• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI SEKOLAH PADA SMA NEGERI 2 MEDAN. Oleh. Dwi Putra Daulay

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI SEKOLAH PADA SMA NEGERI 2 MEDAN. Oleh. Dwi Putra Daulay"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI SEKOLAH PADA SMA NEGERI 2 MEDAN

KERTAS KARYA

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Ahli Madya Sains Informasi (A.Md.S.I.) dalam Bidang

Perpustakaan

Oleh

Dwi Putra Daulay 162201013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI D-3 PERPUSTAKAAN MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Pelaksanaan Kegiatan Literasi Sekolah Pada SMA Negeri 2 Medan

KERTAS KARYA

Saya mengakui bahwa kertas karya ini adalah hasil kerja saya, kecuali beberapa kutipan dan rangkuman yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2019

Dwi Putra Daulay 162201013

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya selama penulis menjalani studi terutama dalam menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul “PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI SEKOLAH PADA SMA NEGERI 2 MEDAN”.

Harapan penulis dengan adanya kertas karya ini selain berguna bagi penulis juga bisa bermanfaat bagi segenap pembaca yang sedang belajar dalam dunia ilmu perpustakaan.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca dalam upaya memperbaiki kertas karya ini. Dalam menyelesaikan studi dan terutama dalam penulisan kertas karya ini, penulis juga telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan yang tak ternilai harganya. Untuk itu, sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I.Kom, selaku Ketua Program Studi D-3 Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan Dosen Penguji I yang telah memberikan arahan, masukan, kritik dan saran kepada penulis dalam penulisan kertas karya ini.

3. Bapak Drs. Dirmansyah, M.A, Selaku Sekretaris Program Studi D-3 Perpustakaan dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyusun kertas karya ini.

4. Ibu Nur’aini, S.Sos, M.IP selaku dosen Penguji II yang telah memberikan arahan, masukan, kritik dan saran kepada penulis dalam menyusun kertas karya ini.

(6)

5. Seluruh staf pengajar Program Studi D-3 Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

6. Pembina kegiatan literasi sekolah bapak Alexander Zulkarnain yang telah memberikan informasi mengenai kegiatan sehingga membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

7. Tercadas untuk teman – teman band di Deathmyth, Rizky Ananda Daulay, Ezr Sembiring, Arie Amanda, Rizki Pratama terima kasih atas semangat, doa, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas akhir.

8. Kepada teman – teman sepermainan Luis Keliat, Utomo Abraham, dan Fathan Ramadhan terimakasih atas dukungan dan bisikan jahat yang telah merasuki diri saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Seluruh teman-teman stambuk 2016 Program Studi D-3 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, Penulis

Dwi Putra Daulay

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI……….iii

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 4

1.3 Ruang Lingkup ... 4

1.4 Metode Pengumpulan Data ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………5

2.1 Pengertian Pelaksanaan... 5

2.2 Pengertian Literasi ... 6

2.3 Gerakan Literasi Sekolah ... 10

2.4 Tahapan Gerakan Literasi Sekolah ... 11

2.4.1 Tahap Pembiasaan ... 11

2.4.2 Tahap Pengembangan ... 15

2.4.3 Tahap Pembelajaran ... 19

2.5 Tim Literasi Sekolah ... 22

2.6 Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah ... 22

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI PADA SMA NEGERI 2 MEDAN……….24

3.1Gambaran Umum Sekolah SMA Negeri 2 Medan….………..…...24

3.1.1 Sejarah Sekolah SMA Negeri 2 Medan ... 24

3.2 Pelaksanaan Kegiatan Literasi di SMA Negeri 2 Medan ... 25

3.2.1 Kegitan Literasi Galaksi di SMA Negeri 2 Medan ... 26

3.2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan Galaksi ... 27

3.3 Permasalahan/ Hambatan Saat Pelaksanaan Kegiatan Literasi ... 27

3.4 Cara Mengatasi Permasalahan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Literasi di SMA Negeri 2 Medan... 28

3.5 Peran Perpustakaan Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Literasi Di Sekolah ... 28

3.6 Indikator Ketercapaian Pelaksanaan Kegiatan Literasi di SMA Negeri 2 Medan……….…….29

(8)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN….……..………...…....32

4.1 Kesimpulan ... 32

4.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA…..……….34 LAMPIRAN

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rendahnya keterampilan membaca menjadi masalah atau tantangan yang dihadapi saat ini pada proses pendidikan dalam mengembangkan kompetensi dan minat baca peserta didik terhadap pengetahuan, pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Salah satu faktornya ialah perkembangan zaman dari masa kemasa yang sangat pesat menjadi masalah terhadap rendahnya keterampilan membaca. Dalam hal ini seharusnya dibarengi dengan perkembangan kualitas sumber daya manusia yang ada, terlebih lagi di era digital saat ini.

Minat baca peserta didik begitu berkurang dan hampir semua sekolah merasakan hal tersebut. Berdasarkan hal ini, Kementerian pendidikan dan kebudayaan terus mengusahakan dan mendorong minat baca masyarakat khususnya peserta didik. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi salah satu cara yang digunakan pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan Indonesia.

Namun, pemanfaatan teknologi informasi yang tidak tepat amenjadi salah satu penyebab kurangnya minat baca peserta didiksaat ini.

Kemudahan yang didapatkan peserta didik dalam mengakses informasi membuat peserta didik di sekolah menjadi malas untuk membaca, kemudahan tersebut membuat para peserta didik ini menjadi bergantung dengan apa yang disediakan oleh teknologi. Hal tersebut jelas sangat mengkhawatirkan, mengingat salah satu indikator keberhasilan dari suksesnya pendidikan yang terselenggara di Indonesia adalah dengan meningkatnya angka melek huruf pada warga Indonesia.

Keterampilan dalam berbahasa biasanya mencantumkan empat keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik, yakni keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain dan memiliki perannya masing-masing. rendahnya minat baca generasi pada saat ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan perpustakaan di sekolah yang belum

(10)

Sehigga perpustakaan sekolah hanya di anggap sebagai sebuah gedung atau gudang yang berisi buku-buku yang dipenuh dengan debu, hal tersebut menyebabkan minat membaca siswa sangat rendah dikarenakan buku-buku dan fasilitas tidak mendukung. Oleh karena itu perpustakaan harus menyediakan buku-buku dan fasilitas yang memadai.

Dalam Deklarasi Praha (UNESCO,2003) information literacy atau literasi informasi, yaitu kemampuan untuk pentingnya literasi informasi mencari, memahami, mengevaluasi secara kritis, dan mengelola informasi menjadi pengetahuan yang bermanfaat untuk pengembangan kehidupan pribadi dan sosialnya. Pemerintah dalam bidang pendidikan yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab III pasal 4 ayat 5, berbunyi “Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”.

Minat baca yang diharapkan tumbuh dan berkembang pada peserta didik ini, dipandu dengan adanya kebijakan Gerakan Literasi Sekolah. Salah satu terobosan yang dilakukan pemerintah adalah menerbitkan peraturan Menteri pendidik dan kebudayaan No 23 Tahun 2015 tentang pertumbuhan budi pekerti.

Permendikbud ini diwajibkan dengan wajib membaca khususnya bagi siswa SD, SMP, dan SMA. Kementrian pendidikan dan kebudayaan juga mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah.

