• Tidak ada hasil yang ditemukan

[SD 1] Panduan Peningkatan Mutu Pembelajaran di SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "[SD 1] Panduan Peningkatan Mutu Pembelajaran di SD."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

KATA PENGANTAR

Selain workshop bimbingan teknis secara berjenjang, upaya Peningkatan Mutu

Pembelajaran (PMP) seharusnya lebih ditekankan di pusatnya langsung, yaitu

di sekolah dasar itu sendiri. Dengan mengambil tempat di sekolah dasar, yaitu

di kelas, upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran (PMP) tersebut tidak lagi

bersifat hipotetis. Ia bisa langsung dipraktikkan dan dilihat hasilnya dengan

segera.

Karena itu, panduan yang bisa digunakan oleh seluruh stakeholder/pihak yang

berkepentingan dengan sekolah merupakan suatu yang sangat penting.

Dengan panduan yang operasional seperti ini, Pengawas, Kepala Sekolah, Guru

Inti, Guru kelas, dan Orang Tua bisa langsung menerapkan upaya-upaya

peningkatan mutu yang bisa segera terlihat dampaknya.

Semoga keberadaan buku panduan ini membantu semua pihak yang

berkepentingan, yaitu Pengawas, Kepala Sekolah, Guru Inti, Guru kelas, dan

Orang Tua bisa segera menemukan cara untuk meningkatkan mutu

pembelajaran dan menciptakan siswa-siswa yang memiliki potensi untuk

berkontribusi bagi bangsa dalam kancah percaturan dunia.

Jakarta

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar

(4)
(5)

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

... i

Daftar Isi

... iii

BAB I PENDAHULUAN

... 1

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Dasar Hukum ... 3

C.

Tujuan dan Manfaat ... 3

BAB II KONSEP DASARPENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN

... 7

A.

Konsep Mutu ... 7

B.

Konsep Pembelajaran ... 8

C.

Konsep Mutu Pembelajaran ... 11

D.

Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 17

1. Pendekatan Tematik ... 17

2. Pendekatan Saintifik ... 20

BAB III STRATEGI PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN

... 23

A.

Program Mutu Pembelajaran ... 23

B.

Mekanisme Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 26

C.

Tujuan

………

... 28

D.

Ketenagaan ... 28

E.

Strategi dan Pola ... 33

F.

Organisasi

………

... 33

G.

Pembiayaan

………

. ... 37

BAB IV IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN

BERMUTU

... 39

A.

Program Peningkatan Pembelajaran Bermtu... 39

B.

Pengembangan PerencanaanPembelajaran ... 42

C.

Model dan Metode Pembelajaran ... 48

D.

Penilaian Pembelajaran ... 61

E.

Media dan Sarana Pembelajaran ... 66

F.

Manajemen Kelas ... 74

G.

Pengayaan dan Remedial Teaching ... 83

H.

Ekstra Kurikuler ... 91

(6)

iv

BAB V MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

... 101

A.

Pengertian Monitoring dan Evaluasi ... 101

B.

Tujuan Monev.. ... 102

C.

Hasil Yang Diharapkan ... 102

D.

Prinsip-Prinsip Monev... 103

E.

Strategi Monitoring dan Evaluasi ... 105

F.

PetugasMonev ... 105

G.

Lingkup Monev

………

.. ... 106

H.

Pelaporan ... 107

BAB VI PENUTUP

... 115

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Kemudian bahwa fungsi pendidikan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa. Berdasarkan undang-undang tersebut bahwa dengan adanya pendidikan akan terciptanya sumber daya manusia yang unggul, cerdas dan bermartabat yang dapat mengisi dan membangun bangsa. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu.

Lebih lanjut dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan fungsi, maksud, dan tujuan serta profil lulusan dari sistem pendidikan nasional Indonesia, sebagai berikut.

1. Sistem Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat.

2. Sistem Pendidikan Nasional dimaksudkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Sistem Pendidikan Nasional ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri , dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Terkait dengan itu, Sistem Pendidikan Nasional juga mengemukakan bahwa profil kualifikasi kemampuan lulusan harus dituangkan dalam standar kompetensi lulusan, dan mencakup gabungan secara terintegrasi antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

(8)

2

tahun 2013 tersebut.Beberapa peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan untuk mensukseskan pelaksanaan kurikulum 2013 telah diterbitkan. Bahkan, standar proses pembelajaran pun juga ditetapkan melalui peraturan menteri, yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013.

Pemerintah pun, melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidik dan Tenaga Kependidikan (BPSDM PTK) telah melatih para guru untuk menerapkan kurikulum 2013.Pembelajaran yang menerapkan prinsip tematik integratif serta menggunakan pendekatan saintifik pun telah dilatihkan kepada para guru.Dengan pelatihan tersebut, para guru diharapkan mampu mengaktifkan siswa dalam mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Sampai sejauh ini, apa yang menjadi pesan dari UU No 20 tahun 2003 dan apa yang menjadi inti Kurikulum 2013 tersebut masih perlu terus dikembangkan. Pembelajaran yang seharusnya menggunakan pendekatan saintifik, yang menjadi ruh sistem pendidikan, masih perlu terus ditingkatkan mutunya.Penerapan pendekatan saintifk masih belum mengaktifkan siswa secara optimal. Pengamatan yang dilakukan oleh siswa masih dangkal, kemauan dan kemampuan menanya siswa belum bersifat investigatif, kemampuan menggali informasi masih kurang tajam, dan kemampuan mengasosiasi masih perlu dilatihkan lebih jauh, dan keinginan serta kemampuan untuk mengomunikasikan ide, proses, dan temuan hasil belajarnya masih perlu terus diasah.

Oleh karena itu, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, yang secara teknis mendapatkan amanah untuk terus menerus memberikan pembinaan kepada sekolah dasar, terpanggil untuk mengembangkan sistem dan program Peningkatan Mutu Pembelajaran (PMP) di sekolah dasar.

Melalui DIPA Nomor 023.03.1.666011/2014, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, mengembangkan suatu program yang disebut dengan Program. Melalui program ini, mutu pembelajaran di sekolah diharapkan secara terus-menerus dapat ditingkatkan.

(9)

3

Dengan demikian, diterbitkannya panduan ini adalah merupakan perwujudan dari strategi kedua dari Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dasar.

B. DASAR HUKUM

Buku Panduan Peningkatan Mutu Pembelajaran (PMP) di Sekolah Dasar ini dikembangkan atas beberapa dasar hukum berikut:

1. Undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2. Undang- undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Ttahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota

5. Peraturan Pemerintah tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 48 tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan nasional 2010 – 2014

7. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 023.03.1.666011/2014 Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar tertanggal 5 Desember 2013

8. Keputusan Direktur Pembinaan Sekolah Dasar, Ditjen Pendidikan Dasar Nomor: 3528/C2/KP/2013 tentang Pengangkatan Pejabat Pembuat SPM, Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Anggaran 2014.

C. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan

(10)

4

2. Manfaat

Panduan Peningkatan Mutu Pembelajaran (PMP) ini dikembangkan untuk digunakan oleh pihak-pihak antara lain.

a. Pengawas

Pengawas adalah unsur dalam sistem pendidikan nasional yang memiliki fungsi utama sebagai tenaga fungsional untuk membantu guru mengembangkan kinerja mereka. Pengawas adalah orang pertama yang bertanggungjawab dalam membantu guru merancang, melaksanakan, menilai pembelajaran yang mampu mengembangkan seluruh potensi siswa secara efektif, efisien, dan menyenangkan. Pengawas adalah perangkat yang sangat penting bagi PMP. Pengawas adalah orang yang sehari-hari bergaul dengan guru, memantau kinerjanya, memberikan supervisi yang diperlukan, dan mengarahkan upaya peningkatan kinerja yang bisa dilakukan oleh guru.

