• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN GAYA BERPIKIR SEKUENSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SMP NEGERI TEBING TINGGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN GAYA BERPIKIR SEKUENSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SMP NEGERI TEBING TINGGI."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN GAYA BERPIKIR SEKUENSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR

BAHASA INGGRIS DI SMP NEGERI TEBING TINGGI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

OLEH:

SRY WAHYUNI

NIM. 8136122053

PASCASARJANA

PROGRAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ABSTRAK

Sry Wahyuni, NIM 8136122053. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dan Gaya Berpikir Sekuensial Terhadap Hasil Belajar Bahasa Inggris SMP Negeri Tebing Tinggi. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan 2015.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) ntuk mengetahui hasil belajar bahasa Inggris siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), (2) mengetahui hasil belajar bahasa Inggris siswa yang memiliki kemampuan berpikir sekuensial abstrak lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kemampuan sekuensial konkrit, (3) mengetahui interaksi antara model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC) dan kemampuan berpikir sekuensial terhadap hasil belajar bahasa Inggris. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cluster random sampling sebanyak 80 orang siswa. Instrumen dalam penelitian ini untuk mengukur hasil belajar digunakan tes berbentuk pilihan berganda dengan empat pilihan jawaban dengan jumlah soal sebanyak 40 soal dengan koefesien reliabilitas 0.887. Uji normalitas dengan uji Liliefors sedangkan uji homogenitas dengan uji F dan uji Barlett. Teknik analisis data adalah Anava dua Jalur pada taraf signifikansi 0.05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe.

Hasil penelitian adalah: (1) rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran TTW adalah = 27.89 lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran CIRC = 26,65 dengan Fhitung = 12.22 > Ftabel = 4.02, (2) rata-rata hasil belajar siswa dengan Kemampuan Berpikir Sekuensial tinggi

= 29.40 lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa dengan Kemampuan Berpikir Sekuensial rendah = 24 dengan Fhitung 16.87 > Ftabel = 4.02, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Sekuensial terhadap hasil belajar Bahasa Inggris dengan Fhitung = 15.19 > Ftabel = 22.36

(3)

ABSTRACT

Sry Wahyuni, NIM 8136122053. The Influence of Cooperative Learning Model and Sequential Thinking Ability to the Learning Outcome on English subject in SMP Negeri Tebing Tinggi. A thesis for Postgraduate Program of State University of Medan, 2015

The objectives of this study are: (1) to know the English subject outcome of students who taught by using Think Talk Write (TTW) and Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) learning models, (2) to know whether the English subject outcomes of students who have Abstract Sequential Thinking Ability better than the students whose the ability of sequential concrete, (3) to know the interaction between Think Talk Write (TTW) learning model with Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) and the sequential thinking ability to the learning outcomes of English subject.

The population of this study was the 8th grade students of SMP Negeri 7 Tebing Tinggi and SMP Negeri 5 Tebing Tinggi, consist of 360 students from nine classes in SMP Negeri 7 and 320 students from eight classes in SMP Negeri 5. The sample was class VIII6 that used TTW learning model and class VIII8 that used CIRC learning model. The sampling technique was done by cluster random sampling for 80 students. The 40 questions of multiple choice tests (followed by four options to answer) with 0.887 reliability coefficient were used as the instrument in this study. The normality test used the Liliefors test, while the homogenity test used the F and Barlett test. The data analysis technique was Two Ways-Anova or Two Ways-Analysis of Variance at 0,05 significance level which followed by Scheffe test.

The results of this study are: (1) the average of learning outcomes on students who were taught by TTW learning model is = 27.89 higher than the learning outcomes on students who were taught by CIRC learning model =26.65 with Fhitung=12.22> Ftabel = 4.02, (2 ) the average of learning outcomes with high sequential thinking ability = 29.40 was higher than the students with low sequential thinking ability = 24 with Fhitung 16.87 > Ftabel = 4.02, (3) there was interaction between the learning model and sequential thinking ability to the learning outcomes on English subject with Fhitung = 15.19 > Ftabel = 22.36.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhana wa Ta’ala atas berkat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dan Gaya Berpikir Sekuensial Terhadap Hasil

Belajar Bahasa Inggris di SMP Negeri Tebing Tinggi”. Tesis ini bertujuan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi

Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, maka dari itu tidak berlebihan rasanya jika pada kesempatan ini penulis

mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu demi penyelesaian tesis ini.

