40 4.1 Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Tridharma Gorontalo di kelas X. Dalam proses pembelajaran, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif word square yang dilakukan pada semester genap dan dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan proses pembelajaran siklus I dan II mengacu pada 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif word square pada siswa kelas X SMA Tridharma Kota Gorontalo pada materi hidrokarbon. Setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan, hal ini dilakukan karena hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi standar nilai yang telah ditetapkan. Sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada setiap akhir siklus diadakan tes untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa pada penelitian ini dilakukan oleh guru kimia yang berada di SMA Tridharma Gorontalo selaku guru mitra.
Penelitian ini disajikan berdasarkan hasil yang diamati meliputi pengamatan aktivitas guru, pengamatan aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
4.1.1 Aktivitas Guru
Pengamatan aktivitas guru pada siklus I dan II untuk materi hidrokarbon
dilakukan pada kelas X SMA Tridharma Gorontalo dan dilakukan oleh guru kimia
selaku guru mitra yang secara jelas di sajikan dalam Tabel 5 berikut.
Tabel 5: Hasil Pengamatan Aktivitas Guru N
o
Indikator Aktivitas Guru Siklus I Siklus II Skor
Rata- rata
% Hasil Capaia
n
Skor Rata-
rata
% Hasil Capaian
1 2 3 4 5 6
1. Membuka pelajaran dengan memberi salam
4 6,67 4 6,67
2. Membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen
4 6,67 4 6,67
3 Memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi
2 3,33 3 5
4 Menyampaikan tujuan pembelajaran
2 3,33 4 6,67
5 Menjelaskan secara singkat model pembelajaran yang akan
digunakan (Kooperatif Word Square)
3 5 3 5
6 Menyajikan materi secara garis- garis besar
1,5 2,5 3 5
7 Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
3 5 3 5
8 Membagi LKS kepada setiap kelompok
4 6,67 4 6,67
9 Memantau siswa dalam mengerjakan soal kelompok
3 5 3 5
10 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
1,5 2,5 2,5 4,17
11 Memberikan kesempatan kelompok lain untuk menanggapi
2 3,33 2,5 4,17
12 Memberikan poin pada setiap jawaban yang benar
2,5 4,17 3 5
13 Memberikan penegasan terhadap penjelasan yang dianggap penting
2 3,33 3 5
14 Memberikan penghargaan 2 3,33 4 6,67
15 Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
2 3,33 4 6,67
Lanjutan tabel pada halaman berikut:
1 2 3 4 5 6
15 Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
2 3,33 4 6,67
Jumlah 64,16 83,36
Kategori Cukup Baik
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 15 indikator aktivitas guru, diperoleh capaian pada siklus I yaitu sebesar 64,16% dengan kategori cukup dan untuk siklus II menjadi 83,36% dengan kategori baik. Untuk lembar observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan I dan II di sajikan pada lampiran 15 dan 16 dan untuk siklus II pertemuan I dan II pada lampiran 21 dan 22.
4.1.2 Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II menggunakan model pembelajaran word square pada materi hidrokarbon secara jelas di sajikan dalam Tabel 6 berikut:
Tabel 6: Hasil Pengamat Aktivitas Siswa
No Indikator Aktivitas Siswa Siklus I Siklus II Skor
Rata- rata
% Hasil Capaian
Skor Rata-
rata
% Hasil Capaian
1 2 3 4 5 6
1. Siswa mengikuti arahan pembagian kelompok
4 11,11 4 11,11
2. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik pada awal pelajaran
2,5 6,94 4 11,11
Lanjutan Tabel 6: Hasil Pengamat Aktivitas Siswa
1 2 3 4 5 6
3. Siswa mengerjakan soal secara berkelompok
2 5,56 3 8,33
4. Siswa bertanya kepada guru bila mengalami kesulitan
2,5 6,94 4 11,11
5. Siswa saling berinteraksi antara anggota kelompok
2 5,56 3 8,33
6. Siswa saling berinteraksi antara anggota kelompok yang satu dan yang lainnya
1,5 4,17 3 8,33
7. Siswa mengemukakan pendapat tentang materi
1,5 4,17 3 8,33
8. Siswa mendengarkan pendapat teman dan menanggapi
1,5 4,17 2,5 6,94
9. Siswa dapat menyimpulkan materi yang telah dibelajarkan
2 5,56 3 8,33
Jumlah 54,18 81,92
Kategori Kurang
Baik
Baik
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 9 indikator aktivitas siswa diperoleh capaian pada siklus I yaitu sebesar 54,18% dengan kategori kurang baik dan untuk siklus II yaitu sebesar 81,92% dengan kategori baik. Untuk lembar observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dan II di sajikan pada lampiran 18 dan 19 dan untuk siklus II pertemuan I dan II pada lampiran 24 dan 25.
