• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KARAKTER Peran Guru PAI Dalam Meningkatkan Karakter Siswa (Studi Kasus Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Hidayaturrahman Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KARAKTER Peran Guru PAI Dalam Meningkatkan Karakter Siswa (Studi Kasus Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Hidayaturrahman Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013)."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Oleh : Sulis Setyowati

G 000 090 175

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)

Peran pendidikan karakter merupakan istilah yang sudah mendapatkan pengakuan di masyarakat pada modernisasi ini. Dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang sangat penting. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya dan bermoral. Oleh karena, itu guru PAI mempunyai tugas sebagai pendidik, pembimbing, pengajar, informator, pemimpin, motivator, fasilitator, inspirator, inisiator, dan korektor dalam upaya peningkatan karakter siswa, agar karakter siswa dapat dibentuk mulai sejak dari dini menjadi individu yang baik dan berakhlak mulia.

Dari latar belakang tersebut maka penulis dapat merumuskan masalahnya yaitu bagaimana peran guru PAI dalam meningkatkan karakter siswa di SDIT Hidayaturrahman Sragen.

Manfaat penelitian ini yaitu menambah hazanah pengetahuan tentang pentingnya pendidikan karakter. Bagi guru, dapat menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan kualitas diri terutama dalam masalah akhlak sehingga selalu menjadi teladan bagi siswanya. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan pembinaan pada guru-gurunya terutama dalam masalah akhlak.Bagi penulis, dapat menjadi bahan evaluasi diri karena kelak akan menjadi guru agar senantiasa memperbaiki akhlak.

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru tahfidz, guru akidah akhlak, guru fikih, guru quran hadist. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik yang digunakan adalah menganalisis data yaitu dengan metode deskriptif kualitatif.

Hasil dari penelitian ini, dapat diperoleh kesimpulan bahwa guru PAI di SDIT Hidayaturrahman Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013 melakukan peran sebagai pendidik, pembimbing, pengajar, informator, pemimpin, motivator, fasilitator, inspirator, inisiator, dan korektor dalam meningkatkan karakter siswa.

(5)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia, pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya yang berorientasi memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati

(eskatologis) tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.

UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(6)

kecil hati tentang masa depan negara ini karena yakin bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia akan diwariskan kepada putra putri terbaik bangsa yang mempunyai kecerdasan sempurna secara intelektual, emosional, dan spiritual.

Tujuan pendidikan nasional Indonesia memandang jauh kedepan, di mana peradaban manusiatelah melampaui masa ultramodern

yang kemungkinan akan menghilangkan nilai-nilai tradisonal dan nilai-nilai spiritual. Hati akan kehilangan kepekaannya, karena setiap saat diperlihatkan dan disibukkan oleh hal-hal yang bersifat material.tujuan pendidikan nasional Indonesia akan membentengi anak-anak didik dari kemungkinan menghadapi keadaan yang seperti itu. Pendidikan yang akan dilalui tetap memberikan kesempatan pada hati untuk mendapatkan

“haknya” karena manusia dipandang sebagai manusia, bukan hanya jasad kasarnya saja tapi juga hatinya. Oleh Karen itu, wajar kalau hati juga perlu mendapatkan pendidikan. Hasil dari pendidikan hati itu tampak jelas tertuang pada tujuan pendidikan nasional Indonesia, yaitu menciptakan manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia (Aziz, 2012: 114-115).

(7)

Sudah terlalu lama dunia pendidikan hanya difokuskan untuk menggarap sisi intelektual peserta didik. Tujuannya untuk menyediakan tenaga kerja siap pakai sebanyak-banyaknya, walaupun volume pekerjaan berkembang tidak sebanding dengan pertambahan tenaga kerja. Akibatnya penumpukan tenaga kerja produktif. Bapak bangsa, Bung Karno, telah mewanti-wanti akan bahaya kehilangan karakter ini. Kalau sebuah Negara kehilangan karakter bangsanya, maka Negara itu hanya akan menjadi bulan-bulanan negara besar dalam pergaulan internasional (Aziz, 2012: 14)

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengampuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimbapangan hasil pendidikan yang terlihat dari

perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, misalnya korupsi, seks bebas dikalangan remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah menengah ke atas. Semuanya terasa lebih kuat ketika Negara ini dilanda krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang dialami (Kesuma, 2011: 4). Untuk melengkapi pendidikan karakter yang kuat itu, pendidikan karakter dilengkapi dengan pendidikan Islam. Dengan adanya pendidikan karakter yang menerapkan cara-cara Islam membawa pendidikan menjadi terarah.