Dalam hal ini Gerakan Literasi Sekolah bertujuan untuk mengatasi rendahnya minat baca siswa. Pada Abad ke-21, Kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami, meneliti dan menerapkan.

Pembinaan minat baca dan tulis yang matang merupakan salah satu program paling penting karena bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan dan kreativitas pada peserta didik. Gerakan literasi sekolah adalah salah satu program yang sangat penting di terapkan pada bidang pendidikan, karena program tersebut mampu untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis.

(11)

Gerakan Literasi Sekolah pada dasarnya adalah kegiatan yang memusatkan kemampuan membaca dan menulis siswa dengan melibatkan semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, orangtua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Pembinaan minat baca dan tulis yang merupakan salah satu program paling penting karena bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan dan kreativitas pada peserta didik.

Dalam pelaksanaan kegiatan literasi sekolah, SMA Negeri 2 Medan merupakan salah satu dari beberapa sekolah yang melakukan pelaksanaan kegiatan literasi sekolah. Dalam hal ini, bentuk dukungan Kepala Sekolah terhadap kegiatan ialah dengan mengikutsertakan kegiatan ini ke dalam bagian dari kegiatan ekstrakurikuler sehingga siswa juga dapat mengikuti kegiatan ini diluar jam pelajaran.

Dalam upaya pelaksanaan gerakan literasi sekolah, Pemerintah mengeluarkan suatu panduan yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Gerakan Literasi Sekolah (2016). Buku panduan tersebut menjelaskan mengenai pelaksanaan kegiatan literasi yang terbagi menjadi tiga tahap, yakni: pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Dari hal inilah kemudian diharapkan minat membaca dan menulis dapat ditumbuhkan pada siswa sejak dini melalui kegiatan literasi.

Dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah akan berdampak bagi perpustakaan. Ketika pelaksanaan kegiatan berjalan dan minat baca peserta didik semakin meningkat maka peserta didik lebih sering mengunjungi perpustakaan, kunjungan tersebut dapat berupa kegiatan membaca atau meminjam buku di perpustakaan dan perpustakaan akan menjadi satu tempat yang dapat menyediakan kebutuhan mereka.

Berdasarkan Uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji mengenai Pelaksanaan Kegiatan Literasi Sekolah di Sma Negeri 2 Medan untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan tersebut dan mengetahui faktor yang mendukung serta penghambat terlaksananya kegiatan literasi sekolah.

(12)

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan kertas karya ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan literasi pada SMA Negeri 2 Medan

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan kertas karya ini berfokus pada pelaksanaan kegiatan literasi sekolah SMA Negeri 2 Medan berdasarkan acuan pada panduan gerakan literasi sekolah dan tahapan indikator ketercapaian pada tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan kertas karya ini metode pengumpulan data yang dilakukan penulis ada beberapa metode yaitu :

1. Observasi langsung yaitu dengan melakukan metode pengamatan dan penelitian langsung ke objek yang akan di teliti.

2. Wawancara, adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara dengan Pembina kegiatan literasi. Wawancara dilakukan dalam bentuk pertanyaan tertentu yang berhubungan dengan kegiatan literasi sekolah.

3. Studi Pustaka adalah metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan perpustakaan dalam pelaksanaan kegiatan literasi sekolah.

4. Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan berupa bentuk foto untuk mengetahui proses berlangsungnya pelaksanaan kegiatan.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah ditentukan terlebih dahulu yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelaksanaan berasal dari kata dasar “laksana” yang memiliki arti tanda yang baik, sifat, laku, perbuatan. Laksana diberi imbuhan pe-an, sehingga menjadi satu kata kerja yaitu pelaksanaan. Secara sederhana pelaksanaan dapat diartikan sebagai penerapan.

G.R Terry (2010) menyatakan pelaksanaan adalah bentuk kegiatan meliputi menentukan, mengelompokkan, mencapai tujuan, dengan memperhatikan lingkungan fisik, sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Menurut Hanifah (2002: 67) Pelaksanaan dapat disebut juga dengan implementasi.

Nurdin Usman ( 2002: 70) juga mengungkapkan bahwa implementasi bermuara pada aktifitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem implementasi dapat diartikan juga sebagai suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan. Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.

Menurut Setiawan (2004: 39) ada 4 faktor-faktor yang dapat menunjang dan mempengaruhi keberhasilan pada sebuah program pelaksanaan atau implementasi adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi

Hal ini ialah yang menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan.

2. Sumber daya

Dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang dibutuhkan, wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab serta fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.

3. Disposisi

Merupakan sikap dan komitmen dari orang yang menjadi pelaksana program.

4. Struktur Birokrasi

(14)

Yaitu SOP (Standar Operating Procedures) yang mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program.

Berdasarkan dari beberapa pengertian mengenai pelaksanaan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan ialah sebuah aktivitas atau kegiatan yang terencana dan dilakukan secara terperinci dan sungguh-sungguh untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah ditentukan sejak awal.

2.2 Pengertian Literasi

Secara bahasa, literasi adalah keberaksaraan yaitu kemampuan menulis dan membaca. Literasi dalam bahasa inggris bertuliskan literacy, kata literacy berasal dari bahasa Latin yaitu littera atau huruf memiliki pengertian melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya.

Literasi merupakan landasan untuk kegiatan belajar sepanjang hayat. National Institute for Literacy (NIFL) menyatakan bahwa pengertian literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.

UNESCO (2005) menyatakan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan, sikap dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengetahui kapan informasi diperlukan atau dibutuhkan untuk membantu memecahkan masalah atau membuat keputusan, kebutuhan informasi bisa dicari menggunakan istilah dan bahasa, kemudian pencarian informasi dengan efesien, mengambilnya, menafsirkan dan memahami, mengatur, mengevaluasi kredibilitas dan keaslian, menilai relevensi, berkomunikasi kepada orang lain, kemudian memanfaatkanya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Bukhori (2005), secara sederhana literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara.

Secara umum literasi dipahami tidak hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis melainkan mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber- sumber pengetahuan dalam segala bentuk media, diantaranya media cetak, digital, audio dan visual. Kemampuan literasi informasi yang dimaksud yaitu kemampuan

(15)

seseorang untuk memahami kebutuhan informasi, menemukan, mengevaluasi, menggunakan secara efektif informasi yang diperoleh untuk mengatasi masalah.

Literasi informasi merupakan serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi di butuhkan dan kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang di butuhkan secara efektif. Pada saat ini kegiatan literasi telah dipandang sebagai suatu kebutuhan yang wajib dikuasai oleh setiap siswa di sekolah.

Widodo (2015:60) Mengatakan bahwa kompetensi literasi pada kelas tinggi menekankan siswa untuk mampu melakukan analisis secara kritis, seperti melakukan wawancara, pengamatan lingkungan, menulis laporan, dan melakukan observasi. Siswa dapat melakukan kegiatan ini dengan cara membuat tulisan pada buku kemudian mempresentasikan di depan kelas, ataupun memajang hasil observasi di ruang kelas.

Menurut UNESCO (2003), pemahaman orang tentang makna literasi sangat dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi, konteks nasional, nilai- nilai budaya, dan pengalaman. Sejalan dengan beberapa pengertian Suyono (2012), juga menjelaskan bahwa inti literasi ini adalah kegiatan membaca, berpikir dan menulis.

