• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DANA ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PENDAPATAN USAHA MUSTAHIK PENERIMA ZAKAT (Studi BAZNAS Kab. Tanah Datar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH DANA ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PENDAPATAN USAHA MUSTAHIK PENERIMA ZAKAT (Studi BAZNAS Kab. Tanah Datar)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAPATAN USAHA MUSTAHIK PENERIMA ZAKAT (Studi BAZNAS Kab. Tanah Datar)

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah

SITI AISAH NIM. 13 231 097

JURUSAN EKONOMI SYARIAH KONSENTRASI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

i

SITI AISAH. NIM 13 231 097. Judul Skripsi: ”PENGARUH DANA ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PENDAPATAN USAHA MUSTAHIK PENERIMA ZAKAT (Studi BAZNAS Kab Tanah Datar).” Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar pemanfaatan dana zakat produktif berpengaruh terhadap tingkat pendapatan para mustahiknya di BAZNAS Kab Tanah Datar. Seperti kita ketahui bahwa zakat yang diberikan kepada mustahik akan berperan lebih untuk mendukung peningkatan ekonomi mereka apabila disalurkan pada kegiatan produktif. Zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut.

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian lapangan (Field Research), metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi kuantitatif dengan menggunakan persamaan regresi linear sederhana Y=

a+bX dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 40 responden. Pengumpulan data menggunakan angket untuk mengetahui data X dan data Y.

Dari hasil penelitian yang diperoleh penulis dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan dana zakat produktif (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pendapatan mustahik (Y) pada BAZNAS Kab Tanah Datar. Hal ini dapat kita lihat 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 478,972 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙= 4,10 p value (Sig) sebesar 0.000 < 0,05 yang berarti membuktikan hipotesis Hₐ diterima bahwa ada pengaruh positif dan signifikan atas pemanfaatan dana zakat produktif terhadap tingkat pendapatan mustahik pada BAZNAS Kab Tanah Datar. Dan nilai R square yang diperoleh sebesar 0,926 menunjukkan bahwa pemanfaatan dana zakat produktif pada BAZNAS Kab Tanah Datar 92,6%. berpengaruh terhadap tingkat pendapatan mustahik sementara sisa 92,6%. dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Pemanfaatan Dana Zakat Produktif, Tingkat Pendapatan Mustahik

(6)

DAFTAR ISI

Hal HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN BIODATA PENELITI

HALAMAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK ……….. i

DAFTAR ISI ………. ii

DAFTAR TABEL ………. iv

DAFTAR GAMBAR ……… v

DAFTAR LAMPIRAN BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 7

C. Batasan Masalah ………. 8

D. Rumusan Penelitian ………. 8

E. Tujuan Penelitian ………. 8

F. Manfaat dan Luaran Penelitian ……… 8

G. Definisi Operasional 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tinjauan Pemanfaatan Dana Zakat Produktif a. Pengertian Zakat Produktif ………. 12

b. Landasan Hukum Zakat ……….. 12

c. Syarat-syarat Wajib Zakat ……….. 16

d. Kedudukan Zakat dalam Islam ……… 17

e. Tujuan, Hikmah dan Manfaat Zakat 18

2. Indikator Pemanfaatan Dana Zakat Produktif a. Sasaran Pemanfaatan Dana Zakat Produktif …... 23

b. Pembinaan ………... 26

(7)

iii

5. Tinjauan Lembaga Keuangan Islam ……….... 31

B. Kajian Penelitian yang Relevan ……… 34

C. Kerangka Berpikir ……… 35

D. Hipotesa ………... 36

BAB III :METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 37

B. Tempat dan waktu Penelitian 37

C. Populasi dan Sampel 38

D. Sumber Data 39

E. Teknik Pengumpulan Data 39

F. Teknik Analisis Data 41

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum BAZNAS Kab Tanah Datar 1. Sejarah BAZNAS Kab Tanah Datar ………... 45

2. Visi dan Misi BAZNAS Kab Tanah Datar ………... 47

3. Struktur Organisasi ………... 47

4. Kegiatan Utama Instansi ……….. 49

B. Deskripsi Data.………... 63

C. Analisis Data………... 64

D. Pembahasan ………... 69

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ………. 73

B. Saran ………... 73 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penyaluran Dana Zakat BAZNAS Kab Tanah Datar ………… 4

Table 1.2 Hasil Survey Mustahik Penerima Zakat ……… 6

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ……….. 37

Tabel 3.2 Pedoman Terhadap Koefesien Korelasi ……… 43

Tabel 4.1 Pengumpulan Zakat dari Tahun 2013-2017 ………. 60

Tabel 4.2 Pendistribusian Zakat dari Tahun 2013-2017 ………. 61

Tabel 4.3 Rekapitulasi Mustahik Penerima Dana Zakat ……….. 63

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ……… 65

Tabel 4.5 Hasil Uji Koefesien Determinasi ……… 66

Tabel 4.6 Hasil Variable Entered ……… 67

Tabel 4.7 Hasil Anova ……… 67

Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ……… 69

Tabel 4.9 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………… 69

Table 4.10 Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur ……… 70

Tabel 4.11 Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Zakat yang Diterima ……… 70

Tabel 4.12 Klasifikasi Pendapatan Rata-rata/bulan Sebelum Menerima Zakat Produktif ……… 71

Tabel 4.13 Klasifikasi Pendapatan Rata-rata/bulan Sesudah Menerima Zakat Produktif ……… 71

Tabel 4.14 Klasifikasi Berdasarkan Bidang Usaha Mustahik ………… 72

Tabel 4.15 Klasifikasi Berdasarkan Penggunaan Dana Zakat ………… 72

(9)

v

Gambar 2.1 Lembaga Keuangan Syariah ………. 32 Gambar 2.2 Konsep Kerangka Berpikir ……….. 36

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kusioner Penelitian

Lampiran 2 : Rekapitulasi Data Mustahik Penerima Zakat Produktif Tahun 2013 2017 di Kecamatan Rambatan

Lampiran 3 : Surat keterangan/rekomendasi penelitian dari LPPM IAIN Batusangkar

Lampiran 4 : Surat keterangan/rekomendasi penelitian dari BAZNAS Kab Tanah Datar Dokumentasi

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Zakat dalam Islam bukanlah hanya sekedar suatu kebajikan dan perbuatan baik, tetapi adalah salah satu fondamen (rukun) Islam yang utama. Dan zakat bukanlah sekedar bantuan makanan sewaktu-waktu untuk sedikit meringankan penderitaan hidup orang-orang miskin dan selanjutnya tidak diperdulikan lagi bagaimana nasib mereka, tetapi zakat bertujuan menanggulangi kemiskinan, menginginkan agar orang-orang miskin menjadi berkecukupan selama-lamanya, mencari pangkal penyebab kemiskinan itu, dan mengusahakan agar orang-orang miskin mampu memperbaiki sendiri kehidupan mereka. (Qardawi, 2007:89) Jika dilihat dari segi sosial, sesungguhnya zakat dipandang sebagai aturan pertama jaminan sosial yang tidak berpegang pada sedekah sunat individual, akan tetapi berpegang pada pertolongan penguasa secar teratur dan tersusun.

Pertolongan dimana tujuan akhirnya adalah memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan, misalnya zakat bisa digunakan sebagai modal usaha, dagang, maupun wirausaha lainnya agar mustahiq bisa terbebas dari jerat kemiskinan. Dalam konteks ini zakat diharapkan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial diantara kehidupan umat manusia, terutama umat Islam.

Zakat sendiri merupakan instrumen yang tepat untuk menanggulangi kemiskinan, karena dengan adanya zakat akan mencegah terjadinya penumpukan kekayaan ditangan sebagian kecil manusia.

