BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, mengatur, mengembangkan, dan menyelesaikan urusan rumah tangganya sendiri. Ini dilakukan untuk mengoptimalisasi proses pemerataan sosial, ekonomi, penyelenggaraan dan pembangunan di setiap wilayah. Pemerintah Daerah diberikan kesempatan untuk mengambil keputusannya sendiri untuk bertanggung jawab terhadap kemajuan dan perkembangan daerahnya, ini dikarenakan merekalah yang jauh lebih mengerti dan memahami akan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki daerahnya, dan mereka juga jauh lebih mengerti apa saja yang mereka butuhkan untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Berdasarkan Instruksi Mendagri No.105 yang tertanggal 03 Oktober 1994 ditetapkan 26 daerah tingkat II untuk
2
melaksanakan proyek percontohan otonomi daerah.1 Salah satu dari 26 daerah yang terpilih untuk melaksanakan proyek Percontohan Otonomi Daerah adalah Kabupaten Sleman. Ditunjuknya Kabupaten Sleman untuk melaksanakan proyek percontohan otonomi daerah merupakan sebuah kepercayaan dari Pemerintah Pusat. Oleh karena itu, bagi Kabupaten Sleman pelaksanaan otonomi daerah lebih merupakan kewajiban daripada hak, sehingga apapun tantangan dan kendala yang dihadapi, Pemerintah Kabupaten Sleman bertekad berkerja keras mewujudkan keberhasilan proyek percontohan otonomi daerah tersebut.2
Setelah dikeluarkan PP No. 8 th. 1995 mengenai penyerahan wewenang atau urusan pemerintahan kepada Dati II, dengan begitu Kabupaten Sleman resmi melaksanakan proyek percontohan otonomi daerah yang akan menjadi proses awal bagi
1 Bagian Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah
Kabupaten Sleman, Proyek Percontohan Otonomi Daerah
Kabupaten Sleman 1995–2000. ( Yogyakarta : Bagian Hubungan
Masyarakat Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman, 2000),hlm. 19. 2 Ibid., hlm. 22.
3
Kabupaten Sleman sendiri untuk mengurus dan membangun daerahnya sendiri demi kesejahteraan masyarakatnya.3
Dalam pelaksanaan proyek percontohan otonomi daerah ini, Kabupaten Sleman menerima 22 bidang urusan yang harus dikelola hingga akhir tahun dari proyek percontohan otonomi daerah, dan salah satunya yaitu bidang Pendidikan.
Kesiapan Kabupaten Sleman makin diuji pada tahun 2000. Saat itu merupakan kesempatan terakhir bagi Kabupaten Sleman untuk mempersiapkan pelaksanaan Undang-Undang No 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah secara penuh. Pemerintah Kabupaten Sleman berusaha menggali potensi dan mengembangkan daerahnya demi terwujudnya tujuan Otonomi Daerah, maka terciptalah Peraturan Daerah Kabupaten Sleman No 20 tahun 2001 mengenai Program Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2001-2004. Kabupaten Sleman memiliki visi mewujudkan masyarakat Kabupaten Sleman yang maju, sejahtera, lestari mandiri, berdaya saing, damai, demokratis, agamis dan berkeadilan.
3 Soehino, “Pelaksanaan Otonomi Daerah Yang Nyata dan Bertanggung Jawab di Daerah-Daerah Tingkat II Se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Laporan Penelitian, Lembanga Penelitian Universitas Gadjah Mada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1998, hlm. 70.
4
Kabupaten Sleman memiliki beberapa misi yang salah satunya adalah peningkatan pendidikan bagi masyarakatnya dengan cara memperluas dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak. Untuk setiap tahun Kabupaten Sleman memiliki rancangan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Sleman berusaha meningkatkan mutu pendidikan bagi masyarakatnya. Dengan adanya Otonomi Daerah, Pemerintah Kabupaten Sleman dapat mengembangkan dan menggali potensi yang ada di daerahnya. Ini menarik untuk diteliti, yaitu seperti apa perkembangan pendidikan di Kabupaten Sleman saat pelaksanaan otonomi daerah .
B. Ruang lingkup dan permasalahan
Penelitian ini mengkaji perkembangan pendidikan formal di Kabupaten Sleman 1995-2006.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan, ada tiga pertanyaan penelitian yaitu:
1. Bagaimana kondisi sosial Kabupaten Sleman?
2. Apa saja upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah saat mengembangkan pendidikan di Kabupaten Sleman?
3. Seperti apakah kaitannya perkembangan pendidikan formal dengan kondisi sosial masyarakat Kabupaten Sleman?
5
Cakupan spasial yang penulis gunakan dalam menulis penelitian ini adalah Kabupaten Sleman. Sebagaimana diuraikan dala latar belakang, Kabupaten Sleman menarik untuk diteliti dalam permasalahan penelitian ini karena dua faktor penting. Pertama, Kabupaten Sleman adalah salah satu wilayah yang melaksanakan Proyek Percontohan Otonomi Daerah tahun 1995-2000. Kedua, awal tahun 2001 Kabupaten Sleman secara resmi melaksanakan Otonomi Daerah secara penuh berdasarkan Undang-Undang No 22 tahun 1999. Karena alasan-alasan ini, Kabupaten Sleman dipilih sebagai lingkup spasial dalam penelitian ini.
Untuk cakupan waktu, penulis mematok dari tahun 2000 hingga tahun 2006. Sebagai batasan awal, yaitu tahun 2000, alasan penulis mengambil batasan waktu tersebut adalah karena pada tahun 2000 Kabupaten Sleman sedang dalam tahap akhir mempersiapkan pelaksanaan Undang-Undang No 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah secara penuh dan penulis ingin melihat bagaimana kondisi perkembangan pendidikan di Kabupaten Sleman setelah Kabupaten Sleman menjalankan proyek tersebut hingga akhir tahun. Kemudian pada awal tahun 2001 adalah awal tahun di mana Kabupaten Sleman resmi akan melaksanakan Otonomi Daerah secara penuh berdasarkan
6
Undang-Undang No 22 tahun 1999. Batasan akhir dari penulisan karya sejarah ini adalah tahun 2006. Ini dikarenakan penulis ingin melihat bagaimana perkembangan pendidikan di Kabupaten Sleman selama 7 tahun setelah pelaksanaan Otonomi Daerah yaitu dari tahun 2000 sampai 2006.
C. Tujuan Penelitian
Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya selalu didasari dengan tujuan-tujuan tertentu. Dengan adanya suatu tujuan dalam penelitian, diharapkan hasil karya ilmiah yang dihasilkan akan lebih bermakna. Untuk itu, tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan apa saja upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah untuk memajukan pendidikan di Kabupaten Sleman.
Tujuan lain dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan peristiwa beserta fakta sejarah yang berkaitan dengan Otonomi Daerah dan dampaknya terhadap perkembangan pendidikan formal di Kabupaten Sleman. Dengan di dokumentasikannya peristiwa dan fakta sejarah yang ada, diharapkan bahwa orang dimasa kini maupun dimasa depan akan mengerti dan memahami kejadian apa saja yang terjadi di masa lalu sehingga semakin mencintai bangsanya. Selain itu, orang juga
7
dapat mengambil kebijakan-kebijakan, khususnya dalam dunia pendidikan dengan berkaca pada kejadian di masa lalu.
D. Tinjauan Pustaka
Pada umumnya, tinjauan pustaka yang diambil dalam penelitian ini adalah buku yang berkaitan dengan tema yang sedang ditulis oleh penulis. Selain itu, di dalam buku tersebut juga terdapat beberapa tulisan yang memiliki tema yang hampir sama dengan yang sedang dikerjakan penulis. Dari beberapa buku tersebut dapat dipilih pula buku mana yang bisa dijadikan sumber acuan dalam membantu penulisan hasil penelitian, sehingga dapat dihasilkan suatu karya ilmiah yang lebih baik.
Buku pertama adalah buku yang berjudul Kabupaten
Sleman Dalam Perjalanan Sejarah, karangan Tashadi dkk yang
tergabung dalam tim peneliti. 4 Buku ini bersikan mengenai gambaran umum daerah Kabupaten Sleman, Sleman pada masa kuno, masa Mataram, masa Kasultanan, dan masa Republik. Buku ini cukup banyak membantu dalam memahami gambaran kehidupan sosial, politik, dan budaya dari Kabupaten Sleman.
Buku kedua adalah buku yang berjudul Dampak
Pembangunan Pendidikan Terhadap Kehidupan Sosial Budaya
4 Tashadi dkk, KABUPATEN SLEMAN Dalam Perjalanan
Sejarah. ( Yogyakarta : Bagian Hubungan Masyarakat Sekretariat
8
Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, buku ini merupakan
hasil dari Proyek Penelitian yang dilakukan oleh H.J. Widowo dkk. staf Peneliti Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. 5 Lokasi daerah penelitian tersebut adalah Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul. Dalam buku ini dipaparkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu tentang dampak pembangunan pendidikan terhadap kehidupan kekerabatan, variasi lapangan pekerjaan, interaksi sosial dan juga dampaknya terhadap pranata-pranata sosial.
Untuk mendapatkan informasi mengenai Otonomi Daerah, penulis menggunakan buku yang berjudul Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, karangan Deddy Supriady
Bratakusumah dan Dadang Solihin. 6 Buku ini menjelaskan mengenai bagaimana proses desentralisasi di Indonesia berlangsung, mulai dari aspek pemerintahan daerah, kepegawaian, keuangan, pajak, dan masih banyak yang lainnya.
Selanjutnya adalah buku yang di tulis oleh Baedhowi yang berjudul Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan Konsep
5 H.J. Widowo dkk, Dampak Pembangunan Pendidikan
Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. ( Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1996).
6 Deddy Supriady Bratakusumah dan Dadang Solihin,
Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. ( Jakarta : PT
9
Dasar dan Implementasi.7 Buku ini menjelaskan mengenai otonomi
daerah dalam bidang pendidikan, mulai dari konsep dasar dan juga implementasinya di Kabupaten atau Kota. Dalam buku ini juga dijelaskan mengenai faktor-faktor apa sajakah yang mempengeruhi implementasi otonomi daerah dalam bidang pendidikan itu sendiri.
E. Metode dan Sumber
Dalam melakukan sebuah penelitian, hendaknya melalui tahap-tahap yang sesuai dengan metode penelitian yang telah ditentukan. Penggunaan metode yang benar merupakan salah satu syarat yang sangat penting dalam melaksanakan suatu penelitian. Dengan menggunakan metode yang benar, dapat diketahui bahwa tulisan yang ada merupakan karya ilmiah ataupun bukan. Selain itu kualitas akan suatu karya ilmiah juga ditentukan oleh metode yang di gunakan.
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode sejarah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa
7 Baedhowi, Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan
10
lampau. 8 Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi arsip, studi pustaka, dan juga sejarah lisan yang berupa wawancara. Arsip merupakan salah satu sumber primer dalam penelitian sejarah, maka dari itu adanya arsip sebagai salah satu acuan data dalam penelitian ini sangatlah penting. Arsip bisa berupa dokumen ataupun foto-foto. Arsip bisa diperoleh dengan mengunjungi beberapa badan atau lembaga yang terkait dengan kearsipan maupun dengan data yang terkait dengan tema yang sedang diteliti, seperti Badan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Pendidikan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Library Center Yogyakarta dengan koleksi surat-kabar dan majalah.
Studi pustaka merupakan salah satu bagian yang penting dalam pencarian sumber. Dengan melakukan studi pustaka, maka dapat diketahui buku apa saja yang dapat digunakan sebagai sumber sekunder dari tema yang akan penulis teliti. Selain itu. Dengan adanya studi pustaka, akan diketahui karya siapa saja yang memiliki hubungan tengan tema yang sedang penulis kaji. Studi pustaka dapat dilakukan dengan mendatangi perpustakaan perpustakaan yang ada di wilayah Yogyakarta. Perpustakaan itu misalnya adalah perpustakaan Fakultas Ilmu
8 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI- Press, 1985), hlm.32.
11
Budaya UGM, Perpustakaan Pusat Universitas Gajah Mada, Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Perpustakaan Dinas Pendidikan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Perpustakaan Ignatius, library center, dan lain sebagainya.
Setelah data-data tersebut diperoleh, maka akan dilakukan kritik sumber, baik sumber primer maupun sumber sekunder. Sumber yang telah diperoleh kemudian dikomparasikan dan diverifikasikan dengan sumber yang lainnya sehinnga diperoleh sumber yang kredibel untuk karya penulisan ini. Tahap ini bertujuan untuk menguji keaslian dan dapat dipercaya atau tidaknya sumber tersebut maupun relevansinya terhadap tema yang sedang yang sedang dibahas oleh penulis. Setelah itu, barulah data-data tersebut bisa digunakan dalam proses penulisan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam mengkaji tulisan ini nantinya, maka diperlukan suatu sistematika penulisan yang sistematis. Pada bagian pertama, penulis akan mengawali dengan Pendahuluan. Pada bagian kedua, penulis akan mulai membahas mengenai tema yang akan di bahas. Pada bagian ini penulis akan memulai dengan pembahasan mengenai awal terpilihnya Kabupaten Sleman melaksanakan Proyek Percontohan Otonomi
12
Daerah, dijabarkan juga mengenai perkembangan kondisi sosial masyarakat dan pendidikan di Kabupaten Sleman.
Pada bagian ketiga penulis akan menjabarkan mengenai Perkembangan pendidikan sebelum dan setelah resminya Kabupaten Sleman melaksanakan Otonomi Daerah secara penuh dan juga mengenai kebijakan-kebijakan apa saja yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah untuk pendidikan. Akan dipaparkan juga mengenai kualitas dan dampak perkembangan pendidikan formal terhadap masyarakat di Kabupaten Sleman, serta akan dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan misalnya rasio guru dan siswa, angka kelulusan dan lain sebagainya.
Pada bagian selanjutnya yaitu keempat akan berisi mengenai kesimpulan, kesimpulan tersebut berisi jawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan pada bangian pendahuluan.