• Tidak ada hasil yang ditemukan

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar belakang

Keberhasilan proses pembelajaran selalu dilihat dari seberapa baik hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini menunjukan bahwa keberhasilan yang dicapai oleh siswa sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang terjadi. Proses pembelajaran adalah interaksi dua insan antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Keterkaitan inilah yang sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh siswa. Namun sangat disayangkan bahwa kenyataannya proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi ada saja yang tidak berdampak baik pada hasil belajar yang diperoleh siswa.

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. permasalahan-permasalahan yang timbul sangat kompleks. Kondisi siswa, suasana di dalam kelas, minat belajar siswa, cara penyampaian guru, model atau metode yang digunakan, dll, mungkin menjadi penyebab rendahnya hasil belajar.

Dilihat dari sudut pandang guru sebagai pendidik, sudah selayaknya memberikan segenap seluruh kemampuannya untuk memberikan yang terbaik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kreativitas guru dituntut dalam hal penyampaian materi sehingga apa yang disampaikan dapat dipahami dengan mudah oleh siswa. kenyataannnya sampai saat ini guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Sudah seyogyanya proses pembelajaran harus berpusat kepada siswa.

(2)

Pernyatan di atas didasari oleh pengertian belajar. Belajar adalah proses perubahan watak yang dialami siswa melalui pengalaman, keterampilan, dan sikap. Perlu digarisbawahi bahwa disana adanya proses perubahan yang dialami siswa. dengan segala keterbatasan yang dimiliki guru, proses pembelajaran sebaiknya memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dan memotivasi siswa untuk belajar

Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar adalah penerapan model pembelajaran yang variatif. Salah satunya adalah model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR). Model ini merupakan model pembelajaran yang mirip dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) dan pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK), bedanya hanya pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

Maka dari itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Dewi Sartika 1 melalui model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada mata pelajaran matematika”.

1.2 Rumusan masalah

(3)

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran AIR dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

1.4 Manfaat penelitian a. Bagi siswa

 Memberikan Suasana baru dalam proses pembelajaran di dalam kelas

 Dapat meningkatkan hasil belajar siswa b. Bagi guru

 Memberikan alternatif model pembelajaran

 Dapat memperbaikan dan meningkatkan hasil belajar siswa c. Bagi sekolah

 Meningkatkan mutu pendidikan sekolah

 Memberi kesempatan pada guru untuk meningkatkan kompetensi pribadinya.

1.5 Hipotesis Penelitian

(4)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar

Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya

dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

2.2 Hasil Belajar

Menurut Mulyasa (2708), ”hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung”. Menurut Winkel (dikutip oleh Purwanto, 2710), “Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”. Sependapat dengan Mulyasa dan Winkel. Sudjana (2710) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.

(5)

suatu proses belajar dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya.namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku pada saat ini yang telah disempurnakan.

Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik. Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas.

2.3 Hakekat Matematika A. Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari perkataan latin matematika yang mulanya diambil dari perkataan yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata dari mathema yang berarti pengetahuan dan ilmu atau knowledge, science. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar atau berpikir.

(6)

terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika. Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi.

(7)

a. Nasution, 1980

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi.

b. James dan James, 1976

Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.

c. Russefendi, 1989

Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif. B. Matematika adalah ilmu Deduktif

(8)

Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa di buktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudahnya dibuktikan secara deduktif.

C. Matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan.

Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering dicari keseragaman seperti keturutan, keterkaitan pola darisekumpiulan konsep-konsep tertentu atau model yang merupakan representasinya untuk membuat generalisasi. Matematika disebut ilmu tentang hubungan karena konsep matematika satu dengan lainnya saling berhubungan.

D. Matematika adalah bahasa simbol

Matematika yang tediri dari simbol-simbol yang sangat padat arti dan bersifat international. Pada arti berati simbol-simbol matematika di tulis dengan cara singkat tapi mempunyai arti yang luas.

E. Matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu

Matematika sebagai ratu ilmu artinya matematika sebagai alat dan pelayan ilmu yang

(9)

F. Kegunaan matematika

1. Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain.

Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika. Contoh :

a. Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi melalui konsep propabolitas.

b. Perhitungan dengan bilangan imajiner digunakan untuk memecahkan masalah tentang kelistrikan.

c. Dalam ilmu kependudukan, matematika digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk dll.

d. Dengan matematika, Einstein membuat rumus yang dapat digunakan untuk menaksir jumlah energi yang dapat diperoleh dari ledakan atom. e. Dalam ilmu pendidikan dan psikologi, khususnya dalam teori belajar,

selain digunakan statistik juga digunakan persamaan matematis untuk menyajikan teori atau model dari penelitian.

f. Dalam seni grafis, konsep transformasi geometric digunakan untuk melukis mosaik.

g. Dalam seni musik, barisan bilangan digunakan untuk merancang alat musik.

h. Banyak teori-teori dari Fisika dan Kimia (modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep Kalkulus.

