• Tidak ada hasil yang ditemukan

WEBMAP UNTUK MENGETAHUI DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "WEBMAP UNTUK MENGETAHUI DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO JAWA TIMUR."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

TIMUR

SKRIPSI

Oleh :

SEFTIN FITRIANAWATI

0934010266

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

(2)

TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Oleh :

SEFTIN FITRIANAWATI

0934010266

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

(3)

WEBMAP UNTUK MENGETAHUI DAERAH RAWAN

BANJ IR DI KABUPATEN BOJ ONEGORO J AWA

TIMUR

Disusun oleh :

SEFTIN FITRIANAWATI

0934010266

Telah disetujui mengikuti Ujian Negara Lisan Gelombang I Tahun Akademik 2012 / 2013

Pembimbing I

Wahyu J .S Saputr a, S.Kom., M.Kom NPT. 3 7006 06 0210 1

Pembimbing II

Ir . Mu’tasim Billah, M.S NPT. 3 8610 10 0296 1

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(4)

WEBMAP UNTUK MENGETAHUI DAERAH RAWAN

BANJ IR DI KABUPATEN BOJ ONEGORO J AWA

TIMUR

Disusun Oleh :

SEFTIN FITRIANAWATI

0934010266

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : Oktober 2013

Pembimbing : 1.

Wahyu J.S Saputra, S.Kom., M.Kom NPT. 3 7006 06 0210 1

Tim Penguji : 1.

Basuki Rahmat, S.Si., MT NPT. 19590520 198703 2 00 1

2.

Henni Endah Wahanani, ST., M.Kom NIP. 37609 130 3481

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(5)

Syukur Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin terucap ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat-Nya sehingga dengan segala keterbatasan waktu, tenaga, pikiran dan keberuntungan yang dimiliki, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Webmap Untuk Mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro J awa Timur ” tepat waktu.

Tugas Akhir ini disusun guna diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, UPN ”VETERAN” Jawa Timur.

Dalam penyusunan Tugas akhir ini, Penulis berusaha untuk menerapkan ilmu yang telah didapat selama menjalani perkuliahan dengan tidak terlepas dari petunjuk, bimbingan, bantuan, dan dukungan berbagai pihak.

Dengan tidak lupa akan kodratnya sebagai manusia, Penulis menyadari bahwa dalam karya tugas akhir ini masih mengandung kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati, Penulis masih akan tetap terus mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca.

Surabaya, Oktober 2013

(6)

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Manfaat... 4

1.6 Metodologi Penelitian ... 5

1.7 Sistematika Penulisan... 7

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Sistem Informasi Geografis ... 9

2.1.1 Pemahaman Sistem, Informasi, dan Geografis ... 9

2.1.2 Pengertian Sistem Informasi Geografis ... 10

2.1.3 Model Data Sistem Informasi Geografis ... 12

2.1.3 Komponen Sistem Informasi Geografis ... 12

2.2 Webmap ... 14

2.2.1 Hyper Text Transfer Protocol (HTTP) ... 20

(7)

2.3.1 Pengertian Banjir ... 23

2.3.2 Faktor Penyebab Terjadina Banjir ... 24

2.4 Sungai Bengawan Solo ... 25

2.5 UPT PSAWS Bengawan Solo Bojonegoro ... 26

2.6 Kabupaten Bojonegoro ... 28

2.6.1 Topografi Kabupaten Bojonegoro ... 29

2.6.2 Aspek Klimatologi Kabupaten Bojonegoro ... 29

2.6.3 Hidrologi Bojonegoro ... 29

2.6.4 Wilayah Peka Bencana Alam ... 30

2.7 Teknologi ... 32

2.7.1 MapServer ... 32

2.7.2 Quantum GIS ... 34

2.7.3 PostGIS ... 36

2.8 Data Flow Diagram (DFD) ... 36

2.8.1 Elemen Dasar dari DFD ... 37

2.8.2 Manfaat Data Flow Diagram ... 40

2.9 Konceptual Data Model & Physical Data Model ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 44

3.1 Analisis Sistem... 44

3.2 Entitas Luar ... 49

(8)

3.4 Kebutuhan Proses... 52

3.4.1 Prosedur Dan Proses ... 52

3.4.2 Data Flow Diagram ... 54

3.5 Model Data ... 60

3.5.1 Conceptual Data Model ... 60

3.5.2 Physical Data Model ... 61

3.6 Perancangan Aplikasi ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

4.1 Kebutuhan Sistem ... 65

4.2 Penerapan Sistem ... 66

4.3 Kebutuhan Simpanan ... 67

4.4 Implementasi Antar Muka ... 72

4.4.1 Tampilan Header Sistem ... 72

4.4.2 Tampilan Halaman Utama ... 73

4.4.3 Tampilan Menu Tentang Kami ... 73

4.4.4 Tampilan Halaman Menu Galerry ... 74

4.4.5 Tampilan Halaman Menu Peta Dasar ... 75

4.4.6 Tampilan Halaman Menu Peta Analisa ... 76

4.5 Uji Coba Sistem ... 80

4.5.1 Merancang Analisis Sistem... 80

4.5.2 Melakukan Digitasi Peta pada QuantumGIS ... 81

4.5.3 Membuat Database ... 88

(9)
(10)

DOSEN PEMBIMBING II : Ir. MUTASSIMBILLAH, M.S PENYUSUN : SEFTIN FITRIANAWATI

ABSTRAK

Permasalahan yang kerap terjadi di Kabupaten Bojonegoro adalah bencana banjir. Hal ini dikarenakan debit sungai Bengawan Solo bagian hulu yang cukup besar mengalir melampaui wilayah hilir meliputi Kabupaten Bojonegoro, bahkan menjadi langganan banjir tiap tahunnya di Kabupaten Bojonegoro.

Tugas akhir ini dimaksudkan untuk membuat sebuah sistem Webmap Untuk Mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojongeoro Jawa Timur. Sitem tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan melakukan operasi-operasi tertentu dengan mempilkan dan menganalisa data. Pada sistem dapat mengolah data banjir serta dapat memberikan sebuah informasi banjir kepada masyarakat luas khususnya masyarakat Bojonegoro. Dalam pembuatan sistem tersebut dengan menggunakan sebuah perangkat lunak Quantum GIS yang dapat menampilkan data dan menyimpan data spasial dan data atribut berupa layer dalam pembuatan peta interaktif yang akan di tampilkan pada web.

Hasil yang dicapai pada Tugas Akhir ini yaitu membuat sistem Webmap Untuk Mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur, yang merupakan peta online sebuah kota dimana pengguna dapat dengan mudah mencari informasi yang diinginkan secara online melalui jaringan internet tanpa mengenal batas geografi penggunanya.

(11)

1.1 Latar Belakang

Kejadian banjir di Kabupaten Bojonegoro sering terjadi setiap tahun. Debit

sungai Bengawan Solo bagian hulu yang cukup besar mengalir melampaui

wilayah hilir meliputi Kabupaten Bojonegoro. Curah hujan yang merata dan

cukup tinggi pada musim penghujan sehingga air meluap dan menjadi genangan banjir. Genangan-genangan yang terjadi umumnya disebabkan oleh hujan local, tetapi banyak hal yang menyebabkan terjadinya banjir yang terjadi pada daerah-daerah tertentu seperti saluran air yang mengalami pendangkalan, adanya kontribusi banjir dari anak-anak sungai Bengawan Solo. Tidak adanya tanggul pembatas sungai sehingga menyebabkan fungsi sungai yang bersangkutan tidak maksimal dengan kondisi sungai yang melintas di beberapa daerah di kabupaten Bojonegoro. Untuk memonitor rata-rata curah hujan yang jatuh di Kabupaten Bojonegoro tersedia sebanyak 27 buah stasion pos curah hujan yang tersebar di 27 Kecamatan. Pantauan tersebut, tercatat jumlah hari hujan di Kabupaten Bojonegoro. Sedangkan rata-rata curah hujan yang dimonitor oleh 27 stasion pos curah hujan, menunjukkan adanya keterkaitan dengan jumlah hari hujan.

(12)

banjir tahunan. Sistem tersebut diharapkan Kabupaten Bojonegoro sebagai wilayah yang di lintasi sungai Bengawan Solo tidak kesulitan dalam menanggulangi masalah banjir tiap tahunnya. Faktor penyebab area limpasan air permukaan dan genangan air hujan tersebut disebabkan oleh kontur daerah yang

relatif rendah yaitu 0-10 meter.

