• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik)."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Fir asidah Hasnah

0941010036

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)
(3)
(4)
(5)

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan

hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “IMPLEMENTASI KEBIJ AKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI

KABUPATEN GRESIK (Studi tentang par kir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gr esik)’’.

Skripsi ini merupakan salah satu kewajiban bagi kami mahasiswa Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, khusus fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

dalam jurusan Administrasi Publikdalam rangka memenuhi tujuan akademik guna

melengkapi sebagian syarat untuk menempuh ujian skripsi. Hasil drai penulisan skripsi ini

bukanlah kemampuan dari penulis semata. Namun berkat bantuan serta dorongan dari

berbagai pihak baik dalam bentuk bantuan tenaga, pikiran, waktu, moril, maupun materil

serta bantuan dalam bentuk yang lain.

Pada dasarnya bertujuan untuk dapat mempermudah dan mempercepat proses

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Dr. Ertien rining N, Msi selaku Dosen

Pembimbing dengan penuh kesabaran yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. Atas terselesainya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan apabila penulis menyampaikan

rasa terima kasih atas bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh :

1. Ibu Hj. Suparwati, Dra., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

(6)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembanguanan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

4. Kedua Orang Tuaku, yang selalu memberikan dorongan dan bantuan baik spiritual

dan materil. Kasih sayang dan perhatian yang beliau berikan kepada penulis tidak

dapat tergantikan oleh apapun. Terima kasih ayah dan ibu, semoga Allah SWT selalu

melindungi beliau berdua.

Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa dalam penulisan proposal

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Sebagai bahan acuan bagi

penulisan yang akan datang. Akhir kata semoga dengan terselesainya proposal skripsi ini

dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan, khususnya bagi penulis maupun

bagi pihak fakultas dan para pembaca pada umumnya.

Surabaya 2013

(7)

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 15

2.2.1 Pengertian Implementasi ... 15

2.2.1.1 Implementasi Kebijakan ... 16

2.2.1.2 Konsep Implementasi Kebijakan ... 17

(8)

2.2.2.1 Pengertian Kebijakan publik ... 24

2.2.2.2 Pendekatan Dalam Analisis Kebijakan Publik ... 24

2.2.2.3 Aktor-aktor dan Pelaku Pembuat kebijakan publik 26

2.2.2.4 Aktor yang Berperan Dalam Proses Kebijaksanaan 29

2.2.2.5 Sifat Kebijakan Publik ... 32

2.2.3 Pengertian Peraturan daerah ... 33

2.2.4 Kerangka Berpikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Fokus Penelitian ... 39

3.3 Lokasi Penelitian ... 41

3.4 Sumber dan Jenis Data ... 42

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.6 Metode Analisa Data ... 44

3.7 Keabsahan data ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 51

4.1.1 Sejarah Dinas Perhubungan Kabupaten Gresik ... 51

4.1.2 Sektor/ Sub Sektor ... 52

(9)

4.1.5.1 Tugas Dinas Perhubungan Kabupaten

Gresik ... 56

4.1.5.2 Fungsi Dinas Perhubungan Kabupaten Gresik ... 56

4.1.6 Tugas Seksi Pengendalian dan Operasional Dinas Perhubungan ... 57

4.1.7 Parkir Tepi Jalan Umum Kabupaten Gresik ... 59

4.1.8 Dasar Hukum ... 60

4.1.9 Komposisi Pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Gresik ... 60

4.1.10 Gambaran Umum Parkir di Kabupaten Gresik ... 63

4.1.11 Gambaran Umum Alun-alun Gresik ... 68

4.2 Hasil Penelitian ... 69

4.3 Pembahasan ... 83

4.3.1 Pengelolaan Tempat Parkir di Tepi Jalan Umum .... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Gambar 3.1 Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman ... 47

(11)

Tabel 4.1 Komposisi Pegawai Negri Sipil Dinas Perhubungan kabupaten

Gresik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 4.2 Komposisi Pegawai Negri Sipil Dinas Perhubungan kabupaten

Gresik Berdasarkan Jenis Pendidikan ... 61

Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Negri Sipil Dinas Perhubungan kabupaten

(12)

ABSTRAK

Firasidah Hasnah 2013. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Tempat Parkir Di Kabupaten Gresik (Studi Tentang Parkir Non Berlangganan Di Tepi Jalan Umum Kawasan Alun-Alun Gresik

).

Penelitian ini didasarkan fakta bahwa sering ada pengaturan parkir yang mengganggu arus lalu lintas sehingga fungsi dan tanggung jawab dari pemerintah mengatasi masalah parkir dipertanyakan. Terdapat oknum juru parkir yang menggunakan tepi jalan umum di tempat keramaian (kawasan alun-alun Gresik) terkadang kurang memperhatikan aturan yang telah dibuat oleh Pemerintah Daerah yang menjadi tempat umum.

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif. Lokasi dalam penelitian ini adalah alun-alun Kabupaten Gresik. Sumber data penelitian ini diperoleh dari key informan, tempat peristiwa dan lokasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian bahwa implementasi kebijakan pengelolaan tempat parkir umum di kawasan Alun-alun Gresik belum terimplementasi sepenuhnya karena masih terdapat pelanggaran yang dilakukan petugas parkir dilapangan. Dalam melayani masuk dan keluarnya kendaraan di tempat parkir belum terimplementasi sepenuhnya karena batas parkir yang seharusnya digunakan itu terkadang ada dan terkadang tidak ada. Menata kendaraan yang di parkir agar tidak mengganggu arus lalu lintas, masih belum terimplementasi dikarenakan petugas dilapangan masih adanya petugas parkir yang menata kendaraan di tepi jalan umum melebihi satu shap/ satu baris. Menjaga kebersihan dan keamanan kendaraan yang diparkir sudah terimplementasi dengan baik. Penggunakan tanda bukti (karcis) yang telah di porporasi oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset petugas parkir dalam menggunakan tanda bukti (karcis) belum terimplementasi secara maksimal karena masih adanya petugas parkir yang menjadikan tanda bukti (karcis) menjadi satu fungsi saja. Karcis yang digunakan sudah sedah sesuai tetapi masih ada petugas yang menggunakan tanda bukti (karcis) menjadi satu fungsi saja. Dalam pembayaran parkir sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(13)

1.1. Latar Belakang

Otonomi daerah merupakan sebuah awal dalam hal peningkatan

kualitas kehidupan masyarakat sekaligus ditujukan untuk peningkatan

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Otonomi Daerah menurut

Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 yang disempurnakan dalam

Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2008 adalah kewenangan daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan

perundang-undangan sehingga pemerintah daerah harus mampu melaksanakan berbagai

kewenangan yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Tujuan

utama otonomi daerah adalah tercapainya penyelenggaraan pemerintahan

yang baik (good governance) dengan landasan demokrasi yang

menitikberatkan pada peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan,

memperhatikan keanekaragaman sosial, ekonomi, dan budaya.

Penyelenggarakan otonomi daerah dalam Undang-Undang No. 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang berprinsip pada pemberian

otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah

secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan

pemanfaatan sumberdaya nasional. Dalam sistem penyelenggaraan

(14)

vertikal suatu negara dikenal dengan istilah desentralisasi yang membagi

kekuasaan negara terbagi antara pemerintah pusat dan daerah.

Upaya penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah dan peningkatan

pelayanan kepada masyarakat serta melaksanakan pembangunan daerah,

maka daerah membutuhkan sumber-sumber kebijakan yang cukup memadai

sesuai dengan batas-batas peraturan perundang-undangan.