Karena itu, kalau pengawas memiliki bekal yang memadai tentang karakteristik pembelajaran yang bermutu, menemukan ide peningkatan pembelajaran yang bermutu, dan kemampuan memberikan bimbingan teknis yang baik kepada para guru, maka PMP di sekolah dasar memiliki peluang yang besar untuk diwujudkan.

Dengan dasar itu, pengawas merupakan sasaran utama diterbitkannya panduan PMP di sekolah.Dengan memahami buku panduan ini, pengawas diharapkan mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik terutama dalam membantu guru meningkatkan mutu pembelajarannya.

b. Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah orang yang sehari-hari mengelola sumber daya manusia, termasuk guru, di sekolah. Kepala sekolah adalah orang kunci yang menentukan kemajuan suatu sekolah. Kalau visi yang ada di dalam benak kepala sekolah lebih berpusat kepada PMP, maka semua proses manajemen di sekolah tentu diarahkan kepada PMP. Kalau visi yang ada di dalam benak kepala sekolah adalah megahnya sarana dan prasarana sekolah, segala macam proses manajemen tentu akan diarahkan kepada `upaya peningkatan kualitas sarana prasarana.

Dengan diterbitkannya panduan PMP ini, apapun visi yang dimiliki seorang kepala sekolah, semoga kepala sekolah memperoleh panduan dan arahan yang tepat tentang strategi PMP yang harus dilakukannya.

c. Guru

(11)

5

Kalau seorang guru memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilakukannya saat ini, memiliki gagasan tentang apa yang harus diperbaikinya, memiliki kemauan dan kemampuan untuk mencobakan ide baru yang dirasa lebih baik, kemampuan merefleksi apa yang telah dilakukannya, maka pembelajaran di kelasnya akan berjalan dinamis dan tumbuh berkembang dengan baik.

Karena itu, guru perlu memiliki pedoman caramenilai mutu pembelajaran yang selama ini diampunya, mengidentifikasi ide-ide yang bisa dicobakan untuk meningkatkannya, dan merefleksikan proses dan hasil yang diperoleh dari uji cobanya. Buku Panduan PMP di Sekolah Dasar ini dirancang untuk memenuhi hajat guru tersebut.

d. Orang tua

Orang tua adalah orang yang mengamanahkan pendidikan anaknya kepada sekolah.Orang tua tentu menginginkan agar anaknya dididik dengan mutu yang baik sehingga bisa berharap anaknya menjadi orang yang lebih baik.Orang tua tentu tidak ingin amanah yang diberikan tersebut tidak dijalankan dengan baik.

Karena itu, orang tua perlu memiliki bekal pengetahuan cara menilai mutu pembelajaran di suatu sekolah. Orang tua perlu mengetahui apakah anaknya sudah dibelajarkan dengan pembelajaran yang bermutu atau tidak.

(12)
(13)

7

BAB II

KONSEP PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN

A. KONSEP MUTU

Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan (Tim Dosen 2010:295). Mutu atau kualitas menitikberatkan fokusnya pada kepuasan pelanggan (konsumen). Barang atau jasa yang dihasilkan diupayakan agar sesuai dengan keinginan pelanggan. Pengertian mutu tersebut lebih mengedepankan mutu sebagai mutu barang atau jasa. Barang atau jasa yang bemutu berarti juga bermutu tinggi. Engkoswara (2010:304) mengemukakan bahwa mutu bukanlah konsep yang mudah untuk didefinisikan apalagi untuk mutu jasa yang dapat dipersepsi secara beragam. Mutu dapat didefinisikan beragam berdasarkan kriterianya sendiri seperti: a) Melebihi dari yang dibayangkan dan diinginkan, b) Kesesuaian antara keinginan dan keyataan, c) Sangat cocok dengan pemakaian, d) Selalu ada perbaikan dna penyempurnaan, e) Dari awal tidak ada kesalahan, f) Membahagiakan pelanggan, dan, g) Tidak ada cacat atau rusak

Sallis (Tim Dosen 2010:295) mendefinisikan mutu ke dalam dua perseptif yaitu persepektif mutu absolute dan mutu relative. Mutu absolute berkaitan dengan produsen, menyangkut ukuran terbaik yang telah ditentukan. Sedangkan mutu relative berkaitan dengan konsumen menyangkut kepuasan konsumen. Dengan demikian barang atau jasa yang diproduksi harus selalu mengutamakan kesesuaian anatara mutu absolute dan mutu relative. Artinya harus memuaskan pelanggan juga sesuai criteria atau spesifikasi yang telah ditentukanprodusen. Walaupun demikian mutu absout atau spesispikasi yang ditetapkan pada hakkatnya adalah untuk member kepuasan pada pelanggan. Jadi jelas bahwa mutu berkaitan dengan kepuasan pelanggan.

(14)

8

Prinsip mutu merupakan sejumlah asumsi yang dinilai dan diyakini memiliki kekuatan untuk mewujudkan mutu. Terdapat delapan prinsip mutu menurut ISO (Tim Dosen 2010:298) yaitu:

a. Customer focused organization (fokus pada pelanggan) b. Leadership (kepemimpinan)

c. Involvement of people (keterlibatan orang-orang) d. Process approach (Pendekata proses)

e. System approach to management (pendekatan system dalam manajemen) f. Continual invorentment (peningkatan secara berkelaqnjutan)

g. Factual approach to decision making (pendekatan factual dalam pengambilan keputusan)

h. Mutually beneficial supplier relationship (hubungan yang saliang mengntungkan dengan supplier)

Berdasarakan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yg tersirat. Dalam pendidikan (sekolah sebagai sistem), mutu mencakup input, proses dan output. Input adalah segala hal yang diperlukan untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar (PBM), PBM adalah kejadian berubahnya peserta didik dari belum terdidik menjadi terdidik, dan output adalah prestasi belajar (hasil PBM).

B. KONSEP PEMBELAJARAN

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama (Surya 2004;7). Lebih lanjut Surya memaparkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang diakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(15)

9

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dlam penegrtian ini tampak jelas bahwa pembelajaran itu proses yang kompleks, bukan hanya proses pemberian informasi yang disampaikan guru pada siswa. Ada serangkaian kegiatan yang disusun untuk membuat siswa bisa belajar. Serangkain kegiatan dalam pembelajaran tentu harus direncanakan terlebih dahulu juda harus disusun sebaik mungkin disesuaikan dengan konteks situasi, materi, kondisi siswa, dan ketersediaan media pembelajaran.

Sa ud : 4 memaparkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian

kegiatan yan dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Oleh karena itu pembelajran sebagai suatu proses harus dirancang, dikembangkan dan dikelola secra kreatif, dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Dlam hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam menyususn rencana pembelajaran yang akan diaplikasikannya dlam proses pembelajaran. Variasi model pembelajaran harus dikuasai oelh guru dan tentu saja disesuaikan dengan materi pelajarannya.

Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. Carl R. Roger (Riyanto 2002:1) berpendapat bahwa pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilitator. Ia mmepasilitasi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dlam proses pembelajaran.

