• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

2. Indikator Pemanfaatan Dana Zakat Produktif

Pemanfaatan dana zakat produktif yang dilakukan haruslah mampu mengangkat dan meningkatkan taraf hidup umat Islam, terutama para penyandang masalah sosial. (Soemitra, 2010:429) Sehingga indikator pada pemanfaatan dana zakat produktif sebagai berikut:

a. Sasaran Pemanfaatan Dana Zakat Produktif

Di dalam UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 16 menyebutkan tentang pendayagunaan zakat:

(a) Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahik sesuai dengan ketentuan agama.

(b) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahik dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.

(c) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri.

Sedangkan sasaran pemanfaatan dana zakat produktif sesuai dengan ketentuan dalam al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60 yaitu 8 asnaf atau golongan yang berhak menerima zakat atau yang dikenal dengan istilah mustahik zakat :

(a) Fakir

Al-fuqara’ adalah kelompok pertama yang menerima bagian zakat. Al-fuqara’adalah bentuk jamak dari kata al-faqir.

Al-Faqir menurut mazhab Syafi’I dan Hanbali adalah orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

(b) Miskin

Orang miskin ialah orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (Al-Zuhayly, 2000:281)

24

(c) Amil

Amil adalah semua oang yang bekerja dalam perlengkapan administrasi urusan zakat, baik urusan pengumpulan, pemeliharaan, ketatausahaan, perhitungan, pendayagunaan dan seterusnya. (Rafi’, 2011:58)

(d) Muallaf

Makna muallaf di sini antara lain yaitu mereka yang diharapkan kecendrungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah kepada Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh. (Rafi’, 2011:64)

(e) Budak

Budak menurut jumhur ulama ialah para budak Muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun mereka telah bekerja keras dan membanting tulang mati-matian. Mereka tidak mungkin melepaskan diri dari orang yang tidak menginginkan kemerdekaannya kecuali telah membuat perjanjian. (Al-Zuhayly, 2000:285)

Sejalan dengan dihapuskannya sistem perbudakan di dunia sekarang ini, seperti ditulis Masdar Farid Mas’udi, riqab atau budak ini menunjuk pada gugusan manusia yang tertindas dan dieksploitasi oleh manusia lain. Pengentasan buruh-buruh rendahan dan buruh-buruh kasar dari belenggu majikan yang menjeratnya.

(f) Orang yang memiliki hutang

Mereka adalah orang yang memiliki hutang, baik hutang itu untuk dirinya sendiri maupun bukan, baik hutang itu dipergunakan untuk hal-hal yang baik dan bukan untuk melakukan maksiat. (Al-Zuhayly, 2000:287)

Menurut imam Malik, Syafi’I dan Ahmad bahwa orang yang mempunyai hutang terbagi kepada dua golongan, masing-masing mempunyai hukum tersendiri, pertama, orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan dan kepentingan diri sendiri, dan kedua, orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan masyarakat.

Untuk syarat-syarat bentuk pertama kepentingan pribadi/kemaslahatan pribadi yang diberi dana zakat yaitu:

a) Tidak mampu untuk membayar seluruh atau sebagian hutangnya. Apabila seseorang tidak mampu bekerja dan mencari rezki yang nantinya akan mampu membayar hutangnya, ia bisa diberi zakat untuk melunasi hutangnya.

b) Ia berhutang untuk bidang ketaatan kepada Allah SWT atau dalam bidang mubah (diperbolehkan agama). Dengan demikian zakat tidak bisa didistribusikan kepada garim yang berhutang untuk tujuan kemaksiatan.

c) Hutang yang harus sudah dilunasi, bukan hutang yang masih lama pembayarannya.

Sedangkan untuk syarat garim bentuk kedua (behutang untuk kepentingan orang lain atau masyarakat), yang akan diberikan dana zakat yaitu tanpa adanya syarat tentang ketidak mampuannya. Jadi apabila garim bentuk kedua ini kaya, tetap berhak menerima dana zakat. (Rafi’, 2011:70)

(g) Fi sabilillah

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para pejuang yang berperang di jalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando mereka karena yang mereka lakukan hanyalah berperang. Menurut jumhur ulama, orang-orang yang berperang dijalan Allah diberi bagian zakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka itu kaya karena sesungguhnya orang-orang yang beperang itu adalah untuk kepentingan orang banyak.

26

(h) Orang yang sedang dalam perjalanan

Orang yang sedang dalam perjalanan adalah orang-orang yang bepergian (musafir) untuk melaksanakan suatu hal yang baik (tha’ah) tidak termasuk maksiat. Dia diperkirakan tidak akan mencapai maksud dan tujuannya jika tidak dibantu. (Al-Zuhayly, 2000:289)

b. Pembinaan

Pembinaan disini dapat diartikan sebagai tindakan pimpinan yang dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Ilahi, 2009:151). Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan dana zakat produktif dengan adanya binaan atau arahan yang dilakukan oleh BAZNAS diharapkan dapat menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas mustahik.

3. Mekanisme Pengelolaan dan Sistem Pendistribusian Zakat

Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Oleh karena itu, untuk optimalisasi pendayagunaan zakat diperlukan pengelolaan zakat oleh lembaga Badan Amil Zakat Nasional yang profesional dan mampu mengelola zakat secara tepat sasaran. Pada prinsipnya pendayagunaan hasil pengumpulan dana zakat untuk mustahik dilakukan berdasarkan persyaratan: (Soemitra, 2003:429) a. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahik delapan asnaf.

b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.

c. Mendahulukan mustahik dalam wilayah masing-masing.

Sedangkan dalam melakukan pendistribusian zakat produktif, maka dapat dilakukan dengan beberapa model/ skim pendistribusian, antara lain adalah sebagai berikut: (Mubasirun, 2013:65)

a) Sistem In Kind

Model pendistribusian dengan sistem in kind dilakukan dengan cara dana zakat diberikan dalam bentuk alat-alat produksi yang dibutuhkan oleh mustahiq/ kaum ekonomi lemah yang ingin berproduksi, baik mereka yang baru mulai usahanya maupun yang telah berusaha untuk pengembangan usaha yang telah ada.

b) Sistem Qardhul Hasan

Model pendistribusian dengan menggunakan sistem qardlul hasan ini, dilakukan dengan cara memberikan peminjaman modal usaha dengan mengembalikan pokok tanpa ada tambahan jasa. Adapun Pokok pinjaman atau modal memang dikembalikan oleh mustahiq kepada lembaga amil zakat, namun tidak berarti bahwa modal itu tidak lagi menjadi hak mustahiq tersebut. Artinya modal masih dapat kembalikan lagi kepada mustahiq yang bersangkutan untuk dikembangkan lagi, atau bisa juga digulirkan ke mustahiq lain.

c) Sistem Mudharabah

Model pendistribusian dengan sistem mudharabah ini dilakukan dengan cara penanaman modal usaha dengan konsekuensi bagi hasil. Sistem ini hampir sama dengan sistem qardlul hasan, akan tetapi terdapat perbedaan yaitu terletak pada pembagian bagi hasil dari usaha antara mustahiq dan amil.

4. Tinjauan Tingkat Pendapatan Mustahik a. Pengertian Pendapatan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha dan sebagainya). Sedangkan dalam kamus manajemen pendapatan adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lainnya dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba. (Marbun, 2003:230)

28

Suroto juga mengemukakan pendapatnya tentang definisi pendapatan, menurutnya pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang yang berasal dari pihak lain maupun dari hasil industri yang dinilai atas dasar jumlah uang dari harta yang berlalu saat itu. (Suroto, 2012:23) Dengan demikian pendapatan merupakan penghasilan yang diterima oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu dari hasil usaha yang diperoleh oleh individu atau kelompok yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Pendapatan bukanlah sesuatu yang hanya dapat dikonsumsi saja akan tetapi penghasilan yang tidak dikonsumsi akan menambah nilai kekayaan pada suatu periode. Jadi, pendapatan merupakan tambahan kemampuan ekonomi dari aktivitas perusahaan yang dilakukan oleh mustahik setiap periode yang da pat dipakai untuk konsumsi atau bertambahnya nilai kekayaan suatu periode.

Oleh karena itu seseorang seharusnya dapat memaksimalkan pendapatan, sehingga pendapatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Demikian pula pendapatan dapat digunakan untuk menentukan atau mengukur tingkat kesejahteraan seseorang.

Sesorang dikatakan sejahtera jika mampu memenuhi kebutuhannya dengan baik, dalam artian bahwa pengeluaran harus dapat disesuaikan dengan pemasukan.

b. Indikator Tingkat Pendapatan Mustahik

Tolak ukur tingkat keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan pendapatan, sebagai pengukuran keberhasilan perusahaan kecil. (Soleh, 2008:28) Modal usaha merupakan kemampuan finansial perusahaan untuk meningkatkan penghasilan. (Jalaluddin, 2012:275) Untuk

mengukur pertumbuhan tingkat pendapatan mustahik dengan indikator sebagai berikut:

1) Modal Usaha

Modal usaha merupakan kemampuan finansial perusahaan dalam menjalankan operasional usaha untuk memproduksi barang dan jasa. Bantuan modal yang diterima para mustahik digunakan sebagai tambahan modal. Dengan demikian, para mustahik yang tadinya memiliki modal sedikit menjadi bertambah, sehingga volume atau omset penjualan dan keuntungan yang diperoleh bisa meningkat. (Soleh, 2008:275)

Dalam menjalankan sebuah usaha diperlukan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran tersebut untuk membeli bahan baku, peralatan fasilitas produksi serta pengeluaran operasional lainnya. Melalui pengeluaran tersebut dapat menghasilkan sejumlah produk yang kemudian dapat dijual untuk mendapatkan sejumlah uang sebagai pengembalian modal dan keuntungan. Bagian keuntungan ini sebagian digunakan untuk memperbesar modal agar menghasilkan uang sebagai keuntungan dalam jumlah yang lebih besar lagi, dan seterusnya begitu sampai pengusaha mendapatkan hasil sesuai yang ditargetkan atau yang diinginkan.

2) Pertumbuhan Penjualan

Penjualan adalah merupakan pengalihan hak milik atas barang dengan imbalan uang sebagai gantinya dengan persetujuan untuk menyerahkan barang kepada pihak lain dengan menerima pembayaran. Volume penjualan merupakan jumlah penjualan yang berhasil dilakukan perusahaan.

(Rangkuti, 2009:57) Kenaikan jumlah penjualan berarti kenaikan dari segi pendapatan perusahaan.

30

Salah satu analisis terpenting yang dilakukan pengusaha adalah analisis volume penjualan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui maju mundurnya perusahaan atas produk yang telah dihasilkan. Dengan analisis tersebut dapat terungkap apakah penjualan produk perusahaan mengalami kenaikan atau penurunan yang secara langsung mempengaruhi penghasilan yang akan diperoleh. Dengan kenaikan jumlah penjualan berarti mengalami kenaikan pula dari segi penghasilan perusahaan.

3) Pertumbuhan Pendapatan

Pengertian pendapatan dari sudut penghasilan perorangan, penghasilan sebagai jumlah dari nilai pasar barang dan jasa yang dikonsumsi dan perubahan nilai kekayaan yang ada pada awal dan akhir suatu periode. (Soemarsono, 2009:165)

Pertumbuhan pendapatan merupakan salah satu ukuran keberhasilan sebuah perusahaan yang harus dipantau. Sebuah perusahaan tentu mengharapkan terdapat pertumbuhan pendapatan setiap periodenya yang dicanangkan dalam target pendapatan. Pendapatan merupakan hasil akhir dari suatu aktivitas yang dilakukan dalam suatu usaha. Pertumbuhan pendapatan merupakan salah satu tolak ukur terpenting dalam keberhasilan suatu usaha, dengan meningkatnya pendapatan yang diperoleh akan menentukan keberlangsungan suatu usaha.

c. Faktor yang mempengaruhi Tingkat pendapatan

Besar kecilnya tingkat pendapatan yang diterima seseorang tergantung pada apakah orang lain memanfaatkan sumber-sumber yang dimilikinya dalam menghasilkan barang yang sangat diinginkan konsumen atau tidak, disamping itu juga tergantung pada pemilik sumber-sumber dalam perekonomian. Artinya pertama, penghasilan atau pendapatan yang rendah disebabkan karena sedikitnya sumber-sumber yang dimiliki atau karena

menempatkan penggunaan sumber-sumber untuk menghasilkan barang yang memberikan sedikit kepuasan pada konsumen. Kedua, penghasilan atau pendapatan yang tinggi disebabkan banyaknya sumber yang dimiliki atau karena menggunakan sumber-sumber yang dimiliki untuk menghasilakan barang yang banyak memberi kepuasan pada konsumen. (Leftwich, 2009:33)

5. Tinjauan Lembaga Keuangan Islam

Dokumen terkait