BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber informasi pada media daring digunakan oleh khalayak dalam mencari referensi sebelum mereka berkonsultasi kepada dokter atau paramedis (Siswanta, 2015, p. 216). Khalayak memiliki kepercayaan pada informasi kesehatan dengan penyampaian yang memiliki akurasi yang tinggi, ketepatan waktu, relevansi serta konsistensi (Kim, 2014, p. 363). Informasi kesehatan adalah salah satu aktivitas pencarian daring yang paling populer, peringkatnya sama seperti bermain game atau mengunduh musik (Kim, 2011, p. 189). Jurnalisme kesehatan memiliki peran penting untuk menyampaikan informasi kesehatan mengenai kebijakan dalam dunia kesehatan, serta menerjemahkan informasi medis kepada khalayak berupa berita kesehatan (Tanner, 2013, p. 360).
Berita kesehatan adalah sarana penyampaian informasi yang berbeda dengan jurnal kesehatan, tidak ada istilah medis yang membingungkan khalayak karena pembahasannya mudah dipahami (Maftuchan, 2016, p. 88). Penulisan berita kesehatan melalui empat tahap, penentuan ide awal (pemilihan topik), pemilihan cerita (menentukan kriteria informasi), pengembangan (penambahan data untuk pendukung topik) dan publikasi (proses penambahan sumber pendukung sebelum dipublikasikan) (Viswanath, 2008, p. 763). Kepercayaan yang tinggi diberikan oleh khalayak terhadap informasi kesehatan juga dipengaruhi penyedia informasi
seperti otoritas kesehatan, organisasi, para ahli kesehatan yang didukung oleh media sebagai penyalur informasi yang disampaikan (Owusu, 2018, p. 147).
Berita dan informasi mengenai kesehatan di internet menjadi sumber pelengkap dari berita lokal yang dianggap kurang komprehensif oleh khalayak (Slooten, 2013, p. 44). Penggunaan media berbasis web seperti media daring dalam penyebaran berita kesehatan memiliki kelebihan. Menurut Schwitzer (Schwitzer, 2009, pp. 6-7), penyebaran berita kesehatan dapat dilakukan secara lebih luas, mendalam serta memuat komponen tautan dan lainnya yang tidak dapat disertakan pada jenis media lain. Berita kesehatan yang disampaikan pun dapat mendukung penggunaan multimedia interaktif.
Gambar 1.1 Berita Kesehatan di media daring
Sumber : (kompas.com, 2021) (liputan6.com, 2021)
Berita kesehatan memiliki peran dalam membentuk pola hidup sehat khalayak hal ini disampaikan dalam media time.com dengan judul “Can You Really Trust the Health News You Read Online?”. Berita mengenai kesehatan dijadikan
khalayak untuk membuat keputusan gaya hidup, bahkan lebih banyak dibandingkan kampanye kesehatan yang pemerintah sampaikan (Oaklander, 2014, para 8). Berita kesehatan tidak hanya membahas mengenai gangguan kesehatan saja. Pemberitaan dalam jurnalisme kesehatan juga dapat berisi informasi dari suatu rumah sakit dan produk kesehatan. Informasi yang diberikan berupa suatu isu atau topik yang sedang dipromosikan oleh rumah sakit tertentu yang merupakan pengiklan pada organisasi berita (Tanner, 2013, p. 363).
Media daring memiliki aspek dan lingkungan yang berbeda dengan media cetak. Pada media daring lingkungan media terbagi menjadi tiga aspek, audiens, konten dan sumber pendapatan secara daring (Pasandaran, 2018, p. 92).
Pendapatan pada media daring diperoleh melalui iklan yang dipasang pada laman media tersebut. Iklan didapatkan pada media daring melalui aktivitas pada suatu halaman situs (traffic) yang akan ditawarkan pada produsen iklan (Margianto, 2012, p. 29). Pesan pada iklan sengaja ditempatkan oleh pihak ketiga situs web tersebut termasuk mesin pencari yang dapat diakses melalui internet (Ha, 2008, p.
31).
Native advertising merupakan salah satu jenis iklan pada media daring. . Menurut Patrick native advertising merupakan konten bersponsor iklan yang dirancang serupa dengan konten editorial (Howe, 2014, p. 79). Berita dengan unsur sponsor memiliki tiga karakteristik, kontekstual dengan konten editorial dan memiliki nilai berita (konteks), memiliki kerja sama yang baik antara pengiklan dengan media (kesesuaian), serta menyampaikan informasi secara faktual dan menarik (daya tarik) (Gadiraju, 2015, p. 26). Berita bersponsor yang memiliki
bentuk penulisan yang informatif. Format penulisan yang dibuat dalam berita ini berupa teks, narasi, video bahkan infografis (Rani, 2019, para. 5).
Gambar 1.2 Berita Advertorial Mengenai Kesehatan
Sumber : (Kompas.com, 2021)
Pada media salah satu penyampaian berita bersponsor yang baik adalah advertorial. Advertorial merupakan penyampaian iklan dalam konten media dengan menyerupai pesan pada berita yang kredibel. Penyedia iklan atau sponsor dapat mengatur seluruh isi pesan yang akan disampaikan. Kehadiran advertorial pada berita bertujuan untuk menyatu dengan konten secara keseluruhan, meningkatkan efektivitas pesan pengiklan dan menangkap minat pembaca (Eckman, 2003, pp. 65-66).