Konsep pembelajaran berbeda dengan pengajaran. Pembelajaran bukan hanya transfer informasi dari guru kepada siswa tapi lebih luas. Hal ini sesuai dengan visi pendidikan UNESCO (Indra Jati 2001;25) yaitu:

1. Learning to think (belajar berpikir) 2. Learning to do (belajar berbuat/hidp)

3. Learning to live together (belajar hidup bersama) 4. Learning to be (belajar menjadi diri sendiri)

(16)

10

keterampilan yag memadai. (Riyanto 2002:3). Menurut Surya (2003;7-10) memaparkan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:

1. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa visi utama proses pembelajaran ialah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Perubahan perilaku tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Perubahan yang disadari, b) Perubahan yang bersifat kontinu, c) Perubahan yang bersifat fungsional, d) Perubahan yang bersifat positif, e) Perubahan yang bersifat aktif, f) Perubahan yang bersifat permanen, g) Perubahan yang bersifat terarah

2. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan ini meliputi aspek-aspek perilaku kognitif, konatif, afektif, dan motorik

3. Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini menandung makna bahwa pembelajaran merupakan aktivitas yang berkesinambungan. Di dlam aktivitas itu ada tahapan-tahapan aktivitas ynag sistematis dan terarah. Pembelajaran merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dinamis dna saling berkaitan. Pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari interaksi dengan lingungan, jadi selama proses pemeblajaran itu berlangsung , individu akan senantiasa berada dalam berbagai aktivitas yang tida terlepas dari lngkungannya.

4. Proses pembelajaran terjadi karena danya sesuatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran terjadi karena danya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan yang mendorong dan ada sesuatu yang peru dicapai untuk memenuhi kebutuhanya. 5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya

adalah kehidupan melalui situasi yang nyata. Dengan tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan interaksi individu dengan lingkungannya sehingga banyak memberikan pengalaman yang nyata. Perubahan perilaku dalam pembelajaran pada dasarnya merupakan pengalaman.

Menurut Eggen & Kauchak (1998), menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran, yaitu:

1. siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,

(17)

11

3. aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,

4. guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi,

5. orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta

6. guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.

C. KONSEP MUTU PEMBELAJARAN

Mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi perilaku seluruh komponen sekolah, yaitu guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga kearah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur yang tidak kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.

Berkaitan dengan komponen-komponen yang membentuk sistem pendidikan, lebih rinci Syaodih S (2006). mengemukakan bahwa komponen input diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Raw input, yaitu siswa yang meliputi intelek, fisik-kesehatan, sosial-afektif dan peer group.

b. Instrumental input, meliputi kebijakan pendidikan, program pendidikan (kurikulum), personil (Kepala sekolah, guru, staf TU), sarana, fasilitas, media, dan biaya

c. Environmental input, meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat, dan lembaga sosial, unit kerja.

Komponen proses meliputi pengajaran, pelatihan, pembimbingan, evaluasi, ekstrakulikuler, dan pengelolaan. Selanjutnya output meliputi pengetahuan, kepribadian dan performansi.

(18)

12

Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil.

Mutu pembelajaran merupakan hal pokok yang harus dibenahi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini guru menjadi titik fokusnya. Berkenaan dengan ini Suhadan (2010:67) mengemukakan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi anatara pendidik dan peserta didik proses ini merupakan sebuah tindakan professional yang bertumpu padakaidah-kaidah ilmiah. Aktivitas ini merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai metode belajar.

Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, Pudji Muljono (2006:29) menyebutkan bahwa konsep mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu:.

a. Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan / atau nilai baru dalam pendidikan.

b. Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga clan lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, clan suasana yang akrab hangat dan merangsang pembentukan kepribadian peserta didik.

(19)

13

bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah).

d. Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan.

e. Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.

(20)

14

dan budaya kelas. Semua indikator tersebut harus saling mendukung dalam sebuah sistem kegiatan pembelajaran yang bermutu.

Dalam proses pembelajaran yang bermutu terlibat berbagai input pembelajaran seperti; siswa (kognitif, afektif, atau psikomotorik), bahan ajar, metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Mutu proses pembelajaran ditentukan dengan metode, input, suasana, dan kemampuan melaksanakan manajemen proses pembelaaran itu sendiri. Mutu proses pembelajaran akan ditentukan dengan seberapa besar kemampuan memberdayakan sumberdaya yang ada untuk siswa belajar secara produktif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergik an semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.

Pembelajaran yang bermutu dihasilkan oleh guru yang bermutu pula. Kecakapan guru dalam mengelola proses pembelajaran menjadi inti persoalannya. Tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran sedikitnya harus meliputi fase-fase berikut (Surakhmad 1986:45-46): a) Menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; b) Memilih dan melaksanakan metode yang tepat dan sesuai materi pelajaran serta memperhitungkan kewajaran metode tersebut dengan metode-metode yang lain; c) Memilih dan mempergunakan alat bantu atau media guna membantu tercapainya tujuan; dan d) Melakukan penilaian atau evaluasi pembelajaran

Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang efektif yaitu menyangkut kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan sangat menentukan mutu hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa.

Mutu pembelajaran pada hakikatnya menyangkut mutu proses dan mutu hasil pemebalajaran. Hadis (2010:97) menjelaskan bahwa mutu proses pembelajaran diartikan sebagai mutu aktivitas pembelajaran yang dilaksankan oleh guru dan pesrta didik di kelas dan tempat lainnya. Sedangkan mutu hasil pembelajaran adalah mutu aktivitas pembelajaran yang terwujud dalam bentuk hasil belajar nyata yang dicapai oleh peserta didik berupa nilai-nilai.

1. Kriteria Pembelajaran Bermutu

(21)

15

beberapa ciri pembelajaran yang bermutu di sekolah dasar.Ciri-ciri itu dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.

a. Dari aspek siswa

Di dalam suatu pembelajaran yang bermutu, siswa aktif berinteraksi dengan sumber belajar menggunakan panca indera dan pikirannya. Mereka aktif mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan ide, pengalaman, dan hasil belajarnya. Mereka menjadi pengendali dari kegiatan belajarnya.

b. Dari aspek guru

Di dalam suatu pembelajaran yang bermutu, guru adalah orang yang memberikan ruang dan waktu sebanyak mungkin kepada siswa untuk menjalankan pendekatan saintifik dengan baik. Guru tidak banyak bicara di depan kelas. Tugas utama guru adalah menyediakan sumber belajar, memberikan penugasan kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar, mendorong siswa untuk mempertanyakan hal-hal yang diamatinya, mendampingi siswa yang sedang belajar agar memperoleh hasil maksimal (memantau capaian belajar siswa, mempertanyakan ide yang berkembang, memberikan umpan balik yang positif, dan mendorong terkembangkannya ide-ide kreatif). Alokasi waktu bagi guru untuk berbicara di depan kelas maksimal 10% dari alokasi waktu berbicara seluruhnya. Dengan demikian, 90% alokasi waktu berbicara guru dilakukan di kelompok-kelompok atau dalam bimbingan individual.Kalau dimungkinkan, interaksi di kelas tidak harus dimoderatori oleh guru, melainkan oleh siswa.

c. Dari aspek karya yang dihasilkan siswa di kelas.