Pada permasalahan yang ada, Peneliti mengambil sebuah gambaran dari

sebuah aplikasi webmap yang merupakan pengembangan dari aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis keruangan (spatial analysis) maupun waktu (temporal analysis). Dimana dalam aplikasi webmap tersebut, memberikan informasi daerah rawan banjir kepada masyarakat di Kabupaten Bojonegoro, serta memudahkan UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (PSAW) Kabupaten Bojonegoro dalam memantau daerah rawan banjir di kabupaten Bojonegoro dengan media Web.

Sehubungan dengan adanya tugas akhir ini, Peneliti mencoba memberikan pandangan dan solusi bencana banjir dengan membuat aplikasi Webmap Untuk Mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro. Aplikasi webmap tersebut dibuat dengan menggunakan metode SDLC (System Development Lyfe Sycle) untuk menampilkan informasi Saluran jaringan drainase, intensitas hujan,

(13)

1.2 Rumusan M asalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah yang didapat adalah:

a. Bagaimana membuat suatu aplikasi Webmap yang mampu memberikan informasi daerah yang tergolong rawan banjir di Kabupaten Bojonegoro ?

b. Bagaimana membuat suatu aplikasi webmap yang mampu memberikan informasi prakiraan banjir di Kabupaten Bojonegoro ?

c. Bagaimana membuat aplikasi webmap pencarian data yang cepat, tepat, akurat dan mudah dimengerti oleh pengguna ?

1.3 Batasan M asalah

Menganalisis dan menyelesaikan suatu masalah, maka perlu diberikan pembatasan atau ruang lingkup pembahasan. Adapun batasan-batasan masalah adalah sebagai berikut :

a. Daerah yang digunakan sebagai pembuatan webmap untuk mengetahui daerah rawan banjir adalah Kabupaten Bojonegoro.

b. Penyajian informasi Daerah rawan banjir yang akan diteliti pada tingkat Kecamatan. Parameter yang digunakan dalam penelitian daerah rawan banjir adalah data Ketinggian air sungai, curah hujan, debit air, dan elevasi tanah.

(14)

d. Data yang diolah dari tahun 2010, 2011 dan 2012, diperoleh dari UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (PSAWS) Kabupaten Bojonegoro.

e. Lingkup data yang disajikan dalam sistem yang dibuat adalah data tiap desa, data kecamatan, data curah hujan, data genangan air, data debit air, data elevasi tanah, data ketinggian air sungai peilschaal, dan data dampak banjir di wilayah Bojonegoro.

f. Pada sistem pengunjung dapat melihat sistem, tidak dapat menghapus ataupun menambah data apapun. Apabila ada seputar perntanyaan pengunjung dapat langsung pada contact us.

1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah membuat aplikasi WebMap untuk mengetahui daerah rawan banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. 1.5 M anfaat

Manfaat dari pembuatan aplikasi sistem WebMap untuk mengetahui daerah rawan banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur ini adalah sebagai berikut :

a. Membantu UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (PSAWS) Kabupaten Bojonegoro dalam mengolah data Banjir.

b. Membantu masyarakat untuk mengetahui daerah rawan banjir di Kabupaten Bojonegoro.

(15)

d. Jika wilayah banjir diketahui lebih awal maka pemerintah serta masyarakat dapat bersiaga lebih awal.

1.6 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan untuk membangun sistem dalam penelitian tugas akhir ini menggunakan SDLC (Sistem Development Life Cycle), yang merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, dengan tahapan sebagai berikut :

a. Planning

Planning adalah pencarian data yang dibutuhkan untuk membuat sistem.

Pengumpulan data diperoleh dari UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (PSAWS) Kabupaten Bojonegoro.

b. Inisiasi dan Per encanaan Proyek

Menentukan spesifikasi kebutuhan dan bagaimana sistem dapat membantu menyelesaikan permasalahan analisis kebutuhan untuk membangun sistem. c. Menganalisis Kebutuhan Sistem (Analysis)

Tahapan-tahapan dalam proses analisis adalah sebagai berikut : 1. Analisis Teknologi

Menganalisis teknologi apa yang digunakan. Teknologi yang di gunakan adalah MapInfo Profesional untuk digitasi peta, PostgreSQL sebagai penyimpanan data.

2. Analisis Informasi

(16)

curah hujan, data genangan air, data elevasi tanah, data ketinggian air (peilschaal) di wilayah Bojonegoro.

d. Desain

Web desain dibagi menjadi tiga model diantaranya desain development,

database, dan analisis.

Pada desain development, proses pengembangan sistem terdapat beberapa entitas yang berhubumgan dengan aplikasi. Desain database pada aplikasi ini menggunakan PostGIS. Desain analisis, merupakan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi permasalahan, kesempatan dan objek, menganalisis arus informasi terkomputerisasi untuk memberi solusi atas permasalahan. e. Implementasi

1. Penulisan Program dan instalasi.

Tahap penulisan ini merupakan tahap program yang telah di analisis dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP.

2. Pemilihan Sumber daya Hardware dan Software.

Dalam tahap ini melakukan pemilihan software dan hardware yang digunakan.

f. Menguji dan Mempertahankan Sistem (testing)

(17)

g. Mengimplementasikan dan Mengevaluasi Sistem

Tahap ini melibatkan pelatihan bagi pemakai ketika menggunakan sistem. Apabila ada kesalahan pada sistem, maka akan dilakukan perbaikan sistem. 1.7 Sistematika Penulisan

Secara garis besar penyusunan laporan ini, terdiridari lima bab utama dengan beebrapa sub bab didalamnya. Adapun sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJ AUAN PUSTAK A

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori pemecahan masalah yang berhubungan dan digunakan untuk mendukung dalam pembuatan tugas akhir ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian serta tata cara perancangan sistem yang digunakan untuk mengolah sumber data yang dibutuhkan sistem antara lain : Perancangan perangkat keras, perancangan perangkat lunak, seperti pada Diagram berjenjang, context diagram, dan user interface .

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(18)

dibuat meliputi lingkungan implementasi, implementasi proses, dan implementasi antar muka. Dan menjelaskan tentang pelaksaan uji coba dan evaluasi dari pelaksanaan uji coba dari program yang dibuat.

BAB V K ESIM PULAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis untuk mengembangkan sistem.

DAFTAR PUSTAK A

Pada bagian ini akan dipaparkan tentang sumber-sumber literatur yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini.

LAMPIRAN

(19)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

Pada bab II ini akan dibahas beberapa teori dasar dalam pembuatan Webmap Untuk Mengetahui Daerah Rawan Banjir Di Kabupaten Bojonegoro

Jawa Timur.

2.1 Sistem Infor masi Geografis (SIG)

Informasi merupakan komponen penting dalam manajemen sistem informasi untuk pengambilan suatu keputusan yang akurat. Namun informasi tidak akan banyak bermanfaat jika tidak ditunjang oleh sistem yang baik. Maka dari itu dalam pembuatan suatu sistem, baik sistem maupun informasi yang ada harus saling mendukung.

2.1.1 Pemahaman Sistem, Informasi, dan Geografis a. Sistem

Kata sistem memiliki banyak pengertian dalam hubungan yang berbeda-beda. Adapun pengertian sistem antara lain :

1. Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran [15]

(20)

b. Infor masi

Beberapa teori dasar tentang informasi yang diberikan oleh para pakar yang kompeten dibidangnya antara lain :

1. Informasi adalah sata yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang [15]

2. Informasi adalah sesuatu yang nyata atau setengah nyata yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau kejadian [16].

c. Geografi

Geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu geo dan graphein. Geo artinya bumi, graphein artinya menggambarkan ataupun mencitrakan. Secara harfiah Geografi berarti ilmu yang menggambarkan tentang bumi.

Secara Umum, Geografi adalah ilmu yang mempelajari/mengkaji bumi dan segala sesuatu yang ada diatasnya, seperti penduduk, flora, fauna, iklim, udara, dan segala interaksinya.

2.1.2 Pengertian Sistem Infor masi Geografis

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information Sistem/GIS)

(21)

Secara umum pengertian SIG sebagai berikut [5]:

“Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisis dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis.”

Pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual. Namun dalam pembahasan selanjutnya SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang berbasis komputer. SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data ge ografis yang tersedia merupakan data dalam jumlah dan ukuran besar, dan terdiri dari banyak tema yang saling berkaitan.

(22)

2.1.3 Model Data Sistem Infomasi Geografis

Terdapat dua jenis data yang digunakan untuk mempresentasikan atau memodelkan SIG, yaitu [9]:

a. Data Spasial

Data spasial merupakan salah satu item dari informasi, dimana didalamnya terdapat informasi mengenai bumi termasuk permukaan bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan, dan atmosfer. Data spasial dan informasi turunnya digunakan untuk menentukan posisi dari identifikasi suatu elemen di permukaan bumi.

b. Data Atribut

Data atribut atau data non-spasial yaitu jenis data yang mempresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkan. Aspek deskriptif ini mencakup item-item atau properties dari fenomena yang bersangkutan hingga dimensi waktunya. Data atribut berisikan keterangan atau kelengkapan dari obyek spasial yang terdapat dalam peta.

2.1.4 Komponen Sistem Informasi Geografis

Berikut merupakan komponen SIG yang diperlukan untuk membuat sistem tersebut dapat berjalan dengan baik [12]:

(23)

a. Hardware (Perangkat keras)

SIG membutuhkan komputer untuk penyimpanan dan pemproresan data. Ukuran dari sistem komputerisasi bergantung pada tipe SIG itu sendiri. SIG dengan skala yang kecil hanya membutuhkan PC (personal computer) yang kecil dan sebaliknya. Ketika SIG yang di buat berskala besar di perlukan spesifikasi komputer yang besar pula serta host untuk client machine yang mendukung penggunaan multiple user. Hal tersebut disebabkan data yang digunakan dalam SIG baik data vektor maupun data raster penyimpanannya membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses analisisnya membutuhkan memori yang besar dan prosesor yang cepat. Untuk mengubah peta ke dalam bentuk digital diperlukan hardware yang disebut digitizer.

b. Software (Perangkat Lunak)

Dalam pembuatan SIG di perlukan software yang menyediakan fungsi tool yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi geografis. Dengan demikian, elemen yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah:

1. Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografis 2. Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)

3. Tool yang mendukung query geografis, analisis dan visualisasi

(24)

c. Data

Data SIG atau disebut data geospatial dibedakan menjadi data grafis (geometris) dan data attribute (data tematik). Data grafis mempunyai tiga elemen : titik (node), garis(arc), dan luasan/ area(polygon), dalam bentuk vector ataupun raster yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi, dan arah. 7(tujuh) fenomena geografis yang dapat diwakili dalam bentuk titik, garis, dan polygon/area, yaitu: data kenampakan, unit area, jaringan topologi, catatan sampel, data permukaan bumi, label/teks pada data, simbol data. d. Sumber Daya Manusia

Teknologi SIG tidaklah bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi nyata. Suatu proyek SIG akan berhasil jika di manage dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keakhlian yang tepat pada semua tingkatan. e. Metode

SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan aturan dunia nyata, dimana metode, model, dan implementasi akan berbeda untuk setiap permasalahan.

2.2 WebMap

Geographic Information System (GIS) merupakan sistem yang dirancang

(25)

aplikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman aplikasinya. Pengembangan aplikasi GIS kedepannya mengarah kepada aplikasi berbasis Web yang dikenal dengan Web GIS. Sebagai contoh adalah adanya peta online sebuah kota dimana pengguna dapat dengan mudah mencari lokasi yang diinginkan secara online melalui jaringan intranet/internet tanpa mengenal batas geografi penggunanya. Secara umum Sistem Informasi Geografis dikembangkan berdasarkan pada prinsip input/masukan data, manajemen, analisis dan representasi data.

A. Ar sitektur

Untuk dapat melakukan komunikasi dengan komponen yang berbeda-beda di lingkungan web maka dibutuhkan sebuah web server. Karena standart dari geo data berbeda beda dan sangat spesifik maka pengembangan arsitektur sistem mengikuti arsitektur “Client Server”.

Gambar 2.2 Arsitektur Webmap [21]

(26)

Web Server bertanggung jawab terhadap proses permintaan dari client dan mengirimkan tanggapan terhadap respon tersebut. Dalam arsitektur web, sebuah web server juga mengatur komunikasi dengan server side GIS Komponen. Server side GIS Komponen bertanggung jawab terhadap koneksi kepada database spasial

seperti menterjemahkan query kedalam SQL dan membuat representasi yang diteruskan ke server. Dalam kenyataannya Side Server GIS Komponen berupa software libraries yang menawarkan layanan khusus untuk analisis spasial pada

data. Selain komponen hal lain yang juga sangat penting adalah aspek fungsional yang terletak di sisi client atau di server. Gambar berikut dua pendekatan yang menunjukan kemungkinan distribusi fungsional pada sistem client/server berdasarkan konsep pipeline visualization.

Gambar 2.3 Thin Vs Thick system pada Client Server [21]

(27)

bentuk data vector yang disederhanakan. Pemrosesan dan penggambaran kembali dilakukan disisi client. Cara ini menjadikan user dapat berinteraksi lebih interaktif dan fleksibel.

B. Manajemen Data

Untuk melakukan menajeman data geografis paling tidak dibutuhkan sebuah DBMS (Databese Management System). Pemodelan berorientasi objek menjadi sangat dibutuhkan karena pemodelan basisdata relational tidak mampu melakukan penyimpanan data spasial. Pada analisis spasial sistem manajemen database memberikan beberapa keragaman. Ada beberapa keragaman applikasi yang dapat digunakan sebagai database seperti Oracle Spatial, PostgreSQL, Informix, DB2, Ingres dan yang paling popular saat ini adalah MySQL. Untuk mendapatkan pengembangan fungsional analisis pada level database beberapa DBMS telah mendukung procedural bahasa pemrograman. Oracle DBMS menawarkan dua kemungkinan untuk menghasilkan individual operation dilevel database. Yang pertama adalah PL/SQL sebuah procedural bahasa pemrograman. Yang kedua adalah Java Virtual Machine (JVM) untuk proses Java classes di level database.

C. Mendesain GUI

Untuk berinteraksi, berkomunikasi dan mendapatkan informasi perlu dirancang sebuah Graphical User Interface (GUI). GUI berinteraksi langsung dengan user. Karena informasi geografis biasanya sangat kompleks maka akan ditemui banyak kesulitan dalam pengarsipannya. Menciptakan aspek Dunia

Virtual menjadi hal penting dalam mendesain GUI. Karakteristik untuk

(28)

Gambar 2.4 Menciptakan Virtual World [21]

Algoritma khusus dibutuhkan untuk mampu menampilkan se-invisible mungkin tampilan. Penggunaan PHP dan VRML (Virtual Reality Modeling Language) adalah sebuah ideal perancangan GUI untuk applikasi Web GIS. PHP

menjadi bahasa yang paling popular untuk menciptakan web dinamis pada saat ini. VRML dikenalkan oleh Konsorsium Web3D untuk menghasilkan tampilan peta interaktif dalam web. PHP dapat menghasilkan banyak text informasi. Dalam PHP, salah satunya menjadi pengendali dari banyak informasi tersebut. Permintaan dikirimkan oleh VRML MIME („model/vrml’) dan kemudian menuliskan VRML nodenya. Server mengkomunikasikan semua kode PHP saat mengirimkan respon. Jadi pada line dimana kode JSP ditampilkan server mengirimkan kembali blank line kepada browser. Sangat perlu untuk memasukan header PHP dan VRML dan content type nya harus berubah sebelum VRML header ditentukan, hasil akhirnya bisa menjadi seperti dibawah ini :

<?php

Header (“Tipe-kontent : model/vrml”);

Echo “#VRML V2.0 utf8\n”;

?>

(29)

D. Detail Proses

Objek Geo Spasial terdiri dari informasi data spasial dan data non spasial. Informasi Spasial dapat divisualisasikan dengan mengkonversinya VRML dan data non Spasial ditampilkan secara dinamis di halaman HTML. Gambar berikut menunjukkan proses request data standart. Request memanggil desain dari PHP yang berinteraksi dengan database. Setelah menerima respon sistem mengikuti alur seperti pada gambar.