Gambar 1.3 Berita Bersponsor Mengenai Kesehatan
Sumber : (Ubaidillah, 2020) (Detik Health)
Kredibilitas media dapat terancam karena karakteristik berita bersponsor yang memiliki penempatan di beranda dan kanal khusus, judul dan ringkasan awal memiliki nada positif, kutipan dan narasumber berasal dari institusi klien. Berita bersponsor juga memiliki kuantitas yang menutupi berita asli menyebabkan khalayak sulit mengidentifikasi berita bersponsor. (Pasandaran, 2018, pp. 95-97).
Kehadiran berita bersponsor memiliki dampak pada khalayak dalam survei Lazauskas berjudul “Article or Ad? When It Comes to Native Advertising, No One Knows” yang menguji beberapa perusahaan media di Amerika serikat seperti The New York Times, National Geographic, Buzzfeed, The Wall Street 9 Journal, dan lainnya yang melakukan investasi dalam proses distribusi dan pembuatan berita bersponsor. Survei ini menujukkan bahwa khalayak menganggap berita bersponsor merupakan artikel biasa, serta berkualitas tinggi sehingga meningkatkan kepercayaan akan suatu merek (Lazauskas, 2015, para. 5).
Kepercayaan tersebut terjadi karena berita bersponsor memiliki daya tarik dalam penyampaian informasi. Pemilihan isu dan fakta yang diberikan mengenai sebuah masalah, kehadiran teknologi baru dan situasi tertentu menjadi daya tarik
dalam informasi yang diberikan berita bersponsor (Gadiraju, 2015, p. 27). Topik dalam native advertising ini tidak mengarah pada merek, pembahasan yang diberikan bernada positif mengenai merek tersebut (Get Craft, 2018, p. 4).
Menurut Kode Etik Pariwara Indonesia, terdapat tata krama dalam menyampaikan iklan pada media digital.
Isi pesan dan format iklan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga khalayak dapat dengan mudah membedakan antara isi iklan dengan unsur satir atau parodi, maupun dengan berita, karikatur, atau fiksi (Dewan Periklanan Indonesia, 2020, p. 47).
Pengalaman menemukan berita bersponsor terjadi karena mengakses media daring yang tidak berbayar. Berita berbayar memiliki keunggulan pada nilai dari berbagai aspek berita. Penggunaan berita berbayar menghasilkan sebuah konten yang ekslusif, memiliki análisis yang lebih mendalam, serta memiliki pandangan yang pluralitas dan perspektif tanpa adanya keberpihakan (Kantar Media, 2017, p.
1&2).
PENN dalam (Rina , 2016, p. 56) menjelaskan Generasi Y (1981-1995) adalah generasi yang dikenal dengan sebutan milenial atau milenium. Generasi ini lahir pada era internet sedang berkembang, cara berkomunikasi pada generasi ini menggunakan komunikasi instant seperti email, SMS. Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia menunjukkan bahwa generasi ini memiliki persentase pengguna internet sebesar 68-82% (APJII, 2018, p. 20).
Generasi Y melihat teknologi terutama internet sebagai bagian yang penting dalam pekerjaan dan kehidupan mereka, sedangkan generasi lebih tua
menggunakan internet untuk pemenuhan kewajiban berkaitan dengan pekerjaan (Kusuma, 2017, p. 61). Survei pada Kompas.com dan Kompas.id menunjukkan bahwa internet digunakan untuk mengakses media daring dalam pemenuhan informasi. Kompas.com menunjukkan Generasi Y (26-39 Tahun) menjadikan media daring, berbeda dengan Generasi X (Kelahiran 1961-1980) menganggap televisi dan koran merupakan sumber informasi utama, sebagai sumber informasi sedangkan Generasi Z (Kurang dari 26 Tahun) menjadikan media sosial sebagai sumber informasinya (KOMPAS, 2020).
Gambar 1.4 Survei Kompas.id Terhadap Penggunaan Media Daring selama seminggu terakhir oleh Generasi Y.
Sumber : (Agustina, 2021, p. 1). (Kompas.id)
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kompas.id terhadap beberapa generasi, terlihat ada perbedaan yang besar terhadap penggunaan media daring selama seminggu pada tiap generasi. Survei ini memperlihatkan persentase terbesar pada Generasi Y adalah 43,2% dan 43,4%. Persentase tersebut
menjelaskan bahwa Generasi Y hanya menggunakan media daring sebanyak satu sampai dua kali dalam seminggu (Agustina, 2021, p. 1). Tangerang merupakan suatu wilayah dengan persentase Generasi Y terbesar dengan jumlah 818.541 orang pada Provinsi Banten. (BPS, 2018, p. 1). Provinsi Banten merupakan provinsi keempat terbesar penggunaan internet di Pulau Jawa, setelah Dki Jakarta, Yogyakarta dan Jawa Tengah (APJII, 2018, p. 14).
