• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Penatalaksaan Fisioterapi Pada Kasus Paraparese Inferior Ec Post Laminectomy Di RSUD Salatiga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Penatalaksaan Fisioterapi Pada Kasus Paraparese Inferior Ec Post Laminectomy Di RSUD Salatiga."

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No 39, 2009). Sehingga, dalam rangka

pembentukan sumber daya manusia untuk pembangunan nasional, diperlukan

upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Indonesia.

Salah satu upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

yang optimal bagi masyarakat, yaitu melalui pendekatan peningkatan kesehatan

(promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan (curative), dan

pemulihan (rehabilitative) yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan

berkesinambungan. Hal tersebut akan berjalan lancar apabila ada kerjasama yang

baik antara masyarakat dan pemerintah yang melibatkan tim medis, termasuk

didalamnya adalah fisioterapi.

Fisioterapi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan

kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan

memulihkan gerak dan fungsi selama daur kehidupan dengan menggunakan

penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis

dan mekanis), pelatihan funfsi, dan komunikasi (Depkes RI, 2001). Fisioterapi

sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan yang profesional perlu

(2)

2

dengan memberikan pelayanan secara komprehensif yang berhubungan dengan

gerak dan fungsi, sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidup dan

produktivitasnya secara mandiri.

A. Latar Belakang Masalah

Kelemahan pada kedua anggota gerak bawah yang disebabkan oleh

gangguan proyeksi korteks ke V neuron korteks serebri yang mengatur gerakan

folunter melalui jaras piramidal dan ekstrapiramidal. Aktivitas yang berlebihan

dan adanya trauma jatuh terduduk, dan terdapat kompresi menyebabkan terjadinya

paraparesi inferior.

Kelemahan atau kelumpuhan parsial yang ringan dan tidak lengkap atau

suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan

terganggu disebut dengan paraparese. Kelemahan adalah hilangnya sebagian

fungsi otot untuk satu atau lebih kelompok otot yang dapat menyebabkan

gangguan mobilitas bagian yang terkena. (Ohorella, 2011).

Klasifikasi berdasarkan tipe yaitu : parapasese inferior lesi tipe UMN, akut

infeksi non spesifik (ex: myelitis transversa) , trauma (ex: kontusio, whisplash

injury), tumor, kronik infeksi spesifik (TBc), tumor jinak, dan penyakit

(3)

3

Adanya karakteristik keterbatasan yang spesifik pada paraparese inferior

menunjukkan bahwa topis lesi sudah diikuti sejak terkena trauma, maka intervensi

rasional fisioterapi yang paling penting adalah mobilisasi tungkai yang bertujuan

untuk mengembalikan fungsi tungaki disamping intervensi yang lain . Oleh

karena itu, penulis juga menggunakan intervensi terapi latihan berupa pemberian

latihan menggunakan william fleksi excercise untuk meningkatkan Luas Gerak

Sendi (LGS) pada kedua anggota gerak bawah dan meningkatkan kemampuan

aktivitas fungsional anggota gerak bawah pasien.

Pada kasus paraparese inferior et causa post laminectomy ini fisioterapi

berperan untuk mengurangi nyeri, mencegah kelemahan lebih lanjut, dan

mengembalikan aktivitas fungsional pasien. Modalitas fisioterapi pada kasus

tersebut yang bertujuan untuk mengurangi nyeri yaitu menggunakan modalitas

Short Wave Diathermy (SWD) .

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan penulis di atas dapat dirumuskan

masalahnya antara lain:

1. Apakah SWD, dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri,

meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan LGS,dan meningkatkan

aktifitas funngsional, pada kasus paraparese inferior et causa post

(4)

4

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh SWD, dan terapi latihan terhadap

pengurangan nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan

LGS,dan meningkatkan aktifitas funngsional, pada kasus paraparese

inferior et causa post laminectomy.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Penulis

Untuk mengetahui manfaat SWD, dan terapi latihan dalam pengurangan

nyeri dan peningkatan LGS pada kasus paraparese inferior et causa

post laminectomy.

2. Bagi Fisioterapis dan Institusi Pelayanan

Sebagai bahan masukan dalam pemilihan intervensi untuk mengurangi

nyeri dan peningkatan LGS pada kasus paraparese inferior et causa

post laminectomy yaitu dengan menggunakan SWD, dan terapi

Referensi

Dokumen terkait

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seng dross dari hasil sam ping induslri galvanis dengan proses hot-dip dari kawasan Cikarang, asam asetat

Hasil uji F diperoleh F hitung sebesar 63,887 dan nilai probabilitas 0,000 sehingga secara bersama-sama variabel mutu, fasilitas, dan harga berpengaruh signifikan

BAB III PERKEMBANGAN POTENSI DAERAH MELALUI PAMERAN PRODUK UNGGULAN DAERAH WONOGIRI DARI TAHUN 2014 A. Perkembangan Pameran Produk Produk Unggulan Tahun

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kencana, Silkia Puspita (2010), bahwa Metode True or False dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA MAN 1 Surakarta,

Upaya Dan Kendala Untuk Menarik Kembali Kredit Kendaraan Bermotor Akibat Kredit Macet (Studi Kasus Pada Pt. Artha Asia Finance Sragen), Jurusan Hukum Perdata Program Studi S1

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perbandingan biji ketapang dengan n-heksane maupun Isopropil alkohol yang optimal adalah 1:7 dengan rendemen sebanyak 54,11%

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa telah dihasilkan perangkat pembelajaran matematika berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan penyertaan-Nya sehingga penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh konservatisma