Melalui pembelajaran yang bermutu, hasil karya siswa adalah karya maksimal yang bisa dihasilkan siswa dalam suatu proses pembelajaran. Karya yang maksimal ini biasanya ditandai dengan bervariasinya karya siswa. Ini menunjukkan bahwa karya mereka tidak dituntun dengan format yang baku. Siswa diberi kebebasan berkreasi dalam menentukan karya yang dibuatnya.

Hasil karya siswa diperoleh dari penggunaan keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (level C4, C5, dan C6 dari taksonomi Bloom yang diperbaharui).

Hasil karya siswa bersifat aplikatif dan sesuai dengan konteks yang ada di sekitarnya.

(22)

16

Hasil karya siswa juga perlu bersifat original/asli. Siswa tidak hanya sekedar mengisi titik-titik, melainkan menggunakan pilihan kata dan kalimat mereka sendiri, dan menyusunnya menjadi karya sesuai dengan kesukaan atau selera mereka. Guru hanya bertugas membantu siswa mengembangkan hasil yang diperoleh itu menarik dan memberi kesan positif kepada orang lain.

d. Dari aspek sumber belajar

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menggunakan berbagai sumber belajar. Siswa belajar dari banyak sumber, bukan dari guru semata. Siswa, kalau bisa, diharapkan menggunakan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan berbagai sumber belajar lain, seperti lingkungan di sekitarnya.

2. Menilai Mutu Pembelajaran

Secara sederhana, untuk menilai mutu pembelajaran di sekolah dasar, Pengawas, Kepala Sekolah, Guru, dan Orang Tua bisa melakukan hal-hal berikut.

a. Masuklah ke dalam kelas (atau gunakan CCTV kalau mungkin), amatidan catat waktu yang dihabiskan guru untuk menjelaskan secara klasikal di depan kelas, memoderatori diskusi kelas, atau menuntun siswa membuat kesimpulan. Bila persentase waktu yang digunakan guru untuk berbicara di depan kelas lebih dari 50% dari alokasi waktu yang tersedia, mutu pembelajaran di kelas itu sangat buruk. Jika alokasi yang dipakai guru untuk berbicara di depan kelas, antara 20% sampai dengan 50%, maka mutu pembelajaran di kelas itu baik. Tapi, bila alokasi waktu yang digunakan guru di depan kelas kurang dari 20%, ada peluang bahwa pembelajaran sudah bermutu. Tentu saja, waktu yang lain harus digunakan untuk mempertanyakan, memberikan umpan balik, dan mendorong munculnya ide kreatif dalam kelompok kecil atau secara individual.

b. Selanjutnya, lihatlah juga jenis tugas yang diberikan oleh guru. Jika sebagian besar tugas yang diberikan guru bersifat open-ended (terbuka, memiliki jawaban benar lebih dari satu) dan menuntut pemikiran tingkat tinggi (analisis, evaluatif, dan kreatif), berarti pembelajaran di kelas itu sudah bermutu. Akan tetapi, jika sebagian besar tugasnya bersifat closed ended (tertutup, memiliki jawaban benar yang tunggal), mutu pembelajaran di kelas itu masih rendah.

(23)

17

dibicarakan di TV, Koran, dll), mutu pembelajaran di kelas itu bisa dikatakan bermutu.

d. Manakala sumber belajar yang digunakan di kelas hanya buku teks, tidak pernah menggunakan situasi yang terjadi di sekitar kelas atau bahan yang diunduh dari internet atau dari perpustakaan, mutu pembelajaran di kelas itu masih rendah.

D. PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

1. Pendekatan Tematik

Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,

b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;

c. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

d. kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

f. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

g. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

(24)

18

pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).

Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a. Berpusat pada siswa

(25)

19

fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Agar memberikan hasil yang maksimal pengembangan pembelajaran tematik harus mempertimbangkan rambu-rambu antaralain:

a. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan

b. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk

dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.

d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.

(26)

20

f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat

2. Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mengikuti alur: (a) mengamati, (b) menanya, (c) menggali informasi, (d) mengasosiasi, dan (e) mengomunikasikan. Pembelajaran ini adalah pembelajaran yang mendorong siswa aktif. Siswalah yang aktif dalam melakukan 5 M (mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan) tersebut. Namun demikian, semua itu tergantung kepada kemampuan guru. Siswa akan malas mengamati bila yang diamatinya adalah sesuatu yang tidak menarik dan tidak menantang. Siswa tidak tertarik dan tidak tertantang untuk mengamati kalau dia tidak melihat adanya sesuatu yang penting dan bermanfaat dari apa yang diamati. Karena itu, guru harus pandai memilah dan memilih bahan yang perlu diamati siswa. Guru harus pandai menyusun bahan pengamatan tersebut sehingga siswa tertarik dan tertantang untuk mengamatinya. Selama ini, terutama ketika berada di kelas 3 ke atas, siswa mulai enggan menanya. Mereka jarang mempertanyakan apa yang diamati atau apa yang menjadi perhatian mereka. Model pembelajaran yang cenderung indoktrinasi (pemberi tahuan secara sepihak oleh guru kepada siswa) mengakibatkan terbentuknya persepsi bahwa kebenaran itu hanya menurut guru saja dan bersifat tunggal, tidak ada kebenaran yang lain. Karena itu, siswa menjadi sangat bergantung kepada guru. Siswa selalu menunggu pembenaran dari guru. Mereka memiliki persepsi bahwa apa yang dikatakan guru pasti benar dan tidak perlu dipertanyakan. Dalam rangka menjalankan pendekatan saintifik, guru harus pandai mendorong siswanya untuk menanya atau mempertanyakan. Guru harus pandai mendorong siswa agar mau dan mampu membuat pertanyaan investigatif, yaitu pertanyaan yang mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan terlebih dahulu sebelum menjawabnya.

Seperti diuraikan terdahulu, upaya PMP dengan pendekatan saintifik memiliki beberapa titik simpul yang kritis.Titik-titik simpul ini berpengaruh besar terhadap mutu pembelajaran. Titik-titik simpul itu antara lain adalah sebagai berikut;

(27)

21

b. Penugasan yang diberikan guru, dalam era konstruktivisme, merupakan modal yang sangat menentukan pengalaman belajar yang akan dilalui siswa. Penugasan guru menentukan apa yang harus dipelajari siswa, cara mempelajarinya, dan cara menyajikan hasil belajarnya disajikan. Penugasan yang bermutu memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih baik. Penugasan yang baik memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan resource skills (keterampilan melokalisir sumber belajar), information skills (keterampilan untuk memilah, memilih, dan memahami informasi), interpersonal skills (keterampilan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan baik), dan lain sebagainya. Karena itu, kemampuan memberikan penugasan merupakan salah satu titik simpul bagi PMP.

c. Pembelajar yang baik adalah pembelajar yang memiliki rasa ingin tahu yang besar. Pebelajar ini biasanya memiliki kemauan dan kemampuan menanya yang baik. Dia suka menggali informasi untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Kalau siswa mau dan mampu mengembangkan pertanyaan investigatif, memiliki kemampuan menggali informasi dan karakter yang baik, siswa akan tumbuh berkembang menjadi anak yang kritis, kreatif, dan mandiri. Siswa seperti ituberpeluang besar menjadi produsen ilmu pengetahuan, bukan sekedar konsumen saja. Mereka akan menjadi pejuang bangsa Indonesia yang akan memantapkan posisi dan daya saing bangsa dalam kancah pergaulan dunia internasional. Karena itu, pengembangan kemauan dan kemampuan bertanya merupakan salah satu titik simpul penting bagi PMP.

d. Ketika seorang anak menggali informasi, sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, kehadiran seorang guru yang senantiasa memantau kemajuan belajar siswanya, mempertanyakan ide yang diperoleh, memberikan umpan balik yang sesuai, serta membuka ide-ide kreatif siswa adalah hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Dengan mendampingi belajar siswa seperti itu, belajar siswa akan lebih terarah, dan lebih memberikan peluang pengembangan ilmu pengetahuan serta kemampuan berpikir siswa. Kehadiran guru yang mampu memberikan pendampingan belajar yang baik ini, memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan diri mereka secara optimal. Karena itu, kemampuan memberikan pendampingan kepada siswa yang sedang belajar, juga termasuk titik simpul penting bagi PMP.