(10)

2. Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah contohnya:

1) Memecahkan persoalan dunia nyata. 2) Menghitung luas daerah.

3) Menghitung laju kecepatan kendaraan.

4) Mengunakan perhitungan matematika baik dalam pertanian, perikanan, perdagangan, dan perindustrian.

5) Menghitung jarak yang ditempuh dari suatu tempat ke tempat yang lain. 6) Membentuk pola pikir menjadi pola pikir matematis, orang yang

mempelajarinya kritis, sistimatis dan logis.

2.4 Pembelajaran Matematika

Gagne (Pribadi, 2709: 9) mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai ”a set of events embedded in purposeful activities that facilitate learning”. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.

(11)

Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara belajar dan mengajar. Jalinan komunikasi ini menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pengajaran yang berlangsung dengan baik. Dengan demikian tujuan pengajaran adalah tujuan dari suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang pesat baik meteri maupun kegunaannya. Mata pelajaran matematika berfungsi melambangkan kemampuan komunikasi dengan menggambarkan bilangan-bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat memberi kejelasan dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun tujuan dari pengajaran matematika adalah:

1. Mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan pola pikir dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, dan

2. Mempersiapkan peserta didik menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

(12)

bekerja sama yang efektif. Dengan demikian, maka seorang guru harus terus mengikuti perkembangan matematika dan selalu berusaha agar kreatif dalam pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat membawa siswa ke arah yang diinginkan.

2.5 Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat diartikan dengan istilah sebagai gaya atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. dalam penerapannya itu gaya yang dilakukan tersebut mencakup beberapa hal strategi atau prosedur agar tujuan yang ingin dikehendaki dapat tercapai. Banyak para ahli pendidikan mengungkapkan berbagai pendapatnya mengenai pengertian model pembelajaran.

(13)

metode yang diterapkan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan tersebut.

Dengan demikian dapat dijabarkan bahwa dalam satu strategi pembelajaran menggunakan beberapa metode. Contohnya bila ingin melaksanakan sebuah strategi ekspositori misalnya, dapat menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, atau metode diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan mudah didapatkan di sekitar sekolah yaitu bisa dengan menambahkan media pembelajaran. Oleh sebab itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi lebih menunjukkan pada sebuah perencanaan atau yang biasa dikenal dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tentu dengan maksud untuk mencapai sesuatu. sedangkan metode adalah suatu cara tersendiri yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in echieving something.

(14)

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, mendidik dan membimbing siswa terhadap pembelajaran di kelas.

2.6 Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)

Auditory Intellectually Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang mirip dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) dan pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK), bedanya hanya pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Vera (Juliani, 2712: 8) berpendapat bahwa, “Model pembelajaran AIR diartikan sebagai model pembelajaran yang menekankan tiga aspek, yaitu auditory (belajar dengan mendengar), intellectualy (belajar dengan berfikir), dan repetition (pengulangan) agar belajar menjadi efektif”.

1. Auditory

Auditory berarti belajar dengan melibatkan pendengaran. Belajar auditori adalah belajar dengan berbicara dan mendengar. Belajar auditori merupakan cara belajar yang standar bagi semua orang sejak awal sejarah. pada pembelajaran ini siswa belajar dari suara, dialog, menceritakan kepada orang lain sebuah pengalaman, belajar dan berbicara dengan diri sendiri, mengingat bunyi dan irama, mendengarkan kaset dan dari mengulang apa yang dibaca dalam hati.

(15)

mengungkapkan pendapat atas informasi yang telah didengarkan dari penjelasan guru.

Merancang pembelajaran yang menarik pada pembelajaran auditori carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka bicarakan, pelajari, baca keras-keras dan ajak berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, menguasai keterampilan dan lain-lain. 2. Intellectualy

Intellectualy berarti menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Belajar intelektual adalah bagian untuk merenung, menciptakan, memecahkan masalah dan membangun makna. Aspek intelektual dalam belajar aka terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam aktivitas seperti:

1. memecahkan masalah; 2. menganalisis masalah;

3. mengerjakan perencanaan strategis; 4. melahirkan gagasan kreatif;

5. mencari dan menyaring informasi; 6. merumuskan pertanyaan;

7. menerapkan gagasan baru pada pekerjaan; 8. meramalkan implikasi suatu gagasan.

Takari (Juliani, 2712: 4) mengartikan “Belajar dengan intelektual bukan berarti belajar tanpa emosi, rasionalistis, berhubungan dan akademis”. Berfikir pada hakikatnya adalah suatu rahmat dan karunia dari Allah. Sarbana (Juliani, 2712: 4) berpendapat bahwa,

(16)

banyak hubungan yang terjadi maka fungsi otak akan semakin meningkat yang berarti makin cerdas.

3. Repetition

Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Bila guru menjelaskan suatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Karena ingatan siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan, sehingga dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah. Ulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau setelah tiap unit diberikan, maupun secara insidentil jika dianggap perlu (Slameto dalam Panjaitan, 2712: 11). Menurut Suherman (2703) menjelaskan bahwa, “Pengulangan yang akan memberikan dampak positif adalah pengulangan yang tidak membosankan dan disajikan dalam metode yang menarik”.