Gambar 2.5 Proses Request dan Respon [21]

(30)

dan database pada server. Teknik seperti ini sudah tersedia di PHP, ASP, ASP.net, atau JSP. Pemilihan tekniknya disesuaikan dengan web Server yang digunakan. Detail arsitektur untuk menampilkan data GIS melalui web seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.6 Arsitektut Publikasi Web GIS [21] 2.2.1 Hyper Text Transfer Protocol (HTTP)

Web merupakan terobosan baru sebagai teknologi informasi yang menghubungkan data dari banyak sumber dan layanan yang beragam macamnya di internet. Pengguna hanya perlu mengklikkan tombol mouse pada link-link hyper text yang ada untuk mengakses kedokumen-dokumen di berbagai lokasi di

internet. Linklink- nya sendiri dapat mengacu kepada dokumen web, server FTP (File Transfer protocol), e-mail ataupun layanan-layanan lain.

(31)

lalu memenuhi permintaan ini dan mengirimkannya melalui jaringan kepada browser. Setiap permintaan akan dilayani dan ditangani sebagai suatu koneksi

terpisah yang berbeda.

2.2.2 Hyper Text Markup Language (HTML)

HTML dewasa ini dikenal sebagai bahasa standar untuk membuat dokumen web. Sesungguhnya Hypertext Markup Language (HTML) justru tidak dibuat untuk mempublikasikan informasi di web, namun oleh karena kesederhanaan serta kemudahan penggunaannya, HTML kemudian dipilih untuk mendistribusikan informasi di web. Perintah-perintah HTML diletakan dalam file berekstensi *.html dan ditandai dengan mempergunakan tag (tanda) berupa karakter “<” dan “>”, tidak seperti bahasa pemrograman berstruktur prosedural seperti Pascal atau C, HTML tidak mengenal jumping ataupun looping. Kode-kode HTML dibaca oleh browser dari atas kebawah tanpa adanya lompatan-lompatan.

Struktur sebuah dokumen HTML pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu header dan body, masing-masing ditandai oleh pasangan container tag <head> dan <body>. Bagian head berisikan judul dokumen dan informasi-informasi dasar lainnya, sedangkan bagian body adalah data dokumennya. Penganturan fomat teks dan pembentukan link dilakukan terhadap obyeknya langsung dengan ditandai oleh tag-tag HTML.

2.2.3 Peta

(32)

pengertian, namun pada hakikatnya semua mempunyai inti dan maksud yang sama.

Berikut beberapa pengertian peta dari para ahli. a. Menurut ICA (International Cartographic Association)

Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.

b. Menurut Aryono Prihandito (1988)

Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.

c. Menurut Erwin Raisz (1948)

Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.

d. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005)

(33)

dibagi menjadi dua yaitu ketampakan alami dan ketampakan buatan manusia (budaya) [30].

2.3 Banjir

Dalam lingkup ini menjelaskan tentang pengertian banjir, faktor-faktor terjadinya banjir, serta penanganan banjir [25].

2.3.1 Pengertian Banjir

Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan, karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Pengertian yang lain yaitu, Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran.

Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang.

Saat musim penghujan tiba, hujan bisa turun terus-menerus sehingga air pun semakin banyak memenuhi sungai dan saluran-saluran air. Kalau sungai dan saluran air itu tersumbat oleh sampah dan kotoran, maka banjir bisa terjadi.

(34)

2.3.2 Faktor Penyebab Ter jadinya Banjir

Banjir bisa disebabkan oleh beberapa adanya faktor : a. Banyaknya Tumpukan Sampah

Hal ini merupakan penyebab utama, karena beberapa dari kita banyak yang malas untuk membuang sampah pada tempatnya. Yang semestinya wajib dilakukan agar terhindar dari banjir. Namun masih banyak masyarakat yang tanggap dan terkesan meremehkan hal ini. Sehingga sampah makin banyak menumpuk dan menyumbat beberapa saluran air dan sungai.

b. Penebangan Hutan

Banyaknya penebangan hutan secara liar juga menjadi salah satu penyebab banjir. Karena penebangan hutan yang tidak diikuti penanaman kembali dapat menyebabkan erosi, sehingga tidak ada penyerapan air pada saat musim hujan. c. Banjir Kiriman

Hal ini sering terjadi didaerah daratan rendah. Banjir yang tiba-tiba datang karena pada dataran tinggi terjadi hujan dan menyebabkan meluapnya aliran sungai yang menuju kedataran rendah meluap, sehingga terjadi banjir pada dataran rendah.

d. Abrasi

(35)

e. Banyaknya Bangunan

Banyaknya bangunan menyebabkan terjadinya banjir karena kurangnya daerah resapan air. Kebanyakan bangunan perkantoran atau perumahan menggunakan materi padat pada halamannya, seperti aspal dan semen, sehingga air hujan tidak dapat teresap oleh tanah.

f. Perubahan Lingkungan

Akibat dari perubahan lingkungan adalah terjadinya pemanasan global, selain itu manusia juga merubah penggunaan lahan yang berakibat berkurangan tutupan lahan. Semakin lama jumlah vegetasi ssemakin berkurang, khususnya didaerah perkotaan. Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pola iklim yang akhirnya merubah pola curah hujan.

g. Bertumpuknya Sampah Pada Saluran Air

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran air.

2.4 Sungai Bengawan Solo

Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa, Indonesia dengan dua hulu sungai yaitu dari daerah pegunungan Kidul, Wonogiri, dan Ponorogo, selanjutnya bermuara didaerah Gresik [25].

(36)

sekitar sungai pada bagian ini banyak mengalami erosi dan sedimentasi yang cukup tinggi.

Daerah tengah mayoritas meliputi daerah hilir Waduk Gajah Mungkur, sebagian Kabupaten Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Solo, Sragen, sebagian Kabupaten Ngawi dan sebagian Tempuran (hilir) Kali Madiun. Selain itu daerah ini merupakan daerah yang padat penduduk. Pada umumnya kegiatan ekonomi di daerah bagian sungai ini lebih tinggi daripada bagian hulu dan hilir, dan didominasi oleh kegiatan industri. Akibatnya, banyak limbah yang masuk ke sungai dan mencemari vegetasi di daerah ini. Aktivitas masyarakat yang paling menonjol di daerah ini adalah pertanian, pemanfaatan air sebagai kebutuhan sehari-hari, peternakan dan industri.

2.5 UPT PSAWS Bengawan Solo Bojonegoro

Sesuai Peraturan Daerah Nomor 23 tahun 2000 tentang Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Propinsi Jawa Timur bahwa UPT Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo,berkedudukan di Bojonegoro dengan wilayah kerja Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik ; yang terletak pada koordinat antara 60 45’ sd 70 28’ LS dan 1110 34’ sd 1120 40’ BT dengan luas 7.075 km2.

(37)

Jenis daratan adalah sebelah Selatan pegunungan dan sebelah Utara adalah pegunungan kapur yang membentang mulai Kabupaten Tuban sampai Kabupaten Lamongan. Ditengah wilayah kerja UPT PSAWS Bengawan Solo Bojonegoro dibelah oleh Sungai Bengawan Solo yang berawal dari waduk Wonogiri/Gajah Mungkur yang terletak pada Kabupaten Wonogiri dan bermuara di Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

Sungai Bengawan Solo melewati 10 kabupaten yaitu meliputi Kabupaten Wonogiri, Kota Solo, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karang Anyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik.

Tugas pokok : melaksanakan sebagian fungsi Dinas PU/Air Propinsi dalam pengelolaan SDA air permukaan pada wilayah sungai yang meliputi :

• Urusan irigasi lintas Kabupaten / Kota.

• Penyediaan air baku untuk berbagai keperluan.

• Pengelolaan sungai Pengelolaan danau, waduk, embung, dan situ.

• Pengendalian banjir dan penanggulangan kekeringan.

• Pengendalian pencemaran air.

• Pengelolaan rawa.

• Perlindungan pantai.

• Pemeliharaan muara, dan delta

Fungsi:

• Pelaksana operasional pelayanan kepada masyarakat dibidang pengairan.

(38)

VISI :

Terwujudnya pengelolaan sumberdaya air yang berwawasan lingkungan untuk mencapai kesejahteraan rakyat, serta menjamin persatuan dan kesatuan Nasional yang dilaksanakan secara berkeadilan dengan bertumpu pada peran serta dan keswadayaan masyarakat.

