PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMA NEGERI 6 LHOKSEUMAWE
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
DEWI MULYANI NIM: 8106174020
P E N D I D I K A N B I O L O G I
P R O G R A M P A S C A S A R J A N A
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
M E D A N
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMA NEGERI 6 LHOKSEUMAWE
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
DEWI MULYANI NIM: 8106174020
P E N D I D I K A N B I O L O G I
P R O G R A M P A S C A S A R J A N A
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
M E D A N
i
ABSTRAK
Dewi Mulyani: Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Menggunakan Media Animasi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri 6 Lhokseumawe. Tesis. Medan: Program Pascasarjana UNIMED, 2014.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi sistem pencernaan makanan, (2) pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem pencernaan makanan, (3) kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi dari pengaruh model pada materi sistem pencernaan makanan, dan (4) kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi dari pengaruh model pembelajaran pada materi sistem pencernaan makanan. Metode penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen dengan sampel penelitian sebanyak 3 kelas ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling yaitu 2 kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah bermedia animasi (Eksperimen A), dan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah tanpa media (Eksperimen B), sedangkan 1 kelas sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah sebanyak 6 soal; tes kemampuan berpikir kritis sebanyak 20 soal dalam bentuk Essay yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya. Data dianalisis menggunakan teknik Analisis Kovariat (Anacova) dengan bantuan program SPSS 19.0 (SPSS Inc.).
Hasil Penelitian menunjukkan: (1) terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah biologi siswa pada materi sistem pencernaan makanan ditunjukkan dengan Fhitung > Ftabel yaitu 72,112 > 2,70 serta nilai probabilitas 0,000 < 0,05 (2) Terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem pencernaan makanan ditunjukkan Fhitung > Ftabel yaitu 26,921 > 2,70 serta nilai probabilitas 0,000 < 0,05. (3) kemampuan pemecahan masalah biologi siswa yang dibelajarkan dengan model PBL bermedia animasi 81,55±6,32 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran berbasis masalah tanpa media 77,99±5,76 maupun model pembelajaran konvensional 64,06±5,76 (4) Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model PBL bermedia animasi 81,57±12,70 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran berbasis masalah tanpa media 63,48±14,86 maupun model pembelajaran konvensional 57,73±10,39. Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini diharapkan guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dan penggunaan media animasi dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran biologi.
ii
ABSTRACT
Dewi Mulyani: The Influence of Problem Based Learning by Using a Animation Media on Problem Solving and Critical Thinking Ability of Students SMA Negeri 6 Lhokseumawe. Thesis. Medan: Postgraduate Program UNIMED, 2014.
The study aims to find out : (1) the influence of the learning model on students problem solving ability of the digestive system topic, ( 2 ) the influence of learning model on students' critical thinking abilities in the digestive tract topic, (3) a problem-solving ability is higher than the influence model of the digestive system topic, and (4) a critical thinking ability is higher than the effect on the learning model of the digestive system topic. The research method used a quasi- experimental using 3 classes as a sample. The technique is a cluster random sampling by using 2 experimental classes taught with problem -based learning model of media animation (Experiment A), and that learned with problem -based learning model without media (Experiment B), while the first class as a class that learned control with conventional learning models. The research instrument used is giving 6 questions of problem solving ability and 20 questions as a critical thinking ability. The tests have been tested for validity, reliability, power difference, and the difficulty level. Data were analyzed using analysis Covariates ( Anacova ) with SPSS 19.0 ( SPSS Inc .
Results showed :(1) there is a significant influence of learning models to biology students problem solving abilities on the topic indicated by the digestive system of Fhitung > Ftabel is 72.112 > 2.70 and 0.000 probability value < 0.05, (2) there is the influence of the significantly from the learning model students' critical thinking ability in the indicated digestive system topic of Fhitung > Ftabel is 26.921 > 2.70 and 0.000 probability value < 0.05, (3) biological problem-solving ability of students who learned with animated models of media PBL 81.55 ± 6.32 was significantly higher than the model of problem-based learning without media 77.99 ± 5.76 and 64.06 ± conventional learning model 5,76 (4) critical thinking ability of students who learned with animated models of media PBL 81.57 ± 12.70 were significantly higher than the model of problem-based learning without media 63.48 ± 14.86 and 57.73 ± conventional learning models 10 , 39 . As a follow up of the results of this study are expected teachers to be able to apply the model of problem-based learning and the use of animation media in an effort to enhance the problem solving and critical thinking ability of students in learning biology .
