PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR DENGAN MEDIA
GAMBAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Eka Yusniyawati
091134038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Persembahan
Dengan tulus ikhlas karya ini saya persembahkan kepada:
1. Allah SWT yanng selalu memberikan rahmad, hidayah, kesehatan, serta petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan sebaik mungkin sesuai kemampuan yang Engkau berikan.
2. Kedua orangtuaku yang selalu medoakan, memberikan motivasi, semangat, dan perhatian.
Motto
1. (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankanNya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala
bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut. Dan tidaklah Allah menjadikannya melainkan sebagai kabar gembira agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabikajsana (QS: AL-ANFAL. 9&10).
2. Ketekutan dan kesabaranlah yang dapat menyelesaikan semua hal serta semua kegiatan di awali dengan Doa, karena dengan doa ALLAH akan selalu memberikan yang terbaik untuk kita.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi, sebagimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 7 Juni 2013 Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEGIATAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Eka Yusniyawati
NIM : 091134038
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir Dengan Media Gambar”
Beserta perangkat yang diperlukan. Demikian saya memberitahukan kepada
perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan in saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 7 Juni 2013 Yang menyatakan
ABSTRAK
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS IV SDK MINGGIR DENGAN MEDIA
GAMBAR
Eka Yusniyawati Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk 1) mengetahui peningkatan minat belajar IPS dengan media gambar pada siswa kelas IV SD Kanisius Minggir dan 2) untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPS dengan media gambar pada siswa kelas IV SD Kanisius Minggir.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan dalam waktu 3 x 40 menit. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Kanisius Minggir dengan jumlah 19 siswa, yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar IPS dengan media gambar. Peneliti mengumpulkan data dengan mengedarkan lembar kuesioner minat siswa dan mengetes siswa dalam bentuk soal objektif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan media gambar, minat, dan prestasi siswa dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Kanisius Minggir meningkat. Pada kondisi awal jumlah persentase minat belajar siswa sebesar 42, 10% setelah dilakukan tindakan siklus I minat siswa meningkat menjadi 94, 74%. Kondisi awal prestasi belajar dengan jumlah persentase siswa yang mencapai nilai KKM (65) sebesar 47, 37% setelah dilakukan tindakan siklus I prestasi belajar siswa yang mencapai nilai KKM (65) adalah 89, 47%.
ABSTRACT
IMPLEMENTING “MEDIA OF PICTURE” TO INCREAS STUDENT’S LEARNING INTEREST AND TO IMPROVE STUDENTS’S LEARNING
ACHIEVEMENT IN SOCIAL SCIENCES FOR GRADE IV STUDENT OF
CANISIUS MINGGIR ELEMENTARY SCHOOL
Eka Yusniyawati Sanata Dharma Unversity
2013
The following research of class action aims to 1) know the improvement in the interest of studying social sciences through images media on the fourth grade pupils of Kanisius Minggir elementary school and 2) to find out the improvement
on the pupils’ achievement in studying social sciences through images media.
The research is a class action research which was conducted in one cycle with a 2 time appointment. Every appointment was carried out in a time of 30 x 40 minute. As for the subject of the research was the fourth grade pupils of Kanisius Minggir Elementary School of 19 pupils, comprised of 10 female pupils and 9 male pupils. The object of the research was the interest and achivement improvement in studying social sciences through images media. The researcher
collected the data through circulating questionaire leaflets of pupils’ interest and
examined the pupils through objective questions.
The out come of the research signified that images media could improve the interest and achievement of the fourth grade students of Kanisius Minggir Elementary School in studying social sciences. In the earlier condition, the
percentage of the students’ interest was 42.10%, but after conducting the cycle 1
action, their interest boosted to 94.74%. The earlier condition of learning achievement with the percentage of the students achieving the KKM score (65) was 47.37%. However, after the cycle 1 action of learning achievement, the students could reach the KKM score (65) of 89.47%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmad,
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD
Kanisius Minggir Dengan Media Gambar” dengan lancar.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi
ini tidak lepas dari kerjasam dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan
2. G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi S-1
PGSD Universitas Sanata Dharma.
3. E. Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. selaku wakil Program Studi S-1
PGSD Universitas Sanata Dharma.
4. E. Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. selaku Dosen Pembimbing I yang
telah membimbing penulis dengan baik dan selalu memberikan motivasi
dalam menyelesaikan skripsi
5. Eny Winarti, Ph. D. Selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing
penulis dengan baik dalam menyelesaikan skripsi.
6. Semua pihak dosen dan karyawan PGSD yang tidak dapat disebutkan satu
per satu
7. Semua pegawai karyawan perpustakaan USD yang telah memberikan
layanan kepada penulis dalam mendapatkan referensi.
8. Ch. Kusumastuti S, Pd. SD. Selaku kepala sekolah SDK Minggir yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
9. Mg. Parinem selaku guru kelas IV SDK Minggir yang bersedia
bekerjasama dan membantu melaksanakan penullis dalam melakukan
penelitian.
10.Bapak dan ibu guru SDK Minggir yang telah membantu proses penelitian
11.Semua siswa kelas IV SDK Minggir tahun ajaran 2012/2013 yang telah
membantu penulis dalam melakukan penelitian
12.Sahabatku Laura, Dian, dan teman-teman payung yang telah memberikan
semangat dan motivasi dan dukungan dalam melaksanakan penelitian.