Dalam kaitannya itu, berpikir perlu ditegaskan, dengan alasan agar berpikir lebih ditonjolkan sehingga dalam praktiknya merupakan kegiatan yang mendapatkan perhatian tinggi, bukan sekedar kegiatan tempelan dalam membaca dan menulis. Pada saat ini kegiatan literasi telah dipandang sebagai suatu kebutuhan yang wajib dikuasai oleh setiap siswa di sekolah.

Education Development Center (EDC) juga menyatakan bahwa literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan keterampilan yang dimiliki dalam hidupnya. Pengertian lainnya terkait dengan literasi menurut buku panduan gerakan literasi sekolah (2016;2) yaitu kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain, melihat, menyimak, menulis dan berbicara.

(16)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa literasi tidak hanya berkenaan dengan kemampuan membaca ataupun menulis saja, melainkan adalah suatu kegiatan yang berkenaan dengan membaca, berpikir dan menulis yang diperlukan sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat.

Komponen literasi yang yang dijabarkan oleh buku desain induk gerakan literasi sekolah (2016; 8) yaitu:

1. Literasi Dini

Kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalaui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah.

Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.

2. Literasi Dasar

Kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan menghitung berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan, mempersefsikan informasi, mengomunikasikan serta menggambarkan informasi berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi. Hingga memiliki pengetahuan dalam memehami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.

3. Literasi Media

Kemampuan untuk menhetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.

4. Literasi Teknologi

Kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), perangkat lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya juga memahami menggunakan komputer yang didalamnya mencakup mengidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirkan informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.

5. Literasi Visual

Kemampuan tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat. Materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital perlu dikelola dengan baik.

(17)

Namun dalam konteks SMA, kegiatan literasi dipaparkan sebagai berikut:

Tabel- 1 Contoh kegiatan literasi

No Komponen Contoh kegiatan

Tahap Pembiasaan

Tahap pembelajaran

Tahap pengembangan 1 Literasi dasar Membaca 15menit

sebelum kegiatan belajar setiap hari

Mendiskusikan bacaan

Menuliskan analisis Bacaan

2 Literasi perpustakaan

Memberi bahan pustaka yang diminta untuk kegiatan membaca 15 menit

Menggunaka perpustakaan sebagai

sumber informasi dalam diskusi tentang bacaan

Mencantumkan daftar pustaka dalam laporan tugas/praktik setiap mata pelajaran

3 Literasi media Membaca berita dari media cetak

Mendiskusikan berita media cetak dalam kegiatan membaca 15 menit

Membuat komunikasi

pembelajaran untuk diskusi dan

berbagai informasi

4 Literasi Teknologi

Membaca buku Elektronik

Memberikan komentar terhadap buku Elektronik

Setiap mata pelajaran memanfaatkan teknologi 5 Literasi Visual Membaca film atau

iklan pendek

Mendiskusikan film atau iklan pendek

Menggunakan aplikasi vidio/ flim dalam kegiatan . Sumber: Kemendikbud, 2016

(18)

2.3 Gerakan Literasi Sekolah

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.

Kegiatan membaca 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai adalah contoh dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.

Kemendikbud dalam buku desain induk gerakan literasi sekolah (2016: 7) Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan public. Dalam pelaksanaan kegiatan literasi sekolah memiliki tujuan yang terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum

Tujuan umum gerakan literasi sekolah untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajaran sepanjang hayat.

2. Tujuan khusus

1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.

2) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan Ramah agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

3) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat 4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam

buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

(19)

2.4 Tahapan Gerakan Literasi Sekolah

Di dalam Buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah atas terbitan Kemendikbud tahun 2016 Gerakan Literasi Sekolah yang dilaksanakan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dibagi menjadi tiga tahap, yakni : pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Pada tiap-tiap tahapan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah memiliki tujuan yang berbeda-beda yang akan dijelaskan sebagai berikut.

2.4.1 Tahap Pembiasaan

Kegiatan literasi di tahap pembiasaan, Secara umum kegiatan ini memiliki tujuan, antara lain:

1. Meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;

2. Meningkatkan kemampuan memahami bacaan;

3. Meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik;

4. Menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.

Tujuan membaca dalam tahap ini lebih mengarah kedalam penumbuhan minat baca siswa melalui kegiatan membaca 15 menit. Dalam tahap pembiasaan indikator yang harus dicapai siswa yaitu:

1. Melakukan kegiatan 15 menit membaca yang dilakukan setiap hari.

2. Kegiatan 15 menit membaca telah dilakukan selama minimal 1 semester.

3. Peserta didik memiliki jurnal membaca harian.

4. Guru, Kepala Sekolah, tenaga pendidik menjadi model dalam kegiatan membaca 15 menit dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung.

5. Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran.

6. Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan/area lain di sekolah.

7. Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas.

8. Lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks. Terdapat poster-poster tentang pembiasaan hidup bersih, sehat, dan indah.

9. Sekolah berupaya melibatkan publik (orangtua, alumni, dan elemen masyarakat) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah.

10. Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan Mendukung gerakan literasi sekolah.

Dalam tahap pembiasaan, indikator yang harus dicapai adalah sebagai berikut :

(20)

Tabel- 1: Tahap Pembiasaan

No Indikator Belum Terlaksana Sudah Terlaksana

1 Ada Kegiatan 15 menit membaca

2 Kegiatan 15 membaca telah berjalan selama 1 semester

3 Peserta didik memiliki jurnal bacaan

4 Guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca selama kegiatan berlangsung

5 Ada perpustakaan sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku nonpelajar

6 Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, Koridor

7 Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap Kelas

8 Lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks, terdapat poster-poster tentang pembiasaan hidup bersih, sehat, dan indah

9 Sekolah berupaya melibatkan orang tua,alumni dan elemen masyarakat

10 Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan mendukung gerakan literasi sekolah

Sumber : Buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah atas terbitan Kemendikbud tahun 2016

Untuk memenuhi indikator tersebut, maka dalam tahap pembiasaan harus memiliki prinsip yang wajib untuk dilaksanakan untuk mencapai tujuan.

(21)

Prinsip prinsip kegiatan membaca dalam tahap pembiasaan dipaparkan sebagai berikut:

1. Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari. Sekolah dapat memilih atau menjadwalkan waktu yang sesuai untuk melaksanakan kegiatan tersebut, baik di awal, tengah atau akhir pelajaran, tergantung pada jadwal dan kondisi sekolah.

2. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran.

3. Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah.

4. Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai minat dan kesenangannya.

5. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti oleh tugas- tugas yang bersifat tagihan/penilaian.

6. Kegiatan membaca/membacakan buku ditahap ini dapat diikuti oleh diskusi informasi tentang buku yang dibaca/dibacakan.

7. Kegiatan ini dilakukan dalam keadaan santai, tenang dan menyenangkan.

8. Dalam kegiatan membaca selama 15 menit, guru sebagai pendidik juga ikut membaca buku.

Kegiatan-kegiatan membaca dalam tahap pembiasaan dibagi ke dalam beberapa jenis, diantaranya:

1. Membaca 15 menit setiap hari melalui kegiatan:

1) Guru membacakan kutipan buku dengan nyaring dan mendiskusikannya

2) Peserta didik membaca mandiri.