(8)

mendorong setiap manusia untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan suara hatinya.

Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka proses menempuh pendidikan karakter harus dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh Karena itu diperlukan kepedulian oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga maupun sekolah. Kondisi ini akan terbangun jika semua pihak memiliki kesadaran bersama dalam membangun pendidikan karakter. Dalam kaitannya dengtan pendidikan, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di sekolah. Idelanya pembentukan pendidikan karakter harus diintregasikan ke dalam seluruh

aspek kehidupan (Hidayatullah, 2010: 2-3).

Perilaku yang bernilai moral tinggi adalah perilaku yang tidak merugikan, menyakiti, menyiksa, menggangu serta merebut hak-hak orang lain. Dalam hal ini tercermin dari perilaku Rasulullah sebagaimana digambarkan dalam QS.Al-Qur’an ayat 4 sebagai berikut:









Dan Sesungguhnya kamu

benar-benar berbudi pekerti yang agung.

(al-Qolam: 4)

(Shihab, 2002:380)

(9)

adalah kemampuan beliau menerima pujian dari Allah SWT dalam keadaan mantap dan tidak luluh karena tekanan pujian tersebut, tidak pula goncang kepribadian beliau yakni tidak menjadikan beliau angkuh. Beliau menerima pujian dengan penuh ketenangan dan keseimbangan.

Pada dasarnya pendidikan di sekolah itu merupakan bagian pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak (Hasbullah, 2001: 46)

Pendidikan yang paling utama adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua. Karena pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya merupakan pendidikan

yang pertama kali diterima oleh anak. Di antara amanat Allah yang indah namun juga berat adalah anak (As-Sahim, 2002: 5). Anak adalah mahkluk yang masih membawa kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani maupun rohani. Sehingga anak merupakan manusia yang masih mengalami perkembangan.

(10)

menyatakan kelemahan-kelemahan manusia adalah sebagai berikut yaitu QS.

An-Allah hendak memberikan

keringanan kepadamu, dan

manusia dijadikan bersifat

lemah. (QS. An-Nisa: 28).

(Shihab: 2002: 409-410)

Maksud dari ayat tersebut menurut M. Quraish Shihab, (2002: 409-410) adalah Allah yang Maha Mengetahui bahwa manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Oleh karana itu tidak ada ketetapan yang memberatkan manusia.

Manusia terdapat banyak kelemahan. Menurut Islam, anak dilahirkan dalam keadaan suci, bersih dan bebas dari segala dosa. Anak tersebut

(11)

disiplin. Mereka akan menganggap aneh ketika disuruh masuk kelas sebelum jam pelajaran, sementara mereka sering menyaksikan keterlambatan guru dan karyawan. Apabilah ingin menjadikan anak didik berkarakter yang kuat, maka sekolah atau lembaga itu sendiri harus menjadi lembaga berkarakter. Lembaga yang berkarakter yaitu suatu lembaga yang mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelas mampu mengaplikasikannya.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai yang yang membutukan keterampilan khusus untuk proses penanaman. Oleh karena itu, dibutuhkan kompetensi pendidikan untuk menentukan nilai dan cara yang tepat. Pemilihan cara yang tepat serta memperhatikan tingkat perkembangan anak secara menyeluruh akan mempermudah proses

penanaman nilai dalam diri anak (Nurul Zuriah, 2008: 102).

(12)

Dalam ilmu pendidikan Islam pun juga diberikan bimbingan atau tuntutan pendidik kepada anak didik agar tumbuh secara wajar dan berkepribadian muslim. Dengan demikian ilmu pengetahuan Islam ialah uraian secara sistematis dan ilmiah tentang bimbingan atau tuntutan pendidikan kepada anak didik dalam perkembangan agar tumbuh secara wajar berpribadi muslim, sebagai angota masarakat yang hidup selaras dan seimbang dalam memenuhi kebutuhan di dunia dan di akhirat (Nur Uhbiyati, 2005: 12).