Ungkapan terima kasih dan penghargaan ini disampaikan kepada yang terhormat

Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid K., M.Pd sebagai pembimbing I yang dengan penuh kesabaran

memberikan arahan serta motivasi dan kepada Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Badiran, M.Pd

sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi

yang begitu berarti sehingga tersusun tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

juga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Pasca Sarjana

Universitas Negeri Medan, yang telah memberikan kesempatan dan bantuan

untuk kelancaran studi selama mengikuti perkuliahan di program pasca sarjana

Universitas Negeri Medan

2. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd selaku Ketua Program Studi Teknologi

(5)

Pengajar Prodi Teknologi Pendidikan, yang telah memberikan ilmu pengetahuan

yang bermanfaat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan baik didalam kelas

maupun di luar kelas.

3. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang tiada tara kepada kedua

orangtua tercinta ayahanda Muhammad Yamid Damanik (Alm) dan ibunda

Kasihaty Saragih serta kepada kakak Mimi Khairiah Damanik, S. Kep., adik Putra

Aditama Damanik, SE, yang senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan

serta motivasi kepada penulis, yang tersayang keponakan Alby Luthfi Hadziq

Damanik dan Alkhalifi Dzaki Hadi Damanik yang selalu memberi keceriaan dan

semangat dalam menjalani kesibukan perkuliahan.

4. Bapak Parulian Sijabat, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Tebing Tinggi

dan Bapak Maswar Syahril, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Tebing

Tinggi yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian di

sekolah yang Bapak pimpin.

5. Ibu Helvy Andriani Daulay, S. Pd dan Ibu Roseka Santi Purba, S. Pd yang telah

banyak memberikan bantuan kepada penulis pada proses penyelesaian tesis ini.

Terima kasih atas kerjasamanya.

6. Teman-teman yang sudah banyak memberikan bantuan dan support Sherly Juwita

Parinduri M. Pd, Nurlina M. Pd, Sartika M. Pd, dan Princess Belladina Nasution

M. Pd serta semua rekan di TP B-2 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terimakasih telah bersama-sama berbagi suka dan duka selama perkuliahan,

jalinan kasih sayang dan kekompakan yang dibangun dikelas menjadi motivasi

(6)

Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu

disini, penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuannya. Semoga Allah membalas segala

bentuk kebaikan dengan berlipat ganda. Penulis berharap penulisan tesis ini dapat

bermanfaat bagi dunia pendidikan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam

pengajaran di kelas khususnya untuk SMP Negeri 7 Tebing Tinggi dan SMP Negeri 5 Tebing

Tinggi.

Medan, Desember 2015

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...10

C. Pembatasan Masalah ...11

D. Rumusan Masalah ...12

E. Tujuan Penelitian ...12

F. Manfaat Penelitian ...13

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN RUMUSAN HIPOTESIS ...15

A. Kerangka Teoritis ...15

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Bahasa Inggris ...15

2. Hakikat Model Pembelajaran ...31

a. Model Pembelajaran Think Talk Write ...42

(8)

3. Hakikat Gaya Berpikir Sekuensial ...56

a. Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ...61

b. Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit ...65

B. Penelitian Yang Relevan ...70

C. Kerangka Berpikir ...72

D. Rumusan Hipotesis ...80

BAB III METODELOGI PENELITIAN ...81

A. Tempat dan Lokasi Penelitian ...81

B. Populasi dan Sampel ...81

C. Metode dan Disain Penelitian...82

D. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ...83

E. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ...86

F. Pengontrol Perlakuan ...92

G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...95

H. Teknik Analisis Data ...103

BAB IV HASIL PENELITIAN ...105

A. Deskripsi Penelitian ...105

1. Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran TTW ...105

(9)

3. Hasil Belajar Bahasa inggris Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir

Sekuensial Konkrit ...107

4. Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ...109

5. Hasil Belajar Bahasa Inggris yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran TTW Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit ...111

6. Hasil Belajar Bahasa Inggris yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran CIRC Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit ... 112

7. Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran TTW Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ...114

8. Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran CIRC Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ...115

B. Pengujian Persyaratan Analisis ...117

1. Uji Normalitas ...117

2. Uji Homogenitas Varian ...121

C. Pengujian Hipotesis ...123

1. Hipotesis Pertama ...124

2. Hipotesis Kedua ...125

(10)

D. Pembahasan Penelitian ...129

1. Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran TTW Lebih Tinggi dari pada Hasil Belajar Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran CIRC ...129

2. Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit Lebih Tinggi daripada Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ...131

3. Terdapat Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Gaya Berpikir Sekuensial Dalam Mempengaruhi Hasil Belajar Bahasa Inggris ...132

E. Keterbatasan Penelitian ...133

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...135

A. Simpulan ...135

B. Implikasi ...136

C. Saran ...138

DAFTAR PUSTAKA ...139

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Hasil UAS Mata Pelajaran Bahasa Inggris ... 6

Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Individu yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit dan Sekuensial Abstrak (De Porter Dan Hernacki 2003) ... 69

