• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH (RSDK) DI KELURAHAN TAMBAKSARI KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH (RSDK) DI KELURAHAN TAMBAKSARI KOTA SURABAYA."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM REHABILITASI SOSIAL

DAERAH KUMUH (RSDK) DI KELURAHAN

TAMBAKSARI KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Per syar atan Memperoleh Gelar Sar jana Ilmu Administr asi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awaTimur

Oleh :

CHRISTINA LORETA STAAL NPM. 1141010033

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH (RSDK) DI KELURAHAN TAMBAKSARI KOTA SURABAYA”.

Dalam penulisan skripsi ini dibuat guna memenuhi persyaratan sesuai dengan kurikulum yang ada pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar dan tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Sri Wibawani, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga terselesainnya skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Susi Harjati, MAP, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Drs. Supomo,MM, selaku Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya.

5. Drs. Deddy Sosialisto,Msi, selaku Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial.

(6)

7. Doa restu Papaku Yantje Yonathan Staal Wahani dan Kakakku Tirta Feddyansyah Staal yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini guna mendapatkan gelar sarjanaku.

8. Teman - temanku yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dan semua mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2011 Administrasi Publik, banyak terima kasih atas bantuannya.

9. Lelaki kesayangan dan penyemangatku dalam menyelesaikan kuliah (Deddy Cahyo S.P.)

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan suatu pemahaman tentang implementasi program pembangunan di masyarakat dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan, serta menambah pengetahuan bagi pembaca.

Surabaya, 10 Januari 2015

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 11

C. TujuanPenelitian ... 11

D. ManfaatPenelitian ... 11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 13

A.PenelitianTerdahulu ... 13

B. LandasanTeori ... 17

1. KebijakanPublik... 17

a. PengertianKebijakanPublik ... 17

b. Tahap – TahapKebijakPublik ... 19

c. SifatKebijakanPublik ... 20

2. ImplementasiKebijakanPublik ... 21

a. PengertianImplementasi ... 21

b. Model ImplementasiKebijakan ... 23

(8)

d. FaktorKegagalanImplementasiKebijakan ... 25

e. ProspekUntukMemperbaikiImplementasiKebijakan ... 27

f. Aktor-aktor Yang BerperanDalam Proses Kebijaksanaan .... 29

g. Pendekatan-PendekatanImplementasiKebijakan ... 30

3. PengertianPermukimanKumuh ... 31

4. Program RehabilitasiSosial Daerah Kumuh (RSDK) ... 33

a. VisidanMisi Program RSDK ... 34

b. Tujuan Program ... 34

c. PoladanPrinsipPelaksanaan Program RSDK ... 35

d. Bentuk Program ... 37

5. KerangkaBerpikir ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. JenisPenelitian ... 48

B. DefinisiOperasionaldanFokusPenelitian ... 49

C. LokasidanWaktuPenelitian ... 53

D. Sumber Data ... 53

E. TeknikPengumpulan Data ... 55

F. TeknikAnalisis Data... 57

G. Keabsahan Data ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61

A. GambaranUmumDinasSosial Kota Surabaya ... 61

(9)

Kota Surabaya………. 61

3. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Surabaya………… 64

4.Tugas dan Fungsi ... 65

5. Komposisi Pegawai Dinas Sosial Kota Surabaya…….…….. 68

6.Sarana dan Prasarana ... ` 69

B. Gambaran Umum Kelurahan Tambaksari ... 70

C. Komposisi Penduduk Kelurahan Tambaksari... 77

D. Gambaran Umum Masyarakat Penerima RSDK ... 80

E. Hasil Penelitian ... 82

F. Pembahasan ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

(10)

ABSTRAKSI

CHRISTINA LORETA STAAL, IMPLEMENTASI PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH (RSDK) DI KELURAHAN TAMBAKSARI KOTA SURABAYA

Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh, yang selanjutnya disingkat RSDK adalah program refungsional dan pengembangan untik memungkinkan masyarakat atau seseorang agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan lebih berdaya dalam kehidupan masyarakat, yang dilaksanakan pada kawasan perumahan kampung yang kondisi fisik lingkungannya masih memerlukan perbaikan.

Program RSDK telah berlangsung di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di kota Surabaya yang dilaksanakan sejak tahun 2003. Dalam pelaksanaannya Pemerintah kota Surabaya bekerja sama dengan pemerintahan pusat. Hal tersebut terlampir dalam Peraturan Walikota Surabaya Nomor 33 Tahun 2011. Komponen utama program RSDK yang diimplementasikan di lingkungan perumahan kampong terdiri dari 1. Penyiapan kelembagaan dan program di masyarakat, 2. Pelatihan keterampilan usaha, 3. Perbaikan lingkungan dan bangunan rumah tidak layak huni.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan mengenai implementasi program rehabilitasi social daerah kumuh (RSDK). Adapun subjek penelitian ini yaitu pelaksana yang terdiri dari staf Dinas Sosial, Lurah, dan UPKM di Kelurahan Tambaksari, serta masyarakat miskin sebagai penerima bantuan program. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa dokumentasi, observasi serta wawancara. Analisis data yang dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitiaan adalah : 1. Implementasi kegiatan penyiapan kelembagaan dan program di masyarakat untuk kegiatan sosialisasi / pengenalan program di masyarakat sudah terimplementasi dengan baik, sedangkan penyiapan / pembentukan UPKM dan pembekalan UPKM belum terimplementasi secara optimal karena untuk personil UPKM unsur keluarga miskin belum terpenuhi, dan kehadiran personil dalam lokakarya pembekalan UPKM tidak keseluruhan tetapi tugas kepengurusan UPKM di dapat dari personil yang hadir. 2. Implemetasi kegiatan pelatihan ketrampilan usaha tidak terimplementasi dengan baik karena ada peserta dari penerima yang tidak hadir dan digantikan bukan dari keluarganya. Hasil pelatihan keterampilan usaha tidak dapat dikembangkan untuk meningkatkan ekonomi keluarga karena tidak memiliki modal. 3. Implementasi kegiatan perbaikan lingkungan dan bangunan rumah tidak layak huni untuk 20 sasaran program sudah terimplementasi dengan baik. 4. Implementasi program RSDK di lingkungan permukiman kumuh Kelurahan Tambaksari secara umum sudah terimplementasi dengan baik.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota pada awalnya berupa permukiman dengan skala kecil, kemudian mengalami perkembangan sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, perubahan sosial ekonomi, dan budaya serta interaksinya dengan kota-kota lain dan daerah sekitarnya. Namun yang terjadi di kota-kota adalah bahwa pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana kota dan peningkatan pelayanan perkotaan. Bahkan yang terjadi justru sebagai kawasan perkotaan mengalami perubahan lingkungan yang berpotensi menimbulkan permukiman kumuh. Sebagian penghuni kota berprinsip bahwa kota sebagai alat mencari penghasilan yang sebesar-besarnya. Dengan demikian prinsip mereka harus hemat dalam arti yang luas, yaitu hemat mendapatkan lahan, pembiayaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan, termasuk dalam mendapatkan bahan dan sistem strukturnya.

(12)

2

Di Satu sisi kota mempunyai daya tarik, di sisi yang lain keadaan tingkat hidup di desa umumnya mempercepat proses urbanisasi, hal ini menjadi faktor pendorong timbulnya urbanisasi. Faktor tersebut diantaranya adalah keadaan desa yang mengalami perubahan yang lambat, lapangan pekerjaan yang hampir tidak ada, pendapatan yang rendah di desa, keamanan yang kurang serta fasilitas pendidikan sekolah dan perguruan tinggi yang kurang berkualitas.

Meningkatnya jumlah urbanisasi menimbulkan dampak terhadap lingkungan kota, baik dari segi tata kota, kehidupan masyarakat, maupun keadaan sekitarnya. Dampak lainnya yaitu pengangguran dan pemukiman kumuh. Muncul permukiman kumuh di beberapa wilayah kota yang merupakan hal yang tidak dapat dihindari, yaitu tidak direncanakan oleh pemerintah tetapi tumbuh sebagai proses alamiah. Dalam berbagai literatur dapat dilihat berbagai kriteria dalam menentukan kekumuhan atau tidaknya suatu kawasan permukiman.

