• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PENENTUAN WARNA TANAH MELALUI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI PENENTUAN WARNA TANAH MELALUI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

R. Bg. Bungah Rachmad Y. NPM. 0734010161

J URUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR SURABAYA

(2)

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur atas kehadiran Allah S.W.T karena atas rahmat dan karunia-Nyalah akhirnya laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad S.A.W, karena berkat perjuangannyalah karunia Iman dan Islam senantiasa menjadi inspirasi bagi penulis.

Adapun maksud penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai gambaran terhadap apa yang penulis kerjakan pada Tugas Akhir. Selain itu juga laporan ini sebagai syarat untuk pelaksanaan mata kuliah Tugas Akhir dalam menyelesaikan program studi strata satu (S-1) di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak kekurangan dalam penyelesaian penulisan laporan Tugas Akhir ini. Namun penulis berusaha menyelesaikan laporan ini dengan sebaik mungkin.

Segala kritik saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari semua pihak, guna perbaikan dan pengembangan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan penulis agar laporan ini dapat diterima dan berguna bagi semua pihak.

Surabaya, Juni 2013

(3)

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR GAMBAR ……… vii

DAFTAR TABEL ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang ..………..…...….…. 1

1.2.Perumusan Masalah …………...………... 2

1.3.Batasan Masalah …………...……… 2

1.4.Tujuan Penelitian …………...……… 2

1.5.Manfaat …………...………..……… 3

1.6.Metode Penelitian ………..………..………..………..………..……… 3

1.7.Sistematika Penulisan ………..………..………..………..………..….. 5

BAB II LANDASAN TEORI 6

2.1. Pengertian Tanah ……...………....………....…... 10

2.2. Jenis-Jenis Warna Tanah... 9

2.3. Disiplin Ilmu Pengolahan Citra ………... 12

2.4. Teori Dasar Pengolahan Citra... ………...……... 12

2.5. Citra ………...……….……... 13

2.5.1. Citra Biner... ………...………... 14

2.5.2. Citra Warna... ………...……… 15

2.5.3. Operasi Pengolahan Citra……....………. 15

2.5.4. Langkah Penting Dalam Pengolahan Citra…... 16

(4)

2.5.7. Transformasi Geometri…...…....………. 24

4.3. Implementasi Antar Muka (Interface) …..……… 45

4.3.1. Form Kontras...………..……… 45

(5)

4.3.6. Form About.... .……… 49

4.4. Hasil Dan pembahasan ………...……… 50

4.4.1. Form Utama ...………. 50

4.4.2. Mengubah Tipe File…... ………. 50

4.4.3. Mengatur Kontras Citra... ..……… 51

4.4.4. Memotong Gambar... ……… 52

4.4.5. Proses Penentuan Warna... 53

4.5. Hasil Uji Coba Akurasi Metode ……….………. 54

BAB V PENUTUP 62

5.1. Kesimpulan ……..……… 62

5.2. Saran ……… 62

DAFTAR PUSTAKA

(6)

ABSTRAK

Tanah bertalian erat dengan lingkungan yang dapat dicermati dari kuatnya keterlibatan tanah dalam pengaliran energi dan pandauran bahan yang berlangsung di permukaan daratan bumi. Tanah dapat terlibat secara sendirian selaku ekosistem atau sistem energi dan dapat terlibat secara bekerja sama dengan subsistem lahan lain yang berasosiasi dengan tanah, terutama biosfer.

Sistem ini dapat menjelaskan tentang warna tanah yang mudah dimengerti bagi pengguna aplikasi secara efektif, tanpa harus bertanya langsung ataupun mendatangkan pakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghitungan ED (Euclidean Distance) dapat digunakan untuk mengukur kemiripan (matching) sebuah obyek dengan obyek yang lain. Begitupun pengolahan citra digital yang mempermudahkan pengguna aplikasi tanpa harus membawa sampel dan cukup dengan hanya mencitrakannya saja.

(7)

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi di bidang pertanian mulai berkembang pada saat ini. Namun masih terdapat hal-hal yang dilakukan secara konvensional. Dari hasil pengecekan tanah di salah satu media pertanian, yaitu setelah sampel tanah diambil dari media dan kemudian di lakukan pengamatan ternyata masih ada hasil yang kurang tentang kejelasan warna tersebut.

Dari proses waktu yang dibutuhkan, peneliti mendapat gagasan untuk mempercepat proses tersebut menggunakan metode pengolahan citra sehingga sampel tanah yang telah di ambil gambarnya (Capture) dilakukan pencitraan menggunakan kamera digital dan diproses menggunakan komputer dan hasilnya dapat diketahui dengan cepat dan hasilnya berupa gambar yang juga dapat dicetak sehingga dari proses tersebut dapat mempersingkat waktu dan tidak terlalu lama menunggu hasilnya.

(8)

Kemudian setelah pemrosesan image matching pada pola gambar hasil foto tersebut, maka dilakukan tahap smoothing citra. Proses smoothing dilakukan agar mendapatkan citra yang lebih halus, sehingga terlihat jelas.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, muncul beberapa perumusan masalah yang dijabarkan sebagai berikut :

a. Bagaimana cara menentukan jenis warna tanah dengan penghitungan menggunakan rumus Euclidean Distance (ED) serta tampilan digital agar mudah dalam mengoprasikan.

b. Bagaimana proses penentuan warna tanah menggunakan pengolahan citra secara digital dengan menghitung nilai range RGB (Red,Green,Blue). 1.3. Batasan Masalah

Adapun beberapa batasan yang muncul dari permasalahan yang timbul diantaranya :

a. Pencitraan sampel tanah menggunakan kamera digital/handphone dengan Auto focus.

b. Aplikasi yang digunakan dalam membangun aplikasi penentuan warna tanah dengan menggunakan Borland Delphi 7.

c. Citra yang diolah berupa gambar dengan format bitmap (*.bmp). 1.4. Tujuan

(9)

1.5. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal untuk membangun aplikasi penentuan warna tanah yaitu :

a. Dapat dijadikan bahan untuk penelitian lebih lanjut di bidang yang berkaitan.

b. Dapat diperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap sistem pengolahan citra digital.

c. Membantu pengguna aplikasi untuk menentukan warna tanah secara komputerisasi.

