• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

c. Sarana yang digunakan tidak atau kurang dipergunakan sebagaimana mestinya.

d. Isi dari kebijakan bersifat samar-samar

e. Tidak adanya kepastian faktor intern dan ekstern f. Kebijakan yang ditetapkan mengandung banyak lubang g. Dalam pelaksanaan kurang memperhatikan masalah teknis

h. Adanya kekurangan akan tersedianya sumber-sumber pembantu (waktu, uang, dan sumberdaya manusia).

e. Prospek Untuk Memperbaiki Implementasi Kebijakan

Proses Implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan komplek. Kerumitan tersebut disebabkan banyak faktor, baik menyangkut karakteristik program-program yang dijalankan maupun oleh aktor-aktor yang terlibat dlaam implementasi (Winarno, 2007 : 216)

Semua bentuk kebijaksanaan sebenarnya mengandung resiko untuk gagal. Hogwood dan Gunn dalam Wahab (2005 : 61 ) membagi pengertian kegagalan kebijaksanaan (policy failur)kedalam dua kategori yaitu non implementation (Implementasi yang tidak berhasil).

Tidak terimplementasikan mengandung arti bahwa suatu kebijaksanaan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak yang terlibat tidak mau bekerja sama, atau mereke bekerja tidak efisien, bekerja setengah hati atau karena mereka tidak sepenuhnya menguasai permasalahan yang dikerjakan diluar jangkauankekuasaannya.

28

Sehingga betapapun gigih usaha mereka, hambatan yang ada tidak sanggup mereka tanggulangi, akibatnya implementasi yang efektif sukar dipenuhi.

Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala telah dilaksanakan sesuai dengan rencana , namun mengingat kondisi ekternal tidak menguntungkan ( semisal terjadi peristiwa pergantian kekuasaan, bencana alam dan sebagainya) sehingga kebijaksanaan tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang dikehendaki.

Menurut Islamy ( 2004 : 107 ) kebijaksanaan akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dan berdampak positif bagi anggota masyarakat. Selain itu untuk mencapai pelaksanaan kebijaksanaan proses komunikasi harus baik yaitu menyebarluaskan kebijaksanaan kepada anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat itu bersesuaian dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah dan negara. Dengan demikian kalau mereka tidak bertindak/ berbuat sesuai dengan keinginan pemerintah/ negara itu, maka kebijaksanaan negara menjadi tidak efektif.

Implementasi kebijakan adalah tahap paling krusial dalam proses kebijakan. Untuk memperbaiki implementasi kebijakan, maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, menurut Winarno (2007 : 216 ) yaitu :

29

1. Dalam mengusulkan langkah-langkah perbaikan harus dipahami lebih dulu hambatan yang muncul dalam proses implementasi dan mengapa hambatan tersebut itu muncul.

2. Perlu mengubah keadaan-keadaan yang menghasilkan faktor-faktor penghambat tersebut.

f. Aktor-aktor Yang Berperan Dalam Pr oses Kebijaksanaan

Menurut Jones, dalam Wahab (2005:29) dalam proses kebijaksanaan sedikitnya ada empat golongan atau tipe aktor (pelaku) yang terlibat dalam proses kebijakan, antara lain :

1. Golongan rasionalis

Ciri-ciri utama dari kebanyakan golongan atau aktor rasionalis ialah bahwa dalam melakukan pilihan alterntif, kebijakan mereka selalu menempuh metode dan langkah –langkah berikut :

a. Mengidentifikasikan masalah dan semua alternatif kebijaksanaan b. Merumuskan tujuan dan perumusannya dalam jenjang tertentu c. Meramalkan atau memprediksi akibat-akibat dari alternatif.

d. Membandingkan akibat tersebut dengan selalu mengacu pada tujuan e. Memilih alternatif terbaik.