Keywords : Problem Based Learning, Animation Media, Problem solving,
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kesempatan sehingga tesis ini dapat disusun dan diselesaikan pada
waktunya. Shalawat dan salam ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah melakukan revolusi moral dan pemikiran sehingga kemajuan di segala aspek
kehidupan dapat tercipta hingga sekarang ini. Tesis ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi
Pendidikan Biologi pada Sekolah PascaSarjana UniversitasNegeri Medan.
Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis telah menerima banyak bantuan
dari berbagai pihak dan untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada Dr. H.Hasruddin, M.Pd dan Prof. Dr. Herbert
Sipahutar, M.Sc sebagai dosen pembimbing I dan II yang tulus dan penuh
perhatian memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan waktunya kepada
penulis. Apresiasi yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada para
narasumber, Dr.Rachmat Mulyana, M.Si. Dr. Fauziyah Harahap, M.Si. dan Dr.
Ely Djulia, M.Pd yang dengan keluasan dan kedalaman ilmunya masing-masing
telah memberikan masukan yang begitu berarti terhadap tesis ini baik dari
segiteori, penulisan maupun metodologinya, serta ungkapan terima kasih kepada
seluruh dosen yang telah memberikan pengetahuan dan ilmunya selama penulis
menempuh pendidikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kepala SMA Negeri 6
Lhokseumawe, seluruh guru serta siswa/i SMA Negeri 6 Lhokseumawe atas
bantuan dan kerjasamanya. Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus
iv
Rosmanidar,S.Pd, Adekku Rahmat, ST. Rina Ridara, S.Si. dan Kana Riski, atas
segala perhatian, bimbingan dan doa yang selalu menyertai perjalanan hidup
penulis. Terimakasih sedalam-dalamnya juga diucapkan kepada suami tercinta
Iskandar, A.Md yang telah menjadi motivator selama penulisan tesis ini.
Terimakasih kepada teman-teman PPS Pendidikan Biologi angkatan XIX atas
kebersamaannya.
Akhirnya kepada semua pihak yang turut membantu di dalam pengerjaan
tesis ini, penulis hingga penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu penulis ucapkan terimakasih yang tidak terhingga semoga semua bantuan
yang telah diberikan menjadi amaljariah yang akan mendapat balasan yang lebih
baik di sisi Allah SWT (Amin).
Medan, April 2014 Penulis,
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale 13 Gambar 3.1. Tahapan Alur Kerja Penelitian 61 Gambar 4.1. Rata-rata Pretes dan Postes Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMAN 6 Lhokseumawe pada Materi Sistem
Pencernaan Makanan 64
Gambar 4.2. Rata-rata Pretes dan Postes Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siswa SMAN 6 Lhokseumawe pada Materi
Sistem Pencernaan Makanan 67
Gambar 4.3. Pengaruh Model Pembelajaran dan Media Animasi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siwa Pada Materi Sistem Pencernaan Kelas XI IPA SMA Negeri
6 Lhokseumawe 68
Gambar 4.4. Kemampuan Mengidentifikasi Masalah Biologi 70 Gambar 4.5. Kemampuan Merumuskan Masalah Biologi 71 Gambar 4.6. Kemampuan Menemukan Alternatif-alternatif Solusi 71 Gambar 4.7. Kemampuan Menyusun Rencana Penyelesaian Masalah 72 Gambar 4.8. Kemampuan Menyelesaikan Pemecahan Masalah 73 Gambar 4.9. Kemampuan Memeriksa Kembali 73 Gambar 4.1.0. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Kemampuan
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Persentase Siswa Kelas XI IPA yang Memperoleh Nilai di bawah KKM SMA Negeri 6 Lhokseumawe Tahun
Tahun 2011/2012. 3
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah 23 Tabel 2.2. Perbedaan Pedagogik Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Pembelajaran Konvensional 26
Tabel 3.1. Daftar Peringkat Akreditasi SMA Negeri Lhokseumawe 42
Tabel 3.2. Desain Penelitian 43
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara keadaan internal dan
proses kognitif siswa dengan stimulus lingkungan. Hasil belajar merupakan tolak
ukur dari keberhasilan proses pembelajaran. Hasil belajar dapat dilihat dengan
meningkatnya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa (Dimyati dan
Mudjiono, 2006). Di antara berbagai hasil belajar yang diperoleh siswa, hasil
belajar dalam aspek kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah
karena berkaitan langsung dengan kemampuan siswa dalam menguasai bahan
pelajaran.
Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
diajarkan di setiap jenjang pendidikan baik di SD, SMP, SMA maupun Perguruan
Tinggi. Biologi dapat menjelaskan gejala-gejala alam. Namun kenyataannya
masih banyak siswa SMA/MA yang belum dapat berbuat setelah mempelajari
biologi. Hal ini kemungkinan disebabkan materi biologi belum dapat dipahami
dengan benar. Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep biologi dapat juga
disebabkan oleh rendahnya kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan
metode yang tepat dalam pembelajaran. Menurut Nur (2005) kemampuan rata-rata
guru sains di Indonesia belum seperti diharapkan. Guru biologi SMA rata-rata
hanya menguasai 57% materi ajar dan guru kimia rata-rata 50% materi ajar.
Para pengajar seringkali kesulitan dalam mengajarkan proses–proses
2 pencernaan makanan dalam biologi diantaranya menuntut kemampuan untuk
menggambarkan aktivitas siswa yang mendasar pada tingkat mikroskopik,
submikrokospik, dan molekuler (Ping, 2003). Keterbatasan sumber–sumber
belajar, dan fasilitas laboratorium yang tidak memadai, banyaknya peserta dalam
satu rombongan belajar, waktu yang tersedia tidak mencukupi menyebabkan
penyampaian materi hanya berdasarkan buku teks yang dipakai dalam
pembelajaran yang cenderung monoton sehingga menyebabkan proses belajar
mengajar kurang menarik perhatian siswa (Prayitno & Manullang, 2010).
Masalah yang sama dapat terlihat pada hasil belajar biologi di SMA
Negeri 6 Lhokseumawe. SMA Negeri 6 Lhokseumawe memiliki jumlah kelas XI
sebanyak 5 kelas. Khusus untuk kelas IPA sebanyak 3 kelas. Salah satu masalah
pendidikan yang banyak dihadapi saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran di
dalam kelas. Pada proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran lebih diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya, ketika anak didik
lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasinya
(Sanjaya, 2010).
Hasil studi awal yang dilakukan peneliti selama melakukan pengajaran di
sekolah pada saat diberi ujian biologi siswa banyak yang memperoleh nilai di
3 Tabel 1.1. Persentase Siswa Kelas XI IPA yang Memperoleh Nilai di bawah
KKM SMA Negeri 6 Lhokseumawe
No Kelas/Semester Jumlah Siswa Persentase
1 XI IPA -1 37 67,9
2 XI IPA -2 38 69,2
3 XI IPA -3 38 66,6
( Sumber: Arsip nilai SMAN 6 Lhokseumawe 2011/2012)
Faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan masih rendah antara
lain; (1) Kurangnya pengakuan dan penghargaan terhadap perbedaan individu
siswa, (2) Pembelajaran yang kurang tepat menumbuhkan kesadaran akan makna
belajar, dan (3) Pembelajaran yang masih bersifat teacher centered ( Marpaung,
2001). Penggunaan media pembelajaran yang tidak efektif, dimana media yang
digunakan hanya dilihat dari sudut kepentingan guru, contohnya, karena guru
kurang menguasai bahan pelajaran maka media tertentu digunakan, bukan dari
sudut kebutuhan, minat, dan kondisi siswa (Sanjaya, 2010). Guru masih kurang
memperhatikan pengalaman siswa dalam lingkungannya untuk dapat diangkat
dalam proses pembelajaran, kurang memperhatikan perolehan belajar mereka
selama proses pembelajarannya (Sadirman, 2010).
