1 A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan sangat penting karena digunakan oleh para
pihak untuk menilai dan membuat prediksi perkembangan perusahaan.
Para pihak eksternal perusahaan seperti calon investor, investor, kreditor,
dan lain-lain yang berkepentingan perlu banyak mempertimbangkan
banyak hal di dalam mengambil keputusan untuk investasi dan
meminjamkan dana ke suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan
media komunikasi perusahaan yang digunakan untuk menghubungkan
pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak internal dan eksternal
terhadap perusahaan.
Perusahaan sebagai korporasi telah memisahkan secara tegas
antara pemilik perusahaan dengan manajemen. Manajemen dianggap
sebagai agent dan pemilik dianggap sebagai principal yang biasanya
mendelegasikan wewenangnya kepada pihak manajemen (agent). Agency
theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan
konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal
profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologinya,
antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupaun kontrak
kompensasi (Jao dan Pagalung, 2011).
Principal tidak memiliki informasi yang cukup terhadap kinerja
agent karena principal tidak dapat memonitor aktivitas agen sehari-hari
untuk memastikan bahwa agent bekerja sesuai dengan keinginan
pemegang saham, sedangkan agent memiliki lebih banyak informasi
mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara
keseluruhan. Hal inilah yang menyebakan terjadinya kesenjangan
informasi yang dimiliki antara principal dan agent (asimetri informasi).
Asimetri informasi yang terjadi antara manajemen (agent) dengan pemilik
(principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak
oportunis, yaitu demi memperoleh keuntungan pribadi (Ujiyantho, et.al,
2007).
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab
manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer
untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika
informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer.
Asimetri informasi inilah yang kemudian menjadi pemicu munculnya
dikurangi dengan cara transparansi dalam penyampaian laporan
keuangan terhadap principal.
Menurut Demsey da Laber (1993), serta Crutchley dan Hansen
(1989), shareholder dispersion atau penyebaran pemegang saham juga
berperan dalam masalah keagenan. Pemegang saham yang semakin
menyebar kurang efektif dalam monitoring dan sulit untuk melakukan
kontrol terhadap perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Akibatnya
masalah keagenan muncul terutama karena adanya informasi yang
asimetri. Sebaliknya pemegang saham yang semakin terkonsentrasi pada
satu atau beberapa pemegang saham saja akan mempermudah kontrol
terhadap kebijakan yang diambil pengelola perusahaan sehingga dapat
mengurangi asymmetric information dan mengurangi masalah keagenan.
Para peneliti telah menemukan bahwa asimetri informasi dapat
mempengaruhi manajemen laba. Putra, dkk (2014) meneliti pengaruh
Asimetri informasi terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan
manufaktur di BEI. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa asimetri
Informasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
praktek manajemen laba.
Salah satu parameter penting dalam sebuah laporan keuangan
yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah Laba
penting di dalam laporan keuangan dimana laba di pergunakan untuk
mengukur kinerja suatu perusahaan. Laba yang disajikan mungkin tidak
mencerminkan realitas ekonomi, tetapi lebih karena keingingan
manajemen untuk memperlihatkan sedemikian rupa sehingga kinerjanya
dapat terlihat baik.
Laba menjadi tolok ukur kinerja perusahaan sehingga memotivasi
tindakan manajemen laba pada suatu perusahaan. Laba berfungsi untuk
mengukur efektivitas bersih dari sebuah usaha bisnis (Wahyu, 2011). Laba
juga menjamin pasokan modal dimasa depan untuk inovasi dan perluasan
usaha (Pearce, et.al., dalam Wahyu 2011).
Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali perhatian pengguna
laporan keuangan hanya ditujukan kepada informasi laba, tanpa
memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Hal ini mendorong
manajemen perusahaan untuk melakukan beberapa tindakan yang
disebut manajemen laba (earning management) atau manipulasi laba
(earnings manipulation). Earnings management (manajeman laba)
merupakan campur tangan manajemen dalam proses penyusunan
laporan keuangan perusahaan bagi eksternal guna mencapai tingkat laba
tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri atau
Untuk mendeteksi ada tidaknya manajamen laba, banyak peneliti
yang menggunakan seperti manipulasi laba riil dan manajemen akrual
maka pengukuran atas akrual adalah hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang
berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu: (1) bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam
proses penyusunan laporan keuangan, disebut normal accruals atau non
discretionary accruals, dan (2) bagian akrual yang merupakan manipulasi
data akuntansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary
accruals (Utami, 2005).