13.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran agar penulis dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 7 Juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 9
1.3 Rumusan Masalah ... 9
1.4 Tujuan Penelitian ... 10
1.5 Manfaat Penelitian ... 10
1.6 Definisi Operasional ... 11
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori ... 12
2.1.1 Minat ... 12
2.1.2 Prestasi Belajar ... 17
2.1.3 Pengertian Media Gambar ... 38
2.1.3 Hakikat Pendidikan IPS ... 45
2.3 Hipotesis Tindakan ... 58
3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 64
3.4 Instrumen Penelitian ... 66
3.4.1 Angket ... 67
3.4.2 Wawancara ... 68
3.4.3 Soal Tes ... 70
3.5 Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian ... 74
3.5.1 Validitas ... 74
3.7.1 Kriteria Keberhasilan ... 83
3.7.2 Cara Menghitung Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar ... 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 89
4.2 Pembahasan ... 101
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN 5.1 Kesimpulan ... 112
5.2 Saran ... 113
5.3 Keterbatasan ... 114
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Peubah Dan Intrumen Penelitian... 67
Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner ... 67
Tabel 3 Kuesioner/Angket Minat ... 68
Tabel 4 Paduan Wawancara Kepada Guru ... 69
Tabel 5 Paduan Wawancara Kepada Siswa ... 70
Tabel 6 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Seblum Validasi ... 71
Tabel 7 Kisi-Kisi Soal Evaluasi... 71
Tabel 8 Kriteria Taraf Kesukaran Suatu item... 72
Tabel 9 Kriteria Taraf Kesukaran Soal Evaluasi ... 73
Tabel 10 Rubrik Penilaian Afektif ... 74
Tabel 11 Rubrik Penilaian Psikomotorik ... 74
Tabel 12 Skor penilaian Silabus ... 76
Tabel 13 Hasil Skor Penilaian RPP ... 77
Tabel 14 Kisi-Kisi Soal Untuk Evaluasi ... 78
Tabel 15 Kualifikasi Koefisien Korelasi ... 80
Tabel 16 Bukti Reliabilitas Soal ... 80
Tabel 17 Bukti Reliabilitas Kuesioner Minat ... 80
Tabel 18 Kriteria Keberhasilan Minat Belajar Siswa ... 84
Tabel 19 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 84
Tabel 20 Skor Minat Siswa Pertemuan 1 Dan 2 ... 85
Tabel 21 Rumus Mengitung Minat ... 86
Tabel 22 Kriteria Penilaian Minat ... 86
Tabel 23 Persentase Minat Siswa ... 87
Tabel 24 Nilai rata-rata Seluruh Siswa ... 88
Tabel 25 Hasil Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 94
Tabel 26 Hasil Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 95
Tabel 27 Prestasi Belajar Siswa ... 96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Literatur Map Penelitian Terhadulu ... 57
Gambar 2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis Dan Taggrat 61
Gambar 3 Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 95
Gambar 4 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 97
Gambar 5 Hasil Diskusi Kelompok Bedug ... 106
Gambar 6 Hasil Diskusi Siswa ... 107
Gambar 7 Surat Hasil Yang Dibuat Dari Pelepah Daun Pisang ... 107
Gambar 8 Hasil Diskusi Kelompok Lontar ... 108
Gambar 9 Hasil Diskusi Kelompok Lontar ... 108
Gambar 10 Surat Hasil Yang Dibuat Kelompok Bedug ... 109
Gambar 11 Hasil Kerja Kelompok Radio ... 109
Gambar 12 Hasil Kerja Kelompok Radio ... 110
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1SURAT IZIN PENELITIAN ... 118
LAMPIRAN 2 PERANGKAT PEMBELAJARAN SEBELUM VALIDASI . 121
LAMPIRAN 3 PERANGKAT PEMBELAJARAN SETELAH VALIDASI . 136 LAMPIRAN 4 VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 173
LAMPIRAN 5 KUESIONER MINAT ... 183
LAMPIRAN 6 SOAL VALIDASI DAN EVALUASI ... 198
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
(dalam Arifin 2012:40).
Menurut Mayhood (dalam Supardi, 2011: 182) Pendidikan IPS
adalah “The Sosial Studies are comprissed of those aspects of history,
geography, and pilosophy which in practice are selected for instructional
purposes in school and collegs.” Menurut National Council for the Sosial
Studies (NCCS) memberikan definisi yang lebih tegas, seperti yang dikutip
Rismiati (dalam Supardi, 2011: 182), IPS sebagai “the study of political,
econimic, culturals, and environment aspects of societies in the past, present
an future”. Berdasarkan pengertian tersebut sangat jelas bahwa pendidikan IPS menekankan peserta didik pada keterampilan dalam memecahkan
masalah mulai dari ruang lingkup diri sampai pada masalah yang kompleks.
Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS dalam dokumen
kurikulum merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mata pelajaran wajib sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39. Karakteristik IPS di SD
adalah dengan mempelajarinya kehidupan sehari-hari yang langsung dapat
diamati dan dipahami siswa dan dalam pengorganisasian materi yang
dilakukan adalah mulai dari lingkungan yang terdekat terlebih dahulu
sampai pada lingkungan yang jauh yaitu mulai dari lingkungan keluarga,
sekolah, tetangga, masyarakat sekitar, kabupaten, propinsi, Indonesia dan
dunia. Fungsi mata pelajaran IPS di sekolah dasar adalah untuk
mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta wawasan
tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa
lampau dan di masa kini (Krizi, 2011).
Berdasarkan karakteristik dan fungsi IPS di SD maka dapat
disimpulkan tujuan IPS SD adalah siswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam
kehidupan sehari-hari. IPS mampu mengembangkan pemahaman tentang
perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini dan
memiliki rasa kebanggaan menjadi warga Indonesia serta mempunyai rasa
cinta tanah air (Krizi, 2011).
Menurut Jaromalik & Parker (dalam Sapriya, 2009: 179) tujuan IPS
adalah siswa mampu mencapai mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Jaromalik &
Parker juga memberikan masukan dan pertimbangan bagi guru dalam
memilih aktivitas pembelajaran di kelas, antara lain kegiatan pembelajaran
mengungkapkan, memperkaya, memperluas wawasan, dan arti konsep
penting; 3) menuntut siswa berpikir kristis dan merencanakan sesuatu secara
seksama; 4) sesuai dengan kemampuan siswa; 5) waktu dan tenaga yang
dihabiskan diimbangi oleh hasil belajar yang diperoleh; dan 6) bahan-bahan
yang diperlukan tersedia.
Menurut Jaromalik & Paker (dalam Sapriya, 2009: 180) hasil
aktivitas pembelajaran dapat diperoleh dengan beberapa langkah yang
hendak dilakukan bersama antara guru dan siswa, yaitu 1) membahas tujuan
kegiatan dan alasannya; 2) merancanakan metode atau langkah-langkah
kegiatannya; 3) merencanakan cara kerja dan tata tertib kegiatan belajar; dan
4) menyediakan waktu yang cukup untuk membuat rencana pembelajaran,
tugas yang akan dilakukan siswa, dan model penilaian.
Berdasarkan kriteria dan usaha untuk memperoleh proses
pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Jaromalik & Paker di atas
maka sebaiknya guru dan siswa setidaknya melakukan usaha tersebut dalam
proses belajar mengajar. Di SD Kanisius Minggir pada saat peneliti
melakukan wawancara kepada guru kelas IV, langkah-langkah pembelajaran
yang diungkapkan oleh Jaromalik & Paker belum sepenuhnya dilakukan
oleh guru. Peneliti kemudian mengajukan pertanyaan selanjutnya mengenai
mata pelajaran yang dianggap paling sulit oleh siswa, menurut guru kelas IV
mata pelajaran yang paling sulit adalah mata pelajaran IPS dengan alasan
media pembelajaran yang digunakan tidak ada dan faktor ekonomi baik dari
guru maupun dari siswa. Media pembelajaran yang dianggap tidak ada oleh
pelajaran IPS, selain itu siswa masih kurang mengapersepsikan IPS dengan
baik. Media pembelajaran yang dianggap oleh guru tidak ada tersebut,
menjadi penarik perhatian peneliti untuk lebih menggali dan mencari
informasi mengenai media pembelajaran yang ada di lingkungan SD
Kanisius Minggir.