Kesehatan merupakan hal yang penting juga diperhatikan oleh Generasi Y, generasi ini lebih mementingkan menjalani hidup sehat dengan berolahraga lalu memakan makanan sehat dan organik tidak berbeda dengan generasi baby boomers, generasi x (Suharjo, 2019, p. 50). Media daring merupakan salah satu sumber informasi mengenai kesehatan yang digunakan oleh Generasi Y. Survei pada media Kompas.com memaparkan bahwa Generasi Y mengakses berita dengan topik kesehatan sebesar (31%), hiburan (18%), edukasi (11%), bola (10%) serta gaya hidup (7%) (Kasih, 2020, p. 1).
Beragam informasi dan terpaan berita yang diterima dari media memiliki pengaruh pada kepercayaan yang diberikan oleh khalayak (Boer, 2020, p. 86).
Pengalaman khalayak dalam mengakses suatu situs yang membahas mengenai isu kesehatan secara berkala dapat meningkatkan kepercayaan pada situs tersebut (Kim, 2014, p. 365). Kepercayaan pada media berkaitan dengan harapan khalayak mendapatkan manfaat dari proses yang jurnalis lakukan saat bekerja (Tsfati, 2003, p. 506).
Khalayak terutama Generasi Y mulai aktif menggunakan internet dan mengakses media daring sebagai sumber pendamping dalam menjalani pola hidup
sehat. Tingginya konsumsi khalayak terhadap pencarian topik kesehatan di media daring bersamaan dengan kehadiran berita bersponsor. Berita bersponsor merupakan kegiatan mempromosikan suatu produk dalam bentuk konten menyerupai berita pada media. Informasi yang didapatkan oleh khalayak pun telah dipengaruhi oleh penyedia konten tersebut.
Perbedaan kepercayaan terlihat antara berita kesehatan dan berita bersponsor, khalayak memiliki kepercayaan terhadap berita kesehatan dalam membentuk pola hidup sehat khalayak. Hal ini berbeda dengan berita bersponsor yang menimbulkan kepercayaan khalayak pada suatu merek. Perbedaan juga terlihat dari proses pembentukan berita, dimana berita kesehatan dibentuk oleh jurnalisme kesehatan di media. Pada berita bersponsor dibentuk oleh dua pihak yaitu media dan pengiklan. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat kepercayaan khalayak dari proses pembentukan berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan terhadap berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan dalam media daring pada Generasi Y di Tangerang?
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, berikut pernyataan yang penulis buat untuk menjawab penelitian ini :
1. Seberapa tinggi tingkat kepercayaan terhadap berita kesehatan dalam media daring pada Generasi Y di Tangerang?
2. Seberapa tinggi tingkat kepercayaan terhadap berita bersponsor mengenai kesehatan dalam media daring pada Generasi Y di Tangerang?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat kepercayaan pada berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan dalam media daring pada generasi Y di Tangerang?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Memperoleh data tingkat kepercayaan terhadap berita kesehatan dalam media daring pada Generasi Y di Tangerang 2. Memperoleh data tingkat kepercayaan terhadap berita
bersponsor mengenai kesehatan dalam media daring pada Generasi Y di Tangerang.
3. Memperoleh data perbedaan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat kepercayaan pada berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan dalam media daring pada Generasi Y di Tangerang.
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Kegunaan Akademis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai cara khalayak mempercayai berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan. Perbedaan karakteristik antara berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan akan diperlihatkan pada penelitian ini. Peneliti akan menunjukkan bagaimana kepercayaan terlihat pada Generasi Y terhadap dua berita yang memiliki karakteristik berbeda ini.
1.5.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini dapat digunakan oleh praktisi media untuk melihat gambaran mengenai perbedaan tingkat kepercayaan terhadap berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan dalam media daring yang dimiliki oleh Generasi Y di Tangerang. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan nantinya.
1.5.3 Kegunaan Sosial
Bagi masyarakat luas, penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan terkait kepercayaan pada media di era digital ini terutama berita bersponsor. Masyarakat dapat lebih kritis menghadapi terpaan media dan tidak mudah terpengaruh dan percaya pada kepentingan-kepentingan tertentu dari produsen media. Masyarakat
perlu mengetahui bahwa berita bersponsor mengenai kesehatan merupakan konten media yang membahas mengenai suatu produk layaknya berita pada umumnya dan berbeda dengan berita kesehatan.
1.6 Keterbatasan Penelitian
Peneliti mengalami keterbatasan dalam melakukan eksperimen secara tatap muka langsung. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan saat Pandemi Covid-19 terjadi, serta adanya himbauan untuk mengurangi kontak fisik secara langsung dengan orang lain. Hal ini membuat peneliti melakukan eksperimen dengan menggunakan panggilan video secara daring.
Penggunaan jumlah sampel pada penelitian ini hanya berjumlah 40 responden yang peneliti bagi kedalam dua kelompok. Penggunaan responden yang minim membuat hasil penelitian tidak dapat menggambarkan secara tepat mengenai tingkat kepercayaan pada berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini pun tidak dapat peneliti generalisasikan terhadap populasi yang ditentukan.