• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. satu bulan, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan (Huang, 2020).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. satu bulan, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan (Huang, 2020)."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awal tahun 2020 ini dunia dikejutkan dengan wabah virus corona (COVID-19) yang menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. Dunia masuk kedalam darurat global terkait virus ini (WHO, 2020). Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan (Rothan, 2020). Sejak 31 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 44 kasus. Tidak sampai satu bulan, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan (Huang, 2020).

Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik.

Hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia.5 Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan kasus dan kematian sudah melampaui China.

Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%. COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus

(2)

2 kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara (WHO, 2020).

Dilansir dari situs resmi covid19.go.id, data terbaru per 21 Juni 2020 WHO menyatakan secara global sejumlah 216 negara di dunia terkonfirmasi kasus positif sebanyak 8.708.008 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 461.715 orang. Sedangkan di Indonesia, kasus terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 45.891 kasus, di mana 54,5% sebanyak 25.022 pasien dalam perawatan, pasien sembuh sebanyak 18.404 orang, dan pasien meninggal sebanyak 2.465 orang.

Kasus tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 9.971 kasus (21,7%), disusul provinsi Jawa Timur sebanyak 9.542 kasus (20,8%), Sulawesi Selatan sebanyak 3.797 kasus (8,3%), Jawa Barat sebanyak 2.848 kasus (6,2%), dan provinsi Jawa Tengah sebanyak 2.668 kasus (5,8%) (Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, 2020).

Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor risiko dari infeksi COVID-19 (Cai, 2020). Data dari LEOSS (2020) menunjukan bahwa prevalensi keparahan penyakit lebih dari 50% pasien terjadi pada pasien COVID-19 dengan komorbid kardiovaskular. Hasil 72 penelitian dari berbagai negara menunjukkan bahwa 3470 pasien COVID-19 memiliki penyakit penyerta 8,3% penyakit kardiovaskular, 13,3% hipertensi dan diabetes sebesar 7,3%

(Emami, 2020; Fang, 2020). Studi terbaru menunjukkan 476 pasien COVID-19 dari tiga rumah sakit Cina dengan komorbid penyakit kardiovaskular memiliki manifestasi klinis lebih parah (Feng, 2020).

(3)

3 Secara keseluruhan, 96,7% dari pasien yang meninggal memiliki setidaknya satu komorbid: 14,4% memiliki satu, 20,5% memiliki dua dan 61,9% memiliki tiga atau lebih komorbid; di mana 70% berupa hipertensi, 32% diabetes, 28%

penyakit jantung iskemik, 23% atrial fibrilasi, 23% gagal ginjal kronis, 18%

penyakit paru kronis, 16% gagal jantung dan 11% stroke (Chen, 2020).

Meskipun gambaran klinis secara umum pada pasien COVID-19 berupa gangguan pernafasan, pada beberapa pasien dapat terjadi gangguan kardiovaskular hingga menyebabkan kematian. Komplikasi kardiovaskular berupa miokarditis, acute coronary syndrome (ACS), gagal jantung, emboli paru, syok kardiogenik dan infeksi pada pasien transplantasi jantung (Fried, 2020).

Berdasarkan laporan Centers for Disease Control and Prevention China, sekitar 12.8%

pasien COVID-19 memiliki hipertensi, dan 4% pasien memiliki penyakit kardiovaskular. Tingkat mortalitas pada pasien dengan penyakit kardiovaskular lebih tinggi dibandingkan pasien dengan komorbid (CDC, 2020). Penyakit kardiovaskular kemungkinan meningkatkan keparahan infeksi coronavirus sehingga prognosis rendah (Huang, 2020).