Pada saat peneliti melakukan observasi di kelas IV SD Kanisius
Minggir, peneliti melihat adanya lingkungan yang strategis karena sekolah
dekat dengan jalan raya, sungai, pasar, dan sebagainya. Di lingkungan
sekolah sendiri peneliti juga melihat adanya laptop, viewer, alat peraga, dan
gambar-gambar yang berkaitan dengan pembelajaran. Fasilitas laptop yang
ada belum pernah digunakan dan masih tersimpan di almari kantor guru
sehingga menjadi rusak.
Media yang ditemukan peneliti di sekolah belum digunakan oleh
guru saat belajar mengajar, hal tersebut dilihat oleh peneliti ketika
melakukan observasi di kelas IV. Media yang belum digunakan dalam
proses pembelajaran menjadi kurang meyenangkan dan prestasi belajar
siswa pun kurang baik dengan ditunjukan oleh hasil dokumentasi nilai
ulangan tengah semester siswa, dari 19 siswa yang mendapatkan nilai
melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 47, 37%, sedangkan
yang tidak mencapai KKM 52, 63% dengan standar nilai KKM 65 pada
tahun ajaran 2012/2013. Pada tahun ajaran 2011/2012 siswa yang
mendapatkan nilai di atas KKM sejumlah 43,33% dari 30 siswa, sedangkan
yang 56,67% belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 66.
dari 31 siswa, sedangkan yang 58, 06% belum mencapai nilai KKM, nilai
yang telah ditentukan pada tahun ini nilai KKM yang ditentukan, yaitu 60.
Peneliti melakukan observasi terhadap siswa kelas IV yang
berjumlah 19, yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki.
Observasi pertama dilakukan pada tanggal 24 September 2012 di kelas IV
SD K Minggir pada pukul 07.00-09.00 WIB, yang jumlah siswanya 19
siswa. Pada saat itu siswa kelihatan aktif dapat dilihat saat guru mengajukan
pertanyaan semua siswa menjawab tanpa angkat tangan atau mengacungkan
jari. Obervasi kedua dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2012 kondisi kelas
terlihat masih sama dengan observasi yang terdahulu. Pada obeservasi
kedua ini siswa belajar tanpa menggunakan media pembelajaran, padahal
ada media yang dapat digunakan pada materi yang dipelajarinya. Siswa
kurang antusias mengikuti pelajaran, karena peneliti melihat ada beberapa
siswa yang mengeluh “Bu materinya banyak banget’e, aku ra iso bu nek kon
ngapalke okeh, aku ora seneng IPS bu.” (bu materinya banyak banget, aku
tidak bisa kalau disuruh mengahafalkan banyak, aku tidak suka IPS bu).
Ada juga siswa yang lain mengeluh seperti ini “ bu IPS kok nggak pernah
hafal to aku?”. “ Bu malas aku, kalau menghafalkan terus-terusan”. Dari beberapa keluhan siswa, siswa yang lain ketika guru bertanya dan diajak
berdiskusi cenderung diam.
Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 29 Januari 2013, siswa
kelihatan kurang senang dalam mengikuti pelajaran karena banyak materi
yang harus dihafalkan pada saat itu juga, selain jka guru mengajukan
dari 19 siswa. Guru sering mengajukan pertanyaan untuk semua siswa
namun, yang menjawab hanyalah 4 siswa yang sama dari awal sampai akhir
pembelajaran. Pada saat pembelajaran siswa terlihat sangat memperhatikan
penjelasan dari guru yang menggunakan meted ceramah, namun ketika
ditanya satu persatu oleh guru tidak bisa menjawab dan jika menjawab,
jawaban siswa tersebut belum tepat. Guru juga melakukan diskusi dalam
proses pembelajarannya dengan posisi tempat duduk yang sejajar dan siswa
tidak berpindah-pindah tempat duduknya. Pada saat diskusi siswa yang
terlibat dalam pembelajaran tersebut masih kurang, karena dalam kelompok
yang berani mengemukakan pendapat adalah siswa yang pintar. Siswa pada
saat diskusi kelompok perhatiannya juga masih kurang fokus terhadap
proses pembelajaran, karena ketika guru menjelaskan siswa kelihatan
memperhatikan, tetapi ketika ditanya tidak bisa menjawab dan melamun,
selain itu ada siswa yang mainan alat tulis, dan ada juga siswa yang
mengganggu temannya saat guru memberikan penjelasan.
Pada tanggal 5 Januari 2013 peneliti melakukan observasi kembali
di kelas IV SD Kanisius Minggir, saat pelajaran IPS berlangsung kondisi
siswa sangat tenang dan siswa cenderung menundukkan kepala. Guru
kemudian masuk ke materi pembelajaran, pada saat guru menjelaskan siswa
belum siap untuk belajar, hal ini terlihat dari kegiatan siswa yang belum
menyiapkan buku-buku dan alat tulis belum dikeluarkan dari tasnya. Guru
kelas berulang-ulang mengatakan “ayo buku pakete gek ditokke” (ayo
iki ki?”(ayo segera dikeluarkan, mau pelajaran tidak sekarang ini?). Saat itu
siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPS.
Berdasarkan paparan observasi di atas peneliti menyimpulkan
adanya kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas IV SD
Kanisius Minggir mengalami perhatian dalam pembelajaran siswa masih
kurang, kemampuan siswa untuk mengembangkan diri belum nampak,
keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih sedikit, dan siswa mengikuti
pembelajaran masih kurang antusias. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan
bahwa minat belajar siswa di SD Kanisius Minggir masih rendah, untuk
mengetahui kemampuan minat belajar siswa maka, peneliti memberikan
angket untuk mengetahui minat belajar siswa. Hasil angket minat yang telah
diberikan peneliti kepada siswa, minat siswa SD Kanisius Minggir
menunjukkan sebesar 42, 10% atau 8 siswa.
Berdasarkan observasi dan angket tersebut peneliti dapat
menyimpulkan bahwa siswa kelas IV SD Kanisius Minggir mengalami
masalah dalam proses pembelajaran. Guru mengajarkan materi dengan
ceramah di depan kelas tanpa menggunakan media, selesai menjelaskan
guru meminta siswa menghafal materi yang baru saja dijelaskan. Jika belum
hafal maka siswa disuruh berdiri di depan kelas dan diberi pertanyaan dari
teman-temannya yang sudah hafal.