2. Golongan Teknisi

Nilai-nilai yang diyakini oleh golongan ini adalah nilai-nilai yang berkaitan erat dengan latar belakang keahlian profesional mereka. Tujuan yang ingin dicapai biasanya ditetapkan oleh pihak lain, mungkin oleh salah satu diantara golongan aktor yang lain.

30

3. Golongan Inkrementalis

Golongan ini memandang tahap-tahap perkembangan kebijaksanaan dan implementasinya sebagai suatu rangkaian proses penyesuaian yang terus menerus terhadap hasil akhir dari suatu tindakan.

4. Golongan Reformis

Golongan ini mengakui akan terbatasnya informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses kebijakan sehingga kita harus menerima sebagai kebenaran akan perlunya mengarahkan diri kita langsung pada persoalan yang berlangsung hari ini untuk memperoleh jawaban singkat dan cepat dengan memanfaatkan perangkat analisisi serta teori-teori mutakhir yang tersedia , betapapun tidak memadainya perangkat analisis dan teori-teori tersebut.

g. Pendekatan-Pendekatan Implementasi Kebijakan

Menurut Wahab (2012:234), pendekatan-pendekatan yang biasa digunakan dalam implementasi kebijakan adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan struktural

Secara umum dapat dikatakan bahwa struktur yang bersifat organisasi tampaknya amat cocok untuk situasi implementasi dimana kita perlu merancang bangun struktur yang mampu melaksanakan suatu kebijakan yang senantiasa berubah, bila dibandingkan dengan merancang bangun suatu struktur khusus untuk program yang sekali selesai

31

2. Pendekatan-pendekatan Prosedural dan Manajerial ( Managerial dan prosedural Approaches )

Memiliki struktur yang cocok bagi implementasi, kurang begitu penting bila dibandingkan dengan upaya mengembangkan proses dan prosedur- prosedur yang tepat termasuk prosedur manajerial beserta teknik manajemen yang relevan. Dengan demikian, logikanya bahwa sesudah identifikasi masalah dan pemilihan kebijakan yang dilihat dari sudut biaya dan efektivitasnya paling memenuhi syarat, maka tahap implementasi itu akan mencakup urut-urutan langkah sebagai berikut : a. Merancang bangun (mendesain) program serta perincian tugas dan

perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi kerja, biaya dan waktu

b. Melaksanakan program, dengan mendayagunakan struktur-struktur dan personalia, dana, sumber-sumber, prosedur-prosedur, dan metode-metode yang tepat.

c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring, dan sarana-sarana pengawasan yang tepat, guna menjamin bahwa tindakan-tindakan yang tepat dan benar dapat segera dilaksanakan.

3. Pendekatan kepribadian (Behavioural Approaches)

Ada keterbatasan-keterbatasan tertentu mengenai apa yang dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan-pendekatan struktural dan prosedural diatas. Perilaku Manusia beserta segala sikapnya harus pula dipengaruhi jika kebijaksanaan ingin dapat diimplemenatsikan dengan

32

baik. Pendekatan kepribadian diawali dengan suatu kesadaran bahwa seringkali terdapat penolakan terhadap perubahan.

4. Pendekatan Politik (Political Approaches)

Pengertian politik disini lebih mengacu pada pola kekuasaan dan pengaruh diantara dan didalam organisasi. Implementasi kebijakasanaan harus juga memperhatikan realita-realita kekuasaan misalnya kemampuan kelompok-kelompok penentang kebijaksanaan untuk memblokir usaha-usaha dari pada pendukung kebijaksanaan. 3. Pengertian Permukiman Kumuh

Menurut Adisasmita (2005:146) menjelaskan pengertian lingkungan permukiman kumuh sebagai berikut:

a. Dari Segi Fisik

Pada umumnya ukuran tanah cenderung sempit, letak dan bentuk bangunan tidak teratur, prasarana fisik lingkungan seperti air minum, drainase, air limbah dan sampah kurang memadai. Kesehatan lingkungan sangat rendah. Kurang sempurnanya pembuangan air limbah rumah tangga dan sampah sehingga sering terkena wabah penyakit. Jaringan jalan internal yang tidak beraturan, kondisi bangunan pada umumnya terbuat dari material temperor atau semi permanen dan umumnya di dalam keadaan kurang memenuhi syarat.