MISI :

1. Melaksanakan pengelolaan sumberdaya air secara konsisten dan berkelanjutan untuk dapat memenuhi berbagai keperluan

2. Melaksanakan tugas umum Pemerintahan dalam pengaturan pelayanan, pemberdayaan serta pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya air

3. Melaksanakan pengaturan, pembinaan, pengawasan dalam penanggulangan akibat bencana alam banjir, kekeringan dan lain-lain

4. Melaksanakan penelitian dan pengembangan sumberdaya air Meningkatkan kerjasama dengan mitra kerja dalam rangka pengelolaan dan pengembangan sumberdaya air Memberdayakan perorangan dan kelompok masyarakat dalam pendayagunaan sumberdaya air agar memiliki kemandirian dan keswadayaan. 2.6 Kabupaten Bojonegoro

(39)

Tengah) merupakan bagian dari Blok Cepu, salah satu sumber deposit minyak bumi terbesar di Indonesia.

2.6.1 Topografi kabupaten Bojonegoro

Topografi Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa di sepanjang daerah aliran sungai Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah (Low-land Plain) yang berada pada ketinggian 25 m dengan kemiringan 2 s.d 14,99 persen,

sedangkan di bagian Selatan yang terdapat gunung Pandan Kramat dan Gajah merupakan dataran tinggi (Upland Plain) yang berada pada ketinggian diatas 25m [2]. (Sumber Data: Bojonegoro Dalam Angka 2010 BPS Propinsi Jawa Timur). 2.6.2 Aspek Klimatologi Kabupaten Bojonegoro

Aspek klimatologi ditinjau dari temperatur udara dan curah hujan, menunjukkan keadaan temperatur di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2009, maksimum mencapai 35oC dan suhu minimum mencapai 20oC. Sedangkan kondisi curah hujan di tahun yang sama, dalam satu tahun ratarata mencapai 89 -142 mm. Jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 292 mm, dan terendah terjadi pada bulan Agustus dan September yaitu 0 mm

(Sumber Data: Bojonegoro Dalam Angka 2010 BPS Propinsi Jawa Timur).

2.6.3 Hidr ologi Kabupaten Bojonegoro

(40)

2.6.4 Wilayah Peka Bencana Alam

Menurut RTRW Kabupaten Bojonegoro tahun 2010, Secara umum Kabupaten Bojonegoro termasuk wilayah dataran rendah dan merupakan wilayah sungai , sehingga sangat rentan terhadap banjir. Wilayah yang rentan banjir adalah wilayah di kanan-kiri sungai, khsususnya pada musim penghujan. Fungsi sungai di Kabupaten Bojonegoro adalah sebagai saluran irigasi dan saluran pematusan (buangan). Data dari Dinas PU Pengairan UPT Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah Sub DAS Bengawan Solo Hilir dengan panjang sungai 6,237 km2 mengalir dari Kabupaten Bojonegoro sampai dengan Kabupaten Lamongan.

Gambar 2.7 Satuan Wilayah Sungai Bengawan Solo [25] Sumber : Dinas PU Pengairan UPT PSAWS Sungai Bengawan Solo

(41)

Solo Hulu dan DAS Kali Madiun yang merupakan wilayah dataran tinggi dengan intensitas curah hujan yang sangat lebat serta terjadinya penumpukan sampah dan sedimentasi di Intake Waduk Wonogiri yang merupakan waduk pengendali Banjir di wilayah hulu Bengawan Solo dan sedimentasi pada waduk Pacal.

Gambar 2.8 Kondisi Waduk Wonogiri dan Waduk Pacal [25]

Sumber : Foto Dokumentasi Dinas PU Pengairan UPT PSAWS Bengawan Solo

Sedangkan Suatu daerah berpotensi menjadi daerah rawan banjir adalah berdasarkan ketinggian air sungai, curah hujan, debit air, serta elevasi tanah pada suatu daerah tersebut melebihi rata-rata yang telah ditetapkan [25].

(42)

2.7 Teknologi

Berikut ini merupakan software yang digunakan dalam pembuatan Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro :

2.7.1 MapServer

Berikut merupakan penjelasan dari MapServer. MapServer merupakan salah satu tool yang digunakan dalam pembuatan Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro.

A. Pengenalan MapServer

MapServer merupakan aplikasi freeware dan open source yang memungkinkan pemakai menampilkan data spasial (peta) di web [10, 102]. Aplikasi ini pertama kali dikembangkan di Universitas Minessota, Amerika Serikat untuk proyek ForNet (sebuah proyek untuk manajemen sumber daya alam) yang disponsori NASA (National Aeronautics and Space Administration). Dukungan NASA dilanjutkan dengan dikembangkannya proyek TerraSIP untuk manajemen data lahan. Saat ini, karena sifatnya yang terbuka (open source), pengembangan MapServer dilakukan oleh pengembang diberbagai negara. Pada bentuk paling dasar MapServer berupa sebuah program CGI (Common Gateway Interface). Program tersebut akan dieksekusi di web server dan berdasarkan

beberapa parameter tertentu (terutama konfigurasi dalam bentuk file *.MAP) akan menghasilkan data yang kemudian akan dikirim ke web browser, baik dalam bentuk gambar peta ataupun bentuk lain.

B. Fitur-fitur MapServer

MapServer mempunyai fitur-fitur sebagai berikut:

(43)

ArcSDE. (ESRI), PostSIG dan berbagai format data vektor lain menggunakan Library OGR.

2. Menampilkan data spasial dalam format raster seperti TIFF/GeoTIFF, EPPL7 dan berbagai format data raster lainnya dengan menggunakan library GDAL.

3. Dapat dikembangkan (customizable), dengan tampilan keluaran yang dapat diatur menggunakan file-file template.

4. Dapat melakukan seleksi objek berdasarkan nilai, berdasarkan titik area, atau berdasarkan sebuah obyek spasial tertentu.

5. Mendukung rendering karakter berupa font true type.

6. Mendukung penggunaan data raster maupun data vektor yang di-tiled (dibagi-bagi menjadi sub bagian yang lebih kecil sehingga proses untuk mengambil dan menampilkan

gambar dapat dipercepat).

7. Dapat menggambarkan elemen peta secara otomatis: skala grafis, peta indeks dan legenda peta.

8. Dapat menggambarkan peta tematik yang dibangun menggunakan ekspresi logika atau eksperimen regular.

9. Dapat menampilkan label dari obyek spasial, dengan label dapat diatur sedemikian rupa sehingga yidak saling tumpang tindih.

10. Konfigurasi dapat diatur secara on the fly melalui parameter yang ditentukan pada URL.

(44)

Saat ini, selain dapat mengakses MapServer sebagai program CGI, MapServer juga dapat diakses sebagai modul MapScript, melalui bahasa script: PHP, Perl, Python, atau Java. Akses fungsi-fungsi MapServer

melalui script akan lebih memudahkan pengembangan aplikasi. 2.7.2 QuantumGIS

QuantumGIS merupakan salah satu produk dari osGEO. Yang

membedakan QuantumGIS dengan perangkat lunak seperti MapInfo, ArcGIS, ArcView adalah QuantumGIS bersifat opensource dan gratis untuk digunakan

sehingga tidak dipusingkan dalam masalah lisence yang harus berbayar seperti perangkat lunak yang lain sehingga tidak ada kata pembajakan [31].

QuantumGIS merupakan salah satu tool yang digunakan dalam pembuatan

Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro. Berikut merupakan penjelasan dari QuantumGIS :

A. Pengenalan QuantumGIS

QuantumGIS (QSIG) adalah sebuah software berbasis open source untuk Sistem Informasi Geografis (SIG) yang bisa dijalankan di Linux, Unix, Mac OSX, dan Windows. QSIG mendukung format vector, raster dan database. QSIG dilisensi dibawah GNU General Public License. QSIG memungkinkan user mem-browse dan membuat peta di komputer mereka. QSIG juga mendukung banyak

(45)

B. QuantumGIS versi terbaru dilengkapi dengan fitur-fitur yang mudah dipahami bagi pemula seperti berikut :

1. Pada fly projection support otomatis membuat project layer pada sistem koordinat yang berbeda.

2. Map Composer untuk membuat map layout.

3. Toolbox untuk menjalankan GRASS tool dari QSIG. Toolbox ini bisa dengan mudah dikustomisasi untuk menambah additional tool.