(13)

3

sehingga menjadi beban bagi pemerintah kota. Mengingat kondisi permukiman di Kota Surabaya secara umum dapat dikatakan belum memenuhi syarat, baik persyaratan teknis maupun syarat kesehatan. Masih banyak rumah-rumah di Kota Surabaya yang berdinding triplek, kebocoran yang mengakibatkan plafon rusak, tidak ada jendela atau ventilasi dan masih banyak hal lain yang perlu dibenahi.

Berbagai program yang ada dirasa kurang mencapai sasaran perbaikan yang diharapkan, sehingga pada tahun 2003 Pemerintah membuat kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi kawasan permukiman kumuh melalui Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK). Program ini merupakan program pembangunan berdasar partisipasi masyarakat. Pelaksanaan program diarahkan untuk pemberdayaan kepada warga masyarakat setempat agar dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi dan lingkungannya secara mandiri dan berkelanjutan. Kriteria dan syarat yang mendapat program bantuan RSDK antara lain keluarga dikategorikan sebagai keluarga miskin, penduduk kota Surabaya, kondisi rumahnya tidak layak huni dan rumah tidak dalam sengketa atau bermasalah. (Pedoman Pelaksanaan Program RSDK, 2011).

(14)

4

Berdasarkan laporan kegiatan program RSDK tahun 2013. Bentuk komponen dari program RSDK terdiri dari (1) penyiapan kelembagaan dan program di masyarakat, (2) pelatihan keterampilan usaha dan (3) perbaikan rumah tidak layak huni. Komponen tersebut dipilih karena sesuai dengan salah satu tujuan dari program RSDK yaitu meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui suatu upaya penanganan terpadu baik dari aspek fisik, sarana dan prasarana maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya di lingkungan tempat tinggal keluarga miskin. Dan ketika nantinya kegiatan perbaikan rumah ini di laksanakan dengan baik, maka secara tidak langsung tujuan lain dari program RSDK akan tercapai, salah satu yaitu uang angsuran dapat digulirkan menjadi modal usaha demi meningkatkan kemampuan usaha.

Tabel 1.1

Target Kegiatan Tiap Kelur ahan

No. Nama Kegiatan Jumlah

1. Penyiapan Kelembagaan UPKM 1 unit 2. Pelatihan Keterampilan Usaha 20 KK 3. Perbaikan Rumah 20 unit rumah Sumber : Perwali Nomor 33 Tahun 2011

Menurut Perwali Nomor 33 Tahun 2011 yang digambarkan dalam tabel 1.1 bahwa target kegiatan program RSDK di setiap kelurahan yaitu penyiapan kelembagaan UPKM yang berjumlah 1 unit, pelatihan keterampilan usaha yang harus dihadiri ole 20 KK penerima program RSDK dan kegiatan perbaikan rumah sebanyak 20 unit rumah yang akan diperbaiki.

(15)

5

yang kumuh, kondisi sosial masyarakat yang relatif rentan terhadap kualitas lingkungan serta terdapat penduduk yang kesehatannya buruk.

Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya dari hasil survey dan hasil Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kota Surabaya diputuskan 20 kelurahan yang mendapatkan bantuan Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) pada tahun 2014 adalah:

Tabel 1.2

Lokasi Pelaksanaan Pr ogr am RSDK Sur abaya Tahun 2014

NO KELURAHAN KECAMATAN

1 Banjar Sugihan Tandes

2 Kandangan Benowo

3 Kendang Sari Tenggilis Mejoyo

4 Putat Gede Sawahan

5 Pagesangan Jambangan

6 Tanah Kali Kedinding Kenjeran

7 Lidah Kulon Lakarsantri

8 Gunungsari Dukuh Pakis

9 Jajar Tunggal Wiyung

10 Jemur Wonosari Wonocolo

11 Alun-Alun Contong Bubutan

12 Semolo Waru Sukolilo

13 Simomulyo baru Suko Manunggal

14 Tegalsari Tegalsari

15 Dr. Soetomo Tegalsari

16 Bulak Banteng Kenjeran

17 Tambaksari Tambaksari

18 Putat Jaya Sawahan

19 Tembok Dukuh Bubutan

20 Ujung Semampir

Sumber: Dinas Sosial Kota Surabaya, September 2014

(16)

6

a. Mengurangi dan mengentas kehidupan para keluarga miskin di kawasan permungkiman kumuh.

b. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui suatu upaya penanganan terpadu baik dari aspek fisik , sarana dan prasarana , maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya di lingkungan tempat tinggal keluarga miskin.

c. Pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan inisiatif, kreatifitas, dan jiwa kemandirian dalam pelaksaan kegiatan peningkatan kesejahteraan di lingkungan tempat tinggalnya.

d. Meningkatkan kemampuan usaha dalam rangka pengembangan sumber pendapatan yang dapat menunjang perekonomian keluarga miskin.

Namun bukan hanya karena mengacu pada tujuan program RSDK peneliti memilih komponen kegiatan perbaikan rumah tidak layak huni melainkan program RSDK ini termasuk program yang menarik perhatian masyarakat karena setiap tahunnya program ini memberikan bantuan semakin banyak unit-unit rumah yang akan dibangun.

(17)

7

bahwa masyarakat yang menerima program RSDK memang memiliki kondisi rumah yang masih memerlukan bantuan umum untuk diperbaiki dan memenuhi syarat.

Hasil identifikasi pada tahun 2014 tentang kepadatan dan jumlah penduduk di kota Surabaya yang mengakibatkan banyaknya permukiman kumuh di wilayah-wilayah kota Surabaya. Kepadatan dan jumlah penduduk tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1.3

Kepadatan dan J umlah Penduduk Kota Sur abaya Tahun 2014

Wilayah Kecamatan Kepadatan Jumlah

Penduduk

1 2 3 4

Surabaya Pusat

Simokerto 21.787 84.380

Genteng 32.579 50.505

Bubutan 13.491 87.883

Tegalsari 22.768 93.465

Surabaya Timur

Gubeng 16.644 133.846

Gunung Anyar 5.258 51.055

Sukolilo 4.227 100.148

Tambak Sari 21.011 188.886

Mulyorejo 6.002 85.292

Rungkut 5.279 111.286

Tenggilis Mejoyo 13.796 76.154

Surabaya Barat

Benowo 2.147 78.334

Asemrowo 2.392 36.937

Sukomanunggal 11.648 137.514

Tandes 8.443 93.459

Sambikerep 78.334 78.334

Lakarsantri Pakal Surabaya

Utara

Kenjeran 9.144 131.857

(18)

8

1 2 3 4

Pabean Cantikan 10.698 72.744

Krembangan 13.730 114.506

Bulak Surabaya

Selatan

Wonokromo 17.341 146.875

Wonocolo 12.044 81.660

Wiyung 4.156 51.780

Karang Pilang 7.744 71.478

Jambangan 9.364 39.234

Gayungan 6.563 39.837

Dukuh Pakis 5.759 57.246

Sawahan 27.239 188.766

Sumber : www.surabaya.go.id, September 2014

(19)

9

Tabel 1.4

Daftar Nama dan Alamat Rumah Yang Diperbaiki di Kelur ahan Tambaksari

13 RIBUT SANTOSO JL. TAMBAKSARI SELATAN

7/22A

06 07

14 KASIATI JL. TAMBAKSARI SELATAN 10/5 06 10

15 SUMIATI / ROFIK JL. TAMBAKSARI SELATAN 10/6 06 10

16 MUDJI RAHAYU JL. TAMBAKSARI SELATAN

10/17

06 10

17 HADI SUKAMTO JL. TAMBAKSARI SELATAN

16/12

Sumber : Dinas Sosial Kota Surabaya, September 2014

(20)

10

Pihak UPKM beserta warga penerima program RSDK di Kelurahan Tambak Sari selama ini telah melaksanakan beberapa kegiatan antara lain : (1) sosialisasi, (2) pembekalan pengurus UPKM, (3) musyawarah untuk kesepakatan rencana kegiatan kampung (KRKK), (4) perbaikan rumah tidak layak huni. Dengan adanya kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan tersebut diharapkan dapat mencapai tujuan dalam meningkatkan kualitas lingkungan hunian masyarakat miskin utamanya di kawasan permukiman kumuh.