Berdasarkan masalah yang ditemukan peneliti, maka peneliti
menawarkan media pembelajaran, sebagai solusi atas permasalahan
pembelajaran di kelas IV SD Kanisius Minggir tersebut. Media
visual, dan media berbasis komputer (Arsyad, 2009: 105). Media visual
terdiri beberapa bentuk, yaitu foto, gambar, sketsa, grafik, bagan, dan chart
(Arsyad, 2009:105). Dari bentuk-bentuk media visual tersebut peneliti
menggunakan media gambar sebagai cara menanggulangi masalah tersebut.
Peneliti memilih media gambar dengan alasan bahwa, media gambar adalah
media pembelajaran yang sering digunakan oleh masyarakat umum untuk
dilihat dan dimaknai. Media ini merupakan bahasa umum, dapat dimengerti,
dan dinikmati oleh semua orang di mana-mana. Media gambar mempunyai
fungsi untuk menyampaikan pesan melalui gambar yang berkaitan dengan
indera pengelihatan. Penelitian yang terdahulu oleh Hartanto (2011)
penelitian mengusulkan bahwa media gambar dapat meningkatkan pretasi
belajar. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumadewi
(2011) menunjukkan bahwa media gambar dapat meningkatkan minat dan
pretasi belajar siswa.
Peneliti mengangkat masalah minat dan prestasi belajar siswa yang
rendah dalam mata pelajaran IPS. Peneliti akan menggunakan media
gambar untuk menyelesaiakn masalah tersebut, sehingga peneliti
mengangkat judul “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Peningkatan Minat
dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir dengan
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang kendala pembelajaran IPS dibatasi pada
komptensi dasar 2.3 mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya,
khususnya pada materi perkembangan alat komunikasi serta pengalaman
menggunakannya.
1.3 Rumusan masalah
1.3.1 Bagaimana media gambar digunakan untuk meningkatkan minat belajar
IPS siswa kelas IV SD Kanisius Minggir tahun ajaran 2012/2013?
1.3.2 Bagaimana media gambar digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Minggir
tahun ajaran 2012/2013 dengan media gambar.
1.4.2 Meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Minggir
tahun ajaran 2012/2013 dengan media gambar.
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Bagi siswa
Siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang hati, aktif, dan mudah
memahami materi pelajaran.
1.5.2 Bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk proses belajar
mengajar di kelas sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa yang
maksimal dan siswa mengusai materi pelajaran IPS dengan media yang
digunakan peneliti.
1.5.3 Bagi peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru untuk
meningkatkan prestasi belajar dan memotivasi diri. Peneliti dapat belajar
dari hasil penelitiannya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta
dapat memberikan kesabaran dan ketelitian dalam melakukan suatu
kegiatan.
1.5.4 Bagi sekolah
Meningkatkan kualitas sekolah dalam proses pembelajaran dengan
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Media
Media adalah perantara belajar yang digunakan oleh guru untuk
mempermudah penyampaikan materi kepada siswa agar mudah dipahami
dan dimengerti.
1.6.2 Media gambar
Media gambar adalah media yang berupa gambar-gambar yang mudah
dilihat oleh siswa dan sering digunakan.
1.6.3 Minat
Minat adalah rasa keingintahuan seseorang untuk mengerti dan memahami
suatu kegiatan.
1.6.4 Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah perolehan skor dari hasil belajar setelah
mendapatkan materi pelajaran yang disampaikan dengan soal-soal oleh
BAB II LANDASAN TEORI
Di dalam bab ini, diuraikan landasan teori yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang teori terdiri dari
empat bagian, yaitu kajian teori, penelitian-penelitian terdahulu, kerangka
berpikir, dan hipotesis tindakan.
2.1Kajian Teori
2.1.1 Minat
2.1.1.1Pengertian minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri (Slameto, 2010: 180). Minat bukan bawaan sejak lahir, minat dapat
diperoleh dikemudian hari. Minat terhadap sesuatu yang baru dan
mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan
minat-minat yang lain. Secara sederhana, minat-minat (interest) berati kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Minat (interest), yaitu keadaan yang mendasari motivasi individu,
keinginan yang berkelanjutan, dan orientasi psikologi (Munthe, 2010:29).
Menurut Reber (dalam Muhibbin, 2008: 151) minat tidak termasuk istilah
populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada
faktor-faktor internal, misalnya pemusatan perhatian, keingintahuan,
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, ada seorang siswa yang menaruh minat
pada mata pelajaran matematika, maka perhatian siswa tersebut akan
terpusat lebih banyak daripada siswa yang lainnya, karena pemusatan
perhatian yang intensif terhadap mata pelajaran matematika itulah yang
memungkinkan siswa tersebut giat belajar dan mampu mencapai prestasi
yang diinginkan. Guru berkaitan dengan ini berusaha membangkitkan
minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang yang terkandung dalam
bidang studinya dengan cara kiat yang membangun sikap positif
(Muhibbin, 2008: 151). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu
yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara
terus-menerus yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.1.2Indikator Minat
Indikator minat belajar siswa berdasarkan pengertian dan penjabaran
dari buku (Slameto, 2010) antara lain adalah adanya perhatian siswa,
adanya ketertarikan, dan adanya rasa senang. Indikator adanya perhatian
dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian terhadap bahan pelajaran,
memahami materi pelajaran dan menyelesaikan soal-soal pelajaran.
Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap bahan pelajaran dan
untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa senang meliputi rasa
kemampuan menyelesaikan soal-soal (Slameto, 2010: 180). Menurut
Purnomo (2012) indikator minat dapat dilihat dari 4 aspek, yaitu: 1)
ekpresi perasaan senang; 2) perhatian dalam belajar; 3) ketertarikan pada
materi dan guru; 4) keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan
indikator para ahli di atas, maka dapat disimpulkan indikator minat adalah
1) perhatian dalam belajar; 2) kemauan untuk mengembangkan diri; 3)
keterlibatan siswa dalam pembelajaran; dan 4) perasaan senang.
2.1.1.3Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat anak
menurut Frymeir (dalam Rahim, 2007) adalah pengalaman sebelumnya,
siswa yang belum pernah mendapatkan pengalaman maka tidak akan
mengembangkan minatnya terhadap sesuatu karena belum pernah
mengalaminya, pengalaman dapat mempengaruhi perkembangan minat
siswa karena dari pengalaman yang sudah ada pada diri siswa maka akan
menjadi pengaruh perkembangan siswa. Konsep tentang diri, yang
dimaksud dengan konsep tentang diri ini ialah siswa akan menolak
informasi yang dirasa mengancam dirinya, sebaliknya siswa akan
menerima jika informasi yang didapat itu dipandang berguna dan
membantu meningkatkan dirinya. Nilai-nilai, maksud dari nilai-nilai
adalah jika sebuah mata pelajaran disajikan oleh orang yang berwibawa
dan menarik perhatian siswa maka akan menimbulkan minat belajar siswa.