4.1.3 Hasil Pembelajaran Kooperatif Word Square
Keberhasilan pembelajaran word square siswa dapat diketahui melalui LKS
word square siswa. Hasil pembelajaran kelompok siswa dengan menggunakan model
word square dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7: Hasil Pembelajaran kelompok dengan menggunakan model word square
No Kelompok Siklus I Siklus II Kategori
Jumlah Skor
Persentase Capaian
(%)
Jumlah Skor
Persentase Capaian
(%)
Siklus I
Siklus II
1. 1 11 45,83 15 62,5 Kurang
baik
Cukup
2. 2 15 62,5 18 75 Cukup Baik
3. 3 13 54,17 17 70,83 Kurang
baik
Baik Jumlah
Berdasarkan tabel pembelajaran kelompok dengan menggunakan model word square diatas, dapat diketahui bahwa pada siklus I, kelompok 1, 2, dan 3 belum
mencapai nilai 70 atau masih termasuk kategori kurang baik dan cukup. Pada siklus II, kelompok 2, dan 3 sudah mencapai nilai 70 keatas dan termasuk kategori baik.
4.1.4 Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II untuk materi hidrokarbon secara jelas di sajikan dalam Tabel 8 berikut:
Tabel 8 : Hasil Belajar Siswa
No Rentang Nilai Siklus I Siklus II
Jumlah Siswa
% Capaian Jumlah Siswa
% Capaian
1. 85 – 100 2 17 5 36
2. 70 – 84 5 41 7 50
3. 55 – 69 2 17 2 14
4. 40 – 54 2 17 - -
5. ≤ 39 1 8 - -
Jumlah 12 100 14 100
Hasil belajar siswa diperoleh dari tes yang diberikan pada tiap akhir siklus.
Pada siklus I digunakan tes berupa tes objektif (dapat dilihat pada lampiran) pada materi hidrokarbon yang terdiri dari 11 butir soal dengan bobot 1 pada setiap nomor soal. .Pada tes yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus I ini diikuti oleh 12 orang siswa. Berdasarkan data hasil belajar, terdapat 2 orang siswa yang berada di rentang nilai 85-100 atau sebesar 17%, 5 orang siswa yang berada di rentang nilai 70-84 atau sebesar 41%, 2 orang siswa yang berada direntang nilai 55- 69 atau sebesar 17% , 2 orang siswa yang berada direntang 40-54 atau sebesar 17%, dan 1 orang siswa yang berada direntang nilai ≤ 39 atau sebesar 8%.
Untuk siklus II, tes untuk mengetahui hasil belajar di ikuti oleh 14 orang siswa. Berdasarkan data hasil belajar terdapat 5 orang siswa yang berada di rentang nilai 85 -100 atau sebesar 36%, 7 orang siswa yang berada di rentang nilai 70-84 atau sebesar 50%, 2 orang siswa yang berada direntang nilai 55-69 atau sebesar 14% , sedangkan yang berada di rentang nilai 40-54 dan yang berada direntang nilai ≤ 39 adalah 0 %.
4.1.5 Refleksi Hasil Tindakan
Berdasarkan data hasil pengamatan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa yang dikumpulkan, untuk selanjutnya dianalisis dan kemudian diadakan
refleksi. Refleksi dialkuakan untuk mengetahui hal-hal yang masih kurang pada saat
proses pembelajaran berlangsung, sehingga masih perlu diadakan perbaikan pada
kegiatan pembelajaran selanjutnya. Hal ini ditunjukkan dengan kurang aktifnya siswa
selama pembelajaran berlangsung, siswa kurang berinteraksi dengan sesama teman kelompoknya atau dengan kelompok yang lain. Pada kegiatan pembelajaran, guru juga harus membimbing siswa pada saat mengadakan presentase dan lebih memotivasi siswa dalam mengajukan pertanyaan ataupun saling berinteraksi antara kelompok yang satu dan yang lain. Sehingga akan lebih mudah bagi siswa untuk memahami materi yang telah dipelajari. Dengan demikian pada saat mengerjakan soal-soal tes evaluasi, siswa dapat mengerjakannya dengan baik.