Dalam pelaksanaan program ini untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta bagaimana perkembangan perubahan kondisi hunian dan ekonomi pada masyarakat diperlukan sistem analisis pada implementasi program RSDK. Wahab (2002:64) mengartikan bahwa implementasi kebijaksanaan adalah penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu”. Implementasi biasanya berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit presiden. Dengan demikian, implementasi kebijaksanaan tidak memiliki kaitan dengan badan-badan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi perilaku semua pihak yang terlibat.

(21)

11

mendapatkan bantuan perbaikan rumah. Ada juga peserta dalam pelatihan keterampilan usaha yang hadir tetapi bukan dari warga yang terdampak. (Hasil survey dari Dinas Sosial Kota Surabaya dalam lampiran).

Berdasarkan latar belakang di atas , maka judul skripsi yang diajukan penulis yaitu “Implementasi Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) di Kelurahan Tambak Sari Kota Surabaya“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) di Kelurahan Tambak Sari Kota Surabaya?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mendeskripsikan Implementasi Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh ( RSDK ) di Kelurahan Tambak Sari Kota Surabaya.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis

Menambah pengetahuan tentang bagaimana implementasi program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) di Kelurahan Tambak Sari Kota Surabaya.

2. Bagi Universitas

(22)

12

3. Bagi Dinas Sosial Kota Surabaya

(23)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

(24)

14

masih belum begitu tinggi. Tingkat responsivitas masyarakat atas program perbaikan rumah tidak layak huni juga masih cukup rendah.

Persamaan penelitian tersebut diatas dengan penelitian penulis yaitu sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif dan sama-sama-sama-sama meneliti

tentang pembangunan rumah kumuh, tetapi perbedaan dalam penelitian

tersebut diatas dengan penelitian penulis yaitu penelitian tersebut diatas

meneliti tentang evaluasi program tetapi penelitian penulis tentang

implementasi program.

2. Suradi, Vol. 17, No. 02 (2012), Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial dalam penelitiannya yang berjudul “STUDI

EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN SOSIAL : Rehabilitasi Sosial

Rumah Tidak Layak Huni bagi Keluarga Miskin Di Kota Banjarmasin.”

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang pelaksanaan

dan dampak RS-RTLH bagi keluarga miskin di Kota Banjarmasin. Hasil

pembahasan diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan kebijakan sosial

dalam pengembangan rumah layak huni bagi keluarga miskin. Penelitian

evaluasi ini menggunakan pendekatan campuran (mixed methode)

kuantitatif dan kualitatif dengan desain pretest-posttest. Sumber data

primer diperoleh dari penerima manfaat sebanyak 40 orang, petugas dinas

sosial, pendamping sosial, aparat kecamatan, aparat kelurahan dan tokoh

masyarakat. Sumber data sekunder diperoleh dari laporan-laporan Dinas

Sosial Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota

(25)

15

Pengumpulan data menggunakan teknik studi dokumentasi, wawancara,

fokus group discussion dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kegiatan RS-RTLH telah dilaksanakan secara sinergis oleh Dinas

Sosial Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota

Banjarmasin, pendamping sosial, petugas kecamatan, kepala desa/lurah,

kelompok dan penerima manfaat. Beberapa permasalahan yang ditemukan

di lapangan meliputi; 1). yang berkaitan dengan penerima manfaat (umur,

status perkawinan, dan kepemilikan lahan), 2). pedoman pelaksanaan

(belum dilengkapi standar rumah layak huni, tahapan kegiatan dan

indikator kinerja), dan 3). keterlambatan pencairan dana. Program

RS-RTLH telah memberikan dampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan

rumah, kondisi sosial dan psikologis. Meskipun demikian, implementasi

RS-RTLH masih perlu dioptimalkan berkaitan dengan pemantapan

pendamping sosial, waktu pencairan dan besarnya dana, tim pengendalian,

biaya operasional pendamping, standardisasi rumah layak huni, dan

sinergitas dengan berbagai sektor.

Persamaan penelitian tersebut diatas dengan penelitian penulis yaitu sama-sama membahas tentang program perbaikan rumah, tujuan dari program

tersebut diatas sama dengan penelitian penulis dan penelitian diatas

membahas tentang pelaksanaan program, tetapi perbedaan dalam

penelitian tersebut diatas dengan penelitian penulis yaitu metode dalam

penelitian diatas menggunakan metode penelitian campuran yaitu

(26)

16

penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dan nama program

perbaikan rumah penelitian diatas yaitu RS-RTLH sedangkan penelitian

penulis yaitu program RSDK.

3. Endang Sri Purwanti, 2012, Universitas Indonesia, Dalam penelitiannya

yang berjudul “ Evaluasi Kebijakan Publik Tentang Penyediaan

Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Studi Kasus : Kota

Depok). Tujuan dari penelitian ini yaitu mengevaluasi kebijakan yang

telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok terhadap penyediaan

perumahan bagi MBR. Metode dalam penelitian ini menggunakan

deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa dalam kebijakan

public yang dibuat oleh Pemkot Depok mengenai penyediaan perumahan

yang layak bagi MBR masih belum terlihat nyata. Belum ada

program-program yang jelas terhadap penyediaan perumahan bagi MBR.

Program-program yang ada baru sebatas Rumah Tidak Layak Huni dan perbaikan

sarana dan prasarana permukiman. Hasil evaluasi ini dapat disimpulkan

bahwa belum ada kebijakan yang jelas dan terarah mengenai penyediaan

perumahan yang layak bagi MBR yang tertuang di dalam rencana,

program, dan kegiatan.

Persamaan penelitian diatas dengan penelitian penulis yaitu sama-sama

menggunakan metode deskriptif kualitatif dan juga membahas tentang

program pemerintah dalam penyediaan perumahaan yang layak, tetapi

perbedaan dalam penelitian diatas dengan penelitian penulis yaitu

(27)

17

tentang implementasi, tempat dalam penelitian juga berbeda, dan nama

programpun juga berbeda.

B. Landasan Teori 1. Kebijakan Publik

a. Pengertian Kebijakan Publik

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat sebagai kelompok sosial dalam stuatu negara memerlukan adanya sebuah interaksi antara pemimpin dengan kelompok masyarakatnya. Interaksi antara kelompok masyarakat dengan pemimpin suatu negara harus berlandaskan atas kemakmuran masyarakat dan cita-cita bangsa negara . Pemerintah dan masyarakat memiliki peran masing-masing dalam mewujudkan tujuan dari terbentuknya suatu negara.

Peran pemerintah dalam mewujudkan cita-cita bangsa negara yaitu dengan memberikan dan merumuskan suatu peraturan-peraturan yang nantinya akan diimplementasikan pada kehidupan masyarakat, hal ini bertujuan untuk memberikan makna perubahaan bagi kehidupan sehingga lebih tertata dan terarah. Aturan yang diberikan pemerintah untuk masyarakat, tentunya akan membawa dampak positif maupun negatif. Positif hal ini bermakna perubahan, dan negatif dalam hal ini membawa sebuah pertentangan yang berisikan tidak setujunya sebagian masyarakat terhadap suatu aturan yang dikeluarkan pemerintah.

(28)

18

di implementasikan pada masyarakat atau publik, sehingga harapan akan tujuan dari kebijakan tersebut dapat terlaksana.

Konsep kebijakan publik menurut Eston dalam Tangkilisan (2003:1) yaitu pengalokasian nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaanya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai kepada masyarakat.

Menurut Fredericson dan Hart dalam Tangkilisan (2003:19) mengatakan, kebijakan adalah “ suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu sambil mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Menurut Leaster dan Stewart dalam Winarno (2004:29) mengatakan, kebijakan publik adalah “proses atau serangkaian keputusan atau aktivitas pemerintah yang didesain untuk mengatasi masalah publik , apakah hal itu riil ataukah masih direncanakan .