Menurut Herdian (Panjaitan, 2712: 11) mengemukakan bahwa, Ada beberapa jenis kegiatan yang dilakukan dalam Auditory Intellectually Repetion (AIR) pada matematika, yaitu sebagai berikut.

1) Membentuk pembelajaran kelompok dan diskusi

(17)

2) Memecahkan masalah

Pada kegiatan ini ada beberapa hal yang dilakukan siswa dalam mengerjakan perencanaan strategis untuk menyelesaikan soal, yaitu mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, membuat model dan menyelesaikan soal dengan menerapkan seluruh gagasan pada pekerjaan. 3) Melakukan presentasi

Pada kegiatan ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan yang telah mereka diskusikan tadi. Siswa diharapkan dapat memikirkan bagaimana cara mereka untuk menerapkan informasi dalam presentasi tersebut sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Kemudian siswa yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok lain sehingga terjadi diskusi antar seluruh siswa dan guru akan membantu jika siswa mengalami kesulitan.

4) Melakukan repetisi

Pada kegiatan ini guru melakukan repetisi kepada seluruh siswa tetapi bukan secara berkelompok melainkan secara individu. Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun yang menjadi kelebihan dari model pembelajaran AIR adalah sebagai berikut. a. Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat (Auditory).

b. Melatih siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif (Intellectually). c. Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari (Repetition).

(18)
(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan PTK 3 siklus yaitu 1) Pra siklus, 2) Siklus I, 3) Siklus II. Penelitian dilakukan secara kolaborasi. Pada setiap siklus memuat 4 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Berikut gambar 3.1 spiral langkah-langkah dalam PTK ini.

Gambar 3.1 Spiral PTK

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

(20)

3.3 Subyek Penelitian

Subyek yang akan diteliti atau sampel yang akan diteliti ialah siswa yang mendapat pembelajaran matematika kelas III SD Negeri Dewi Sartika 1 tahun pelajaran 2714/2715.

3.4 Prosedur Tindakan

Terdapat 3 siklus dalam penelitian ini. Pada tiap siklus terdapat 4 langkah prosedur tindakan yang harus dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berikut penjabaran 4 langkah prosedur tindakan penelitian ini.

A. Perencanaan

Perencanaan merupakan tindakan awal dari setiap siklus, secara terinci, langkah-langkahnya. Pada tahapan ini guru sebagai peneliti merumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan hasil belajar siswa.

B. Pelaksanaan

Dalam tahap ini, dilaksanakan pemecahan masalah sebagaimana yang telah dirancangkan dengan merumuskan rencana tindakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan hasil belajar siswa yang diiinginkan.

C. Pengamatan

(21)

seberapa jauh tindakan yang dilakukan menghasilkan dampak guna membantu pencapaian tujuan yang direncanakan.

D. Refleksi

Dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul , dan segala yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Pelaksanaan refleksi oleh peneliti untuk mengevaluasi hasil tindakan dan merumuskan perencanaan tindakan berikutnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan soal tes tertulis dan lembar pengamatan. Soal tes dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penguasaan materi pada siswa setelah diberikan perlakuan pembelajaran, yang nantinya hasil penilaian tes dapat digunakan untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa. Lembar pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh data tentang bagaimana sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Pengamatan dilakukan pada sikap siswa baik secara individual maupun kelompok.

3.6 Instrumen

1. Lembar pengamatan

(22)

model pembelajaran yang diberikan oleh guru. Berikut lembar pengamatan yang

Keterangan : berilah tanda (ceklis) pada kolom yang disediakan. 2. Soal tes

Soal tes yang diberikan harus sesuai dengan materi pembelajaran yang dilakukan. Soal tes diberikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan yang berbeda.

3. Dokumentasi

(23)

3.7 Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini terjadi jika adanya peningkatan yang signifikan melalui tahapan siklus yang dilaksanakan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

3.8 Jadwal kegiatan

No Macam Kegiatan

Agustus September Oktober November

Minggu

ke-1 2 3 4 ke-1 2 3 4 ke-1 2 3 4 ke-1 2 3 4 1 Menyusun Proposal

2 Menyusun perangkat pembelajaran 3 Menyusun instrumen penelitian 4 Persiapan tindakan

5 Pelaksanaan tindakan 1 6 Pelaksanaan tindakan 2 7 Analisis data

(24)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan tidak menggunakan model pembelajaran AIR, rata-rata hasil belajar matematika semester I kelas III SD Negeri Dewi Sartika 1 menunjukkan nilai 59,81 dengan persentase ketuntasan hasil belajar 15%. Kondisi tersebut menjadikan indikator pada penelitian ini bahwa kemampuan belajar matematika siswa kelas III SD Negeri Dewi Sartika 1 adalah rendah. Rendahnya kemampuan siswa tersebut di atas disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Berdasarkan hasil observasi pada waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran yang terjadi cenderung bersifat monoton, satu arah, kurang komunikatif, cenderung bersifat ceramah, serta siswa kurang terlibat aktif.