Mata pelajaran yang bermakna, mata pelajaran yang bermakna
minat mereka, contohnya mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi
dongeng, dongeng digemari anak maka anak ketika pelajaran dongeng
pasti akan selalu memperhatikan dibandingkan dengan mata pelajaran
matematika yang selalu dianggap sulit. Tingkat keterlibatan tekanan, jika
siswa merasa dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang
tekanan, minat baca mereka mungkin akan lebih tinggi. Kekompleksitasan
materi pelajaran; siswa yang lebih mampu secara intelektual dan fleksibel
secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks, berbeda
dengan siswa yang intelektual dan flesksibelnya kurang, mungkin siswa
akan tertarik pada beberapa materi pelajaran saja.
Berdasarkan pendapat di atas dapat simpulkan bahwa seorang guru
harus mampu memotivasi siswa. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi
terhadap membaca, maka akan mempunyai minat yang tinggi pula
terhadap kegiatan membaca (Rahim, 2007: 29).
2.1.1.4Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar
Menurut Slameto (2003 :58) siswa yang berminat dalam belajar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: siswa mempunyai kecenderungan
yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang
dipelajari secara terus menerus. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu
yang diminati. Siswa memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada
sesuatu yang diminati serta ada rasa keterikatan pada sesuatu
minatnya daripada yang lainnya yang dimanifestasikan melalui partisipasi
pada aktivitas dan kegiatan.
Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar yang dan
mendorong belajar selanjutnya. Mengembangkan minat terhadap sesuatu
yang dimiliki siswa akan membantu siswa melihat hubungannya diri
sendiri dengan mengukur hubungan antara materi yang dipelajarinya
dengan dirinya sendiri sebagai individu. Apabila siswa menyadari bahwa
belajar merupakan suatu alat yang dapat digunakan unutk mencapai hasil
belajar dari pengalaman belajarnya maka akan membawa kemajuan pada
diri anak, kemungkinan anak akan berminat untuk mempelajarinya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa cara meningkatkan minat secara
efektif adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah
dimilikinya. Minat dapat ditingkatkan dengan adanya dorongan dari
orangtua. Hal yang menarik perhatian siswa juga dapat meningkatkan
minat belajar siswa.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat
belajar siswa dapat dilihat dari aktivitasnya yang disenangi, ikut terlibat
dalam kegiatan pembelajaran, dan ada perhatian yang diberikan. Dengan
demikian, indikator minat dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian
ini adalah perasaan senang, kemauan untuk mengembangkan diri,
2.1.2 Prestasi belajar
2.1.2.1Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak
terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill,
persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan
performansi (Riyanto, 2009: 04). Belajar menurut Klien Learning
Principles and Aplication (dalam Semiawan, 2008: 4) adalah proses
eksperiensial (pengalaman) yang menghasilkan perubahan perilaku yang
relatif permanen dan yang tidak dapat dijelaskan dengan keadaan
sementara kedewasaan, atau tendensi alamiah.
Menurut aliran Piaget belajar adalah adaptasi yang holistik dan
bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru,
sehingga mengalami perubahan yang relatif permanen (Semiawan, 2008:
11). Belajar didefinisikan sebagai perubahan yang diakibatkan oleh
pengalaman. Setidaknya mengalami perubahan lima macam perilaku,
yaitu perubahan pengalaman, dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan belajar
adalah kegiatan yang dilakukan siswa untuk mencari jawaban dari
pertanyaan yang menimbulkan rasa ingin tahu dari dirinya sendiri.
Jawaban yang ditemukan harus dipertanggungjawabkan oleh siswa, belajar
menghasilkan penglaman baru, pengetahuan baru, dan kecakapan dalam
perubahan yang relatif permanen dengan adanya pengalaman baru dari
orang lain.
2.1.2.1.1 Ciri-ciri belajar
Ciri-ciri belajar antara lain, yaitu belajar adalah kegiatan yang
menghasilkan perubahan karena usaha yang dilakukan dalam kegiatan
belajar. Dalam prosesnya belajar membutuhkan waktu. Menghasilkan
pengalaman atau tingkah laku (Suyono, 2012).
2.1.2.1.2 Prinsip-prinsip Belajar
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti dasar (pendirian,
tindakan) atau sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama Badudu
& Zain (dalam Riyanto (2009). Menurut pandangan Skiner (dalam
Dimyati, 2002: 9), belajar adalah suatu perilaku. Sedangkan menurut
Walra (dalam Riyanto, 2009) belajar adalah aktivitas atau pengalaman
yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku, dan pribadi yang
bersifat permanen.
Berdasarkan pengertian prinsip dan belajar menurut para ahli di atas,
maka dapat disimpulkan pengertian prinsip belajar adalah konsep-konsep
ataupun asas (kaidah dasar) yang harus diterapkan di dalam proses belajar
mengajar ini mengandung maksud bahwa pendidik akan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik apabila Anda dapat menerapkan cara
a. Prinsip belajar menurut Slameto dalam (Riyanto, 2009: 63) belajar
mempunyai prasyarat yang diperlukan, yaitu dalam belajar setiap
siswa harus diusahakan untuk partisipasi aktif, meningkatkan minat,
dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar juga
harus menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada
siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar membutuhkan
lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan
kemampuaannya untuk bereksplorasi dan belajar efektif. Serta belajar
perlu ada interaksi siswa denga lingkungannya (Riyanto, 2009: 63).
b. Prinsip belajar menurut Gestalt (dalam Riyanto, 2009: 64) prinsip
belajar ialah 1) Belajar berdasarkan keseluruhan; orang berusaha
menghubungkan suatu materi pelajaran dengan pelajaran yang lain. 2)
Belajar adalah suatu proses perkembangann; anak-anak baru dapat
mempelajari dan merencanakan bila ia telah datang untuk menerima
bahan pelajarannya, sebagai organisme yang berkembang, kesediaan
mempelajari sesuatu tidak ditentukan oleh kematangan jiwa, batiniah,
tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman. 3)
Siswa sebagai organisme keseluruhan; siswa belajar intelektual,
emosional, dan jasmaniah, dan guru sebagai pengajar sekaligus
pendidik untuk membentuk pribadi siswa. 4) Terjadi transfer; belajar
yang terpenting adalah memperoleh respon yang tepat. 5) Belajar
adalah reorganisasi pengalaman; pengalaman adalah suatu interaksi
antara seseorang dengan lingkungannya. 6) Belajar harus dengan
seseorang melihat pengertian tentang sangkut paut dan
hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem. 7)
Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan
tujuan siswa. 8) Hal ini terjadi bila banyak berhubungan dengan apa
yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. 9) Belajar
berlangsung terus-menerus; siswa harus memperoleh pengetahuan tak
hanya dari sekolah,tetapi juga luar sekolah, dalam pergaulan,
memperoleh pengalaman sendiri-sendiri, karena sekolah harus
bekerjasama dengan orangtua di rumah dan di masyarakat agar semua
turut serta membantu perkembangan siswa secara harmonis (Riyanto,
2009: 64).