b. Dari segi sosial

Lingkungan yang dihuni oleh sejumlah penduduk yang padat dalam area yang terbatas. Tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat rata-rata

33

rendah, hubungan antara individu lebih menonjol, kegotong-royongan relatif lebih kuat dibanding masyarakat kota lainnya.

c. Dari segi hukum

Sebagian besar kawasan kumuh umumnya terbentuk tanpa melalui prosedur perundang-undangan yang ada, hal ini disebabkan karena langka dan mahalnya tanah diperkotaan.

d. Dari Segi Ekonomi

Terdiri dari segi masyarakat yang sebagian besar mata pencahariannya di sektor informal seperti penarik becak, buruh dan pedagang kaki lima. Tingkat keinginan menabung penduduk umumnya rendah karena tingkat pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar permukiman kumuh adalah merupakan tempat tinggal penduduk miskin di pusat kota dan permukiman padat tidak teratur di pinggiran kota serta pada umumnya penghuninya berpenghasilan rendah, yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka tidak mampu membangun permukiman yang layak. Hal tersebut mengakibatkan mereka membangun rumah di pinggiran kota tanpa mengindahkan standar permukiman, atau menduduki tanah-tanah yang bukan miliknya menjadi permukiman liar.

Pelaksanaan program diarahkan untuk melakukan pemberdayaan kepada warga masyarakat setempat agar dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi dan lingkungannya secara mandiri dan berkelanjutan (Pedoman

34

Pelaksanaan Program RSDK, 2011). Kebijaksanaan adalah suatu arah kegiatan yang tertuju kepada tercapainya beberapa tujuan. Terkait dengan pengertian kebijakan publik di atas, maka secara umum komponen program RSDK guna mencapai tujuan yang diharapkan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain pelatihan ketrampilan usaha, kegiatan perbaikan lingkungan dan bangunan rumah tidak layak huni.

4. Pr ogram Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK)

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 33 tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Progran Rehabilitisi Sosial Daerah Kumuh Kota Surabaya pasal 1 ayat 5 meyatakan bahwa Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh, yang selanjutnya disingkat RSDK adalah program refungsional dan pengembangan untik memungkinkan masyarakat atau seseorang agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan lebih berdaya dalam kehidupan masyarakat, yang dilaksanakan pada kawasan perumahan kampung yang kondisi fisik lingkungannya masih memerlukan perbaikan. a. Visi dan Misi Program RSDK

Visi program RSDK Kota Surabaya adalah KEMISKINAN BUKAN HALANGAN UNTUK MAJ U DAN MANDIRI.

Sedangkan misi program RSDK Kota Surabaya adalah :

1. Pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia berupa penguatan lembaga pengelola kegiatan di masyarakat, yaitu meningkatnya kemampuan dan pengetahuan bagi lembaga di tingkat masyarakat dalam pengelolaan kegiatan pembinaan untuk keluarga

35

miskin, baik secara individu maupun kelompok.

2. Pengembangan usaha kecil, yaitu tumbuh dan berkembangnya usaha kecil guna membuka peluang bagi para keluarga miskin dalam rangka meningkatkan taraf hidup, baik secara ekonomi maupun sosial.