(28)

22

menuangkan hasil bacaannya menjadi suatu tulisan atau karya yang baru dan lebih baik sehingga orang lain menjadi terkagum-kagum dan terpesona dengan uraiannya, memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang lebih baik dalam era informasi saat ini. Siswa yang memiliki kemampuan literasi yang baik, memiliki peluang untuk hidup lebih baik dari siswa dengan kemampuan literasi yang kurang. Karena itu, guru perlu mampu membantu siswanya memiliki kemampuan berliterasi yang baik, dan penerapan K13 memberikan peluang untuk itu. Karenanya, pengembangan kemampuan berliterasi termasuk salah satu simpul penting bagi PMP di sekolah dasar.

(29)

23

BAB III

STRATEGI PROGRAM PENINGKATAN MUTU

PEMBELAJARAN

A. PROGRAM MUTU PEMBELAJARAN

Program peningkatan mutu pembelajaran (PMP) yang digunakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Pembiasaan pendekatan saintifik untuk pengembangan karakter.

Pendekatan saintifik yang berisi 5M (Mengamati, Menanya, Menggali Informasi, Mengasosiasi, dan Mengomunikasikan) merupakan pendekatan yang disarankan untuk diterapkan setiap hari di setiap pembelajaran.Karena itu, di setiap sekolah,setiap peluang hendaknya dimanfaatkan untuk kegiatan pembiasaan Penggunaan Pendekatan Saintifik.

Terkait dengan Mengamati misalnya, beberapa karakter yang bisa dikembangkan antara lain: (a) jujur/obyektif, (b) tekun, (c )disiplin, dan lain-lain. Untuk mengembangkan karakter jujur/obyektif, misalnya, guru mungkin perlu

membiasakan siswa untuk melakukan cross check atau validasi terhadap

informasi yang diperoleh. Guru bisa meminta dua orang siswa untuk mengumpulkan data dari satu peristiwa, dan meminta mereka saling membandingkan dan menyepakati data yang akan digunakan, dengan cara melakukan pemeriksaan ulang secara bersama-sama.

Untuk mengembangkan karakter tekun , misalnya, guru dapat memodelkan contoh penerapan karakter pantang menyerah. Guru juga bisa bercerita tentang pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain yang terkait dengan ketekunan ini. Guru juga bisa mengajak siswa membahas dampak positif dan negatif tidak dimilikinya ketekunan.Hasil diskusi ini bisa dituliskan menjadi slogan dan diterapkan dalam mengamati sesuatu dengan meminta siswa mengamati secara cermat dan teliti.

Untuk mengembangkan karakter disiplin, guru bisa meminta siswa untuk memiliki jurnal dan menuliskan pengalaman belajar (termasuk mengamati) dan hasilnya di jurnal tersebut. Selanjutnya, jurnal tersebut diperiksa oleh guru atau diperiksa secara silang oleh siswa.

2. Peningkatan kemampuan membuat penugasan yang baik

(30)

24

Ketika belajar KD tentang garis sejajar misalnya, guru sebenarnya bisa saja memberikan gambar garis-garis dan meminta siswa menentukan garis yang sejajar dan yang tidak sejajar.

Akan tetapi, akan lebih bermakna bila siswa diminta mengamati lingkungan kelas atau lingkungan sekolah dan menemukan fakta kesejajaran itu di lingkungan kelas/sekolah. Penugasan yang kontekstual memberi kesempatan kepada siswa untuk mengetahui manfaat belajar konsep kesejajaran dalam kehidupan sehari-hari. Ini akanmemperkuat sikap dan persepsi positif siswa dan memberi siswa peluang belajar yang bermakna.

Ketika siswa diberi gambar bunga mawar, melati, anggrek, kamboja,guru bisa menugasi mereka menentukan bunga yang harus dibuang karena tidak sejenis.

Tugas ini memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih jawaban sesuai dengan dasar pemikiran mereka masing-masing, sehingga jawabannya pun bisa bervariasi. Penugasan yang bersifat terbuka demikian akan mendorong siswa memiliki keyakinan bahwa kebenaran itu bisa bervariasi, dan mereka terhindar dari salah satu jenis unhelpful mind(pikiran yang menghambat), yaitu berpikiran hitam-putih, benar-salah, kalau tidak ini maka pasti itu. Dalam kehidupan nyata, di antara hitam dan putih itu masih terdapat gradasi warna yang lain. Dengan memberi siswa pertanyaan terbuka, mereka memiliki banyak alternatif jawaban dan dirangsang untuk berpikir kreatif.

3. Pengembangan kemampuan untuk mendorong siswa menanya

Menanya atau mempertanyakan adalah pemicu diadakannya kegiatan investigasi. Dengan menanya, peluang untuk ditemukannya ilmu baru akan semakin besar. Karena itu, mendorong siswa menanya atau mengajukan pertanyaan investigatif merupakan kegiatan yang sangat disarankan.

Siswa jarang sekali mau dan mampu bertanya.Praktik pembelajaran selama ini menempatkan guru sebagai sumber kebenaran, sehingga siswa enggan bertanya. Ada yang tidak berani bertanya karena takut ditanya ulang dan tidak bisa, ada juga yang takut bertanya karena tidak tahu apa yang harus ditanyakan.

Guru bisa membantu siswa menanya dengan meminta dua hal berikut:

a. Melengkapi kalimat Bagaimana kalau .. atau Bagaimana kalau tidak …

Contoh:

Bagaimana kalau banyaknya air yang disiramkan ke tanaman ini dikurangi seperempatnya?

Masih ingat dengan letusan Gunung Kelut.Bagaimana kalau tidak ada angin? b. Buatlah kalimat tanya yang memuat kata-kata berikut: warna daun padi ,

(31)

25

Contohnya:

Apa yang terjadi dengan warna daun padi jika pupuk urea diganti dengan pupuk organik?

Apakah daun padi yang diberi lebih banyak ureaberwarna lebih hijau dibandingkan yang ureanya lebih sedikit?

4. Pengembangan kemampuan mendampingi siswa belajar

Ketika siswa mengerjakan LKS atau penggalian informasi atau tugas apapun yang dberikan guru, mereka akan mengerjakan dengan kemampuan aktual mereka. Akibatnya, hasil yang diperoleh adalah hasil aktual.

Manakala ada orang yang lebih dewasa mendampingi anak tersebut, menurut teori konstruktivisme sosial (Vygotskii), hasil belajar siswa akan lebih tinggi. Pendampingan yang dilakukan oleh orang dewasa ini membatu siswa menggapai apa yang sebelumnya tidak bisa diraih kalau hanya bekerja secara mandiri.