c. Prinsip belajar menurut Robert H. Davies dalam (Riyanto, 2009: 65),
yaitu 1) Prinsip kemanfaatan, yaitu seorang siswa termotivasi belajar
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Hubungan pelajaran dengan
pengalaman siswa untuk belajar lebih berarti terdapat tiga teknik,
yaitu menghubungkan pelajaran dengan pengalaman siswa di masa
lalu, menghubungkan keinginan dan nilai belajar pada apa yang
dipelajari, dan menghubungkan tujuan siswa pada yang dipelajari
dengan memberikan suatu pandangan dari pelajaran tersebut saat
mengabarkan kemungkinan penerapan masa depan. 2) Prinsip
prasyarat adalah seorang siswa mungkin belajar sesuatu yang baru jika
dia memilki semua prasyarat. Belajar masa lalu seorang siswa
kemungkinan merupakan faktor penentu penting bagi keberhasilan
kemampuan prasayarat menemukan kemanfaatan belajar. 3) Prinsip
percontohan adalah siswa mungkin lebih mendapatkan perilaku baru
jika dicontohkan pekerjaan dan menirukannya. 4) Prinsip komunikasi
terbuka adalah memungkinkan siswa untuk belajar apabila penyajian
dibuat dengan pesan terbuka untuk inspeksi siswa.
Ada lima kiat jika menggunakan prinsip komunikasi terbuka
adalah a) menyatakan tujaun pada siswa Anda, b) sebutkan hubungan
dengan memberikan saran dan dorongan pada siswa, c) kapan pun jika
memungkinkan tunjukkan fakta apa yang pernah dijelaskan, d)
usahakan siswa bisa melihat dan mendengar semua sifat khusus yang
dimungkinkan ketika hal tersebut disebutkan, dan e) gunakan
pertanyaan untuk menguji komunikasi. 5) Prinsip hal baru, adalah
seorang siswa mungkin mempelajari jika perhatiannya menarik
dengan presentasi yang relatif baru. 6) Prinsip diklat aktif yang sesuai,
adalah siswa lebih aktif belajar apabila mereka mengambil bagian
latihan yang disanggupi untuk mencapai tujuan pelajaran. Tiga saran
yang membantu menyesuaikan prinsip tersebut, yaitu meminta siswa
untuk merespons dan menjawab pertanyaan; meminta siswa untuk
menyusun dan mengatur kembali informasi yang ditemukan dalam
bacaan mereka; dan membuat sarana dan suasana belajar pada
pekerjaan bila diperlukan. 7) Prinsip pembagian praktik 8) Prinsip
penghapusan; adalah seorang siswa lebih mungkin belajar apabila
instruksional segera dikeluarkan secara berangsur-angsur. Pada
dengan memberikan petunjuk dan isyarat. 9) Prinsip kondisi yang
menyenangkan dan konsekuensinya, adalah seorang siswa yang lebih
suka terus belajar jika pengajaran yang dilakukan oleh guru dianggap
sebagai suatu yang menyenangkan. Beberapa hal yang menyebabkan
siswa enggan di kelas, antara lain siswa merasa kurang tantangan
dengan sesuatu yang bervariasi, siswa adalah subjek dari kondisi yang
tidak menantang, siswa merasa frustasi karena kondisi yang tidak
menyenangkan, dan perasaan siswa yang terluka karena guru
membandingkan hasil siswa dengan siswa yang lainnya (Riyanto,
2009: 65-69).
Berdasarkan prinsip-prinsip menurut para ahli di atas, maka
prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berpikir dan
motivasi dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan
pembelajaran tumbuh dari proses belajar antar peserta didik dengan
pendidik yang terarah.
2.1.2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempegaruhi belajar banyak jenisnya, antara
lain yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern, yaitu
faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan. Faktor
jasmani terdiri dari dua faktor, yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat
beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang
berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan
terganggung jika kesehatannya terganggu, selain itu juga akan cepat
lelah, kurang semangat, mudah pusing, dan badannya lemah atau
mengalami kelainan fungsi pada alat indera. Oleh karena itu seseorang
dapat belajar dengan baik harus mengusahakan kesehatan badannya
tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan belajar,
bekerja, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.
Cacat tubuh, cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Misalnya,
buta, tuli, lumpuh, dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar siswa karena terganggu. Jika hal ini yang terjadi
maka ia hendaknya belajar pada lembaga pendidikan khusus atau
dibantu dengan alat bantu yang dapat menghindari dan mengurangi
pengaruh kecacatannya.
Faktor psikologi, faktor psikologis mempunyai 7 faktor yang
mempengaruhi belajar, yaitu: a) inteligensi, inteligensi yang
dirumuskan oleh J.P. Chaplin (dalam Slameto, 2010: 55) adalah The
ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively, the
ability to utilize concepts effectively, the ability to grasp relationship
and to learn quickly. Jadi, integensi adalah kecapakan yang teridiri dari
tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. b) Perhatian,
menurut Gazali (dalam Slameto, 2010: 56) perhatian adalah keaktifan
jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata tertuju kepada suatu
objek(benda/hal) atau sekumpulan objek. c) Minat, Hilgard
merumuskan minat adalah sebagai “interst is persisting tendency to
pay attention to and enjoy some activity or content”. Minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa senang, minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena nilai bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya. d) Bakat atau aptitude menurut Hilgrad (dalam
Slameto, 2010: 57) adalah “the capacity to learn” dengan perkataan
lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
e) Motif, menurut Drever (dalam Slameto, 2010: 58) adalah “Motive is
effective-conative factor which operates in determining the direction of
an individual’s behaviour to words an end or goal, consioustly
apprehender or uncosioustly”. Jadi motivasi erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Tujuan disadari atau tidak, akan tetapi untuk
mencapai tujuan perlu berbuat, penyebab berbuat adalah motif sendiri
sebagai pendorong/daya penggerak. f) Kematangan, kematangan
adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana
Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara
terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. g)
Kesiapan atau readiness menurut Drever (dalam Slameto, 2010: 59)
adalah Preparadness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan
untuk memberikan respons atau beraksi. Kesiapan perlu diperhatikan
dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan dirinya sudah ada
kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
Faktor kelelahan, faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani
terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan
untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena
kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah
tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu
hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan
pusing-pusing sehingga sulit berkonsentrasi (Slameto, 2010: 59).