1.6. Tinjauan Umum & Metode Penelitian

Data merupakan sumber atau bahan mentah yang sangat berharga bagi proses menghasilkan informasi. Oleh sebab itu dalam pengambilan data perlu dilakukan penanganan secara cermat dan hati-hati, sehingga data yang diperoleh dapat bermanfaat dan berkualitas.

Metode analisa pada pembuatan Tugas Akhir ini terbagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut :

1) Survei Lapangan

Mencari data dengan melakukan pendataan semua jenis warna tanah pada dunia pertanian geografis Indonesia.

2) Studi Literatur

(10)

pemrograman Pengolahan Citra digital dengan menggunakan Borland Delphi 7.

3) Analisa dan Perancangan Aplikasi

Dari hasil survei lapangan dan studi literatur akan dibuat skripsi umum tentang Aplikasi Pegolahan Citra Digital yang akan dibuat serta dilakukan analisa kebutuhan sistem, sehingga akan dihasilkan sistem yang akan digunakan sesuai dengan yang diharapkan yang sebelumnya telah dirancang. Alur proses pengolahan citra digital yang dikerjakan dapat digambarkan sebagai berikut

4) Pembuatan Aplikasi

Prinsip kerja sistem ini adalah meggunakan kamera digital auto fokus dan kemudian pengguna melakukan prepocessing yaitu mengubah file, mengubah kontras dan media gambar.

5) Uji Coba dan Evaluasi Sistem

Hasil dari realisasi perencanaan Pengolahan Citra Digital kemudian dievaluasi. Menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan saat mengeksekusi program. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah program yang telah dibuat menghasilkan hasil yang sesuai yang diinginkan atau belum. Dari pengujian ini diharapkan dapat berjalan secara keseluruhan.

6) Penyusunan Buku Tugas Akhir

(11)

Akhir, dan dari hasil laporan dari buku ini akan memudahkan pembaca untuk mengetahui alur dari sistem informasi ini bekerja atau sebagai panduan untuk pembaca.

1.7. Sistematika Penullisan

Dalam membuat laporan ini terdapat penjelasan mengenai isi dan bagian dari laporan tersebut. Dimana di setiap bagian laporan yang akan menerangkan isi laporan. Sehingga terbentuklah suatu bagian isi dari laporan yang disebut bab. Sedangkan bab adalah bagian dari laporan, dalam laporan ini dibuat secara berurutan untuk memaparkan hasil suatu laporan yang telah dibuat.

Penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang, masalah penelitian, perumusan masalah, batasan masalah serta tujuan dan manfaat diadakannya penelitian. Dalam bab ini dijelaskan metode penelitian serta sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang konsep dari teori pembelajaran yang menjadi dasar pembuatan Tugas Akhir diantaranya. Sistem, penentuan warna tanah, pencitraan, operasi pencitraan, komponen citra digital.

BAB III. PERANCANGAN SISTEM

(12)

umum sistem, kebutuhan sistem, perancangan proses latar dan perancangan antar muka (Interface).

BAB IV. IMPLEMENTASI PROGRAM

Bab ini berisi tentang hasil implementasi dari perancangan Pengolahan Citra Digital sebelumnya yang meliputi implementasi basis data, implementasi design database, implementasi pembuatan program dan implementasi form-form antarmuka aplikasi (interface).

BAB V. UJ I COBA PROGRAM

Bab ini berisi tentang penjelasan lingkungan uji coba Pengolahan Citra Digital, skenario uji coba, pengujian error handling yang dilakukan untuk kelayakan sistem ini.

BAB VI. PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran untuk pengembangan Pengolahan Citra Digital lebih lanjut dalam upaya memperbaiki kelemahan pada Pencitraan guna untuk mendapatkan hasil sistem sesuai dengan yang diinginkan dan kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

(13)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

2.1 Pengertian Tanah

Tanah bertalian erat dengan lingkungan yang dapat dicermati dari kuatnya keterlibatan tanah dalam pengaliran energi dan pandauran bahan yang berlangsung di permukaan daratan bumi. Tanah dapat terlibat secara sendirian selaku ekosistem atau sistem energi dan dapat terlibat secara bekerja sama dengan subsistem lahan lain yang berasosiasi dengan tanah, terutama biosfer.

Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung di muka daratan bumi di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang, dan berwujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi tertakrifkan (disadur dari Schroeder,1984). Pada dasarnya tanah merupakan tubuh alam. Namun demikian banyak tanah yang memperlihatkan tanda-tanda pengaruh antropogen. (Notohadiprawiro,1999)

(15)

Tanah sebagai tubuh alami memperlihatkan ciri dan watak khas yang dapat digunakan sebagai pembeda dari tubuh alami lainnya. Ciri dan watak tubuh tanah ini dapat diselidiki dari penampilan penampang lintang tubuh tanah (profil).

Tubuh tanah merupakan medium tempat berjangkarnya perakaran tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh tegak dan kokoh, sebagai wadah dan sumber anasir hara dan air, dan sebagai pengendali keadaan-keadaan lain yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman.

2.2. J enis – J enis War na Tanah

Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa warna tanah berfungsi sebagai

penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah

umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi

kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah,

dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak

dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah

berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah

berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+).

Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam

air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3

(hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang berwarna

kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang basah dan

(16)

pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara

dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis

mineral kwarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang.

Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa

intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan

jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan

tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa

dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan

beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna

tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik

maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan

bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang.

Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah

menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat

hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang

ternyata mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga

kelabu hijau. Selain itu, Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa warna tanah

merupakan: (1) sebagai indikator dari bahan induk untuk tanah yang beru

berkembang, (2) indikator kondisi iklim untuk tanah yang sudah berkembang

lanjut, dan (3) indikator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan.

Secara umum dikatakan bahwa, makin gelap tanah berarti makin tinggi

produktivitasnya, selain ada berbagai pengecualian, namun secara berurutan

(17)

coklat-kemerahan, coklat, dan hitam. Kondisi ini merupakan integrasi dari pengaruh: (1)

kandungan bahan organik yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan bahan

organik suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna makin gelap, (2) intensitas

pelindihan (pencucian dari horison bagian atas ke horison bagian bawah dalam

tanah) dari ion-ion hara pada tanah tersebut, makin intensif proses pelindihan

menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang, seperti pada horison eluviasi, dan

(3) kandungan kuarsa yang tinggi menyebabkan tanah berwarna lebih terang.

Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan

warna standar pada buku Munsell Soil Color Chart.