Tujuan kegiatan ini adalah:

1) Memotivasi peserta didik untuk mau dan terbiasa membaca

2) Menunjukkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang menyenangkan

3) Memperkaya kosakata (dalam bahasa tulisan)

4) Menjadi sarana berkomunikasi antara peserta didik dan guru 5) Mengajarkan strategi membaca

6) Guru sebagai teladan membaca (reading role model).

(22)

2. Membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakaan Tujuannya adalah untuk :

1) Memperkenalkan proses membaca

2) Mengembangkan kemampuan membaca secara efektif

3) Meningkatkan kemampuan pemahaman bahan bacaan yang efektif.

Langkah-langkah membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakan dapat dilakukan dengan cara berikut:

Sebelum membaca :

1) berdasarkan informasi perpustakaan yang dijelaskan oleh pustakawan, peserta didik memilih buku yang tepat esuai dengan tugas yang diberikan guru mata pelajaran.

2) melakukan pra-baca dan baca ulang dengan tujuan mengetahui jalannya cerita.

Saat membaca :

1) mengingat pokok pikiran yang dituliskan dibuku,

2) membuat jembatan keledai untuk membantu mengingat isi buku.

Setelah membaca :

1) membuat pokok pikiran dengan kalimat lengkap, 2) membuat peta cerita atau bingkai cerita,

3) membuat ringkasan lengkap atau synopsis buku 3. Membaca terpadu

Tujuan membaca terpadu adalah untuk:

1) Strategi untuk secara aktif meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bacaan.

2) Menganalisis bacaan.

3) Membuat tanggapan terhadap bacaan.

4) Membuat peserta didik mampu membaca mandiri.

(23)

4. Membaca Mandiri Tujuannya adalah untuk

1) Mengasah kemandirian peserta didik dalam membaca.

2) Mengevaluasi kefasihan peserta didik memahami isi bacaan.

3) Membangun tanggung jawab

2.4.2 Tahap Pengembangan

Kegiatan literasi pada tahap pengembangan sama dengan kegiatan pada tahap pembiasaan. Yang membedakan adalah bahwa kegiatan 15 menit membaca (membaca dalam hati dan membacakan nyaring) diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap pengembangan. Dalam tahap pengembangan, peserta didik didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan. Perlu dipahami bahwa kegiatan ini tidak dinilai secara akademik.

Dalam tahap pengembangan, berdasarkan indikator ketercapaian pada buku panduan gerakan literasi sekolah di sekolah menegah atas terbitan kemendikbud tahun 2016 Kegiatan ini memiliki tujuan, antara lain:

1. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan secara lisan dan tulisan;

2. Membangun interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik denganguru tentang buku yang dibaca;

3. Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif,dan inovatif;

4. Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku yang dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Selain memiliki tujuan, dalam tahap pengembangan tidak jauh berbeda dengan tahap pembiasaan maka tahap pengembangan juga memiliki prinsip seperti berikut:

1. Buku yang dibaca/dibacakan merupakan buku nonpelajaran dan merupakan buku yang diminati siswa.

2. Kegiatan membaca/membacakan buku dapat diikuti oleh tugas-tugas presentasi singkat, menulis sederhana, presentasi sederhana, kriya atau seni peran untuk menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang kemampuan peserta didik.

3. Tugas-tugas yang disebutkan diatas tidak nilai secara akademik.

4. Kegiatan membaca berlangsung dalam situasi menyenangkan.

5. Terbentuknya tim literasi GLS untuk menunjang keterlaksanaan

(24)

Dalam tahap pengembangan, kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan secara berkala. Jadi hal ini tidak dilakukan setiap hari. Berkala yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dapat dilakukan dalam jangka waktu misalnya 1-2 minggu sekali.

Jadi hal ini tidak harus dilakukan setiap hari.

Berikut merupakan beberapa contoh kegiatan tindak lanjut dalam tahap pengembangan:

1. Menulis komentar singkat terhadap buku yang dibaca di jurnal membaca harian.

2. Bedah buku, yaitu kegiatan mengungkapkan kembali isi buku secara ringkas dengan memberikan saran terkait kekurangan dan kelebihan buku tersebut.

3. Reading award, yaitu member penghargaan ketika siswa dapat menyelesaikan tugas membaca dan menyelesaikan tugasnya. Tujuannya untuk memberikan motivasi kepada siswa agar dapat menambah lagi buku – buku yang dibaca.

4. Mengembangkan iklim literasi sekolah, yaitu dengan cara mengembangkan lingkungan social dan efektif, misalnya dengan mengadakan seminar tentang literasi.

Dalam tahap pengembangan, indikator yang harus dicapai adalah sebagai berikut:

1. Ada kegiatan 15 menit membaca:

1) membaca dalam hati dan/atau

2) membacakan nyaring, yang dilakukan setiap hari.

2. Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tulisan.

3. Peserta didik memiliki portofolio yang berisi kumpulan jurnal tanggapan membaca.

(25)

4. Guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dan ikut membaca selama kegiatan berlangsung

5. Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian nonakademik

6. Jurnal tanggapan membaca peserta didik dipajang di kelas/koridor sekolah Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan literasi.

7. Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan literasi secara berkala.

8. Ada poster-poster kampanye membaca.

9. Ada kegiatan akademik yang mendukung budaya literasi sekolah, misalnya: wisata ke perpustakaan atau kunjungan perpustakaan keliling ke sekolah

10. Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu bertemakan literasi.

11. Ada Tim Literasi Sekolah yang dibentuk oleh Kepala Sekolah dan terdiri atas guru bahasa, guru mata pelajaran lain, dan tenaga kependidikan.

Dalam tahap pengembangan, indikator yang harus dicapai adalah sebagai berikut:

(26)

Tabel- 2: Tahap pengembangan

No Indikator Belum Terlaksana Sudah Terlaksana

1 Ada kegiatan 15 menit membaca, membaca dalam hati dan membaca nyaring

2 Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tulisan

3 Peserta didik memiliki portofolio yang berisi kumpulan jurnal tanggapan mereka

4 Guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dan ikut membaca selama kegiatan berlangsung

5 Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian nonakademik

6 Jurnal tanggapan membaca peserta didik dipajang di kelas/koridor kelas

7 Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan literasi

8 Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan literasi secara berkala

9 Ada kegiatan akademik yang mendukung budaya literasi sekolah, misalnya: wisata ke perpustakaan atau kunjungan perpustakaan keliling ke sekolah

10 Ada kegiatan perayaan hari – hari tertentu bertemakan literasi

11 Ada tim literasi sekolah yang dibentuk kepala sekolah dan terdiri atas guru bahasa, guru mata pelajaran lain dan tenaga kependidikan 12 Ada poster – poster kampanya membaca

Sumber : Buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah atas terbitan Kemendikbud tahun 2016

(27)

2.4.3 Tahap Pembelajaran

Dalam buku panduan gerakan literasi sekolah Pada tahap pembelajaran Kemendikbud (2016:21) menyampaikan tujuan sebagai berikut:

1. Mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengkaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis

3. Mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif dalam bentuk verbal, tulisan, visual dan digital melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.