4. Kemampuan untuk menangani tabel yang di-enable secara spasial dan tampilannya di PostgreSQL meningkat secara baik. QSIG sekarang bisa memuat semua tabel yang ada di database yang mengandung sebuah kolom geometri.

5. Tampilan PostgreSQL yang mengandung kolom geometri dapat ditampilkan di Quantum SIG.

6. Adanya fitur Raster Graphing Tool untuk menghasilkan histogram bagi sebuah layer raster.

7. Fitur Raster Query menggunakan identity tool memungkinkan user untuk mendapatkan nilai pixel dari sebuah raster dengan membuatnya menjadi layer yang aktif dan melakukan klik pada point yang diinginkan.

8. User preferences menyediakan setting yang bisa dikustomisasi untuk mendigitasi lebar garis, warna dan pilihan warna.

(46)

10. Spatial bookmarks memungkinkan user untuk membuat dan mengorganisasi bookmarks bagi sebuah area di peta. Bookmarks bersifat persisten dan global, yang artinya mereka tersedia bagi semua project. 11.Measure tool memungkinkan user untuk mengukur jarak di peta ,

panjang segment maupun total panjang keduanya ditampilkan ketika user melakukan klik

2.7.3 PostGIS

PostGis merupakan sebuah teknologi database yang dapat menyimpan data spasial (keruangan). PostSIG menyediakan sejumlah fungsi penting dari Sistem Informasi Geografis (SIG), termasuk membangun hubungan topologi, tampilan antar muka untuk melihat dan mengedit data SIG, dan juga dapat diakses dengan perangkat yang berbasis web.

2.8 Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu grafik yang menjelaskan sebuah

(47)

Khusus untuk data store, pada context diagram masih belum digambarkan, akan tampak pada level 1 dan konsisten jumlahnya sampai pada level berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada data flow diagram (DFD) yang memiliki lebih dari satu level adalah:

a. Harus terdapat keseimbangan input atau output antara satu level dan level berikutnya.

b. Keseimbangan antara level 0 dan level 1 dilihat pada input/output dari aliran data ke atau dari terminal pada level 0 sedangkan keseimbangan antara level1 dan level 2 dilihat pada input/output dari aliran data ke atau dari proses yang bersangkutan.

c. Nama aliran data, data store dan terminal pada setiap level harus sama, apabila objeknya sama.

d. Ada sumber buku yang menyatakan terminal tidak perlu digambarkan pada level 1,2 dan seterusnya namun untuk memperjelas diagram, maka sebaiknya terminal tetap digambarkan pada level 1,2 dan seterusnya. 2.8.1 Elemen dasar dar i DFD

Berikut ini merupakan elemen dasar dari data flow diagram : 1. Kesatuan Luar (External Entity)

Sesuatu yang berada di luar sistem, tetapi ia tidak memberikan data ke dalam sistem atau memberikan data dari sistem, disimbolkan dengan suatu kotak notasi. External Entity tidak termasuk bagian (departemen) maka bagian lain yang masih terkait menjadi eksternal entity.

Pedoman pemberian nama kesatun luar (External Entity) yaitu:

(48)

• Terminal tidak boleh memiliki nama yang sama kecuali memang objeknya sama (digambarkan dua kali, dimaksudkan untuk membuat diagram lebih jelas). Bila demikian, maka terminal ini perlu di beri garis miring pada pojok kiri atas. Simbol : Notasi Kotak

Gambar 2.9 Simbol notasi kotak [13] 2. Arus Data (Data Flow)

Arus data merupakan tempat mengalirnya informasi dan digambarkan dengan garis yang menghubungkan komponen dari sistem. Arus data ditunjukkan dengan arah panah dan garis diberi nama atas arus data yang mengalir. Arus data ini mengalir di antara proses, data store dan menunjukkan arus data dari data yang berupa masukkan untuk sistem atau hasil proses sistem.

Pedoman pemberian nama aliran data yaitu:

• Nama aliran data yang terdiri dari beberapa aliran kata dihubungkan dengan garis sambung.

• Tidak boleh ada aliran data yang namanya sama, dan pemberian nama harus mencerminkan isinya.

• Aliran data yang terdiri dari beberapa elmn dapat dinyatakan dengan grup elemen.

• Hindari penggunaan kata “data” dan “informasi” untuk memberi nama pada aliran data.

(49)

Simbol: notasi anak panah (arus data sebaiknya diberi nama yang jelas dan mempunyai arti. Nama arus data dituliskan disamping garis panahnya)

Gambar 2.10 Simbol notasi anak panah [13] 3. Proses

Proses merupakan apa yang dikerjakan oleh sistem. Proses dapat mengolah data atau aliran data masuk menjadi aliran data keluar. Proses berfungsi mentransformasikan satu atau beberapa data masukan menjadi satu beberapa data keluaran sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Setiap proses memiliki satu atau beberapa masukan serta menghasilkan satu atau beberapa data keluaran. Proses sering pula disebut bubble.

Pedoman pemberian nama proses, yaitu:

• Nama proses terdiri dari kata kerja dan kata benda yang mencerminkan fungsi proses tersebut, misalnya Hitung Bonus, Pendataan Karyawan, Cetak Faktur, dan lain-lain.

• Jangan Menggunakan kata proses sebagai bagian dari nama suatu proses (bubble).

• Tidak boleh ada beberapa proses yang memiliki nama yang sama.

• Proses harus diberi nomor. Urutan nomor sedapat mungkin mengikuti aliran atau urutan proses, namun demikian urutan proses secara kronoloSIG.

(50)

Context Diagram tidak perlu diberi nomor.

Simbol: notasi lingkaran

Gambar 2.11 Simbol notasi lingkaran [13] 4. Simpanan Data (Data Store)

Simpanan data merupakan tempat penyimpanan data pengikat yang ada dalam sistem. Data store dapat disimbolkan dengan sepasang dua garis sejajar atau dua garis dengan salah satu sisi samping terbuka. Proses dapat mengambil data dari atau memberikan data ke database.

Pedoman pemberian nama data store, yaitu:

• Nama harus mencerminkan data store tersebut.

• Bila namanya lebih dari satu kata maka harus diberi tanda sambung. Simbol: simpanan data di DFD

Gambar 2.12 Simbol simpan data [13] 2.8.2 Manfaat Data Flow Diagr am

Manfaat dari data flow diagram adalah sebagai berikut :

(51)

b. DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan,khususnya bila fungsi-fungsi sistem merupakan bagian yang lebih penting dan kompleks dari pada data yang dimanipulasi oleh sistem.Dengan kata lain, DFD adalah alat pembuatan model yang memberikan penekanan hanya pada fungsi sistem.

c. DFD ini merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisis maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program.

2.9 Konsep Conceptual data model - Physical data model

(52)

digenerate menjadi PDM (physical data model). Penggambaran rancangan PDM memperlihatkan struktur penyimpanan data yang benar pada basis data yang digunakan sesungguhnya.

A. Perbedaan CDM Dan PDM 1. CDM

Perancangan basis data yang berdasarkan pengumpulan data dan analisis. Pembuatan CDM adalah suatu tahap dimana kita melakukan proses indentifikasi dan analisis kebutuhan-kebutuhan data dan ini disebut pengumpulan data dan analisis. Untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan suatu sistem database, kita harus mengenal terlebih dahulu bagian-bagian lain dari sistem informasi yang akan berinteraksi dengan sistem database. Tipe data bersifat general dan tidak spesifik

2. PDM

Perancangan database secara fisik Tipe data bersifat lebih khusus dan spesifik. Perancangan PDM merupakan representasi fisik / sebenarnya dari database.

B. Macam data model

Berikut ini merupakan beberapa macam data model yang sering digunakan dalam praktek pembuatan suatu sistem informasi [19]:

(53)

tingkat tinggi struktur bisnis statis dan konsep. Pada tim tradisional konseptual model data sering dibuat sebagai pendahulu untuk LDMs atau sebagai alternatif LDMs.

2. Logical data model (LDMs). LDMs digunakan untuk mengeksplorasi

konsep domain, dan hubungannya dengan masalah. Ini dapat dilakukan untuk lingkup sebuah proyek tunggal atau untuk perusahaan. LDMs menggambarkan jenis entitas logis, biasanya disebut hanya sebagai tipe entitas, atribut data yang menggambarkan entitas, dan hubungan antara entitas.