(Amir, 2010) mengatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) atau
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah salah satu model pembelajaran berpusat
pada siswa. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan memperbaiki
keterampilan interpersonal, berpikir kritis, pencarian informasi, komunikasi, rasa
hormat, dan kerja kelompok (Sungur, 2006). Pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru sebagai
proses pembiasaan dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan
berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran yang meliputi beberapa
4 masalah yang dapat dilakukan secara mandiri maupun kelompok, serta
kemampuan berkomunikasi sebagai sarana agar terjadi pemahaman yang benar
(Arends, 2008).
Arsyad (2005) berpendapat agar proses belajar mengajar dapat berhasil
dengan baik, sebaiknya siswa diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya.
Belajar melalui stimulus gambar atau visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik
untuk tugas-tugas seperti mengingat dan mengenali kembali. Pelibatan berbagai organ tubuh mulai dari telinga (audio), mata (visual), dan tangan (kinetik) membuat informasi lebih mudah dimengerti (Arsyad, 2004). Deporter (2000) mengungkapkan manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio visual), dari yang didengarnya hanya 20% (audio), dan dari yang dibaca hanya 10%. Biologi merupakan subjek visual yang sering mengandung urutan proses dinamis yang kompleks dan kopsep-konsep abstrak, oleh karenanya, penggunaan media visual dan audio visual mampu membuat siswa lebih mudah mengerti untuk mempelajari suatu materi.
Penggunaan gambar–gambar yang bergerak (animasi) dalam
pendeskripsian konsep biologi, selain akan mengkonkretkan materi biologi juga
dapat menambah daya penguatan (reinformant) serta dapat menambah minat dan
perhatian siswa sepanjang proses belajar mengajar. Di samping itu, pemakaian
pembelajaran visual dapat membangkitkan keinginan dan minat baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar (Hamalik, 2003). Dalam
pembelajaran berbasis media ada tiga aspek untuk menunjang kompetensi peserta
didik, khususnya berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah, yaitu: (1)
Pemahaman mendalam tentang konsep, pengetahuan, dan operasi dasar, (2)
Pengolahan informasi untuk produktivitas, dan (3) Pemecahan masalah,
5 Penelitian Hallinger (2005) yang ditujukan untuk mengetahui dampak
audio dan animasi dalam pengajaran multimedia pada konsep abstrak
mengindikasikan bahwa kemampuan spasial secara signifikan berkaitan dengan
prestasi belajar dan sikap. O’Day (2006) menjelaskan bahwa animasi lebih efektif
untuk menghadirkan pembelajaran yang berkualitas.
Berdasarkan uraian di atas, dipandang perlu untuk mengadakan penelitian
untuk melihat kontribusi pengaruh pembelajaran berbasis masalah dengan
menggunakan media animasi dalam pembelajaran biologi terhadap kemampuan
pemecahan masalah dan berpikir kritis siswa sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka masalah
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Hasil belajar biologi siswa yang belum mencapai nilai KKM di SMA
Negeri 6 Lhokseumawe.
2. Keterbatasan sumber–sumber belajar, dan fasilitas laboratorium yang tidak
memadai.
3. Guru masih sering menerapkan model konvensional dalam pembelajaran
biologi.
4. Kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah.
5. Kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.
6. Belum ada guru biologi yang menerapkan model Pembelajaran Berbasis
6 1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(problem based learning) dan pembelajaran konvensional yang digunakan
dengan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.
2. Media pembelajaran yang digunakan animasi power point berbentuk video
yang dirancang dengan menggunakan Camtasia Studio 07 (Techsmith,
Okemos)
3. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, menemukan
alternatif-alternatif solusi, menyusun rencana pemecahan masalah, penyelesaian
terhadap pemecahan masalah, dan memeriksa kembali hasil pemecahan
masalah.
4. Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa dalam memeriksa dan memecahkan masalah dengan
berpikir kritis yang diadaptasi dari tes berpikir kritis Cornell.
5. Materi biologi didasarkan atas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan hasil belajar siswa diperoleh dari siswa kelas XI IPA materi pokok sistem
pencernaan makanan.
1.4. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dapat
7 1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran (Pembelajaran Berbasis
Masalah bermedia animasi, Pembelajaran Berbasis Masalah tanpa media dan
pembelajaran konvensional) terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa
pada materi sistem pencernaan makanan di kelas XI IPA SMA Negeri 6
Lhokseumawe?