Dalam kaitannya dengan otonomi daerah, dipandang mampu

menjadi motor penggerak sekaligus sebagai pendorong peningkatan dan

kesejahteraan masyarakat. Dalam undang-undang Nomor 34 Tahun 2000

tentang pajak daerah dan retribusi daerah :

1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan kekayaan dearah yang dipisahkan

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

5. mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki dalam proses produktif.

Dalam perkembangan Kota Gresik dari tahun ke tahun semakin

banyak perubahan terhadap pola hidup masyarakat hal ini berpengaruh pada

sektor kepemilikan kendaraan di Kota Gresik yang makin meningkat

dimana setiap pemilik kendaraan menginginkan kemudahan untuk

menjalankan aktifitasnya. Meningkatnya penggunaan kendaraan serta

aktivitas masyarakat terutama di alun-alun Gresik maka meningkat pula

(15)

selamanya bergerak, ada saatnya kendaraan itu berhenti, menjadikan tempat

parkir sebagai unsur terpenting dalam transportasi.

Dalam pertimbangan pengelolaan perparkiran sesuai dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 4 Tahun 2011 dalam Bab 2

Pasal 3 Nomor 2 tentang pengelolaan parkir tepi jalan umum tersebut timbul

permasalahan dalam pengelolaan yang kurang sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Kondisi inilah yang membuat pemerintah Kota Gresik harus

berinisiatif untuk mengatur sisitem pengelolaan perparkiran yang lebih baik.

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kemacetan di daerah tertentu

terutama pada kawasan Alun-alun Gresik dikarenakan adanya prilaku

pengelola jasa parkir yang kurang profesional dalam melaksanakan

tugasnya.

Peraturan daerah yang mengatur parkir di tepi jalan umum adalah

peraturan daerah Kabupaten Gresik No 4 tahun 2011 bab 2 pasal 3 no 2

tentang pengelolaan parkir tepi jalan umum. Dalam rangka terwujudnya

pelaksanaan pengelolaan parkir tepi jalan umum secara lebih berdaya guna

dan berhasil guna serta untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

kota Gresik. Dipandang perlu untuk mengatur pengelolaan parkir tersebut

dalam peraturan Daerah Kabupaten Gresik. Dalam Peraturan Daerah No 4

tahun 2011, pasal 1 menyatakan bahwa parkir adalah keadaan kendaraan

bermotor berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan

pengemudinya, sedangkan tempat parkir adalah tempat yang disediakan

(16)

maupun di parkir khusus . Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah

jalan raya, namun parkir di sisi jalan umumnya diperbolehkan.

Salah satu tujuan dari adanya perparkiran ini adalah untuk

meningkatkan efektifitas pengelolaan dalam pemberian pelayanan

perparkiran kepada masyarakat. Retribusi pembayaran parkir juga

memberikan pengaruh dalam meningkatnya pendapatan asli daerah dan

pembangunan daerah, yang bersumber dari masyarakat dimana

pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Hal tersebut menyiratkan bahwa peran penting pemerintah lokal

dalam rangka merumuskan kebijakan-kebijakan yang mempunyai dampak

positif bagi masyarakat. Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang mewakili

semua pihak dan memiliki dampak yang positif bagi masyarakat, maka

diharapkan adanya kondisi yang sehat bagi perkembangan masyarakat baik

secara ekonomi, sosial, budaya, maupun dimensi lainnya.

Kabupaten Gresik sebagai bagian dari Propinsi Jawa Timur tentunya

lebih meningkatkan penyelenggaraaan pengelolaan perparkiran yang efektif.

dalam pemberian pelayanan pengelolaan perparkiran yang efektif pada

masyarakat dimana agar masyarakat tidak merasa dirugikan dalam

menggunakan jasa parkir yang telah disediakan.

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting

dalam proses kebijakan. Artinya implementasi kebijakan menentukan

keberhasilan suatu proses kebijakan dimana tujuan serta dampak kebijakan

(17)

Dengan adanya kegiatan yang banyak mengundang masyarakat

secara luas untuk datang d Alun-alun Kota Gresik. Karena setiap harinya

banyak pedagang kaki lima yang berjualan di dalam alun-alun, terdapat

tempat makan (pujasera), dan tempat taman bermain untuk anak-anak, dll

.Hal ini tentunya berdampak pada banyaknya parkir di tepi jalan umum

sekitar alun-alun yang terkadang mengganggu arus lalu lintas.

Kondisi tempat parkir

Berdasarkan observasi awal dilakukan oleh peneliti pada tanggal 1

(18)

beberapa kesalahan yang dilakukan oleh petugas parkir dilapangan dalam

hal pemberian tanda bukti pembayaran (karcis) yaitu dengan menjadikan

kacis lebih dari satu kali pemakaian dan dijadikan satu fungsi saja,

terkadang petugas melebihi batas parkir yang sudah di sediakan, masih

kurang mampu untuk menata kendaraannya dengan rapi disaat pengguna

jasa parkir terlalu banyak sehingga mengganggu arus lalu lintas.

Terdapat oknum juru parkir yang menggunakan tepi jalan umum di

tempat keramaian (kawasan alun-alun Gresik) terkadang kurang

memperhatikan aturan yang telah dibuat oleh Pemerintah Daerah yang

menjadi tempat umum.

Kebijakan parkir memunyai mempunyai tujuan untuk terciptanya

ketertiban perparkiran. Semakin berkembangnya tuntutan masyarakat

terhadap ketertiban perparkiran maka dibuatlah peraturan yang dapat

meningkatkan ketertiban pengelolaan perparkiran kepada pemakai jasa

parkir secara maksimal yaitu melalui peraturan Daerah Kabupaten Gresik

No 4 Tahun 2004 Pasal 2 Tentang Pengelolaan Parkir Tepi Jalan Umum.

Dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi

Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum Dan Retribusi Tempat Khusus Parkir

pada BAB II pasal 3 Nomor 2 yang menjelaskan pengelola parkir dalam

melaksanakan tugasnya, memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk :

a. melayani masuk dan keluarnya kendaraan di tempat parkir

b. menata kendaraan yang diparkir agar tidak mengganggu arus lalu

(19)

c. Menjaga keberhasilan dan keamanan kendaraan yang diparkir

d. Menggunakan tanda bukti (karcis) yang telah diporporasi oleh Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.

e. Menerima pembayaran parkir dari pemakai atau pemilik kendaraan

sebagai imbalan jasa pelayanan yang diberikan kecuali bagi yang

ikut parkir berlangganan.

Kebijakan parkir di Kabupaten Gresik yang sesuai dengan Perda no

4 tahun 2011 menjelaskan bahwa terdapat 2 (dua) jenis pelayanan tempat

parkir, meliputi : 1). Parkir di tepi jalan umum, 2). Parkir di tempat khusus

parkir.

Hal diatas tanpa disadari telah merugikan masyarakat pengguna jasa

parkir non berlangganan di tepi jalan umum kawasan alun-alun Gresik.

Ketidak efektifan yang dilakukan oleh juru parkir ini perlu mendapat

perhatian yang lebih dari Dinas Perhubungan sebagai pihak yang

berkopetensi dalam melaksanakan kebijakan pengelolaan perparkiran,

sehingga para juru parkir dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan

sesuai dengan kebijakan yang berlaku.