Menurut European Society of Cardiology (ESC), Heart Failure Society of America, American College of Cardiology dan American Heart Association, pasien dengan penyakit

kardiovaskular yang didiagnosa COVID-19, penanganan harus berdasarkan status hemodinamik dan presentasi klinis (ESC, 2020). Pasien dengan penyakit kardiovaskular harus selalu menjaga kebersihan, social distancing, serta menggunakan masker dan sarung tangan untuk mencegah dari tertular COVID- 19 karena sangat rentan. Pada kasus tertentu, seperti pada kasus gagal jantung, dianjurkan untuk isolasi mandiri. Gaya hidup sehat, diet sehat dan monitoring

(4)

4 rutin seperti tekanan darah, denyut jantung, dan berat badan harus diterapkan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular (ESC, 2020).

Kerusakan miokard dan gagal jantung menyumbang hampir 40% dari kematian dalam kelompok yang kritis dirawat di rumah sakit di Wuhan (Chen, 2020). Analisis regresi Cox mengungkapkan bahwa risiko kematian yang terkait dengan kerusakan jantung akut secara signifikan lebih tinggi daripada usia, penyakit paru kronis atau riwayat penyakit kardiovaskular (CDC, 2020; Huang, 2020) Dengan demikian, cedera kardiovaskular berperan dalam terjadinya sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) akibat infeksi COVID-19. Terakhir, pasien dengan penyakit kardiovaskular yang terinfeksi COVID-19 lebih mungkin mengalami gejala yang parah, dan mungkin juga lebih rentan terhadap efek kardiotoksik yang merugikan dari obat antivirus (Chen, 2020).

Selain perawatan suportif, pengobatan khusus harus diberikan pada pasien COVID-19 dengan penyakit kardiovaskular untuk menghindari efek samping kardiovaskular yang berpotensi membahayakan (Phua, 2020). Secara keseluruhan, keterlibatan kardiovaskular sangat lazim dan penting secara prognostik pada pasien COVID-19. Oleh karena itu, tidak hanya penting untuk melibatkan ahli jantung untuk mengelola komplikasi kardiovaskular dalam kasus COVID-19 yang parah, tetapi juga untuk memberi perhatian khusus pada perlindungan kardiovaskular pasien yang berisiko tertular COVID-19. Penting untuk mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk prosedur diagnostik dan terapeutik kardiovaskular (Bohm, 2020).

Setelah mengetahui penjabaran masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Literatur Tentang Pencegahan Dan

(5)

5 Penanganan Penyakit Kardiovaskular Pada Pasien Dengan COVID-19 Disertai Komorbid”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:

Bagaimana penanganan pasien dengan covid-19 disertai komorbid penyakit kardiovaskular ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi penanganan pasien dengan covid-19 disertai komorbid penyakit kardiovaskular.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui penanganan penyakit kardiovaskular pada pasien dengan COVID-19 disertai komorbid.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber pengetahuan bagi mahasiswa dalam mengetahui penanganan penyakit kardiovaskular pada pasien dengan COVID-19 disertai komorbid sehingga bisa menjadi sumber ilmu maupun referensi dimasa mendatang.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Sebagai bahan masukan bagi tenaga pelayanan kesehatan agar dapat mengetahui penanganan penyakit kardiovaskular pada pasien dengan COVID-19 disertai komorbid.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber pengetahuan bagi

(6)

6 tenaga pelayanan kesehatan agar mampu memberikan pelayanan yang optimal dalam melakukan penanganan penyakit kardiovaskular pada pasien dengan COVID-19 disertai komorbid.

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait penanganan penyakit kardiovaskular pada pasien dengan COVID-19 disertai komorbid sehingga masyarakat dapat mencegah dan mengantisipasi agar terhindar dari masalah kesehatan tersebut.

1.5 Keaslian Penelitian

Berikut merupakan beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan :

1.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Joko Tri Atmojo (2020) yang berjudul

“Resusitasi Jantung Paru Di Era Pandemi COVID-19” bertujuan untuk memberikan informasi berdasarkan bukti klinis terkait risiko penularan COVID-19 pada perawat ketika melakukan RJP dan strategi RJP yang dianjurkan pada masa pandemi COVID-1. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi literatur. Hasil menunjukkan bahwa terjadi penularan virus COVID-19 pada perawat yang melakukan RJP menggunakan APD lengkap, melalui droplet atau aerosol dari pasien yang terdapat di udara dan masuk melalui celah yang terbentuk tanpa sengaja oleh petugas kesehatan ketika membenarkan posisi, memulai posisi, menyeka keringat ataupun terjadi ketika membuka baju pelindung. Perawat disarankan menggunakan standar pelayanan pasien COVID-19 kepada setiap pasien yang mengalami henti jantung di masa pandemi ini.