Diagram warna baku ini disusun tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2) value,

dan (3) chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang

gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan

banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau

kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi

kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu.

Selanjutnya, jika ditemukan tanah dengan beberapa warna, maka semua warna

harus disebutkan dengan menyebutkan juga warna tanah yang dominannya.

Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab, atau kering, sehingga dalam

menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan

(18)

2.3. Disiplin Ilmu Pengolahan Citr a

Pengolahan citra merupakan bidang yang bersifat multidisiplin yang terdiri dari banyak aspek, antara lain físika, elektronika, matemátika, seni, fotografi, dan teknologi komputer. Pengolahan citra (Image Processing) memiliki hubungan yang sangat erat dengan disiplin ilmu yang lain. Jika sebuah disiplin ilmu dinyatakan dalam bentuk proses suatu input menjadi output, maka pengolahan citra memiliki input berupa citra serta output juga berupa citra.(Rinaldi Munir, 2004)

2.4. Teori Dasar Pengolahan Citr a

Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang Dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari intensitas cahaya dari bidang Dwimatra. Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian dari berkas cahaya tersebut. Pantulan cahaya ini ditangkap oleh alat-alat optik, misalnya mata pada manusia, kamera, scanner, dan sebagainya. Sehingga bayangan objek yang disebut citra tersebut terekam.

(19)

lebih baik. Bidang studi yang menyangkut hal ini adalah pengolahan citra (image

processing). (Rinaldi Munir, 2004)

Pengolahan citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan komputer, menjadi citra yang kualitasnya lebih baik. Operasi-operasi pengolahan citra diterapkan pada citra apabila :

Perbaikan atau memodifikasi citra perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas penampakan atau untuk menonjolkan beberapa aspek informasi yang terkandung di dalam citra.

Elemen di dalam Citra perlu dikelompokkan, dicocokkan, atau diukur. Sebagian citra perlu digabung dengan bagian citra yang lain.

Gambar 2.1 Diagr am Pengolahan Citr a

2.5. Citr a

Definisi citra menurut Kamus Webster seperti yang dikutip oleh Achmad

Balza (2005: 2), adalah “Suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu

obyek atau benda”.

(20)

nisalnya data gambar dalam file, citra yang dipresentasikan menjadi fungsi matematis. Untuk dapat dilihat oleh mata manusia, citra tak nampak ini harus diubah nejadi citra nampak, misalnya dengan menampilkan di monitor, dicetak di atas kertas, dan sebagainya.

Diantara jenis citra tersebut, hanya citra digital yang dapat diolah menggunakan komputer. Jenis citra lain, jika hendak diolah dengan komputer, harus diolah dulu menjadi citra digital misalnya foto dipindai (scan) dengan scanner, persebaran panas tubuh ditangkap dengan kamera inframerah dan diubah menjadi informasi numeris.

Berdasarkan kombinasi warnanya, citra dibagi menjadi tiga yaitu citra biner, citra skala keabuan, dan citra warna.( http://www.cse.psu.edu/~rcollins/CSE486/lecture04.pdf)

Tabel 2.1 Format Citra 2.5.1. Citr a Biner

(21)

2.5.2. Citr a Warna

Pada citra warna, setiap titik mempunyai warna spesifik yang merupakan kombinasi dari tiga warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Format citra ini sering disebut citra RGB. Setiap warna dasar mempunyai intensitas sendiri dengan nilai maksimum 255 (8 bit).

Jumlah kombinasi warna yang mungkin untuk format citra ini adalah 224 atau lebih dari 16 juta warna, dengan demikian bisa dianggap mencakup semua warna yang ada. Oleh karena itu, dinamakan true color.

Pada citra warna setiap titik memiliki warna yang lebih spesifik yang merupakan kombinasi dari tiga warna dasar yaitu merah-hijau-biru (red-green-blue), dan setiap warna dasar mempunyai intensitas dengan nilai maksimum 255 (8 bit). Jumlah kombinasi warna yang mungkin untuk format citra ini adalah 224 = 16.777.216 yang biasa disebut 16 juta warna. Namun dengan sedemikian kompleksnya warna yang dimiliki oleh citra warna, maka akan memperlambat proses pengolahan citra, sehingga sebelum melakukan pengolahan citra, gambar yang akan diproses diubah ke dalam citra keabuan dengan membagi tiga jumlah intensitas warna merah, hijau, dan biru. (Rinaldi Munir, 2004)

2.5.3. Operasi Pengolahan Citr a

(22)

1) Operasi titik, di mana setiap titik diolah secara tidak gayut terhadap titik-titik yang lain.

2) Operasi global, di mana karakteristik global dari citra untuk memodifikasi nilai setiap titik.

3) Operasi temporal/berbasis bingkai, di mana sebuah citra diolah dengan cara dikombinasi dengan citra lain.

4) Operasi geometri, di mana bentuk, ukuran, atau orientasi citra dimodifikasi secara geometris.

5) Operasi banyak titik bertetanga, di mana data dari titik-titik yang bersebelahan (bertetangga) dengan titik yang ditinjau ikut berperan dalam mengubah nilai yang merupakan operasi yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini.

6) Operasi morfologi, yaitu operasi yang berdasarkan segmen atau bagian dalam citra yang menjadi bagian dalam citra yang menjadi perhatian

2.5.4. Langkah-langkah Penting dalam Pengolahan Citr a

Secara umum, langkah-langkah dalam pengolahan citra dapat dijabarkan menjadi beberapa langkah yang digambarkan sebagai berikut :

1) Akuisisi citra

(23)

metode perekaman citra digital. Tahap ini dimulai dari obyek yang akan diambil gambarnya sampai pada pencitraan. Pencitraan adalah kegiatan transformasi dari citra tampak (foto, gambar, lukisan, patung) menjadi citra digital. Beberapa alat yang dapat digunakan untuk pencitraan adalah:

a. kamera digital

Menggunakan kamera digital / handphone dengan fasilitas auto fokus dengan kualitas 1.3 – 3.2 Mega Pixel dengan menyimpan data sampai 32 GB. “ Panduan buku kamera Digital Panasonic G900 auto Fokus

1,3 Mega Pixel”

b. scanner

Menggunakan Scanner Canon MP Pixma 145 dengan kualitas tajam. “

Panduan buku Scanner Canon Pixma MP 145dengan kualitas tajam “

hasil dari akuisisi citra ini ditentukan oleh kemampuan sensor untuk mendigitalisasi sinyal yang terkumpul pada sensor tersebut. Kemampuan digitalisasi ditentukan oleh resolusi alat tersebut.

