• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEDOSFER DI KELAS XSMA NEGERI 13 MEDAN T A 2013-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEDOSFER DI KELAS XSMA NEGERI 13 MEDAN T A 2013-2014."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

DISCOVERY UNTUKMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEDOSFER

DI KELAS XSMA NEGERI 13 MEDAN T.A 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

ADE IRMA NASUTION NIM. 309131001

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Discovery Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pedosfer di Kelas X

SMA N 13 Medan T.A 2013/2014. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki

kelemahan yang masih dapat diatasi berkat bantuan oleh beberapa pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku rektor Universitas Negeri Medan

2. Bapak Dr.H.Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan

Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si selaku sekretaris jurusan Pendidikan Geografi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

5. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah membantu saya dalam proses pembuatan skripsi dari awal sampai

akhir

6. Ibu Dra. Elfayetti, M.P, Bapak Drs. Sugiharto, M.Si, dan Bapak Dra. M.

Arif, M.Pd selaku dosen penguji.

7. Bapak/Ibu dosen dan pegawai yang ada di Jurusan Pendidikan Geografi

(5)

vi

8. Bapak Drs. Ilyas, M.Pd selaku kepala sekolah dan Ibu Febrina Damayanti,

S.Pd selaku guru Geografi di SMA Negeri 13 Medan yang telah membantu

penulis selama proses penelitian.

9. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang sangat saya banggakan,

ayahanda terkasih M. Yamin Nasution dan Ibunda tercinta Mariana Lubis

yang senantiasa mendoakan, mendukung dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

10. Tidak lupa pula kepada saudara/i saya terkasih Shafwan, Rahman, Rahma,

Iskandar dan Aulia, serta kepada abang ipar, kakak ipar dan keponakan yang

turut memberikan doa, dukungan dan motivasi kepada penulis.

11. Tersayang kepada Putri, Kiki, Tia, Yunmiati, kak Sari, Aty, Hadi, Dedek,

Seven, Milly, Dian, Usna, Fina, Isna, Fiqri dan khususnya Rahmad Fadillah

yang telah memberikan dukungan luar biasa kepada penulis..

12. Kepada teman-teman kelas A Reguler 2009 yang telah memberikan

dukungan khususnya Tutia Rahmi, Sofiyah Batubara dan Suparnia dalam

memberikan bantuan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut

membantu semoga Allah memberikan balasan. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca, khususnya jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan.

Medan, 25 Juli 2014 Penulis

(6)

vii DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

ABSTRAK ... iv

C. Variabel dan Defenisi Operasional Sekolah ... 31

D. Jenis Penelitian ... 32

E. Prosedur Penelitian... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 35

(7)

viii

BAB VI : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 42

A. Kondisi Fisik ... 42

B. Kondisi Non Fisik ... 42

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan ... 71

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(8)

ix

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal

1 Langkah-Langkah Metode Discovery ... 16

2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 33

3 Lembar Aktivitas Siswa ... 36

4 Kisi-Kisi Tes ... 37

5 Keadaan Guru dan Pegawai Sekolah SMA Negeri 13 Medan ... 47

6 Jumlah Siswa SMA Negeri 13 Medan Tahun 2013/2014 ... 47

7 Luas Ruang SMA Negeri 13 Medan ... 49

8 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I SMA Negeri 13 Medan Tahun 2014 ... 58

9 Distribusi Frekuensi Nilai Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I SMA Negeri 13 Medan Tahun 2014... 59

10 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II SMA Negeri 13 Medan Tahun 2014 ... 66

(9)

x

8 Struktur Organisasi SMA Negeri 13 Medan Tahun 2014 ... 48

9 Guru Sedang Menyampaikan Materi Pelajaran di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 52

10 Siswa Memberikan Jawaban Sementara Perumusan Masalah di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 53

11 Siswa Berdiskusi dan Menyelesaikan Lembar Kerja Siswa Siklus I di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 54

12 Siswa Mempresentasikan Hasil Jawaban Hipotesa di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 55

13 Siswa Mengerjakan Post Test Pada Siklus I di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 56

14 Observer Sedang Mengamati Aktivitas Belajar Siswa di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 57

15 Grafik Presentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 59

16 Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 60

17 Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru Pada Siklus II di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 63

18 Siswa Berdiskusi Dan Menyelesaikan Lembar Kerja Siswa Siklus II di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 64

(10)

xi

20 Siswa Mengerjakan Post Test Pada Siklus II di Kelas X-7 SMA

Negeri 13 Medan ... 65

21 Grafik Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II di Kelas X-7 SMA

Negeri 13 Medan ... 67

22 Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Dari Siklus I Ke

Siklus II di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 68

23 Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Per Siklus di Kelas X-7

SMA Negeri 13 Medan ... 68

24 Grafik Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II di

Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan ... 69

25 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I Ke Siklus II di Kelas

(11)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Hal

1 Validitas Tes... 80

2 Tabel Uji Validitas Dan Reliabilitas Soal ... 91

3 Perhitungan Validitas Soal ... 93

4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Tes ... 95

5 Perhitungan Reliabilitas ... 97

6 Silabus ... 99

7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 101

8 Lembar Kerja Siswa Siklus I... 109

9 Kriteria Penilaian Lks Siklus I ... 111

10 Kunci Jawaban Lks Siklus I ... 112

11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 115

12 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 123

13 Kriteria Penilaian Lks Siklus II ... 125

14 Kunci Jawaban Lks Siklus II ... 126

15 Soal Post Test Siklus I ... 128

16 Soal Post Test SiklusII ... 132

17 Kunci Jawaban Post Test ... 136

18 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I ... 137

19 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II ... 139

20 Daftar Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 141

21 Daftar Ketuntasan Hasil Belajar Siswa SiklusII ... 143

22 Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I) ... 145

23 Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II) ... 146

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

konteksual dan komprehensif dalam menjawab sekaligus memenuhi kebutuhan

masyarakat serta tuntutan perubahan dan perkembangan zaman sehingga pendidikan

menjadi faktor yang sangat penting bagi setiap umat manusia. Sesuai dengan tujuan

pendidikan yakni mampu membina manusia agar menjadi manusia dan bangsa yang

cerdas dan peka terhadap perkembangan zaman.

