39 TINGKAT KEMANGKUSAN KEONG RAWA “KALAMBUAI” YANG DIBERI
PAKAN TANAMAN AIR DAN TANAMAN ATRAKTAN
(The Level of Edacious Fresh Water Snail "Kalambuai" to Have Given Water Plants And Attractant Plant)
Siti Dharmawati dan Nordiansyah Firahmi
Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemangkusan keong keong rawa ”kalambuai” dengan menggunakan tanaman air dan tanaman atraktan . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen di laboratorium yang terdii dari 2 perlakuan yaitu menggunakan tanaman air dan tanaman atraktan sebagai bahan uji, dimana setiap perlakuan di ulang sebanyak 10 kali. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah perfomans keong rawa berupa fekunditas, diameter telur, berat badan dan preferensi pakan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa keong rawa yang diberi pakan tanaman air memiliki nilai fekunditas yang lebih tinggi (778±7,818), diameter kuning telur, berat badan dan preferensi pakan lebih baik dengan masing-masing nilai 2,04±0,037 mm ; 62,52±1,075 gram per ekor dan 6,14±0,134 gram per ekor
Kata kunci : Kemangkusan, Keong Rawa, Tanaman Air, Tanaman Atraktan
ABSTRACT
This study aims to examine edacious fresh water snailp "kalambuai" by the used water plants and plant attractants. The method used s an experimental method in laboratory ie of 2 treatments that used by water plants and plant attractants as test material, where each treatment was repeated 10 times. The parameters used in this study arefecundity value, egg diameter, body weight and feed preferency. The results showed that fresh water snail who consumption water plants that higher fecundity values (778 ± 7.818) eggs, and than egg diameter, weight gain and better feed preferences with each value of 2.04 ± 0.037 mm; 62.52
± 1.075 g and 6.14 ± 0.134 g .
Keywords : Edacious, Fresh Water Snail, Water Plant, Atractant Plant
PENDAHULUAN
Keong rawa ”Kalambuai” merupakan hewan lokal yang banyak terdapat di perairan rawa Kalimantan Selatan. Selain memiliki potensi sebagai pakan ternak keong rawa
”Kalambuai” juga merupakan salah satu siput air yang sangat mengganggu bagi lahan-lahan pertanian di wilayah Kalimantan Selatan. Gangguan tersebut mengakibatkan beberapa
40 daerah pertanian di wilayah Kalimantan Selatan mengalami gagal panen akibat perkembangbiakan keong rawa yang sangat cepat (Dharmawati, 2006).
Umumnya keong rawa adalah vegetarian dengan makanan utamanya adalah tumbuhan air yang berada di bawah permukaan air (Prashad, 1952 ; Pennak 1978) Makanan utamanya adalah berupa daun dan batang tumbuhan air yang masih muda (Nano dan Mane, 1980).
Informasi lain menyebutkan bahwa keong mas bersifat omnivor yang memakan lumut, tuimbuhan air dan mbi-umbian, dedak, pelet sisa dapur serta memakan organisme mati (Tarupay et al, 1991).
Keong rawa melakukan kegiatan makan dengan cara merumput (grazing) yang dimulai dengan bekerjasama alat sensor yang terdapat pada masing-masing sisi mulut untuk mencari oleh lidah berparut atau radula dan rahang, selanjutnya makanan ditempatkan di dalam rongga mulut dengan taring lalu dikunyah dengan gerakan seperti menggunting (Owen, 1966 ; Purchon, 1978).
Hasil pengamatan di lapangan keong rawa hidup di lahan yang selalu tergenang dan daerah persawahan dengan memanfaatkan tanaman air sebagai bahan pakannya. Hasil studi sebelumnya keong rawa mampu mengkonsumsi tanaman yang bersifat atraktan. Beberapa tanaman yang bersifat atraktan antara lain daun singkong, daun pepaya, kulit nangka, daun talas, daun teratai dan kulit nangka. Namun demikian sampai sekarang belum diperoleh komposisi penggunan daun atraktan dengan tanaman air sebagai pakan keong rawa.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, perlu ada pengkajian terhadap sifat makan keong rawa terhadap tanaman guna menjaga kesinambungan ketersediaan keong rawa sebagai bahan pakan.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu
Penelitian ini pelaksanaannya di Laboratrorium Dasar Fakultas Pertanian Uniska, Laboratorium Dasar dan pengujiannya dilakukan di laboratorium budidaya perairan Fakultas Perikanan Unlam.
Materi Penelitian
Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa keong rawa spesies Pomacea canaliculata yang diperoleh dari Kabupaten Banjar dan sekitarnya sebanyak 1000 kg berat hidup. Tanaman air berupa kayapu, kangkung air, eceng gondok dan kayapu.
Sedangkan tanaman atraktan yang digunakan adalah daun singkong, daun pepaya, daun nangka dan daun talas.
41 Alat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa aquarium dengan ukuran 50cm x2 cm5x30cm sebanyak 20 buah, pH meter, timbangan, thermometer.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium yang terdiri dari 2 (dua) perlakuan yaitu perlakuan A = tanaman air dan perlakuan B = tanaman atraktan dimana setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali.
Variabel Respon
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah perfomans keong rawa berupa fekunditas,diameter telur, pertumbuhan dan sifat biologinya
Analisis Data
Data hasil pengamatan dari masing-masing respon variabel dikumpulkan/ditabulasi dan dianalisis. Pengaruh perlakuan yang diamati terhadap variabel respon yang diamati, dilakukan dengan uji yang sebelumnya telah dilakukan uji homogenitas (Barlett) (Stell dan Torrie,1995).
HASIL PEMBAHASAN
Rataan performans keong rawa yang meliputi fekunditas, diameter telur, berat badan keong rawa dan preferensi pakan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan fekunditas dan diameter telur keong rawa yang diberi pakan tanaman Atraktan dan Tanaman Air
No. Perlakuan Fekunditas
(butir)
Diameter Telur
1 Tanaman Atraktan 732 ±7,776 1,97±0,034
2 Tanaman Air 778±7,818 2,04±0,037
Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan bahwa fekunditas dari rata –rata gugus telur keong rawa yang diberi pakan mengandung tanaman atraktan dan tanaman air berbeda sangat nyata.
Keong rawa yang diberi ransum mengandung tanaman air fekunditasnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman atraktan. Salah satu faktor yang menentukan kelangsungan hidup biota adalah kemampuan adaptasi suatu yang tinggi di Tingginya nilai fekunditas pada tanaman air diduga erat hubungannya dengan preferensi pakan keong rawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi pakan pada keong rawa yang diberi pakan tanaman tanaman air lebih tinggi dibandingkan yang diberi tanaman atraktan. Salah satu faktor yang
42 menentukan kelangsungan hidup biota adalah kemampuan adaptasi yang tinggi di suatu habitat perairan tawar (Gregoric, 2007, Miranda dan Silva, 2006 ; Derraik, 2008). Keong rawa lebih menyukai perairan air tawar. Menurut Estebenet dan Martin (2002) pada perairan air tawar Pomacea canaliculata mampu bertelur tiga kali dalam seminggu sepanjang hidupnya dan rata – rata bertelur 3000 butir dalam 140 hari.
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan uji t menunjukkan bahwa diameter telur keong rawa baik yang diberi pakan tanaman atraktan maupun tanaman air tidak berbeda nyata dengan kisaran diameter 1,97 sampai dengan 2,04 mm. Namun demikian diameter telur keong rawa yang diberi ransum tanaman air cenderung lebih panjang karena sesuai dengan preferensi pakannya.
Tabel 2. Rataan Berat Badan dan Preferensi Pakan keong rawa yang diberi pakan tanaman Atraktan dan Tanaman Air
No. Perlakuan Berat badan (g/ekor) Preferensi pakan (g/ekor/hari)
1 Tanaman Atraktan 49,96±0,269 3,92±0,104
2 Tanaman Air 62,52±1,075 6,14±0,134
Hasil pengamatan di lapangan keong rawa sangat menyukai tanaman air berupa kayapu, kangkung air muda, genjer, keladi dan batang padi muda. Kesukaan keong rawa terhadap tanaman tersebut karena struktur batang tanaman lebih lunak dan lembut. Tingkat konsumsi keong rawa berkisar antara 3-5 kg/minggu dengan jumlah individu dengan kisaran 100 – 250 ekor/m2 . Tanaman air atraktan berupa teratai, eceng gondok, puteri malu, kulit nangka dan daun pepaya kurang begitu disukai keong rawa, diduga karena struktur batang tanaman tersebut lebih keras dan tanaman tersebut hanya digunakan sebagai tempat perlindungan bagi keong. Tingginya preferensi pakan yang ditunjukkan pada keong rawa yang diberi ransum tanaman air berpengaruh langsung pada diameter telu dan berat badan keong rawa.
Menurut Tarupay et al., (1991) mengatakan bahwa keong mas bersifat pemakan segala.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keong rawa lebih menyukai tanaman air seperti Hydrilla sp dan batang padi muda, sehingga terbukti memberikan pertumbuhan terbaik yang secara langsung berpengaruh terhadap berat badan yang dihasilkan. Rataan berat badan keong rawa yang diberi pakan tanaman air lebih tinggi yaitu 62,52 gram/ ekor dibandingkan dengan berat badan keong rawa yang diberi pakan tanaman atraktan.
43 KESIMPULAN
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tanaman air lebih disukai keong rawa dibandingkan tanaman atraktan dengan indikator nilai fekunditas, diameter telur, berat badan dan preferensi pakan lebih tinggi yaitu 778±7,818 butir ; 2,04±0,037 mm ; 62,52±1,075 g/ekor dan 6,14±0,134 g/ekor/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Alis, F. 1997. Pertumbuhan Keong Murbei (Pomacea sp) yang Diberi Pakan Beberapa Jenis Tumbuhan. Skripsi. Fakultas MIPA IPB
BenliangZhao,WeiDai,Jia-enZhang,1ChaogangChengandGenLi, 2012. Characteristics of Feeding Preference and Nutrients Utilization of Golden AppleSnail(Pomacea canaliculata) on Macrophytes in Paddy Fields. Advance Journal of Food Science and Technology 4(5):316-321,2012 ISSN: 2042-4868E-ISSN: 2042-4876 © Maxwell Scientific Organization,2012. Published:October20,2012
Derraik, JGB, 2008. The Potential Significance to Human Health Associated with the Establishment of the Snail Melanoids tuberculata in New Zealand. The New Zealand Medical Journal 121 (1280), 25-32.
Dharmawati, S, 2006. Pengaruh Pengolahan Keong Rawa “Kalambuai” terhadap Nilai Energi Metabolis dan Kecernaan Protein Serta Implikasinya pada Ayam Broiler. Hasil Penelitian. Faperta Uniska Banjarmasin.
Gregoric DEG, V Nunez, NS Ferrando, and A Rumi, 2007. First Record First Records of the Invasive Snail. Melanoids tuberculatus (Gastropoda ; Prosobranchia Thiaridae) from the Iguazu River Basin, Argentina-Brazil. Commucaciones de la Sociedad Malacologica d e l Uruguay 9 (90) , 109 – 112.
Malek, E.A. 1980. Snail-Transmitted Parasitic Diseases. Volume I. CRC Press Inc. Boca Raton, Florida. pp. 110-111.
Marwoto, R. M. 1988. The Occurrence of Fresh Water Snail Pomaceae paludosa
(Prosobranchia:Ampullaridae). Malacologia 2 : 87-104. Pennak, R.W. 1978. Fresh Water Invertebrates of the United States. Second Edition. John Winley and Sons.
New York. pp. 225
Miranda RF and M. Silva, 2006. First Records of the Invasive Snail. Melanoids
tuberculatus (Gastropoda ; Prosobranchia Thiaridae) in the Parana River Basin, GO Brazil. Brazilian journal biology 66 (4), 1109-1115.
Nano, A. M. and A.M. Mane 1980. Biology of Cuhol (A. luzonia Reeve). A Common Philippine Agriculturist 19 : 675 -695.
Pennak, R.W. 1978. Fresh Water Invertebrates of the United States. Second Edition. John Winley and Sons. New York. pp. 225
Prashad, B. 1952. Anatomy of the Common Apple Snail P. globosa. Memoir of Indian Museum.