Guru perlu melihat apa yang dikerjakan siswa. Setelah mendapat informasi apa yang dicapai siswa, guru perlu mempertanyakan capaian itu (untuk mengecek tingkat pemahamannya atau untuk mengembangkan pemahamannya lebih jauh). Guru bisa membantu mereka belajar lebih banyak dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:

Mengapa demikian? ,

Apa alasan bahwa hasilnya bisa disimpulkan seperti itu? , Apakah kesimpulan kamu ini berlaku untuk yang demikian? Dll

Dengan mendapat pertanyaan seperti itu, siswa akan terpancing untuk memikirkan kembali apa yang sudah diperolehnya, memeriksa masuk akal tidaknya apa yang dihasilkan, dan memikirkan kemungkinan tindak lanjut yang bisa dilakukan. Ini semua akan mendorong pemahaman siswa yang lebih baik.

5. Pengembangan kemampuan berliterasi siswa

Pendekatan saintifik mendorong siswa untuk sering menggali informasi. Informasi tertulis perlu dipahami dengan baik, diolah dan disajikan dalam bentuk tertentu yang lebih menarik dan menantang.

Guru bisa meningkatkan mutu pembelajaran dengan kemampuan berliterasi ini, antara lain dengan:

Meminta siswa untuk membuat rangkuman dari apa yang dibacanya

(32)

26

6. Pemanfaatan learning objects

Di dalam dunia T)K, ada banyak learning objects , yaitu bahan yang bisa digunakan siswa untuk belajar secara berulang-ulang. Namun, learning objects ini tidak selalu sesuai bagi keperluan pembelajaran.

Ada learning objects yang sudah usang. Ada pula learning objects yang tidak

pantas untuk dikonsumsi siswa. Namun, sangat banyak learning objects yang bisa digunakan untuk memudahkan siswa memahami konsep. Dengan TIK, sesuatu yang semestinya memerlukan eksperimen untuk memahaminya, bisa dipahami siswa dengan lebih mudah, lebih cepat, lebih aman, dan lebih jelas.Jadi, di samping ada hal yang negatif, learning objects juga bernilai positif bagi pembelajaran. Karena itu, terlebih dahulu guru dapat mengeksplorasi learning objects yang bisa digunakan dalam pembelajaran. Akan lebih bagus manakala proses pencarian learning objects tersebut direkam dan dicatat, agar kalau siswa dituntut mencari learning objects, mereka tidak mengalami kesulitan atau melakukan hal-hal yang kurang patut.

B. MEKANISME PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN

1. Bagi Pengawas dan Kepala Sekolah

a. Bagi Pengawas dan Kepala Sekolah, mekanisme PMP dapat dilakukan dengan beberapa tahap berikut;

1) Tahap Persiapan

a) Menetapkan kriteria mutu yang ditetapkan di sekolah

b) Mengembangkan instrument untuk mengukur kondisi mutu saat in c) Mengumpulkan data mutu dan mengidentifikasi kebutuhan PMP d) Membaca bahan-bahan dalam panduan yang bisa digunakan untuk

meningkatkan mutu pembelajaran

e) Mengembangkan bahan pelengkap sehingga bimbingan teknis bisa digunakan kepada guru tersebut

2) Tahap Pelaksanaan

a) Memberikan bimbingan teknis kepada guru

b) Memantau peningkatan mutu pembelajaran yang terjadi c) Memberikan umpan balik atau supervisi yang diperlukan 3) Tahap Tindak Lanjut

a) Melakukan refleksi bersama (Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru) untuk menemukan hikmah (lesson learned) dari praktik upaya PMP yang telah dilakukan.

b) Merancang upaya PMP secara berkelanjutan (bagi guru yang

(33)

27

b. Bagi Guru Inti

Bagi Guru Inti, kegiatan pemberian bimbingan teknis bisa dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1)Tahap Persiapan

a) Mengadakan kontak dengan guru untuk mengadakan pertemuan di gugus

b) Mendiskusikan permasalahan dalam penerapan pendekatan saintifik yang perlu ditingkatkan mutu penerapannya

c) Memberikan bimbingan teknis yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi

2)Tahap Pelaksanaan

a) Mengamati guru dalam menerapkan pembelajaran yang telah memperoleh bimbingan teknis di gugus

b) Mendiskusikan proses dan hasil penerapan bimbingan teknis 3)Tahap Tindak Lanjut

a) Melakukan refleksi bersama (Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru) untuk menemukan hikmah (lesson learned) dari praktik upaya PMP yang telah dilakukan.

b) Merancang upaya PMP secara berkelanjutan (bagi guru yang

bersangkutan, semua guru di sekolah tersebut, dan guru-guru lain di wilayah binaan pengawas).

c. Bagi Guru

Bagi Guru, upaya PMP dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut. 1) Membaca bahan dalam Panduan yang bisa digunakan untuk

meningkatkan mutu pembelajaran,

2) Mengidentifikasi hal-hal dalam praktik pembelajarannya yang masih perlu ditingkatkan

3) Merancang upaya PMP dan memuatnya ke dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan perangkat pembelajaran lainnya, 4) Menjalankan RPP sesuai dengan rencana PMP yang telah ditetapkan 5) Mendokumentasikan proses dan hasil belajar siswa (sesuai dengan focus

peningkatan mutunya)

6) Mengambil kesimpulan terhadap pelaksanaan rencananya (upayakan secara tertulis)

7) Mengomunikasikan proses yang dilalui dan hasil yang dicapai kepada sesama guru dan kepala sekolah.

d. Bagi Orang Tua

Bagi Orang Tua, upaya PMP ini bisa dilakukan sebagai berikut.

(34)

28

2) Menggali informasi dari orang tua yang lain, dan menyimpulkannya 3) Membandingkan kesimpulan dengan standar mutu yang ada di dalam

panduan atau yang ditetapkan oleh sekolah 4) Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah

5) Memantau penerapan masukan yang ada dan mengadakan pertemuan terkait dengan kemajuan dari mutu pembelajaran di sekolah.

C. TUJUAN

Tujuan umum program peningkatan mutu pembelajaran (PMP) di Sekolah Dasar ini alah mendorong percepatan terwujudnya pembelajaran yang bermutu di sekolah dasar. Dengan program peningkatan mutu pembelajaran (PMP) tersebut, diharapkan sekolah-sekolah yang ditunjuk tersebut bisa meningkatkan kualitas pembelajarannya sesuai dengan sesuai harapan masyarakat. Dalam jangka panjang, keberadaan sekolah tersebut juga dapat berimbas kepada sekolah sekitarnya dan memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitas layanan pendidikan bagi masyarakat sekitarnya. Dengan pola pengimbasan ini percepatan akses terhadap mutu pendidikan menjadi semakin baik.

Pemahaman mutu yang dimaksud dengan program PMP dapat dimaknai dari dua sisi: pertama, sekolah-sekolah tersebut diharapkan memenuhi kualifikasi minimal yang ditetapkan oleh Badan Standart Nasional Pendidikan (BSNP) yang mencakup 8 (delapan) komponen standar mutu; kedua, sekolah-sekolah tersebut mampu memenuhi tuntutan mutu yang diinginkan oleh masyarakat luas yang ditandai dengan meningkatnya animo pendaftar maupun kepercayaan terhadap sekolah (sekolah yang difavoritkan).

Secara khusus tujuan program program peningkatan mutu pembelajaran (PMP) ini sebagai berikut.