Berdasarkan faktor-faktor jasmani, psikologis, dan kelelahan
mempengaruhi belajar siswa karena jika kondisi tubuhnya kurang
sehat, lelah, atau mengalami cacat maka siswa akan menjadi malas
untuk belajar. Bagi anak yang cacat perlu perhatian penuh terhadap
dirinya sendiri dan ada oranga lain yang dapat memberikan bantuan
Faktor ekstern ada 3, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Faktor ekstern yang pertama adalah faktor keluarga, siswa yang belajar
akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga. Cara orang tua mendidik anak berpengaruh
besar terhadap belajar anaknya. Wirowidjojo (dalam Slameto, 2010:
61) menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang
pertama dan utama. Keluarga yang sehat artinya untuk pendidikan
dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan
dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia.
Pernyataan di atas dapat dipahami betapa pentingnya pendidikan
anaknya. Cara orangtua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh
terhadap belajarnya. Orangtua yang kurang/tidak memperhatikan
pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acauh terhadap belajar
anaknya. Orangtua terlalu memanjakan anaknya adalah cara mendidik
yang tidak baik karena jika hal ini teerjadi secara terus menerus maka
belajar anak akan menjadi kacau (Slameto, 2010: 61).
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi
orangtua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya
atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut membantu belajar
anak. Wujud relasi misalnya apakah hubungan itu penuh kasih sayang
dan pengertian, ataukah diliputi kebencian dan sebagainya. Relasi
antar anggota keluarga erat kaitannya dengan cara orangtua mendidik
terhambat, belajarnya terganggu, dan dapat menimbulkan
masalah-masalah psikologis lainnya. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan
anak, perlu diusahankan relasi yang baik di dalam keluarga anak
tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian
dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu
hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak (Slameto, 2010: 62).
Rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian
yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.
Rumah merupakan faktor yang penting. Rumah yang suasananya
gaduh dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak
yang belajar, agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan
suasana rumah yang tenang dan tentram. Suasana rumah yang tenang
dan tentram anak akan menjadi betah tinggal di rumah dan anak juga
dapat belajar dengan baik (Slameto, 2010: 63).
Faktor keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya
dengan belajar anak karena anak yang sedang belajar harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misalnya papan sandang pangan dan fasilitas
belajar. Fasilitas belajar hanya dapat dipenuhi oleh keluarga cukup
uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok
kurang terpenuhi, akibanya anak terganggu sehingga belajarnya pun
terganggu. Akibat lainnya anak menjdai minder dengan
teman-temannya hal ini pasti akan menggangu belajar anak. Bahkan anak
mencari nafkah untuk membantu orangtuanya padahal anak belum
kemungkinan anak yang serba kekurangan dan menderita ekonomi ini
menjadi cambuk baginya untuk belajar giat dan akhirnya sukses.
Sebaliknya keluarga kaya raya, orangtuanya sering memanjakan anak.
Anak hanya bersenag-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang
memusatkan perhatiannya untuk belajar. Hal tersebut dapat
menggangu belajar anak (Slameto, 2010: 64).
Pengertian orangtua juga mempengaruhi belajar anak, karena
saat belajar anak perlu dorongan dan pengertian dari orangtua. Bila
anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah,
karena akan melemahkan semangat belajar anak (Slameto, 2010: 64).
Latar belakang kebudayaan, tingkat pendidikan atau kebiasaan di
dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada
anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong
semangat anak untuk belajar (Slameto, 2010:64).
Faktor ekstern yang kedua adalah faktor sekolah yang meliputi
metode mangajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, standar pelajaran di atas
ukuran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah. Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di
dalam mengajar. Mengajar menurut Ulih Bukit Karo-Karo (2010)
adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar
orang lain itu menerima, menguasai, dan mengembangkannya. Dalam
proses belajar menerima, mengusai, dan mengembangkan maka belajar
harus setepat-tepatnya dan efektif serta efisien.
Berdasarkan uraian di atas jelas metode mengajar
mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang baik
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Guru mengajar
biasa menggunakan metode cermah, sehingga siswa menjadi bosan,
mengantuk, pasif, dan hanya mencatat. Guru progresif berani mencoba
metode-metode baru yang membantu meningkatkan motivasi siswa
untuk belajar , agar belajar siswa dapat dengan baik maka metode
mengajar harus diusahakan setepat, efisien, dan efektif (Slameto, 2010:
65).
Kurikulum merupakan sebagian besar yang menyajikan bahan
pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan
bahan pelajaran yang mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang
kurang baik dapat berpengaruh tidak baik terhadap belajar siswa,
misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa,
tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatian siswa. Guru perlu
mendalami siswa dengan baik untuk menyusun rancangan yang detail
agar dapat melayani siswa belajar secara individual (Slameto, 2010:
65). Relasi guru dengan siswa, cara belajar siswa dipengaruhi oleh
relasinya dengan gurunya. Relasi guru dengan siswa yag baik, siswa
akan menyukai gurunya dan juga mata pelajaran yang diberikan
sehingga siswa mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga
belajar akibatnya pelajaran tidak maju. Dalam proses belajar mengajar
perlu ada interaksi yang akrab antara guru dan siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam belajar (Slameto, 2010: 66).
Relasi siswa dengan siswa, misalnya siswa yang mempunyai
tingkah laku yang kurang menyenangkan teman ini, mempunyai rasa
rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, maka akan
diasingkan dari kelompok. Oleh karena itu guru yang kurang
mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di
dalam kelas ada grup yang saling bersaing tidak sehat. Maka di dalam
kelas perlu diciptakan relasi yang baik antar siswa karena agar dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa (Slameto,
2010: 66). Disiplin sekolah, kedisiplinan sekolah erat hubungannya
dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan belajar. Kedisiplinan
sekolah mencakup seluruh warga sekolah baik guru dalam mengajar,
pegawai dalam mengerjakan tugas, dan kepala sekolah dalam
mengelolah seluruh staf beserta siswa-siswanya dan tim bimbingan
konseling (BK) dalam pelayanan siswa. Dengan demikian agar siswa
dapat belajar lebih maju, siswa harus disiplin dalam belajar naik di
sekolah, di rumah, dan di perpustakaan. Siswa disiplin, guru beserta
staf juga harus disiplin (Slameto, 2010: 67).