2) Prepocessing

Tahapan ini dilakukan untuk menjamin kelancaran pada proses berikutnya. Hal-hal penting yang dilakukan pada tingkatan ini diantaranya adalah:

a) peningkatan kualitas citra

(24)

c) perbaikan citra

3) Segmentasi

Tahapan ini berujuan untuk memartisi citra menjadi bagian-bagian pokok yang mengandung informasi penting.

4) Representasi dan deskripsi

Dalam hal ini representasi merupakan suatu proses untuk mempresentasikan suatu wilayah sebagai suatudaftar titik-titik koordinat. Setelah

suatu wilayah dapat dipresentasikan, proses selanjutnya dengan perhitungan rata-rata, standar deviasi, dan lain-lain.

5) Pengenalan dan interpretasi

Tahap ini betujuan untuk memberi label pada sebuah objek informasinya telah tersedia.

2.5.5. Komponen Citr a Digital

Setiap citra digital memiliki beberapa karakteristik, antara lain ukuran citra, resolusi, dan format nilainya. Umumnya citra digital berbentuk persegi panjang yang memiliki lebar dan tinggi tertentu.

(25)

Hal tersebut dinyatakan dengan resolusi yang merupakan ukuran banyaknya titik untuk satuan panjang. Biasanya satuan yang digunakan adalah dpi (dot per inch). Semakin besar resolusi suatu citra maka semakin banyak titik yang terkandung dalam citra dengan ukuran fisik yang sama. Hal ini memberikan penampakan citra menjadi lebih halus.

Format citra digital ada bermacam-macam. Karena citra mempresentasikan informasi tertentu, sedangkan informasi tersebut dapat dinyatakan secara bervariasi, maka citra yang mewakilinya dapat muncul dalam

berbagai format. Citra yang mempresentasikan informasi yang hanya bersifat biner untuk membedakan dua keadaan tertentu tidaklah sama dengan informasi yang lebih kompleks sehingga memerlukan lebih banyak keadaan yang diwakilinya. Pada citra digital, semua informasi disimpan dalam bentuk angka, sedangkan penampilan angka tersebut biasanya dikaitkan dengan warna.

Citra digital tersusun atas titik-titik yang biasanya berbentuk persegi panjang atau bujursangkar yang secara beraturan membentuk baris dan kolom. Setiap titik mewakili koordinat sesuai dengan posisinya dalam citra. Koordinat ini biasanya dinyatakan dalam bilangan bulat positif yang dimulai dari 0.

2.5.6. Peningkatan Kualitas Citr a

(26)

untuk memproses citra sehingga citra yang dihasilkan lebih baik daripada citra aslinya untuk aplikasi tertentu.

2.5.6.1. Transfor masi intensitas citr a

Peningkatan kualitas citra dapat dilakukan melaluu transformasi intensitas citra, yaitu besar intensitas setiap piksel pada citra diubah, tetapi posisi piksel tetap. Transformasi citra diubah tetapi posisi piksel tetap. Transformasi ini dilakukan

melalui sebuah fungsi yang disebut fungsi skala keabuan atau Gray-Scale Transformation Function atau biasa disebut fungsi GST. Fungsi ini memetakan fungsi input f(x,y)(yang bertindak sebagai citra input) menjadi fungsi output f(x,y)(yang bertindak sebagai citra output. Untuk citra warna, fungsi GST diterapkan untuk ketiga elemen warna yang ada (RGB). Penerapan ketiga elemen warna tadi tidak harus sama. Transformasi intensitas citra termasuk operasi titik yaitu hasil proses suatu titik (piksel) tidak tergantung pada titik tetangganya.

a. Transformasi citra berwarna menjadi citra skala keabuan

(27)

disederhanakan, dengan mengubah 3 layer di atas menjadi 1 layer matrik skala keabuan Hasilnya : citra skala 15 keabuan. Dalam citra ini tidak ada lagi warna, yang ada adalah derajat keabuan. Citra warna biasa diubah menjadi citra skala keabuan dengan cara menghitung rata-rata elemen warna, Red, Green Blue. Secara matematis perhitungannya adalah sebagai berikut.(Rinaldi Munir, 2004)

F0 ( x,y) = ………(1)

Gambar 2.2. Per ubahan citr a war na ke citr a war na keabuan

b. Kontras

Kontras adalah tingkat penyebaran piksel-piksel ke dalam intensitas warna. Ada tiga macam kontras, yaitu kontras rendah, kontras tinggi, dan kontras normal.

1) Citr a kontras rendah

(28)

intensitas terang atau intensitas gelapnya tidak merata. Ini berarti titik tergelap dalam citra tersebut tidak hitam pekat dan titik paling terang tidak mencapai putih cemerlang.

2) Citr a kontras tinggi

Citra memiliki kontras tinggi apabila memiliki kurva histogram yang terlalu lebar. Akibatnya sebaran intensitas terang dan gelap merata ke seluruh skala intensitas.

3) Citr a kontras nor mal

Citra memiliki kontras normal bila lebar kurva histogram tidak terlalu sempit dan tidak terlalu melebar. Fungsi peningkatan kontras yang pertama secara matematis dituliskan sebagai berikut.

fo (x,y) G(fi(x,y) – P)P………(1)

Di mana G adalah koefisien penguatan kontras dan P adalah nilai grayscale yang dipalai sebagai pusat pengontrasan. Fo(x,y) adalah intensitas piksel citra hasil kontras dan fi(x,y) adalah intensitas piksel citra asal.

2.5.6.2. Penghalusan kualitas citr a menggunakan pemfilteras spasial

(29)

menggunakan filter rata-rata Cara membuat efek penghalusan citra dengan filter rata-rata adalah melakukan proses pemfilteran citra f(x,y) dengan filter rata-rata g(x,y) untuk berbagai ukuran filter. Dari ukuran 3x3, 5x5, 7x7 dan seterusnya. Dari berbagai ukuran filter ini, kita akan melihat ukuran filter yang paling mempunyai pengaruh terhadap citra tersebut.

