135
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan menggunakan metode Analisis
Wacana Kritis model Fairclough, diperoleh kesimpulan bahwa teks, baik dalam
bentuk bahasa lisan maupun visual, dalam film The Hunger Games mengindikasikan adanya wacana kapitalisme. Dengan menggunakan teori
Kapitalisme Marxist dan didukung teori Kekuasaan dan Ilmu pengetahuan oleh
Michel Foucault, Wacana kapitalisme dalam film ini disampikan dengan
menampilkan kuasa Capitol yang kuat terhadap penduduk distrik.
Capitol juga menggunakan media untuk melanggengkan kekuasaannya,
sehingga melalui media, gagasan-gagasan Capitol yang disampaikan melalui teks
dapat dengan mudah diterima pesannya oleh penduduk distrik.
Fokus pada konsep Kapitalisme Marxist, Wacana Kapitalisme disampaikan
dengan menampilkan :
1. Keadaan kontras antara golongan atas dan golongan bawah
2. Ketidakberdayaan sekelompok orang (tributes) sebagai sebuah hiburan
yang dinikmati oleh kelompok lainnya (Capitol) melalui ajang
kompetisi reality show
3. Keadaan yang menyenangkan di Capitol untuk mengalihkan kesadaran
para tributes akan keadaan yang sebenarnya.
4. Pemerintah Capitol yang mengharuskan penduduk distrik, terkhusus
tributes untuk membayar pemberontakan terhadap Capitol dengan cara tunduk pada kekuasaan Capitol. Hal ini juga digunakan untuk
memisahkan tributes dengan diri mereka sendiri.
Konsep Kuasa dan Ilmu Pengetahuan, penulis gunakan sebagai konsep
pendukung yang menguatkan bahwa Kuasa Capitol ditampilkan dalam film ini
bekerja dengan halus untuk menghegemoni penduduk distrik serta menganggapnya
136
5.2 Saran
1.
Penelitian Selanjutnya
Dalam penelitian terhadap film The Hunger Games, penulis fokus untuk
meneliti Wacana Kapitalisme yang terdapat dalam film tersebut. Untuk
memperkaya suatu bahan kajian, penulis melihat ada beberapa tema lain yang
bisa diangkat dari film ini menjadi sebuah penelitian, seperti tema Kekerasan
yang bisa menggunakan metode Analisis Wacana ataupun Analisis Isi. Selain
itu juga bisa dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap khalayak.
2.
Khalayak
Kapitalisme merupakan bagian dari era globalisasi yang telah merasuk
dalam setiap kehidupan manusia, perlahan menjadi kebiasaan dan lifestyle. Bahkan kemajuan zaman seolah-olah liner dengan banyaknya kaum pemilik
modal. Sebagai penonton atau khalayak tak ada gunanya anti atau menutup diri
terhadap kapitalisme karena gerakan anti-mainstream justru kadang menciptakan mainstream baru yang belum pasti membuat seseorang diuntungkan. Yang harus dilakukan khalayak adalah berperan aktif terhadap
terpaan era globalisasi, jangan hanya menjadi masyarakat pasif, berpikiran
terbuka terhadap segala perkembangan dunia tapi juga memfilternya sehingga
yang baik dan bermanfaat bisa diterapkan dalam kehidupan, serta bijak dalam
menggunakan teknologi.
3.
Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan pribadi
yang baik untuk generasi penerus. Diluar dari institusi pendidikan yang telah
dimasuki oleh para kapitalis, para pengajar sebaiknya tidak hanya memberikan
pengajaran di bidang akademik, tapi juga untuk asupan moral yang seimbang.
Sehingga kedepannya, mereka mampu berkarya tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya saja tapi juga sebagai pengabdian kepada masyarakat,
137
4.
Media
Mempertahankan idealisme media di zaman persaingan seperti sekarang
ini merupakan tantangan yang tidak mudah. Walaupun begitu media sebaiknya
tidak hanya mementingkan keuntungan, tapi juga menciptakan program yang
berkualitas, bermanfaat, mendidik dan menghibur bagi masyarakat, khususnya
anak-anak. Hal ini harus dibarengi dengan kesadaran dari pemilik modal