Melihat fenomena dan permasalahan diatas dalam penerapan

implementasi kebijakan parkir umum, maka hal ini mendorong penulis

untuk melakukan kajian mendalam tentang pelaksanaan parkir umum yang

dilaksanankan di Kabupaten Gresik dengan judul penelitian

(20)

PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang par kir di tepi jalan

umum kawasan Alun-alun Gr esik).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk mencoba

mengangkat permasalahan untuk dikaji dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana implementasi kebijakan pengelolaan tempat parkir di

Kabupaten Gresik (studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan

Alun-alun Gresik) ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Didalam melakukan suatu aktivitas tentunya mempunyai tujuan yang

hendak dicapai, demikian juga penelitian ini dalam rangka penyusunan

skripsi mempunyai tujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan

Pengelolaan Tempat Parkir di Kabupaten Gresik (studi tentang parkir di tepi

jalan umum kawasan Alun-alun Gresik).

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan serta ilmu mengetahui implementasi kebijakan

Pengelolaan Tempat Parkir di Kabupaten Gresik (studi tentang parkir di tepi

jalan umum kawasan Alun-alun Gresik) dan hal ini sangat berguna bila

terjun ke masyarakat.

2. Bagi Instansi

Memberikan gambaran mengenai implementasi kebijakan Pengelolaan

(21)

Perhubungan Kabupaten Gresik sebagai pihak yang berkompetensi

dalam pelaksanaan parkir umum di tepi jalan.

3. Bagi Universitas

Sebagai tambahan referensi dalam perpustakaan Universitas

(22)

2.1 Penelitian Terdahulu

Dari beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain

yang penulis pakai sebagai bahan kajian yang berkaitan dengan implementasi

kebijakan parkir umum di tepi jalan umum antara lain :

1. Her lina Kusuma N. Tahun 2012. Penelitian Tentang Implementasi

Kebijakan Retribusi Par kir Di Kawasan Maliobor o Kota Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Implementasi kebijakan

retribusi parkir di Kawasan Malioboro; 2) Hambatan-hambatan yang

dihadapi dalam implementasi kebijakan retribusi parkir di Kawasan

Malioboro; serta 3) Upaya yang dilakukan Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Pengelolaan Kawasan Malioboro dan Dinas Perhubungan Kota

Yogyakarta untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam implementasi

kebijakan retribusi parkir di Kawasan Malioboro.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Penentuan subjek penelitian dengan menggunakan metode

purposive. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,

dokumentasi dan observasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data

(23)

dengan langkah-langkah reduksi data, unitisasi dan kategorisasi, display

data, dan pengambilan kesimpulan serta verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Implementasi kebijakan retribusi

parkir yang dilakukan antara lain: a) mengadakan sosialisasi pada juru

parkir, b) mengadakan pendekatan pada juru parkir yang melanggar

aturan, c) pengawasan pada juru parkir. Berdasarkan Peraturan Daerah

Kota Yogyakarta tentang perparkiran, implementasi kebijakan retribusi

parkir di Kawasan Malioboro tidak terimplementasikan dengan baik

karena pada proses implementasi ditemukan juru parkir memakai karcis

parkir lebih dari satu kali, menaikkan tarif parkir menjadi dua kali lipat

dari tarif yang ditentukan, tidak ramah dan tidak bertanggung jawab atas

keamanan kendaraan serta perlengkapannya. 2) Hambatan-hambatan yang

dihadapi dalam implementasi kebijakan retribusi parkir di Kawasan

Malioboro yaitu: a) juru parkir tidak semua datang saat sosialisasi, b)

adanya juru parkir tembak (diwakilkan), c) adanya juru parkir yang tidak

jujur yang berkeinginan mendapatkan keuntungan yang lebih, d)

kurangnya pengawasan pada juru parkir, e) sanksi yang diberikan dalam

kegiatan perparkiran acapkali hanya berupa teguran kepada pemilik

kendaraan maupun kepada petugas/juru parkir yang melanggar. 3) Upaya

yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam implementasi

kebijakan retribusi parkir di Kawasan Malioboro yaitu: a) pengawasan

(24)

pada juru parkir lebih ditingkatkan dan digiatkan, c) operasi penegakan

kedisplinan lebih digiatkan.

2. Yordan Boy. Y,. Tahun 2011. Penelitian Tentang Implementasi

Kebijakan Par kir Insidental Di Kabupaten Sidoar jo (studi kasus di

Gor Gelora Delta Sidoarjo). J ur usan Ilmu Administr asi Negara.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Univer sitas Pembangunan

Nasional “Veteran J atim”. Dalam penelitian ini jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Analisis data yang digunakan adalah model interaktif Milles dan

Huberman yang melalui tiga tahap yaitu : reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan. Informan dalam penelitian ini adalah dari Dinas

Perhubungan Kabupaten Sidoarjo, beberapa petugas juru parkir di Gor

Gelora Delta Sidoarjo dan masyarakat pengguna jasa layanan parkir

insidental.

Dari hasil temuan penelitian dikemukakan bahwa : implementasi

kebijakan parkir insidental dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Parkir dan Peraturan

Bupati Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pelayanan Parkir Oleh Pemerintah

Kabupaten Sidoarjo. Dalam hal implementasi kebijakan parkir insidental

di Kabupaten Sidoarjo sebagai upaya memberikan pelayanan kepada

masyarakat pengguna jasa layanan parkir insidental, dalam hal

pengelolaan retribusi parkir insidental dikelola oleh UPT Parkir Dinas

(25)

insidental belum terimplementasi secara optimal, karena masih ada

beberapa kesalahan yang dialakukan oleh petugas dilapangan dalam hal

pemberian tanda bukti pembayaran (karcis) yaitu dengan menjadikan

karcis tersebut diberikan kepada pengguna jasa parkir lainnya.

Berdasarkan temuan penelitian diatas disarankan : Pemerintah

Kabupaten Sidoarjo hendaknya memperhatikan lebih jauh dan membuat

aturan pelaksana dengan jelas dan rinci tentang parkir insidental agar

kebijakan parkir insidental dapat terimplementasi secara optimal. Serta

perlunya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan kepada

para juru parkir dalam melaksanakan pemungutan retribusi parkir

insidental di Gor Gelora Delta Sidoarjo sebagai upayanya untuk

memperkecil kesalahan yang terjadi dilapangan, karena pengawasan dapat

dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksana kebijakan parkir

insidental.

3. Her min Ariyani Setiyaningsih. 2009. Penelitian Tentang

Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Sur akarta Dalam

Penataan Par kir Guna Mendukung Ketertiban Lalu Lintas, J urusan

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Univer sitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi

Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Surakarta Dalam Penataan Parkir

Guna Mendukung Ketertiban Lalu Lintas dan untuk mengetahui

Hambatan-hambatan UPTD Perparkiran dalam Penataan Parkir Guna

(26)

Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 tahun 2004 tentang

Penyelenggaraan Tempat Khusus Parkir. Penelitian ini merupakan

penelitian yang bersifat deskriptif. Jenis data yang dipergunakan meliputi

data sekunder. Metode pengumpulan data normatif, karena penulis dalam

penelitian ini mengkaji hukum tertulis yang berasal dari data sekunder.