Hasil pengamatan yang terlihat pada siklus I ini menunjukkan bahwa ada beberapa aktivitas guru ataupun siswa yang belum dilaksanakan secara optimal . Hal ini terlihat dari persentase hasil pengamatan aktivitas guru adalah 64,16% atau termasuk kategori cukup, persentase hasil pengamatan aktivitas siswa adalah 54,18%
atau termasuk kategori kurang baik, hasil pembelajaran word square siswa pada
siklus ini juga kurang memuaskan karena masih terdapat kelompok yang
mengerjakan soal yang dalam bentuk word square, tetapi soal yang di kerjakan
tersebut tidak dapat di pertanggung jawabkan oleh anggota kelompok. Hasil tes
evaluasi yang dilakukan pada siklus I juga belum mencapai kategori yang di
harapkan. Pada siklus ini hanya 58,3% yaitu 7 orang siswa yang mencapai ketuntasan
dengan nilai 70 keatas sesuai dengan kategori ketuntasan maksimal (KKM) di SMA
Tridharma Gorontalo atau masih termasuk kategori cukup dan ketuntasan belajar
siswa secara klasikal (daya serap klasikal) adalah 68,2 atau belum mencapai target
yang diinginkan yaitu minimal 75%. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti dan guru
mitra bersepakat untuk melanjutkan penelitian ke siklus II untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I, untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai target yang diharapkan.
Pada siklus II dapat diketahui bahwa proses pembelajaran yang berlangsung sudah lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II persentase aktivitas guru dan siswa meningkat, persentase untuk aktivitas guru yaitu 83,36%, sedangkan persentase untuk aktivitas siswa yaitu 81,92%. Dimana hasil belajar siswa pada siklus II ini meningkat, ini terlihat dari persentase yang tuntas untuk siklus I adalah 58,3%
atau dari 12 orang yang mengikuti tes hanya 7 orang yang tuntas dengan nilai rata- rata 68,2. Sedangkan pada sikllus II ini, persentase yang tuntas adalah 85,7% atau dari 14 orang yang mengikuti tes, ada 12 orang yang tuntas dengan nilai rata-rata 80,2.
Hasil pembelajaran word square siswa pada siklus ini juga sudah memuaskan
jika dibandingkan dengan siklus I karena semua kelompok sudah mengerjakan soal
yang dalam bentuk word square, dan mampu mempertanggung jawabkan hasil yang
dikerjakan tersebut. Dengan meningkatnya aktivitas guru dan siswa serta hasil
pembelajaran word square, hal ini juga berdampak pada hasil belajar siswa pada
siklus II, di mana persentase hasil belajar siswa meningkat menjadi 85,7 % yang
mencapai ketuntasan dengan nilai 70 keatas sesuai dengan kategori ketuntasan
maksimal (KKM) di SMA Tridharma Gorontalo atau sudah termasuk kategori baik
dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal (daya serap klasikal) adalah 80,2%.
4.2 Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada materi hidrokarbon yang terbagi menjadi dua siklus pembelajaran. Penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hidrokarbon yang diajarkan pada siswa kelas X SMA Tridharma Kota Gorontalo dengan jumlah siswa sebanyak 18 orang yang terdiri dari siswa laki-laki 11 orang dan siswa permpuan 7 orang. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini terdiri dari dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II, dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.
Sebelum proses pembelajaran, peneliti melakuan berbagai persiapan
perencanaan yang cukup matang untuk kelancaran proses belajar mengajar di kelas
sehingga dapat memperoleh data yang refresentatif. Adapun perangkat-perangkat
yang perlu disiapkan oleh peneliti untuk menunjang proses pembelajaran : a) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran ini sangat
diperlukan bagi pengajar sebagai pedoman keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar
yang cakupannya dapat berupa persiapan, pelaksanaan dan evaluasi, b) Lembar Kerja
Peserta Didik. Lembar kerja yang digunakan berisi ringkasan dari materi hidrokarbon
yang dibuat oleh guru yang didalamnya terdapat soal-soal yang akan dikerjakan oleh
siswa secara berkelompok. Soal-soal tersebut sudah ada jawabanya yang disamarkan
dan dibuat dalam kotak-kotak berupa teka-teki silang, c) Lembar Observasi. Lembar
observasi digunakan pada saat pembelajaran untuk menilai keterlakasanaan proses
pembelajaran, dan yang menilai pada saat proses pembelajaran adalah guru kimia
yang berada di SMA Tridharma Gorontalo sebagai guru mitra, d) Evaluasi. Evaluasi
ini dilaksanakan pada akhir materi pelajaran untuk mengevaluasi kemampuan setiap siswa yang dalam bentuk tes objektif.