Berdasarkan kajian awal tersebut, maka perlu suatu pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa terlibat aktif dalam belajar, terjadinya komunikasi dua arah, serta siswa meningkat motivasinya untuk belajar. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran dengan model pembelajaran AIR.

4.2 Gambaran Umum Hasil Penelitian

(25)

guru belum memberikan model pembelajaran yang akan digunakan. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 59,81 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 15%.

Selanjutnya pada siklus I, guru mulai memberikan model pembelajaran yang digunakan tetapi menitik beratkan pada belajar dengan mendengar dan mengemukakan pendapat (Auditory) dan belajar dengan berpikir (Intellectually). Sedangkan pemberian soal-soal latihan (repetition) tidak menjadi fokus utama pada siklus ini. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 69,44 dengan persentase ketuntasan hasil belajar sebesar 56%. Hasil tersebut menandakan adanya peningkatan hasil belajar siswa, namun peningkatan yang terjadi belum signifikan.

Pada siklus II tidak terlalu berbeda dengan siklus I, hanya pada siklus ini pemberian soal-soal latihan yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman siswa (repetition) menjadi fokus utama dalam kegiatan pembelajaran. Hasil yang diperoleh menunjukan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 80,56 dengan persentase ketuntasan hasil belajar sebesar 89%.

(26)

4.3 Deskripsi Pelaksanaan Per Siklus 4.3.1 Pra Siklus

Dalam pra siklus, peneliti dalam hal ini guru, menerima kondisi awal siswa sebelum diberikan perlakuan pembelajaran. Dengan kata lain, guru belum memberikan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4.3.2 Siklus I

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru bertugas menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Secara garis besar penyusunan RPP yang sesuai dengan model pembelajaran yang akan digunakan, mempersiapkan materi yang akan diajarkan, mempersiapkan LKS untuk siswa mungkin salah satunya.

Sebelum dimulai pelajaran, murid dipersilahkan berdoa terlebih dahulu menurut kepercayaannya masing-masing, melakukan apersepsi terhadap materi yang akan diajarkan, membuka komunikasi percakapan dua arah antara guru dan siswa (Auditory).

(27)

Ada 3 aspek yang diamati dalam penelitian ini. 1) Pengamatan terhadap siswa dalam belajar dengan berbicara dan mengemukakan pendapat (auditory). Tugas guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat terkait materi yang diajarkan, sehingga interaksi antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa lain terjadi dalam roses pembelajaran. 2) Pengamatan terhadap siswa dalam belajar dengan berpikir (Intellectually). Agar siswa berpikir tugas guru adalah memberikan permasalahan terkait materi yang diajarkan. 3) Pengamatan terhadap siswa dalam mengerjakan latihan soal-soal yang diberikan oleh guru (repetition). Tugas guru melihat apakah seluruh siswa telah mengerjakan soal-soal yang diberikan.

Selanjutnya guru melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah terjadi, mengidentifikasi masalah baru yang muncul, dan segala yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan dan merumuskan perencanaan tindakan berikutnya.

4.3.3 Siklus II

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, selalu diawali dengan penyusunan RPP yang sesuai dengan model pembelajaran yang akan digunakan, materi yang akan diajarkan, dan mempersiapkan instrument pembelajaran.

Sebelum dimulai pelajaran, murid dipersilahkan berdoa terlebih dahulu, selanjutnya melakukan apersepsi terhadap materi yang akan diajarkan, membuka komunikasi percakapan dua arah antara guru dan siswa (Auditory).

(28)

menjadi fokus utama dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan auditori dan intelektual bukan menjadi focus utama dalam siklus ini.

Ada 3 aspek yang sesuai dengan model pembelajaran yang diamati dalam penelitian ini. 1) Pengamatan terhadap siswa dalam belajar dengan berbicara dan mengemukakan pendapat (auditory). Tugas guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat terkait materi yang diajarkan, sehingga interaksi antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa lain terjadi dalam roses pembelajaran. 2) Pengamatan terhadap siswa dalam belajar dengan berpikir (Intellectually). Agar siswa berpikir tugas guru adalah memberikan permasalahan terkait materi yang diajarkan. 3) Pengamatan terhadap siswa dalam mengerjakan latihan soal-soal yang diberikan oleh guru (repetition). Tugas guru melihat apakah seluruh siswa telah mengerjakan soal-soal yang diberikan.

Selanjutnya guru melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah terjadi, mengidentifikasi masalah baru yang muncul, dan segala yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan dan merumuskan perencanaan tindakan berikutnya.

4.4 Hasil Penelitian Per Siklus 4.4.1 Pra Siklus

Tabel 4.1

Data Penelitian Pra Siklus

≥ KKM < KKM

Banyaknya siswa 4 23

(29)

Dalam pra siklus, peneliti dalam hal ini guru menerima kondisi awal siswa sebelum diberikan perlakuan pembelajaran. Dengan kata lain, guru belum memberikan model pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh ternyata 4 dari 27 siswa telah mencapai nilai KKM yang ditentukan. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 59,81 dengan persentase sebesar 15%.