(Norvadewi, 2012:45) Dimana mereka yang memiliki dana lebih (the have) atau dikatakan mampu, harus memberikan sejumlah harta kepada pihak yang membutuhkan atau kekurangan. Dengan demikian zakat merupakan instrumen pengaman sosial, yang bertugas untuk menjembatani transfer kekayaan dari kelompok kaya kepada kelompok miskin. (Beik, 2009:45) Indonesia merupakan salah satu Negara dengan

(12)

2

mayoritas penduduk beragama Islam, hal ini berarti mayoritas penduduk Indonesia berkewajiban membayar zakat setiap tahunnya. Secara otomatis potensi jumlah dan pendayagunaan zakat di Indonesia khususnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sangatlah besar.

Untuk memaksimalkan potensi zakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengelolaan zakat yang dilakukan Badan Amil Zakat Kabupaten Tanah Datar (BAZNAS Tanah Datar) adalah salah satu lembaga zakat yang tidak hanya menerapkan metode pendayagunaan secara komsumtif saja tetapi sudah menerapkan metode pendayagunaan hasil zakat secara produktif. Pengelolaan zakat secara konsumtif yaitu pengumpulan dan pendistribusian yang dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar ekonomi para mustahiq berupa pemberian bahan makanan dan lain-lain serta bersifat pemberian untuk dikonsumsi secara langsung. Sedangkan pengelolaan zakat secara produktif yaitu pengelolaan zakat dengan tujuan pemberdayaan dan biasa dilakukan dengan cara bantuan modal usaha, dengan tujuan zakat yang diberikan sebagai modal usaha tersebut dapat meningkatkan taraf dan kualitas hidupnya, yang kedepannya diharapkan dapat memberikan tambahan penghasilan/ pendapatan mustahik, serta dapat menyisihkan penghasilannya untuk menabung. Dengan kata lain, dengan melakukan binaan dan pendampingan yang alokasi dana tersebut diputar kembali oleh mustahiq zakat untuk modal usaha. Sehingga yang dulunya sebagai mustahik di harapkan bisa menjadi seorang muzakki..

BAZNAS Kab. Tanah Datar merupakan lembaga nirlaba milik masyarakat yang bergerak di bidang penghimpunan (fundraising) dan pendayagunaan dana Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) serta dana lainnya yang halal dan legal dari perorangan, kelompok, perusahaan atau lembaga yang didirikan sesuai dengan keluarnya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 pada tanggal 23 September 1999 tentang Pengelolaan Zakat telah mendorong lahirnya berbagai Organisasi Pengelola Zakat baik dalam bentuk Badan maupun Lembaga yang lebih dikenal dengan Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah (BAZIS). Apalagi setelah keluarnya UU Nomor

(13)

23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan PP Nomor 14 tahun 2014 tentang Pengelolaan Zakat tentu semakin mengokohkan peran Organisasi Pengelola Zakat yang ada di Indonesia dalam mensejahterakan masyarakat dan diterbitkannya Keputusan Direktur Jendral Masyarakat Islam Nomor DJ/II/568 tahun 2014 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota se Indonesia. BAZNAS Kab. Tanah Datar berperan dalam menguatkan kesadaran masyarakat terhadap zakat, juga menyalurkan dana yang telah diterima kepada mereka yang berhak dengan orientasi untuk mengubah kaum mustahiq menjadi muzakki. (BAZNAS Tanah Datar, 2015)

Latar belakang berdirinya BAZNAS Kab. Tanah Datar adalah melihat Kabupaten Tanah Datar sebagai Kota dengan jumlah penduduk mayoritas muslim memiliki potensi zakat yang amat besar. Hanya saja, persentase masyarakat yang memiliki kesadaran menunaikan kewaijban zakat sesuai dengan ketentuan masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi zakat Indonesia per tahun. BAZNAS Kab. Tanah Datar juga berusaha menyalurkan dana yang telah diterima kepada mereka yang benar-benar berhak menerima zakat, dan berusaha mengubah nasib kaum mustahiq menjadi muzakki atau mereka yang sebelumnya menerima zakat menjadi pemberi zakat. Penetapan mustahiq ini diusulkan oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) masing-masing kecamatan yang ada di Kab.

Tanah Datar. Pengusulan mustahiq ini dilakukan mulai dari tahap penyeleksian atas mustahiq yang berhak menerima zakat berupa survey langsung ke lapangan, penentuan/penetapan mustahiq atas keputusan bersama, pelatihan/pembinaan terhadap mustahiq, kemudian barulah mustahiq dipercaya dan diberikan bantuan untuk usaha produktif yang akan dilakukan. (wawancara dengan Bapak Faisal S.HI selaku pembina di bidang pendistribusian dan pendayagunaan di BAZNAS kab Tanah Datar)

BAZNAS Kab. Tanah Datar memiliki beberapa program yang tentunya telah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan- permasalahan yang ada di Kabupaten Tanah Datar yaitu: Tanah Datar Cerdas, Tanah Datar Makmur, Tanah Datar Peduli, Tanah Datar Sehat,

(14)

4

Tanah Datar Taqwa, Zakat Community Development (ZCD). Berikut adalah tabel penyaluran dana zakat pada BAZNAS Kab. Tanah Datar berdasarkan program yang telah ditetapkan oleh pengurus sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Penyaluran Dana Zakat BAZNAS Kabupaten Tanah Datar

No Program BAZNAS Alokasi Dana 2015 Alokasi Dana 2016 1 Tanah Datar Cerdas Rp. 3.377.106.400 Rp. 2.935.635.000 2 Tanah Datar Makmur Rp. 1.411.884.000 Rp. 2.618.040.000 3 Tanah Datar Sehat Rp. 325.375.300 Rp. 312.170.000 4 Tanah Datar Peduli Rp. 1.605.165.000 Rp. 1.817.520.000 5 Tanah Datar Taqwa Rp. 364.170.000 Rp. 170.264.000 6 ZCD Rp. 173.708.000 Rp. 155.000.000 7 Amil (Operasional) Rp. 461.171.100 Rp. 1.065.734.287 Jumlah Rp. 7.718.579.800 Rp. 9.074.363.287 Sumber: BAZNAS Kab. Tanah Datar

Dari tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa program Tanah Datar Makmur termasuk program yang pengalokasian dana yang cukup besar.

Dari tahun 2015 dan tahun 2016 di atas terjadi peningkatan pengalokasian dana pada program Tanah Datar Makmur sebesar Rp. 1.206.156.000 dari jumlah dana yang dialokasikan pada tahun sebelumnya.

Dari beberapa program di atas Tanah Datar Makmur merupakan salah satu program yang menarik untuk dikaji karena didalamnya banyak dibentuk program-program untuk memberdayakan masyarakat dengan berbagai usaha-usaha produktif. Program Tanah Datar Makmur dilaksanakan dalam bentuk :

1) Level Pertama adalah pemberian bantuan awal kepada mustahik yang baru memulai atau melanjutkan usaha yang sudah ada.

2) Level Kedua Adalah bantuan kepada mustahik TDM Level Pertama yang dinilai telah berhasil dalam mengembangkan

(15)

usahanya dan memiliki motivasi yang kuat untuk pengembangan usaha selanjutnya.

3) Training Wirausaha (Life Skill) dan pemberian modal kepada mustahik pengangguran yang pelaksanaannya dapat bekerjasama dengan pihak ketiga.

BAZNAS merupakan organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan arahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut betul-betul dijadikan modal usaha, sehingga mustahik dapat menghasilkan pendapatan yang layak dan mandiri serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha mustahik.

Namun dalam hal ini, keberadaan dana zakat yang disalurkan kepada mustahik belum sepenuhnya efektif, karena dana zakat tersebut selain digunakan untuk usaha, mustahik juga menggunakan dana zakatnya untuk konsumsi. Dengan segala potensi dan nilai strategi zakat, maka penelitian yang berkenaan dengan pendayagunaan zakat produktif penting untuk dilakukan. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup bagi mustahik mengenai pemanfaatan dana zakat produktif yang efektif sehingga dapat meningkatkan pendapatan usaha mustahik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Faisal S.HI selaku pembina di bidang pendistribusian dan pendayagunaan di BAZNAS kab Tanah Datar pada tanggal 5 Oktober 2017 pukul 09.45 WIB, mengatakan bahwa Program Tanah Datar Makmur adalah salah satu program bantuan modal usaha yang diberikan kepada keluarga miskin untuk melaksanakan usaha produktif seperti bertani, beternak, berdagang dan usaha lainnya.

Dan bantuan dana zakat produktif ini menjadi salah satu faktor penunjang peningkatan keuntungan usaha mustahik. Dimana dana zakat produktif ini disalurkan kepada mustahik yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan pihak BAZNAS Kab Tanah Datar. Terlebih dahulu calon mustahik harus mengajukan bantuan modal produktif langsung ke BAZNAS Kab Tanah Datar, dan amil BAZNAS Kab Tanah Datar melakukan survei. Layak atau tidak suatu usaha diberikan bantuan modal didapatkan dari hasil rapat

(16)

6

petugas survei dan perangkat lain BAZNAS Kab Tanah Datar jika dinyatakan layak, maka akan terjadi akad (terlampir) dan jika tidak maka usaha tersebut belum bisa menerima bantuan modal yang diberikan BAZNAS Kab Tanah Datar. Dalam akad tertera kesepakatan antar kedua belah pihak mengenai proporsi bantuan yang diberikan. Setelah terjadi akad antar kedua belah pihak, BAZNAS Kab Tanah Datar tidak lepas tangan, keterampilan, wawasan berwirausaha, penggalian potensi, pembinaan akhlak dan karakter sehingga menjadi berdaya untuk bisa mandiri secara financial akan terus dilakukan pihak BAZNAS Kab Tanah Datar. Berikut adalah hasil survey data mustahik penerima zakat produktif di kecamatan Rambatan pada program Tanah Datar Makmur:

Tabel 1.2

Hasil survey mustahik penerima zakat produktif di Kecamatan Rambatan tahun 2016

No Tahap Jumlah Jenis Usaha Jumlah Zakat 1 1 20 orang Dagang/Home

Industry

Rp. 31.500.000

2 2 15 orang Dagang/Home Industry

Rp. 45.000.000

Jumlah Rp. 76.500.000

Sumber: BAZNAS Kab. Tanah Datar

Dari tabel 1.2 dapat kita lihat bahwa pada tahun 2016 tahap pertama dan kedua di atas terjadi peningkatan pendistribusian dana zakat produktif untuk bantuan usaha dagang/home industry pada program Tanah Datar Makmur sebesar Rp. 13.500.000 dari jumlah dana yang di distribusikan pada tahap sebelumnya.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Fitri Yanti atau biasa disapa dengan Ibu Fit yang beralamat Jorong Kinawai Balimbing, Rambatan yang bekerja sebagai penjahit pada hari Sabtu, 25 November 2017 pukul 11.15 WIB yang merupakan mustahiq penerima bantuan dana zakat produktif pada tahun 2016 mengatakan bahwa dirinya telah menerima bantuan

(17)

berupa uang tunai sebesar Rp. 1.500.000 yang kemudian dipergunakan untuk membeli mesin jahit yang kualitasnya lebih bagus dari mesin jahit yang dimiliki Ibu Fit sebelumnya. Dari usahanya ini Ibu Fit yang dulunya hanya memiliki mesin jahit satu dan kualitasnya sudah tua yang penghasilannya tidak menentu, kadang mencukupi untuk kebutuhannya sehari-hari dan terkadang tidak, sekarang setelah menerima bantuan dana zakat produktif dari BAZNAS Kab Tanah Datar bisa menghasilkan sekitar Rp 500.000 hingga Rp 700.000 tiap minggunya.

Begitu juga dengan Ibu Islami Yenti yang pekerjaannya buka usaha warung kopi yang juga menerima bantuan dana zakat produktif pada tahun 2015 mengatakan bahwa dari hasil jualan sebelumnya hanya bisa menghasilkan Rp 300.000 setiap minggunya hanya bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Setelah menerima bantuan usaha dana zakat produktif dari BAZNAS Kab. Tanah Datar sebesar Rp. 1000.000, sekarang penghasilannya bisa mencapai Rp 400.000 hingga Rp. 500.000 tiap minggunya.

Dari pemaparan di atas, penulis ingin melihat bahwa apakah pendayagunaan zakat produktif khususnya pada program Tanah Datar Makmur/ pemanfaatan dana Zakat Produktif memiliki pengaruh pada peningkatan pendapatan usaha mustahiq, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian “Pengaruh Dana Zakat Produktif Terhadap Pendapatan Usaha Mustahik Penerima Zakat (Studi BAZNAS Kab. Tanah Datar)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pendapatan mustahik sebelum menerima dana zakat produktif dari BAZNAS Kab Tanah Datar.

2. Pendapatan mustahik setelah menerima dana zakat produktif dari BAZNAS Kab Tanah Datar.

(18)

8

3. Pengaruh dana zakat produktif yang diberikan oleh BAZNAS Kab Tanah Datar terhadap tingkat pendapatan mustahik.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi batasan masalah penelitian ini adalah: Pengaruh pemanfaatan dana zakat produktif yang diberikan oleh BAZNAS Kab. Tanah Datar terhadap tingkat pendapatan mustahik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pemanfaatan dana zakat produktif yang diberikan BAZNAS Kab Tanah Datar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pendapatan mustahik.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diidentifikasi di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemanfaatan dana zakat produktif yang diberikan oleh BAZNAS Kab Tanah Datar terhadap tingkat pendapatan mustahik.

F. Manfaat dan Luaran Penelitian

Manfaat dari temuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan intelektual bagi segenap pembaca dan penulis khususnya baik tentang pengetahuan mengenai pengelolaan zakat maupun ilmu-ilmu terkait prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung

(19)

berkecimpung dalam praktik pengelolaan zakat serta masyarakat umum. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi masukan oleh berbagai pihak seperti Badan Amil Zakat Nasional maupun lembaga sejenis untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja pengelolaan zakat ke arah yang lebih baik.

Luaran penelitian ini adalah :

1. Agar temuan penelitian ini dapat dijadikan jurnal ilmiah

2. Untuk menambah ilmu dan wawasan khususnya bagi peneliti tentang dana zakat produktif.

3. Sebagai salah satu persyaratan akademis guna menyelesaikan studi Sarjana Ekonomi (SE) pada Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah.

G. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang didasarkan pada karakteristik dari apa yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefenisikan. Berikut adalah defenisi operasional variabel penelitian ini:

a. Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

Sedangkan dalam ilmu statistik, pengaruh adalah hubungan antara dua variable yaitu hubungan variabel pemanfaatan dana zakat produktif dengan variabel tingkat pendapatan mustahik. (Sudijono. 2013:20)

b. Pemanfaatan Dana Zakat Produktif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pemanfaatan berasal dari kata manfaat yang memiliki arti guna. Sedangkan dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan kesejahteraan.

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Sedangkan produktif yaitu yang mempunyai hasil baik. (Asnaini, 2008:63)

(20)

10

Dengan demikian, dalam penelitian ini pemanfaatan dana zakat produktif adalah harta atau uang zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mustahik guna menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas mustahik.

Pemanfaatan dana zakat produktif ini dalam bentuk pemberian modal usaha pada mustahik yang membutuhkan.

c. Pendapatan Mustahik

Menurut Standar Akuntansi Keuangan pendapatan (Income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. (Zain, 2008:135) Sementara itu, Henry C Simon yang memandang dari sudut penghasilan perorangan, mendefinisikan penghasilan sebagai jumlah dari nilai pasar barang dan jasa yang dikonsumsi dan perubahan nilai kekayaan yang ada pada awal dan akhir suatu periode. (Soemarsono, 2009:166) Sedangkan mustahik adalah seorang muslim yang berhak memperoleh bagian dari harta zakat disebabkan termasuk dalam salah satu 8 asnaf (golongan penerima zakat). (Soemitra, 2010:82)

Dengan demikian dalam penelitian ini penghasilan mustahik adalah setiap tambahan kemampuan ekonomi dari aktivitas usaha yang dilakukan oleh mustahik yang dapat dipakai untuk konsumsi atau bertambahnya nilai kekayaan pada suatu periode.

d. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kab Tanah Datar

BAZNAS Kab Tanah Datar merupakan lembaga pengelola zakat, infak dan sedekah yang melakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian zakat. Lokasi Badan Amil Zakat

(21)

Nasional (BAZNAS) Kab Tanah Datar yang terletak di gedung Islamic Center, Pagaruyung, Batusangkar.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tinjauan Pemanfaatan Dana Zakat Produktif a. Pengertian Zakat Produktif

Kata produktif secara bahasa berasal dari bahasa Inggris

“Productive” yang berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil, banyak menghasilkan barang-barang berharga, yang mempunyai hasil baik. Adapun zakat produktif sendiri memiliki pengertian sebagai suatu pendistribusian zakat yang membuat penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus-menerus dengan harta yang diterimanya dengan cara dikembangkan dalam bentuk usaha produktif. (Nafiyah, 2015:14) Pengertian harta zakat secara produktif artinya harta zakat yang dikumpulkan dari muzakki tidak habis dibagikan sesaat begitu saja untuk memenihu kebutuhan yang bersifat konsumtif, melainkan harta zakat itu sebagian ada yang diarahkan pada pendayagunaan kepada yang bersifat produktif. Dalam arti harta zakat itu didayagunakan (dikelola), dikembangkan sedemikian rupa sehingga bisa mendatangkan manfaat (hasil) yang akan digunakan dalam memenuhi kebutuhan orang yang tidak mampu (terutama fakir miskin) tersebut dalam jangka panjang. Dengan harapan secara bertahap, pada suatu saat ia tidak lagi masuk kepada kelompok mustahiq zakat, melainkan lama kelamaan menjadi muzakki. (Rafi’, 2011:132)

b. Landasan Hukum Zakat

Kewajiban zakat atas setiap umat Islam yang sampai nisab (batas minimal dari harta yang wajib dikeluarkan zakatnya) merupakan realisasi dari hukum Islam itu sendiri. Sebab didalam zakat terdapat hak orang banyak yang terpikul pada pundak individu. (Rafi’, 2011:26) Di dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat

(23)

yang memerintahkan umat Islam untuk menunaikan zakat, demikian pula banyak hadits-hadits Rasulullah yang memerintahkan untuk memberikan zakat, diantara dasar hukum wajibnya zakat ialah sebagai berikut:

a. Al-Quran

Membayar zakat termasuk salah satu rukun Islam yang ke lima, dalam Al-Quran kalimat shalat sering dihubungkan dengan zakat, antara keduanya (shalat dan zakat) mempunya hubungan yang erat dalam membina pribadi orang beriman.

“sebagaimana firman Allah SWT, dalam surat Al-Baqarah 43:

















Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku’

Dalam surat Al-Baqarah : 110, juga diterangkan bahwa:





































Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.

Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Dalam surat An-Nur: 56, dijelaskan bahwa siapa yang medirikan shalat dan menunaikan zakat akan memperoleh rahmat dari Allah SWT, sebagimana firman-Nya:



















(24)

14

Artinya : Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.

Seiring dengan beberapa kutipan nash-nash Al-Quran yang berkaitan dengan zakat, dalam Surat At-Taubah: 60 , juga dijelaskan secara terperinci tentang hukum dari sasaran zakat, sebagaimana firman-Nya:















































Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dari beberapa ayat diatas, dapat ditangkap sejumlah pesan antara lain tentang perintah wajib zakat dan perincian kelompok yang berhak menerimanya. Mereka yang menunaikan kewajiban ini akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan yang menolak pembayaran zakat diancam dengan hukuman keras karena kelalaiannya. Zakat juga ditunjukkan sebagai pernyataan yang jelas akan kebenaran dan kesucian iman serta pembeda antara muslim dan kafir.

(Sudirman, 2007:24) b. Al-Hadits

Adapun hadist Nabi Muhammad SAW dari Ibnu Abbas yang berbunyi :

(25)

Artinya : Dari Ibnu Abbas ra. Bahwasanya Nabi SAW.

pernah mengutus Muadz ke Yaman, Ibnu Abbas menyebutkan hadits itu, dan dalam hadits itu beliau bersabda:

Sesungguhnya Allah telah memfardhukan atas mereka sedekah (zakat) harta mereka yang di ambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. HR Bukhary dan Muslim, dengan lafadz Bukhary

Hadist ini menceritakan tentang kewajiban seorang muslim untuk mengeluarkan zakat dengan ketentuan pendistribusian harta dari kelompok yang berkecukupan kepada kelompok yang mengalami kekurangan. (Sudirman, 2007:26)

c. Ijma’ Ulama

Pendapat para ulama, baik yang menuntut ilmu secara langsung dari Rasulullah maupun tidak merupakan salah satu sumber hukum. Para ulama telah sepakat bahwa zakat merupakan kewajiban sehingga mengingkarinya berarti kafir.

Beberapa kutipan ayat Al-Quran dan Hadits di atas merupakan landasan hukum dan pedoman yang kuat bagi umat Islam mengenai adanya perintah untuk mengeluarkan zakat serta disalurkan kepada yang berhak. Selain dasar hukum yang bersumber dari Al-Qur’an, peraturan mengenai zakat juga terdapat dalam hukum positif diantaranya yaitu:

(a) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

(26)

16

(b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tetang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

(c) Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi.

d. Syarat-Syarat Wajib Zakat 1. Islam

Ulama sepakat bahwa setiap muslim yang memiliki harta yang mencapai nisab (jumlah minimal tertentu yang ditetapkan pada setiap jenis harta) diwajibkan mengeluarkan zakat.

2. Merdeka

Ulama sepakat bahwa kemerdekaan (al-Hurriyyah) merupakan syarat dari kewajiban seseorang untuk mengeluarkan zakat

3. Milik sempurna

Yang dimaksud dengan harta milik sempurna adalah harta milik seseorang secara pasti dan ada hak untuk mengeluarkannya.

4. Nisab (batas minimal)

Nisab adalah ukuran batas minimal harta yang dimiliki seseorang untuk mengeluarkan zakatnya, jadi apabila seseorang memiliki harta kekayaan yang kurang sampai pada nisab, maka ia tidak wajib untuk mengeluarkan zakatnya.

5. Haul (harta yang mencapai satu tahun)

Syarat wajib zakat berikutnya adalah haul, dimana seseorang yang mempunyai harta mencapai satu tahun (haul), ia harus mengeluarkan zakatnya. (Rafi’, 2011:41)

(27)

e. Kedudukan Zakat dalam Islam

Zakat bukan sekedar wujud kebaikan hati orang kaya terhadap orang-orang miskin. Tetapi zakat adalah hak Tuhan dan hak orang miskin yang terdapat dalam harta orang kaya, sehingga wajib dikeluarkan. Demikian kuatnya pengaruh kewajiban zakat, sampai Khalifah Abu Bakar pernah memerangi orang yang menolak mengeluarkan zakat di masa pemerintahannya. (Do’a, 2004:93)

Karena zakat merupakan suatu kewajiban yang telah jelas perintahnya, maka dalam Islam zakat memiliki kedudukan yang sangat penting dan strategis. Kedudukan ini tidak hanya menyangkut kepentingan muzakki dan mustahiq saja tetapi juga untuk kepentingan yang lebih luas. (Ridwan, 2004:201)

1. Zakat merupakan cerminan aqidah

Semakin tinggi aqidah seseorang, semakin terasa ringan untuk mengeluarkan zakat. Hal ini karena zakat berbanding lurus dengan keimanan seseorang.

2. Zakat merupakan rangkaian bangunan keIslaman

Kedudukan zakat sebagai rukun Islam memberikan pengertian, bahwa keIslaman seseorang akan menjadi semakin sempurna karenanya atau sebaliknya. Kedudukan ini setara dengan perintah shalat, puasa atau rukun Islam yang lain.

Sehingga tidak ada pilihan bagi umat Islam untuk menunda zakat dan menyegerakan shalat.

3. Zakat memiliki hubungan yang erat dengan shalat

Jika shalat merupakan ibadah individual yang langsung berhubungan dengan Allah SWT dalam arti komunikasi vertikal, maka zakat merupakan ibadah yang berhubungan dengan sesama manusia (horizontal). Kadua ibadah ini memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini menunjukkan perlunya keseimbangan antara ibadah individu dan sosial.

(28)

18

4. Zakat merupakan manifestasi kepedulian sosial

Dengan membayar zakat, seseorang telah menunjukkan peran tanggung jawab sosial yang sangat penting. Kesadaran ini menunjukkan keyakinan akan pentingnya hidup berdampingan secara selaras dan damai penuh cinta kasih.

Dengan zakat manifestasi sosial telah ditunaikan. Inilah yang dimaksud dengan keseimbangan hidup, keseimbangan antara individu dan sosial, juga keseimbangan dalam berhubungan dengan Allah dan sesama. Islam juga sangat menghargai kepada para muzakki yang telah ikhlas mengeluarkan zakatnya untuk membantu sesama dengan jaminan surga. (Ridwan, 2004:204)

f. Tujuan, Hikmah dan Manfaat Zakat 1. Tujuan Zakat

Berikut adalah tujuan zakat dan dampaknya dalam kehidupan pribadi dan masyarakat

a) Tujuan zakat dan dampaknya dalam kehidupan pribadi (1) Tujuan Zakat dan Dampaknya bagi si Pemberi

(a) Zakat Mensucikan Jiwa dari Sifat Kikir

Zakat yang dikeluarkan si Muslim semata karena menurut perintah Allah dan mencari ridha- Nya, akan mensucikan dari segala kotoran dosa secara umum dan terutama kotornya sifat kikir. Sifat kikir yang tercela itu, yang merupakan tabiat manusia, yang dengannya manusia itu diuji, karenanya Allah swt sebagai rasa sayang-Nya kepada manusia, menanamkan cara-cara untuk menghilangkan tabiat dan watak itu. (Qardawi, 2007:848)

(b) Zakat Mendidik Berinfak dan Memberi

(29)

Sebagaimana halnya zakat mensucikan jiwa si Muslim dari sifat kikir, ia pun mendidik agar si Muslim mempunyai rasa ingin memberi, menyerahkan dan berinfak.

(c) Berakhlak dengan Akhlak Allah

Manusia apabila sudah suci dari kikir dan batil, dan sudah siap untuk memberi dan berinfak, akan naiklah ia dari kekotoran sifat kikirnya.

(d) Zakat merupakan manivestasi syukur atas nikmat Allah

Zakat akan membangkitkan bagi orang yang mengeluarkannya makna syukur kepada Allah swt, pengakuan akan keutamaan dan kebaikannya, karena sesungguhnya Allah swt senantiasa memberi nikmat kepada hamba-Nya, baik yang berhubungan dengan diri maupun harta-Nya.

(e) Zakat mengobati hati dari cinta dunia

Zakat merupakan suatu peringatan terhadap hati akan kewajiban kepada Tuhannya dan kepada akhirat serta merupakan obat, agar hati jangan tenggelam kepada kecintaan akan harta kepada dunia secara berlebih-lebihan.

(f) Zakat mengembangkan kekayaan batin

Diantara tujuan pensucian jiwa yang dibuktikan oleh zakat, ialah tumbuh dan berkembangnya kekayaan batin dan perasaan optimisme.

(g) Zakat menarik rasa simpati/Cinta

Zakat mengikat antara orang kaya dengan masyarakatnya, dengan ikatan yang kuat, penuh dengan kecintaan, persaudaraan dan tolong menolong.

(30)

20

(h) Zakat mensucikan harta

Sebagaimana membersihkan dan mensucikan jiwa, zakat juga mensucikan dan mengembangkan harta orang kaya. Karena berhubungannya hak orang lain dengan sesuatu harta, akan menyebabkan harta tersebut bercampur/kotor, yang tidak bisa suci kecuali dengan mengeluarkannya.

(i) Zakat tidak mensucikan harta yang haram

Zakat mensucikan harta yang halal yang sampai ke tangan pemiliknya melalui cara yang dibenarkan agama. Adapun harta yang kotor, yang sampai ke tangan pemiliknya melalui rampasan, pencopetan, sogokan atau melalui bentuk-bentuk lain, maka sesungguhnya zakat itu tidak memberikan dampak apa-apa, tidak mensucikan dan tidak memberkahkannya.

(j) Zakat mengembangkan harta

Zakat secara lahiriah mengurangi harta, dengan mengeluarkan sebagiannya, tetapi dibalik pengurangan yang bersifat zahir ini, hakikatnya akan bertambah dan berkembang, akan menambah harta secara keseluruhan atau menambah harta orang kaya itu sendiri. Sesungguhnya harta yang sedikit yang diberikan itu akan kembali kepadanya secara berlipat ganda, apakah ia tahu atau tidak tahu.

(2) Sasaran Zakat dan Dampaknya Bagi si Pemberi (a) Zakat membebaskan si Penerima dari Kebutuhan

Sesungguhnya Islam menghendaki agar manusia hidup dalam keadaan yang baik, bersenang-senang dengan kehidupan yang leluasa,

(31)

hidup dengan mendapatkan keberkahan dari langit dan bumi, merasakan kebahagiaan karena terpenuhinya kebutuhan hidup, dan hati serta perasaannya merasa aman dengan nikmat Allah yang memenuhi diri dan kehidupannya.

(b) Zakat menghilangkan Sifat Dengki dan Benci Zakat bagi sipenerima juga akan membersihkannya dari sifat dengki dan benci.

b) Tujuan zakat dan dampaknya dalam kehidupan masyarakat (1) Zakat dan Tanggungjawab Sosial

Zakat adalah salah satu bagian dari aturan jaminan sosial dalam Islam, dimana aturan jaminan sosial ini tidak dikenal berat, kecuali dalam ruang lingkup yang sempit, yaitu jaminan pekerjaan, dengan menolong kelompok orang yang lemah dan fakir.

(2) Zakat dan Segi Ekonominya

Zakat dilihat dari segi ekonominya adalah merangsang si pemilik harta kepada amal perbuatan untuk mengganti apa yang telah diambil dari mereka.

(3) Zakat dan Tegaknya Jiwa Umat

Zakat mempunyai sasaran-sasaran dan dampak- dampak dalam menegakkan akhlak yang mulia yang diikuti dan dilaksanakan oleh umat Islam serta dalam memelihara ruh dan nilai yang ditegakkan oleh umat, dibangun kesadarannya dan dibedakan dengan itu kepribadiannya. (Qardawi, 2007:882)

2. Hikmah dan Manfaat Zakat

Zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan umat manusia terutama Islam. Zakat banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya,

(32)

22

maupun hubungan sosial kemasyarakatan diantara manusia adalah:

a) Menyucikan diri dari kotoran dosa, memurnikan jiwa, menumbuhkan akhlak mulia menjadi murah hati, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, dan mengikis sifat bakhil (kikir), serta serakah sehingga dapat merasakan ketenangan batin, karena terbebas dari tun tutan Allah dan tuntutan kewajiban kemasyarakatan.

b) Menolong, membina, dan membangun kaum yang lemah untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, sehingga mereka dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya terhadap Allah SWT.

c) Memberantas penyakit iri hati dan dengki yang biasanya muncul ketika melihat orang-orang sekitarnya penuh dengan kemewahan, sedangkan ia sendiri tak punya apa- apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang kaya) kepadanya.

d) Menuju terwujudnya sistem masyarakat Islam yang berdiri di atas prinsip umat yang satu (ummatan wahidatan), persamaan derajat, hak, dan kewajiban (musawah), persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiah), dan tanggung jawab bersama (takaful ijtimai).

e) Mewujudkan keseimbangan dalam distribusi dan kepemilikan harta secara keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.

f) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan adanya hubungan seorang dengan yang lainnya rukun, damai, dan harmonis, sehingga tercipta ketentraman dan kedamaian lahir dan batin. (Sari, 2007:14)

(33)

2. Indikator Pemanfaatan Dana Zakat Produktif

Pemanfaatan dana zakat produktif yang dilakukan haruslah mampu mengangkat dan meningkatkan taraf hidup umat Islam, terutama para penyandang masalah sosial. (Soemitra, 2010:429) Sehingga indikator pada pemanfaatan dana zakat produktif sebagai berikut:

a. Sasaran Pemanfaatan Dana Zakat Produktif

Di dalam UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 16 menyebutkan tentang pendayagunaan zakat:

(a) Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahik sesuai dengan ketentuan agama.

(b) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahik dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.

(c) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri.

Sedangkan sasaran pemanfaatan dana zakat produktif sesuai dengan ketentuan dalam al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60 yaitu 8 asnaf atau golongan yang berhak menerima zakat atau yang dikenal dengan istilah mustahik zakat :

(a) Fakir

Al-fuqara’ adalah kelompok pertama yang menerima bagian zakat. Al-fuqara’adalah bentuk jamak dari kata al-faqir.

Al-Faqir menurut mazhab Syafi’I dan Hanbali adalah orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

(b) Miskin

Orang miskin ialah orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (Al-Zuhayly, 2000:281)

(34)

24

(c) Amil

Amil adalah semua oang yang bekerja dalam perlengkapan administrasi urusan zakat, baik urusan pengumpulan, pemeliharaan, ketatausahaan, perhitungan, pendayagunaan dan seterusnya. (Rafi’, 2011:58)

(d) Muallaf

Makna muallaf di sini antara lain yaitu mereka yang diharapkan kecendrungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah kepada Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh. (Rafi’, 2011:64)

(e) Budak

Budak menurut jumhur ulama ialah para budak Muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun mereka telah bekerja keras dan membanting tulang mati-matian. Mereka tidak mungkin melepaskan diri dari orang yang tidak menginginkan kemerdekaannya kecuali telah membuat perjanjian. (Al- Zuhayly, 2000:285)

Sejalan dengan dihapuskannya sistem perbudakan di dunia sekarang ini, seperti ditulis Masdar Farid Mas’udi, riqab atau budak ini menunjuk pada gugusan manusia yang tertindas dan dieksploitasi oleh manusia lain. Pengentasan buruh-buruh rendahan dan buruh-buruh kasar dari belenggu majikan yang menjeratnya.

(f) Orang yang memiliki hutang

Mereka adalah orang yang memiliki hutang, baik hutang itu untuk dirinya sendiri maupun bukan, baik hutang itu dipergunakan untuk hal-hal yang baik dan bukan untuk melakukan maksiat. (Al-Zuhayly, 2000:287)

(35)

Menurut imam Malik, Syafi’I dan Ahmad bahwa orang yang mempunyai hutang terbagi kepada dua golongan, masing- masing mempunyai hukum tersendiri, pertama, orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan dan kepentingan diri sendiri, dan kedua, orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan masyarakat.

Untuk syarat-syarat bentuk pertama kepentingan pribadi/kemaslahatan pribadi yang diberi dana zakat yaitu:

a) Tidak mampu untuk membayar seluruh atau sebagian hutangnya. Apabila seseorang tidak mampu bekerja dan mencari rezki yang nantinya akan mampu membayar hutangnya, ia bisa diberi zakat untuk melunasi hutangnya.

b) Ia berhutang untuk bidang ketaatan kepada Allah SWT atau dalam bidang mubah (diperbolehkan agama). Dengan demikian zakat tidak bisa didistribusikan kepada garim yang berhutang untuk tujuan kemaksiatan.

c) Hutang yang harus sudah dilunasi, bukan hutang yang masih lama pembayarannya.

Sedangkan untuk syarat garim bentuk kedua (behutang untuk kepentingan orang lain atau masyarakat), yang akan diberikan dana zakat yaitu tanpa adanya syarat tentang ketidak mampuannya. Jadi apabila garim bentuk kedua ini kaya, tetap berhak menerima dana zakat. (Rafi’, 2011:70)

(g) Fi sabilillah

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para pejuang yang berperang di jalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando mereka karena yang mereka lakukan hanyalah berperang. Menurut jumhur ulama, orang-orang yang berperang dijalan Allah diberi bagian zakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka itu kaya karena sesungguhnya orang-orang yang beperang itu adalah untuk kepentingan orang banyak.

(36)

26

(h) Orang yang sedang dalam perjalanan

Orang yang sedang dalam perjalanan adalah orang-orang yang bepergian (musafir) untuk melaksanakan suatu hal yang baik (tha’ah) tidak termasuk maksiat. Dia diperkirakan tidak akan mencapai maksud dan tujuannya jika tidak dibantu. (Al- Zuhayly, 2000:289)

b. Pembinaan

Pembinaan disini dapat diartikan sebagai tindakan pimpinan yang dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Ilahi, 2009:151). Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan dana zakat produktif dengan adanya binaan atau arahan yang dilakukan oleh BAZNAS diharapkan dapat menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas mustahik.

3. Mekanisme Pengelolaan dan Sistem Pendistribusian Zakat

Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Oleh karena itu, untuk optimalisasi pendayagunaan zakat diperlukan pengelolaan zakat oleh lembaga Badan Amil Zakat Nasional yang profesional dan mampu mengelola zakat secara tepat sasaran. Pada prinsipnya pendayagunaan hasil pengumpulan dana zakat untuk mustahik dilakukan berdasarkan persyaratan: (Soemitra, 2003:429) a. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahik delapan asnaf.

b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.

c. Mendahulukan mustahik dalam wilayah masing-masing.

Sedangkan dalam melakukan pendistribusian zakat produktif, maka dapat dilakukan dengan beberapa model/ skim pendistribusian, antara lain adalah sebagai berikut: (Mubasirun, 2013:65)

(37)

a) Sistem In Kind

Model pendistribusian dengan sistem in kind dilakukan dengan cara dana zakat diberikan dalam bentuk alat-alat produksi yang dibutuhkan oleh mustahiq/ kaum ekonomi lemah yang ingin berproduksi, baik mereka yang baru mulai usahanya maupun yang telah berusaha untuk pengembangan usaha yang telah ada.

b) Sistem Qardhul Hasan

Model pendistribusian dengan menggunakan sistem qardlul hasan ini, dilakukan dengan cara memberikan peminjaman modal usaha dengan mengembalikan pokok tanpa ada tambahan jasa. Adapun Pokok pinjaman atau modal memang dikembalikan oleh mustahiq kepada lembaga amil zakat, namun tidak berarti bahwa modal itu tidak lagi menjadi hak mustahiq tersebut. Artinya modal masih dapat kembalikan lagi kepada mustahiq yang bersangkutan untuk dikembangkan lagi, atau bisa juga digulirkan ke mustahiq lain.

c) Sistem Mudharabah

Model pendistribusian dengan sistem mudharabah ini dilakukan dengan cara penanaman modal usaha dengan konsekuensi bagi hasil. Sistem ini hampir sama dengan sistem qardlul hasan, akan tetapi terdapat perbedaan yaitu terletak pada pembagian bagi hasil dari usaha antara mustahiq dan amil.

4. Tinjauan Tingkat Pendapatan Mustahik a. Pengertian Pendapatan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha dan sebagainya). Sedangkan dalam kamus manajemen pendapatan adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lainnya dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba. (Marbun, 2003:230)

(38)

28

Suroto juga mengemukakan pendapatnya tentang definisi pendapatan, menurutnya pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang yang berasal dari pihak lain maupun dari hasil industri yang dinilai atas dasar jumlah uang dari harta yang berlalu saat itu. (Suroto, 2012:23) Dengan demikian pendapatan merupakan penghasilan yang diterima oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu dari hasil usaha yang diperoleh oleh individu atau kelompok yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Pendapatan bukanlah sesuatu yang hanya dapat dikonsumsi saja akan tetapi penghasilan yang tidak dikonsumsi akan menambah nilai kekayaan pada suatu periode. Jadi, pendapatan merupakan tambahan kemampuan ekonomi dari aktivitas perusahaan yang dilakukan oleh mustahik setiap periode yang da pat dipakai untuk konsumsi atau bertambahnya nilai kekayaan suatu periode.

Oleh karena itu seseorang seharusnya dapat memaksimalkan pendapatan, sehingga pendapatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Demikian pula pendapatan dapat digunakan untuk menentukan atau mengukur tingkat kesejahteraan seseorang.

Sesorang dikatakan sejahtera jika mampu memenuhi kebutuhannya dengan baik, dalam artian bahwa pengeluaran harus dapat disesuaikan dengan pemasukan.

b. Indikator Tingkat Pendapatan Mustahik

Tolak ukur tingkat keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan pendapatan, sebagai pengukuran keberhasilan perusahaan kecil. (Soleh, 2008:28) Modal usaha merupakan kemampuan finansial perusahaan untuk meningkatkan penghasilan. (Jalaluddin, 2012:275) Untuk

(39)

mengukur pertumbuhan tingkat pendapatan mustahik dengan indikator sebagai berikut:

1) Modal Usaha

Modal usaha merupakan kemampuan finansial perusahaan dalam menjalankan operasional usaha untuk memproduksi barang dan jasa. Bantuan modal yang diterima para mustahik digunakan sebagai tambahan modal. Dengan demikian, para mustahik yang tadinya memiliki modal sedikit menjadi bertambah, sehingga volume atau omset penjualan dan keuntungan yang diperoleh bisa meningkat. (Soleh, 2008:275)

Dalam menjalankan sebuah usaha diperlukan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran tersebut untuk membeli bahan baku, peralatan fasilitas produksi serta pengeluaran operasional lainnya. Melalui pengeluaran tersebut dapat menghasilkan sejumlah produk yang kemudian dapat dijual untuk mendapatkan sejumlah uang sebagai pengembalian modal dan keuntungan. Bagian keuntungan ini sebagian digunakan untuk memperbesar modal agar menghasilkan uang sebagai keuntungan dalam jumlah yang lebih besar lagi, dan seterusnya begitu sampai pengusaha mendapatkan hasil sesuai yang ditargetkan atau yang diinginkan.

2) Pertumbuhan Penjualan

Penjualan adalah merupakan pengalihan hak milik atas barang dengan imbalan uang sebagai gantinya dengan persetujuan untuk menyerahkan barang kepada pihak lain dengan menerima pembayaran. Volume penjualan merupakan jumlah penjualan yang berhasil dilakukan perusahaan.

(Rangkuti, 2009:57) Kenaikan jumlah penjualan berarti kenaikan dari segi pendapatan perusahaan.

(40)

30

Salah satu analisis terpenting yang dilakukan pengusaha adalah analisis volume penjualan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui maju mundurnya perusahaan atas produk yang telah dihasilkan. Dengan analisis tersebut dapat terungkap apakah penjualan produk perusahaan mengalami kenaikan atau penurunan yang secara langsung mempengaruhi penghasilan yang akan diperoleh. Dengan kenaikan jumlah penjualan berarti mengalami kenaikan pula dari segi penghasilan perusahaan.

3) Pertumbuhan Pendapatan

Pengertian pendapatan dari sudut penghasilan perorangan, penghasilan sebagai jumlah dari nilai pasar barang dan jasa yang dikonsumsi dan perubahan nilai kekayaan yang ada pada awal dan akhir suatu periode. (Soemarsono, 2009:165)

Pertumbuhan pendapatan merupakan salah satu ukuran keberhasilan sebuah perusahaan yang harus dipantau. Sebuah perusahaan tentu mengharapkan terdapat pertumbuhan pendapatan setiap periodenya yang dicanangkan dalam target pendapatan. Pendapatan merupakan hasil akhir dari suatu aktivitas yang dilakukan dalam suatu usaha. Pertumbuhan pendapatan merupakan salah satu tolak ukur terpenting dalam keberhasilan suatu usaha, dengan meningkatnya pendapatan yang diperoleh akan menentukan keberlangsungan suatu usaha.

c. Faktor yang mempengaruhi Tingkat pendapatan

Besar kecilnya tingkat pendapatan yang diterima seseorang tergantung pada apakah orang lain memanfaatkan sumber-sumber yang dimilikinya dalam menghasilkan barang yang sangat diinginkan konsumen atau tidak, disamping itu juga tergantung pada pemilik sumber-sumber dalam perekonomian. Artinya pertama, penghasilan atau pendapatan yang rendah disebabkan karena sedikitnya sumber-sumber yang dimiliki atau karena

(41)

menempatkan penggunaan sumber-sumber untuk menghasilkan barang yang memberikan sedikit kepuasan pada konsumen. Kedua, penghasilan atau pendapatan yang tinggi disebabkan banyaknya sumber-sumber yang dimiliki atau karena menggunakan sumber- sumber yang dimiliki untuk menghasilakan barang yang banyak memberi kepuasan pada konsumen. (Leftwich, 2009:33)

5. Tinjauan Lembaga Keuangan Islam a. Pengertian Lembaga Keuangan Islam

Menurut SK Menkeu RI No.792 Tahun 1990, lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.

Kasmir (2006:45) mendefinisikan lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya. Artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakah kegiatannya hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana.

Jadi, Lembaga keuangan Islam adalah suatu badan usaha atau lembaga yang bergerak di sektor jasa keuangan. Kegiatan usaha lembaga berupa menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkan dana yang terkumpul ke masyarakat yang membutuhkan. Di mana kegiatan keuangan tersebut dilakukan berdasarkan prinsip dan aturan kaidah hukum Islam.

b. Struktur Lembaga Keuangan Islam

Sistem keuangan di Indonesia dijalankan oleh dua jenis lembaga keuangan, yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. Secara umum lembaga keuangan syari’ah di Indonesia sebagai berikut

(42)

32

Sumber : Kasmir, 2006:57

Gambar 2.1 Lembaga Keuangan Syariah

Dari beberapa lembaga keuangan syariah yang dipaparkan di gambar 2.1, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di salah satu lembaga pengelola zakat yang ada di Kab Tanah Datar. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan salah satu lembaga pengelola zakat yang ada di Kab Tanah Datar yang di jadikan peneliti sebagai tempat penelitian.

Lembaga pengelola zakat yang sudah tidak diragukan lagi keberadaannya.

pengalaman dan kredabilitas BAZNAS Kab Tanah Datar sudah terbukti dengan prestasi-prestasi yang ditorehkan selama ini merupakan daya tarik tersendiri bagi muzakki untuk membayarkan zakatnya.

Lembaga Keuangan Islam

Lembaga Keuangan Bank:

-Bank Umum Syariah (BUS)

-Unit Usaha Syariah (UUS)

-Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Lembaga Keuangan Non Bank:

-Pasar Modal Syariah -Pasar Uang Syariah -Asuransi Syariah -Dana Pensiun Syariah -Perusahaan Pembiayaan Syariah

-Perusahaan Pegadaian Syariah

-Lembaga Pengelola Zakat (BAZNAS)

(43)

c. Hubungan Pemanfaatan Dana Zakat Produktif dengan Tingkat Pendapatan Mustahik

Tidak dapat dipungkiri bahwa zakat adalah sebagai salah satu tambahan bagi pemasukan. Atau sebagai pemasukan baru. Hal ini akan menyebabkan adanya peningkatan pada permintaan terhadap barang.

Sedangkan pada sektor produksi akan menyebabkan bertambahnya produktivitas, sehingga perusahaan-perusahaan yang telah ada semakin bergerak maju, bahkan memunculkan berdirinya perusahaan-perusaan baru untuk menghadapi permintaan tersebut. Di lain pihak modal yang masuk ke perusahaan tersebut semakin bertambah banyak. Setiap suatu barang sangat penting dan merupakan kebutuhan yang mendasar, setiap itu pula permintaan tidak akan berubah. Hal inilah yang menyebabkan terus- menerusnya produktivitas perusahaan dan terjaminnya modal-modal yang diinvestasikan.

Timbulnya peningkatan pada permintaan dapat dibuktikan ketika harta zakat dibagikan kepada mereka yang berhak menerimanya. Dan peningkatan pembelian tersebut tidak akan terjadi kecuali dengan adanya penambahan pemasukan, salah satunya adalah zakat. (Al-Ba’ly, 2006:126) Jika keuntungan pada usaha produksi dibagikan kepada faktor- faktor pendukung dan saham-saham yang menjadi modal, keuntungan pada sistem zakat dibagikan kepada delapan kelompok yang berhak menerima zakat sesuai dengan ketetapan firman Allah SWT. Terlebih lagi perubahan yang berusaha diwujudkan oleh zakat, yaitu perubahan mereka yang berhak akan harta zakat menjadi pemilik harta tersebut dan menggunakannya dalam kegiatan produksi, sehingga mereka dapat memproduksi sendiri. Jika mereka dapat memproduksi, itu berarti menjadikan mereka dapat menghasilkan uang dan mengubah mereka hingga mampu menutupi kebutuhan sendiri. (Al-Ba’ly, 2006:137)

Saat ini zakat tidak hanya dapat dimanfaatkan yang sifatnya hanya konsumtif, akan lebih bermanfaat jika zakat secara produktif. Karena ini yang akan membantu para mustahik tidak hanya dalam jangka pendek tetapi untuk jangka yang lebih panjang. Keberadaan zakat yang memang

(44)

34

pada mulanya ditujukan untuk memberantas kemiskinan menimbulkan pemikiran-pemikiran dan inovasi dalam penyaluran dana zakat itu sendiri, salah satunya sebagai bantuan dalam usaha produktif.

Dengan adanya modal pihak mustahik dapat meningkatkan penghasilannya melalui usaha produktif dengan dari dana zakat yang mereka terima. Dengan menerima dana zakat produktif diharapkan susunan masyarakat akan berubah atau dengan tujuan menjadikan mustahik menjadi seorang muzakki. (Setiawan, 2010:7)

Dalam ekonomi Islam, zakat dapat meningkatkan pendapatan mustahik dan mengurangi ketimpangan pendapatan ekonomi dalam masyarakat. Menurut Agung Arif bahwa zakat berfungsi sebagai pengurang jumlah rata-rata pendapatan dari orang miskin sebagai suatu persentase dari garis kemiskinan dengan adanya kebijakan alternatif zakat diharapkan akan ada mekanisme transfer pendapatan orang miskin yang awalnya mengalami defisit. (Susanto, 2002:25)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh : 1. Mila Sartika (2008) yang berjudul pengaruh pendayagunaan zakat

produktif terhadap pemberdayaan mustahiq pada LAZ yayasan Solo peduli Surakarta. Subyek pada penelitian ini adalah mustahiq yang diberi bantuan berupa ternak sebanyak 40 orang mustahiq. Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara jumlah dana yang disalurkan terhadap pendapatan mustahiq. Hal ini berarti bahwa jumlah zakat yang disalurkan benar-benar mempengaruhi pendapatan mustahiq. Sementara, penelitian peneliti adalah pemanfaatan dana zakat produktif terhadap tingkat pendapatan mustahik di Kec Rambatan. Teori pemanfaatan dana zakat produktif yang penulis gunakan sama dengan teori yang digunakan Mila Sartika.

2. Muhammad Farid (2015) yang berjudul dampak penyaluran zakat produktif terhadap keuntungan usaha mustahik. Sehingga dalam

(45)

penelitian ini responden yang dianalisis sebanyak 13 orang. Penelitian ini menunjukkan adanya dampak yang signifikan antara penyaluran zakat produktif dengan skala usaha mustahiq dapat meningkat dan kemajuan usahanya semakin pesat. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai pendayagunaan zakat secara produktif melalui usaha ternak dan pengaruhnya terhadap kondisi perekonomian mustahiq. Sedangkan perbedaannya, penelitian ini lebih fokus pada pembahasan dana zakat produktif yang disalurkan kepada mustahiq dengan pola penyalaluran usaha jualan.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penelitian ini dibangun berdasarkan rumusan masalah dan variabel yang digunakan. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Independen

Variabel Independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel Independen pada penelitian ini adalah Pemanfaatan dana zakat produktif (X). Dimana pemanfaatan dana zakat produktif adalah harta atau uang zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mustahik guna menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas mustahik. Pemanfaatan dana zakat produktif ini dalam bentuk pemberian modal usaha pada mustahik yang membutuhkan.

Berdasarkan pemanfaatan dana zakat produktif ini diharapkan mampu memberikan penghasilan tetap dan meningkatkan pendapatan mustahiq, dan akhinya diharapkan tujuan pemberian zakat dapat terwujud yaitu merubah mustahiq menjadi muzakki.

b. Varibel Dependen

Variabel Dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

(46)

36

bebas. Variabell dependen pada skripsi ini adalah tingkat pendapatan mustahik (Y). Tingkat penghasilan mustahik pada penelitian ini adalah perubahan pendapatan yang dihasilkan mustahik sebelum dan sesudah menerima dana zakat produktif serta upaya mewujudkan ketentraman kehidupan mustahik menjadi terjamin sehingga dapat hidup mandiri dan terampil dengan adanya perubahan ekonomi.

Sehingga dapat digambarkan variabel penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.2 Konsep Kerangka Berpikir D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya didalam kenyataan, percobaan atau praktek.

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagagai berikut:

Hₒ= Pemanfaatan dana zakat produktif tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pendapatan mustahik.

Ha = Pemanfaatan dana zakat produktif mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pendapatan mustahik.

Pemanfaatan dana zakat produktif (X)

Regresi Linear Sederhana

Tingkat Pendapatan Mustahik (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dikarenakan semakin rendah kadar air biji, laju respirasi akan semakin rendah, sehingga biji masih dapat berkecambah ketika disimpan dalam periode

Pelaksanaan pendistribusian dana zakat produktif pada BAZNAS Kabupaten Tanah Datar adalah dengan mengacu pada SOP pendistribusian zakat BAZNAS Kabupaten Tanah

Adapun menurut Asnaini sendiri pengertian pendayagunaan zakat merupakan usaha dalam menyalurkan dana zakat secara produktif dari muzakki kepada mustahik (Asnaini, 2008 :

Kemudian bagi manusia yang memiliki lebih dari satu kebajikan tertentu dalam dirinya akan disebut sebagai divergent.. Para divergent akan diasingkan dan

Dari hasil kerja praktek tersebut saya mendapatkan pengalaman yang begitu banyak di dunia kerja secara nyata, biasanya saya kuliah dengan jam tidak menentu tetapi

Tämän luokan myrskyt kulkevat tyypillisesti luoteesta kohti kaakkoa, jolloin matalapaineen keskus liikkuu maan länsi- ja eteläosan yli tuulen suunnan ollessa lännenpuoleinen..

Dimensi jangkauan mempertanyakan tentang sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan individu (Stoltz, 2005: 158). Respon-respon dengan