Sedangkan analisis data dilakukan secara kualitatif dengan model

interaktif dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan : (1) Penyelenggaraan Tempat Khusus Parkir, dilakukan oleh

UPTD Perparkiran Kota Surakarta pengelolaannya dikerjasamakan dengan

Pihak Kedua baik itu Badan/Yayasan ataupun Perorangan. Untuk

mendapatkan hak mengelola tempat parkir dibutuhkan ijin dari Walikota

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta, ijin pengelolaan tempat

khusus parkir terdiri melalui Tender / Lelang dan Penunjukan / ijin

Walikota; (2) Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Perda kota

Surakarta Nomor 7 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Tempat Khusus

Parkir dan upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Adapun masalah

tersebut adalah : (a) Munculnya Parkir Liar dan Petugas Parkir Gadungan;

(b) Tarif parkir yang tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan; (c)

Masalah karcis; (d) masalah atribut seragam dan perlengkapan petugas

parkir; (e) Tempat parkir yang tidak teratur dan (f) kurangnya pengetahuan

petugas parkir terhadap peraturan daerah dan cara mengatur lalu lintas.

Upaya untuk mengatasi masalah tersebut UPTD Perparkiran kota

(27)

terhadap parkir liar dengan melakukan operasi gabungan yang

dilaksanakan setiap 1 (satu) bulan 3 (tiga) kali dalam satu bulan yang

melibatkan unsur polisi, Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan, UPTD

Perparkiran, Satuan Polisi Pamong Praja, Kejaksaan, Pengadilan dan Dem

pom; (b) melakukan pemeriksaan Kartu Tanda Anggota (KTA); (c)

mengkonfirmasikan masalah-masalah yang ada kepada Pengusaha Parkir

yang di daerah tersebut; (d) Parkir liar yang tidak mau membayar retribusi

ditangkap untuk ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (e)

Memberikan pembinaan tentang tata cara mengatur/menata parkir, serta

memberikan pembinaan tentang cara mengatur lalu lintas kepada petugas

parkir; (f) Mengkoordinasikan pihak terkait untuk melakukan penataan dan

pengaturan terhadap parkir di Kota Surakarta.

Dari ketiga penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada

penelitian sebelumnya yang dilakukan Herlina Kusuma N, memfokuskan pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Implementasi kebijakan retribusi

parkir di Kawasan Malioboro; 2) Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam

implementasi kebijakan retribusi parkir di Kawasan Malioboro; serta 3) Upaya

yang dilakukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Kawasan Malioboro

dan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta untuk mengatasi hambatan-hambatan

dalam implementasi kebijakan retribusi parkir di Kawasan Malioboro. Sedangkan

pada penelitian yang dilakukan oleh Yordan Boy. Y, memfokuskan Dalam hal

(28)

memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa layanan parkir

insidental, dalam hal pengelolaan retribusi parkir insidental dikelola oleh UPT

Parkir Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo. Dalam pelaksanaan kebijakan

parkir insidental belum terimplementasi secara optimal, karena masih ada

beberapa kesalahan yang dialakukan oleh petugas dilapangan dalam hal

pemberian tanda bukti pembayaran (karcis) yaitu dengan menjadikan karcis

tersebut diberikan kepada pengguna jasa parkir lainnya. Pada penelitian ketiga

yang dilakukan oleh Hermin Ariyani Setiyaningsih, memfokuskan untuk

mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota

Surakarta Dalam Penataan Parkir Guna Mendukung Ketertiban Lalu Lintas dan

untuk mengetahui Hambatan-hambatan UPTD Perparkiran dalam Penataan Parkir

Guna Mendukung Ketertiban Lalu lintas dan Cara Mengatasinya Berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan

Tempat Khusus Parkir.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Implementasi

Pada suatu kebijakan kebijakan telah dilaksanakan oleh unit-unit eksekutor

(birokrasi pemerintah) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan sumber

daya lainya (teknologi dan manajemen), dan pada tahap ini dapat dilakukan.

Menurut Patton dan Sawicki dalam Tangkilisan (2003 : 9) bahwa implementasi

(29)

dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir,

menginteoretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Jadi tahapan

implementasi merupakan peristiwa yang be rhungan dengan apa yang terjadi

setelah suatu perundang-undangan ditetapkan memberikan otoritas pada suatu

kebijakan dengan membentuk output yang jelas dan dapat diukur. Dengan

demikian tugas implementasi kebijakan mencapai hasil melalui aktifitas atau

kegiatan dari program pemerintah.

Menurut Jonenes dalam Tangkilisan (2003 : 17) Implementasi merupakan

suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha

untuk mencapai apa yang dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur

kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program kedalam

tujuan kebijakan yang diinginkan.

Sedangkan menurut Pressman dan Wilavsky dalam Tangkisan (2003 : 17),

dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam

hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapai.

2.2.1.1 Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam

proses kebijakan. Artinya implementasi kebijakan menentukan keberhasilan suatu

proses kebijakan dimana tujuan serta dampak kebijakan dapat dihasilkan.

Pentingnya implementasi kebijakan ditegaskan oleh pendapat Udoji dalam

(30)

important than policy making. Policy will remain dreams or blue prints jackets

unless they are implemented”.

Teori yang diungkapkan oleh James Anderson dalam Agustino (2006 : 7)

mengungkapakan bahwa kebijakan publik sebagai serangkaian kegiatan yang

mempunyai maksud/ tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang

aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu hal yang

diperhatikan.

Agustino (2006:155) menerangkan bahwa implementasi kebijakan dikenal dua

pendekatan yaitu:

“Pendekatan top down yang serupa dengan pendekatan command and

control (Lester Stewart, 2000:108) dan pendekatan bottom up yang serupa dengan

pendekatan the market approach (Lester Stewart, 2000:108). Pendekatan top

down atau command and control dilakukan secara tersentralisasi dimulai dari

aktor di tingkat pusat dan keputusan-keputusan diambil di tingkat pusat.

Pendekatan top down bertolak dari perspektif bahwa keputusan-keputusan politik

(kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus dilaksanakan oleh

administratur atau birokrat yang berada pada level bawah (street level

bureaucrat)”.

2.2.1.2 Konsep Implementasi Kebijakan

Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan

(31)

bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk mencari

tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu

kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang

telah di rumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itulah implementasi kebijakan

mempunyai kedudukan yang penting didalam kebijakan publik.

Menurut Dunn dalam Tangkilisan (2003 : 19) Analisis kebijakan publik

merupakan sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagain

metode kebijakan publik dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan

informasi yang relavan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di dalam

rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan.

Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood dalam Tangkilisan

(2003 : 17) hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah

keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan

kedalam keputusan-keputusan yang sifatnya khusus.

Menurut Frederickson dan Hart dalam Tangkilisan (2003 : 19),

mengatakan kebijakan adalah “suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang di

usulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu

sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu sambil mencari

peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

(32)

menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran,

melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan

sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari

semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya yang berpengaruh terhadap tujuan

kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif.

Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood dalam Tangkilisan

(2003 : 17) hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah

keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan

kedalam keutusan-keputusan yang bersifat khusus.

Selanjutnya Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2006 : 139)

menyatakan bahwa devinisi implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan

pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijaksanaan.

Sedangkan menurut Andreson dalam Tangkisan (2003 : 19),merumuskan

kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan

oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu perubahan.

Teori yang diungkapkan Seperti yang dikemukakan oleh Edward dalam

Agustino (2006:152) fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam

(33)

Teori yang diungkapkan oleh Wildaysky dalam Tangkilisan (2003 : 17),

mengartikan implementasi sebagai interaksi antara penyusun tujuan dengan

sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan atau kemampuan

untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan

cara untuk mencapainnya.