3. Perbaikan rumah dan lingkungan, yaitu terbinanya kondisi kualitas hunian keluarga miskin baik pada bangunan rumah tinggal maupun lingkungannya, guna mendukung pengembangan kehidupan sosial ekonominya.

b. Tujuan Program

Tujuan kegiatan Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) di Kota Surabaya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan/atau keluarga miskin utamanya di kawasan permukiman kumuh;

2. Meningkatkan kualitas lingkungan hunian suatu upaya penyadaran dan perlunya penanganan terpadu baik dari aspek fisik, sarana dan prasarana maupun kondisi sosial ekonomi masyarakatnya;

3. Pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan inisiatif, kreatifitas, dan jiwa kemandirian dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan kesejahteraan di lingkungan tempat tinggalnya;

4. Meningkatkan kemampuan usaha dalam rangka pengembangan sumber pendapatan yang dapat menunjang perekonomian keluarga. c. Pola dan Pr insip Pelaksanaan Pr ogram RSDK

36

pola tridaya, yaitu :

1. Daya manusia (pengembangan sumber daya manusia) 2. Daya usaha (pengembangan usaha kecil dan menengan)

3. Daya lingkungan (peningkatan kondisi fisik rumah dan lingkungannya).

Dalam pelaksanaannya program RSDK di Kota Surabaya harus menerapkan beberapa prinsip dasar, agar pelaksanaan program bisa berjalan efektif dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi keluarga miskin di kota Surabaya, yaitu :

a. Akseptabel, artinya seluruh aspek pengelolaan kegiatan dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antar pelaku sehingga memperoleh dukungan dari semua pihak;

b. Transparan, artinya dapat memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan penyelenggaraan program;

c. Akuntabel, artinya dalam setiap penyelenggaraan program harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

d. Keterpaduan, artinya dalam penyelenggaraan program harus mengintegrasikan berbagai komponen yang terkait sehingga dapat berjalan secara terkoordinir dan sinergis;

e. Kemitraan, artinya dalam pelaksanaan program diperlukan kemitraan antara Pemerintah dan masyarakat, Pemerintah sebagai penaggung jawab

37

dan masyarakat sebagai mitra Pemerintah dalam menangani permasalahan kesejahteraan sosial dan peningkatan kesejahteraan sosial; f. Keberlanjutan, artinya dalam penyelenggaraan program dilaksanakan

secara berkesinambungan, sehingga tercapai kemandiri;

g. Kesetiakawanan, artinya dalam penyelenggaraan program harus dilandasi oleh kepedulian sosial untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan dengan empati dan kasih sayang;

h. Keadilan, artinya dalam penyelenggaraan program harus menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskrimiratif dan keseimbangan antara hak dan kewajiban;

i. Kemanfaatan, artinya dalam penyelenggaraan program harus memberi manfaat bagi peningkatan kualitas hisup warga negara;

j. Partisipasi, artinya dalam setiap penyelenggaraan kgiatan program harus melibatkan seluruh komponen masyarakat;

k. Profesionalitas, artinya dalam setiap penyelenggaraan kegiatan program kepada masyarakat dilandasi dengan profesionalisme sesuai dengan lingkup tugasnya dan dilaksanakan seoptimal mungkin.

d. Bentuk Program

Komponen utama program RSDK yang diimplementasikan di lingkungan perumahan kampung terdiri dari :

1. Penyiapan kelembagaan dan program di masyarakat; 2. Pelatihan keterampilan usaha

38

4. Pembekalan berkelanjutan program dan kemandirian warga.

Berikut diuraikan masing-masing komponen utama program Rehabilitasi Sosial Kota Surabaya yaitu :

a. Kegiatan Penyiapan Kelembagaan

Untuk pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sosial pada masing-masing kampung dilakukan penyiapan suatu lembaga lokal yaitu UPKM, baik berupa penguatan terhadap lembaga yang ada atau pembentukan lembaga baru. Lembaga tersebut bertanggung jawab kepada warga (melalui forum musyawarah Rukun Warga) dan kepada Pemerintah Daerah (melalui Kelurahan dan Dinas Sosial) mengenai pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan kegiatan dan dana secara berkelanjutan. Pola pembentukan kelembagaan lokal harus berdasarkan atas inisiatif dan aspirasi dari rakyat.