Dari uraian di atas merupakan ungkapan kritis bagi dunia pendidikan. Perilaku-perilaku yang menyimpang saat ini telah merambat dan mewarnai pendidikan di Indonesia. Selain itu, pendidikan yang mengedepankan perilaku atau sering juga disebut pendidikan

karakter mulai melemah dan terabaikan. Pendidikan di Indonesia seharusnya dapat membentuk insan kamil yang cerdas dan kompetitif, dengan suatu misi untuk mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan cerdas dan kompetitif dengan adil, bermutu dan relevan untuk kebutuhan masyarakat global.

(13)

berperilaku dan berakhlak yang baik dalam kesehariannya. Peran guru PAI di sini sangatlah penting untuk meningkatkan karakter siswa di SDIT Hidayaturrrahman Sragen. Terutama dalam mengajarkan anak didik mempraktekkan bacaan shalat. Maka dari itu kepercayaan masyarakat begitu besar untuk memasukkan anak-anak mereka di SDIT Hidayaturrahman, hingga tahun ke empat, jumlah siswa dan siswi di SDIT Hidayaturrahman sudah mencapai 240 orang, dengan rata siswa per kelas mencapai 40 sampai 50 anak. Gedung yang sudah dibangun sampai saat ini terdiri dari 14 lokal, dengan rincian satu ruang kepala sekolah, dua ruang guru, satu laboratorium komputer dan sepuluh ruang kelas. Dari sisi pengajar dan pendidik, sampai saat ini sudah memiliki 19 orang dengan satu penjaga sekolah. Hal ini dikarenakan SDIT Hidayaturrahman Sragen

menerapkan sistem Full Day School dengan melaksanakan kurikulum dari Pendidikan Nasional (Diknas) dan kurikulum agama dari FKLPI (Forum Komunikasi Lembaga Pendidikan Islam).

Berpijak pada latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Karakter Siswa di SDIT Hidayaturrahman Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013.”

LANDASAN TEORI A. Peran Guru PAI

1. Pengertian Guru

(14)

dan pendidikan menengah. (Depdiknas, 2005 : 7). b. Guru agama adalah orang

yang mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab kepada Allah SWT. (Zuhairini, 2004: 54). 2. Guru PAI

Peran merupakan sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang paling utama (dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa) (Poerwadarminta, 1993: 735). peran guru, di antaranya: pendidik, pembimbing, pengajar, informator, pemimpin, motivator, fasilitator, inspirator, inisiator, korektor. 3. Persyaratan Guru PAI

Syarat merupakan yang harus ditepati sebelum melakukan suatu pekerjaan. Menurut beberapa pakar ada beberapa hal yang harus

dimiliki oleh guru agar ia dapat benar-benar dapat dikatakan berprofesi sebagai guru. Hal tersebut telah penulis simpulkan, di antaranya; takwa kepada Allah SWT, berilmu, berkelakuan baik, persyaratan psikis, persyaratan fisik, dan harus memiliki keahlian sebaagai guru.

4. Tugas Guru PAI

Menurut Zuhairini, tugas guru PAI antara lain adalah :

a. Mengajarkan ilmu pengatahuan agam Islam. b. Menanamkan keimanan

dalam jiwa anak.

c. Mendidik anak agar taat dalam menjalankan ibadah. d. Mendidik anak agar berrbudi pekerti yang mulia. (Zuhairini, 2004: 55).

5. Kompetensi Guru PAI

Kompetensi yang harus ada yaitu kompetensi Shidiq, Amanah, Fatonah, tabligh.

(15)

1. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan tata cara mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tingkah laku (Hamid dan Beni, 2013: 30).

Dalam tulisan bertajuk

Urgensi Pendidikan Karakter, prof. Suyanto, Ph.D menjelasakan bahwa “karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan yang ia buat” (Zubaedi , 2011: 11).