Tabel 2.2 Format Baku De Porter dan Hernacki untuk Mengukur Gaya Berpikir ... 70

Tabel 3.1 Rancangan Eksperiman Desain Faktorial 2 x 2 ... 83

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Bahasa Inggris ... 95

Tabel 3.3 Kisi-kisi Skala Gaya Berpikir Sekuensial ... 96

Tabel 3.4 Format Baku DePorter dan Hernacki untuk Mengukur Gaya Berpikir ... 97

Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Belajar Bahasa Inggris yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran TTW ... 105

Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Belajar Bahasa Inggris yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran CIRC ... 107

Tabel 4.3 Deskripsi Data Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit ... 108

Tabel 4.4 Deskripsi Data Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ... 110

Tabel 4.5 Deskripsi Data Hasil Belajar Bahasa Inggris yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran TTW Pada Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit ... 111

(12)

Tabel 4.7 Deskripsi Data Hasil Belajar Bahasa Inggris yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran TTW Pada Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial

Abstrak ... 114

Tabel 4.8 Deskripsi Data Hasil Belajar Bahasa Inggris yang Diajar dengan Model Pembelajaran CIRC Pada Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ... 116

Tabel 4.9 Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 120

Tabel 4.10 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Sampel Siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran TTW dan Model Pembelajaran CIRC ... 121

Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Sampel Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit dan Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ... 122

Tabel 4.12 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Interaksi Model Pembelajaran dan Gaya Berpikir Sekuensial ... 122

Tabel 4.13 Data Hasil Belajar Bahasa Inggris ... 123

Tabel 4.14 Rangkuman Analisis Faktorial 2x2 ... 124

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang

Diajar Menggunakan Model Pembelajaran TTW ... 106 Gambar 4.2 Histogram Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang

Diajar Menggunakan Model Pembelajaran CIRC ... 107 Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang

Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit... 109 Gambar 4.4 Histogram Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang

Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ... 110 Gambar 4.5 Histogram Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang

Diajar dengan Model Pembelajaran TTW pada Siswa

yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit ... 112 Gambar 4.6 Histogram Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang

Diajar dengan Model Pembelajaran CIRC pada Siswa

yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit ... 113 Gambar 4.7 Histogram Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang

Diajar dengan Model Pembelajaran TTW pada Siswa

yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ... 115 Gambar 4.8 Histogram Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa yang

Diajar dengan Model Pembelajaran CIRC pada Siswa

yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ... 116 Gambar 4.9 Interaksi Model Pembelajaran dan Gaya Berpikir

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Silabus Bahasa Inggris ... 144

Lampiran 2 RPP TTW ... 146

Lampiran 3 RPP CIRC ... 152

Lampiran 4 Instrumen Tes Hasil Belajar ... 157

Lampiran 5 Instrumen Tes Gaya Berpikir Sekuensial ... 162

Lampiran 6 Analisis Hasil Uji coba Instrumen Tes Hasil Belajar Bahasa Inggris ... 163

Lampiran 7 Data Hasil Penelitian Pretest dan Tes Gaya Berpikir Sekuensial... 172

Lampiran 8 Data Hasil Penelitian... 174

Lampiran 9 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Median, Modus, Harga Rata-rata dan Standar Deviasi Dari Data Variabel Penelitian ... 177

Lampiran 10 Uji Normalitas Sebaran Data Penelitian ... 191

Lampiran 11 Uji Homogenitas ... 200

Lampiran 12 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 204

Lampiran 13 Uji Tuckey ... 209

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat

tergantung dari kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan bidang yang sangat

penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu

penentu kemajuan suatu bangsa. Pendidikan bahkan merupakan sarana paling

efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan masyarakat,

serta yang dapat mengantarkan bangsa mencapai kemakmuran.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPNS No.20Tahun 2003). Pendidikan

sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia.Untuk itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Menurut

Buchori dalam Trianto (2007:1) “Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang

tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan,

tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan

(16)

Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga

negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tinggi rendahnya kualitas kehidupan dalam suatu bangsa ditentukan

oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh sumber daya manusia itu sendiri.

Perkembangan masyarakat Indonesia dari masyarakat tradisional menuju

masyarakat yang modern sangat dipengaruhi oleh adanya perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat. Untuk menghadapi

tantangan tersebut, diperlukan sumber daya manusia yang bermutu. Peningkatan

sumber daya manusia yang bermutu merupakan suatu program yang sedang

dilaksanakan pemerintah khususnya bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,

pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem

pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang

berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam

proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar

(17)

pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas

membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap,

aktif, kreatif, dan mandiri. Djamarah berpendapat bahwa baik mengajar maupun

mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional.

Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat

dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi, namun

pada kenyataan saat ini permasalahan pembelajaran yang ada dalam dunia

pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena

kurangnya kesadaran dari guru untuk sungguh-sungguh menerapkan kurikulum

serta model pembelajaran yang mestinya harus diterapkan saat proses

pembelajaran, sehingga dalam hal ini bukan pemerintah saja yang memiliki andil

besar dalam pendidikan tetapi partisipasi guru juga perlu ditingkatkan. Berbagai

upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilaksanakan pemerintah mulai

dari pelatihan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, penerapan

berbagai model dan metode pembelajaran serta penyediaan sarana dan prasarana

yang dapat menunjang mutu pendidikan.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan banyak hal yang

diperhatikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan mutu

pendidikan dan meningkatkan sistem pendidikan yang digunakan. Proses Belajar

Mengajar (PBM) merupakan salah satu unsur yang paling penting yang harus

diperhatikan karena dengan pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik

tersebut tujuan pendidikan akan tercapai. Strategi belajar meliputi rencana,

metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan

(18)

bahwa: “Ada lima bagian penting dalam efektivitas pengajaran yaitu perencanaan,

komunikasi, pengajaran, pengaturan dan evaluasi”.

Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Sebagai bahasa

internasional bahasa Inggris memiliki peran sebagai alat berkomunikasi antar

bangsa-bangsa di dunia. Kemampuan anak untuk mengetahui dan menguasai

bahasa Inggris menjadi kebutuhan untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang begitu pesat. Alwasiah (2004) menyatakan: Peranan bahasa

Inggris sebagai bahasa kedua di Indonesia berfungsi sebagai alat untuk membantu

persaingan dan kerjasama ditataran global baik itu melalui pendidikan,

perdagangan, pemanfaatan sains dan teknologi serta kegiatan interaksi manusia

lainnya.

Dalam era globalisasi, frekuensi pemakaian bahasa Inggris tampak

sangat tinggi dalam segala segi kehidupan bermasyarakat. Hal ini secara tidak

langsung berdampak pada masyarakat. Pada pengajaran bahasa Inggris di sekolah,

hasil belajar yang ingin dicapai meliputi keterampilan berbahasa dan bersastra.

Menurut Tarigan (1986:1) ada empat keterampilan bahasa yang harus

diperhatikan. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis.Setiap keterampilan mempunyai hubungan yang

erat satu dengan yang lainnya.

Dalam Mata pelajaran bahasa Inggris pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) Standar Kompetensi Membaca, dan Kompetensi Dasar

membaca nyaring bermakna teks fungsional dan essai pendek sederhana

(19)

Inggris siswa diharapkan mampu memahami makna dalam esei pendek sederhana

berbentuk descriptive dan recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Namun pada kenyataannya standar kompetensi yang diharapkan belum dapat

tercapai secara optimal. Hal ini sesuai pula dengan pendapat yang dikemukakan

Nurhadi (2004:2) bahwa hasil pembelajaran di sekolah dasar dan menengah di

Indonesia menunujukkan ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antara

yang dipelajari dan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan

persoalan sehari-hari.

Indikator lain yang menunjukkan ketidakmampuan siswa dalam

mengatasi kompetensi pembelajaran bahasa Inggris adalah masih rendahnya hasil

belajar siswa untuk mata pelajaran tersebut. Selama ini rendahnya hasil belajar

bahasa Inggris disebabkan kurikulum yang digunakan penjabarannya hanya

sebatas mengukur kemampuan kognitif belum mengukur kompetensi siswa

belajar secara menyeluruh. Pembelajaran bahasa Inggris sekedar untuk memenuhi

beban kurikulum dan hanya sebatas penyampaian materi yang abstrak, sehingga

sebagian besar siswa belajar cenderung menganggap bahasa Inggris sebagai salah

satu mata pelajaran yang sulit dan membosankan.Dengan kondisi seperti itu,

siswa kurang menyadari pentingnya penguasaan kompetensi bahasa Inggris dalam

kehidupan sehari-hari dan mereka tidak tertarik untuk mempelajari secara

mendalam.

Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak

sekolah, namun dalam kenyataanya mutu pendidikan masih tetap rendah.

Rendahnya mutu pendidikan itu tercermin pada hasil belajar siswa yang salah satu

(20)

Tebing Tinggi, bahwa hasil belajar siswa sangat rendah termasuk pada mata

pelajaran bahasa Inggris yaitu nilainya berada dibawah nilai ketuntasan belajar

(75). Data yang diperoleh dari kantor Tata Usaha, dapat dilihat bahwa nilai

rata-rata UAS siswa SMP Negeri 7 Tebing Tinggi untuk mata pelajaran bahasa Inggris

relatif rendah, seperti terlihat pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Hasil UAS Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Tahun Pembelajaran Nilai Rata-rata Nilai Terendah Nilai Tertinggi 2010/2011 Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMP Negeri 7 Tebing Tinggi