Berdasarkan tujuan diatas maka diambil kesimpulan yang menjadi tujuan dalam tahap pembelajaran dalam berliterasi adalah untuk menumbuhkembangkan cara berpikir siswa agar menjadi lebih kreatif melalui buku bacaan dan buku pelajaran. Terdapat beberapa prinsip yang perlu dilaksanakan pada tahap pembelajaran, antara lain:

1. Buku yang menjadi bahan bacaan dapat berupa buku pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimedia, dan juga dapat membaca buku yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu;

2. Ada tagihan yang bersifat akademik, namun apabila terkait dengan mata pelajaran.

Prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan berikut merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan berliterasi dalam tahap pembelajaran dan diharapkan agar prinsip tersebut dapat diikuti oleh pelaksana gerakan literasi sekolah agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam melaksanakan prinsip dan untuk mencapai tujuan maka dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1. 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan membaca terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non akademik atau akademik.

(28)

2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran dengan tagihan akademik.

3. Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran

4. Menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif dan akademik disertai beragam bacaan yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran

5. Penulisan biografi siswa-siswa dalam satu kelas sebagai proyek kelas.

kegiatan yang dilakukan dalam tahap pembelajaran, dapat dinilai secara akademik.

Dalam hal ini adalah indikator untuk menentukan ketercapaian kegitan literasi dalam tahap pembelajaran.

(29)

Tabel- 3: Tahap pembelajaran

No Tahap pembelajaran indikator yang harus dicapai Sudah Terlaksana

Belum Terlaksana 1 Kegiatan membaca 15 menit sudah membudaya dan menjadi

kebutuhan sekolah

2 Kegiatan 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik atau akademik

3 Ada pengembangan berbagai strategi membaca

4 Kegiatan membaca buku non pelajaran yang terkait dengan mata pelajaran dilakukan oleh murid dan guru, perbedaanya ada tagihan akademik untuk peserta didik

5 Ada kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tulisan (tagihan akademik)

6 Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran, misalnya dengan menggunakan graphic organizers.

7 Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian akademik 8 Peserta didik menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan

akademik disertai beragam bacaan yang kaya literasi diluar buku mata pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran

9 Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil membaca buku bacaan dan buku pelajaran yang dinilai secara akademik dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah

10 Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan berliterasi, yang dilihat dari tagihan akademik

11 Ada poster –poster kampanye membaca untuk memperluas pemahaman dan tekat warga sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat

12 Ada unjuk karya, yaitu hasil dari kemampuan peserta didik dalam berliterasi yang akan ditampilkan dalam perayaan hari- hari tertentu yang bertemakan literasi

13 Perpustakaan sekolah menyediakan beragam buku (buku nonpelajar: fiksi dan nonfiksi) yang diperlukan peserta didik untuk memperluas pengetahuan

14 Tim literasi sekolah bertugas melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan asasemen program literasi sekolah

15 Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal untuk pengembangan program literasi

Sumber : Buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah atas terbitan Kemendikbud tahun 2016

(30)

Jika indikator yang ditentukan dapat tercapai, maka sekolah atau kelas juga akan dapat mempertahankan kreatifitas dan inovatif siswa. Selain itu, sekolah juga dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainnya.

2.5 Tim Literasi Sekolah

Dalam pelaksanaan kegiatan literasi sekolah terdapat tim literasi sekolah yang terdiri atas orang-orang yang memiliki tugas dan tanggung jawab dibanding masing-masing. Dalam buku gerakan literasi sekolah Kemendikbud (2016: 25) menyampaikan secara rinci tim literasi sekolah dapat diorganisasikan sebagai berikut :

1. Kepala sekolah menugaskan tim dengan penugasan resmi

2. Tim Literasi sekolah terdiri atas: wakil, kepala perpustakaan, staf sarana prasarana, guru bahasa ,dan tenaga kependidikan.

3. Tim bertugas merancang, melaksanakan, melaporkan, dan mengevaluasi pelaksanaan gerakan literasi di sekolah.

4. Dalam melaksanakan tugas, tim berkoordinasi dengan wali kelas, Bk, bagian kesiswaan.

5. Tim berada di bawah koordinasi langsung kepala sekolah.

Berdasarkan prinsip di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah memiliki peran utama dalam tim pelaksanaan literasi sekolah adalah, karena setiap kegiatan yang dilakukan oleh tim berada dibawah koordinasi kepala sekolah.

Peran tim literasi sekolah dalam mengembangkan literasi sekolah bekerja sama dengan kepala sekolah, pustakawan, dan guru kelas.

2.6 Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah

Sekolah memiliki peran yang amat penting dalam menanamkan budaya literat pada anak didik. Untuk itu tiap sekolah tanpa terkecuali harus memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan literasi. Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literat, beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah. Sekolah memiliki peran yang

(31)

amat penting dalam menanamkan budaya literat dan harus memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan literasi.

. Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literat, beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.

1. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi.

Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi sebaiknya memajang karya peserta didik dipajang di seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor.

Selain itu karya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di sudut baca di semua kelas.

2. Mengupayakan lingkungan sosial dan efektif sebagai model komunikasi dan intraksi yang literat. Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan pengakuan atas capaian peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademik, tetapi juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah. Selain itu, literasi diharapkan dapat mewarnai semua perayaan penting di sepanjang tahun pelajaran. Ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan sekolah selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara lain dengan membangun budaya kolaboratif antar guru dan tenaga kependidikan. Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran orang tua sebagai relawan gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literasi.

3. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat.

Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademik. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran berlangsung.

Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaannya.

(32)

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI SEKOLAH PADA SMA NEGERI 2 MEDAN

3.1 Gambaran Umum Sekolah SMA Negeri 2 Medan 3.1.1 Sejarah Sekolah SMA Negeri 2 Medan

SMA Negeri 2 Medan dipimpin oleh Bapak Drs. Buang Agus S yang berlokasi di Jalan Karangsari Polonia medan. Awalnya pada tahun 1950 sekolah ini bernama SMA pelajar tentara dan pada tahun 1957, barulah diganti menjadi SMA Negeri 2 Medan. SMA Negeri 2 Medan memiliki 93 guru pengajar, 3 orang pegawai pembantu, 3 orang satpam, 4 orang staf perpustakaan, 4 orang kebersihan dan 1.598 peserta didik. SMA Negeri 2 Medan mempunyai visi dan misi yaitu :

Visi :

Terwujudnya warga sekolah berakhlak mulia, disiplin, berdaya saing, dan mencintai lingkungan

Misi :

1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dengan mengoptimalkan kegiatan keagamaan di sekolah.

2. Meningkatkan budaya disiplin dan tanggung jawab seluruh elemen sekolah.

3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kegiatan pembelajaran yang terintegrasi nilai kepramukaan.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sekolah.

5. Meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan sekolah yang hijau, bersih, nyaman, dan terawat.

6. Meningkatkan kemampuan akademik dan bakat yang sesuai dengan kebutuhan siswa pada konteks global.

7. Meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik secara intensif.

(33)

8. Meningkatkan jumlah lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi negeri terbaik.

9. Meningkatkan hubungan baik dengan unsur staekholder dalam pengembangan sekolah.

SMA Negeri 2 Medan memiliki 39 kelas ruang belajar siswa, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang kurikulum, 1 ruang Tata usaha, 1 ruang guru, 1 ruang humas, 1 ruang lab komputer, 1 ruang lab bahasa, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kesiswaan, 1 sarana prasarana, l ruang koperasi dan 1 ruang poliklinik.