(29)

19

Sedangkan menurut Udoji dalam Wahab (2005:5) kebijaksanaan negara adalah suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar masyarakat.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa kebijakan publik adalah suatu aktivitas pemerintah yang merupakan keputusan pemerintah untuk memecahkan suatu permasalahan publik baik secara langsung maupun lembaga yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat.

b. Tahap - Tahap kebijakan Publik

Menurut Dunn dalam Tangkilisan (2003:8) tahap-tahap kebijakan dibagi menjadi :

1. Penetapan agenda kebijakan (agenda setting )

Tahap pertama penetapan agenda kebijakan adalah menentukan masalah publik yang akan dipecahkan.

2. Formulasi kebijakan (policy setting )

(30)

20

3. Adopsi kebijakan (policy adoption)

Tahap adopsi kebijakan merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan melalui dukungan para stakeholders atau pelaku yang terlibat.

4. Isi Kebijakan (policy Implementation)

Implementasi berkaitan denganberbagai kegiatan yangdiarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksecutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.

5. Evaluasi kebijakan (policy assesment)

Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian terhadap kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penelitian ini semua proses implementasi dinilai apakah telah sesuai dengan yang telah ditentukan atau direncanakan dalam program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran (kriteria-kriteria) yang telah ditentukan.

c. Sifat Kebijakan Publik

(31)

21

1. Policy Demands atau Permintaan Kebijakan

Merupakan permintaan atau kebutuhan atau klaim yang dibuat oleh warga masyarakat secara pribadi atau kelompok dengan resmi dalam sistem politik , oleh karena adanya masalah yang mereka rasakan. 2. Policy Decision atau Putusan Kebijakan.

Adalah putusan yang dibuat oleh pejabat public yang memerintahkan untuk memberi arahan pada kegiatan-kegiatan kebijakan.

3. Policy Statement atau Pernyataan Kebijakan

Adalah ungkapan secara formal atau artikulasi dari keputusan politik yang telah ditetapkan.

4. Policy Output atau Hasil kebijakan

Adalah perwujudan nyata dari kebijakan publik atau sesuatu yangs esungguhnya dikerjakan menurut keputusan dan pernyataan kebijakan.

5. Policy Outcome atau Akibat dari kebijakan

Adalah konsekuensi kebijakan yang diterima masyarakat,baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan, yang berasal dari apa yang dikerjakan atau yang tidak dikerjakan oleh pemerintah.

2. Implementasi Kebijakan Publik a. Pengertian Implementasi

(32)

22

senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian pada suatu kebijakan.

Hartono dalam Alisjahbana (2004: 28 ) dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memahami “apa yang senyatanya ada dan terjadi” sesudah suatu program yang dirumuskan, yaitu peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan publik, baik itu menyangkut peristiwa-peristiwa.

Wahab (2002:64) mengatakan bahwa “implementasi kebijaksanaan adalah penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu”. Implementasi biasanya berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit presiden. Dengan demikian, implementasi kebijaksanaan tidak memiliki kaitan dengan badan-badan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi perilaku semua pihak yang terlibat.

(33)

23

b. Model Implementasi Kebijakan

Dalam implementasi kebijakan ada beberapa bentuk model implementasi yang dikenal. Model ini berguna menyederhanakan sesuatu bentuk dan memudahkan dalam pelaksanaan kebijakan.

Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (2002:78) adalah “a model of the policy implementation process”,berpendapat bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijaksanaan yang akan dilaksanakan. Kedua ahli ini menegaskan pula bahwa perubahan, kontrol, dan kepatuhan bertindak merupakan konsep penting dalam menyusun prosedur implementasi.

Hal lain yang dikemukakan oleh kedua ahli diatas adalah bahwa jalan yang menghubungkan antara kebijaksanaan dan prestasi kerja dipisahkan oleh sebuah variable bebas yang saling berkaitan. Variable tersebut adalah :

1. Ukuran dan tujuan kebijaksanaan. 2. Sumber-sumber kebijaksanaan.

3. Ciri-ciri atau sifat badan/instansi terlaksana

4. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan.

5. Sikap para pelaksana, dan

(34)

24

Gambar 2.1

Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Sumber : Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (2002:80)

Variabel-variabel kebijaksanaan bersangkut paut dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan pelaksana meliputi baik organisasi terkait beserta kegiatan-kegiatan pelaksanaanya mencakup antar hubungan di dalam lingkungan sistem politik dan dengan kelompok-kelompok sasaran. Akhirnya,pusat perhatian pada sikap para pelaksana mengantarkan kita pada telaah mengenai orientasi dari mereka yang mengoperasionalkan program dilapangan.

c. Faktor Keberhasilan Implementasi Kebijakan

Menurut Ripley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003:21) menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan ditinjau dari tiga faktor yaitu:

Komunikasi antar organisasi & kegiatan pelaksanaan

Ukuran dan tujuan kebijaksanaan

Sumber-sumber kebijaksanaan

Ciri badan pelaksana

Sikap ekonomi, sosial, dan politik

Sikap para

(35)

25

1. Perpektif Kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi dari kepatuhan strat – level burcrants terhadap atas mereka.

2. Kelancaran rutinitas dan tindakan persoalan

3. Mengarah pada kinerja yang memuaskan semua pihak terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan.

Sedangkan Grindle dalam Syaukani (2002:296) mengidentifikasikan ada dua hal yang sangat menentukan keberhasilam implementasi, yaitu : 1. Isi kebijaksanaan , meliputi :

a. Kepentingan siapa saja yang terlibat b. Macam-macam manfaat

c. Sejauh mana peribahan akan diwujudkan d. Tempat pembuatan keputusan

e. Siapa yang menjadi implementasi agensi f. Sumberdaya yang disediakan

2. Konteks, Meliputi :

a. Kekuasaan, kepentingan dan strategi para aktor yang terlibat b. Karakteristik lembaga dan rezim

c. Sesuai dengan kaidah dan tingkat responnya. c. Faktor Kegagalan Implementasi Kebijakan

(36)

26

1. Informasi

Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan yang akan dilaksanakannnya dan hasil-hasil dari kebijakan itu.

2. Isi Kebijakan

Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samanya isi atau tujuan kebijakan atau ketidak tepatan dan ketidaktegasan intern dan ektern atau kebijakan itu sendiri, menunjukan adanya kekurangan yang sangat berarti atau adanya kekurangan yang menyangkutsumberdaya pembantu.

3. Dukungan

Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.

4. Pembagian Potensi

Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya, dengan diferensiasi tugas dan wewenang.

Sunarko (2000 : 185 ) mengemukakan bahwa pelaksanaan kebijakan itu dapat mengalami kegagalan atau tidak dapat membuahkan hasil yang disebabkan oleh :

(37)

27

b. Sarana yang dipilih untuk pelaksanaannya tidak efektif.

c. Sarana yang digunakan tidak atau kurang dipergunakan sebagaimana mestinya.

d. Isi dari kebijakan bersifat samar-samar

e. Tidak adanya kepastian faktor intern dan ekstern f. Kebijakan yang ditetapkan mengandung banyak lubang g. Dalam pelaksanaan kurang memperhatikan masalah teknis

h. Adanya kekurangan akan tersedianya sumber-sumber pembantu (waktu, uang, dan sumberdaya manusia).

e. Prospek Untuk Memperbaiki Implementasi Kebijakan

Proses Implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan komplek. Kerumitan tersebut disebabkan banyak faktor, baik menyangkut karakteristik program-program yang dijalankan maupun oleh aktor-aktor yang terlibat dlaam implementasi (Winarno, 2007 : 216)

Semua bentuk kebijaksanaan sebenarnya mengandung resiko untuk gagal. Hogwood dan Gunn dalam Wahab (2005 : 61 ) membagi pengertian kegagalan kebijaksanaan (policy failur)kedalam dua kategori yaitu non implementation (Implementasi yang tidak berhasil).