Berdasarkan undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi

siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan tersebut tergantung

bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan suatu proses

pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah merupakan proses interaksi antara

siswa dan guru atau antara siswa dengan siswa, adanya penggunaan kurikulum,

penggunaan fasilitas pengajaran dan penerapan metode pembelajaran yang variatif

serta melakukan evaluasi demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam rangka

(13)

2

strategi pembelajaran yang akan diterapkannya. Seorang guru harus memikirkan

strategi atau pendekatan yang akan digunakannya. Pemilihan strategi dan metode

pembelajaran yang tepat akan berdampak pada tingkat penguasaan materi dan hasil

belajar siswa.

Hasil wawancara pada guru Geografi sekolah di SMA Negeri 13 kelas X-7

Medan, ibu Febrina Damayanti, menjelaskan bahwa ketika beliau mengajarkan

materi Pedosfer di dalam kelas terjadi kekurangaktifan siswa selama proses

pembelajaran. Hanya beberapa orang saja yang memperhatikan dan menanggapi

dengan bertanya beberapa hal yang mereka kurang pahami serta mencatat hal yang

mereka anggap penting. Selebihnya mereka hanya mendengarkan penjelasan beliau

tetapi tidak benar-benar mengerti materi tersebut.

Dalam menyampaikan materi pedosfer ini, beliau mengaku bahwa metode

yang digunakan untuk menyampaikan materi pedosfer adalah metode ceramah dan

diketahui bahwa tidak semua materi dapat disampaikan dengan metode ceramah. Hal

tersebut dikarenakan metode ceramah yang berperan aktif hanya guru sedangkan

siswa kurang berpartisipasi selama proses pembelajaran sehingga siswa merasa

bosan dan jenuh untuk mengikuti proses pembelajaran.

Menurut hasil wawancara juga, beliau mengatakan bahwa metode

pembelajaran yang beliau gunakan selama ini tidak hanya ceramah, akan tetapi

beliau juga pernah mencoba mengajarkan dengan berbagai model dan metode

pembelajaran dan berhasil dengan tercapainya KKM pada beberapa materi

pembelajaran yang lain. Namun pada materi pedosfer, beliau belum pernah mencoba

(14)

3

Sehingga seperti yang terjadi pada siswa di kelas X-7 di SMA Negeri 13

Medan yang menetapkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) pada mata

pelajaran Geografi dengan materi Pedosfer yaitu 75. Akan tetapi dari hasil belajar

siswa yang di dapat dari nilai ulangan harian, hanya 19 orang saja yang memenuhi

KKM dari 40 siswa atau hanya 47% saja yang mencapai ketuntasan secara klasikal,

sementara ketuntasan klasikal yang harus dipenuhi adalah 70%. Sisanya belum

mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah sehingga tentu saja ketuntasan

klasikalnya pun belum tercapai.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu melakukan perubahan untuk

memberikan pemecahan masalah bagi materi tersebut dengan memperbaiki proses

pembelajaran agar siswa tidak bosan, pasif dan ikut aktif selama proses pembelajaran

berlangsung. Salah satu usaha perbaikan tersebut adalah dengan memilih metode

pembelajaran yang tepat agar kompetensi dan tujuan akhir pembelajaran yang

diinginkan dapat tercapai dengan baik.

Seperti pada penelitian Fatimah (2010) mengatakan bahwa proses

pembelajaran dapat berlangsung lebih baik dengan melakukan penerapan metode

pembelajaran kooperatif tipe Discovery. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa

dengan penerapan metode pembelajaran tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa. Peneliti menduga bahwa dengan menerapkan metode

pembelajaran Discovery pada materi tersebut yang nantinya diharapkan dapat

mengatasi hambatan-hambatan di dalam kelas tersebut sehingga dapat memicu

keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti mengharapkan dengan menemukan (Discovery) dan menyelidiki

(15)

4

ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa. Anak belajar menguasai salah satu metode

ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri dan siswa belajar berpikir analisis dan

mencoba memecahkan permasalahan dalam materi pedosfer dengan menggunakan

metode discovery. Sedangkan guru hanya memberi petunjuk dan bimbingan kepada

siswa. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan,

pertanyaan sehingga diharapkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dan nilai

KKM yang telah ditetapkan untuk materi Pedosfer.

Pemilihan metode pembelajaran Discovery ini sesuai digunakan pada

kompetensi dasar menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan pedosfer

karena siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan

memiliki kemampuan yang baik dalam menemukan sesuatu ide/konsep oleh mereka

sendiri sehingga dapat menumbuhkan minat belajar yang diharapkan dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar serta mampu menyelesaikan kompetensi

dasar yang telah ditetapkan.

Pada penelitian ini, siswa akan diberikan permasalahan yang sama pada

masing-masing kelompoknya. Kemudian siswa diberikan kebebasan untuk

mengembangkan kemampuan berpikirnya yang berkaitan dengan materi sehingga

siswa akan lebih paham terhadap konsep dari materi Pedosfer. Hasil akhir dari

kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok

yang lebih mengasah kemampuan intelektual siswa.