2. Pengertian Pendidikan Karakter

a. Menurut Agus Wibowo (2012: 36), pendidikan

karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, baik dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara.

b. Zainal Aqib (2011: 3), pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

(16)

penanaman nilai-nilai perilaku manusia yang berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan.

3. Tujuan Pendidikan Karakter Dapat dipahami bahwa

pendidikan karakter bertujuan:

a. Membentuk siswa berfikir rasional, dewasa, dan bertanggung jawab.

b. Mengembangkan sikap mental yang terpuji.

c. Membina kepekaan sosial anak didik .

d. Membangun mental optimis dalam menjalankan kehidupan yang penuh dengan tantangan

e. Membentuk kecerdasan emosional.

f. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, bertakwa, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil,

dan mandiri. (Hamdani, 2013: 37).

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) karena didasarkan pada data-data yang terkumpul dari lapangan secara langsung. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu data yang terkumpul dijelaskan dengan kata-kata atau kalimat, gambar dan bukan dengan angka (Moleong, 2004: 11).

(17)

fikih, guru quran hadist. 3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumbernya. Teknik wawancara yang penulis gunakan adalah teknik wawancara bebas terpimpin, yaitu yang dalam pelaksanaanya pewanwancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang ingin ditanyakan (Riduwan, 2010: 74).

Metode wawancara dalam penelitian ini dipakai penulis untuk mengambil data tentang peran guru PAI dalam meningkatkan karakter siswa di SDIT Hidayaturrahman Sragen. Wawancara dilakukan guru

PAI quran, hadist, fikih, akidah, akhlak, tahfidz di SDIT Hidayaturrahman Sragen.

b. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat ke lapangan, terhadap objek yang diteliti (Hasan, 1999: 17). Observasi atau pengamatan secara langsung dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang kegiatan pembelajaran di SDIT Hidayaturrahman Sragen, dan yang berupa gedung-gedung bangunan, ruang-ruang kelas, sarana prasarana, dan lingkungan sekolah.

(18)

(Arikunto, 2010: 274). Sumber dokumentasi dalam penelitian ini adalah semua data yang diperoleh dariSDIT Hidayaturrahman Sragen, mengenai letak geografis, sejarah berdirinya, stuktur organisasi sekolah dan sistem manajemen kepemimpinan. 4. Metode Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintensiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan mana penting, apa yang dapat dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2013: 248). Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yaitu dengan metode deskriptif kualitatif. Data yang sudah diperoleh selama penelitian bisa disusun dan langsung ditafsirkan untuk menyusun kesimpulan

penelitian. Cara yang dilakukan memalui kategorisasi data kualitatif berdasarkan masalah dan tujuan penelitian (Nana, Sudjana, 2007: 126).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, dipaparkan dan dianalisis pada halamam-halamam sebelumnya, maka dapat disimpulkan tentang peran guru PAI dalam meningkatkan karakter siswa di SDIT Hidayaturrahman Sragen tahun pelajaran 2012/2013 yaitu sebagai berikut:

1. Peran Guru PAI sebagai pendidik dalam meningkatkan karakter siswa yaitu harus memberikan contoh dalam hal sikap dan perilaku, membentuk kepribadian peserta didik, mengembangkan kepribadian anak didik serta membina budi pekerti.

(19)

bimbingan dan pengawasan kepada peserta didik, menemukan permasalahannya serta memberikan jalan keluar terhadap masalahnya. Guru juga harus dapat mengatasi kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, dan kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungannya.

3. Peran Guru PAI sebagai pengajar dalam meningkatkan karakter siswa yaitu harus menyampaikan ilmu pengetahuan, melatih ketrampilan, memberikan panduan atau petunjuk serta berpanduan antara memberikan pengetahuan bimbingan dan ketrampilan.

4. Peran Guru PAI sebagai informator dalam meningkatkan karakter siswa yaitu guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata

pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasa dari guru adalah kunci selain penguasaan bahan yang akan diberikan kepada anak didik.