4.4.2 Siklus I

Siklus I merupakan tindak lanjut dari pra siklus, karena dari pra siklus menunjukan adanya indikator tingkat hasil belajar siswa yang sangat rendah. Pembelajaran dilakukan dengan model AIR, yang lebih menekankan pada aspek auditori dan intelektual di dalam pembelajarannya. Berikut tabel 4.2 hasil penelitian pada siklus I dan tabel 4.3 pengamatan siklus I di bawah ini.

Tabel 4.2

Data Hasil Penelitian Siklus I

≥ KKM < KKM

Banyaknya siswa 11 9

Rata-rata nilai 69,44 Persentase ketuntasan 56%

Tabel 4.3

Data Hasil Pengamatan Siklus I Aspek yang diamati auditory Intellectuall

y repetition

Banyaknya siswa 17 16 15

Persentase 89% 80% 75%

Persentase keseluruhan 80%

(30)

mengemukakan pendapat (Auditory) dan belajar dengan berpikir (Intellectually). Sedangkan pemberian soal-soal latihan yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman siswa (repetition) tidak menjadi fokus utama pada siklus ini. Tabel 4.2 menunjukan, 15 dari 27 siswa dinyatakan telah melampaui KKM dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 69,44 dengan persentase ketuntasan sebesar 56%.

Hasil pengamatan yang disajikan tabel 4.3 di atas, menunjukan pengamatan terhadap siswa dalam belajar dengan berbicara dan mengemukakan pendapat pada siklus I dengan model AIR menunjukan 17 dari 27 siswa yang aktif, dengan persentase sebesar 89%. Pengamatan terhadap siswa dalam belajar dengan berpikir pada tabel menunjukan 16 dari 27 siswa yang aktif, dengan persentase sebesar 80%. Pengamatan terhadap siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru pada tabel menunjukan 15 dari 27 siswa, dengan persentase sebesar 75%. Maka persentase secara keseluruhan terhadap model pembelajaran AIR pada siklus I menunjukan nilai sebesar 80%.

4.4.3 Siklus II

Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I, karena dari siklus I belum menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Pembelajaran dilakukan dengan model AIR, yang lebih menekankan pada aspek repetisi. Berikut tabel 4.4 hasil penelitian pada siklus II dan tabel 4.5 pengamatan siklus II di bawah ini.

Tabel 4.4

Data Penelitian Siklus II

≥ KKM < KKM

Banyaknya siswa 24 3

(31)

Tabel 4.5

Data Hasil Pengamatan Siklus II Aspek yang diamati auditory Intellectuall

y repetition

Banyaknya siswa 19 19 18

Persentase 95% 95% 90%

Persentase keseluruhan 93%

Pada siklus II, guru memberikan langkah-langkah proses pembelajaran yang tidak jauh berbeda pada siklus I, hanya pada siklus ini lebih menitik beratkan pada pemberian soal-soal latihan yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman siswa (repetition). Tabel 4.4 menunjukan, 24 dari 27 siswa dinyatakan telah melampaui KKM dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 80,56 dengan persentase ketuntasan hasil belajar sebesar 89%.

(32)

4.5 Pembahasan Hasil

Tabel 4.6

Pembahasan Hasil Belajar Per Siklus

Pra Siklus Siklus I Siklus II Nilai rata-rata 59,81 69,44 80,56

Persentase 15% 56% 89%

Pembahasan Hasil Pengamatan Per Siklus

Siklus I Siklus II

Auditory Intellectually Repetition Auditory Intellectually Repetition

Persentase 89% 80% 75% 95% 95% 90%

Persentase

(33)

Siklus I Siklus II 70%

75% 80% 85% 90% 95%

80% 93%

Persentase Hasil Pengamatan

Persentase Hasil Pengamatan

Diagram 4.2

Persentase Hasil Pengamatan

Tabel 4.6 di atas menunjukan ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus memperoleh persentase sebesar 15% dengan rata-rata nilai 59,81. Hal tersebut jauh dari kata berhasil, karena hanya 4 dari 27 siswa yang mampu mencapai ketuntasan belajar.

(34)

Pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 9,9 dibandingkan pada pra siklus, namun peningkatan yang terjadi belum signifikan.

Selanjutnya pada siklus II, guru lebih menitik beratkan pada pemberian soal-soal latihan yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman siswa (repetition). Ketuntasan hasil belajar siswa memperoleh persentase sebesar 89% dengan nilai rata-rata 80,56. Sedangkan nilai rata-rata hasil pengamatan siswa pada siklus II memperoleh persentase sebesar 93%. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa, yang dapat dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 11,5 dibandingkan pada siklus I.

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan yang telah disajikan pada bab IV, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas III di SD Negeri Dewi Sartika 1 tentang meningkatkan hasil belajar siswa melalui upaya model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR), secara umum dapat dikemukakan dalam simpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian ini.