Aktivitas guru pada proses pembelajaran siklus I ini menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa yang belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini dapat dilihat pada persentase aktivitas guru yang hanya mencapai 64,16% dan termasuk kategori cukup. Pada siklus I ini, guru terlihat belum menguasai kelas, karena masih adanya siswa yang belum memperhatikan penjelasan-penjelasan guru dan kurang bersemangat serta tidak antusias pada saat mengikuti diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok ini diharapkan siswa untuk saling berinteraksi antar satu sama lain, sehingga jika ada siswa yang mengalami kesulitan, dapat bertanya kepada teman kelompoknya. Tetapi pada siklus I ini, belum terlihat kerja kelompok yang terjalin antara sesama anggota kelompok. hal ini terjadi karena adanya anggota kelompok yang tidak mau bekerja sama, hanya menggantungkan pekerjaan tersebut pada satu orang siswa saja yang mereka anggap memiliki kemampuan yang lebih dari mereka.
Serta dalam proses pembelajaran ini, guru belum begitu memberikan penegasan ataupun penjelasan terhadap materi yang dianggap penting, sehingga siswa belum terlalu mengerti dengan materi yang diberikan. Berdasarkan hasil diskusi, guru memandu siswa untuk menyimpulkan bersama materi yang telah di pelajari, namun terlihat siswa yang masih takut untuk menyimpulkan materi, karena guru terlihat kurang memotivasi siswa.
Aktivitas siswa pada siklus I ini masih termasuk kurang baik karena
persentase yang diperoleh untuk aktivitas siswa hanya 54,18%. Siswa terlihat kurang
memperhatikan penjelasan guru, hal ini karena adanya siswa yang belum siap mengikuti pelajaran dan belum menyiapkan sumber belajar dari rumah. Pada saat diadakan diskusi kelompok, antara kelompok yang satu dan yang lainnya belum ada keberanian untuk bertanya ataupun menanggapi materi yang di presentasikan,sehingga situasi diskusi masih terlihat kurang antusias.
Hasil pembelajaran word square juga dapat diketahui bahwa pada siklus I, kelompok 1,2, dan 3 mengerjakan soal kelompok dalam bentuk word square, tetapi belum mendapatkan poin diatas standar ketuntasan. Hal ini terjadi karena anggota kelompok belum begitu memahami materi yang didiskusikan, untuk itu guru lebih memotivasi siswa serta memberikan penjelasan-penjelasan tambahan terhadap materi yang belum begitu dipahami.
Hasil belajar siswa pada siklus I ini belum menunjukkan hasil yang baik. Dari 18 siswa kelas X SMA Tridharma Gorontalo, hanya 12 orang siswa yang mengikuti tes evaluasi hasil belajar pada materi hidrokarbon, karena 4 orang siswa tidak hadir dengan alasan yang tidak jelas, dan 2 orang siswa sakit. Pada siklus I ini, yang mengalami ketuntasan belajar atau yang memperoleh nilai 70 keatas sebesar 58,3%
atau sebanyak 7 orang, sedangkan siswa yang tidak mengalami ketuntasan belajar atau yang memperoleh nilai 70 kebawah sebesar 41,7% siswa atau sebanyak 5 orang, dengan daya serap siswa secara klasikal adalah 68,2 dan termasuk kategori cukup.
Dengan demikian hasil belajar siswa pada siklus I belum menunjukkan hasil yang di
harapkan yaitu minimal 75% siswa yang dikenakan tindakan memperoleh nilai 70 ke
atas. Adapun kesalahan siswa dalam mengerjakan tes evaluasi siklus I dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9: Kesalahan Siswa pada Hasil Tes Evaluasi Siklus I No
Soal
Jawaban Siswa Jawaban yang Benar
1 2
3
2
A. I A dan periode II Karena terletak pada goloingan IA dan periode II
C. IVA dan periode 2
Unsur karbon (C) merupakan unsur yang memiliki nomor atom 6 dan terletak pada golongan IVA dan periode
3 D. C
3H
termasuk anggota deret homolog alkana adalah C
3H
6A. C
4H
10Deret homolog merupakan susunan senyawa yang dibuat sedemikian rupa sehingga perbedaan dengan tetangga dekatnya hanya pada jumlah metilena (–
CH
2–). Alkana merupakan senyawa hidrokarbon yang ikatan rantai karbonnya tunggal. Rumus umum alkana adalah C
nH
2n+ 2. Deret homolog alkana yaitu CH
4, C
2H
6, C
3H
8, C
4H
10, C
5H
12, C
6H
14, C
7H
16, C
8H
18, C
9H
20, C
10H
224 A. 1, 3, 5 Karena atom C primer terdapat dari sebelah kiri karena nomor atom karbon 1,3,5
E. 1, 7
Atom karbon primer merupakan atom karbon yang mengikat satu atom karbon yang lainnya.
5 D. 4
Karena senyawa alakan memiliki atom karbon kuartener pada atom C nomor 4.
C. 3
Atom karbon kuartener merupakan atom karbon
yang mengikat empat atom karbon yang lainnya.
Lanjutan Tabel 9 : Kesalahan Siswa pada Hasil Tes Evaluasi Siklus I
1 2 3
6 C. 3 – etil – 2, 5 – dimetil pentana
Karena pada suatu senyawa alkana memiliki struktur CH
3dianatara
B. 2-etil-3,5-dimetil-heptana
Tata nama alkana menurut IUPAC adalah : Alkana rantai lurus diberi nama dengan awalan n (n = normal).Contoh: CH
3-CH
2-CH
2-CH
3n-butana , alkana rantai bercabang diberi nama yaitu rantai induk diambil rantai karbon terpanjang, cabang merupakan gugus alkil. Rumus umum alkil C
nH
2n +Nama alkil sama dengan nama alkana dengan jumlah atom C sama, hanya akhiran –ana diganti – il. Jika hanya ada satu cabang maka rantai cabang diberi nomor sekecil mungkin, Jika alkil cabang lebih dari satu dan sejenis menggunakan awalan Yunani (di = 2, tri = 3, dan seterusnya).
7 B. (3), (4), (5) Karena hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa alakana dan alkena
E. (2), (4), (5)
Senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan kovalen rangkap 2 atau 3 pada rantai karbonnya.
Contoh: alkena dan alkuna.
8 B. (2) dan (3) Karena merupakan satu homolog.
D. (1) dan (3)
Deret homolog merupakan susunan senyawa yang dibuat sedemikian rupa sehingga perbedaan dengan tetangga dekatnya hanya pada jumlah metilena (–
CH
2–). Alkena merupakan senyawa hidrokarbon
yang mempunyai ikatan rangkap dua pada rantai
karbonnya. Rumus umum alkena adalah C
nH
2n.
Deret homolog alkena yaitu C
2H
4, C
3H
6, C
4H
8,
C
5H
10, C
6H
12, C
7H
14, C
8H
16, C
9H
18, C
10H
20Lanjutan Tabel 9: Kesalahan Siswa pada Hasil Tes Evaluasi Siklus I
1 2 3
9 CH3 D. CH3- CH- CH2 - CH3
CH3
Karena rumus struktur diatas merupakan rumus struktur dari 2- metil-pentana
C. CH
3-CH-CH
2-CH
2-CH
3| CH
3Penamaan alkana mengikuti sistem IUPAC, yaitu sistem tata nama yang didasarkan pada gagasan bahwa struktur sebuah senyawa organik dapat digunakan untuk menurunkan namanya dan sebaliknya, bahwa suatu struktur yang unik dapat digambar untuk tiap nama. Jika alkana memiliki rantai samping maka penamaannya mengikuti aturan sebagai berikut: rantai terpanjang merupakan rantai utama, rantai utama diberi nomor mulai dari ujung rantai yang memiliki substituent, urutan penulisan nama : nomor cabang, nama cabang, nama alkana rantai utama, jika terdapat gugus metil pada atom C nomor 2, nama alkana diberi awalan iso.
10
C. 2-metil-5-etil-2- heksena
Karena memiliki struktur heksana
D. 2,5-dimetil-2-heptena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua pada rantai
karbonnya. Tata nama alkena menurut IUPAC yaitu : rantai induk diambil rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap dua. Ikatan rangkap dua diberi nomor sekecil mungkin, rantai cabang diberi nomor menyesuaikan nomor ikatan rangkap dua.
11