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMP Negeri 7 Tebing

Tinggi, model pembelajaran yang digunakan oleh guru bahasa Inggris selama ini

cenderung menggunakan metode ceramah diselingi dengan tanya jawab, diskusi,

dan penugasan. Dengan metode ini kegiatan pembelajaran tidak melibatkan

seluruh peserta didik, siswa yang pintar akan semakin pintar dan siswa yang

kurang pintar akan tetap berjalan ditempat. Reigeluth (1983) mengemukakan

bahwa dalam peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat terjadi sebelum

peningkatan kualitas pembelajaran terlebih dahulu. Untuk itu perlu meningkatkan

pengetahuan tentang merancang sebuah metode atau strategi pembelajaran agar

lebih efektif, efesien dan memiliki daya tarik. Variasi didalam pemberian materi

memang sangat dibutuhkan, untuk menghindari terjadinya masalah-masalah siswa

yang mengakibatkan siswa bosan atau merasa sia-sia di dalam belajar. Variasi di

(21)

Untuk mencari pemecahan dari permasalahan ini dapat dilakukan dengan

menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran

yang dapat digunakan adalah dengan membawa siswa pada suasana belajar yang

lebih variatif pada saat pembelajaran berlangsung. Suasana belajar ini dapat

dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Think Talk Write (TTW) diharapkan siswa aktif dalam membahas materi pelajaran. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan pembelajaran terpadu. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial

dengan lingkungan. Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar

pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar

itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together) (Depdiknas: 2002). Dari setiap fase tersebut di atas dapat di perhatikan dengan jelas sebagai berikut: a)Fase

pertama, pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu

konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi.

Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.

b)Fase kedua, eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa

untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru,

dan menjelaskan fenomena yang dialami dengan bimbingan guru. c) Fase ketiga,

publikasi. Pada fase ini siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan,

membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat

(22)

pengamatannya. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan

barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima

kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) diperkenalkan pertama kali oleh Huinker dan Laughlin dan dibangun melalui

aktifitas berpikir, berbicara dan menulis. Think Talk Write (TTW) adalah salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan

kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa (Martinis Yamin,

2008: 84). Think Talk Write (TTW) dapat diterapkan pada kelompok heterogen yang terdiri dari 3-5 siswa. Dalam kelompok tersebut siswa diminta untuk

membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide

bersama teman kemudian mengungkapkanpendapat bersama teman dan diakhiri

dengan mengungkapkan idenya melalui tulisan. Strategi ini terdiri dari tiga fase

utama yaitu fase think, talk dan kemudian write. Fase think, dalam aktifitas tersebut siswa mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian

menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Kemampuan yang dianggap berpikir

diantaranya kemampuan membaca, secara komprehensif yang meliputi membaca

baris demi baris atau membaca yang penting saja. Dalam strategi ini teks bacaan

selalu dimulai dengan soal-soal kontekstual yang diberi sedikit panduan sebelum

(23)

membuat catatan kecil yang dilanjutkan dengan proses talk, siswa kemudian menuliskan hasil diskusi atau dialog pada lembar kerja yang disediakan (LKS).

Disamping seorang guru hendaknya mampu menggunakan berbagai

metode pembelajaran, seorang guru hendaknya mampu untuk mengenali dan

mengetahui karakteristik siswa sebab pemahaman yang baik terdapat karakteristik

siswa akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar,

bila guru dapat mengetahui karakteristik siswa guru dapat menyesuaikan dengan

penggunaan metode yang tepat dalam proses pembelajaran. Karakteristik yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang gaya berpikir siswa sebagai

pembentukan pengalaman siswa dalam mengorganisasi informasi-informasi ke

dalam bentuk yang khas. Gaya berpikir berkaitan erat dengan kemampuan

individu memperhatikan, menerima, dan mengingat. Guru harus mampu

mengidentifikasi gaya berpikir yang dimiliki oleh siswa agar materi yang

diajarkan kepada siswa dapat diserap oleh siswa dengan baik. Setiap siswa

memiliki gaya berpikir yang berbeda, perbedaan gaya berpikir siswa ini juga akan

mempengaruhi terhadap pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran khususnya pada materi

bahasa Inggris.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh

hasil belajar yang diharapkan dibutuhkan suatu model pembelajaran yang

memberi pengalaman belajar yang mencakup kerja sama dan keterampilan sosial

serta terkait dengan kemampuan berpikir yang dimiliki siswa dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Untuk itu peneliti mencoba mengkaji

