 2012).
Menurut Gultom (2012), tumbuhan paku pohon (Cyatheacontaminans Wall.
ex Hook) yang umumnya dimanfaatkan dan dipasarkan sebagai media tanaman
anggrek oleh masyarakat desa di Kecamatan Pancur Batu dan Kecamatan Sibolangit
adalah berupa batangan, potongan kecil, pot bunga, dan serabut. Total nilai ekonomi
tumbuhan paku pohon di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Pancur Batu sebesar Rp
442.080.000,00/tahun dan Desa Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit sebesar Rp
612.960.000,00/tahun. Sedangkan hasil analisis data yang diperoleh Hidayat dkk
(2011) tepung Azolla (Azolla pinnata) memiliki potensi yang baik untuk dijadikan
sebagai bahan pakan tambahan sumber protein untuk ternak ayam. Azolla memiliki
kemampuan produksi yang baik, Azolla juga kaya dengan protein serta asam amino
3
dalam ransum ayam broiler, dan sampai tingkat 15% tidak menurunkan palatabilitas
ransum.
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah
yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon
dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan
merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting (Anonim, 2013b).
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumber daya alam
berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya
oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai
fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber
air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia
air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini
dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman (Anonim, 2013b).
Bukit Simarsayang Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera Utara merupakan
salah satu hutan tropika di Indonesia. Keindahan alam bukit ini menjadikannya
sebagai tempat objek wisata. Dengan ketinggian ± 500 m dpl pemandangan kota
Padangsidimpuan dapat dilihat dari atas bukit ini. Data awal mengenai keberadaan
tumbuhan paku berdasarkan ketinggian di Bukit Simarsayang belum pernah
dilaporkan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
analisis vegetasi tumbuhan paku berdasarkan ketinggian di Bukit Simarsayang
4
1.2. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah keanekaragaman dan pola
distribusi tumbuhan paku yang menyusun vegetasi di Bukit Simarsayang
Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keanekaragaman tumbuhan paku (meliputi Frekuensi, Kerapatan dan
Indeks Nilai Penting) pada ketinggian 385-443 m dpl dan 443-500 m dpl di Bukit
Simarsayang Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
2. Bagaimana dominansi tumbuhan paku di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan
Provinsi Sumatera Utara.
3. Bagaimana pola distribusi tumbuhan paku di Bukit Simarsayang
Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
4. Bagaimana sifat fisika-kimia lingkungan media tumbuh tumbuhan paku di Bukit
Simarsayang Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui keanekaragaman tumbuhan paku (meliputi Frekuensi, Kerapatan
dan Indeks Nilai Penting) pada ketinggian 385-443 m dpl dan 443-500 m dpl di
Bukit Simarsayang Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
2. Mengetahui tumbuhan paku yang mendominasi di Bukit Simarsayang
Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
3. Mengetahui pola distribusi tumbuhan paku di Bukit Simarsayang
Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
4. Mengetahui sifat fisika-kimia lingkungan media tumbuh tumbuhan paku di Bukit
5
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Memberikan informasi keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku yang
menyusun vegetasi di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan Provinsi Sumatera
Utara.
2. Memberikan gambaran data tumbuhan paku untuk penelitian selanjutnya, serta
memberikan masukan bagi masyarakat, pemerintah dan instansi atau lembaga
terkait pengelolaan dan pengembangan tumbuhan paku di Bukit Simarsayang
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Ditemukan 42 jenis tumbuhan paku di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan,
masing-masing di ketinggian I & II terdapat 28 jenis tumbuhan paku. Indeks
keanekaragaman tumbuhan paku di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan di ketinggian I dan II adalah sebesar H’=1-3 artinya indeks keanekaragaman tumbuhan paku di kedua ketinggian termasuk kategori sedang. Di
ketinggian I frekuensi relatif terbesar terdapat pada jenis Davallia
denticulata sebesar 8,1967%, kerapatan relatif terbesar pada jenis Christella
dentata sebesar 17,694% dan indeks nilai penting (INP) terbesar pada jenis
Christella dentata sebesar 42,0454%. Di ketinggian II frekuensi relatif
terbesar terdapat pada tiga jenis yaitu Dicranopteris linearis, Selaginella
plana dan Davallia denticulata sebesar 8,4746%, kerapatan relatif terbesar
pada jenis Dicranopteris linearis sebesar 21,872% dan indeks nilai penting
(INP) terbesar pada jenis Dicranopteris linearis sebesar 52,4446%
2. Pada ketinggian I (385 - 443 m dpl) didominasi oleh jenis Christella dentata
sebanyak 175 individu. Pada ketinggian II (443 - 500 m dpl) didominasi oleh
jenis Dicranopteris linearis sebanyak 271 individu.