B. Identifikasi Masalah

Menurut latar belakang diatas, masalah-masalah yang diidentifikasi dari

penelitian ini adalah: (1) rendahnya minat belajar siswa (2) kurangnya keaktifan

(16)

5

tidak mencapai KKM yang sudah ditetapkan sekolah. (3) metode penyajian pelajaran

kurang bervariasi. (4) sebagian besar hasil belajar siswa belum mencapai KKM pada

materi Pedosfer.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu penerapan metode

pembelajaran Discovery untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada

materi Pedosfer di kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan T.A 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka dalam penelitian ini peneliti

merumuskan masalahnya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan

metode pembelajaran Discovery pada materi Pedosfer di kelas X-7 SMA

Negeri 13 Medan?

2. Apakah hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode

pembelajaran Discovery pada materi Pedosfer di kelas X-7 SMA Negeri 13

Medan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran

kooperatif tipe Discovery pada materi Pedosfer kelas X-7 SMA Negeri 13

Medan T.A 2013/2014.

2. Peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran

kooperatif tipe Discovery pada materi Pedosfer kelas X-7 SMA Negeri 13

(17)

6

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam kualitas pembelajaran

khususnya pendidikan Geografi.

2. Sebagai bahan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan aktivitas dan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Diharapkan dapat meningkatkan kemauan belajar pada siswa sehingga siswa

lebih aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa.

4. Untuk mengembangkan wawasan untuk peningkatan mata pelajaran

Geografi.

5. Sebagai studi perbandingan bagi penelitian berikutnya agar dapat digunakan

(18)

50

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dikarenakan pada siklus

pertama belum mencapai KKM yaitu 75, sehingga dilanjutkan pada siklus kedua.

Setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan dalam seminggu dengan tiap minggu

yang memiliki alokasi waktu 2x45 menit. Adapun tahapan-tahapan yang

dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pratindakan

Pelaksanaan pratindakan yang dilakukan adalah melakukan observasi ke

sekolah dengan meminta izin kepada pihak sekolah dan salah satu guru bidang

studi geografi, selanjutnya melakukan wawancara dengan guru tersebut mengenai

permasalahan yang dihadapi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung di

dalam kelas. Menurut hasil wawancara, permasalahan yang dihadapi oleh guru

adalah kurangnya aktivitas siswa pada materi Pedosfer dan rendahnya hasil

belajar siswa. Diketahui bahwa hanya 19 orang saja dari 40 orang siswa yang

memenuhi KKM yaitu 75. Sedangkan 21 siswa yang lain belum mencapai nilai

75. Selanjutnya, kurangnya aktivitas siswa ketika proses pembelajaran

berlangsung dapat diketahui dari sedikitnya jumlah siswa yang menganalisis

masalah, mengeluarkan pendapat dengan membuat hipotesa, berdiskusi mencari

informasi, data dan fakta, menjawab hipotesa untuk memecahkan masalah, dan

(19)

51

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah peneliti dan guru

melakukan suatu perubahan dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

metode pembelajaran kooperatif tipe Discovery. Pemilihan metode pembelajaran

ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam materi

Pedosfer. Peneliti bersama guru bidang studi mendiskusikan langkah-langkah

kegiatan pembelajaran dalam metode pembelajaran Discovery. Selanjutnya,

peneliti menyusun lembar soal uji validitas tes siswa. Kegiatan terakhir dalam

tahap ini adalah melakukan uji validitas dan reliabilitas tes di Kelas X-7 SMA

Negeri 13 Medan T.A 2013/2014.

2. Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan

Sebelumnya pada tahap pratindakan, peneliti telah mengetahui

permasalahan apa saja yang dihadapi di dalam kelas. Kemudian pada tahap ini,

kegiatan yang dilakukan yaitu 1) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang sesuai dengan metode yang akan diterapkan, 2) menyiapkan lembar

kerja siswa (LKS) siklus I, dan soal postest siklus I, 3) membagi siswa dalam 7

kelompok, 4) menyusun lembar observasi aktivitas belajar siswa sesuai dengan

metode Discovery, dan 7) mempersiapkan nomor punggung pada siswa sebagai

tanda pengenal dan bertujuan untuk mempermudah dalam kegiatan observasi

yang akan dilakukan selama kegiatan penelitian berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan ini dilakukan berdasarkan dari perencanaan yang telah

disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran

(20)

52

dari 6 orang. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, siswa telah duduk dalam

kelompoknya masing-masing dan memakai nomor punggung yang telah

dibagikan oleh guru.

Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam, melakukan apersepsi, dan

memberikan motivasi pada siswa yang berlangsung selama 6 menit. Selanjutnya

guru membagikan modul pembelajaran pada tiap kelompok serta lembar kerja

siswa, setiap perwakilan kelompok mengambilnya di depan kelas. Kemudian guru

menyampaikan materi secara singkat yang berkaitan dengan pedosfer dengan

menampilkan jenis-jenis tanah di Indonesia. Kegiatan tersebut berlangsung

selama 10 menit dengan menggunakan infokus yang sudah dipersiapkan (lihat

gambar 9).

Gambar 9. Guru Sedang Menyampaikan Materi Pelajaran Kepada Siswa di Kelas X-7 SMAN 13 Medan

Selanjutnya guru membimbing siswa dalam menjawab perumusan

masalah dengan memperhatikan gambar pada infokus yang nantinya membantu

(21)

53

Dalam kegiatan ini, aktivitas siswa yang diamati yaitu kemampuan siswa

dalam menganalisis masalah dengan memperhatikan apakah siswa mengamati

gambar yang ditampilkan di depan kelas dengan serius atau tidak. Pengamatan

tersebut dilakukan oleh observer yang bukan saja mengamati aktivitas siswa tetapi

juga aktivitas guru demi perbaikan pada siklus berikutnya.