(24)

dengan Model Pembelajaran Cooperatif Integrated Reading and Composition

(CIRC) dan Gaya Berpikir Sekuensial Terhadap Hasil Belajar Bahasa

Inggris Di SMP Negeri 7 dan SMP Negeri 5 Tebing Tinggi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan bahwa

masalah-masalah yang esensial dalam dunia pendidikan adalah rendahnya mutu

pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan ini pada akhirnya terlihat dalam

rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Dari fenomena tersebut akan

muncul berbagai pertanyaan menyangkut latar belakang rendahnya hasil belajar

bahasa Inggris antara lain sebagai berikut: Bagaimanakah model pembelajaran

yang digunakan selama ini? Apakah model pembelajaran dan penyampaian bahan

ajar bahasa Inggris kurang menarik perhatian siswa? Apakah model pembelajaran

bahasa Inggris yang digunakan kurang menarik perhatian siswa? Bagaimana

sebaiknya model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bahasa

Inggris sehingga siswa merasa tidak bosan dan dapat pula lebih efektif dalam

kegiatan pembelajaran? Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang

dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan model pembelajaran Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)? Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran yang berbeda? Apakah ada hubungan antara model

pembelajaran dengan hasil belajar bahasa Inggris siswa? Apakah terdapat

perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial

(25)

pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan model pembelajaran Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan gaya berpikir sekuensial dalam mempengaruhi hasil belajar siswa?

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa,

sehingga perlu pembatasan masalah dalam penelitian ini mengingat keterbatasan

dana, waktu, dan kemampuan peneliti.

Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada

masalah model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran adalah

model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan model pembelajaran Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC). Gaya berpikir sekuensial yang terbagi dalam dua yaitu gaya berpikir sekuensial abstrak dan gaya

berpikir sekuensial konkrit, serta hasil belajar bahasa Inggris materi descriptive text siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 7 dan SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. Aspek kognitif yang dibatasi aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2),

penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), evaluasi (C6). Penelitian ini

melibatkan dua variabel bebas yaitu model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan model pembelajaran Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar bahasa Inggris pada

materi descriptive text yang diperoleh dari hasil belajar bahasa Inggris yang dibatasi pada kompetensi membaca dan variabel moderatornya adalah gaya

berpikir sekuensial yaitu gaya berpikir sekuensial abstrak dan gaya berpikir

(26)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah hasil belajar bahasa Inggris siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran Think Talk Write (TTW) lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)?

2. Apakah hasil belajar bahasa Inggris siswayang memiliki gaya berpikir

sekuensial abstrak lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki gaya berpikir

sekuensial konkrit?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC) dan gaya berpikir sekuensial terhadap hasil belajar bahasa Inggris pada materi

descriptive text?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh

penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC), dan gaya berpikir sekuensial terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris, sedangkan secara

khusus penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui hasil belajar bahasa Inggris siswa yang diajarkan dengan

(27)

2. Mengetahui hasil belajar bahasa Inggris siswa yang memiliki gaya berpikir

sekuensial abstrak lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki gaya berpikir

sekuensial konkrit.

3. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC) dan gaya berpikir sekuensial terhadap hasil belajar bahasa Inggris.

F. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

secara teoritis dan praktis. Manfaat teoretis penelitian ini antara lain adalah untuk

memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan

kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran

bahasa Inggris dan gaya berpikir sekuensial siswa, sumbangan pemikiran dan

bahan acuan bagi guru, pengelola, pengembang, lembaga pendidikan, dan

penelitian. Selanjutnya yang ingin mengkaji secara mendalam tentang hasil

penggunaan model pembelajaran dan gaya berpikir sekuensial serta pengaruhnya

terhadap hasil belajar bahasa Inggris.

Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini antara lain adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bagi guru tentang model

pembelajaran Think Talk Write (TTW)dengan Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC), sehingga guru dapat merancang suatu rencana pembelajaran yang berorientasi bahwa belajar akan lebih baik jika siswa

menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan belajarnya sehingga dapat

(28)

2. Memberikan gambaran tentang keefektifan dan efisiensi aplikasi model

pembelajaran Think Talk Write (TTW)dengan Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC) dan gaya berpikir sekuensial pada pembelajaran bahasa Inggris untuk memperoleh hasil belajar bahasa Inggris yang lebih

(29)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar bahasa Inggris siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran TTW lebih tinggi dari hasil belajar bahasa Inggris siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran CIRC.

2. Hasil belajar bahasa Inggris siswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit lebih tinggi dari pada hasil belajar bahasa Inggris siswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial abstrak.

(30)

B.Implikasi

Pertama,hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa dalam bidang studi bahasa Inggris. Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris. Ini dapat dipahami karena melalui penerapan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya dapat menggiring keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian konsekuensinya apabila model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran, maka tentu akan berakibat berkurang pula partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil belajar bahasa Inggris lebih tinggi dengan menggunakan model pembelajaran TTW dari pada model pembelajaran CIRC. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran TTW lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris, karena dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran TTW dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan upaya dalam menyelesaikan masalah, dimana model pembelajaran TTW berusaha mengubah suasana kelas secara total dan berusaha memadukan permasalahan nyata yang terjadi disekitar lingkungan hidup sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan dengan daya ingat yang kuat.