1. Mengoptimalkan pembiasaan pendekatan saintifik untuk pengembangan karakter.

2. Melakukan peningkatan kemampuan membuat penugasan yang baik 3. Melakukan pengembangan kemampuan untuk mendorong siswa menanya 4. Melakukan pengembangan kemampuan mendampingi siswa belajar 5. Melakukan pengembangan kemampuan berliterasi siswa

6. Mengoptimalkan pemanfaatan learning objects

D. KETENAGAAN

Struktur ketenagaan berikut ini menjelaskan unsur, tugas, keanggotaan, dan kriteria tim peningkatan mutu pembelajaran (PMP), dari tim pembina program PMP tingkat pusat sampai tim pelaksana tingkat gugus sekolah/sekolah.

(35)

29

Tim Pembina Tingkat Pusat terdiri atas unsur Birokrat (pejabat/staf), Akademisi (dosen perguruan tinggi), tenaga fungsional yang terkait dan praktisi (guru, kepala sekolah, dan pengawas). Sebelum melakukan pembinaan khususnya bimbingan teknis Tim ini akan diberikan orientasi berkaitan dengan substansi dan pelaksanaan kegiatan pembinaan/bimbingan teknis PMP selama beberapa hari.

Tujuan orientasi tersebut adalah untuk memberikan wawasan kebijakan, materi dan persamaan persepsi serta langkah gerak dalam melaksanakan kegiatan pembinaan/bimbingan teknis PMP. Tim Pembina PMP Tingkat Pusat diseleksi berdasarkan kriteria tertentu antara lain latar belakang pengalaman, pendidikan dan kriteria lainnya yang ditetapkan oleh Direktur Pembinaan Sekolah Dasar.

a. Unsur Tim Pembina/Fasilitator

Tim Pembina PMP Tingkat Pusat berasal dari unsur-unsur birokasi, akademisi, dan praktisi. Secara terperinci unsur Tim Pembina PMP Tingkat Pusat berasal dari unsur:

1) Direktorat Pembinaan SD, Ditjen Pendidikan Dasar

2) Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Ditjen Pendidikan Dasar

3) Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbangdikbud

4) Perguruan Tinggi yang ditunjuk sebagai pengembang PMP

5) Pusat Pengembangan Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/ Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

6) Tim Pembina /Fasilitator PMP Provinsi

b. Struktur Tim Pembina/Fasilitator

Struktur Tim Pembina/Fasilitator PMP terdiri atas:

1) Koordinator, tim pembina/fasilitator adalah Direktur Pembinaan Sekolah Dasar.

2) Sekretaris, tim pembina/fasilitator adalah Kepala Subdit Pembelajaran. 3) Tim Fasilitator terdiri dari pejabat/staf dan SDM lainnya yang memenuhi

kriteria sebagai fasilitator.

c. Tugas Tim Pembina/Fasilitator

Tugas Tim Pembina/Fasilitator program PMP Tingkat Pusat:

1) Melaksanakan standar, norma, kriteria, pedoman, dan prosedur program PMP;

2) Melaksanakan kebijakan program PMP;

(36)

30

4) Menetapkan tim pembina dan master trainer program PMP tingkat provinsi;

5) Mengkoordinasikan provinsi dan kabupaten/kota dalam penyelenggarakan bimtek di tingkat gugus sekolah/sekolah dasar;

6) Melaksanaan pemetaan pelaksanaan program PMP tingkat nasional 7) Menyelenggarakan seminar nasional program PMP

8) Melaksanakan seleksi calon pembina/fasilitator tingkat provinsi.

d. Kriteria Tim Pembina/Fasilitator

Kriteria fasilitator sebagai berikut.

1) Diutamakan berpengalaman menjadi fasilitator yang berkaitan dengan program PMP

2) Lulus seleksi calon fasilitator

3) Memiliki komitmen dan jejak rekam dalam program PMP 4) Menyatakan kesanggupan menjadi fasilitator

2. Tim Pembina PMPTingkat Provinsi

Tim Pembina PMP Tingkat Provinsi terdiri atas unsur birokrat (pejabat/staf), akademisi (dosen perguruan tinggi), tenaga fungsional yang terkait dan praktisi (guru , kepala sekolah, dan pengawas). Sebelum melakukan pembinaan khususnya bimbingan teknis Tim ini diberikan orientasi berkaitan dengan substansi dan pelaksanaan kegiatan pembinaan/bimbingan teknis PMP selama beberapa hari .

Tujuan orientasi tersebut adalah untuk memberikan wawasan kebijakan, materi dan persamaan persepsi serta langkah gerak dalam melaksanakan kegiatan pembinaan/bimbingan teknis PMP.

Tim Pembina PMP Tingkat Provinsi diseleksi berdasarkan kriteria tertentu, antara lain latar belakang pengalaman, pendidikan dan kriteria lainnya yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi.

a. Unsur Tim Pembina/Fasilitator

Unsur tim pembina PMP Tingkat Provinsi:

1) Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Provinsi 2) Praktisi Pendidikan Sekolah Dasar

3) Dosen Perguruan Tinggi

4) Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

5) Tim Pengembang PMP Kabupaten/Kota terbaik

b. Struktur Tim Pembina/Fasilitator Tim Pembina/Fasilitator

(37)

31

Koordinator tim Pembina/fasilitator yaitu Kepala Bidang yang menangani pendidikan sekolah dasar

2) Sekretaris

Sekretaris tim pembina/fasilitator yaitu Kepala seksi atau staf yang menangani sekolah dasar atau kurikulum

3) Tim Fasilitator

Tim fasiltator terdiri atas staf/pejabat yang terkait dan sesuai dengan kriteria.

c. Tugas Tim Pembina/Fasilitator

Tugas tim pembina PMP Tingkat Provinsi:

1) Melaksanakan standar, norma, kriteria, pedoman dan prosedur PMP yang ditetapkan Tim PMP Pusat;

2) Melaksanakan kebijakan PMP di tingkat provinsi;

3) Mengkoordinasikan dan melaksanakan bimbingan teknis, supervisi dan evaluasi PMP kabupaten/kota, gugus, dan sekolah;

4) Menyeleksi tim pengembang PMP Kabupaten/Kota;

d. Kriteria Tim Pembina/Fasilitator

Kriteria Tim Pembina PMP Tingkat Provinsi sebagai berikut.

1) Diutamakan berpengalaman menjadi fasilitator yang berkaitan dengan PMP. 2) Lulus seleksi calon fasilitator

3) Memiliki komitmen dan jejak rekam dalam PMP 4) Menyatakan kesanggupan menjadi fasilitator

3. Tim Pengembang PMP Tingkat Kabupaten/Kota

Tim Pembina PMP Tingkat Kabupaten/Kota terdiri atas unsur birokrat (pejabat/staf), akademisi (dosen perguruan tinggi), Tenaga fungsional yang terkait dan praktisi (guru, kepala sekolah, dan pengawas). Sebelum melakukan pembinaan khususnya bimbingan teknis, Tim ini diberikan orientasi berkaitan dengan substansi dan pelaksanaan kegiatan pembinaan/bimbingan teknis PMP selama beberapa hari. Tujuan orientasi untuk memberikan wawasan kebijakan, materi dan persamaan persepsi serta langkah gerak dalam melaksanakan kegiatan pembinaan/bimbingan teknis PMP. Tim Pengembang PMP Tingkat Kabupaten/Kota ini diseleksi berdasarkan kriteria tertentu, antara lain latar belakang pengalaman, pendidikan dan kriteria lainnya yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

a. Unsur Tim Pengembang/Fasilitator

Tim Pengembang PMP Tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari unsur-unsur berikut. 1) Kabid yang menangani sekolah dasar