5. Peran Guru PAI sebagai pemimpin dalam meningkatkan karakter siswa yaitu harus mempunyai kesanggupan menyelenggarakan

(20)

6. Peran Guru PAI sebagai motivator dalam meningkatkan karakter siswa yaitu guru meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan, menumbuhkan swadaya, dan daya cipta siswa, sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

7. Peran Guru PAI sebagai fasilitator dalam meningkatkan karakter siswa yaitu guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. 8. Peran Guru PAI sebagai

inspirator dalam meningkatkan

karakter siswa yaitu guru harus dapat memberikan inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru.

9. Peran Guru PAI sebagai inisiator dalam meningkatkan karakter siswa yaitu guru sebagai pencetus ide-ide dalam belajar. Sudah tentu ide-ide guru tersebut merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

(21)

menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Hamka Abdul. 2012. Karakter Guru Profesional. Jakarta: Al-Mawardi Prima. Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar

Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif. Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan

dalam Perspektif Islam. Bandung; Rosdakarya.

Bambang Q-anees dan Adang Hambali. 2009. Pendidikan Karakter Berbasis

Al-Qur’an. Bandung; Sembiosa.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Edisi III. Cetakan kelima). Jakarta ; Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam

Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta

Koesoema, Doni A . 2007. Pendidikan Karakter; Strategi

Pandidikan Anak di Zaman

Global. PT grasindo Jakarta.

Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamid, Hamdani dan Beni Ahmad Soebadi. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.

Bandung: CV Pustaka Setia.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hasan, Iqbal. 1999. Pokok-pokok Statistik1:statistic

deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara.

Heri, Gunawan. 2012. Pendidik Krakter Konsep dan

(22)

Hidayatullah, M. Furqon. 2010.

Membangun Insan

Berkarakter Kuat dan

Cerdas. Surakarta: PT Yuma Pustaka

Asmani, Jamal Ma’mur. 2012.

Panduan Internalisasi

Pendidikan Karakter di

Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Kesuma, Dharma, dkk. 2011.

Pendidikan Karakter:

Kajian Teori dan Praktek

di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miles, Mathewai B dan Haberman Micael. 1992. Analisis data kualitatif. Yogyakarta ; Maja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi

revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru,

Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Saifudin, Azwar. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta; pustaka pelajar.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek (Edisi

Revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono, Dr. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sudjana, nana. 2007. Penelitian dan Penilaian Kuantitatif dan

(23)

Syaiful, Sagala. 2000. Kemampuan Profesional Guru dan

Tenaga Kependidikan. Bandung: CV Alfabeta.

Tatang. 1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.

Yunahar IIyas. 2002. Kuliah Akhlah. Yogyakarta: Lembaga pengkajian dan pengelaman islam LPPI.

Zainal, Aqib. 2011. Panduan dan Apliksi Pendidikan

Karakter. Bandung: Yrama Widya.

Zakiah, Daradjat. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan

Aplikasinya dalam

Lembaga Pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Titik I1 menunjukkan bahwa pengeluaran investasi dipengaruhi tingkat suku bunga , tanpa dipengaruhi oleh ekspektasi investor terhadap keuntungan dimasa yang akan datang.

dapat memberikan wawasan keilmuan, dalam kajian ilmu komunikasi, dengan menggunakan media video game sebagai alat penyampai pesan, yang dapat berpengaruh pada masyarakat..

[r]

Pada proses developent front wheel alignment sesuai spesifikasi drifting penulis akan menggunakan camber negatif pada roda depan dikarenakan camber negatif berfungsi

SYT SUYITNO, DR TECHN DAH DWI ARIES HIMAWANTO, DR DDS DIDIK DJOKO S, MT DDD DOMINICUS DANARDONO DPT, PhD ATW AGUNG TRI W, PhD MKU DOSEN MKU. TI TRI

Pasar murah Ramadhan 1438 hijriah dan Bhakti Kesehatan yang digelar Polda Lampung ini merupakan wujud kedekatan Polda Lampung dengan masyarakat. Kegiatan ini juga dalam menyambut

Programa de Saúde e Segurança Ocupacional: seu objetivo prin- cipal é melhorar as condições de trabalho, identificando as ativi- dades de risco da propriedade, quem as executa e

Ditinjau dari strukturnya, mahadata dapat dibagi ke dalam empat kategori (i) unstructured , data yang tidak punya struktur koheren dan dapat berupa teks, audio,