5.1 Simpulan

1. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah disajikan pada bab IV diperoleh bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Dewi Sartika 1 menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada mata pelajaran matematika.

2. Dari hasil pengamatan kelas, siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR).

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan di atas, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut.

(36)

proses pembelajaran di kelas. Model Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan kemampuan intelektual siswa.

2. Bagi sekolah, dijadikan masukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran khususnya matematika dan sebagai inovasi pembelajaran serta menambah wawasan baru.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Pengertian belajar. Sumber tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertianbelajar-menurut-ahli/

Hasil belajar. Sumber tersedia:

h ttps://himitsuqalbu.wordpress.com/2714/03/21/definisi-hasil-belajar-menurut para-ahli/

Hakekat matematika. Sumber tersedia:

https://hartikadwipratiwi.wordpress.com/2713/11/15/maka lah-hakekat-matematika/

Pembelajaran matematika. Sumber tersedia:

http://www.kajianteori.com/2714/02/pengertian-pembelajaran-matematika.html

Model pembelajaran. Sumber tersedia:

h ttp://area.blogwahyu.com/2713/12/ pengertian-pendekatan-strategi-dan.html

Model pembelajaran AIR. Sumber tersedia:

(38)

Sekolah : SD Negeri Dewi Sartika 1 Kelas : 3

Mata Pelajaran : Matematika Semester : I (satu)

Standar Kompetensi : 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka Aspek : Bilangan

Kompetensi

Dasar MateriAjar Kegiatan Pembelajaran Indikator

(39)

Satuan Pendidikan : SD Negeri Dewi Sartika 1 Mata pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : III (tiga)/I

Pertemuan ke :

Alokasi Waktu : 3 x 35 menit

Materi Pokok : Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan

I. Standar Kompetensi : Bilangan

Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka II. Kompetensi Dasar :

1.2 Melakukan penjumlahan dan pengurangan tiga angka III. Indikator :

1.2.1 Menuliskan bilangan dalam bentuk panjang (ribuan, ratusan, puluhan, dan satuan) 1.2.2 Mengenal nilai tempat dengan sampai dengan ribuan

IV. Metode/Alat Pembelajaran

Model : Auditory Intellectually Repetition (AIR) Metode : Tanya jawab, diskusi, tugas individual. Media : Kartu bilangan

V. Tujuan Pembelajaran

 Siswa dapat menuliskan dalam bilangan bentuk panjang  Siswa dapat mengenal nilai tempat suatu bilangan

(40)

1. Apersepsi

 Membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.  Mengingat kembali materi sebelumnya.

 Pemberian Motivasi 2. Kegiatan Inti :

Auditory

1) Guru bertanya kepada siswa tengan kegiatan berbelanja di supermarket 2) Guru memberikan contoh belanja di supermarket beserta harganya.

3) Guru memberikan arahan kepada siswa tentang harga yang tertera pada barang belanjaan di supermarket seperti susu, pasta gigi dan mie instant 4) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya tentang harga barang dan mampu

menuliskan harga sesuai dengan yang dibacanya

5) Guru menggunakan kartu dengan angka ribuan, ratusan dan puluhan Intellectually

6) Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang kartu bilangan

7) Guru meletakkan beberapa kartu bilangan di depan kelas dan meminta siswa mengurutkannya

8) Guru membagikan kartu bilangan kepada siswa.

9) Guru meminta salah satu siswa untuk berdiri didepan kelas.

10) Siswa berdiri secara berurutan sesuai dengan kartu bilangan yang dimilikinya

11) Siswa menempatkan kartu bilangan berdasarkan angka yang tertera pada kartu bilangan, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.

12) Guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar 3. Penutup :

1) Membimbing siswa untuk merangkum materi yang baru saja disajikan 2) Guru memberikan tugas atau PR

VII. Alat/ Bahan/ Sumber

(41)

Bentuk Instrumen : Isian singkat Contoh instrumen :

3.528 = 3.000 + . . . + . . . + . . .

3.528 3 menempati tempat ribuan, jadi nilainya 3.000 5 menempati tempat ..., jadi nilainya ... 2 menempati tempat ..., jadi nilainya ... 8 menempati tempat ..., jadi nilainya ... Nama bilangan 3.528 adalah

... ... ...

..., ...

Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Matematika

(42)

Satuan Pendidikan : SD Negeri Dewi Sartika 1 Mata pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : III (tiga)/I

Pertemuan ke :

Alokasi Waktu : 3 x 35 menit

Materi Pokok : Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan

I. Standar Kompetensi : Bilangan

Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka II. Kompetensi Dasar :

1.2 Melakukan penjumlahan dan pengurangan tiga angka III. Indikator :

1.2.1 Menuliskan bilangan dalam bentuk panjang (ribuan, ratusan, puluhan, dan satuan) 1.2.2 Mengenal nilai tempat dengan sampai dengan ribuan

IV. Metode/Alat Pembelajaran

Model : Auditory Intellectually Repetition (AIR) Metode : Tanya jawab, diskusi, tugas individual. Media : Kartu bilangan

V. Tujuan Pembelajaran

 Siswa dapat menuliskan dalam bilangan bentuk panjang  Siswa dapat mengenal nilai tempat suatu bilangan

(43)

1. Apersepsi

 Membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.  Mengingat kembali materi sebelumnya.

