69
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
peneliti menemukan bahwa benar terjadi keragaman makna terhadap Sepu’
sebagai salah satu aksesoris adat masyarakat Toraja oleh orang Toraja di Salatiga,
Jawa Tengah. Dari penelitian tersebut, peneliti menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Bagi orang Toraja di Salatiga, Sepu’ bukanlah benda yang dinilai sacral,
melainkan hanya sebuah benda yang berfungsi untuk menyimpan
barang-barang yang kecil, sama halnya dalm penggunaannya dalam
upacara adat di Toraja, Sepu’ digunakan untuk menyimpan bahan-bahan
yang digunakan untuk pangngan. Namun bagi Orang Toraja, selain
digunakan untuk keperluan pangngan dalam upacara adat, sepu’ juga
digunakan sebagai perlengkapan ritual dalam beberapa bentuk
peribadatan penganut Aluk Todolo.
2. Meskipun Sepu’ tidak memiliki nilai sakral, namun secara simbolik
masyarakat Toraja menggunakan Sepu’ untuk menunjukkan status sosial
mereka. Masyarakat Toraja modern ini mengakui bahwa semenjak
masuknya agama-agama di Tana Toraja, sistem golongan atau yang
dikenal dengan istilah Tana’ mulai ditinggalkan. Namun pada
70
lingkungan masyarakat, terlebih khusus dalam perayaan-perayaan
upacara adat seperti Rambu Tuka’ atau Rambu Solo’. Sepu’ digunakan
menjadi salah satu media untuk menyampaikan kepada khalayak, akan
status sosial seseorang melalui motif dan warna pada Sepu’
3. Orang Toraja di Salatiga, baik generasi ‘tetua’ dan generasi muda,
memahami Sepu’ sebenarnya memiliki makna simbolik yang tidak
sakral, melainkan mengandung makna yang sebenarnya mengarahkan
dan mengingatkan masyarakatnya akan nilai-nilai kehidupan. Meskipun
demikian, generasi muda sekarang ini melihat Sepu’ hanya sebagai
aksesoris pelengkap fashion. Tidak ada larangan secara adat untuk
menggunakan Sepu’ kapanpun dan dimanapun, namun orang Toraja ‘tau diri’ jika menggunakan Sepu’ dalam upacara adat tertentu.
4. Orang Toraja di Salatiga, khususnya mahasiswa dan mahasiswi yang
berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, menggunakan Sepu’
selain sebagai aksesoris pelengkap fashion, juga menggunakan Sepu’
untuk menunjukkan identitas diri mereka sebagai orang Toraja.
6.2 Saran
Banyak dari masyarakat Toraja sekarang tidak begitu paham mengenai
budaya sendiri terutama dalam makna-makna simbolik dari aksesoris adat, terlepas
dari benda tersebut mengandung nilai sakral atau tidak. Hal ini dapat disebabkan
karena tidak semua orang tua di Toraja memiliki minat untuk mewariskan
71
ada baiknya jika pengetahuan mengenai makna-makna simbolik dalam adat Suku
Toraja mulai diajarkan di lembaga pendidikan. Selain itu, ada baiknya juga jika
literatur mengenai budaya dan adat masyarakat Toraja semakin giat untuk di
publikasikan agar generasi sekarang memiliki referensi untuk mengenal budaya
sendiri.
6.3 Penelitian mendatang
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga masih terlihat beberapa
kekurangan dalam penulisannya. Dalam hal ini penulis mengharapkan bahwa
penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau cermin bagi pihak lain yang ingin
melakukan penelitian dengan topik yang serupa. Diharapkan agar peneliti
selanjutnya dapat lebih baik lagi, dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Dalam melakukan wawancara, peneliti diharapkan telah menyiapkan
daftar pertanyaan dengan matang agar wawancara dan informasi yang
diinginkan dapat diterima dengan baik dan jelas.
2. Perlu melakukan pendekatan-pendekatan yang lebih mendalam dengan
narasumber atau pihak-pihak terkait dalam penelitian ini.