(31)

pembelajaran TTW diharapkan guru dapat membangkitkan dan memotivasi keterlibatan dan partisipasi aktif siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris dan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan efektif dalam mecapai tujuan pembelajaran.

Kedua, hasil menunjukkan bahwa gaya berpikir sekuensial siswa berpengaruh terhadap hasil belajar bahasa Inggris. Siswa dengan gaya berpikir sekuensial konkrit secara rata-rata lebih tinggi atau unggul dibandingkan dengan siswa dengan gaya berpikir sekuensial abstrak. Pernyataan ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa gaya berpikir sekuensial konkrit signifikan memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris siswa. Siswa dengan gaya berpikir sekuensial konkrit akan selalu berusaha memecahkan setiap persoalan yang diberikan oleh guru, siswa dengan gaya berpikir sekuensial konkrit tidak gampang menyerah selalu berusaha menyelesaikan atau menemukan jalan dalam memecahkan masalah-masalah belajar.

(32)

berpikir sekuensial konkrit, sedangkan model pembelajaran CIRC lebih tepat digunakan bagi siswa dengan gaya berpikir sekuensial abstrak.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan gaya berpikir sekuensial siswa. Dalam hal ini antara guru dan siswa mempunyai peranan yang sama dan berarti dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris itu sendiri, sehingga dengan demikian untuk mencapai hasil belajar yang maksimal maka kedua variabel tersebut yaitu model pembelajaran dan kemampuan berpikir sekuensial.

Konsekuensi logis dari interaksi model pembelajaran dan gaya berpikir sekuensial berimplikasi kepada guru dan siswa. Untuk guru, agar dapat memahami dan tentunya melaksanakan dengan baik model pembelajaran di kelas karena melalui penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar, sedangkan untuk siswa agar selalu berupaya mengembangkan gaya berpikir sekuensial dengan membuka diri dan wawasan dalam belajar.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

(33)

2. Disarankan kepada guru agar memperhatikan karakteristik siswa khususnya gaya berpikir sekuensial yang dimiliki siswa sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa.

3. Disarankan kepada pihak pengambil kebijakan dilingkungan SMP Negeri 7 dan SMP Negeri 5 Tebing Tinggi untuk mengadakan pelatihan bagi guru-guru tentang penggunaan model pembelajaran yang tepat dan dapat dijadikan alternatif dalam menyampaikan materi melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), untuk pembelajaran bahasa Inggris yang lebih baik. 4. Guna penelitian lebih lanjut pada penggunaan model pembelajaran disamping

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman.(2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Andriani,M.(2008). Metode Pembelajaran Think-Talk-Write, (http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/metode-pembelajran-think-talk- write.html, diakses 23 November 2015). Herdian. 2011. Model Pembelajaran TTW (Think-Talk-Write)

Ansari.(2003). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta: Departemen Ahmadi.(2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Arends,R. (1989). Learning to Teach, New York: Me Graw Hill Book Company. Arikunto, Suharsimi. (2007). Kemandirian Belajar.http://Aristorahadi.Wordpress.Com. Alwasiah.A.C. (2004). Kuliah Dasar-Dasar Teori Lingusitik. Bandung: Rineka Cipta Bloom,B. (1984). Taxonomy of Education Objektives. New York:Longman. Inc. Bruner,J.S. (1960). The Process of education. London: Harvard University Press. Chaer.(2007). Lingusitik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Daryanto, (2010). Belajar dan Mengajar. Jakarta: Yrama Widya De Bono, Edward, (1990). Berpikir Literal. Jakarta: Binarupa Aksara.

DoPorter, B, Reardon, M., dan Sarah.S. (2004). Quantum Teaching. Bandung: Kaifah Depdikbud.(2002). Model-Model Pembelajaran Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. PGSM.

Depdiknas.(2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang SistemPendidikan Nasional.

Dimyati & Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono.(1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah.(2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djiwandono.(2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Dryden G, Vos J. (2002). Revolusi Cara Belajar. Bandung: Kaifa

Erman, Suherman, dkk (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI

Gagne, R.M. (1975). Essentials of Learning for Instructions. Illinois: The Dryden Press. Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction. New York:

(35)

Hamalik, O, (1993). Mengajar azas, Metode dan Teknik. Bandung: Pustaka Mariana. Huinker, Laughlin (1996). Talk your Way Into Writing. (eds)

Isjoni.(2009). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Johnson & Johnson. (1994) Cooperatif Learning in The Classroom. Virginia, Assciation for Supervision and Curriculum Development.