Untuk menunjang kelancaran kegiatan kerja, UPKM mendapatkan bantuan stimulan peralatan kerja dari Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial, sesuai dengan ketersediaan anggaran.

b. Kegiatan Pelatihan Keterampilan Usaha

Kegiatana pelatihan keterampilan usaha bertujuan untuk mendorong munculnya kemandirian keluarga dalam mengatasi kemiskin. Keterampilan usaha digunakan sebagai modal guna menumbuhkan dan meningkatkan sumber-sumber pendapatan keluarga. Pelatihan Usaha diberikan kepada keluarga miskin anggota KUBE yang memiliki minat untuk memulai atau mengembangkan

39

usaha. Jenis pelatihan yang diberikan yang diberikan kepada keluarga miskin KUBE pada prinsipnya memperhatikan minat, potensi dan kemampuan keluarga dan/ atau masyarakat setempat.

Pembimbingan usaha kepada keluarga mskin dan/ atau KUBE secara awal dilakukan oleh Unit Pelaksana Keluarga Miskin (UPKM ) dan dapat dibantu oleh institusi dunia usaha yang terkait. Secara bertahap diharapkan muncul pembinaan berkelanjutan dalam kemasan yang bersifat profesional yang diberikan oleh Instansi Pemerintah maupun swasta yang bergerak di dunia usaha dan industri. Untuk menunjang kelancaran upaya penumbuhan kegiatan usaha, kelompok keluarga miskin peserta pelatihan mendapatkan bantuan stimulan peralatan kerja dari Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial, sesuai dengan ketersediaan anggaran.

c. Kegiatan Perbaikan Lingkungan dan Bangunan Rumah Tidak LayakHuni

Kegiatan perbaikan rumah tidak layak huni, bukan semata-mata kegiatan yang berorientasi fisik, melainkan merupakan satu kesatuan penanganan dengan aspek sosial ekonomi yang berorientasi pada kerangka pemberdayaan masyarakat dan keluarga.

Kegiatan perbaikan lingkungan dan bangunan rumah tidak layak huni, diberikan kepada keluarga miskin yang prasarana lingkungan dan/atau bangunan rumahnya mendapatkan prioritas untuk segera diperbaiki, dengan memperhatikan kondisi fisik rumah, gangguan

40

yang dialami keluarga akibat kondisi rumah yang tidak layak huni dan kondisi sosial ekonomi keluarga.

Jenis komponen bangunan rumah yang diperbaiki, terdiri dari : a. Perbaikan atap;

b. Perbaikan dinding; c. Perbaikan lantai;

d. Perbaikan komponen bangunan rumah lainnya.

Jenis perbaikan lingkungan yang dapat dilakukan adalah prasarana lingkungan dasar, seperti jalan lingkungan, saluran kecil. d. Pembekalan berkelanjutan program dan kemandirian warga

Pembekalan kepada warga khususnya kelompok sasaran diberikan agar keberlanjutan program dapat dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat. Bentuk pembekalan tersebut, diantaranya adalah dalam bentuk lokakarya pembekalan teknis, lokakarya pola pertanggungjawaban dan penyiapan pengguliran kegiatan, forum pertemuan komunikasi antar Unit Pembinaan Keluarga Miskin (UPKM) serta fasilitasi dan pembinaan akses pengembangan kegiatan masyarakat dengan institusi eksternal mitra Pemerintah Daerah, khususnya dari dunia usaha dan industri.

5. Kelembagaan Unit Pembinaan Keluarga Miskin (UPKM)

Unit Pembinaan Keluarga Miskin (UPKM) dengan personil sebanyak 6 (enam) orang, terdiri dari unsur sebagai berikut :

41

a. Unsur perempuan sebanyak 2 (dua) orang b. Unsur tokoh masyarakat 1 (satu) orang c. Unsur keluarga miskin 2 (dua) orang

d. Unsur warga lainnya sebanyak 1 (satu) orang.