(7)

7 Perbedaan penelitian tersebut dengan yang akan dilakukan peneliti terletak pada variabel penelitian yaitu RJP, APD, perawat. Sedangkan variabel yang yang akan diteliti adalah penyakit kardiovaskular, COVID- 19, komorbid.

1.5.2 Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Susila (2020) dengan judul

“Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini” bertujuan untuk menelaah terhadap studi-studi terkait COVID-19 yang telah banyak dipublikasikan sejak awal 2020 lalu sampai dengan akhir Maret 2020.

Penelitian ini menggunakan studi literatur. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa COVID-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi pandemi. Penyakit ini harus diwaspadai karena penularan yang relatif cepat, memiliki tingkat mortalitas yang tidak dapat diabaikan, dan belum adanya terapi definitif. Perbedaan penelitian tersebut dengan yang akan dilakukan peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel penelitian yaitu coronavirus, COVID-19. Sedangkan variabel yang yang akan diteliti adalah penyakit kardiovaskular, COVID- 19, komorbid.

1.5.3 Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2020) dengan judul “Corona Virus Disease (COVID-19); Sebuah tinjauan literatur” bertujuan untuk menelaah COVID-19 melalui laporan kasus diambil dari kasus yang ada di puskesmas dan referensi dari berbagai sumber. Penelitian ini menggunakan studi literatur. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa COVID-19 merupakan infeksi virus baru yang mengakibatkan terinfeksinya 90.308 orang per tanggal 2 Maret 2020. Virus yang merupakan virus RNA strain tunggal positif ini menginfeksi saluran pernapasan. Penegakan diagnosis dimulai dari gejala umum berupa

(8)

8 demam, batuk dan sulit bernapas hingga adanya kontak erat dengan negara-negara yang sudah terifinfeksi. Pengambilan swab tenggorokan dan saluran napas menjadi dasar penegakan diagnosis coronavirus disease.

Penatalaksanaan berupa isolasi harus dilakukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Perbedaan penelitian tersebut dengan yang akan dilakukan peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel penelitian yaitu coronavirus, COVID-19.

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena tersebut membuat peneliti tertarik untuk mencari tahu bagaimana persepsi pasien dalam penggunaan telemedicine di masa pandemi coronavirus (COVID-19) ini di

Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah: pasien rawat inap yang didiagnosa positif COVID-19 pada bulan Agustus hingga Desember 2020; pasien dengan tingkat keparahan

Orang dapat menangkap COVID-19 dari orang lain yang memiliki virus. Penyakit ini menyebar terutama dari orang ke orang melalui tetesan kecil dari hidung atau

Maka fokus dari penelitian ini adalah dampak dari Psychological Capital pada mahasiswa tingkat awal yang harus melakukan adaptasi belajar dengan pembelajaran online di masa

(2020) menyatakan bahwa stigma dapat muncul di masyarakat kepada orang orang yang daerah asalnya menjadi sumber penyebaran infeksi atau dengan kasus tinggi,

Penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi antara aktivitas belajar peserta didik menggunakan Google Classroom (variabel X) dalam pembelajaran, hubungannya dengan

Pada jurnal AHA (2020) mengemukakan bahwa penanganan pasien Covid-19 di IGD rumah sakit menggunakan penanganan IHCA yaitu penanganan pasien Covid-19 yang terkena

Soka Gakkai ASEAN ditambah dengan China, Jepang dan Korea Selatan membuat satu forum regional yang fokus kepada penolakan senjata nuklir di kawasan mereka dan