Kegiatan selanjutnya, siswa diberikan waktu untuk memahami perumusan

masalah yang telah disusun dalam bentuk pertanyaan pada lembar kerja siswa

yang telah dibagikan. Kemudian secara acak, guru meminta pada masing-masing

perwakilan kelompok untuk menjawab satu pertanyaan berdasarkan informasi

yang telah di dapatnya sebagai bentuk jawaban sementara dari perumusan

masalah dan mengijinkan bagi teman sekelompoknya yang lain untuk membantu

menjawab pertanyaan tersebut dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Siswa Memberikan Jawaban Sementara Dari Perumusan Masalah di Kelas X-7 SMAN 13 Medan

Dalam memberikan hipotesa, aktivitas siswa yang dilihat yaitu aktivitas

mengeluarkan pendapat dengan membuat hipotesa yang dapat menjadi jawaban

(22)

54

dalam berpikir kritis dan mandiri sehingga siswa dapat maju dan berkembang

sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Selanjutnya, guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam

menyelesaikan perumusan masalah pada lembar kerja siswa dengan bantuan

modul yang telah dibagikan pada masing-masing kelompok, buku paket geografi,

internet, dan informasi yang telah disampaikan oleh guru. Selama kegiatan

berdiskusi, observer juga memperhatikan kegiatan para siswa. Apakah mereka

aktif dalam berdiskusi dengan memberikan sumbangsih pendapat dalam

menjawab perumusan masalah atau mereka malah bercanda dengan teman

sekelompoknya dan bermain-main selama kegiatan berdiskusi berlangsung dapat

dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Siswa Berdiskusi Menyelesaikan Lembar Kerja Siswa Siklus I di Kelas X-7 SMAN 13 Medan

Setelah siswa menyelesaikan lembar kerja siswa tersebut, guru meminta

perwakilan kelompok 1 untuk memberikan satu jawaban dari satu perumusan

masalah pada lembar kerja siswa. Setiap anggota dalam kelompok tersebut juga

(23)

55

pertanyaan tersebut pada lembar kerja siswa. Usai presentasi hasil jawaban

kelompok, kelompok lain diperbolehkan untuk memberikan pendapat baik berupa

saran maupun pertanyaan untuk kelompok yang telah melakukan presentasi.

Setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan jawaban dari

perumusan masalah tersebut sesuai urutan kelompoknya dan ada satu pertanyaan

yang akan dijawab oleh empat kelompok. Selama proses presentasi berlangsung,

observer mengamati aktivitas siswa dalam menjawab perumusan masalah, apakah

jawaban-jawaban tersebut sesuai dengan materi pedosfer dan juga memperhatikan

aktivitas dalam menyatakan kesimpulan di depan kelas (lihat gambar 12).

Gambar 12. Siswa Mempresentasikan Hasil Jawaban Perumusan Masalah di Kelas X-7 SMAN 13 Medan

Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk memberikan

kesimpulan berdasarkan materi yang telah dipelajari secara keseluruhan yang

berlangsung selama 4 menit. Selanjutnya guru memberikan kesimpulan akhir dari

kesimpulan-kesimpulan yang telah diberikan siswa. Kemudian guru memberikan

soal post tes berupa pilihan berganda sebanyak 15 soal pada masing-masing siswa

(24)

56

Gambar 13. Siswa Sedang Mengerjakan Post Test Pada Siklus I di Kelas X-7 SMAN 13 Medan

c. Observasi

Observasi pada penelitian ini merupakan kegiatan pengamatan aktivitas

siswa dan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selama penelitian

berlangsung, kegiatan observasi dilakukan oleh 3 orang observer terdiri dari

peneliti dan 2 orang observer yang merupakan rekan peneliti yaitu Tutia Rahmi

dan Aty Syai’dah Lubis dapat dilihat pada gambar 14.

Setiap siswa mengambil nomor punggung yang dibagikan peneliti di

depan kelas dan menggunakan nomor punggung tersebut dibagian tubuh yang

mudah terlihat observer. Nomor punggung tersebut berfungsi untuk

mempermudah mencatat aktivitas siswa di lembar observasi yang telah disiapkan

(25)

57

Gambar 14. Observer Sedang Mengamati Aktivitas Belajar Siswa di Kelas X-7 SMAN 13 Medan

Aspek aktivitas siswa yang dinilai adalah : (1) menganalisis masalah, (2)

mengeluarkan pendapat dengan membuat hipotesa, (3) berdiskusi mencari

informasi, data dan fakta, (4) menjawab hipotesa untuk memecahkan masalah,

dan (5) menyatakan kesimpulan. Setiap aspek aktivitas diberi skor 1-3. Skor dan

persentase aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel 8 dan gambar 15.

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata hasil pengamatan

aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 62,86% dengan rata-rata aktivitas

belajar siswa pada siklus I adalah 1,89 yang tergolong cukup. Sedangkan untuk

data observasi siswa secara individual dapat dilihat pada lampiran 18. Tabel 8

menunjukkan bahwa terdapat 2 aspek aktivitas belajar yang tergolong baik dan 3

aspek aktivitas belajar tergolong cukup. Hasil pengamatan pada aspek

mengeluarkan pendapat dengan membuat hipotesa, menjawab hipotesa untuk

memecahkan masalah dan menyatakan kesimpulan masih ditemukannya

kelemahan. Hal tersebut disebabkan karena beberapa siswa memiliki perasaan

(26)

58

karena mereka belum terbiasa untuk mengutarakan pendapat mereka di depan

teman-teman yang lainnya.