Berdasarkan pandangan yang diutarakan diatas dapat disimpulkan, bahwa

proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut

perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan

program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula

menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan polotik, ekonomi dan sosial yang

langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak

yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebiujakan,

baik yang negatig maupun yang positif.

2.2.1.3 Model-model Implementasi Kebijakan

Menurut Tangkilisan (2003 : 20) Dalam rangka untuk

mengimplementasikan kebijakan publik ini dikenal dengan beberapa model,

antara lain :

a. Model Gogin

Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin ini

dapat menidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi

tujuan-tujuan formal pada keseluruhan implementasi,yakni (1) Bentuk dan isi

(34)

menstrukturkan proses implementasi (2) kemampuan organisasi dengan

segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan

mendukung implementasi secara efektif (3) pengaruh lingkungan dari

masyarakat berupa karakteristik, motifasi, kecenderungan hubungan antara

warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.

b. Model Grindle

Sebagian di kutip oleh Wahab dalam Tngkilisan (2003 : 20) Grindle

menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan kebijakan

dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai

akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari :

(1) Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi,

(2) Tipe-tipe manfaat,

(3) Derajat perubahan yang diharapkan,

(4) Letak pengambilan keputusan,

(5) pelaksanaan program dan,

(6) sumberdaya yang dilibatkan.

Isi sebuah kebijakan menunjukan posisi pengambilan keputusan oleh

sejumlah besar pengambila kebijakan. Pengaruh selanjutnya adalah

lingkungan yang terdiri dari :

(1) kekuasaan, kepentingan dan strategi sektor yang terlibat,

(35)

(3) kepatuhan dan daya tangakap. Karena setiap kebijakan perlu

mempertimbangkan konteks atau lingkaran dimana administrasi

dilakukan.

c. Model Meter dan Horn

Menurut Tangkilisan (2003:20) Model implementasi kebijakan ini di

pengaruhi 6 faktor yaitu : (1) Standart kebijakan dan sasaran yang

menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh, (2)

sumberdaya kebijakan berupa dana pendukung implementasi, (3)

komunikasi antar organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh

pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai, (4) karakteristik

pelaksanaan artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang

akan menentukan berhasil tidaknya suatu program, (5) kondisi sosial

ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijkan dan, (6) sikap

pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang ditetapkan.

d. Model Deskriptif

William N. Dunn dalam Tangkilisan (2003 : 21) mengemukakan

dalam model kebijakan dapat diperbandingkan dan dipertimbangkan

menurut sejumlah banyak asumsi yang paling penting diantaranya adalah :

(1) perbedaan menurut tujuan, (2) bentuk penyajian dan, (3) fungsi

(36)

2.2.1.4 Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Dalam Implementasi Kebijakan

Menurut Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003 : 21) menyatakan

keberhasilan implementasi kebijakan program dan di tinjau dari tiga faktor yaitu:

1. Pr espektif kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi dari

kepatuhan strate level burcancrats terhadap atas mereka.

2. Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan tiadanya

persoalan.

3. Implementasi yang berhasil mengarah kepada kinerja yang memuaskan

semua pihak terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan.

Menurut Peters dalam Tangkilisan (2003 : 22) mengatakan, implementasi

kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor :

1. Infor masi

Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran

yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun kepada para

pelaksana dari isi kebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi

kebijkan yang akan dilaksanakannya dan hasil-hasil dari kebijakan itu.

2. Isi Kebijakan

Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan

kebijakan atau ketidak tegasan intern maupun ekstern atau kebijakan itu

(37)

3. Dukungan

Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya

tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.

4. Pembagian Potensi

Hal ini terkasit dengan pembagian potensi diantaranya para aktor

implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kegiatannya

dengan diferensiasi tugas dan wewenang.

2.2.2 Kebijakan Publik

2.2.2.1 Pengertian Kebijakan Publik

Menurut Jones dalam Tangkilisan (2003 ; 25) kebijakan publik berarti

dilakukan peninjauan ulang untuk mendapatkan perbaikan dari dampak yang tidak

diinginkan.

Sedangkan menurut Chander & Plan0 dalam Tangkilisan (2003: 1) bahwa

kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap

sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau

pemerintah. Dalam kenyataannya, kebijkan tersebut telah banyak membantu para

pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para para politisi untuk

memecahkan masalah-masalah publik.

2.2.2.2 Pendekatan Dalam Analisis Kebijakan Publik

Menurut Budi Winarto (2007 : 47) ada beberapa pendekatan dalam analisis

(38)

1. Pendekatan kelompok

pendekatan kelompok mempunyai anggapan dasar bahwa interaksi dan

perjuangan antara kelompok-kelompok merupakan kenyataan dari

kehidupan politik.dalam pandangan kelompok, individu akan mempunyai

arti penting hanya bila ia merupakan kepastian dalam atau wakil

kelompok-kelompok tertentu.

2. Pendekatan pr oses fungsional

a. inteligensi : bagaimana informasi tentang maslah-masalah kebijakan

mendapat perhatian para pembuat keputusan-keputusan kebijakan

dikumpulkan dan diproses.

b. rekomendasi : bagaimana rekomendasi-rekomendasi atau

alternatif-alternatif untuk mengatasi suatu masalah tertentu dibuat dan di

kembangkan.

c. Preskipsi : bagaimana peraturan-peraturan umum dipergunakan atau

diterapkan oleh siapa?

d. Permohonan : siapa yang menentukan apakah perilaku tertentu

bertentangan dengan peraturan-peraturan atau undang-undang dan

menuntut penggunaan peraturan-peraturan atau undang-undang?

e. Aplikasi : bagaiamana undang-undnag atau peraturan-peraturan

sebenarnya diterapkan atau diberlakukan?

f. Penilaian : bagaimana pelaksanaan kebijakan, keberhasilan atau

(39)

g. Terminasi : bagaimana peraturan-peraturan atau undang-undang

semula dihentikan atau dilanjutkan dalam bentuk yang berubah atau

dimodifikasi?

3. Pendekatan kelembagaan

Pendekatan ini mampunyai kelemahan sebagaimana

pendekatan-pendekatan yang lain. Kelemahan pendekatan-pendekatan tradisional yang paling

mencolok adalah bahwa pendekatan lembaga dalam ilmu politik tidak

mencurahkan perhatian yang banyak pada hubungan antar struktur

lembaga-lembaga pemerintah dan substansi kebijakan publik.

4. Pendekatan peran ser ta warganegara

Penjelasan pembuatan kebijakan publik ini didasarkan pada pemikiran

demokrasi klasik dari John Locke dan pemikiran dari peran John Stuart

Mill, yang menekankan pengaruh yang baik dari peran warganegara dalam

perkembangan kebijakan publik.

2.2.2.3 Aktor -aktor dan Pelaku Pembuat Kebijakan publik

Menurut Agustino (2006 : 29) pejabat membuat kebijakan adalah orang

yang mempunyai wewenang yang sah untuk ikutbserta dalam formulasi hingga

penetapan kebijakan publik – walau dalam kenyataannya, beberapa orang yang

mempunyai wewenang sah untuk bertindak dikendalikan oleh orang lain, seperti

pimpinan partai politik atau kelompok penekan yang termasuk dalam pembuat

kebijakan, secara normatif adalah legislatif, eksekutif, administratif, administratur,

dan para hakim. Masing-masing mempunyai tugas dalam pembuatan kebijakan

(40)

1. Legislatif

Yang dikerjakan legislatif adalah mengatakan bahwa mereka berhubungan

dengan tugas politik sentral dalam pembuatan peraturan dan pembentukan

kebijakan dalam suatu sistem politik. Hal ini tidak berarti bahwa hanya

karena legislatif ditunjuk secara formal, maka mempunyai fungsi

memutuskan keputusan-keputusan politik secara bebas. Penetapan

keputusan politik menjadi kebijakan publik merupakan suatu yang harus

ditentukan melalui rangkaian kegiatan empiris yang runtut dan sistematis.