2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran (Pembelajaran Berbasis
Masalah bermedia animasi, Pembelajaran Berbasis Masalah tanpa media dan
pembelajaran konvensional) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi sistem pencernaan makanan di kelas XI IPA SMA Negeri 6
Lhokseumawe?
3. Manakah yang memberikan kemampuan pemecahan masalah yang lebih
tinggi dari pengaruh model pembelajaran (Pembelajaran Berbasis Masalah
bermedia animasi, Pembelajaran Berbasis Masalah tanpa media dan
pembelajaran konvensional) pada materi sistem pencernaan makanan di kelas
XI IPA SMA Negeri 6 Lhokseumawe?
4. Manakah yang memberikan kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi dari
pengaruh model pembelajaran (Pembelajaran Berbasis Masalah bermedia
animasi, Pembelajaran Berbasis Masalah tanpa media dan pembelajaran
konvensional) pada materi sistem pencernaan makanan di kelas XI IPA SMA
Negeri 6 Lhokseumawe?
1.5. Tujuan Penelitian
8 1. Pengaruh model pembelajaran (Pembelajaran Berbasis Masalah bermedia
animasi, Pembelajaran Berbasis Masalah tanpa media dan pembelajaran
konvensional) terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi
sistem pencernaan makanan di kelas XI IPA SMA Negeri 6 Lhokseumawe.
2. Pengaruh model pembelajaran (Pembelajaran Berbasis Masalah bermedia
animasi, Pembelajaran Berbasis Masalah tanpa media dan pembelajaran
konvensional) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem
pencernaan makanan di kelas XI IPA SMA Negeri 6 Lhokseumawe.
3. Kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi dari pengaruh model
pembelajaran (Pembelajaran Berbasis Masalah bermedia animasi,
Pembelajaran Berbasis Masalah tanpa media dan pembelajaran konvensional)
pada materi sistem pencernaan makanan di kelas XI IPA SMA Negeri 6
Lhokseumawe.
4. Kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi dari pengaruh model
pembelajaran (Pembelajaran Berbasis Masalah bermedia animasi,
Pembelajaran Berbasis Masalah tanpa media dan pembelajaran konvensional)
pada materi sistem pencernaan makanan di kelas XI IPA SMA Negeri 6
Lhokseumawe.
1.6. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada peneliti lain tentang pengaruh model pembelajaran berbasis
masalah dengan penggunaan media animasi dalam pembelajaran biologi terhadap
9 kepala sekolah dan pengawas pendidikan dalam langkah meningkatkan mutu
pendidikan. Akhirnya merupakan sumbangan (kontribusi) peneliti dalam
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penggunaan
animasi terhadap hasil belajar biologi.
Secara praktis hasil penelitian ini di harapkan memberikan masukan dan
acuan untuk pengambilan kebijakan pendidikan dalam rangka peningkatan kinerja
guru dan peningkatan pemberdayaan guru dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan, khususnya bagi guru bidang studi biologi dalam penggunaan model
dan media pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah dan berpikir
82 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dan pengujian hipotesis
secara statistik yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran (Pembelajaran
berbasis masalah bermedia animasi, Pembelajaran Berbasis Masalah tanpa
media, dan pembelajaran konvensional) terhadap kemampuan pemecahan
masalah biologi siswa pada materi sistem pencernaan makanan kelas XI IPA
SMA Negeri 6 Lhokseumawe.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran (Pembelajaran
berbasis masalah bermedia animasi, Pembelajaran Berbasis Masalah tanpa
media, dan pembelajaran konvensional) terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa pada materi sistem pencernaan makanan kelas XI IPA SMA Negeri 6
Lhokseumawe.
3. Kemampuan pemecahan masalah siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan pembelajaran berbasis masalah bermedia animasi secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemecahan masalah biologi
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah tanpa
media animasi maupun siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional.
4. Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
83 tinggi dibandingkan kemampuan pemecahan masalah biologi siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah tanpa media
animasi maupun siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional.