(38)

28

Sehingga betapapun gigih usaha mereka, hambatan yang ada tidak sanggup mereka tanggulangi, akibatnya implementasi yang efektif sukar dipenuhi.

Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala telah dilaksanakan sesuai dengan rencana , namun mengingat kondisi ekternal tidak menguntungkan ( semisal terjadi peristiwa pergantian kekuasaan, bencana alam dan sebagainya) sehingga kebijaksanaan tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang dikehendaki.

Menurut Islamy ( 2004 : 107 ) kebijaksanaan akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dan berdampak positif bagi anggota masyarakat. Selain itu untuk mencapai pelaksanaan kebijaksanaan proses komunikasi harus baik yaitu menyebarluaskan kebijaksanaan kepada anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat itu bersesuaian dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah dan negara. Dengan demikian kalau mereka tidak bertindak/ berbuat sesuai dengan keinginan pemerintah/ negara itu, maka kebijaksanaan negara menjadi tidak efektif.

(39)

29

1. Dalam mengusulkan langkah-langkah perbaikan harus dipahami lebih dulu hambatan yang muncul dalam proses implementasi dan mengapa hambatan tersebut itu muncul.

2. Perlu mengubah keadaan-keadaan yang menghasilkan faktor-faktor penghambat tersebut.

f. Aktor-aktor Yang Berperan Dalam Pr oses Kebijaksanaan

Menurut Jones, dalam Wahab (2005:29) dalam proses kebijaksanaan sedikitnya ada empat golongan atau tipe aktor (pelaku) yang terlibat dalam proses kebijakan, antara lain :

1. Golongan rasionalis

Ciri-ciri utama dari kebanyakan golongan atau aktor rasionalis ialah bahwa dalam melakukan pilihan alterntif, kebijakan mereka selalu menempuh metode dan langkah –langkah berikut :

a. Mengidentifikasikan masalah dan semua alternatif kebijaksanaan b. Merumuskan tujuan dan perumusannya dalam jenjang tertentu c. Meramalkan atau memprediksi akibat-akibat dari alternatif.

d. Membandingkan akibat tersebut dengan selalu mengacu pada tujuan e. Memilih alternatif terbaik.

2. Golongan Teknisi

(40)

30

3. Golongan Inkrementalis

Golongan ini memandang tahap-tahap perkembangan kebijaksanaan dan implementasinya sebagai suatu rangkaian proses penyesuaian yang terus menerus terhadap hasil akhir dari suatu tindakan.

4. Golongan Reformis

Golongan ini mengakui akan terbatasnya informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses kebijakan sehingga kita harus menerima sebagai kebenaran akan perlunya mengarahkan diri kita langsung pada persoalan yang berlangsung hari ini untuk memperoleh jawaban singkat dan cepat dengan memanfaatkan perangkat analisisi serta teori-teori mutakhir yang tersedia , betapapun tidak memadainya perangkat analisis dan teori-teori tersebut.

g. Pendekatan-Pendekatan Implementasi Kebijakan

Menurut Wahab (2012:234), pendekatan-pendekatan yang biasa digunakan dalam implementasi kebijakan adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan struktural

(41)

31

2. Pendekatan-pendekatan Prosedural dan Manajerial ( Managerial dan prosedural Approaches )

Memiliki struktur yang cocok bagi implementasi, kurang begitu penting bila dibandingkan dengan upaya mengembangkan proses dan prosedur-prosedur yang tepat termasuk prosedur-prosedur manajerial beserta teknik manajemen yang relevan. Dengan demikian, logikanya bahwa sesudah identifikasi masalah dan pemilihan kebijakan yang dilihat dari sudut biaya dan efektivitasnya paling memenuhi syarat, maka tahap implementasi itu akan mencakup urut-urutan langkah sebagai berikut : a. Merancang bangun (mendesain) program serta perincian tugas dan

perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi kerja, biaya dan waktu

b. Melaksanakan program, dengan mendayagunakan struktur-struktur dan personalia, dana, sumber-sumber, prosedur-prosedur, dan metode-metode yang tepat.

c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring, dan sarana-sarana pengawasan yang tepat, guna menjamin bahwa tindakan-tindakan yang tepat dan benar dapat segera dilaksanakan.

3. Pendekatan kepribadian (Behavioural Approaches)

(42)

32

baik. Pendekatan kepribadian diawali dengan suatu kesadaran bahwa seringkali terdapat penolakan terhadap perubahan.

4. Pendekatan Politik (Political Approaches)

Pengertian politik disini lebih mengacu pada pola kekuasaan dan pengaruh diantara dan didalam organisasi. Implementasi kebijakasanaan harus juga memperhatikan realita-realita kekuasaan misalnya kemampuan kelompok-kelompok penentang kebijaksanaan untuk memblokir usaha-usaha dari pada pendukung kebijaksanaan. 3. Pengertian Permukiman Kumuh

Menurut Adisasmita (2005:146) menjelaskan pengertian lingkungan permukiman kumuh sebagai berikut:

a. Dari Segi Fisik

Pada umumnya ukuran tanah cenderung sempit, letak dan bentuk bangunan tidak teratur, prasarana fisik lingkungan seperti air minum, drainase, air limbah dan sampah kurang memadai. Kesehatan lingkungan sangat rendah. Kurang sempurnanya pembuangan air limbah rumah tangga dan sampah sehingga sering terkena wabah penyakit. Jaringan jalan internal yang tidak beraturan, kondisi bangunan pada umumnya terbuat dari material temperor atau semi permanen dan umumnya di dalam keadaan kurang memenuhi syarat.

b. Dari segi sosial

(43)

33

rendah, hubungan antara individu lebih menonjol, kegotong-royongan relatif lebih kuat dibanding masyarakat kota lainnya.

c. Dari segi hukum

Sebagian besar kawasan kumuh umumnya terbentuk tanpa melalui prosedur perundang-undangan yang ada, hal ini disebabkan karena langka dan mahalnya tanah diperkotaan.

d. Dari Segi Ekonomi

Terdiri dari segi masyarakat yang sebagian besar mata pencahariannya di sektor informal seperti penarik becak, buruh dan pedagang kaki lima. Tingkat keinginan menabung penduduk umumnya rendah karena tingkat pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar permukiman kumuh adalah merupakan tempat tinggal penduduk miskin di pusat kota dan permukiman padat tidak teratur di pinggiran kota serta pada umumnya penghuninya berpenghasilan rendah, yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka tidak mampu membangun permukiman yang layak. Hal tersebut mengakibatkan mereka membangun rumah di pinggiran kota tanpa mengindahkan standar permukiman, atau menduduki tanah-tanah yang bukan miliknya menjadi permukiman liar.

(44)

34

Pelaksanaan Program RSDK, 2011). Kebijaksanaan adalah suatu arah kegiatan yang tertuju kepada tercapainya beberapa tujuan. Terkait dengan pengertian kebijakan publik di atas, maka secara umum komponen program RSDK guna mencapai tujuan yang diharapkan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain pelatihan ketrampilan usaha, kegiatan perbaikan lingkungan dan bangunan rumah tidak layak huni.

4. Pr ogram Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK)

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 33 tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Progran Rehabilitisi Sosial Daerah Kumuh Kota Surabaya pasal 1 ayat 5 meyatakan bahwa Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh, yang selanjutnya disingkat RSDK adalah program refungsional dan pengembangan untik memungkinkan masyarakat atau seseorang agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan lebih berdaya dalam kehidupan masyarakat, yang dilaksanakan pada kawasan perumahan kampung yang kondisi fisik lingkungannya masih memerlukan perbaikan. a. Visi dan Misi Program RSDK

Visi program RSDK Kota Surabaya adalah KEMISKINAN BUKAN HALANGAN UNTUK MAJ U DAN MANDIRI.

Sedangkan misi program RSDK Kota Surabaya adalah :

(45)

35

miskin, baik secara individu maupun kelompok.

2. Pengembangan usaha kecil, yaitu tumbuh dan berkembangnya usaha kecil guna membuka peluang bagi para keluarga miskin dalam rangka meningkatkan taraf hidup, baik secara ekonomi maupun sosial.