2. Eksekutif

Banyak analisis yang mengatakan bahwa saat ini hidup kita dalam

sebuahera yang disebut dengan exsecutive –center era diman afektifitas

pemerintah – selaku lembaga eksekutif secara subtansial tergantung pada

kepemimpinan eksekutif, baik baik dalam pembentukan kebijakan maupun

dalam pelaksanaan kebijakan.

Menurut William Liddle dalam Agustinio (2006 : 32) Struktur

pembuatan kebijakan, secara singkat lebih mudah dipahami di banyak

negara berkembang. Karena secara sederhana struktur pembuatan kebijakan

di negara-nrgara berkembang hanya terletak pada pundak eksekutif selaku

pembuat kebijakan itu sendiri. Di negara berkembang seperti indonesia pada

masa Orde baru kelompok kepentingan tidak mempunyai pengaruh dalam

pembuatan kebijakan karena kebebasannya yang dibatasi oleh lembaga

(41)

3. Instansi Administratif

Sistem administrasi di seluruh dunia dibedakan berdasarkan

karakteristiknya, seperti, ukuran dan keragaman, hirarkisitas organisasi,

hingga tingkat otonominya. Meskipun terdapat suatu doktrin umum dalam

ilmu politik bahwa instansi administrasi hanya dipengaruhi oleh kebijakan

yang di tentukan oleh pemerintah, namun saat ini diakui bahwa politik dan

administrasi dapat berbaur dan instansi administrasi sering terlibat dalam

pengembangan kebijakan publik.

Instansi administrasi pun merupakan sumber utama usulan

perundang-undangan dibuat dalam suatu sistem politik. Lebih jauh lagi, instansi

administrasi tidak hanya mampu menguulkan perundangan yang dibutuhkan

/diinginkan tetapi, lebih dari itu, secara aktif mereka mendekati dan

berusaha untuk mendesakkan penggunaaannya. Oleh karen itu benar sekali

bila sebuah diktum mengatakan, bahwa kebijakan tergantung pada

kemurahan hati administrasinya.

4. Lembaga Peradilan

Pada dasarnya, tinjauan hukum merupakan kekuasaan pengadialan untuk

menentukan hukum bagi kegiatan legislatif dan cabang-cabang eksekutif

serta mengumumkan pembatalan dan tidak berlaku bila didapati kegiatan

(42)

2.2.2.4 Aktor -aktor Yang Berperan Dalam Proses Kebijaksanan

Menurut Charles O. Jones, sedikitnya ada 4 (empat) golongan atau tipe

aktor (pelaku) yang terlibat, yakni : yakni golongan rasionalis, golongan teknis,

golongan inkrementalis, dan golongan reformis. Demikian patut diingat bahwa

pada kesempatan tertentu dan untuk suatu jenis isu tertentu kemungkinan hanya

satu atau dua golongan aktor tertentu yang berpengarun danaktif terlibat. Peran

yang dimaimkan oleh keempat golongan aktor tersebut dalam proses

kebijaksanaan, nilai-nilai dan tujuan yang mereka kejar serta gaya kerja mereka

berdeda satu sama lain.

Berikut ini akan menguraikan bagaimana perilaku masing-masing golongan

aktor tersebut dalamn proses kebijaksanaan. Golongan rasionalis, ciri-ciri dari

golongan aktor rasionalis ialah dalam melakukan pilihan alternatif kebijaksanaan

mereka selalu menempuh metode dan dan langkah-langkah berikut : 1)

mengidentifikasikan masalah, 2) merumuskan tujuan dan menyusunnya dalam

jenjang tertentu, 3) mengidentifikasikan semua alternatif kebijaksanaan, 4)

meramalkan atau memprediksi akibat-akibat dari tiap alternatif.

Golongan aktor rasionalis ini identik dengan peran yang dimainkan oleh

para perencana dan analis kebijaksanaan. Golongan rasionalis ini metode-metode

seperti itu kerap kali merupakan nilai-nilai yang amat dipuja-puja. Golongan

rasional ini di asumsikan bahwa segala tujuan dapat ditetapkan sebelumnya dan

bahwa informasi atau data yang serba lengkap dapat disediakan. Gaya kerja

(43)

komprehensif, yakni seorang yang berusaha untuk menganalisis semua aspek dari

setiap isu yang muncul dan menguji setiap alternatif dari akibat dan dukungannya

terhadap tercapainnya tujuan yang telah ditetapkan.

Golongan teknisi, seorang teknisi tidak lebih dari rasionalis, sebab ia adalah

seorang yang karena bidang keah liannya atau spesialisasinya dilibatkan dalam

beberapa tahapan proses kebijaksanaan.

Golongan teknisi dalam melaksanakan tugasnya boleh jadi memiliki

kebebasan, namun kebebasan ini sebatas pada lingkup pekerjaan dan keahliannya.

Namun apa yang harus mereka kerjakan biasanya ditetapkan oleh pihak lain,

nilai-nilai yang mereka yakini adalah nilai-nilai-nilai-nilai yang berkaitan erat dengan latar

belakang keahlian profesional mereka. Golongan teknisi umumnya menunjukkan

enggan untuk melakukan pertimbangan yang amat luas yang melampaoi

batas-batas keahliannya.

Golongan inkrementalis, golongan aktor inkrementalis indentikan dengan

para politisi. Golongan inkrementalis memandang tahap-tahap perkembangan

kebijaksanan dan implementasinya sebagai suatu rangkaian proses penyesuaian

yang terus-menerus terhadap hasil akhir ( yang berjangka dekat dekat maupun

yang berjangka panjang) dari suatu tindakan. Nilai-nilai yang terkait dengan

metode pendekatan ini ialah hal-hal yang berhubungan dengan masa lampau atau

hal-hal yang berhubungan debgan terpeliharanya status quo kestabilan dari sistem

(44)

Tujuan kebijaksnaan dianggap sebagai konsekuensi dari adanya

tuntutan-tuntutan, baik karena didorong kebutuhan untuk melakukan sesuatu yang baru.

Gaya kerja golongan inkrementalis ini dapat dikatagorikan sebagai seorang yang

mampu melakukan tawar-menawar atau bargaining yakni dengan secara teratur

mendengarkan tuntutan, menguji seberapa jauh intensitas tuntutan tersebut dan

menawarkan kompromi.

Golongan reformis (pembaharu). Pendekatan semacam itu umumnya

ditempuh oleh para lobbyist (orang-orang yang berperan selaku juru kasak-kusuk /

perunding di parlement. Nilai-nilai yang mereka junjung tinggi ialah yang

berkaitan dengan upaya untuk melakukan perubahan sosial, namun lebih sering

bersangkut paut dengan kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Tujuan

kebijaksanaan biasanya ditetapkan dalam lingkungan kelompok-kelompok

tersebut, melalui berbagai macam proses, termasuk diantaranya atas dasar

keyakinan pribadi bahwa hasil akhir dari tindakan pemerintah sekarang

melenceng arahnya atau bahkan gagal. Gaya kerja golongan aktor reformis ini

umumnya sangat radikal, kerap kali disertai dengan tindakan-tindakan

demonstrasi dan konfrontasi dengan pihak pemerintah.