3. Kebanyakan jenis tumbuhan paku yang didapat memiliki pola distribusi
secara berkelompok yaitu sebanyak 40 jenis selebihnya terdapat 2 jenis yang
memiliki pola distribusi acak yaitu Lepisorus longifolius dan Vittaria sp.
4. Faktor- faktor ekologi yang mendukung tumbuhnya tumbuhan paku di Bukit
Simarsayang Padangsidimpuan antara lain ketinggian bukit ± 385-500 m
dpl, suhu udara rata-rata 27-29 ºC, kelembaban udara 69-74%, suhu tanah
20,1- 21,7 ºC, pH tanah 6,34- 6,35, kelembaban tanah 20,5 - 23,2 % dan
60
5.2. Saran
Tumbuhan paku memiliki potensi pemanfaatan yang cukup baik untuk
dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan obat, bahan makanan dan tanaman hias
sehingga perlu dilakukan kegiatan eksplorasi pada bagian lain dari Bukit
Simarsayang yang tidak dijadikan plot pengambilan sampel, seperti daerah jurang
yang terjal untuk melengkapi data keanekaragaman jenis tumbuhan khususnya
61
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2009), Kota Padangsidimpuan, Diakses dari: http://padangsidimpuanblog.wordpress.com/2009/08/15/sekilas-pasid/. Tanggal 4 Desember 2013.
Anonim, (2013a), Paku/ Pteridophyta, Diakses dari: http://muntul.files.wordpress.com/ . Tanggal 8 September 2013.
Anonim, (2013b), Hutan, Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan. Tanggal 4 Desember 2013.
Anonim, (2013c), Kota Padangsidimpuan, Diakses dari: http://www.penataanruang- sumut.net/sites/defaults/files/Microsoft%20Word%20%20KOTA%PADAN
G%SIDIMPUAN.pdf. Tanggal 4 Desember 2013.
Anonim, (2013d), Tor Simarsayang, Diakses dari http://www.khoiruddinsiregar.com/. Menatap-kota-padangsidimpuan-dari-tor-simarsayang.html. Tanggal 4 Desember 2013.
Anonim, (2013e), Kota Padangsidimpuan, Diakses dari: http://www.bkpmdsumut.go.id/ Index.php/kota-padang-sidimpuan. Tanggal 4 Desember 2013.
Anonim, (2013f), Psilotum nudum, Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/ Psilotum_nudum. Tanggal 9 September 2013.
Anonim, (2013g), Lycopodium clavatum, Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/ Lycopodium_clavatum. Tanggal 9 September 2013.
Anonim, (2013h), Selaginella plana, Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/ Selaginella_plana. Tanggal 9 September 2013.
Anonim, (2013i), Isoetes lacustris, Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/ Isoetes_lacustris. Tanggal 9 September 2013.
Anonim, (2013j), Equisetum ramosissimum, Diakses dari: http://es.wikipedia.org/wiki/ Equisetum_ramosissimum. Tanggal 9 September 2013.
Anonim, (2013k), Botrychium lunarioides, Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/ Botrychium. Tanggal 9 September 2013.
62
Anonim, (2013m), Sporangium berisi spora, Diakses dari: http://waynesword.palomar. edu/pterido1.htm. Tanggal 9 September 2013.
Anonim, (2013m), Sorus yang dilapisi indusium, Diakses dari: http://waynesword.palomar.edu/pterido1.htm. Tanggal 9 September 2013.
Anonim, (2013n), Struktur Tumbuhan Paku, Diakses dari: http://www.saksuk. com/tag/struktur-tumbuhan-paku. Tanggal 7 September 2013.
Anonim, (2014a), Keanekaragaman, Diakses dari: http://ryu- fuzie.50webs.com/keanekaragaman.html. Tanggal 6 Februari 2014.
Anonim, (2014b), Pengambilan Sampling, Diakses dari:
http://3gggue.blogspot.com/2012/05/metode-dalam-pengambilan-sampling.html. Tanggal 6 Februari 2014.
Anonim, (2014c), Analisis Vegetasi, Diakses dari:
http://haeryn.wordpress.com/2012/05/13/metode-dalam-pengambilan-sampling-komunitas-vegetasi/. Tanggal 6 Februarui 2014.
Anonim, (2014d), Davallia denticulata (Burm), Diakses dari: http://www.zimbabweflorra.co.zw/speciesdata/species.php?species_id=1016 10. Tanggal 18 Februari 2014.
Anonim, (2014e), Lindsaea ensifolia, Diakses dari: http://rbg-web2.rbge.org.uk/thai ferns/factsheets/index.php?q=Lindsaea_ensifolia.xml. Tanggal 18 Februari 2014.