 Pemberian Motivasi 2. Kegiatan Inti :

Auditory

1) Guru bertanya kepada siswa tengan kegiatan berbelanja di supermarket 2) Guru memberikan contoh belanja di supermarket beserta harganya.

3) Guru memberikan arahan kepada siswa tentang harga yang tertera pada barang belanjaan di supermarket seperti susu, pasta gigi dan mie instant 4) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya tentang harga barang dan mampu

menuliskan harga sesuai dengan yang dibacanya

5) Guru menggunakan kartu dengan angka ribuan, ratusan dan puluhan Intellectually

6) Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang kartu bilangan

7) Guru meletakkan beberapa kartu bilangan di depan kelas dan meminta siswa mengurutkannya

8) Guru membagikan kartu bilangan kepada siswa.

9) Guru meminta salah satu siswa untuk berdiri didepan kelas.

10) Siswa berdiri secara berurutan sesuai dengan kartu bilangan yang dimilikinya

11) Siswa menempatkan kartu bilangan berdasarkan angka yang tertera pada kartu bilangan, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.

12) Guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar Repetition

13) Guru memberikan latihan soal yang bertujuan untuk mengajak siswa lebih memahami materi yang diajarkan.

3. Penutup :

(44)

VIII. Penilaian

Teknik penilaian : Tugas Individu dan pengamatan kelas. Bentuk Instrumen : Isian singkat

Contoh instrumen :

3.528 = 3.000 + . . . + . . . + . . .

3.528 3 menempati tempat ribuan, jadi nilainya 3.000 5 menempati tempat ..., jadi nilainya ... 2 menempati tempat ..., jadi nilainya ... 8 menempati tempat ..., jadi nilainya ... Nama bilangan 3.528 adalah

... ... ...

..., ...

Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Matematika

(45)

No Nama KKM Pra

Siklus Ket

1 Akmal Zikri Khairal 70 55 BL

2 Asti Auliya Lisani 70 60 BL

3 Aulia Fahmi Ramadhan 70 60 BL

4 Aura Apriliya Maulina 70 50 BL

5 Bilqis Addawiyah Azzahro 70 45 BL

6 Dwina Yuliani Utami 70 55 BL

7 Fahmi Ahmad Fahrezi 70 75 L

8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan 70 55 BL

9 Fathia Kalina Khaerunisa 70 50 BL

10 Fauzan Nurdiansyah 70 60 BL

11 Ismitha Putri Arohim 70 65 BL

12 Mahesa Gibran Syahlani 70 55 BL

13 Muhammad Bintang Herdianto 70 65 BL

14 M. Fahril Nuril Akbar 70 55 BL

15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira 70 70 L

16 Marshanda Triutami 70 75 L

17 Muhammad Fikri Ramadhoan 70 65 BL

18 Naila Chika Puspita 70 60 BL

19 Nedvi Olivia Putri 70 55 BL

20 Novia Dewi Fajri 70 55 BL

21 Nurul Alisa 70 55 BL

22 Phirli Adelsya Rifana 70 65 BL

23 Rangga Al Fathir Siregar 70 55 BL

24 Raudiya Al Qarni 70 55 BL

25 Salwa Novri Ananda 70 75 L

26 Siti Najwa Zildjianti Royadi 70 65 BL

27 Zahwa Riztya Putri 70 60 BL

Jumlah 1615

Rata-rata 59,81

(46)

No Nama KKM Siklus I Ket

1 Akmal Zikri Khairal 70 65 BL

2 Asti Auliya Lisani 70 75 L

3 Aulia Fahmi Ramadhan 70 70 L

4 Aura Apriliya Maulina 70 60 BL

5 Bilqis Addawiyah Azzahro 70 55 BL

6 Dwina Yuliani Utami 70 75 L

7 Fahmi Ahmad Fahrezi 70 80 L

8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan 70 65 BL

9 Fathia Kalina Khaerunisa 70 65 BL

10 Fauzan Nurdiansyah 70 65 BL

11 Ismitha Putri Arohim 70 70 L

12 Mahesa Gibran Syahlani 70 65 BL

13 Muhammad Bintang Herdianto 70 75 L

14 M. Fahril Nuril Akbar 70 60 BL

15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira 70 75 L

16 Marshanda Triutami 70 80 L

17 Muhammad Fikri Ramadhoan 70 70 L

18 Naila Chika Puspita 70 75 L

19 Nedvi Olivia Putri 70 65 BL

20 Novia Dewi Fajri 70 60 BL

21 Nurul Alisa 70 65 BL

22 Phirli Adelsya Rifana 70 70 L

23 Rangga Al Fathir Siregar 70 65 BL

24 Raudiya Al Qarni 70 80 L

25 Salwa Novri Ananda 70 85 L

26 Siti Najwa Zildjianti Royadi 70 70 L

27 Zahwa Riztya Putri 70 70 L

Jumlah 1875

Rata-rata 69,44

(47)