Berdasarkan prinsip –prinsip filter pada Citra, Tepi Suatu gambar dapat diperoleh menggunakn High pass filter ( HPF ), Dengan karekteristik :

∑∑ H ( x,y ) =0 ………( 2 )

Gambar 2.3. Pr oses ker nel filter

Dimana

f ( i,y ) = Ap1 + Bp2 + Cp3 + Dp4 + Ep5 + Fp6 + Gp7 + Hp8 +

Ip9... ( 3 )

Dengan cara memetakan koordinat titik – titik citra asal ke koordinat titik – titik di citra hasil. Pemataan dilakukan dengan menerapkan Fungsi Transformasi spasial. Secara umum dapat dirumuskan dengan :

K ( x¹, y¹ ) = K ( x, y ) ………( 4 )

Dimana K1 (x,y) adalah keabuan piksel pada koordinat asal dan K0 (x 1

(30)

Ko = O , Jika ambang bawah ≤ Ki ≤ ambang atas

1, Lainnya 2.5.7. Transfor masi Geometri

Telah diketahui bahwa suatu titik pada citra (piksel) mempunyai dua komponen, yaitu koordinat piksel (x,y) dan warna keabuan piksel f(x,y). Pada saat membahas perbaikan citra, operasi yang digunakan hanya memodifikasi warna piksel saja, sedangkan koordinat piksel tetap tidak mengalami perubahan. Untuk kebutuhan pengolahan citra, sering kali dibutuhkan perubahan bentuk geometri citra yang salah satunya operasi cropping yang dijelaskan pada sub bab berikutnya.

Operasi Pemotongan (Cropping) Operasi pemotongan citra adalah pengolahan citra dengan kegiatan memotong satu bagian dari citra. Gambar 2.4 menunjukkan pemotongan suatu citra. (Rinaldi Munir, 2004)

(a) Citra Asli (b) Citra hasil pemotongan

Gambar. 2.4. Pemotongan Citr a

(31)

W = x1-x2 dan H = y1-y2 ………( 5 )

2.6. Image Matching

Image matching adalah metode yang bertujuan untuk mengetahui kemiripan dua buah gambar. Pertama, gambar query dan gambar database ditentukan. Gambar query disebut juga dengan gambar acuan atau gambar template adalah suatu gambar yang dijadikan acuan informasi (content) dalam proses pencarian. Sedangkan gambar database atau kumpulan gambar target adalah sekumpulan gambar yang akan digunakan sebagai database gambar. Disini akan dijelaskan metode pencarian kemiripan fitur dengan menggunakan Euclidean Distance.(Jon Dattoro, 2005)

2.6.1. Euclidean Distance

(32)

2.6.2. Piksel

Piksel adalah unsur gambar atau representasi sebuah titik terkecil dalam sebuah gambar grafis yang dihitung per inci. Piksel sendiri berasal dari akronim bahasa Inggris Picture Element yang disingkat menjadi Pixel. Pada ujung tertinggi skala resolusi, mesin cetak gambar berwarna dapat menghasilkan hasil cetak yang memiliki lebih dari 2.500 titik per inci denga pilihan 16 juta warna lebih untuk setiap inci, dalam istilah komputer berarti gambar seluas satu inci persegi yang bisa ditampilkan pada tingkat resolusi tersebut sepadan dengan 150 juta bit informasi.Umumnya citra dibentuk dari kotak-kotak persegi empat yang teratur sehingga jarak horizontal dan vertikal antara piksel adalah sama pada seluruh bagian citra

(33)

Monitor atau layar datar yang sering kita temui terdiri dari ribuan piksel yang terbagi dalam baris-baris dan kolom-kolom. Jumlah piksel yang terdapat dalam sebuah monitor dapat kita ketahui dari resolusinya. Resolusi maksimum yang disediakan oleh monitor adalah 1024x768, maka jumlah pixel yang ada dalam layar monitor tersebut adalah 786432 piksel. Semakin tinggi jumlah piksel yang tersedia dalam monitor, semakin tajam gambar yang mampu ditampilkan oleh monitor tersebut.

Gambar.2.6. Contoh penerapan piksel pada layar monitor

2.7. Bor land Delphi

(34)

terletak pada produktifitas, kualitas, pengembangan perangkat lunak, kecepatan kompilasi, pola desain yang menarik serta bahasa pemrogramannya terstruktur dan lengkap. Fasilitas pemrograman dibagi dalam dua kelompok yaitu object dan bahasa pemrograman. Object adalah suatu komponen yang mempunyai bentuk fisik dan biasanya dapat dilihat. Object biasanya dipakai untuk melakukan tugas tertentu dan mempunyai batasan-batasan tertentu. Sedangkan bahasa pemrograman dapat disebut sekumpulan teks yang mempunyai arti tertentu dan disusun dengan aturan tertentu untuk menjalankan tugas tertentu. Gabungan antara object dengan bahasa pemrograman sering disebut bahasa pemrograman berorientasi object.

IDE Delphi Merupakan lingkungan pemrograman terpadu yang terdapat dalam Delphi. Dengan IDE semua yang diperlukan dalam pengembangan, dalam kondisi normal, semuanya telah tersedia. Adapun bagian-bagian IDE Delphi yang biasa ditampilkan yaitu :

a. Jendela Utama

(35)

b. Object Treeview

Fasilitas ini berguna untuk menampilkan daftar komponen yang digunakan dalam pengembangan aplikasi sesuai dengan penempatannya.

c. Object Inspector

Object ini digunakan untuk mengatur properti dan event suatu komponen. Akan tetapi tidak dapat mengubah langsung properti-properti yang tidak ditampilkan kecuali melalui penulisan kode program.

d. Form Designer

Form adalah komponen utama dalam pengembangan aplikasi. Form designer adalah tempat melekatnya komponen yang lain, dengan arti lain tempat komponen-komponen lain diletakkan.

e. Code Editor, Explorer dan Component Diagram

(36)

2.7.1. Komponen T Image Dalam Delphi

Delphi tidak menyediakan secara khusus routine untuk pengolahan citra, oleh karena itu perlu dibuat sendiri program untuk mengolah citra. Namun Delphi telah menyediakan sarana untuk menampilkan citra, yaitu melalui komponen TImage yang terdapat pada palet komponen Additional. Komponen ini memiliki properti Picture yang digunakan untuk menyimpan data citra. Citra yang akan ditampilkan diambil dari file gambar yang dapat ditentukan pada saat mendesain dengan cara mengisi nilai properti ini atau pada saat program dijalankan dengan menggunakan prosedur LoadFromFile. Subproperti yang penting pada picture antara lain:

a. Height, berisi nilai tinggi citra

b. Width, berisi nilai lebar citra

c. Bitmap, berisi data format dan piksel citra, pada Tugas Akhir ini,

(37)

hijau (G), dan biru (B). Sebaliknya apabila nilai piksel diubah, maka secara otomatis format citra akan berubah sesuai dengan nilai yang baru.

