PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)
DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
Ketut Suwirya, Tatam Sutarmat, dan Nyoman Adiasmara Giri
Balai Besar Riset Perikanan Budidaya LautJl. Br. Gondol Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Kotak Pos 140, Singaraja, Bali 81101 E-mail: tuwurya@yahoo.com
ABSTRAK
Penentuan pemberian pakan dan kelas ukuran pada umur yang sama pada pembesaran kerapu macan, Epinephelus fuscogutatus di KJA sangat menentukan keberhasilan usaha sekaligus tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan perairan. Pemberian pakan yang berlebih dalam pembesaran ikan kerapu di KJA menyebabkan pengurangan efektivitas pakan dan dapat menurunkan kualitas ekosistem perairan.
Namun kelas ukuran benih dari umur yang sama pada saat tebar diduga memberikan respons pertumbuhan yang berbeda. Dalam percobaan ini ikan dari umur yang sama dibagi dalam kelas ukuran besar atau A (194,7-264,3 g); dan ukuran kecil atau B (77,5-144,0 g) dipelihara dalam KJA ukuran 2 m x 2 m x 2 m dengan kepadatan rata-rata 145 ekor/jaring. Ikan diberi pelet komersial dengan rasio pemberian pakan adalah1,0%;
2,0%; 2,5% dari biomassa yang ada dalam tiap KJA. Penyesuaian jumlah pakan dilakukan setiap bulan selama pemeliharaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa rata-rata bobot pada akhir penelitian pada ikan yang awal tebar dengan rata-rata bobot 200 g (kelas A) pada akhir penelitian mempunyai kisaran rata-rata bobot 489-519 g sedangkan ikan dengan rata-rata bobot 100 g (kelas B) mempunyai kisaran bobot 286-307 g.
Percobaan ini menunjukkan bahwa rasio pemberian pakan (feeding rate) ikan kerapu macan di KJA saat tebar dengan ukuran bobot rata-rata 100 dan 200 g adalah antara 2% dari biomassa. Penebaran kerapu macan dari ukuran besar dalam populasi benih yang sama mempunyai daya tahan yang lebih baik dalam perubahan lingkungan dan waktu pemeliharaan yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran konsumsi lebih cepat, sehingga mempunyai faktor risiko yang lebih rendah.
KATA KUNCI: rasio pemberian pakan, ukuran ikan, kerapu macan
PENDAHULUAN
Saat ini, benih ikan kerapu yang mempunyai umur yang sama mempunyai variasi ukuran yang sangat besar. Jika kita perhatikan secara seksama maka grade ukuran benih kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelas A (kelompok ukuran besar dari umur benih yang sama), dan B (ukuran yang kecil). Dari kedua ukuran tersebut jika dibesarkan apakah berpengaruh terhadap lama pemeliharaan dan efisiensi pakan yang dapat digunakan?
Pakan buatan untuk ikan merupakan penyebab pencemaran lingkungan budidaya, namun tidak terkendalinya aktivitas budidaya di suatu wilayah menjadi faktor utama yang mempengaruhi menurunnya mutu lingkungan. Jumlah pakan yang diberikan memegang peranan penting dalam efektivitas penggunaan pakan dalam budidaya ikan. Pemberian pakan dalam jumlah yang berlebih akan menurunkan kecernaan pakan karena kemampuan tubuh yang terbatas. Di samping itu, pemberian pakan yang berlebihan akan mengakibatkan pemborosan pakan dan akan menurunkan kualitas air karena sisa pakan yang dihasilkan relatif banyak.
Pertumbuhan ikan akan tergantung pada jumlah pakan yang diberikan, dan kelas ukuran benih
ikan yang mempunyai umur yang sama pada saat tebar. Pemberian pakan yang optimum dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan pakan dan mengurangi pengaruh buruk terhadap mutu
lingkungan. Kualitas benih juga berperan dalam meningkatkan efisiensi budidaya. Oleh karena itu,
penentuan pemberian pakan dan kualitas benih menjadi sangat penting dalam sistem budidaya kerapu di KJA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi pemberian pakan yang optimum dan kelas ukuran dalam pembesaran kerapu.
BAHAN DAN METODE
Wadah yang digunakan jaring masing berukuran 2 m x 2 m x 2 m, masing-masing jaring ditebar ikan kerapu dengan grade atau kelas A dengan biomassa 194,7-264,3 g; dan B dengan biomassa 77,5-144,0 g dan rata-rata padat tebar jaring adalah 145 ekor. Pakan yang diberikan selama penelitian adalah pelet komersial dengan rasio pemberian pakan 1,0%; 2,0%; dan 2,5% dari biomassa per hari dan pemberiannya dilakukan 2 kali sehari. Penyesuaian jumlah pakan yang diberikan dilakukan setiap bulan selama pemeliharaan.
Kondisi saat awal penelitian disajikan pada Tabel 1. Percobaan ini mulai pada bulan Mei 2010.
Parameter yang diamati kebutuhan pakan, pertambahan bobot (WG), konversi pakan (FCR), produksi bersih. Analisis proksimat tubuh ikan dengan metode AOAC (1984) dilakukan pada saat awal dan akhir penelitian.