Golongan rasionalis sering dikecam / dikritik tidak memahami kodrat

manusia. Braybrooke dan Linblom, sebagai penganjur teori inkrementalis,

malahan menyatakan bahwa golongan aktor rasionalis itu terlau idealistis

sehingga tidak cocok dengan keterbatasan kemampuan manusia dalam mengatasi

masalah. Golongan aktor teknisi kerap kali dituduh memiliki pandangan yang

(45)

keahliannya semata dan kurang peduli terhadap maslah-masalah publik yang luas

yang kemungkinan melampaui bidang keahlian yang di kuasainya. Golongan

aktor inkrementalis dilain pihak, sering kali dianggap memiliki sikap konservatif

sebab mereka tidak terlalu tanggap terhadap perubahan sosial atau bentuk-bentuk

inovasi yang lain. Akhirnya golongan aktor revormis dituduh mau menangnya

sendiri, tidak sabaran, tidak kenal kompromi dan karena itu tidak realistis.

2.2.2.5 Sifat Kebijakan Publik

Menurut Agustino (2006 : 9) sifat kebijakan publik sebagai bagian dari

suatu kegiatan dapat di mengerti secara baik bila dibagi-bagi dalam beberapa

kategori ,yaitu :

1. Policy Damans atau Pemerintahan Kebijakan

Merupakan pemerintahan atau kebutuhan klaim yang dibuat oleh warga

masyarakat secara pribadi atau kelompok dengan resmi dalam system

politik oleh karena adanya maslah yang mereka rasakan.

2. Policy Decision atau Putusan Kebiajkan

Adalah keputusan yang dibuat oleh pejabat publik yang memrintahkan

untuk memberi arahan pada kegiatan-kegiatan kebijakan.

3. Policy Statement atau Pernyataan Kebijakan

adalah ungkapan secara formal atau artikel dari keputusan piloyik yang

(46)

4. Policy Output atau Hasil Kebijakan

Adalah perwujudan nyata dari kebijakan publik atau sesuatu yang

sesungguhnya dikerjakan menurut keputusabn dan pernyataan kebijakan.

Secara singakat dapat dikatakan bahwa output kebijakan adalah apa yang

dikerjakan pemerintah.

5. Policy Outcome atau Akibat dari Kebijakan

Adalah konsekuensi kebijakan yang diterima masyarakat, baik yang

diingkan, yang berasal dari apa yang dikerjakan atau yang tidak dikerjakan

oleh pemerintah.

2.2.3 Pengertian Peraturan Daerah

Dalam ketentuan daerah tersebut terdapat ketentuan-ketentuan umum,

dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Gresik

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik

3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Gresik

4. Dinas Pendapatan, Pengeloalaan Keuangan dan Aset adalah Dinas

Pendapatan, Pengeloalaan, dan Aset Kabupaten Gresik

5. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kbupaten Gresik

6. Kantor Bersama Samsat adalah Kantor Bersama Samsat Kabupaten Gresik

(47)

8. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi termasuk pemungut atay pmeotong retribusi tertentu;

9. Badan adalah sekumpulan orang adan/atau modal merupakan kesatuan,

baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan pembayaran

retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu

10. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum adalah pungutan sebagai pembayaran

atas pelayanan parkir di tepi jalan umum

11. Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas umum yang berada

pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah

dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.

12. Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pungutan sebagai pembayaran

pelayanan parkir di tempat khusus parkir

13. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang di gerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel.

14. Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa

rumah-rumah dan dengan tanpa keeta samping atau kendaraan beroda tiga

tanpa rumah-rumah.

15. Parkir adalah keadaan kendaraan bermotor berhenti atau tidak bergerak

saat dan ditinggalkan pengemudinya.

16. Parkir berlangganan adalah pemungutan retribusi parkir dengan jumlah

(48)

17. Tempat parkir adalah tempat yang disediakan oleh pemerintah daerah baik

untuk pelayanan parkir di tepi jalan umum maupun parkir khusus.

18. Tempat parkir berlangganan adalah semua tempat parkir ditepi jalan

umum

19. Usaha parkir adalah suatu usaha yang bersifat tetap maupun sementara

untuk menyediakan tempat parkir disertai penjaga atau pengawas

kendaraan yang diparkir dengan imbalan jasa berupa uang.

20. Juru parkir adalah petugas yang ditunjuk untuk mengatur kendaraan

dan/atau memungut retribusi parkir kepada wajib retribusi.

21. Surat ketetapan retribusi daerah, yangselanjutnya disingkat SKRD adalah

surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi

yang terutang

22. Surat tagihan retribusi daerah, yang selanjutnya disingkat STRD adalah

surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif

berupa denda

23. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik

untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu membuat terang tindak

(49)

2.2.4 Kerangka Berfikir

Sesuai dengan judul penelitian ini “Implementasi Kebijakan Peraturan

Daerah Kabupaten Gresik Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pelayanan atau

pengelolaan Parkir di Jalan Umum, KH. Wakhid Hasyim. Seiring dengan

pelaksanaan otonomi daerah maka pemerintah daerah dituntut untuk dapat

mencari sumber pendapatan daerahnya sendiri agar bisa melaksanakan

pembangunan. Salah satu sumber pendapatan daerah yang dapat dimanfaatkan

adalah Retribusi Daerah. Kabupaten Gresik yang merupakan salah satu daerah

yang berada di Wilayah Jawa Timur saat ini juga berusaha meningkatkan

pendapatan daerahnya. Salah satunya yang di tempuh adalah dengan

meningkatkan pendapatan dari retribusi, khususnya retribusi parkir.

(50)

Gambar 1.2

Kerangka Ber fikir

Sumber : teori yang diolah penulis

Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Par kir

di Tepi J alan Umum

Dinas Perhubungan Kabupaten Gresik

Pengelola Par kir Dalam Melaksanakan Tugasnya

Fokus :

1. melayani masuk dan keluarnya kendaraan di

tempat par kir

2. menata kendar aan yang dipar kir agar tidak mengganggu ars lalu lintas.

3. Menjaga keberhasilan dan keamanan kendaraan yang diparkir

4. Menggunakan tanda bukti (karcis) yang telah diporporasi oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.

5. Menerima pembayaran par kir dari pemakai atau pemilik kendaraan sebagai imbalan jasa pelayanan yang diber ikan kecuali bagi yang ikut par kir ber langganan.

(51)

3.1. J enis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana akan

diuraikan dan dianalisis permasalahan penelitian. Pendekatan yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan

pendalaman fakta melalui pendekatan kuantitatif yang merupakan suatu

paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku orang atau

suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam

bentuk narasi.

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu penelitian, maka

diperlukan teknik-teknik tertentu secara ilmiah atau sering disebut dengan

metode penelitian. Untuk kepentingan itu maka perlu diketahui dan

dipelajari hingga tercapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sangat penting

karena dengan metode penelitian yang mempunyai peranan yang sangat

penting dalam menentukan arah kegiatan penelitian sehingga tujuan

penelitian tercapai.