(54)

3.1 Analisis Sistem

Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro merupakan

sistem pemetaan untuk mengetahui daerah rawan banjir di Kabupaten Bojonegoro yang digunakan untuk menampilkan data daerah rawan banjir yang meliputi data kecamatan, curah hujan, debit air, ketinggian air, elevasi tanah, dan dampak banjir. Selain itu webmap ini juga dapat menampilkan peta interaktif untuk mengetahui daerah yang tergolong rawan banjir beserta prakiraan banjir di Kabupaten Bojonegoro, sehingga akan mempermudah pengguna sistem untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

Berikut merupakan gambaran umum dari Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur :

1. Peta Dasar

Pada peta dasar layer yang di tampilkan adalah sebagai berikut : a. Layer Desa

Pada layer desa berisi data desa, luas desa, luas area banjir beserta kontur tanah tiap tahunnya pada masing-masing desa yang ada di Kabupaten Bojonegoro.

b. Layer Kecamatan

(55)

c. Layer Sungai

e. Layer Genangan Banjir tahun 2010

Pada layer genangan banjir di tahun 2010 menunjukkan luas genangan banjir di suatu daerah yang mengalami banjir di tahun 2010.

f. Layer Genangan Banjir tahun 2011

Pada layer genangan banjir di tahun 2011 menunjukkan luas genangan banjir di suatu daerah yang mengalami banjir di tahun 2011.

g. Layer Genangan Banjir tahun 2012

Pada layer genangan banjir di tahun 2012 menunjukkan luas genangan banjir di suatu daerah yang mengalami banjir di tahun 2012.

Aturan-aturan yang terdapat pada peta dasar :

a. Tampilan layer Desa menggunakan kode warna 255 0 255.

b. Tampilan layer Kecamatan menggunakan kode warna 149 243 160. c. Tampilan layer sungai menggunakan kode warna 51 51 255.

d. Tampilan layer waduk menggunakan kode warna 51 85 255.

e. Tampilan Layer Genangan Banjir tahun 2010 menggunakan kode warna 255 0 255

(56)

g. Tampilan Layer Genangan Banjir tahun 2012 menggunakan kode warna 55 120 55

2. Peta Analisa

Pada peta analisa yang diolah adalah analisa daerah rawan banjir dan analisa prakiraan banjir. Suatu daerah dikatakan rawan banjir adalah apabila tinggi air sungai, curah hujan, debit air dan elevasi tanah berada dibawah rata-rata. Sedangkan prakiraan banjir berdasarkan luas area banjir tahun sebelumnya serta kontur tanah pada suatu daerah [25].

Berikut merupakan paparan peta analisa banjir : a. Analisa Daerah Rawan Banjir 2010

Pada analisa daerah rawan banjir berisi layer Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Pada layer Kecamatan akan menunjukkan daerah rawan banjir berdasarkan kode warna. Daerah rawan banjir dengan kode warna 00 15 03. Bukan daerah rawan banjir dengan kode warna 51 153 255.

Aturan-aturan yang digunakan pada analisa daerah rawan banjir 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tampilan Layer Analisa Daerah Rawan Banjir 2010

(57)

b. Analisa Daerah Rawan Banjir 2011

Pada analisa daerah rawan banjir berisi layer Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Pada layer kecamatan akan menunjukkan daerah rawan banjir berdasarkan kode warna. Daerah rawan banjir dengan kode warna 255 255 0. Bukan daerah rawan banjir dengan kode warna 255 255 204.

Aturan-aturan yang digunakan pada analisa daerah rawan banjir 2011 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tampilan Layer Analisa Daerah Rawan Banjir 2011

Sumber : Dinas PU Pengairan UPT PSAWS Sungai Bengawan Solo

c. Analisa Daerah Rawan Banjir 2012

Pada analisa daerah rawan banjir berisi layer Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Pada layer kecamatan akan menunjukkan daerah rawan banjir berdasarkan kode warna. aerah rawan banjir dengan kode warna 204 0 0. Bukan daerah rawan banjir dengan kode warna 255 102 204.

(58)

Tabel 3.3 Tampilan Layer Analisa Daerah Rawan Banjir 2012

Sumber : Dinas PU Pengairan UPT PSAWS Sungai Bengawan Solo

d. Analisa Prakiraan Banjir Tahun 2013

Pada analisa prakiraan banjir, data yang akan di analisa adalah tingkat desa, dapat dilihat bahwa daerah yang akan terjadi banjir pada tahun 2013 adalah dengan kode warna 102 0 102.

Aturan yang dipakai dalam analisa prakiraan banjir 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Aturan Dalam Prakiraan Banjir 2013

(59)

3.2 Entitas Luar

Terdapat dua entitas luar yang berhubungan dengan Webmap untuk Mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro. Setiap entitas luar tersebut mempunyai peran masing- masing yang berhubungan dengan sistem. Peran dari setiap entitas tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. UPT Pengelolaan Sumber Daya Air wilayah Sungai Bengawan Solo (PSAWS) Kabupaten Bojonegoro

a. Memberikan data Kecamatan, curah hujan, elevasi tanah, ketinggian air sungai dan data genangan

b. Dapat menerima informasi daerah mana saja yang tergolong rawan banjir di wilayah Kabupaten Bojonegoro.

c. Dapat menerima informasi prakiraan banjir yang akan terjadi di wilayah Kabupaten Bojonegoro.

2. Pengujung

a. Menerima informasi data atribut dan data spasial.

b. Menerima informasi daerah mana saja yang tergolong rawan banjir dan informasi prakiraan bajir yang ada di Kabupaten Bojonegoro.

3.3 Kebutuhan Data

Data yang dibutuhkan dalam pembuatan Webmap untuk mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro dibagi menjadi dua bagian yaitu data atribut dan data spasial.

3.3.1 Data Atr ibut

(60)

kebutuhan informasi dari system yang akan dibangun adalah data-data yang berhubungan dengan data banjir pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Data ini berbentuk tabel yang terdiri dari kolom dan baris. Kolom menyatakan jenis data (field), baris menyatakan detail data (recdord). [11]

Berikut data atribut dalam Webmap untuk mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur :

a. Data Kecamatan

Field yang terdapat dalam data Kecamatan adalah id kecamatan, nama

kecamatan, luas kecamatan, dan jumlah penduduk. b. Data Desa

Field yang terdapat dalam data Desa adalah nama desa, luas desa, luas area

banjir 2010, luas area banjir 2011, luas area banjir 2012, kontur tanah 2010, kontur tanah 2011, kontur tanah 2012.

c. Data Genangan

Field yang terdapat dalam data Genangan adalah luas genangan.

d. Data Debit Air

Field yang terdapat dalam data Debit Air adalah jumlah debit air.

e. Data Elevasi

Field yang terdapat dalam data Elevasi adalah elevasi tanah.

f. Data Peilschaal

Field yang terdapat dalam data Peilschaal adalah tinggi sungai.

g. Data Curah Hujan

(61)

3.3.2 Data Spasial

Data spasial adalah [11] data berupa gambar/grafis yang berupa garis (line,poolyline), titik (point), area (region/polygon). Data grafis titik (point) biasanya digunakan untuk menunjukkan objek kota, tempat-tempat tertentu dan lainnya. Data garis (line, polyline) digunakan untuk menggambarkan jalan, sungai, jaringan listrik, dan sebagainya. Data area (region/polygon) digunakan untuk mewakili data administrasi, penggunaan lahan, ketinggian daerah dan sebagainya.

Berikut merupakan data spasial Webmap untuk mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur :

a. Data Kecamatan

Field yang terdapat dalam data kecamatan adalah id kecamatan, nama

kecamatan, luas kecamatan, dan jumlah penduduk. b. Data Desa

Field yang terdapat dalam data desa adalah nama desa, luas desa, luas area

banjir 2010, luas area banjir 2011, luas area banjir 2012, kontur tanah 2010, kontur tanah 2011, kontur tanah 2012.

c. Data Genang 2010

Field yang terdapat dalam data genang 2010 adalah nama desa, luas, id

kecamatan.

d. Data Genang 2011

Field yang terdapat dalam data genang 2011 adalah nama desa, luas desa, id

(62)

e. Data Genang 2012

Field yang terdapat dalam data genang 2012 adalah nama desa, luas desa, id

kecamatan. f. Data Sungai

Field yang terdapat dalam data Sungai adalah id sungai, nama sungai,

panjang sungai. g. Data Waduk

Field yang terdapat dalam data waduk adalah id danau, nama danau, luas

danau, id kecamatan. 3.4 Kebutuhan Proses

Kebutuhan proses menjelaskan proses dari sudut pandang tiap tahapan yang merupakan penggabungan dari berbagai strategi pengembangan.