Johnson, E.B. (2002) Contekxtual Teaching and Learning.California: Convin Press, Inc. Joyce,B., Well.M. Calhoun, E (2000). Model of Teaching. London: Allyn and Bacon. Kessler, Carolyn. (1992). Cooperatif Language Learning, Englewood. Cliffs

Koes, Supriyono. (2003). Strategi Pembelajaran Fisika. Bandung: JICA Kuswari, U (2008). Aktivitas dan Prestasi Belajar. (Diakses 29 April 2015) Lie,A. (2002) Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.

Martinis Yamin.(2008). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidik. Jakarta: Gaung.

Merril,M. david and Twitchell, David G (1994) . Instructional Design Theory. New Jersey: Educational Technology Publications.

Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Miftahul, (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Morgan,dkk (2010). Pengertian Belajar.http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar (10 Desember 2014).

Nurhadi, dkk (2004). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Purwanto, Ngalin. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Karya Porter (1992). Competive Strategi: Technicueas

Reigeluth, Charles M. and Carr-Chellman, Alison A (2009).Instructional-Design Theories and Models. New York, London: Routledge Taylor and Francis, Rogers, Carl (1969) . Freedom to Learn. Colombus OH: Merril

(36)

Sampurno, Agus. (2007). Strategi dalam Membelajarkan Siswa dengan Sistem Kelompok. Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sanjaya,Wina. (2008). Strategi Pembelajaran.Jakarta : Kencana.

Semiawan.(2008). Belajar dan Pembelajaran Persekolahan dan Sekolah Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Slameto.(2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Snelbecker, Glen E (1974). Learning Theory and Instruction. Theory Sriningsih.(2007). Bahasa Indonesia. Jakarta: Teguh Karya. Chaer, Abdul

Sudjana, Nana. (1991). Teori-Teori Belajar Untuk Pengejaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Suriasumantri.(2005). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Suaidin. (2011).Metode Pembelajaran Think-Talk-Write,

(http://dikporadompu.net/wp/? p=71.

Suprijono, Agus. (2010). Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Media

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Suyitno, Amin. 2005. Mengadopsi Pembelajaran CIRC dalam MeningkatkanKeterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita.Seminar Nasional F.MIPA UNNES.

Soekamto & Winatapura.(2010). Prinsip Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : UT

Skinner.(2010). Pengertian Belajar.

http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar (10 Desember 2014).

Slavin, R. E. (1992).Cooperative Learning. USA: Allyn and Bacon.

Stevens, R.J. Madden, N.A., Slavin, R.E., and Farnish,A. M. (1987). Cooperative Integrated Reading and Compo-sition: Two field experiments.Reading Research Quarterly, 22,433-454.

Tarigan, Henry Guntur, 1991. Metodologi Pengajaran Bahasa I. Angkasa. Uno, Hamzah B. (2008). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.Jakarta : Bumi Aksara. Bandung.

Trianto.(2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progressif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Walgito, bimo (2010).Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi. Offest

Wasingila. (1996). Metode Pembelajaran Think-Talk-Write

(37)

Wena.(2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Gramedia. Yamin.(2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Tabel 4.7     Deskripsi Data Hasil Belajar Bahasa Inggris yang
Gambar                                                                                                         Halaman
Tabel 1.1 Hasil UAS Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui strategi apa yang digunakan dalam Waserda Koperasi Unit Desa Pakis, dengan cara mengidentifikasi faktor

Setelah tombol start ditekan maka, sensor photodiode akan mendeteksi adanya benda dalam box penampungan benda, selanjutnya silinder pneumatic 1 akan mundur dan

Berdasarkan temuan Tim Inspeksi Veteriner dan semakin meningkatnya jumlah perusahaan pengolah perikanan Indonesia yang masuk dalam daftar RASFF Komisi Eropa, serta respon yang

Kondisi optimum adsorpsi Co(II) menggunakan adsorben kitin terfosforilasi terjadi pada pH 5, dengan prosen adsorpsi Co(II) sebesar 52,40%, dan waktu kontak optimum adalah

3 DESA NAGA HUTA KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN NAGA HUTA SIANTAR MARIMBUN PEMATANG SIANTAR SUMATERA UTARA Kandidat Careworker... SIMPANG III

Pelaksanaan program Pemitra bagi pengembangan produk olahan tepung sayuran di desa Sindon kecamatan Ngemplak kabupaten Boyolali dengan tujuan utama untuk meningkatkan

(1) Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas pokok memimpin, membina dan mengendalikan pengoordinasian, pengkomandoan dan pelaksanaan tugas meliputi

Hasil analisa diperoleh bahwa pengetahuan responden terhadap kriteria kerusakan rumah tinggal untuk kategori rusak ringan adalah jawaban tertinggi Kurang Tahu