Sesuai dengan pendapat Moleong (2007 : 06), dalam penelitian

kualitatif metode yang sesuai penelitian yang dimaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya

(52)

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian yang digunakan penelitian kualitatif dengan maksud

ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang

Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik melalui Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2011 dalam hal pelayanan parkir di tepi jalan umum di

Alun-alun Gresik.

3.2. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2007 : 94), menyatakan bahwa ada dua maksud

tertentu yang ingin dicapai dalam merumuskan masalah penelitian dengan

jalan memnfaatkan fokus. Pertama, fokus dapat membatasi studi, jadi

dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuri sehingga peneliti tidak

perlu kesana kemari untuk mencari subyek penelitian. Kedu, penetapan

fokus itu berfungsi untuk memenuhi kreteria inklusi-eksklusi atau kriteria

masuk-keluar suatu informasi yang baru diperoleh dilapangan. Jadi, dengan

penetapan yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat

keputusan yang tepat tentang data yang dikumpulkan dan mana yang tidak

perlu dijamah atau mana yang akan dibuang.

Sesuai dengan masalah penelitian, maka fokus penelitian

ditunjukkan untuk mengetahui implementasi kebijakan perparkiran ini akan

(sebagai sebagian dari kebijaksanaan negara) yang dirumuskan Pemerintah

Kabupaten Gresik, dengan obyek parkir non berlangganan di tepi jalan

(53)

dilakukan tanpa adanya fokus. Adapun yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah :

1. Melayani masuk dan keluarnya kendaraan di tempat parkir :

Pengelola parkir /juru parkir yang melayani keluar masuknya

kendaraan suapaya dapat melayani antrian kendaraan yang hendak

parkir dengan mudah dan cepat, yaitu dilihat dari : a) memberi tanda

batas parkir dan b) tanda bukti karcis.

2. Menata kendaraan yang diparkir agar tidak menggangu arus lalu lintas:

Pengelola parkir /juru parkir menata areal tempat parkir agar bisa

terliat rapi, dan teratur, supaya tidak mengganggu arus lalu lintas,

dilihat dari : a) Parkir ditepi jalan umum hanya satu shap b) memberi

tanda batas parkir

3. Menjaga kebersihan dan keamanan kendaraan yang diparkir :

Pengelola parkir /juru parkir harus menjaga kebersihannya supaya

terlihat lebih nyaman dan juru parkir bertanggung jawab atas

keamanan kendaraan beserta kelengkapannya.

4. Menggunakan tanda bukti (karcis) yang telah diporporasi oleh Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset :

Pengelola parkir /juru parkir memberi tanda bukti (karcis) kepada

pengguna jasa parkir sebagai tanda bukti pembayaran parkir, dilihat

dari : a) petugas parkir ha rus memberi tanda bukti (karcis) untuk satu

kali pemakaian, b) memberi tanda bukti karcis yang telah diporporasi

(54)

5. Menerima pembayaran parkir dari pemakai atau pemilik kendaraan

sebagai imbalan jasa pelayanan yang diberikan kecuali bagi yang ikut

parkir berlangganan :

Dilihat dari a) petugas parkir menerima pembayaran parkir dari

pemakai/ pemilik kendaraan sebagai imbalan jasa pelayanan yang telah

diberikan, b) pembayaran sesuai tarif yang telah ditentukan

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti

untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna

memperoleh data yang akurat. Agar dapat memperoleh data yang akurat

atau mendekati kebenaran yang sesuai dengan fokus penelitian, maka

peneliti memilih dan menetapkan lokasi penelitian ini di kawasan

Alun-alun Jalan KH. Wakhid Hasyim Kota Gresik yang merupakan salah satu

lokasi penerapan parkir non berlangganan di tepi jalan umum. Selain itu,

pemilihan lokasi penelitian ini dimaksudkan agar peneliti dapat lebih

memahami tentang pengelolaan parkir non berlangganan di tepi jalan

umum yang dikeola oleh Dinas Perhubungan.

Alasan dilakukan penelitian di alun-alun Kabupaten Gresik, karena

setiap harinya banyak kegiatan. Terutama banyak pedagang kakilima,

taman bermain untuk anak-anak, serta tempat makan (pujasera). Sehingga

berdampak pada banyaknya parkir di tepi jalan umum sekitar alun-alun,

(55)

3.4. Sumber dan J enis Data

Sumber data merupakan asal dari mana data tersebut diperoleh atau

didapatkan. Keberadaan data adalah untuk dapat disajikan sebagai sumber

informasi yang dijadikan sebagai pokok kajian atau sebagai bahan untuk

dapat diteliti. Sumber data menurut Lofland yang dikutip Lexy J, Moleong

dalam Syahrul (2006 : 157) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah

kata – kata dan tindakannya selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain – lain. Adapun sumber data yang diperoleh peneliti

dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Informan kunci (key person)

Informan kunci adalah Seksi Pengendalian dan Operasional lalu lintas,

dimana pemilihannya secara purposive sampling dan diseleksi melalui

teknik snow ball sampling yang didasarkan atas subyek yang

menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data

yang benar – benar relevan dan kompeten dengan masalah penelitian

yaitu berupa data keterangan, cerita atau kata – kata yang bermakna.

Sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk membangun

teori, oleh sebab itu dalam penelitian ini yang akan menjadi informan

adalah petugas Dishub, pengelola, juru parkir dan masyarakat.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa yaitu tempat dimana fenomena yang terjadi atau

(56)

tentang Pengelolaan tempat parkir di tepi jalan umum khususnya pada

kawasan alun-alun Gresik

3. Dokumen

Dokumen sebagai sumber data yang lain yang sifatnya melengkapi

data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara

lain meliputi : dalam peraturan Bupati No 4 Tahun 2011 Tentang

Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Retribusi Tempat

Khusus serta foto – foto hasil observasi peneliti.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian akan diperoleh melalui data

primer dan data sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Interview (wawancara)

Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007 : 186),

wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dan dilakukan

oleh pihak yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan

pertanyaan dan wawancara (interview) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan tersebut.

Wawancara jenis ini tidak dilakukan dengan pertanyaan yang

semakin memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang

dikumpulkan dukup mendalam. Kelonggaran semacam ini mampu

mendapatkan kejujuran informan untuk memberikan informasi yang

Gambar

Gambar 1.2 Kerangka Berfikir
Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data Interaktif
Gambar 4 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN
Tabel 4.1
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pihak butik juga akan dimudahkan transaksi penjualan dengan adanya aplikasi e-commerce yang memiliki database daya tampung lebih banyak, lebih mudah dalam

Faktor dominan yang berhubungan dengan obesitas dalam penelitian ini adalah asupan serat dengan Odds ratio (OR) dari variabel asupan serat adalah 4,346, artinya

Berdasarkan keberagaman bentuk, fungsi dan strategi tindak tutur direktif dalam tuturan kepala sekolah terhadap guru di SMA Negeri 1 Kasimbar, bagi peneliti selanjutnya

Pegadaian dilakukan dengan pengalihan bentuk badan hukum BUMN dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun

Pada bulan Mei 2017, kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,45 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan

­ Páginas que ofrecen bloques de píxeles: es algo relativamente nuevo, y básicamente consiste en una página web que esta fraccionada en pixeles, para que en los espacios se coloque

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Namun kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa ternyata

Jawaban responden dari indikator ke dua belas mengenai responden sering menggunakan sistem informasi dalam perusahaan paling banyak pada skala 6 yaitu sebesar 45.45%,