No Nama KKM Siklus

II Ket

1 Akmal Zikri Khairal 70 80 L

2 Asti Auliya Lisani 70 85 L

3 Aulia Fahmi Ramadhan 70 85 L

4 Aura Apriliya Maulina 70 75 L

5 Bilqis Addawiyah Azzahro 70 65 BL

6 Dwina Yuliani Utami 70 90 L

7 Fahmi Ahmad Fahrezi 70 90 L

8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan 70 75 L

9 Fathia Kalina Khaerunisa 70 80 L

10 Fauzan Nurdiansyah 70 80 L

11 Ismitha Putri Arohim 70 75 L

12 Mahesa Gibran Syahlani 70 75 L

13 Muhammad Bintang Herdianto 70 85 L

14 M. Fahril Nuril Akbar 70 65 BL

15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira 70 80 L

16 Marshanda Triutami 70 95 L

17 Muhammad Fikri Ramadhoan 70 85 L

18 Naila Chika Puspita 70 90 L

19 Nedvi Olivia Putri 70 75 L

20 Novia Dewi Fajri 70 65 BL

21 Nurul Alisa 70 80 L

22 Phirli Adelsya Rifana 70 85 L

23 Rangga Al Fathir Siregar 70 80 L

24 Raudiya Al Qarni 70 85 L

25 Salwa Novri Ananda 70 85 L

26 Siti Najwa Zildjianti Royadi 70 80 L

(48)

No Nama Pencapaian

8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan 9 Fathia Kalina Khaerunisa 10 Fauzan Nurdiansyah 11 Ismitha Putri Arohim 12 Mahesa Gibran Syahlani 13 Muhammad Bintang Herdianto 14 M. Fahril Nuril Akbar

15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira 16 Marshanda Triutami 23 Rangga Al Fathir Siregar 24 Raudiya Al Qarni

25 Salwa Novri Ananda

26 Siti Najwa Zildjianti Royadi 27 Zahwa Riztya Putri

Banyaknya siswa Persentase Hasil Pengamatan

(49)

No Nama

8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan 9 Fathia Kalina Khaerunisa 10 Fauzan Nurdiansyah 11 Ismitha Putri Arohim 12 Mahesa Gibran Syahlani 13 Muhammad Bintang Herdianto 14 M. Fahril Nuril Akbar

15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira 16 Marshanda Triutami 23 Rangga Al Fathir Siregar 24 Raudiya Al Qarni

25 Salwa Novri Ananda

26 Siti Najwa Zildjianti Royadi 27 Zahwa Riztya Putri

Banyaknya siswa Persentase Hasil Pengamatan

(50)

No Nama

8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan 9 Fathia Kalina Khaerunisa 10 Fauzan Nurdiansyah 11 Ismitha Putri Arohim 12 Mahesa Gibran Syahlani 13 Muhammad Bintang Herdianto 14 M. Fahril Nuril Akbar

15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira 16 Marshanda Triutami 23 Rangga Al Fathir Siregar 24 Raudiya Al Qarni

25 Salwa Novri Ananda

26 Siti Najwa Zildjianti Royadi 27 Zahwa Riztya Putri

Banyaknya siswa 17 16 15

Persentase Hasil Pengamatan 89% 80% 75%

(51)

No Nama

8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan 9 Fathia Kalina Khaerunisa 10 Fauzan Nurdiansyah 11 Ismitha Putri Arohim 12 Mahesa Gibran Syahlani 13 Muhammad Bintang Herdianto 14 M. Fahril Nuril Akbar

15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira 16 Marshanda Triutami 23 Rangga Al Fathir Siregar 24 Raudiya Al Qarni

25 Salwa Novri Ananda

26 Siti Najwa Zildjianti Royadi 27 Zahwa Riztya Putri

Banyaknya siswa 19 19 18

Persentase Hasil Pengamatan 95% 95% 90%

(52)

Gambar

Gambar 3.1Spiral PTK
Tabel 3.1Lembar Pengamatan
Tabel 4.1Data Penelitian Pra Siklus
Tabel 4.2Data Hasil Penelitian Siklus I
+5

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN.. KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN

1) Hasil kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat mencapai ketuntasan belajar. 2)

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar setelah diterapkan pembelajaran matematika melalui pendekatan AIR (Auditory

Adapun tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar setelah diterapkan pembelajaran matematika melalui pendekatan AIR (Auditory

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas eskperimen dengan penggunaan model pembelajaran Auditory, Intelectually, and Repetition memiliki nilai hasil belajar

2 Mengetahui seberapa besar pengaruh keefektifan terhadap hasil belajar dalam materi aritmatika sosial yang mengunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition AIR

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition AIR efektif terhadap hasil belajar tema 6 siswa kelas V SDN