Alat pelajaran, alat pelajaran erat hubungannya dengan cara
belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
mengajar yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan
mudah menerima pelajaran atau mengusainya maka belajarnya akan
menjadi lebih giat dan lebih maju. Kenyataan saat ini banyaknya
tuntutan yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang
membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah besar. Misalnya,
buku-buku perpustakaan, laboratorium atau media-media lain.
Kenyataannya banyakan sekolah belum memiliki media dalam jumlah
maupun kualitasnya untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah
(Slameto, 2010:67).
Standar pelajaran di atas ukuran ini merupakan faktor belajar
dari sekolah, karena guru yang berpendirian untuk mempertahankan
wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya
siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Guru dalam
menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa
masing-masing, yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat
tercapai (Slameto, 2010:68). Waktu sekolah ialah waktu terjadinya
proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi, siang,
sore/malam hari. Waktu yang baik untuk sekolah adalah pagi hari
karena pikiran masih segar dan jasmani dalam kondisi yang baik. Jika
siswa bersekolah pada waktu kondisi yang badan yang lemah,
misalnya pada sianga hari bersekolah, maka akan mengalami kesulitan
berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi,
memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh positif
Keadaan gedung, dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi
karakteristik masing-masing siswa menuntut keadaan gedung yang
dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas karena ruang kelas
yang kurang nyaman tidak memadai proses belajar siswa (Slameto,
2010: 69). Metode belajar, banyak siswa yang melaksanakan cara
belajar yang salah. Guru perlu perlu melakukan pembinaan dan siswa
cara belajar yang tepat efektif pula hasil belajarnya. Belajar harus
teratur, karena kadang siswa belajar terus menerus karena besok akan
ada tes. Dengan demikian maka siswa kurang beristirahat dan dapat
menyebabkan sakit. Maka belajar perlu dilakukan secara tertatur setiap
hari dengan pembagian waktu yang tepat dan istirahat yang cukup
untuk meningkatkan hasil belajar (Slameto, 2010: 69).
Tugas rumah merupakan bagian dari faktor belajar sekolah,
karena waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk
belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan
lain. Guru diharapkan tidak terlalu banyak memberikan tugas yang
harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi
untuk kegiatan yang lain (Slameto, 2010: 69).
Faktor belajar ekstern yang ketiga adalah masyarakat.
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh terjadi karena siswa dalam masyarakat.
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terlalu banyak maka belajarnya akan terganggu lebih-lebih jika kurang
bijaksana dalam mengatur waktu.
Media masa yang saat ini berkembang semakin banyak beredar
di masyarakat akan memberikaan pengaruh baik terhadap siswa
maupun belajarnya. Maka siswa harus mendapatkan bimbingan dan
kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orangtua dan pendidik baik
dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Teman bergaul akan berpengaruh pada jiwa anak daripada yang
kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik, begitu
juga sebaliknya teman yang bergaulnya jelek pasti akan mempengaruhi
sifat yang buruk juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka
perlu diusahakan agar siswa memilki teman bergaul yang baik-baik
dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orangtua
dan pendidik harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tetapi juga
jangan terlalu lengah). Bentuk kehidupan masyarakat juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang
tidak terpelajar, penjudi, pencuri, dan mempunyai kebiasaan yang
tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang ada dilingkungan
tersebut. Akibatnya belajar anak terganggu bahkan kehilangan
semangat belajar karena perhatiannya yang semula terpusat kepada
belajar menjadi terpusat pada perbuatan-perbuatan orang yang ada di
lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlu untuk mengusahakan
terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya
(Slameto, 2010: 70-71).
2.1.2.2Prestasi Belajar
Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar”
(learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan
aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan
watak peserta didik. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang
bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang
rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing (Arifin, 2009:12).
Fungsi utama prestasi antara lain adalah 1) Prestasi belajar sebagai
indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta
didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasaan hasrat ingin tahu.
Para ahli psikologi biasa menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan
(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”. 3) Prestasi belajar
sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah
prestasi belajar dijadikan dorongan bagi peserta didik dalam meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam
meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern
dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti
pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern adalah tingkat
rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan
peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan
relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat
dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses
pembelajaran peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan,
karena perserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi
pelajaran (Arifin, 2009: 13).
Berdasarkan lima fungsi utama prestasi belajar dapat ditarik
kesimpulan, yaitu prestasi sebagai indikator keberhasilan belajar siswa
dalam bidang studi tertentu, selain itu sebagai kualitas institusi pendidikan.
Bagi guru prestasi belajar bermanfaat sebagai umpan balik dalam
pelaksanaan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah perlu
melakukan diagnosis, penempatan, atau bimbingan terhadap peserta didik.
Prestasi merupakan pencapaian atau hasil yang telah dicapai yang
memerlukan suatu kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas akademis
maupun non akademis Chaplin (dalam Supardan, 2011: 476).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2002:895),
prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau
dikerjakan). Prestasi merupakan suatu pencapaian atau hasil yang telah
dicapai yang memerlukan suatu keahlian dalam bidang akademis maupun
non akademis (Sapardi, 2011: 167). Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
Secara umum kebutuhan anak dalam perkembangannya
memerlukan kebutuhan primer, pangan (makan), sandang (pakaian),
dan perumahan serta kasih sayang, perhatian, penghargaan terhadap
dirinya dan peluang mengaktualisasikan dirinya. Pemenuhan
kebutuhan tersebut tergantung lingkungannya berinteraksi dengan
dirinya. Pemenuhan kebutuhan dapat dipengruhi oleh orgamisme
alamiah oleh sifat-sifat dan ciri-ciri unik pembawaan dari lahir.
Organisme juga ditentukan oleh cara-cara lingkungan berinteraksi
dengan individu, yaitu dengan pendekatan yang bersifat memberikan
kasih sayang, perhatian, dan peluang untuk mengaktualisasi.
Kewajiban sekolah sebaik memberikan bekal yang mencukupi
kebutuhan untuk masa depan anak didik. Sekolah mengembangkan
potensi anak bergantung pada pendidikan bersumber dari pergaulan
antara orangtua dan anak, bagaimana tugas tersebut diwujudkan. Jadi,
pergaulan tersebut adalah suatu lapangan yang memungkinkan
kesiapan anak untuk merubah menjadi suatu pendidikan dimana
mendidik dilandasi nilai moral tertentu dan mengacu perwujudan
potensi bakat tertentu yang dimiliki oleh anak, yang kini menjadi
tuntutan kebutuhan psikologi.
2. Inteligensi, Emosi, dan Motivasi
Prestasi belajar dipengaruhi oleh kemampuan intelektual yang
bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor