ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVENTORY PADA PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA WILAYAH JAKARTA BARAT
Alfa Lucianto Suwandi 1401118195
Hendry Hartono
Abstract
The purpose of this study was to determine the amount of inventory to an order back, knowing the amount of inventory in future periods. This study used a descriptive study with quantitative research. With Forecasting method to produce the number of bookings for the supply of internet modem and modem televise 1603.046 units of 829.4848 units. With EOQ method produces optimal number of reservations to the Internet modem at 295.21 units in reorder point reached 1833.176 units. Modem Television at 143.99 units in reorder point reached 853.08 units. And the results of the study was the number of inventory items for sale in the coming period amounted to 1603.046 unit 829.4848 modem Internet modem and television.
Keywords: Inventory, Economic Order Quantity, Forecasting.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya jumlah persediaan untuk melakukan pemesanan kembali, mengetahui jumlah persediaan di periode mendatang. Penelitian ini menggunakan studi bersifat deskriptif dengan jenis penelitian kuantitatif.Dengan metode Forecasting menghasilkan jumlah pemesanan untuk persediaan modem internet sebesar 1.603,046 unit dan modem televisi sebesar 829,4848 unit. Dengan metode EOQ menghasilkan jumlah pemesanan optimal untuk modem internet sebesar 295,21 unit pada titik pemesanan kembali mencapai 1.833,176 unit. Modem televisi sebesar 143,99 unit pada titik pemesanan kembali mencapai 853,08 unit. Dan dari hasil penelitian ternyatajumlah persediaan barang untuk penjualan di periode mendatang adalah sebesar 1.603,046 unit modem internet dan 829,4848 modem televisi.
Kata Kunci: Persediaan, Economic Order Quantity, Forecasting.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan informasi dan komunikasi merupakan perusahaan yang sangat penting dalam membantu meningkatkan perkembangan informasi dan komunikasi dalam negeri. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang informasi dan komunikasi yang menyediakan jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia.
Perkembangan informasi dan komunikasi yang diterapkan PT. Telekomunikasi Indonesia telah berhasil. Hal ini didukung dengan adanya hasil realisasi produk perusahaan kepada konsumen dalam bentuk jasa. Produk tersebut adalah internet dan siaran televisi. Untuk mendukung pelayanan jasa tersebut, maka Telkom menyediakan persediaan barang berupa modem internet dan modem televisi.
Tabel 1.1 Data Penjualan Modem PT. Telkom Indonesia wilayah Jakarta Barat dalam unit.
Bulan
2013 2014
Modem Internet
Modem Internet
Modem Televisi
Januari 1017 1108 326
Februari 1041 1505 589
Maret 1331 1426 750
April 1637 1472 720
Mei 1426 1423 768
Juni 1075 1411 801
Juli 1292 1799 1034
Agustus 1057 1155 577
September 1590 1388 561
Oktober 1085 1468 601
November 1050 1563 1209
Desember 1570 1712 517
Total 15171 17430 8453
25883 70,6%
Sumber: Data perusahaan yang diolah (2013, 2014)
Berdasarkan data tabel hasil realisasi di atas menunjukkan bahwa pada tahun
2014 terjadi peningkatan penjualan produk sebesar 70.6% karena adanya produk
baru untuk siaran televisi. Di tahun 2014 terjadi peningkatan permintaan di beberapa
bulan seperti Januari, Februari, Maret, Juni, Juli, Agustus, Oktober, November, dan
Desember. Sedangkan modem televisi dimulai pada awal tahun 2014. Penyebab terjadinya persediaan modem yang tidak mencukupi berasal dari meningkatnya permintaan konsumen seperti, permintaan bulk untuk High Risk Building seperti apartemen, kantor, mall, dan perumahan yang disebabkan oleh promo perusahaan Telkom kepada calon pelanggan, dan kegiatan penjualan misalnya ke komunitas- komunitas. Sedangkan penyebab terjadinya sisa persediaan modem di gudang karena adanya pengaruh terhadap alat produksi yang tidak berada di alamat pelanggan, jumlah hari kerja yang sedikit dalam sebulan karena adanya hari libur, jumlah petugas sales yang berkurang karena dipecat tidak memenuhi target, adanya masalah dengan perangkat teknologi, dan faktor cuaca seperti musim hujan yang mengakibatkan banjir, dan juga kemacetan di jalan, sehingga mengakibatkan transaksi penjualan yang menurun. Berdasarkan hasil wawancara dan data di atas, pada tahun 2014 permintaan modem internet dan modem televisi melebihi dari persediaan yang ada.
Tabel 1.2 Data Persediaan Modem PT. Telkom Indonesia wilayah Jakarta Barat
Bulan
2013 2014
Modem Internet
Modem Internet
Modem Televisi
Januari 1150 1400 350
Februari 1279 1225 428
Maret 1422 1313 579
April 1589 1477 800
Mei 1520 1460 812
Juni 1100 1454 855
Juli 1250 1639 733
Agustus 1431 1700 698
September 1325 1389 637
Oktober 1450 1401 556
November 1233 1615 635
Desember 1468 1589 610
Total 16217 17662 7693
25355 56,34%
Sumber: Data perusahaan yang diolah (2013, 2014)
Penulis memilih Telkom sebagai objek penelitian karena Telkom merupakan
perusahaan milik negara atau bagian dari BUMN. Permasalahan ini terkait dalam
bidang operasional apakah pengendalian persediaan telah berjalan dengan baik atau
tidak. Dengan melihat indikator-indikator dari metode penelitian seperti Demand,
Cost per unit, Ordering Cost, Holding Cost, dan Lead Time. Menggunakan metode EOQ akan menjelaskan jumlah persediaan yang optimal dengan biaya pemesanan yang sekecil mungkin, menurut Krajewski, Malhotra, dan Ritzman dalam buku Operations Management.
Seiring berkembangnya teknologi dan informasi, permintaan dan kebutuhan masyarakat terhadap internet semakin bertambah. Permintaan dan kebutuhan tersebut bisa dilihat dari bertambahnya pembangunan properti dimana-mana, pembangunan tersebut berupa apartemen, hotel, dan kompleks perumahan. Hal ini bisa diprediksi bahwa akan adanya permintaan terhadap modem internet dan televisi dengan ukuran pemesanan yang besar. Operasional yang merupakan penjelasan yang variabel dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Operasional juga merupakan hal subjektif karena disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan. Operasional mengacu pada target pekerjaan yang dicapai, berisi pembatasan konsep, tempat, dan waktu, dan bersifat aksi, tindakan, atau pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam melakukan suatu bisnis, sebuah perusahaan bergerak untuk menyediakan kebutuhan dan permintaan dari para konsumen bertujuan untuk mendapatkan laba atau keuntungan melalui aktivitas penjualan produk atau jasa yang dihasilkan. Keberhasilan perusahaan dalam mendistribusi produk dengan bantuan teknologi sering dihadapkan pada masalah bagaimana kinerja manajemen operasional dalam industri bekerja secara efektif dan efisien. Persaingan industri yang semakin ketat mengharuskan perusahaan untuk lebih efektif dan efisien dalam melayani, memproduksi, dan mendistribusikan bahan baku agar produksi perusahaan berjalan dengan lancar dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Pengendalian persediaan adalah salah satu aspek penting yang perlu
diperhatikan perusahaan untuk kelancaran pelayanan dan penjualan, serta agar dapat
memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat. Agar proses operasional suatu
perusahaan dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya komunikasi antara
bagian produksi dan bagian persediaan. Oleh karena itu, bagian persediaan harus bisa
meramalkan semua permintaan dari konsumen dan pelanggan, dan mengendalikan
persediaan dengan baik sehingga tidak terjadi kekurangan barang ataupun
penumpukkan barang. Karena pada umumnya perusahaan seringkali mengalami
kesulitan dalam memprediksi, dan bahkan tidak mempunyai prediksi jumlah
permintaan pelanggan pada periode-periode berikutnya, sehingga sangat berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan perusahaan.
Dari hasil wawancara dengan seorang manajer di perusahaan PT.
Telekomunikasi Indonesia wilayah Jakarta Barat, ditemukan bahwa persediaan modem dalam setahun terakhir tidak mencukupi. Telkom juga mengalami kesulitan dalam menentukan jumlah persediaan yang tepat. Dan Telkom tidak memiliki metode perhitungan untuk persediaan barang, hanya menggunakan semacam aplikasi data penjualan tahun terakhir lalu ditambah dengan 10% dari persediaan pengaman.
Dampak dari permasalahan tersebut menyebabkan pelayanan perusahaan ke konsumen menjadi terganggu.
Berdasarkan persediaan yang tidak mencukupi yang ditemukan pada perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia di wilayah Jakarta Barat, jika dibiarkan maka akan menyebabkan dampak yang kemungkinan terjadi pada perusahaan, seperti berkurangnya penjualan produk akibat menurunnya kepuasan pelanggan, bertambahnya biaya pengeluaran akibat jumlah penyimpanan yang berlebihan dan perawatan barang, dan memungkinkan bertambahnya biaya pengeluaran perusahaan untuk mengganti produk, dan jika dibiarkan terus-menerus perusahaan bisa decline.
Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengendalian Persediaan dengan menggunakan metode inventory pada PT.
Telekomunikasi Indonesia wilayah Jakarta Barat”. Penulis memilih judul tersebut sebagai pembahasan dalam pembuatan skripsi karena ingin mengetahui jumlah persediaan untuk penjualan di periode mendatang. Harapan dari hasil penelitian ini, yaitu sebagai solusi dalam menentukan jumlah persediaan barang yang tepat.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1) Berapakah jumlah persediaan untuk melakukan pemesanan kembali dengan menggunakan metode Economic Order Quantity pada PT.
Telekomunikasi Indonesia wilayah Jakarta Barat?
2) Berapa jumlah persediaan untuk penjualan di periode mendatang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk menentukan nilai-nilai yang digunakan dalam perencanaan dan pengendalian persediaan dengan menggunakan metode inventory adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui besarnya jumlah persediaan untuk melakukan pemesanan kembali.
2. Mengetahui jumlah persediaan di periode mendatang.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2007:11), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.
Penelitian deskriptif dapat dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan matematis.
Tabel 3.1 Jenis Metode Penelitian Tujuan
Penelitian
Jenis Penelitian
Metode Penelitian
Analisis Unit Waktu Penelitian T-1 Deskriptif Survey PT. Telkom
Indonesia
Cross Sectional T-2 Deskriptif Survey PT. Telkom
Indonesia
Cross Sectional
Keterangan:
T-1 : Untuk mengetahui besarnya jumlah persediaan untuk melakukan pemesanan kembali.
T-2 : Untuk mengetahui jumlah persediaan di periode mendatang.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang di butuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
1) Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung berupa tanggapan, saran, kritik, pertanyaan dan penilaian sebagai konsumen sebagai responden ; penjelasan dan keterangan pihak perusahaan serta keterangan hasil pengamatan secara langsung atas wawancara terhadap anggota perusahaan.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung, didapatkan dari satu atau arsip perusahaan, dan sumber-sumber terkait.
Sedangkan sumber – sumber untuk data tersebut adalah:
1) Riset lapangan
Penelitian dengan mengadakan peninjauan langsung pada lokasi perusahaan dengan maksud memperoleh data dan informasi melalui wawancara dan observasi.
2) Riset kepustakaan
Yaitu upaya penulis untuk memperoleh data melalui buku – buku sebagai landasan teori dalam penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
• Wawancara
Melakukan sesi tanya jawab kepada pihak atau staff di PT.
Telekomunikasi Indonesia mengenai survey yang dilakukan ketika berkunjung.
• Observasi
Melakukan pengamatan atau peninjauan secara langsung di tempat
penelitian yaitu di PT. Telekomunikasi Indonesia, dan mendapatkan
data secara langsung dari perusahaan.
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.2.1 Hasil Analisis Forecasting dengan Naive Method untuk Modem Internet
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.1 Hasil Hitung QM Naive Method Modem Internet
4.2.2 Hasil Analisis Forecasting dengan menggunakan Moving Average untuk Modem Internet
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.2 Hasil Hitung QM Moving Average Modem Internet
4.2.3 Hasil Analisis Forecasting dengan menggunakan Weighted Moving Average untuk Modem Internet
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.3 Hasil Hitung QM Weighted Moving Average Modem Internet
4.2.4 Hasil Analisis Forecasting dengan menggunakan Exponential Smoothing untuk Modem Internet
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.4 Hasil Hitung QM Exponential Smoothing Modem Internet
4.2.5 Hasil Analisis Forecasting dengan menggunakan Exponential Smoothing with Trend untuk Modem Internet
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.5 Hasil Hitung QM Exponential Smoothing with Trend Modem Internet
4.2.6 Hasil Analisis Forecasting dengan menggunakan Linear Regression untuk Modem Internet
Tabel 4.1 Tabel Perhitungan 6 metode Forecasting Modem Internet
Metode MAD MSE Standard
Error
Next Period
Naive Method
197,4545 75,064,18 302,8946 1.712
Moving Average
167,2593 46,177,19 243,661 1.581
Weighted Moving Average
161,4222 48,435,33 249,5476 1.618,5
Exponential Smoothing
195,9151 57,046,67 264,0525 1.536,694
Exponential Smoothing with Trend
89,1096 57,338,27 264,7265 1.635,37
Linear Regression
127,8735 28,410,2 184,6408 1.603,046 Y = 1301,955 + 23,1608X
Sumber: Hasil Perhitungan Forecasting Modem Internet
4.2.7 Hasil Analisis Forecasting dengan menggunakan Naive Method untuk Modem Televisi
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.7 Hasil QM Naive Method Modem Televisi
4.2.8 Hasil Analisis Forecasting dengan menggunakan Moving Average untuk Modem Televisi
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.8 Hasil QM Moving Average Modem Televisi
4.2.9 Hasil Analisis Forecasting dengan menggunakan Weighted Moving Average untuk Modem Televisi
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.9 Hasil QM Weighted Moving Average Modem Televisi
4.2.10 Hasil Analisis Forecasting dengan menggunakan Exponential Smoothing untuk Modem Televisi
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.10 Hasil QM Exponential Smoothing Modem Televisi
4.2.11 Hasil Analisis Forecasting dengan menggunakan Exponential Smoothing with Trend untuk Modem Televisi
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.11 Hasil QM Exponential Smoothing with Trend Modem Televisi
4.2.12 Hasil Analisis Forecasting dengan Linear Regression untuk Modem Televisi
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.6 Hasil Hitung QM Linear Regression Modem Internet
Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Forecasting Modem Televisi
Metode MAD MSE Standard
Error
Next Period
Naive Method 234,6364 110,264,1 367,1066 517
Moving Average
236,8889 82,199,68 325,0928 775,6666
Weighted Moving Average
230,4889 85,952,38 332,4308 741,4
Exponential Smoothing
258,6493 81,982,58 316,5453 728,9749
Exponential Smoothing with Trend
285,0813 93,955,51 338,8724 882,4136
Linear Regression
185,5373 47,093,55 237,7231 829,4848 Y = 579,3486 + 19,2413X
Sumber: Hasil Perhitungan Forecasting Modem Televisi
4.3.1 Hasil Analisis Perhitungan EOQ dengan menggunakan QM for Windows untuk Modem Internet
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.13 Hasil EOQ Modem Internet dengan QM for Windows
4.3.2 Hasil Analisis Perhitungan EOQ Dengan Menggunakan QM for Windows untuk Modem Televisi
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Gambar 4.14 Hasil EOQ Modem Televisi dengan QM for Windows
4.4.1 Hasil Analisis Perhitungan EOQ Secara Manual Modem Internet
1. Jumlah pemesanan ekonomis atau EOQ dapat dihitung sebagai berikut:
• EOQ = Q* =
• EOQ = Q* = = 295 unit
2. Jumlah persediaan rata-rata atau (Average Inventory) dapat dihitung sebagai berikut:
• Average Inventory =
• Average Inventory = = 147,605 unit = 148 unit 3. Jumlah aktivitas pemesanan ke pabrik dalam waktu 1 tahun atau
yang disebut juga (Order per period) dapat dihitung sebagai berikut:
• Order per period =
• Order per period =
4. Jumlah biaya pengiriman modem internet pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Jakarta Barat selama 1 tahun dapat dihitung sebagai berikut:
• Annual Setup Cost =
• Annual Setup Cost = Rp 3.837.776
5. Jumlah biaya perawatan modem internet pada PT. Telekomunikasi Indonesia Jakarta Barat selama 1 tahun dapat dihitung sebagai berikut:
• Annual Holding Cost =
• Annual Holding Cost =
6. Total biaya pemesanan yang harus dikeluarkan oleh PT.
Telekomunikasi Indonesia Jakarta Barat untuk mendapatkan modem internet selama 1 tahun dapat dihitung sebagai berikut:
• Total Unit Cost = Unit Cost x D
• Total Unit Cost = Rp 260.000 x 17.430 = Rp 4.531.800.000
7. Total biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Jakarta Barat secara keseluruhan dapat dihitung sebagai berikut:
• Total Cost = Annual Holding Cost + Annual Setup Cost + Total Unit Cost
• Total Cost = + Rp 3.837.776 + Rp 4.531.800.000 = Rp 4.539.475.506
8. Jumlah pemesanan kembali atau (Reorder Point) agar PT.
Telekomunikasi Indonesia Jakarta Barat tetap memiliki persediaan sesuai dengan yang diinginkan, dapat dihitung sebagai berikut:
DD =
DD = Daily demand rate
DD = = 58,294
ROP = Safety Stock + (Lead time x DD)
= 1.600 + (4 x 58,294)
= 1.833,176 unit = 1.833 unit
4.4.2 Hasil Analisis Perhitungan EOQ Secara Manual Modem Televisi
1. Jumlah pemesanan ekonomis atau EOQ dapat dihitung sebagai berikut:
• EOQ = Q* =
• EOQ = Q* =
2. Jumlah persediaan rata-rata atau (Average Inventory) dapat dihitung sebagai berikut:
• Average Inventory =
• Average Inventory = = 71.995 unit = 72.000 unit 3. Jumlah aktivitas pemesanan ke pabrik dalam waktu 1 tahun atau
yang disebut juga (Order per period) dapat dihitung sebagai berikut:
• Order per period =
• Order per period =
4. Jumlah biaya pengiriman modem televisi pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Jakarta Barat selama 1 tahun dapat dihitung sebagai berikut:
• Annual Setup Cost =
• Annual Setup Cost =
5. Jumlah biaya perawatan modem televisi pada PT. Telekomunikasi Indonesia Jakarta Barat selama 1 tahun dapat dihitung sebagai berikut:
• Annual Holding Cost =
• Annual Holding Cost =
6. Total biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Jakarta Barat untuk mendapatkan modem televisi selama 1 tahun dapat dihitung sebagai berikut:
• Total Unit Cost = Unit Cost x D
• Total Unit Cost = Rp 533.412 x 8.453 = Rp 4.508.913.636 7. Total biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. Telekomunikasi
Indonesia Jakarta Barat secara keseluruhan dapat dihitung sebagai berikut:
• Total Cost = Annual Holding Cost + Annual Setup Cost + Total Unit Cost
• Total Cost = Rp 3.815.735 + Rp 3.815.855 + Rp 4.508.913.636 = Rp 4.516.545.226
8. Jumlah pemesanan kembali atau (Reorder Point) agar PT.
Telekomunikasi Indonesia Jakarta Barat tetap memiliki persediaan sesuai dengan yang diinginkan, dapat dihitung sebagai berikut:
DD =
DD = Daily demand rate
DD = = 28,27
ROP = Safety Stock + (Lead Time x DD)
= 740 + (4 x 28,27)
= 853,08 unit = 853 unit
4.5 Implikasi Penelitian
Tabel 4.3 Hasil Analisis EOQ dan Forecasting dalam unit.
Analisis
Modem Internet Modem Televisi EOQ
(QM for Windows 2)
Forecasting (QM for Windows 2)
EOQ (QM for Windows 2)
Forecasting (QM for Windows 2) Hasil 295,21 1.603,046 143,99 829,4848
Sumber: Hasil Perhitungan EOQ dan Forecasting untuk Modem Internet dan Modem Televisi