(38)

32

4) Kepala Sekolah (Ketua KKKS), 5) Guru

b. Struktur Tim Pengembang/Fasilitator

Struktur tim pengembang/fasilitator PMP Tingkat Kabupaten/Kota terdiri atas: 1) Koordinator

Koordinator tim Pengembang/fasilitator yaitu Kepala Bidang yang menangani pendidikan sekolah dasar

2) Sekretaris

Sekretaris tim pengembang/fasilitator yaitu Kepala seksi atau staf yang menangani sekolah dasar atau kurikulum

3) Tim Fasilitator

Tim fasiltator terdiri atas staf/pejabat yang terkait dan sesuai dengan kriteria

c. Tugas Tim Pengembang/Fasilitator

Tugas Tim Pengembang PMP Tingkat Kabupaten/Kota:

1) Melaksanakan standar, norma, kriteria, pedoman dan prosedur PMP yang ditetapkan Tim PMP Nasional dan provinsi;

2) Melaksanakan kebijakan PMP di tingkat kabupaten/kota;

3) Mengkoordinasikan dan melaksanakan bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi PMP kecamatan, gugus, dan sekolah;

4) Menyeleksi tim pengembang PMP tingkat gugus dan sekolah; dan 5) Menyelenggarakan workshop/pelatihan PMP bagi guru SD;

d. Kriteria Tim Pengembang/Fasilitator

1) Diutamakan berpengalaman menjadi fasilitator yang berkaitan dengan PMP. 2) Lulus seleksi calon fasilitator

3) Memiliki komitmen 4) Menyatakan kesanggupan

(39)

33

E. STRATEGI DAN POLA

Pembinaan program peningkatan mutu pembelajaran (PMP) dapat dilakukan dengan strategi dan pola secara berjenjang dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, sampai tingkat gugus sekolah/sekolah dasar. Tingkat/lingkup pembinaan terhadap pelaksanaan PMP di sekolah dasar terdiri atas:

1. Pembinaan Tingkat Nasional/Pusat

Pembinaan pelaksanaan PMP tingkat nasional/pusat meliputi seluruh daerah provinsi (33 provinsi), kabupaten/kota, kecamatan dan sekolah dasar. Pembinaan ini dilakukan oleh intansi terkait yang ada di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seperti Direkrotar Pembinaan Sekolah Dasar dan Tim Pembina PMP Tingkat Pusat.

2. Pembinaan Tingkat Provinsi

Pembinaan pelaksanaan PMP tingkat provinsi meliputi seluruh daerah kabupaten/kota, kecamatan dan sekolah dasar yang ada di masing-masing daerah provinsi. Pembinaan ini dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi melalui Bidang yang menangani Sekolah Dasar dan Tim Pembina PMP Tingkat Provinsi.

3. Pembinaan Tingkat Kabupaten/Kota

Pembinaan pelaksanaan PMP tingkat meliputi seluruh daerah kecamatan dan seluruh sekolah dasar yang ada di masing-masing daerah kabupaten/kota.

Pembinaan ini dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melalui Bidang yang menangani Sekolah Dasar dan Tim Pengembang/Pembina PMP Tingkat Kabupaten/Kota.

4. Pembinaan Tingkat Gugus Sekolah/Sekolah Dasar

Pembinaan pelaksanaan PMP tingkat gugus sekolah/sekolah dasar meliputi seluruh sekolah dasar yang ada di masing-masing gugus sekolah dasar.

Pembinaan ini dilakukan oleh Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan atau Unit Pelaksana Teknis Dinas/Daerah melalui seksi/pengawas yang menangani Sekolah Dasar dan Tim Pelaksana PMP Tingkat Gugus Sekolah.

F. ORGANISASI

1. Peran Direktorat Pembinaan SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

Peran Direktorat Pembinaan SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, dalam pembinaan PMP di SD meliputi:

(40)

34

b. Mengimplementasikan kebijakan, mensosialisasikan, dan mengkoordinasikan program PMP di seluruh Provinsi;

c. Memberikan bimbingan teknis, melakukan supervisi, dan advokasi implementasi program PMP secara nasional;

b. Memberikan bantuan bersama mitra kerja, antara lain lembaga donor sesuai hasil kajian yang dituangkan dalam perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang, untuk implementasi, pengembangan, dan pengawasan pelaksanaan program PMP;

c. Menetapkan tim pengembang dan master of trainner PMP tingkat nasional dan tingkat provinsi;

d. Melaksanakan pengawasan dan evaluasi program PMP secara berkala dan berkelanjutan;

e. Menyusun laporan hasil pembinaan program PMP secara berkala sebagai informasi yang bisa digunakan bersama oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

2. Peran Dinas Pendidikan Provinsi

Peran Dinas Pendidikan Provinsi dalam pembinaan PMP di SD meliputi:

a. Menetapkan kebijakan (peraturan, surat edaran, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, dan perijinan) terkait pembinaan PMP di tingkat provinsi; b. Mengusulkan terbitnya peraturan daerah atau peraturan gubernur tentang

pembinaan PMP di tingkat provinsi;

c. Menyediakan dana, sarana dan prasarana untuk implementasi pembinaan PMP di tingkat provinsi;

d. Melaksanakan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait pembinaan PMP di tingkat provinsi;

e. Menyusun program kerja pembinaan PMP di tingkat provinsi; f. Menyusun buku panduan pembinaan PMP di tingkat provinsi;

g. Melakukan pemetaan sumber daya dan gugus sekolah yang dijadikan rintisan/piloting (antara lain melakukan analisis jumlah fasilitator dan sekolah yang sudah atau belum melaksanakan PMP ;

h. Mengusulkan anggaran implementasi pembinaan PMP (advokasi, studi banding, bimtek, pendampingan, monitoring, dan review);

i. Menetapkan tim pengem

Gambar

Tabel 1: Sintaksis Pembelajaran Berbasis Proyek
Tabel 1:Sintaksis Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery learning)
Tabel 1. Sintaksis  Pembelajaran Berbasis Masalah
Gambar Diam
+2

Referensi

Dokumen terkait

Rencana pengawasan pembelajaran merupakan penjabaran dari program semester kedalam rencana kegiatan yang disusun secara rinci yang berfungsi sebagai pedoman dalam

Tujuan : Memantau pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan memanfaatkan hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan monitoring dan akreditasi

Selanjutnya adalah diskusi kelompok dengan memanfaatkan tutor sebaya (peer tutor), kuis individu, rekognisi tim, dan terakhir reward untuk tim. Secara rinci pelaksanaan

Kepemimpinan kepala sekolah dan kreatifitas guru yang professional, inovatif, kreatif, mrupakan salah satu tolok ukur dalam Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah ,karena kedua

Monitoring pelaksanaan kegiatan Penerapan dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna dilakukan oleh Tim yang dibentuk Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dengan

tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan program Adwiyata, keterlibatan peserta didik dalam mendukung program sekolah adiwiyata adalah pada poin bahwa peserta didik

tinggi kelompok Mandiri, Utama, Madya dan Politeknik Non-Binaan yang meliputi biaya pengelolaan dan seleksi proposal, monitoring dan evaluasi (monev) internal, seminar

Peningkatan standar mutu dilakukan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi (monev), evaluasi diri, audit, dan benchmarking. Evaluasi diri dilakukan terutama