3.2 Pelaksanaan Kegiatan Literasi di SMA Negeri 2 Medan

Dalam pelaksaan kegiatan literasi sekolah SMA Negeri 2 Medan sebenarnya kegiatan ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2014. Dalam pelaksanaan kegiatan literasi sekolah ini juga mengikuti aturan yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam panduan gerakan literasi dari Kemendikbud SMA Negeri 2 Medan terdapat tahapan-tahapan gerakan literasi yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan dan pembelajaran. Dengan adanya panduan gerakan literasi yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pelaksanaanya dapat menjadi lebih mudah untuk membantu dan mewujudkan siswa gemar membaca.

Setiap hari siswa membaca buku 15 menit sebelum pembelajaran. Selain itu siswa juga didorong menulis resensi buku dan mempresentasikannya. SMA Negeri 2 memiliki Tim Literasi khusus dan bukan memakai pegawai yang ada di perpustakaan. SMA Negeri 2 Medan memiliki Tim literasi SMA Negeri 2 Medan dipimpin oleh bapak Alexander Zulkarnain serta melibatkan Guru – Guru bahasa Indonesia, dan Siswa yang juga memiliki peran penting dalam pelaksanaan Gerakan Literasi di SMA Negeri 2 Medan.

(34)

3.2.1 Kegitan Literasi Galaksi di SMA Negeri 2 Medan

Di tahun 2018 atas prakarsa kepala sekolah bapak Drs. Buang Agus membuat kegiatan ekstrakurikuler literasi yang diberi nama Galaksi atau Gerakan literasi kreatif siswa. Bapak Alexander Zulkarnain ditugaskan sebagai pembina kegiatan serta ibu Fella Felia sebagai pengawas pelaksanaan kegiatan serta guru- guru bahasa indonesia juga termasuk didalam tim literasi.

Kegiatan ini adalah hasil realisasi kepala sekolah atas permintaan murid SMA Negeri 2 Medan dengan tujuan memperluas pengetahuan murid lebih dalam khususnya tentang bahasa indonesia. Bentuk dukungan kepala sekolah lainnya atas pelaksanaan kegiatan literasi ialah menyediakan taman literasi sebagai fasilitas dalam melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler galaksi. Kegiatan ini dilakukan setiap seminggu sekali tepatnya dilaksanakan pada tiap hari selasa.

Kegiatan dilakukan dalam beragam bentuk seperti membaca puisi, membaca novel atau meresensi novel atau bahan bacaan lainnya. bentuk pelaksanaan kegiatan biasa dilakukan dengan berkumpul di taman literasi sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Kegiatan galaksi ini merupakan suatu program yang dilakukan oleh sekolah dalam upaya untuk pencapaian kegiatan literasi sekolah. Kegiatan yang dibuat oleh sekolah dalam satu program tersebutlah semua kegiatan yang berkaitan dengan literasi dilakukan, seperti membaca wajib, membaca 15 menit, pemilihan duta membaca, dan lomba literasi antar kelas.

Pada awal pelaksanaan kegiatan menemukan sedikit masalah yaitu minimnya ilmu membuat murid sedikit kesulitan dalam memahami suatu topik pembahasan, namun setelah kegiatan berlangsung sampai sekarang murid sudah dapat mengatasi kesulitan tersebut dikarenakan sudah terbiasa dengan materi pembahasan yang diberikan. Beberapa kegiatan besar juga sudah dilakukan seperti membuat seminar baca kilat dengan pemateri duta baca provinsi Sumatera Utara.

(35)

3.2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan Galaksi

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler galaksi ini dilaksanakan dengan mengikuti beberapa tahap yang sudah dibentuk secara sistematis agar pelaksanaan kegiatan ini dapat berjalan dengan baik. Beberapa tahapan pelaksanaan kegiatan meliputi :

1. Persiapan

Persiapan yang dimaksud adalah tim kegiatan literasi sekolah melakukan musyawarah atau syuro. Tim kegiatan literasi sekolah akan membahas langkah-langkah atau pola penerapan agar kegiatan dapat berjalan dengan baik.

2. Pelaksanaan

Melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan yang ditentukan.

3. Evaluasi

Berupa diskusi pembahasan mengenai suatu hal ataupun kendala yang terjadi selama berlangsungnya kegiatan

3.3 Permasalahan/ Hambatan Saat Pelaksanaan Kegiatan Literasi

Dalam pelaksanaan kegiatan literasi di SMA Negeri 2 Medan pelaksanaan kegiatan berdasarkan indikator ketercapaian belum sepenuhnya dapat terlaksanakan. Misalnya sekolah belum dapat menerapkan kepada peserta didik untuk memiliki jurnal membaca harian. Hal ini dikarenakan tahapan awal yang membutuhkan proses bagi siswa untuk minat membaca siswa SMA Negeri 2 Medan masih rendah. Sekolah juga belum dapat melibatkan orangtua ataupun alumni karena sekolah saat ini hanya fokus dalam kegiatan literasi dan penyebarannya kepada elemen masyarakat di sekolah.

Kemudian, masih sedikit siswa yang berminat ikut ambil bagian dalam kegiatan ekstrakurikuler menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan literasi.

Akibat dari hal ini ialah para siswa yang lain beranggapan kegiatan ini terlihat kurang menarik. Kurangnya ketersediaan tenaga pustakawan profesional di

(36)

sekolah juga menjadi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan literasi di SMA Negeri 2 Medan.

Agar pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik sekolah seharusnya memiliki tenaga pustakawan profesional. Sekolah juga tidak memiliki format untuk menyampaikan hasil bacaan baik dalam bentuk lisan dan tulisan. Kemajuan teknologi memiki dampak positif dan negatif bagi siswa. Dampak postifnya ialah siswa dapat dengan bebas mencari informasi apapun yang ia butuhkan akan tetapi dampak negatif nya ialah kemudahan yang dimiliki teknologi membuat siswa malas dan membuat rendahnya minat baca pada siswa.

3.4 Cara Mengatasi Permasalahan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Literasi di SMA Negeri 2 Medan

Cara mengatasi permasalahan atau hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan literasi sekolah ialah dengan cara :

1. Melakukan pendekatan dengan siswa, dengan memberikan penjelasan mengenai kegiatan dan memotivasi agar minat baca maupun penggiat kegiatan literasi menjadi lebih meningkat.

2. Membuat bazar buku adalah cara untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan kegiatan literasi sekolah. Para siswa dapat mempromosikan kegiatan dengan cara membuat stan ekstrakurikuler literasi agar dapat meningkatkan ketertarikan siswa pada kegiatan ataupun dapat meningkatkan minat baca pada siswa.

3.5 Peran Perpustakaan Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Literasi di Sekolah

Literasi sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah kemampuan, mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis,dan/atau berbicara. GLS sebagai salah satu alternatif untuk menumbuh

(37)

kembangkan budi pekerti siswa melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Peran utama Perpustakaan dalam kegiatan ini ialah menyediakan buku, memberikan waktu khusus untuk siswa saat melakukan kunjungan ke perpustakaan agar pegawai perpustakaan yang ada di ruangan saat waktu kunjungan, untuk melakukan kunjungan dalam pelaksanaan kegiatan literasi pihak Tim Literasi ataupun guru lain bekerjasama dengan pihak Perpustakaan ketika melakukan kegiatan berkunjung agar waktu kunjungan tidak bertabrakan dengan kegiatan lainnya.

Peran perpustakaan pada Pelaksanaan Kegiatan Literasi di SMA Negeri 2 Medan ini tidak begitu besar dikarenakan SMA Negeri 2 Medan sudah memiliki Tim Literasi yang khusus memegang peran khusus terhadap Pelaksaan kegiatan Literasi tersebut, Namun perpustakaan di SMA Negeri 2 Medan tetap menyediakan koleksi buku yang menarik dan buku wajib untuk mendukung kegiatan literasi agar berjalan dengan baik.

3.6 Indikator Ketercapaian Pelaksanaan Kegiatan Literasi di SMA Negeri 2 Medan

1. Indikator Ketercapaian Tahap Pembiasaan

Tahap pembiasaan adalah tahap untuk mengukur ketercapaian sekolah dalam pelaksanaan kegiatan literasi, dari tabel indikator tahap pembiasaan kita bisa melihat kegiatan yang dilaksanakan apakah sudah terlaksanakan dengan sempurna atau masih ada yang perlu diperbaiki dan dikembangkan. Tujuan tahap pembiasaan ini adalah untuk meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik. Pada tahap pembiasaan di SMA Negeri 2 Medan sudah membuat jadwal wajib baca selama 15 menit bagi Siswa dan Guru sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan waktu yang ditentukan tergantung pada jadwal dan kondisi di sekolah.

Di SMA Negeri 2 Medan juga sudah menyediakan fasilitas tempat membaca di setiap halaman sekolah, jadi para siswa tidak hanya dapat membaca

(38)

yang mereka inginkan untuk membaca. Lingkungan yang bersih juga merupakan salah satu yang mendukung dengan baik berjalannya kegiatan pada tahap pembiasaan.

Bahan kaya teks yang terpampang dikelas juga ada terlihat dikelas. Poster- poster kampanye membaca dikelas ataupun di area lain seperti di mading juga terlihat dikelas. Peserta didik terlihat menikmati dengan santai kegiatan karena siswa bebas membaca buku berdasarkan apa yang mereka inginkan tanpa ada tugas-tugas yang bersifat tagihan atau penilaian.

2. Indikator Ketercapaian Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan adalah tahapan lanjutan dari tahap pembiasaan yang membedakan tahapan pengembangan dengan tahapan pembiasaan ialah kegiatan 15 menit membaca yang diikuti dengan kegiatan tulisan. Tujuan dari tahapan pengembangan ini ialah untuk mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku secara lisan dan tulisan.

Pada tahap pengembangan pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah membaca buku siswa diminta untuk menuliskan resensi. Mereka diminta untuk mempresentasikan didepan teman-temannya dengan cara menceritakan kembali isi buku yang sudah dibaca. Pada pelaksanaan kegiatan ini guru membacakan kutipan buku dengan nyaring dan mendiskusikannya.

Setelah kegiatan 15 menit membaca selesai siswa diminta untuk menceritakan kembali buku yang mereka baca. Tujuannya dilakukan kegiatan ini agar siswa dapat benar-benar memahami isi buku yang dibacanya. Kemudian tujuan selanjutnya ialah agar mereka terbiasa berpendapat dan lebih percaya diri.

Selain itu, SMA Negeri 2 Medan juga menggelar kegiatan festival literasi, yaitu festival bulan bahasa.

Kegiatan festival ini dibuat dalam bentuk lomba dan kegiatan ini terbuka untuk semua peserta didik SMA Negeri 2 Medan, sehingga siapapun dapat ikut serta dalam kegiatan festival ini. Untuk acara festival nya sendiri pihak sekolah menetapkan waktu pelaksanaan nya, pihak sekolah akan mengadakan acara festival tersebut bila anggaran biayanya sudah terpenuhi dan waktu yang tepat,

(39)

karena pada saat acara festival berlangsung tidak boleh mengganggu kegiatan belajar yang ada.

Adapun kegiatan pada Festival Literasi tersebut, antara lain lomba membaca puisi, lomba wawancara, lomba pidato dan pertunjukan teater. Seluruh elemen masyarakat sekolah juga turut menghadiri dan memeriahkan Festival Literasi tersebut. Bagi peserta didik yang dapat memenangkan lomba kegiatan festival bulan bahasa sekolah akan memberikan penghargaan berupa uang tunai dan sertifikat.

3. Indikator Ketercapaian Tahap Pembelajaran

Tahap pembelajaran adalah tahapan terakhir dan tahapan pembelajaran adalah kegiatan lanjutan dari tahapan pengembangan untuk dinilai secara akademik. Tujuan dari tahapan pembelajaran ialah mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat. Pada Tahap pembelajaran keterampilan literasi diintegrasikan melalui pembelajaran aktif. Sebagai contoh siswa telah membuat karya berupa poster yang berkaitan dengan gerakan literasi, dan gerakan ayo membaca. Hasil karya siswa yang dinilai bagus akan dipajang dikelas atau dimading sebagai bentuk penghargaan terhadap pencapaian para siswa.

(40)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai Pelaksaan Kegiatan Literasi Sekolah SMA Negeri 2 Medan dapat disimpulkan bahwa :

1. SMA Negeri 2 Medan telah melakukan kegiatan gerakan literasi sekolah dan memasukkan kegiatan ini kedalam bagian dari kegiatan ekstrakurikuler agar para murid SMA Negeri 2 Medan dapat mengikutinya di luar jam pelajaran sekolah.

2. Untuk tahap pembiasaan kegiatan ini sudah dilakukan dengan cukup baik, dimana siswa dan Guru melakukan 15 menit membaca sebelum kegiatan belajar dimulai. Guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan juga menjadi model dalam pelaksanaan kegiatan literasi membaca selama kegiatan berlangsung.

3. Dalam tahap pengembangan tahap ini juga sudah dilakukan dengan cukup baik. Melakukan pengembangan 15 menit membaca kemudian siswa menyampaikan kembali apa yang mereka baca di depan kelas dengan tujuan agar mengetahui apakah mereka memahami buku yang dibaca. SMA Negeri 2 Medan juga sudah membentuk tim literasi sekolah Peran tim literasi sekolah dalam mengembangkan literasi sekolah bekerja sama dengan kepala sekolah, pustakawan, dan guru kelas.

4. Tahap terakhir yaitu tahap pembelajaran, kegiatan membaca 15 menit sudah membudaya dan menjadi kebutuhan sekolah. SMA Negeri 2 Medan juga telah melakukan hasil unjuk karya dalam berliterasi dari hasil kemampuan para peserta didik.

5. Dapat disimpulkan berdasarkan indikator ketercapaian pelaksanaan pada tahap pembiasaan, tahap pengembangan, tahap pembelajaran, bahwa Sekolah SMA Negeri 2 Medan dapat melakukan dengan baik kegiatan pelaksanaan literasi sekolah.

(41)

4.2 Saran

Berdasarkan pembahasan serta kesimpulan yang terkait pada Pelaksanan Kegiatan Literasi Sekolah SMA Negeri 2 Medan, Maka penulis memberi saran serta masukan agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lebih baik.