Pada tabel 2.4 menjelaskan nilai pada setiap citra biner maupun monokrom setiap bit nya itu berbeda. Semakin besar bit yang ada maka warna yang dihasilkan lebih kepada citra true color.

Nilai Format Citra

pf1bit Citra biner/monokrom

pf8bit Citra skala keabuan. Sebenarnya nilai pf8bit adalah untuk citra warna berindeks 8 bit. Namun dalam pengerjaan TA ini, citra

skala keabuan direpresentasikan sebagai citra berindeks 8 bit dengan komponen palet warna merah, hijau, dan biru yang bernilai sama, sehingga menampilka warna keabuan dari hitam

sampai putih

pf24bit Citra true color (16 juta warna)

Tabel 2.4. For mat Citr a Bitmap

2.7.2. Penghalusan Gaussian (Gaussian Smoothing)

Mask lain yang sering pula digunakan untuk penghalusan citra adalah

mask penghalusan Gaussian (gaussian smoothing). Bobot pada mask penghalusan

(38)

Dimana :

• σ adalah nilai deviasi standar distribusi normal yang digunakan. Makin besar nilai σ, maka makin banyak titik tetangga yang diikutkan dalam perhitungan.

u dan v adalah posisi koordinat mask dimana koordinat (0,0) adalah posisi

titik tengah dari mask yang mempunyai nilai paling besar / paling tinggi. • π adalah konstanta dengan nilai 3,14.

e adalah

konstanta bilangan

natural dengan nilai

2, 718281828.

(39)

3.1. Analisa Sistem

Perancangan aplikasi penentuan warna tanah dimulai mengambil sampel tanah, Kemudian sampel tanah tersebut dibersihkan dari partikel-partikel lainnya seperti batu krikil, pasir ataupun air. Karena apabila terdapat partikel-partikel yang lain seperti contoh diatas maka pemrosesan penentuan warna tanah akan semakin sulit untuk di klasifikasikan warna tanah nya. Selanjutnya sampel tanah setelah dibersihkan, Maka sampel tanah diambil citranya secara digital menggunakan kamera digital/Handphone

Citra hasil pencitraan harus terlebih dahulu direkayasa atau istilah pengolahan citranya yaitu prepocessing yang mengubah format citra, pemotongan citra, dan pengaturan kontras serta smoothing untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setelah langkah prepocessing, maka citra siap untuk diolah secara digital untuk dapat mendeteksi warna tanah tersebut.

(40)

penghitungan Euclidean Distance yang menghitung kemiripan suatu warna tanah master dengan tanah yang sudah di foto (capture).

3.2. Akuisisi Citr a

Akuisisi citra yang merupakan proses di mana terdapat sebuah objek (sampel tanah), diambil gambarnya untuk dijadikan citra digital. Proses akuisisi citra menggunakan kamera digital/Handphone.

3.3. Desain

3.3.1. Desain Input dan Output

Masukan dalam aplikasi ini yaitu file gambar berupa *.bmp. bisa berupa gambar bitmap dengan format 24 bit (True Color). Apabila gambar yang akan digunakan dalam penentuan warna tanah masih berupa gambar *.jpg, maka dalam aplikasi ini juga tersedia form untuk mengubah format gambar *.jpg ke gambar dengan format *.bmp. Dalam aplikasi ini juga disediakan fasilitas cropping (pemotongan gambar), untuk menghilangkan bagian yang tidak perlu dari gambar yang diambil menggunakan kamera digital/Handphone. Keluaran yang dihasilkan dari aplikasi ini yaitu berupa hasil akhir penentuan warna tanah.

Gambar. 3.1 Diagr am Blok Aplikasi Pengolahan Citr a Sample tanah Pencitraan Pengolahan

Citra

(41)

Perancangan pembuatan sistem perangkat lunak ini akan dibuat sebuah aplikasi yaitu aplikasi desktop. Gambar 7 merupakan diagram blok proses pengolahan citra : Gambar 7. Diagram Blok Aplikasi Pengolahan Citra Aplikasi pendeteksi warna tanah hanya mampu membaca gambar digital dengan format .bmp. Hasil foto (capture) dapat berupa gambar dengan format piksel 24 bit (true color). Namun setelah gambar diambil, proses berikutnya bisa dilakukan dengan melakukan pemotongan (cropping) hasil foto tersebut untuk mendapatkan hasil ukuran yang pas, agar mudah dalam memprosesnya nanti. Setelah pemotongan (cropping) hasil gambar, maka bisa langsung dilakukan pemrosesan penentuan warna tanah dengan menekan button proses yang ada sehingga klasifikasi warna tanah akan muncul hasilnya.

3.4. Desain Flowchart

Flowchart yang merupakan suatu diagram yang menunjukkan bagaimana sistem itu berjalan. Dari tahap prepocessing atau sebelum proses pengolahan citra untuk penentuan warna tanah terdapat beberapa langkah yaitu

a. mengubah format citra, b. mengatur kontras warna, dan c. memotong gambar.

(42)

START

Gambar. 3.2 Flowchart Aplikasi

(43)

citra rata-rata. Langkah berikutnya menghitung nilai rata-rata RGB sampel yang ada kemudian di hitung menggunakan rumus Euclidean Distance dan menghasilkan nilai ED sampel yang nantinya akan di bandingkan dengan nilai ED master pada tabel RGB Master yang ada dengan pengambilan hasil selisih nilai perhitungan ED Sampel dan ED Master terkecil. Contoh ED Sampel didapat nilai 134, kemudian ED Master didapat nilai 155 maka di dalam perhitungan tabel RGB menunjukan hasil selisih terkecil berada pada selisih hitungan 21,34837.

3.4.1 Mengubah format citra *.jpg ke *.bmp

Mengubah format citra *.jpg ke *.bmp diperlukan karena proses pengolahan citra menggunakan citra dengan format *.bmp sedangkan hasil pencitraan dari kamera digital, citra masih berupa file dengan format *.jpg. berikut ini Flowchart mengubah format file *.jpg ke *.bmp.