5.2. Implikasi
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dikemukakan bahwa kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran berbasis masalah bermedia animasi lebih baik
dibandingkan pembelajaran dengan model PBL tanpa menggunakan media dan
model pembelajaran konvensional.
Dengan menggunakan media animasi, siswa diharapkan dapat
memperoleh persepsi dan pemahaman yang sama dan benar, selain siswa dapat
menerima materi mata pelajaran. Sedangkan guru diharapkan dapat mengikat
siswa selama pembelajaran berlangsung dan membantunya mengingat kembali
dengan mudah berbagai pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari.
Penelitian ini juga mempertegas bahwa animasi berguna untuk memperjelas
konsep-konsep abstrak dan proses dinamis dalam pembelajaran sehingga penting
bagi pengajar untuk menghadirkannya dalam proses pembelajaran, namun karena
model pembelajaran mempengaruhi secara signifikan terhadap kemampuan
memecahkan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa oleh karenanya perlu
digunakan model PBL untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan
84 5.3. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka sebagai tindak lanjut
dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Secara umum materi biologi memiliki karakteristik yang bersifat abstrak,
karenanya diharapakn guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi atau
konsep-konsep biologi kepada siswa dengan hanya menggunakan ceramah,
melainkan bagaimana proses konsep itu terjadi dapat dipahami, dikuasai dan
tahan lama dalam ingatan siswa.
2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah maupun
kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran biologi yang dilakukan,
hendaknya guru merencanakan suatu model pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran maupun kreatif
memecahkan persoalan atau masalah yang berkaitan dengan biologi dan
disarankan kepada guru untuk menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah serta penggunaan media animasi sebagai media pembelajaran.
3. Perencanaan, pembuatan dan penggunaan media animasi dalam pembelajaran
yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran harus lebih dioptimalkan,
sehingga dapat digunakan dalam proses pembelajaran terutama dalam
menjelaskan proses atau prosedur yang ada didalam materi yang tentunya
akan lebih meningkatkan pemahaman siswa di dalam pembelajaran dan
meningkatkan minat siswa di dalam proses pembelajaran.
4. Sejalan dengan semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi,
diharapkan para guru dapat mendesain media-media pembelajaran yang
85 yang diajarkan, salah satunya mendesain media animasi, dan disarankan agar
para guru agar dapat menguasai penggunaan program-program computer
minimal dapat mengoperasikan program MS.Office maupun MS.Office
PowerPoint dengan baik.
5. Kepada pihak sekolah, juga diharapkan untuk lebih memperhatikan
penyediaan sarana, prasarana maupun fasilitas pembelajaran yang dapat
membantu guru dalam menjalankan tugasnya dengan baik, dan disarankan
kepada kepala sekolah untuk dapat mengikut sertakan para guru dalam
pelatihan-pelatihan komputer agar guru dapat mengoperasikan
program-program komputer dengan baik dalam menunjang efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan belajar mengajar di dalam kelas.
6. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat melakukan penelitian
lebih lanjut dengan topik atau permasalahan yang sama sehingga diperoleh
hasil penelitian yang lebih menyeluruh. Hal ini penting agar hasil penelitian
ini bermanfaat sebagai penyeimbang teori maupun sebagai reformasi terhadap
dunia pendidikan khususnya dalam penggunaan model dan media
86 DAFTAR PUSTAKA
Amir, T., 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Arikunto, S., 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Arends, R.I., 2008. Learning to Teach, Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.
Arsyad. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press Indonesia.
Budiman, A., 2009, Pengaruh Media Komputer dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa, Tesis, Pasca Sarjana, Universitas Negeri Medan.
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher.
Deporter, B., 2000. Quantum Teaching(terjemahan). Bandung: Kaifa-Mizan.
Depdiknas. 2006. Sosialisasi KTSP. CD-ROM. Jakarta: Ditjen PMPTK,Depdiknas
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Erik De Graaf. 2003. Characteristic of Problem-Based Learning. International Journal Engng, Ed. Vol 19, No.5, pp. 657-662. Britain.
Feldman, A. 2010. Berpikir Kritis. Jakarta: PT Indeks.
Gagne R.M. dan Brigs L.J., 1992, Principles of Instructional Design, New York, Holt Rinehart & Winston.