Berikut merupakan model proses yang terdapat dalam Webmap untuk mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur.

3.4.1 Pr osedur Dan Pr oses

Dalam merancang webmap perlu dilakukan analisa terlebih dahulu terhadap kebutuhan proses untuk membuat sistem ini. Proses untuk membangun sistem ini, menjelaskan logika pembuatan keputusan dan rumusan-rumusan yang mentransformasikan proses-proses data masukan menjadi keluaran.

(63)

dicapai untuk memvalidasi sistem agar berjalan sesuai dengan desain yang telah dibuat dan dikembangkan [8].

Berikut ini merupakan diagram berjenjang pada Webmap untuk mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro :

Gambar 3.1 Diagram Berjenjang

(64)

3.4.2 Data Flow Diagr am

Diagram arus data atau DFD (Data Flow Diagram) adalah suatu gambaran grafis dari suatu system yang menggambarkan proses arus data dari suatu sistem yang saling berkaitan.

Berikut ini merupakan Data Flow Diagram (DFD) yang terdapat dalam Webmap untuk mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro :

a. Context Diagram

Context Diagram merupakan sebuah arus data yang berfungsi untuk

menggambarkan keterkaitan aliran-aliran data antara sistem dengan bagian-bagian luar. Kesatuan ini merupakan sumber arus data atau tujuan data yang berhubungan dengan sistem Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro. Diagram konteks ini akan memberikan batasan-batasan yang jelas mengenai besaran-besaran entitas yang berada diluar sistem yang sedang dibuat yang akan menggambarkan secara jelas batasan-batasan dari sebuah sistem yeng dibuat peneliti. Context diagram dari sistem Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada gambar 3.2

(65)

Gambar 3.2 menjelaskan Context Diagram yang terdapat pada Webmap untuk mengetahui Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Diagram ini menggambarkan proses dan urut-urutannya sebagai komponen yang menyusun keseluruhan sistem. Terdapat dua entitas yaitu UPT Pengelolaan Sumber Daya air Wilayah Sungai Bengawan Solo (PSAWS) Kabupaten Bojonegoro, dan Pengunjung.

Pada Context Diagram yang terpapar dalam gambar tersebut menjelaskan bahwa pengujung dapat menerima informasi data atribut, data spasial, data analisa daerah banjir dan data analisa prakiraan banjir.

UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (PSAWS) Kabupaten Bojonegoro memberikan data spasial dan data atribut untuk mengolah sistem serta menerima informasi beserta laporan analisa daerah yang tergolong rawan banjir dan prakiraan banjir di Kabupaten Bojonegoro.

b. DFD Level 1

DFD Level 1, merupakan proses penginputan data master yang meliputi data curah hujan, data genangan, data ketinggian air sungai (peilschaal), data elevasi tanah, dan data debit air, dimana data tersebut disimpan kedalam penyimpanan data yang akan diolah untuk proses selanjutnya. Terdapat dua buah entitas diantaranya yaitu UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (PSAWS) Kabupaten Bojonegoro dan Pengunjung.

(66)

Gambar 3.3 DFD Level 1

(67)

diberikan kepada Kepala UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (PSAWS) Kabupaten Bojonegoro.

c. DFD Level 2 Proses Manajemen Data

Proses Manajemen Data pada DFD Level 2 yaitu terdapat dua proses diantaranya proses Pengolahan data spasial dan proses pengolahan data atribut. Proses pengolahan data spasial merupakan proses sebuah data layer yang digunakan dalam pembuatan Sistem Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro. Pengolahan data atribut yaitu pengolahan data yang termasuk dalam database. Berikut merupakan DFD Level 2 Proses Manajemen Data :

(68)

Gambar 3.4 DFD Level 2 proses manajemen data merupakan hasil compose dari DFD level 1 proses manajemen data. Dalam gambar tersebut

terdapat dua proses yakni proses pengolahan data atribut dan proses pengolahan data spasial merupakan proses sebuah data layer yang digunakan dalam pembuatan sistem Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro adalah data atribut dan data spasial.

d. DFD Level 2 Proses Analisa

Gambar 3.5 DFD Level 2 Proses Analisa

(69)

atribut. Pengunjung sebagai penerima informasi dari hasil analisa data yang diolah oleh sistem.

e. DFD Level 2 Proses Manajemen Laporan

Proses Manajemen Laporan dimana proses manajemen laporan tersebut merupakan hasil pengolahan dari proses analisa daerah rawan banjir dan proses analisa prakiraan banjir yang merupakan proses hasil secara tertulis yang nantinya akan diserahkan kepada UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai (PSAWS) Bengawan Soolo kabupaten Bojonegoro. Berikut merupakan DFD Level 2 Proses Manajemen Laporan :

Gambar 3.6 DFD Level 2 Proses Manajemen Laporan

(70)

analisa daerah rawan banjir dan laporan prakiraan banjir. Laporan-laporan tersebut merupakan hasil pengolahan sistem yang nantinya akan diberikan kepada UPT Pengelolaan Sumber Daya air Wilayah Sungai Bengawan Solo (PSAWS) Kabupaten Bojonegoro.

3.5 Model Data

Model data pada sistem Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro ini berisi data komponen-komponen himpunan entitas dari data himpunan relasi yang masing-masing dilengkapi dengan atribut-atribut.

3.5.1 Conceptual Data Model (CDM)

CDM (Conceptual Data Model) yang menjelaskan tentang suatu hubungan antar entity secara konseptual. Berikut adalah Conceptual Data Model dari Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur :

mempuny aii

(71)

3.5.2 Physical Data Model (PDM)

PDM (Physical Data Model) menggambarkan hubungan antar entity secara fisik. PDM merupakan hasil generate dari CDM itu sendiri kemudian dengan di inputkan data atribut.

Berikut merupakan gambar PDM yang terdapat pada Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur :

Gambar 3.8 Physical Data Model (PDM) 3.6 Perancangan Aplikasi

Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur

merupakan pemetaan berbasis web, pada bagian ini akan membahas mengenai desain antar muka yang digunakan dalam Webmap Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur.

Gambar

Gambar 2.7 Satuan Wilayah Sungai Bengawan Solo [25]
Gambar 2.8 Kondisi Waduk Wonogiri dan Waduk Pacal [25]
Tabel 3.2 Tampilan Layer Analisa Daerah Rawan Banjir 2011
Gambar 3.1 Diagram Berjenjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Potensi rawan banjir dipengaruhi oleh penutupan lahan, jenis tanah, kelerengan, ketinggian, curah hujan dan jarak dari sungai.. Faktor utama yang mempengaruhi potensi rawan

Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya banjir di Kecamatan Medan Selayang antara lain adalah (a) curah hujan yang tinggi, (b) penggunaan lahan yang paling luas

Bencana banjir tidak terlepas dari beberapa faktor yang sering terjadi disekitarnya, contohnya adalah faktor alam yang disebabkan karena struktur bentang alam Indonesia

Hasil penelitian terhadap lima aspek fisik dasar yang dianggap berperan dalam penetapan kawasan berpotensi banjir, yaitu curah hujan, kemiringan lereng, penggunaan lahan, orde

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi wilayah rawan banjir lahar ber- dasarkan pada sensus dampak banjir lahar yang terjadi pasca erupsi Merapi Tahun 2010.. Sensus dilakukan

Setiap data yang digunakan pada pemetaan daerah rawan banjir yaitu data curah hujan, data ketinggian, data penggunaan lahan dan data bentuk lereng memiliki kriteria dan nilai skoring

Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi setiap tahunnya terutama di daerah Kabupaten Kudus. Bencana banjir yang sering terjadi tentu saja akan menimbulkan kerugian

Rencana Tata Ruang Wilayah Jenis parameter yang digunakan sebagai parameter daerah resapan banjir untuk rencana tata ruang wilayah adalah hutan lindung, hutan produksi tetap, hutan