Gambar . 3.3 Flowchart Mengubah citr a J PG ke BMP

Gambar. 3.3. Merupakan flowchart mengubah format citra dengan langkah pertama berupa memasukkan citra jpg yang berasal dari kamera digital. Kemudian dengan fungsi jpg to bmp, sehingga citra berubah menjadi citra bitmap dan langkah terakhir yaitu citra disimpan

Mengubah Citra ke bmp.

Masukan Citra JPG

Ubah JPG ke BMP

Simpan Citra

(44)

3.4.2. Mengatur Kontras Citra

Pengaturan kontras citra diperlukan untuk mengubah komposisi skala keabuan citra dan menjadikan citra lebih cerah atau lebih gelap sesuai dengan keinginan. Adapun Flowchart dari pengaturan kontras citra yaitu pada Gambar. 3.4.

Gambar. 3.4 Flowchart Mengubah Kontras Citr a

Pada Gambar. 3.4. dapat dijelaskan sebagai berikut. Mula-mula gambar di ambil, kemudian menentukan skala keabuan citra yaitu dari 0 hingga 127. langkah selanjutnya yaitu membaca tinggi dan lebar citra sebagai perulangan karena dalam

Mengatur Kontras Citra

Masukan Citra

Input skala Keabuaan ( P )

Tidak

Tidak

Ya

Ya For i=0 to i=tinggi citra-1

For j=0 to j=lebar citra-1

Temp = Round (2*(piksel[j]-P)+P)

Citra Baru = Temp

j = lebar citra

i = tinggi citra

Simpan citra

(45)

pengolahan citra ini memanipulasi setiap titik atau piksel. Setelah itu menghitung setiap piksel menggunakan rumus

fo(x, y) = G( fi(x, y) - P) + P .………( 12 )

3.4.3 Memotong Citra

Pemotongan citra bertujuan untuk membuang bagian dari yang tidak diperlukan dari hasil pencitraan. Proses pemotongan citra sendiri digambarkan pada Gambar. 3.5.

Gambar. 3.5 Flowchart memotong gambar

(46)

Mula-mula citra di ambil, kemudian membaca tinggi dan lebar citra. Selanjutnya menentukan titik awal citra yang diinginkan sampai titik tertentu. Setelah ditentukan titk awal dan titik akhir maka citra baru terbentuk. Dan kemudian dapat disimpan untuk diproses selanjutnya.

3.4.4. Penghalusan citra

Penghalusan citra merupakan salah satu operasi untuk memperbaiki citra. Proses ini merupakan salah satu langkah pengolahan citra untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Gambar. 3.6 Flowchart penghalusan citra Penghalusan Citra

Masukan Citra

For X=0 X= lebar citra baru -1

For Y=0 Y= lebar citra baru -1

Y = Tinggi Citra

X = Lebar Citra

Simpan Citra

Return

Tidak

Tidak Ya

(47)

Pada Gambar. 3.7 dapat dijelaskan bahwa langkah pertama yaitu mengambil citra untuk diproses. Kemudian membaca tinggi dan lebar citra sebagai proses array. Langkah berikutnya membaca pikses dengan array 5x5 dan kemudian di rata-rata untuk didapatkan hasil dari penghalusan citra dan kemudian citra disimpan untuk diproses pada proses berikutnya.

3.5. Desain for m

Aplikasi ini terdiri dari beberapa form saja untuk mempermudah dalam pengoperasiannya. Tampilan form tersebut diantaranya

3.5.1. Form splash

Form splash merupakan form yang pertama kali muncul selama tiga detik apabila aplikasi ini dijalankan

(48)

3.5.2. Form utama

Form utama merupakan tampilan pada saat aplikasi berjalan. Form ini yang mengatur tampilnya form-form yang lainnya. Tampilan form utama digambarkan pada Gambar. 3.8.

Gambar. 3.8 Form Utama

(49)

3.6. Desain Tabel

Pada pembuatan program penentuan warna tanah ini menggunakan microsoft accsess sebagai database nya. Untuk perancangan database disini hanya memerlukan 5 field diantaranya field ID sebagai primary key, field Warna, field Red, field Green, field Blue. Di dalam database tersebut terdapat juga isian 8 warna tanah yang diantaranya kuning, hitam, kelabu, coklat, coklat kemerahan, merah, putih, cokelat kekelabuan. Tampilan form database digambarkan pada Gambar 3.9.

(50)

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4. Lingkungan Implementasi Sistem

Pada lingkungan implementasi sistem ini menjelaskan kebutuhan dari perangkat keras maupun perangkat lunak yang nantinya dapat mendukung jalannya aplikasi penentuan warna tanah.

4.1. Perangkat keras

Perangkat keras yang digunakan untuk merancang bangun aplikasi penentuan warna tanah memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Komputer Laptop atau CPU dengan spesifikasi : 1) Prosesor Intel Dual Core

2) 1 GB DDR2 4.2. Perangkat lunak

Perangkat lunak sangat berperan penting dalam pembuatan aplikasi penentuan warna tanah. Aplikasi yang digunakan antara lain:

1) Borland Delphi 7.0.

(51)

4.3. Implementasi Antar Muka (Interface)

Pada bagian Implementasi antar muka (Interface) ini menjelaskan setiap form yang akan digunakan untuk menjalankan rancangan aplikasi warna tanah tersebut.

4.3.1 Form kontras

Form ini bertujuan untuk mengubah kontras suatu citra. Form ini dibuat sesederhana mungkin untuk mempermudah dalam mengoperasikannya. Form kontras digambarkan pada Gambar. 4.1

Gambar. 4.1. Form Kontras

(52)

Gambar . 4.2. Kode program mengubah kontras citra

Dari Gambar. 4.2 dapat dijelaskan pada setiap baris perintah merupakan coding untuk mengatur kontras.

4.3.2. Form cropping

Form ini dibuat untuk memotong bagian yang tidak diperlukan dalam sebuah citra. Tampilan form cropping seperti pada Gambar. 4.3.

Gambar . 4.3. For m Cropping

(53)

Gambar. 4.4. Kode program memotong gambar

Pada Gambar. 4.4 merupakan kode program untuk mengcroping suatu gambar dari setiap piksel citra serta untuk membaca nilai citra berdasarkan batas yang telah ditentukan (hasil crop).Coding tersebut menerangkan dari fungsi awal titik koordinat X ke koordinat titik Y. Setelah proses crop maka gambar citra baru berdasarkan citra yang telah mengalami proses pemotongan telah terlihat.