HASIL DAN BAHASAN
Hasil percobaan menunjukkan bahwa, pertumbuhan bobot, dan sintasan ikan kerapu macan kelompok A (ukuran besar) dan kelompok B (ukuran kecil) yang diberi pakan pelet dengan rasio
Kelas ukuran ikan
Rasio pemberian pakan (%)
Biomassa (kg)
Bobot rataan (g)
Kepadatan/jaring (ekor)
30,6 204,0 150
35,2 242,8 145
34,0 244,6 139
Rataan 33,3 230,5 145
32,4 216,0 150
31,2 218,2 143
27,6 230,0 120
Rataan 30,4 221,4 138
31,4 213,6 147
32,0 223,8 143
34,0 182,8 186
Rataan 32,5 206,7 158
13,6 93,8 145
18,8 132,4 142
12,8 100,8 127
Rataan 15,1 109,0 138
8,0 56,3 142
18,2 122,1 149
15,6 125,8 124
Rataan 13,9 101,4 138
9,6 72,2 133
17,6 119,7 147
14,9 100,7 148
Rataan 14,0 97,5 143
B
1
2
2,5 A
1
2
2,5
Tabel 1. Biomassa (kg), bobot rata-rata, dan kepadatan saat awal penelitian
pakan yang berbeda (Gambar 1). Bobot rata-rata ikan kerapu macan kelompok A, dan kerapu kelompok B dengan rasio pemberian pakan dari kedua ukuran tidak berbeda.
Pada bulan ke-3 pemeliharaan sintasan ikan kerapu macan pada kedua ukuran di KJA Gondol terserang penyakit. Tingkat mortalitas lebih tinggi pada ukuran yang lebih kecil (Gambar 1 dan Tabel 2). Serangan penyakit ini juga terjadi pada seluruh kawasan Teluk Pegametan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penebaran benih dengan ukuran yang lebih besar pada umur yang sama mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih besar.
Pertambahan bobot ikan dari masing-masing perlakuan juga dilihat pada Gambar 2. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa persentase pertambahan bobot ikan kelompok ukuran A (berukuran besar) lebih kecil dibandingkan dengan kelompok ukuran B (berukuran kecil) meskipun umurnya sama. Namun Kelompok ukuran B belum dapat mengejar bobot ukuran A dalam periode pemeliharaan 6 bulan (Gambar 1).
Percobaan ini sudah berlangsung enam bulan. Adapun pertambahan bobot rata-rata yang didapat pada sampling pertama seperti pada Tabel 2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan rasio pemberian pakan 1% dari biomassa ikan menjadi 2% meningkatkan pertambahan bobot ikan
0 100 200 300 400 500 600
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (bulan)
Bobot rata-rata (g)
A (1%) A (2%)
A (2,5%) B (1%)
B (2%) B (2,5%)
(A) Perkembangan bobot ikan (kelas A dan B)
0 20 40 60 80 100 120
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (bulan)
Sintasan (%)
A (1,0 %) A (2,0%) A (2,5%) B (1,0%) B (2,0%) B (2,5%)
(B) Perkembangan sintasan ikan (Kelas A dan B)
Gambar 1. Pertumbuhan dan sintasan kerapu yang dipelihara di keramba jaring apung
dengan kelas ukuran dan rasio pemberian pakan yang berbeda selama percobaan
yang dipelihara baik pada kelompok besar maupun kelompok kecil. Peningkatan dari 2%-2,5% ada kecenderungan tidak meningkatkan pertambahan bobot pada ikan kelas A, namun pada kelas B atau ukuran yang lebih kecil mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran ikan yang lebih kecil, rasio pemberian pakannya lebih tinggi daripada ikan yang lebih besar. Rata-rata bobot pada akhir penelitian pada ikan yang awal tebar dengan rata-rata bobot 200 g (kelas A) pada akhir penelitian mempunyai kisaran bobot rata-rata 489-519 g, sedangkan ikan dengan rata-rata bobot 100 g (kelas B) mempunyai kisaran bobot 286-307 g.
Tingkat pemberian pakan optimal tidak hanya penting untuk melihat pertumbuhan yang tinggi dan meminimalkan tingkat konversi pakan (FCR) tetapi juga untuk alasan ekonomi dan lingkungan seperti penurunan kualitas air sebagai akibat pemberian pakan yang berlebih (Langar & Guilaume, 1994). Hasil penelitian telah melaporkan pengaruh tingkat pemberian pakan pada performan pertumbuhan ikan “white sturgeon” (Hung & Lutes, 1987), “rainbow trout” (Cho et al., 1976).
Rata-rata sintasan ikan percobaan pada akhir percobaan mempunyai kisaran 54,93%-65,80% pada ikan kelas B, sedangkang ikan kelas A kisaran sintasannya adalah 75,71%-80,24%. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa pemilihan ukuran benih sangat penting diperhatikan dalam penebaran di KJA.
Ikan kelas A dalam enam bulan sudah dapat mencapai ukuran konsumsi, sedangkan kelas B ukurannya masih jauh dari ukuran konsumsi.
Gambar 2. Persentase pertambahan bobot (%) ikan kelas A (ukuran besar) dan ikan kelas B (ukuran kecil)
105,5
140,5 141,54
153,15
185,43 191,72
0 50 100 150 200 250
1 2 25
Rasio pemberian pakan (%)
Pertambahan bobot (%)