3. Perbaikan rumah dan lingkungan, yaitu terbinanya kondisi kualitas hunian keluarga miskin baik pada bangunan rumah tinggal maupun lingkungannya, guna mendukung pengembangan kehidupan sosial ekonominya.

b. Tujuan Program

Tujuan kegiatan Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) di Kota Surabaya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan/atau keluarga miskin utamanya di kawasan permukiman kumuh;

2. Meningkatkan kualitas lingkungan hunian suatu upaya penyadaran dan perlunya penanganan terpadu baik dari aspek fisik, sarana dan prasarana maupun kondisi sosial ekonomi masyarakatnya;

3. Pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan inisiatif, kreatifitas, dan jiwa kemandirian dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan kesejahteraan di lingkungan tempat tinggalnya;

4. Meningkatkan kemampuan usaha dalam rangka pengembangan sumber pendapatan yang dapat menunjang perekonomian keluarga. c. Pola dan Pr insip Pelaksanaan Pr ogram RSDK

(46)

36

pola tridaya, yaitu :

1. Daya manusia (pengembangan sumber daya manusia) 2. Daya usaha (pengembangan usaha kecil dan menengan)

3. Daya lingkungan (peningkatan kondisi fisik rumah dan lingkungannya).

Dalam pelaksanaannya program RSDK di Kota Surabaya harus menerapkan beberapa prinsip dasar, agar pelaksanaan program bisa berjalan efektif dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi keluarga miskin di kota Surabaya, yaitu :

a. Akseptabel, artinya seluruh aspek pengelolaan kegiatan dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antar pelaku sehingga memperoleh dukungan dari semua pihak;

b. Transparan, artinya dapat memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan penyelenggaraan program;

c. Akuntabel, artinya dalam setiap penyelenggaraan program harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. Keterpaduan, artinya dalam penyelenggaraan program harus mengintegrasikan berbagai komponen yang terkait sehingga dapat berjalan secara terkoordinir dan sinergis;

(47)

37

dan masyarakat sebagai mitra Pemerintah dalam menangani permasalahan kesejahteraan sosial dan peningkatan kesejahteraan sosial; f. Keberlanjutan, artinya dalam penyelenggaraan program dilaksanakan

secara berkesinambungan, sehingga tercapai kemandiri;

g. Kesetiakawanan, artinya dalam penyelenggaraan program harus dilandasi oleh kepedulian sosial untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan dengan empati dan kasih sayang;

h. Keadilan, artinya dalam penyelenggaraan program harus menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskrimiratif dan keseimbangan antara hak dan kewajiban;

i. Kemanfaatan, artinya dalam penyelenggaraan program harus memberi manfaat bagi peningkatan kualitas hisup warga negara;

j. Partisipasi, artinya dalam setiap penyelenggaraan kgiatan program harus melibatkan seluruh komponen masyarakat;

k. Profesionalitas, artinya dalam setiap penyelenggaraan kegiatan program kepada masyarakat dilandasi dengan profesionalisme sesuai dengan lingkup tugasnya dan dilaksanakan seoptimal mungkin.

d. Bentuk Program

Komponen utama program RSDK yang diimplementasikan di lingkungan perumahan kampung terdiri dari :

1. Penyiapan kelembagaan dan program di masyarakat; 2. Pelatihan keterampilan usaha

(48)

38

4. Pembekalan berkelanjutan program dan kemandirian warga.

Berikut diuraikan masing-masing komponen utama program Rehabilitasi Sosial Kota Surabaya yaitu :

a. Kegiatan Penyiapan Kelembagaan

Untuk pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sosial pada masing-masing kampung dilakukan penyiapan suatu lembaga lokal yaitu UPKM, baik berupa penguatan terhadap lembaga yang ada atau pembentukan lembaga baru. Lembaga tersebut bertanggung jawab kepada warga (melalui forum musyawarah Rukun Warga) dan kepada Pemerintah Daerah (melalui Kelurahan dan Dinas Sosial) mengenai pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan kegiatan dan dana secara berkelanjutan. Pola pembentukan kelembagaan lokal harus berdasarkan atas inisiatif dan aspirasi dari rakyat.

Untuk menunjang kelancaran kegiatan kerja, UPKM mendapatkan bantuan stimulan peralatan kerja dari Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial, sesuai dengan ketersediaan anggaran.

b. Kegiatan Pelatihan Keterampilan Usaha

(49)

39

usaha. Jenis pelatihan yang diberikan yang diberikan kepada keluarga miskin KUBE pada prinsipnya memperhatikan minat, potensi dan kemampuan keluarga dan/ atau masyarakat setempat.

Pembimbingan usaha kepada keluarga mskin dan/ atau KUBE secara awal dilakukan oleh Unit Pelaksana Keluarga Miskin (UPKM ) dan dapat dibantu oleh institusi dunia usaha yang terkait. Secara bertahap diharapkan muncul pembinaan berkelanjutan dalam kemasan yang bersifat profesional yang diberikan oleh Instansi Pemerintah maupun swasta yang bergerak di dunia usaha dan industri. Untuk menunjang kelancaran upaya penumbuhan kegiatan usaha, kelompok keluarga miskin peserta pelatihan mendapatkan bantuan stimulan peralatan kerja dari Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial, sesuai dengan ketersediaan anggaran.

c. Kegiatan Perbaikan Lingkungan dan Bangunan Rumah Tidak LayakHuni

Kegiatan perbaikan rumah tidak layak huni, bukan semata-mata kegiatan yang berorientasi fisik, melainkan merupakan satu kesatuan penanganan dengan aspek sosial ekonomi yang berorientasi pada kerangka pemberdayaan masyarakat dan keluarga.

(50)

40

yang dialami keluarga akibat kondisi rumah yang tidak layak huni dan kondisi sosial ekonomi keluarga.

Jenis komponen bangunan rumah yang diperbaiki, terdiri dari : a. Perbaikan atap;

b. Perbaikan dinding; c. Perbaikan lantai;

d. Perbaikan komponen bangunan rumah lainnya.

Jenis perbaikan lingkungan yang dapat dilakukan adalah prasarana lingkungan dasar, seperti jalan lingkungan, saluran kecil. d. Pembekalan berkelanjutan program dan kemandirian warga

Pembekalan kepada warga khususnya kelompok sasaran diberikan agar keberlanjutan program dapat dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat. Bentuk pembekalan tersebut, diantaranya adalah dalam bentuk lokakarya pembekalan teknis, lokakarya pola pertanggungjawaban dan penyiapan pengguliran kegiatan, forum pertemuan komunikasi antar Unit Pembinaan Keluarga Miskin (UPKM) serta fasilitasi dan pembinaan akses pengembangan kegiatan masyarakat dengan institusi eksternal mitra Pemerintah Daerah, khususnya dari dunia usaha dan industri.

5. Kelembagaan Unit Pembinaan Keluarga Miskin (UPKM)

(51)

41

a. Unsur perempuan sebanyak 2 (dua) orang b. Unsur tokoh masyarakat 1 (satu) orang c. Unsur keluarga miskin 2 (dua) orang

d. Unsur warga lainnya sebanyak 1 (satu) orang.