4.3.3. Kode program penghalusan citra (smoothing)

Gambar. 4.5. Kode pr ogram penghalusan citra (smoothing)

(54)

mempunyai nilai RGB (Red,Green,Blue) yang nantinya akan diolah oleh program dan dibandingkan nilai RGB (Red,Green,Blue) master.

4.3.4. Kode program menentukan warna tanah

(55)

4.3.5. Form Database

Pada form database ini menggunakan microsoft accsess yang menampilkan nilai-nilai RGB (Red,Green,Blue) yang akan di olah pada program penentuan warna tanah. Adapun warna tanah yang nantinya akan di olah terdapat 8 warna diantaranya kuning, hitam, kelabu, coklat, coklat kemerahan, merah, putih, cokelat kekelabuan.Gambar 4.7 merupakan tampilan form database pada program penentuan warna tanah.

Gambar. 4.7. Form Database Warna 4.3.6. Form about

Form ini merupakan informasi pembuat aplikasi penentuan warna tanah. Gambar. 4.8. merupakan tampilan form about.

\

(56)

4.4. Hasil dan Pembahasan 4.4.1. Form utama

Apabila aplikasi ini dijalankan maka tampilan utama akan muncul seperti pada Gambar. 5.1 komudian pengguna dapat melakukan preprocessing yaitu mengubah tipe file, mengubah kontras, dan memotong gambar.

4.4.2. Mengubah tipe file

Untuk dapat melakukan pengolahan citra ini, pertama, pengguna harus mengubah tipe file citra dari JPG ke tipe file BMP. Karena aplikasi ini hanya dapat memproses citra dengan format citra bitmap. Untuk mengubah tipe file ini, pengguna dapat menekan tombol save to BMP. Kemudian akan muncul open picture dialog

(57)

Langkah berikutnya, pengguna dapat mencari file citra dari kamera digital pada direktori, setelah file ditemukan kemudian klik open. Kotak dialog save akan muncul seperti Gambar. 5.0.

Gambar. 5.0. Save pictur e dialog

Apabila tombol save di-klik maka akan muncul pesan yang menandakan gambar telah berhasil disimpan dengan format bitmap.

Gambar. 5.1. Pesan citr a berhasil disimpan dengan for mat bitmap

4.4.3. Mengatur kontras citra

(58)

pada Gambar. 5.2 pengguna dapat mengambil citra dengan menekan tombol Ambil Citra. Setelah gambar muncul maka pengguna dapat mengatur kontras dengan menekan button contrast hingga citra terlihat lebih cerah.

Gambar. 5.2. Mengatur contr ast citra

4.4.4. Memotong gambar

(59)

Gambar. 5.3. Gambar yang akan dipotong

Gambar. 5.4. Hasil dar i potongan gambar .

(60)

4.4.5. Proses penentuan warna tanah.

Pada form utama telah disediakan tombol ambil citra untuk menampilkan citra. Dan hasilnya akan tampak sebagai berikut.

Gambar. 5.5. Mengambil citra untuk menentukan warna tanah

(61)

Gambar 5.6. Hasil analisa warna tanah

4.5. Hasil Uji Coba Akur asi Metode

(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)

Tabel 4.1. Uji coba hasil akur asi kinerja pr ogram No Foto Capture

Tanah

Target Warna Tanah

Hasil Warna Olah Pr ogram

Keterangan

49.

Capture (aw)

Merah Coklat

Hasil tidak sesuai target

50.

Capture (ax)

Merah Merah

Hasil sesuai warna target

(69)

Rinaldi Munir, 2004 “Pengolahan Citra Digital dengan pendekatan algoritmik”, Informatika Bandung.

Rachman Sutanto, 2005 “Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Konsep & Kenyataan)”, Kanisius Yogyakarta.

Jon Dattoro, 2005, “Convex Optimazation & Euclidean Distance Geometry”, Meboo Publishing USA.

Kusrini, 2006 sistem pakar “Teori dan Aplikasinya”. penerbit Andi Yogyakarta.

Madjid, A, 2007, “Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas

Pertanian Unsri”, http://dasar2ilmutanah.blogspot.com (diakses tanggal 7 oktober 2012).

Robert Collins, 2005, “Smoothing Gaussian”

http://www.cse.psu.edu/~rcollins/CSE486/lecture04.pdf (diakses tanggal 12 desember 2012).

M. Agus J.Alam, 2003, “Belajar Sendiri Mengolah Database dengan Borland

Delphi 7”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Winpec Solution, 2007, “Mudah Menguasai Microsoft Accsess 2007”, PT Elex

Media Komputindo, Jakarta.

Gambar

Gambar 2.1 Diagram Pengolahan Citra
Gambar 2.2. Perubahan citra warna ke citra warna keabuan
Gambar 2.3.  Proses kernel filter
Gambar. 2.4. Pemotongan Citra
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses adsorpsi meghasilkan efek pendinginan yang terjadi pada botol labu kedua, dimana pada tekanan rendah panas dari lingkungan diserap untuk menguapkan adsorbat (Gambar 2.5b)

Sedangkan aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) tercatat sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 4,2%. Adapun jumlah

Dengan adanya kendala tersebut dibutuhkan sebuah sistem yang mampu memberikan informasi pemesanan wisata dan perhitungan rincian biaya wisata sesuai dengan

Lampiran : Surat Keputusan Komisi Independen Pemilihan Kabupaten Aceh Besar Nomor: 11/HK.03.1-Kpt/1106/Kip-Kab/II/2018 tanggal 23 Februari 2018 Tentang Penetapan Lulus Ujian

Contohnya, kita bisa menerjemahkan kalimat di atas ke dalam bahasa Arab dengan pola yang persis sama.. Berikut terjemah dua kalimat di atas di dalam

Integrasi analisis dan interpretasi data sumur dan seismik pada interval LA1 dapat memberikan gambaran distribusi fasies bawah permukaan yang ditunjukkan oleh peta

Namun faktor keamanan teras pada vertical interval galian 7 m masih lebih rendah dibandingkan dengan faktor keaman lereng aslinya, ini mungkin dikarenkan vertical

Jadi objek pembahasan ushul fiqh meliputi klasifikasi dalil, orang-orang yang dibebani hukum syara’ sesuai dengan aplikasi dalil-dalil tersebut, orang-orang ahli atau yang