Tabel 8. Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I SMA Negeri 13 Medan Tahun 2014

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Keterangan : F = Frekuensi, Sc = Skor nilai, ST = Skor Total

Aspek aktivitas belajar yang tergolong baik adalah menganalisis masalah

dengan rata-rata 2,17 (72,22%) serta berdiskusi mencari informasi, data dan fakta

dengan rata-rata 2,07 (69,05%). Sedangkan aspek aktivitas belajar yang tergolong

cukup adalah mengeluarkan pendapat dengan membuat hipotesa dengan rata-rata

1,57 (52,38%), menjawab hipotesa untuk memecahkan masalah dengan rata-rata

1,89 (61,11%), dan menyatakan kesimpulan dengan rata-rata 1,79 (59,52%).

Pengamatan terhadap aktivitas guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Discovery meliputi 9

aspek yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan,

keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan

(27)

59

kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan

perorangan, dan praktek metode pembelajaran discovery. Hasil observasi pada

aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 22.

Gambar 15. Grafik Presentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I di Kelas X-7 SMAN 13 Medan

Hasil belajar siswa secara individu pada siklus I dapat dilihat dari nilai

lembar kerja siswa (LKS) dan postest siswa pada siklus I dibagi dua. Ketuntasan

hasil belajar individual siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 20. Berikut

ini disajikan data nilai hasil belajar siswa siklus I pada tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Nilai Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I SMANegeri13 Medan Tahun 2014

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Tabel 9 diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah

80,36. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan individu pada hasil belajar siswa

(28)

60

dengan nilai KKM >75 adalah sebesar 73,81% atau sebanyak 31 siswa dan yang

belum mencapai ketuntasan sebesar 26,19% atau sebanyak 11 orang. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada grafik ketuntasan siswa berikut.

Gambar 16. Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I di Kelas X-7 SMAN 13 Medan

Berdasarkan gambar 16, ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai

pada siklus I karena kelas dapat dikatakan tuntas dalam belajar jika persentase

ketuntasan klasikal telah mencapai minimal 85% dari seluruh siswa yang

mencapai nilai KKM >75. Dengan demikian, hasil belajar siswa perlu

ditingkatkan lagi dengan melanjutkan penelitian ke siklus selanjutnya.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis perolehan observasi dan tes

hasil belajar yang telah dilakukan. Hasil analisis menjadi bahan dalam

menentukan tindakan perbaikan untuk siklus II. Pada siklus I hasil penelitian

menunjukkan masih adanya kekurangan, yaitu: 1) masih banyak siswa yang

kurang bertanggung jawab dengan materi pembelajaran yang harus ia kuasai dan

(29)

61

kurangnya pengetahuan mengenai materi yang diberikan, 2) masih banyak siswa

takut untuk mengeluarkan pendapat di depan teman-temannya karena mereka

belum terbiasa mengutarakan pendapatnya di depan teman-temannya, 3) aktivitas

belajar siswa yang lain yaitu: menjawab hipotesa untuk memecahkan masalah dan

menyatakan kesimpulan juga masih perlu diperbaiki, 4) hasil belajar siswa belum

mencapai ketuntasan klasikal 85% karena masih terdapat 11 siswa (26,19%) yang

belum mencapai KKM >75, 5) guru mengalami kesulitan dalam mengelola kelas

karena pengaturan waktu yang tak sesuai dengan RPP disebabkan siswa terlalu

lama dalam mengeluarkan pendapat baik ketika siswa memberikan hipotesa,

menjawab hipotesa untuk memecahkan masalah, menyatakan kesimpulan dan

mengerjakan postest serta LKS. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian

lanjutan ke siklus berikutnya yaitu siklus II.

3. Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan

Berdasarkan refleksi dan analisis data pada siklus I, guru dan peneliti

mendiskusikan beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

kekurangan tersebut, yaitu: 1) setelah berakhir tindakan pada siklus I, guru

memberikan arahan kepada siswa untuk membaca dirumah tentang materi

pelajaran atau modul yang telah diberikanagar mereka lebih menguasai materi

tersebut dan lebih serius dalam memberikan jawaban dari perumusan masalah, 2)

guru memberikan motivasi berupa penguatan kepada siswa agar membiasakan diri

dan percaya diri dalam mengeluarkan pendapat atau mampu berbicara di depan

teman-temannya, 3) guru memberitahukan bahwa aktivitas selama proses

(30)

62

membantu guru dalam mengawasi siswa agar tidak ada siswa yang berbicara

diluar materi pelajaran, 4) guru juga menyampaikan bahwa dalam menjawab

perumusan masalah dan postest harus dijawab dengan baik dan benar karena hal

tersebut akan dinilai, 5) peneliti menyampaikan kepada guru bahwa guru harus

memperhatikan waktu dalam menjalankan kegiatan pembelajaran terutama pada

kegiatan inti sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai waktu yang

sudah dirancangkan pada RPP dan guru dapat mengefektifkan waktu dengan

memberikan tahu pada siswa batas waktu pada masing-masing aktivitas yang

dilakukan selama proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan siklus II merupakan pelaksanaan atas hasil perencanaan

sesudah melakukan refleksi pada siklus sebelumnya yaitu siklus I. Alokasi waktu

pelaksanaan pada siklus II juga dilakukan sama seperti siklus I yaitu 2 x 45 menit.

Pada kegiatan awal, guru memulai dengan mengucapkan salam dan memeriksa

kesiapan siswa untuk memulai pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran,

melakukan apersepsi dan motivasi kepada siswa kemudian guru dengan dibantu

observer membagikan LKS pada masing-masing kelompok.

Selanjutnya guru menjelaskan materi tentang pengertian erosi, jenis-jenis,

dan ciri-ciri erosi dengan menggunakan media yang telah disediakan yang dapat

dilihat pada gambar 17. Pelaksanaan tindakan dalam kegiatan inti dimulai dengan

guru meminta siswa untuk menganalisis masalah dengan membaca perumusan

masalah pada lembar kerja siswa selama 1 menit dan memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengamati gambar pada infokus dengan serius atau tidak, yang

(31)

63

Gambar 17. Siswa Memperhatikan Penjelasan GuruPada Siklus II di Kelas X-7 SMAN 13 Medan

Setelah itu, secara acak guru memanggil satu siswa dari tiap-tiap anggota

kelompok untuk memberikan hipotesis dan memberikan kesempatan pada teman

sekelompoknya untuk membantunya dalam memberikan hipotesa. Pada saat itu

observer akan mengamati kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapatnya.

Usai tiap kelompok memberikan hipotesis, guru mempersilahkan siswa untuk

berdiskusi dengan mencari informasi, data dan fakta dalam menemukan jawaban

hipotesa yang telah dibuat tadi untuk memecahkan masalah.

Pada gambar 18, aktivitas berdiskusi siswa juga diamati oleh observer.

Setelah masing-masing kelompok dapat mendapat jawaban dari perumusan

masalah, guru memberikan arahan pada kelompok satu dan seterusnya untuk

mempresentasikan hasil jawaban dari hipotesa yang telah mereka berikan

sebelumnya. Pada lembar kerja siswa terdapat empat pertanyaan, satu pertanyaan

untuk dibahas oleh satu kelompok dan ada satu pertanyaan yang hanya dibahas

(32)

64

Gambar 18. Siswa Melakukan Diskusi Untuk Menjawab Hipotesa Siklus II di Kelas X-7 SMAN 13 Medan

Guru juga memotivasi siswa yang sama sekali belum pernah

mengeluarkan pendapatnya untuk memberikan jawaban hipotesa yang telah

mereka diskusikan. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang

memiliki pertanyaan yang belum mereka jawab kepada kelompok lain untuk

menjawab pertanyaan yang dilempar oleh kelompok yang bertanya tersebut. Pada

kegiatan ini, observer mengamati aspek dalam menjawab hipotesa dan

menyatakan kesimpulan jawaban dari lembar kerja siswa (lihat gambar 19).

Selanjutnya pada kegiatan akhir, siswa diberikan kesempatan untuk

menyimpulkan materi secara keseluruhan yang telah dipelajari baik dari informasi

yang telah di dapat dari guru, internet atau dari jawaban lembar kerja siswa

dengan bimbingan guru. Selanjutnya guru memberikan kesimpulan akhir dari

(33)

65

Gambar 19. SiswaMempresentasikan Hasil Jawaban Hipotesa Siklus IIdi Kelas X-7 SMAN 13 Medan

Kemudian observer dan guru membagikan soal postest yang terdiridari 15

soal dengan pilihan jawaban a, b, c, dan d, untuk dikerjakan siswa selama 10

menit (lihat pada gambar 20).

(34)

66

Setelah itu, guru mengumpulkan soal postest dan lembar kerja siswa. Guru

mengucapkan terimakasih atas partisipasi siswa dalam menjalani proses

pembelajaran ini hingga selesai dan mengucapkan salam kepada seluruh siswa.

c. Observasi

Pada tahap observasi siklus II, pengamatan yang dilakukan observer pada

siswa selama proses pembelajaran berlangsung sama seperti pada siklus I yaitu

observer mengamati aktivitas belajar siswa dalam: (1) menganalisis masalah, (2)

mengeluarkan pendapat dengan membuat hipotesa, (3) berdiskusi mencari

informasi, data dan fakta, (4) menjawab hipotesa untuk memecahkan masalah,

dan (5) menyatakan kesimpulan serta observer juga mengamati aktivitas guru

selama proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi, aspek aktivitas

hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus ISMANegeri13 Medan Tahun 2014

(35)

67

Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus

II adalah 76,98%. Pada siklus I, aktivitas belajar siswa memiliki skor 62,86% dan

pada siklus II mencapai skor 76,98%. Tabel 10 juga menunjukkan bahwa hasil

observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II terdapat 1 jenis aktivitas belajar

yang tergolong cukup dan 4 aktivitas belajar tergolong baik. Secara keseluruhan,

aktivitas belajar siswa pada siklus II dinyatakan memiliki kategori baik.

Gambar 21 menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas belajar

siswa pada siklus II. Hal ini terlihat pada persentase tertinggi untuk aktivitas

belajar siswa pada siklus II adalah kemampuan menganalisis masalah dengan

persentase 84,92% dan yang terendah adalah kemampuan mengeluarkan pendapat

dengan persentase 61,11%.

Gambar 21. Grafik Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II di Kelas X-7 SMA Negeri13 Medan

Grafik ini mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Kemampuan

menganalisis masalah meningkat sebesar 12,7%, mengeluarkan pendapat

meningkat sebesar 8,73%, berdiskusi meningkat sebesar 11,9%, menjawab

hipotesa meningkat sebesar 19.05%, menyatakan kesimpulan meningkat sebesar

(36)

68

18,26%.Untuk melihat peningkatan aktivitas belajar siswa mulai dari siklus I

sampai siklus II dapat dilihat pada gambar 22.

Gambar 22. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa dari Siklus I ke Siklus IIdi Kelas X-7 SMANegeri13 Medan

Pada siklus I siswa memperoleh skor persentase sebesar 62,86% dan pada

siklus II siswa memperoleh skor persentase sebesar 76,98% berarti aktivitas

belajar siswa mengalami peningkatan 14,12%. Adanya peningkatan aktivitas

belajar siswa pada penelitian ini.Untuk mempermudah melihat peningkatan

aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar 23.

Gambar 23. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Per Siklus di Kelas X-7 SMANegeri13 Medan

SIKLUS I SIKLUS II

62,86% 76,98%

(37)

69

Selanjutnya, penelitian ini juga untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar

siswa. Ketuntasan individual siswa pada siklus II dapat dilihat dari nilai LKS dan

postest siswa pada lampiran 21. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ketuntasan

pada siklus II dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel11. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II SMA Negeri 13 Medan Tahun 2014

No. Kelas Interval (F) % Keterangan

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Gambar 24. Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II di Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan

Tabel 11 diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah

siklus II adalah 84,21. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar secara individual

sebanyak 37 orang dengan nilai KKM >75atau sebesar 88,09% ketuntasan belajar

(38)

70

sebanyak 5 orang. Hal ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus

I ke siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 24.

d. Refleksi

Pelaksanaan siklus II merupakan hasil perbaikan dari pelaksanaan siklus I

yang memberikan peningkatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas

X-7 SMA Negeri 13 Medan Tahun Ajaran 2013/2014 pada materi Pedosfer

dengan menerapkan metode Discovery. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus

I sebesar 73,81% dan pada siklus II sebesar 88,09% sehingga terjasi peningkatan

ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 14,28%.

Terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I sebesar

73,81% atau 31 siswa menjadi 88,09% atau 37 siswa dari 42 siswa. Dalam

peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 14,28% atau 6 siswa yang

mengalami peningkatan dalam penelitian ini yang dilakukan selama 2 siklus.

Dengan demikian, penelitian ini dapat dianggap selesai sampai siklus II karena

sudah melebihi dari kriteria ketuntasan secara klasikal dalam penelitian ini yaitu ≥

85% dengan nilai KKM 75.Grafik peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa

dapat dilihat pada gambar 25.

Selama berlangsungnya pelaksanaan siklus II, jumlah siswa pada aktivitas

menganalisis masalah, mengeluarkan pendapat, berdiskusi mencari informasi,

menjawab hipotesa, dan menyatakan kesimpulan mengalami peningkatan

sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat terjadi karena guru

melaksanakan beberapa tindakan sebagai cara untuk mengatasi kekurangan yang

terjadi pada siklus I. Karena guru dan peneliti melakukan perbaikan dan dapat

(39)

71

perencanaan siklus II sehingga penilaian pelaksanaan pembelajaran siklus II

memperoleh presentase 88,09%.

Gambar 25. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa siklus I ke siklus IIKelas X-7 SMA N 13 Medan Tahun 2014

B. Pembahasan

1. Aktivitas Belajar Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil observasi pada

siklus I terdapat permasalahan yaitu: 1) masih banyak siswa yang kurang

bertanggung jawab dengan materi pembelajaran yang harus ia kuasai dan tidak

serius dalam menjelaskan jawaban dari perumusan masalah, 2) masih banyak

siswa takut untuk mengeluarkan pendapat di depan teman-temannya karena

mereka belum terbiasa mengutarakan pendapatnya di depan teman-temannya, 3)

aktivitas belajar siswa yang lain yaitu: menjawab hipotesa untuk memecahkan

masalah dan menyatakan kesimpulan juga masih perlu diperbaiki, 4) hasil belajar

siswa belum mencapai ketuntasan klasikal 85% karena masih terdapat 11 siswa

(26,19%) yang belum mencapai KKM >75, 5) guru mengalami kesulitan dalam

(40)

72

dalam mengeluarkan pendapat baik ketika siswa memberikan hipotesa, menjawab

hipotesa untuk memecahkan masalah, menyatakan kesimpulan dan mengerjakan

postest serta LKS.

Munculnya permasalahan-permasalahan tersebut disebabkan tidak adanya

kesiapan dan kematangan mental siswa dalam proses pembelajaran seperti yang

diterangkan oleh Roestiyah (2008) sehingga siswa tidak dapat mengembangkan

kemampuan berpikirnya dan tidak dapat menguasai materi yang diberikan.

Akibatnya siswa tidak bertanggung jawab dan tidak serius dengan apa yang

harusnya dikuasai sehingga mempengaruhi nilai mereka. Hal yang dilakukan guru

dan peneliti untuk mengatasi kekurangan tersebut dengan mempercepat waktu

pembagian modul. Guru dan peneliti juga membagikan modul sebelum

pembelajaran berlangsung dan memotivasi siswa agar membaca modul dirumah

dan mencari dari sumber lain agar mereka memiliki kesiapan mental dan bekal

untuk melaksanakan proses pembelajaran yang diharapkan akan memperbaiki

aktivitas dan hasil belajar mereka. Karena pada siklus I, guru dan peneliti

membagikan modul ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga mereka

kurang memiliki bekal tentang materi yang diberikan guru.Salahnya waktu

pembagian modul juga turut mempengaruhi kemampuan mereka dalam

mengeluarkan pendapat sehingga mereka tidak memiliki cukup pengetahuan

tentang materi yang diberikan.

Kurangnya kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat juga

dikarenakan siswa memiliki perasaan takut untuk mengutarakan pendapatnya

karena mereka tidak yakin jawaban yang diberikan akan benar, salah atau kurang

(41)

73

depan umum. Mereka menganggap jawaban yang salah adalah hal yang

memalukan. Oleh karena itu guru memotivasi siswa dengan menyemangati bahwa

jawaban apapun yang mereka berikan itu sudah bagus, baik itu jawaban kurang

tepat atau salah. Yang terpenting adalah mereka berani dan percaya diri untuk

mengeluarkan pendapat mereka sendiri itu merupakan hal yang sangat baik.