Struktur pengurus UPKM terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan seorang bendahara, yang semuanya merangkap sebagai anggota bersama ketiga orang lainnya. Keenam orang tersebut harus penduduk setempat dan memiliki KTP dengan alamat dilokasi Kelurahan setempat. Pada pelaksanaan tugasnya, UPKM perlu berkoordinasi atau kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait lainnya di wilayah kelurahan setempat. Untuk meningkatkan efektifitas dan kapasitas UPKM dalam pembinaan keluarga miskin, baik pada aspek sosial, ekonomi maupun fisik, UPKM sebagai kelompok masyarakat dapat melakukan perikatan kerjasama atau kontrak kerja dengan instansi pemerintah atau swasta yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Program RSDK terdiri dari :

a. Temu informasi pengurus UPKM

Kegiatan temu informasi pengurus UPKM Program RSDK pada tingkat kota, dimaksudkan untuk ajang tukar menukar pengalaman dan mengkreasikan pengembangan kegiatan pelaksanaan program, dan sekaligus untuk mendapatkan masukan guna meningkatkan kinerja pelaksanaan program

42

b. Sosialisasi program RSDK tingkat Kelurahan

Kegiatan sosialisasi program RSDK pada tingkat Kelurahan, dimaksudkan untuk menyebarluaskan skema pelaksanaan program kepada pemangku kepentingan tingkat kelurahan, sekaligus untuk mendapatkan masukan guna memperlancar pelaksanaan program di lapangan. Dalam hal ini pemangku kepentingan tersebut adalah Lurah, LKMK, PKK Kelurahan, para ketua RW dan tokoh masyarakat. Kegiatan pengenalan dilaksanakan pada awal pelaksanaan program RSDK di tingkat Kelurahan.

c. Penyiapan UPKM

Kegiatan penyiapan UPKM yang berupa kegiatan pembentukan atau penguatan kelembagaan UPKM program RSDK, dimaksudkan untuk membentuk dan memperkuat lembaga pelaksana program di tingkat Kelurahan sehingga dapat memperlancar pelaksanaan program di lapangan. Kegiatan pembentukan lembaga UPKM dilaksanakan pada awal pelaksanaan program RSDK sebelum pelaksanaan kegiatan teknis operasional selanjutnya.

d. Lokakarya pembekalan UPKM

Kegiatan pembekalan UPKM yang berupa Kegiatan lokakarya kelembagaan UPKM program RSDK, dimaksudkan untuk membekali kemampuan teknis dan manajemen sehingga dapat memperlancar pelaksanaan program di lapangan dan mengembangkannya secara

43

mandiri. Pembekalan UPKM dapat pula dilakukan secara informal maupun formal guna peningkatan kapasitas UPKM sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan tugas dan perannya.

e. Verifikasi Usulan Musrenbang

Kegiatan verifikasi data usulan musrenbang dimaksudkan untuk memastikan kembali akurasi data-data yang diusulkan melalui musrenbang tahun sebelumnya, sebagai bagian dari sasaran penerima program RSDK.

f. Survey sasaran program

Survey sasaran program adalah survey lapangan untuk menentukan sasaran penerima program RSDK. Kegiatan survey verifikasi dilaksanakan setelah pembentukan UPKM dan sebelum dilaksanakannya pertemuan penyusunan KRKK.

g. Pembuatan KRKK

Kegiatan musyawarah penyusunan KRKK, dimaksudkan untuk menyusun rencana kerja sebagai dasar realisasi pelaksanaan kegiatan program RSDK yang memuat daftar calon penerima program, baik kegiatan pelatihan maupun perbaikan rumah. Kegiatan musyawarah penyusunan KRKK dilaksanakan setelah didapatkan data konkrit tentang sasaran calon penerima program (hasil survey).

Usulan yang diajukan oleh warga melalui ketua RW dimusyawarahkan dengan referensi data hasil verifikasi yang dilakukan oleh UPKM. Musyawarah tersebut bertujuan untuk

44

membuat kesepakatan bersama tentang rencana realisasi program untuk keluarga miskin yang terpilih.