Arini, D.I.D. dan Kinho, J., (2012), Keragaman Jenis Tumbuhan Paku
(Pteridophyta) di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Info BPK
Manado, 2 (1): 17-40.
BPS Kota Padangsidimpuan, Kecamatan Padangsidimpuan Utara Dalam Angka
Tahun 2012, Koordinator Statistik Kota Padangsidimpuan, Padangsidmpuan.
Chairrani, (2014), Metode Pengukuran Dan Analisis Pola Spasial (Dispersi)
Organisme Bentik, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan-UNHAS Makassar.
Darma, I.D.P., dan Peneng, I.N., (2007), Inventarisasi Tumbuhan Paku di Kawasan
Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur,Waingapu, NTT, UPT
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Candikuning, Baturiti Tabanan, Bali, Jurnal Biodiversitas, Volume 8, Nomor 3 Halaman: 242-248.
Efendi, W.W., Hapsari, F.N.P., Nuraini, Z., (2013), Studi Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Kawasan Wisata Coban Rondo
63
Gultom, H. E. N., (2012), Pemanfaatan Dan Potensi Pemasaran Paku Pohon (Cyathea Contaminans Wall. Ex Hook.) (Studi Kasus Masyarakat Di
Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sibolangit), Skripsi, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan (tidak dipublikasikan).
Harahap, R,P., (2012), Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Sebagai Tanaman Hias Dan Tanaman Obat Di Taman Nasional Batang
Gadis Panyabungan (TNBG) Sumatera Utara, Skripsi, FMIPA Unimed
Jurusan Biologi, Medan (tidak dipublikasikan).
Hariyadi, B, (2000), Sebaran dan keanekaragaman jenis tumbuhan paku di Bukit Sari, Jambi, Tesis, Program pascasarjana Institut Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan).
Hartini, S, (2006), Tumbuhan Paku di Cagar Alam Sago Malintang, Sumatera
Barat dan Aklimatisasinya di Kebun Raya Bogor, LIPI, Bogor,7(3):230-236.
Hasairin, A. dan Suryani, C., (2010), Taksonomi Tumbuhan Rendah, Jurusan Biologi FMIPA Unimed, Medan.
Hidayat, C., Fanindi, A., Sopiyana, S., Komarudin., (2011), Peluang Pemanfaatan
Tepung Azolla Sebagai Bahan Pakan Sumber Protein Untuk Ternak Ayam,
Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Holttum, R. E., (1966), A Revised Flora of Malaya, Vol. II; Fern of Malaya, Singapore, Government Printing Office.
Indah, N (2009), Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schyzophyta,Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta), Jember, IKIP PGRI Jember.
Jamsuri, (2007), Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Sekitar Curug
Cikaracak,Bogor, Jawa Barat, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta (tidak dipublikasikan).
Katili, A. S, (2014), Deskripsi Pola Penyebaran Dan Faktor Bioekologis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sub
Kawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Gorontalo.
Manurung, B, (2010), Dasar-dasar Ekologi Hewan, Jurusan Biologi FMIPA Unimed: Medan.
Maratus, S.R. dan Minarno, E. B., (2012), Jenis-Jenis Paku Epifit Dan Tumbuhan
64
Nurjanah., Azka, A., Abdullah, A., (2012). Aktivitas Antioksidan Dan Komponen
Bioaktif Semanggi Air (Marsilea Crenata), Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, Institut Pertanian Bogor,Bogor, Volume 1, halaman 152-158.
Odum, E.P, (1996), Fundamental of Ecology, Saunders Company Philadelphia, London, Toronto.
Piggot, A.G, (1988), Ferns of Malaysia In Colour, Tropical Press SDN, BHD, Malaysia.
Rismunandar dan Ekowati, M., (1990), Tanaman Hias Paku-pakuan, Penebar Swadaya: Jakarta.
Romaidi, M.S. dan Minarno, E.B., (2012), Jenis-jenis Paku Epifit danTumbuhan
Inangnya di Tahura Ronggo Soeryo Cangar, Jurusan Biologi Fakultas Sains
Dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, El-Hayah Vol. 3, No.1 : 8- 15.
Syamswisna, (2012), Penggunaan Spesimen Herbarium Tumbuhan Tingkat Tinggi
(Spermatophyta) Sebagai Media Praktikum Morfologi Tumbuhan, FKIP
Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Tjitrosoepomo, G, (2005), Taksonomi Tumbuhan, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Tjitrosomo, S.S. dkk, (2005), Botani Umum 3, Bandung, Penerbit Angkasa.
Widhiastuti, R., Aththorick, T.A., Sari, W.D.P., (2006), Struktur dan Komposisi Tumbuhan Paku-pakuan di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo, Jurnal Biologi Sumatera, 138(2): 38-41.