Gunny (2005) mengelompokkan manajemen laba dalam tiga
kategori yaitu: akuntansi yang curang (meliputi pemilihan akuntansi yang
melanggar prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum), manajemen
akrual, dan manajemen laba riil. Manajemen laba riil terjadi ketika
manajer melakukan tindakan yang menyimpang dari praktik operasi
normal perusahaan untuk meningkatkan laba yang dilaporkan misalnya
melalui tiga aktivitas manajemen laba riil.
Roychowdhury (2006) yang secara langsung menguji manajemen
laba nyata melalui aktivitas riil yang dikonsentrasikan pada aktivitas
investasi. Manajemen memanipulasi aktivitas riil untuk menghindari
Pengukuran manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan manajemen laba riil. Pemilihan model pendekatan ini karena
menurut Roychowdhury (2006) dalam Ferdawati (2009) bahwa (1)
manipulasi akrual kemungkinan besar akan menarik perhatian auditor
atau regulatory scrutiny dibanding dengan keputusan - keputusan riil,
seperti yang dihubungkan dengan penetapan harga dan produksi; (2)
dalam pendekatan manajemen laba jika hanya menggunakan pada
manipulasi akrual saja membawa risiko. Dengan menggunakan
manajemen laba akrual, jika target laba yang diinginkan tidak tercapai
maka manajer dianggap tidak mempunyai kinerja yang baik sehingga
kesempatan mendapatkan kompensasi akan hilang atau bahkan bisa
berujung pada pemecatan manajer. Oleh karena itu, melakukan
manipulasi melalui aktivitas riil merupakan jalan aman untuk mencapai
target laba karena bisa dilakukan sepanjang periode operasi perusahaan,
sehingga kemungkinan kurangnya laba sesuai target bisa ditiadakan.
Roychowdhury (2006) dalam Ferdawati (2009) menemukan bukti bahwa
perusahaan menggunakan berbagai macam cara manajemen laba riil
sebagai acuan pelaporan keuangan untuk menghindari pelaporan
kerugian tahunan, hasil penelitiannya menemukan bahwa para manajer
menyediakan tiga cara untuk tindakan manajemen laba riil yaitu dengan
memberikan diskon-diskon harga untuk menaikkan penjualan
harga barang yang terjual dan mengurangi kebijakan pengeluaran untuk
memperbaiki margin yang dilaporkan.
Menurut penelitian sebelumnya faktor-faktor yang
mempengaruhi manajemen laba riil antara lain yaitu Leverage. Leverage
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rasio antara total hutang
dengan total aset. Semakin besar rasio leverage berarti semakin tinggi
utang perusahaan. Ditinjau dari rasio hutang atau debt equity ratio,
penelitian Dechow, et.al (1996) dalam Widyaningdyah (2001)
menemukan bahwa motivasi perusahaan melakukan manajemen laba
adalah untuk memenuhi kebutuhan pendanaan eksternal dan memenuhi
perjanjian hutang. Salah satu alternatif sumber dana perusahaan selain
menjual saham di pasar modal adalah melalui sumber dana eksternal
berupa hutang. Perusahaan akan berusaha memenuhi perjanjian hutang
agar memperoleh penilaian yang baik dari kreditur. Hal ini kemudian
dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba untuk
menghindari pelanggaran perjanjian hutang.
Dan faktor lainnya yang mempengaruhi manajemen laba riil
adalah Profitabilitas. Efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba
melalui pengoperasian aktiva yang dimiliki menjadi tolok ukur kinerja
perusahaan yang dapat pula memotivasi tindakan manajemen laba pada
suatu perusahaan. Laba berfungsi untuk mengukur efektivitas bersih dari
dimasa depan untuk inovasi dan perluasan usaha (Pearce, et.al., dalam
Wahyu 2011). Semakin besar Return on Assets (ROA) sebagai rasio
profitabilitas yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efisien
penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar
akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat pengembalian
yang semakin tinggi. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka
semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih.
sehingga akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor.
Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut
makin diminati investor.
Semakin tinggi rasio yang diperoleh maka semakin efisien aset
manajemen perusahaan. Sehingga ROA memotivasi manajemen untuk
melakukan manajemen laba, dapat dikatakan pula ROA berpengaruh
positif terhadap manajemen laba, seperti halnya dalam penelitian IGuna
dan Herawati (2010), Widyastuti (2009), yang menyatakan ROA
berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan manajemen laba.
Berbeda dengan hasil penelitian Wahyu (2011) yang menyatakan ROA
berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan manajemen laba.
Berbeda pula hasil penelitian Senja (2012) yang menyatakan ROA tidak
berpengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba.
Menurut uraian-uraian diatas mengenai faktor-faktor yang
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi manajemen laba terutama
dalam manajemen laba riil. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba riil berupa asimetri
informasi, leverage dan profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada Indeks LQ-45 dan Indeks JII. Dengan periode waktu yang
digunakan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013.
Perusahaan-perusahaan yang tergabung di dalam Indeks LQ-45
dan Indeks JII merupakan perusahaan-perusahaan yang berkapitalisasi
besar dan berkinerja unggul. Indeks LQ-45 hanya terdiri dari 45 saham
yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan
terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang
tinggi. Saham yang terpilih di dalam Indeks LQ-45 berdasarkan likuiditas
perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan ( setiap awal
bulan februari dan agustus).
Sedangkan Indeks JII merupakan indeks yang ada Di Bursa Efek
Indonesia yang setiap periodenya terdiri dari 30 saham yang memenuhi
kriteria syariah dimana seperti indeks lainnya yang juga terikat dengan
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah maupun Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan ditambah dengan
aturan syariah. Sehingga penelitian mengenai pengaruh asimetri
informasi,leverage dan profitabilitas pada Indeks LQ-45 dan Indeks JII
Dengan demikian penelitian empiris ini untuk menganalisis
Pe garuh Asi etri I for asi, Leverage dan Profitabiltas terhadap
Manajemen Laba Riil (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Indeks LQ-45 dan JII periode 2004- ) .
B. Rumusan Masalah
Dari uraian pembahasan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap manajemen laba riil
pada perusahaan manufaktur go public yang tergabung dalam Indeks
LQ-45 dan Indeks JII ?
2. Apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba riil pada
perusahaan manufaktur go public yang tergabung dalam Indeks LQ-45
dan Indeks JII?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba riil pada
perusahaan manufaktur go public yang tergabung dalam Indeks LQ-45
dan Indeks JII ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh
asimetri informasi, profitabilitas dan leverage terhadap manajemen laba
Indeks LQ-45 dan Indeks JII. Sedangkan secara spesifik tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa asimetri informasi
berpengaruh terhadap manajemen laba riil pada perusahaan
manufaktur go public yang tergabung dalam Indeks LQ-45 dan Indeks
JII.
2. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa leverage berpengaruh
terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur go public
yang tergabung dalam Indeks LQ-45 dan Indeks JII.
3. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa profitabilitas berpengaruh
terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur go public
yang tergabung dalam Indeks LQ-45 dan Indeks JII.
b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam
pasar modal, sebagai berikut :
1. Bagi investor, sebagai bahan masukan sebelum melakukan
investasinya di pasar modal, untuk tidak semata-mata tidak terfokus
pada data-data akuntansi yang tercantum dalam laporan keuangan
perusahaannya , tetapi juga faktor lain baik yang dipublikasikan
2. Bagi masyarakat secara umum, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pemikiran mengenai peranan dan praktik
manajemen laba dengan pendekatan manajemen laba riil.
3. Bagi ilmu pengetahuan, khususnya akuntansi keuangan, hasil
penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menjelaskan
secara empiris pengaruh asimetri informasi, leverage dan
profitabilitas terhadap manajemen laba dengan pendekatan