Kegiatan pengesahan dokumen KRKK, dimaksudkan untuk memberikan legalitas usulan UPKM yang nantinya digunakan sebagai dasar realisasi program RSDK. Kegiatan pengesahan dilakukan setelah tercapai kesepakatan tentang KRKK pada musyawarah penyusunan KRKK.

h. Persiapan pelaksanaan kegiatan

Kegiatan pengajuan usulan realisasi kegiatan dilampiri dokumen KRKK yang diajukan oleh UPKM kepada Dinas, dimaksudkan sebagai langkah inisiatif dan mekanis UPKM untuk menindaklanjuti rumusan KRKK agar rencana kegiatan RSDK dapat segera direalisasikan. Kegiatan pengajuan realisasi kegiatan dilaksanakan setelah dokumen KRKK mendapatkan pengesahan.

Kegiatan persiapan pelaksanaan kegiatan, yaitu kegiatan pelatihan dan kegiatan perbaikan rumah, dimaksudkan agar kedua kegiatan tersebut dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan teknis maupun non teknis.

i. Pelatihan keterampilan usaha

Kegiatan pelatihan keterampilan usaha dilaksanakan secara bersama untuk semua anggota KUBE di Kelurahan, yang namanya tercantum pada dokumen KRKK.

45

Beberapa materi yang diberikan pada pelaksanaan kegiatan tersebut adalah latihan keterampilan dan wawasan usaha.

j. perbaikan lingkungan dan bangunan rumah tidak layak huni

Kegiatan perbaikan rumah tidak layak huni, secara teknis dilaksanakan sesuai dengan usulan keluarga miskin, baik obyek maupun bahannya seperti untuk perbaikan atap, dinding, lantai atau komponen bangunan lainnya.

Pekerjaan perbaikan tersebut, dikerjakan oleh Kelompok Masyarakat, dalam hal ini adalah UPKM yang dilakukan secara swakelola yang pelaksanaannya berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadan Barang/Jasa Pemerintah.

Ketentuan dan bentuk partisipasi masyarakat setempat harus tertuang dalam kontrak pelaksanaan pengadaan swakelola antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan penanggungjawab kelompok masyarakat (UPKM).

k. Lokakarya pembekalan keberlanjutan program oleh UPKM

Kegiatan Lokakarya Pembekalan UPKM pada tingkat kota, dimaksudkan untuk memberikan pembekalan tentang keberlanjutan pelaksanaan program pada institusi pelaksana program/UPKM, sekaligus untuk mendapatkan masukan guna memperlancar pelaksanaan keberlanjutan program di lapangan. Kegiatan pembekalan dilaksanakan pada akhir waktu pelaksanaan program RSDK dan sebelum dilakukan kegiatan persiapan pengguliran kegiatan atau dana.

46

Persiapan pengguliran merupakan langkah awal mewujudkan komitmen, bahwa program RSDK akan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan manfaat yang dapat dirasakan oleh keluarga miskin lainnya secara bergulir. Kegiatan yang harus dilakukan oleh UPKM dalam persiapan pengguliran pada dasarnya adalah melaksanakan Musyawarah antara UPKM dengan pemangku kepentingan ditingkat Kelurahan untuk pembuatan daftar calon penerima kegiatan/dana selanjutnya. Dalam hal ini pemangku kepentingan tersebut adalah Lurah, LKMK, PKK Kelurahan, para ketua RW dan pengurus UPKM.

l. Lokakarya pertanggungjawaban UPKM

Kegiatan Lokakarya pertanggungjawaban UPKM pada tingkat kota, dimaksudkan untuk menerima laporan pertanggungjawaban hasil pelaksanaan kegiatan dari masing-masing UPKM kepada Dinas Sosial.

5. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan penjelasan spesifik mengenai alur pikir teoritik terhadap pemecahan masalah yang teliti, penjelasan tentang teori dasar yang digunakan untuk menggambarkan alur teori atau jalinan teori yang mengarang pada pemecahan masalah.

Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori,

Dokumen terkait