87 Hallinger, P., 2005, Integrating Learning Technologies and Problem Based Learning, Proceedings of the Second Internasional Conference on eLearning for Knowledge-Based-Society, Thailand.
Hye Jeun So, Bosung Kim., 2009, Learning about problem based learning: Students teachers integrating technology, pedagogy, and content knowledge.Australian Journal of Educational Technology, 25 (1), 101-116.
Ibrahim, H., Sihkabuden, Suprijanta, & Kustiawan, U. 2001. Media pembelajaran:
Bahan Sajian Program Pendidikan AktaMengajar. FIP.UM.
Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual.Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Rafika Aditama.
Kelly, O.C., and Finlayson, O.E., 2007, Providing Solutions Through Problem-based Learning for the Undergraduate 1st year Chemistry Laboratory, Chemistry Education Research and Practice, 8 (3): 347-361.
Kirschner, P.A., Sweller, J., and Clark, J., 2006, Why Minimal Guidance during Intruction does Not Work: An Analysis of the Failure of Contructivist, Discovery, Problem-Based, Experiental, and Inquiry-Based Teaching, Education Psychologist, 41 (2): 1-22.
Liliasari. 2009. Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju Profesionalitas Guru, http://file.upi.edu/direktori/sps/prodi.pendidikan ipa/194909271978032-liliasari/berpikir.kritis.pdf. Diakses 21 Maret 2012.
Munir. 2012. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung: Alfabeta.
Nasution, S., 1997. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Nasution, S., 1995. Didaktik asas-asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika. Surabaya: UNESA.
Nurhadi, dan Senduk, A.G., 2003, Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya
dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
88 Ommundsen, P. 2001. Problem-Based Learning With 20 Case Examples. (Online article). www.saltspring.com/capewest/pbl/htm. Diakses tanggal 8 Februari 2012.
Paidi. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Pengaruhnya terhadap Kemampuan Metakognitif, Pemecahan Masalah, dan Penguasaan Konsep Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi UM Malang, 1(1).
Paul, R. and Nosich, G. M. 2004. A Model for The National Assesment of Higher Order Thingking. http://www.criticalthinking.org/resources/articles/a-model-nal-assesment-hot.shtml. Diakses 13 Agustus 2011.
Peng, C.N. 2004. Successful Problem-Based Learning for Primary and SecondaryClassrooms. Singapore: Federal Publications.
Ping, C.2003. Teaching cell biology in a medical course in China:Applying appropriate methods. The China Papers. Hal 48-52.
Polya, G. (1981). Mathematics Discovery; on Understanding, Learning and Teaching Problem Solving. New York: John Wilwy & Sons, Inc
Prayitno, dan Manullang, B., 2010. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Pacasarjana Universitas Negeri Medan.
Pramana, B. 2006. Problem Solving. (Online). (http://sarengbudi.web.id/-wpcontent-/uploads/problem-solving.doc. Diakses 26 Desember 2006).
Rifa’I, V. 2003 Upaya-upaya meningkatkan hasil belajar. Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 40(9):130-143.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Russefendi, E. T., 1991. Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, Guru, dan SPG Seri Kelima. Bandung: Tarsito.
Takwim, Bagus. 2006. Mengajar Anak Berpikir Kritis. (Online).
www.(kompas.-com/-kesehatan/news/0605/05/093521.htm. Diakses 26 November 2010.
Subali, dan Paidi 2002. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Biologi. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
89 Sungur, S., Tekkaya, C., dan Geban, O., (2006), Improving Achievement Through Problem-based learning, Journal of Biological Education (JBE) 40 (4): 155-160.
Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.
Sadirman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Trianto.2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta:Kencana.
Wibowo, T. Dan Sutjitno, A., 2005, Pendayagunaan Media Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Penabur.
Winkel, W.S., 1989, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia.
Yamin, M. (2004), Pengembangan Kompetensi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
YCDD, 2005. Student Learning Outcomes. (Online). www.mt.liu.se/edu/-Bologna/LO/-slo.pdf. Diakses tanggal 27 Juni 2011
Zascavage, V., Masten, W.G., and Nichols, C. 2007. Comparison of Critical Thingking in Undergraduates and graduates un Special Education.