Struktur pengurus UPKM terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan seorang bendahara, yang semuanya merangkap sebagai anggota bersama ketiga orang lainnya. Keenam orang tersebut harus penduduk setempat dan memiliki KTP dengan alamat dilokasi Kelurahan setempat. Pada pelaksanaan tugasnya, UPKM perlu berkoordinasi atau kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait lainnya di wilayah kelurahan setempat. Untuk meningkatkan efektifitas dan kapasitas UPKM dalam pembinaan keluarga miskin, baik pada aspek sosial, ekonomi maupun fisik, UPKM sebagai kelompok masyarakat dapat melakukan perikatan kerjasama atau kontrak kerja dengan instansi pemerintah atau swasta yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Program RSDK terdiri dari :

a. Temu informasi pengurus UPKM

(52)

42

b. Sosialisasi program RSDK tingkat Kelurahan

Kegiatan sosialisasi program RSDK pada tingkat Kelurahan, dimaksudkan untuk menyebarluaskan skema pelaksanaan program kepada pemangku kepentingan tingkat kelurahan, sekaligus untuk mendapatkan masukan guna memperlancar pelaksanaan program di lapangan. Dalam hal ini pemangku kepentingan tersebut adalah Lurah, LKMK, PKK Kelurahan, para ketua RW dan tokoh masyarakat. Kegiatan pengenalan dilaksanakan pada awal pelaksanaan program RSDK di tingkat Kelurahan.

c. Penyiapan UPKM

Kegiatan penyiapan UPKM yang berupa kegiatan pembentukan atau penguatan kelembagaan UPKM program RSDK, dimaksudkan untuk membentuk dan memperkuat lembaga pelaksana program di tingkat Kelurahan sehingga dapat memperlancar pelaksanaan program di lapangan. Kegiatan pembentukan lembaga UPKM dilaksanakan pada awal pelaksanaan program RSDK sebelum pelaksanaan kegiatan teknis operasional selanjutnya.

d. Lokakarya pembekalan UPKM

(53)

43

mandiri. Pembekalan UPKM dapat pula dilakukan secara informal maupun formal guna peningkatan kapasitas UPKM sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan tugas dan perannya.

e. Verifikasi Usulan Musrenbang

Kegiatan verifikasi data usulan musrenbang dimaksudkan untuk memastikan kembali akurasi data-data yang diusulkan melalui musrenbang tahun sebelumnya, sebagai bagian dari sasaran penerima program RSDK.

f. Survey sasaran program

Survey sasaran program adalah survey lapangan untuk menentukan sasaran penerima program RSDK. Kegiatan survey verifikasi dilaksanakan setelah pembentukan UPKM dan sebelum dilaksanakannya pertemuan penyusunan KRKK.

g. Pembuatan KRKK

Kegiatan musyawarah penyusunan KRKK, dimaksudkan untuk menyusun rencana kerja sebagai dasar realisasi pelaksanaan kegiatan program RSDK yang memuat daftar calon penerima program, baik kegiatan pelatihan maupun perbaikan rumah. Kegiatan musyawarah penyusunan KRKK dilaksanakan setelah didapatkan data konkrit tentang sasaran calon penerima program (hasil survey).

(54)

44

membuat kesepakatan bersama tentang rencana realisasi program untuk keluarga miskin yang terpilih.

Kegiatan pengesahan dokumen KRKK, dimaksudkan untuk memberikan legalitas usulan UPKM yang nantinya digunakan sebagai dasar realisasi program RSDK. Kegiatan pengesahan dilakukan setelah tercapai kesepakatan tentang KRKK pada musyawarah penyusunan KRKK.

h. Persiapan pelaksanaan kegiatan

Kegiatan pengajuan usulan realisasi kegiatan dilampiri dokumen KRKK yang diajukan oleh UPKM kepada Dinas, dimaksudkan sebagai langkah inisiatif dan mekanis UPKM untuk menindaklanjuti rumusan KRKK agar rencana kegiatan RSDK dapat segera direalisasikan. Kegiatan pengajuan realisasi kegiatan dilaksanakan setelah dokumen KRKK mendapatkan pengesahan.

Kegiatan persiapan pelaksanaan kegiatan, yaitu kegiatan pelatihan dan kegiatan perbaikan rumah, dimaksudkan agar kedua kegiatan tersebut dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan teknis maupun non teknis.

i. Pelatihan keterampilan usaha

(55)

45

Beberapa materi yang diberikan pada pelaksanaan kegiatan tersebut adalah latihan keterampilan dan wawasan usaha.

j. perbaikan lingkungan dan bangunan rumah tidak layak huni

Kegiatan perbaikan rumah tidak layak huni, secara teknis dilaksanakan sesuai dengan usulan keluarga miskin, baik obyek maupun bahannya seperti untuk perbaikan atap, dinding, lantai atau komponen bangunan lainnya.

Pekerjaan perbaikan tersebut, dikerjakan oleh Kelompok Masyarakat, dalam hal ini adalah UPKM yang dilakukan secara swakelola yang pelaksanaannya berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadan Barang/Jasa Pemerintah.

Ketentuan dan bentuk partisipasi masyarakat setempat harus tertuang dalam kontrak pelaksanaan pengadaan swakelola antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan penanggungjawab kelompok masyarakat (UPKM).

k. Lokakarya pembekalan keberlanjutan program oleh UPKM

(56)

46

Persiapan pengguliran merupakan langkah awal mewujudkan komitmen, bahwa program RSDK akan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan manfaat yang dapat dirasakan oleh keluarga miskin lainnya secara bergulir. Kegiatan yang harus dilakukan oleh UPKM dalam persiapan pengguliran pada dasarnya adalah melaksanakan Musyawarah antara UPKM dengan pemangku kepentingan ditingkat Kelurahan untuk pembuatan daftar calon penerima kegiatan/dana selanjutnya. Dalam hal ini pemangku kepentingan tersebut adalah Lurah, LKMK, PKK Kelurahan, para ketua RW dan pengurus UPKM.

l. Lokakarya pertanggungjawaban UPKM

Kegiatan Lokakarya pertanggungjawaban UPKM pada tingkat kota, dimaksudkan untuk menerima laporan pertanggungjawaban hasil pelaksanaan kegiatan dari masing-masing UPKM kepada Dinas Sosial.

5. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan penjelasan spesifik mengenai alur pikir teoritik terhadap pemecahan masalah yang teliti, penjelasan tentang teori dasar yang digunakan untuk menggambarkan alur teori atau jalinan teori yang mengarang pada pemecahan masalah.

Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori, maka dapat dibuat kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut :

(57)

47

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Sumber : Diolah dari UU No.4 Tahun 1992 dan Perwali No.33 tahun 2011

Dari gambar tersebut dapat diuraikan bahwa Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) sesuai dengan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 33 Tahun 2011 menindaklanjuti dari UU Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman sehingga Pelaksanaan Program RSDK sesuai Perwali Nomor 33 Tahun 2011 harus diikuti oleh 20 orang penerima bantuan dari mulai kegiatan penyiapan kelembagaan masyarakat, kegiatan pelatihan keterampilan usaha dan kegiatan perbaikan lingkungan dan bangunan rumah tidak layak huni sehingga tujuan RSDK untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi keluarga miskin di kawasan permukiman kumuh dapat terwujud.

UU Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman

Perwali Nomor 33 Tahun 2011

Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh Kota Surabaya

Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK)

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.J enis Penelitian

Untuk memperoleh metode yang tepat dalam penelitian maka tergantung maksud dan tujuan penelitian, karena penelitian ini bertujuan mendeskripsikan objek penelitian tanpa melakukan pengukuran variabel dan penelitian ini bertujuan mendeskripsikan secara kualitatif bukan kuantitatif maka penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang mendalam tentang implementasi program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) di Kelurahan Tambak Sari Kota Surabaya. Secara teoritis, menurut Bagdan dan Taylor (dalam Moleong,2006:4), penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

(59)

49

Selanjutnya Miles dan Hubberman dalam Basrowi (2008:22) menyatakan bahwa metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu,kelompok,masyarakat atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Sehingga dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mendeskripsikan, menganalisis dan menginterpretasikan tentang: “implementasi program rehabilitasi sosial daerah kumuh di Kelurahan Tambak Sari Kota Surabaya”. B.Definisi Operasional dan Fokus Penelitian

Obyek kajian dalam penelitian ini adalah realitas atau fakta tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya dalam implementasi program rehabilitasi sosial daerah kumuh yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Surabaya di Kelurahan Tambak Sari Kota Surabaya. Sesuai peraturan walikota Surabaya, komponen utama program RSDK yang diimplementasikan di lingkungan perumahan kampong terdiri dari Penyiapan kelembagaan dan program di masyarakat, Pelatihan ketrampilan usaha, Perbaikan rumah dan bangunan rumah tidak layak huni dan Pembekalan keberlanjutan program dan kemandirian warga yang selanjutnya menjadi fokus dalam penelitian ini. Tetapi karena keterbatasan waktu dalam penelitian, maka penelitian ini hanya berhenti pada fokus perbaikan lingkungan dan bangunan rumah tidak layak huni.

(60)

50

(Moleong,2006:97). Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengngalaman peneliti atau melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya.

Fokus dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah , dimana masalah penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah adalah “ Bagaimana implementasi program rehabilitasi sosial daerah kumuh (RSDK) di kelurahan Tambak Sari Kota Surabaya”.

Fokus permasalahan yang dikerjakan selain digambarkan berdasarkan kerangka teori juga dapat ditentukan berdasarkan keperluan praktis, dalam hal ini peraturan-peraturan yang berkaitan dengan implementasi program rehabilitaasi sosial daerah kumuh (RSDK) yaitu Peraturan Walikota Surabaya Nomor 33 Tahun 2011 Tanggal 3 Mei 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK).

(61)

51

Pada penelitian ini dilakukan pembatasan fokus hanya pada a. penyiapan kelembagaan dan program di masyarakat; b. pelatihan keterampilan usaha; c. perbaikan lingkungan dan bangunan rumah tidak layak huni, sedangkan d. pembekalan keberlanjutan program dan kemandirian warga tidak masuk dalam fokus penelitian ini dikarenakan tahapan poin d dilaksanakan pada tahun 2015, maka masuk anggaran tahun 2015.

Maka fokus penelitian ini dapat diuraikan secara operasional sebagai berikut:

1. Penyiapan kelembagaan program di masyarakat

Secara operasional fokus pertama terdiri dari tiga sasaran kajian yaitu : a. Sosialisasi program RSDK tingkat Kelurahan

Kegiatan sosialisasi program RSDK pada tingkat Kelurahan, dimaksudkan untuk menyebarluaskan skema pelaksanaan program kepada pemangku kepentingan tingkat kelurahan, sekaligus untuk mendapatkan masukan guna memperlancar pelaksanaan program di lapangan. Dalam hal ini pemangku kepentingan tersebut adalah Lurah, LKMK, PKK Kelurahan, para ketua RW dan tokoh masyarakat. Kegiatan pengenalan dilaksanakan pada awal pelaksanaan program RSDK di tingkat Kelurahan.

b. Penyiapan UPKM

(62)

52

tingkat Kelurahan sehingga dapat memperlancar pelaksanaan program di lapangan. Kegiatan pembentukan lembaga UPKM dilaksanakan pada awal pelaksanaan program RSDK sebelum pelaksanaan kegiatan teknis operasional selanjutnya.

c. Lokakarya pembekalan UPKM

Kegiatan pembekalan UPKM yang berupa Kegiatan lokakarya kelembagaan UPKM program RSDK, dimaksudkan untuk membekali kemampuan teknis dan manajemen sehingga dapat memperlancar pelaksanaan program di lapangan dan mengembangkannya secara mandiri. Pembekalan UPKM dapat pula dilakukan secara informal maupun formal guna peningkatan kapasitas UPKM sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan tugas dan perannya.

2. Kegiatan Pelatihan Keterampilan Usaha

Kegiatan pelatihan keterampilan usaha dilaksanakan secara bersama untuk semua anggota KUBE di Kelurahan, yang namanya tercantum pada dokumen KRKK.

Beberapa materi yang diberikan pada pelaksanaan kegiatan tersebut adalah latihan keterampilan dan wawasan usaha.

(63)

53

Pekerjaan perbaikan tersebut, dikerjakan oleh Kelompok Masyarakat, dalam hal ini adalah UPKM yang dilakukan secara swakelola yang pelaksanaannya berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadan Barang/Jasa Pemerintah.

Ketentuan dan bentuk partisipasi masyarakat setempat harus tertuang dalam kontrak pelaksanaan pengadaan swakelola antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan penanggungjawab kelompok masyarakat (UPKM). C.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Tambaksari Kota Surabaya. Pemilihan lokasi ini didasari atas jumlah penduduk dan kepadatan penduduk paling tinggi dikarenakan banyaknya urban dan angka kelahiran, sedangkan waktu penelitian terhitung sejak dilakukannya penyusunan proposal hingga penyusunan skripsi dihitung.

D.Sumber Data

Sumber data merupakan suatu tindakan atau kata-kata dari orang-orang yang diamati atau diwawancari dalam suatu penelitian (Moleong, 2004, 157). Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

(64)

54

a. Pelaksana Program Pemberian Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK), antara lain sebagai berikut:

1) Staf Dinas Sosial Kota Surabaya

Untuk mendapatkan informasi mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksaan program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) serta untuk mengetahui implementasi program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) di Kelurahan Tambak Sari Kota Surabaya. Dalam hal ini yang menjadi informan yaitu Kasi program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK).

2) Lurah Tambak Sari

a. Membantu sosialisasi awal program RSDK keseluruh masyarakat di Kelurahan Tambak Sari.

b. Memfasilitasi proses pengambilan keputusan oleh masyarakat untuk menerima/menolak program RSDK termasuk atas nama warga mengajukan surat ke Dinas Sosial Kota Surabaya

c. Memfasilitasi terselenggaranya pertemuan pengurus RT/RW dan masyarakat dengan UPKM dalam upaya penyebarluasan informasi dan pelaksanaan program RSDK.

d. Membantu memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan program RSDK termasuk peninjauan lapangan.

(65)

55

b. Masyarakat penerima program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK)

Data yang ingin diperoleh yaitu untuk mengetahui implementasi program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) di Kelurahan Tambak Sari Kota Surabaya. Dalam penelitian ini yang mendapat bantuan program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) sebanyak 20 rumah namun yang diwawancari 10 orang terkait program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK).

2. Data Sekunder

Data sekunder ini dilakukan dengan kajian literatur yang berkaitan dengan penelitian dengan mencari buku, peraturan perundang-undangan atau sumber informasi lain yang relevan, guna memperkuat landasan teori penelitan. Data sekunder diperoleh untuk mendukung analisis yang berkaitan dengan implementasi program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) di Kelurahan Tambak Sari Kota Surabaya. Dalam penelitian ini menjadi sumber data sekunder adalah Pedoman pelaksanaan program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK)

E.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara (Interview)

Gambar

 Tabel 1.1  Target Kegiatan Tiap Kelurahan
Tabel 1.2 Lokasi Pelaksanaan Program RSDK Surabaya Tahun 2014
Tabel 1.3 Kepadatan dan Jumlah Penduduk Kota Surabaya Tahun 2014
Tabel diatas menggambarkan bahwa Kecamatan Tambak Sari memiliki
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut para pendukungnya, baik dari madzhab Hanafiyah, Malikiyah, Syafi‟iyah maupun Hanabilah, kesepadanan antara calon suami dengan calon istri dan keluarga calon

menunjukkan hasil plotting arah dan kecepatan angin dari data ECMWF dan ditampalkan dengan pola sebaran awan abu vulkanik.Abu vulkanik pada tanggal 5 November 2010 pukul 18.00

Sebagai alternatif, atau jika tidak terlarut air, serap dengan bahan kering yang lengai dan isikan dalam bekas pelupusan bahan buangan yang wajar.. Buang melalui kontraktor

11 Dari penelitian di Bailang dan Bengkol, didapatkan data pada tahun 2015 di Puskesmas Bailang yang menunjukkan adanya lebih banyak pasien laki-laki suspek TB (153

Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan larutan berpengaruh terhadap lama masa simpan buah mangga, masa simpan tersingkat ditunjukkan oleh sampel tanpa

Penelitian ini bertujuan menilai hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan kapasitas modal sosial pada program penanganan permukiman kumuh KOTAKU di Kelurahan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsiskan dan menganalisis implementasi program fasilitasi partisipasi masyarakat di Kelurahan Bontang Kuala Kota

Dalam kegiatan pelatihan apabila tidak dapat dilakukan oleh Dinas Sosial lagi, hendaknya Dinas Sosial melakukan kerjasama secara jelas dengan SKPD terkait dalam