1. Pada tahap pembiasaan sekolah sebaiknya menyediakan perpustakaan sudut baca ditiap kelas dengan koleksi buku akademik maupun non akademik untuk mendukung pelaksanaan kegiatan agar dapat berjalan dengan baik.

2. Untuk tahap pengembangan, sebaiknya sekolah melakukan hasil unjuk jurnal tanggapan para peserta didik agar memotivasi para siswa dalam proses belajar. Sekolah juga sebaiknya melakukan kegiatan akademik seperti melakukan kunjugan wisata ke perpustakaan atau kunjungan perpustakaan keliling ke sekolah untuk mendukung kegiatan budaya literasi di sekolah

3. Pada tahap pembelajaran agar pelaksanaan berjalan dengan baik sekolah sebaiknya melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tulisan dalam bentuk tagihan akademik agar memotivasi para siswa untuk lebih baik dalam proses belajar.

4. Sekolah sebaiknya melakukan inovasi dalam kegiatan seperti bentuk kegiatan literasi teknologi maupun literasi visual, misalnya seperti melakukan kegiatan diskusi film pendek atau memanfaatkan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar agar kegiatan tidak terlihat membosankan sehingga dapat meningkatkan ketertarikan siswa dan penggiat literasi terhadap kegiatan literasi sekolah.

5. Diharapkan kepada Tim Literasi, Kepala Sekolah, Guru – Guru dan pegawai sekolah atau pustakawan SMA Negeri 2 Medan, untuk bekerja sama dalam mengembangkan kegiatan literasi sekolah dan budaya literasi di sekolah dengan tujuan agar dapat mengetahui perkembangan pelakasanaan kegiatan literasi sekolah.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Amad, Bukhari. (2005). Menciptakan gerakan literat. Diunduh pada http://pribadi.or.id/diary/2005/06/22/menciptakan-generasi-literat.

Diakses pada 1 Juli 2019

Beers, C. S., Beers, J. W. & Smith, J. O. (2009). A Principal’s Guide to Literacy Instruction . New York: Guilford Press

Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun (2003). tentang sistem pendidikan nasional

Harsono, Hanifah. (2002). Implementasi Kebijakan Dn Politik. Jakarta: Grafindo Jaya

KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Online Available at :http://kbbi.web.id/rehabilitasi. Diakses pada 1 Juli 2019

Kemendikbud. (2016). Desain Induk Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia.

Kemendikbud. (2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia.

Nurdin Usman, (2002), Konteks implementasi berbasis Kurikulum, Bandung, CV Sinar Baru.

R. Terry, George dan Leslie W.Rue. (2010). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara

Setiawan, Guntur. (2004). Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suyono dan Hariyanto.(2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Rosdakarya Remaja

UNESCO. (2005) Development of information literacy: through school libraries in South-East Asia Countries,Bangkok

UNESCO. (2003). World Declaration on Education for ALL and Framework for Action to Meet Basic Learning Needs. International Consultative Forum on Education For All.

Paris: UNESCO

Widodo, Slamet. Gio M. Johan, dan Dyoty A. V. Ghasya (2015). Membangun Kelas Literat Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Melatihkan Kemampuan Literasi Siswa Di Sekolah Dasar. Prosding Seminar

(43)

Lampiran I : Panduan Wawancara

PANDUAN WAWANCARA PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI SEKOLAH PADA SMA NEGERI 2 MEDAN

1. Kapan mulai dilaksanakan kegiatan literasi di SMA Negeri 2 Medan?

2. Apakah kegiatan 15 menit membaca sudah dilaksanakan?

3. Adakah bentuk dukungan dari kepala sekolah agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik?

4. Di dalam tiga tahapan pelaksanaan kegiatan literasi, apakah ada indikator yang belum terlaksana?

5. Apakah ada bentuk kegiatan lanjut yang dilakukan berdasarkan tahap pelaksanaan kegiatan literasi sekolah?

6. Apakah sekolah melibatkan orangtua ataupun alumni dalam pelaksanaan kegiatan?

7. Apakah ada hambatan lain selama pelaksanaan kegiatan berlangsung?

8. Bagaimana menurut bapak tentang dampak kemajuan teknologi terhadap siswa dalam pelaksaan kegiatan literasi sekolah?

9. Apa yang dilakukan sekolah dalam mengatasi permasalahan selama pelaksanaan kegiatan literasi sekolah berlangsung?

(44)

LAMPIRAN II : Transkip Wawancara dengan Alexander Zulkarnain Pembina kegiatan literasi sekolah

Tempat : Taman Literasi SMA Negeri 2 Medan Waktu : Rabu, 10 Juli 2019, Pukul 10.00 – 10.31 wib

Hasil Wawancara

1. Kalau boleh saya tahu pak sejak kapan kegiatan literasi sekolah dilaksanakan?

Kegiatan literasi sudah sejak lama dilaksanakan, setahu saya dimulai sekitar tahun 2014.

2. Apakah dalam awal pelaksanaan sudah menerapkan kegiatan wajib membaca 15 menit pak?

Ya, pada awal kegiatan itu dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai dan siswa bebas membaca buku sesuai dengan apa yang ia ingin baca.

3. Kemudian pak dalam pelaksanaan kegiatan, ada tidak bentuk dukungan kepala sekolah terhadap pelaksanaan kegiatan literasi sekolah agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik?

Ya tentu ada, kepala sekolah membuat kegiatan literasi dan menjadikannya kedalam bagian kegiatan ekstrakurikuler dengan menyediakan beberapa fasilitas seperti taman literasi untuk mendukung kegiatan tersebut.

4. Untuk indikator yang sudah saya berikan ke bapak, ada tidak tahapan yang belum terlaksana?

Ada, saat ini siswa belum dapat memiliki jurnal harian. Kemudian sekolah juga saat ini belum bisa melibatkan orangtua ataupun alumni. Saat ini

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal membaca harian membantu peserta didik dan guru untuk memantau jenis dan jumlah buku yang dibaca untuk kegiatan membaca 15 menit, terutama membaca dalam hati. Jurnal ini

Sebagai tindak lanjut agar upaya untuk kendala alokasi waktu tersebut bisa diatasi, sehingga pelaksanaan GLS di SMA Negeri Bali Mandara dapat berlangsung lebih baik

Guru memberikan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas individual membaca beberapa teks deskriptif tentang tempat wisata dan bangunan bersejarah

Kegiatan pembiasaan adalah kegiatan penumbuhan minat baca yang dilakukan dengan cara membaca teks atau teks multimodal selain buku teks pelajaran selama 15 menit yang dapat

Dan selain gerakan 15 menit membaca siswa SMA Swasta Parulian 1 Medan juga dijadwalkan melakukan kunjungan khusus ke Perpustakaan (di jadwalkan perkelas) agar tidak bentrok

Jurnal membaca harian membantu peserta didik dan guru untuk memantau jenis dan jumlah buku yang dibaca untuk kegiatan membaca 15 menit, terutama membaca dalam hati. Jurnal ini

Tahap pelaksanaan meliputi pelaksanaan kegiatan literasi yang meliputi: a kegiatan membaca lima belas menit sebelum pelajaran setiap hari, b waktu khusus lain membaca selain jam

nonakademik 17 Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dari 15 menit membaca dalam bentuk menghasilkan respon secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran bagian dari penilaian