Guru dan peneliti memberikan arahan bahwa aktivitas-aktivitas yang

dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran diawasi dan dinilai oleh observer,

begitu juga dengan jawaban-jawaban dari hasil lembar kerja siswa dan postest

sehingga guru mengharapkan siswa dapat lebih serius dan tidak bercanda dengan

temannya ketika menjalani kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran maupun

dalam mengerjakan lembar kerja siswa dan postest.

Penggunaan waktu yang terlalu lama dan tak sesuai dengan RPP siklus I

dikarenakan guru dan siswa baru pertama kali menerapkan metode pembelajaran

Discovery dan juga alokasi waktu pada RPP siklus I yang belum detail pada setiap

langkah pembelajaran. Peneliti dan guru pun memperbaiki alokasi waktu RPP

siklus II dengan merincikan setiap langkah pembelajaran yang diharapkan guru

dan peneliti dapat mengetahui berapa alokasi waktu yang diberikan untuk tiap-tiap

langkah pembelajaran sehingga penggunaan waktu pada proses pembelajaran

sesuai dengan RPP siklus II.

Hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus II ternyata memberikan

perubahan yang meningkat dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan pada

siklus I. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas belajar yang meningkat sebesar

14,12% dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, aktivitas belajar siswa sebesar

(42)

74

Selain itu, Sardiman (2010:96) menuliskan pernyataan Montessori

memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam

pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan

bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak

didik.

2. Hasil Belajar Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 13 Medan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat diketahui

bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Discovery pada

materi pedosfer dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I sebesar

73,81% atau 31 siswa yang tuntas dan 26,19% atau 11 siswa tidak tuntas dari 42

siswa yang mengikuti tes siklus I. Pada siklus II, ketuntasan mencapai 88,09%

atau 37 siswa yang tuntas dan siswa yang tidak tuntas sebesar 11,91% atau 5

siswa. Dari hasil tersebut diperoleh peningkatan hasil belajar siswa sebesar

14,28%. Kriteria ketuntasan secara klasikal dalam penelitian ini adalah ≥ 85%,

maka dalam penelitian ini ketuntasan hasil belajar siswa telah melampaui 85%

yakni 88,09% dan penelitian ini dikatakan berhasil dengan baik.

Adanya peningkatan hasil belajar tersebut dapat terjadi karena proses

belajar yang lebih baik pada siklus II. Aktivitas siswa dan guru lebih baik pada

siklus II dikarenakan adanya diskusi dan saran atau perbaikan yang dilakukan

oleh guru dan siswa berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada siklus I,

sehingga aktivitas praktek metode pembelajaran berjalan dengan lebih baik.

Sejalan dengan penelitian Fatimah (2010) yang menyatakan dalam penelitiannya

bahwa penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan

(43)

75

Tahun Ajaran 2010/2011. Maka penelitian ini juga telah meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe

Discovery T.A 2013/2014 pada materi Pedosfer.

Usaha untuk meningkatkan proses dan hasil belajar dapat dilakukan

dengan merancang dan menerapkan berbagai alternatif pemecahan sesuai hasil

identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dengan

melakukan perbaikan (remedi) agar menghilangkan kegagalan dan juga

pemantapan atas keberhasilan yang telah dicapai.

Rendahnya nilai siswa dalam apek aktivitas belajar karena kurangnya

informasi atau pengetahuan yang di dapat siswa mempengaruhi hasil belajarnya

seperti yang diungkapkan oleh Gagne (dalam Suprijono, 2010) yang merupakan

salah satu pengertian hasilbelajar yaitu informasi verbal. Informasi verbal ini

merupakan kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik

lisan maupun tertulis. Maka dibutuhkan pengetahuan dalam diri siswa agar

mampu menjawab perumusan masalah sehingga hasil belajar siswa dapat

Gambar

Grafik Presentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I di Kelas X-7
Grafik Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II di Kelas X-7 SMA
Tabel Uji Validitas Dan Reliabilitas Soal ...........................................
gambar 9). Gambar 9. Guru Sedang Menyampaikan Materi Pelajaran Kepada Siswa di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan percobaan, akan dipaparkan nilai precision untuk beberapa tahap, yaitu nilai precision sebelum dilakukan pengoreksian, nilai precision setelah pengoreksian

Pengumpulan data dari penelitian ini adalah: (1) data hasil belajar dari siklus I dan siklus II yang dilakukan siswa dan diambil dari penilaian tes hasil belajar oleh

dalam judul ini kompas.com seolah olah memberikan berita positif tentang program ibadah berhadiah tetapi ada penonjolan kalimat kutipan yang kontra terhadap

Melihat latar belakang dan permasalahan yang mendasari pemikiran dalam penulisan studi ini mempunyai tujuan dalam hal ini tersusunnya suatu strategi untuk

62 Hikmah diturunkannya secara gradual adalah untuk menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah saw, tarbiyah bagi umat Islam dari segi keilmuan dan pengamalan,

Kemudian dipastikan bahwa seluruh titik bantu baru P tidak berdekatan dengan sumber keramaian maka, dapat ditentukan lokasi titik-titik bantu baru P yang akan menjadi lokasi

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa kinerja keuangan dilihat dari nilai Capital Adequency Ratio (CAR) tahun 2012

Pada indikator Elaboration (elaborasi) jawaban siswa yang belum memenuhi indikator ini hanya mampu menulis ulang data yang diketahui yang dikonversi menjadi