• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting. Kegunaan matematika sangat besar bagi umat manusia pada umumnya dan siswa pada khususnya. Belajar matematika harus dilakukan secara kontinu karena materi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Jika tidak demikian maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami materi matematika yang baru, karena ciri matematika adalah penalaran deduktif yaitu, kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Sehingga kaitan antara konsep dalam matematika bersifat konsisten (Baskoro dalam Nurhayati, 2009).

Sampai saat ini masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari matematika. Kenyataannya bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan menakutkan masih berkembang dalam masyarakat. Mata pelajaran matematika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, menimbulkan kesan tersendiri dikalangan masyarakat, khususnya bagi para siswa (Sumargo, 2002). Hal senada juga banyak dikemukakan di berbagai media pendidikan, maupun pengungkapan langsung dari guru-guru pengajar matematika serta para siswa dalam wawancara. Anggapan negatif tersebut memungkinkan siswa tidak bergairah dalam belajar matematika dan pada akhirnya tidak memperoleh prestasi tinggi.

Terlebih lagi mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masuk kedalam Ujian Nasional (UN), yang membuat siswa semakin menjadi cemas dan gelisah. Pada dasarnya UN diselenggarakan untuk mengukur hasil pembelajaran siswa selama tiga tahun. Akan tetapi, masyarakat umum serta siswa harus diberi pemahaman bahwa UN bukanlah satu-satunya penentu kelulusan. Meskipun proporsi penilaiannya membuat nilai UN mendominasi kelulusan, yaitu 60% nilai UN murni dan 40% nilai sekolah (Permendikbud nomor 3 tahun 2013). Dapat dikatakan bahwa untuk Nilai Akhir (NA) ujian nasional adalah gabungan dari nilai UN murni dan nilai sekolah. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kecemasan pada siswa. Tahun 2012

(2)

tercatat bahwa dari total 1.524.704 siswa peserta Ujian Nasional (UN) jenjang SMA/SMA luar biasa dan madrasah aliyah, sebanyak 7.579 siswa dinyatakan tidak lulus. Untuk SMK, 2.925 siswa tidak lulus dari 1.039.403 siswa peserta UN (Kompas, 2012). Mayoritas kegagalan siswa SMA pada Ujian Nasional tahun 2012 ada pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Terlebih lagi untuk tahun ini, variasi soal UN akan dibuat menjadi 20 paket, jadi tiap ruangan ujian akan ada 20 paket soal dengan 20 peserta ujian (Kemdikbud, 2012).

Penerapan UN telah menyebabkan munculnya beberapa masalah kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan, yaitu siswa, orang tua siswa, guru, kepala sekolah hingga kepala dinas. Semua pihak yang terkait dengan pendidikan merasakan kekhawatiran ketika menghadapi UN. Siswa dan orang tua khawatir apabila tidak lulus UN. Tidak lulus UN merupakan sebuah bencana besar karena berkaitan dengan kehidupan masa depan (Kompas, 2009). Demikian juga dengan guru dan kepala sekolah yang khawatir apabila anak didiknya tidak lulus, sehingga dikatakan tidak berhasil. Bagi mereka standar kelulusan UN yang rendah dapat menurunkan kredibilitas mereka sebagai pendidik dan pejabat.

Umumnya, kecemasan menghadapi ujian terjadi karena siswa merasa takut tidak bisa menjawab soal dengan sempurna, takut yang dipelajarinya tidak keluar dalam ujian, takut dikalahkan siswa lain dan takut tidak lulus dalam ujian (Tresna, 2011). Hal yang dialami siswa tersebut merupakan perasaan belaka, sehingga apa yang telah dipelajari sebelumnya menjadi terlupakan saat ujian.

Menurut Atkinson (1987) kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut, yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan dalam menghadapi ujian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Slameto (2003), ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecemasan siswa dalam menghadapi tes, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal bisa berupa hal-hal yang berhubungan dengan materi yang kurang jelas, keterbatasan buku-buku penunjang, tuntutan dari orang tua agar bisa memperoleh nilai yang maksimal, dan konsekuensi yang harus diterima apabila gagal dalam tes tersebut. Adapun faktor internal yang mempengaruhi adalah kepribadian siswa itu sendiri. Menurut Tjandrarini (1989) kecemasan juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Kecemasan dapat berperan sebagai pendorong dan pembangkit semangat belajar, namun sebaliknya kecemasan juga dapat mengakibatkan kegagalan dalam studi.

(3)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eti dan Absorin (2009) yang mengatakan bahwa kecemasan siswa dalam menghadapi ujian matematika SMA Negeri 1 Jatibarang berada pada kategori agak cemas atau cenderung mengalami tingkat kecemasan yang sedang yaitu sebesar 47%, selebihnya 28% siswa cenderung berada pada kategori cemas atau mengalami kecemasan yang berat dan sisanya yaitu sebesar 25% berada pada kategori tidak cemas atau bersikap biasa-biasa saja dalam menghadapi ujian matematika. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gantina dan Herdi (2010) yang mengatakan bahwa siswa mengalami kecemasan pada tingkat sedang sebesar 60,4%, sisanya berada pada tingkat rendah 35,4% dan tinggi 4,2%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kecemasan siswa berada pada kategori sedang, yang artinya siswa cenderung cemas dalam menghadapi ujian.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tresna (2011) yang mengatakan bahwa 79,41% siswa berada pada kategori sangat cemas, 14,71%

berada pada katagori cukup cemas, sisanya 5,88% tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berada pada tingkat kecemasan tinggi, yang artinya siswa merasa cemas dalam menghadapi Ujian. Pada umumnya kecemasan menghadapi ujian terjadi sebagai akibat siswa menganggap tes sebagai masalah besar sehingga timbul kecemasan ketika harus menghadapi tes dan juga siswa merasa cemas karena mengganggap ujian yang akan dihadapinya terlampau sulit, kurang percaya diri untuk bisa memperoleh nilai yang baik dan takut mengalami kegagalan.

Berdasarkan observasi prapenelitian, siswa SMA Kristen 1 Salatiga didapatkan hasil nilai UN akhir mata pelajaran matematika untuk tahun 2012, siswa jurusan IPA mendapat nilai rata-rata 7,42 dengan nilai terendah 4,30 dan nilai tertinggi 9,50. Jurusan IPS mendapatkan nilai rata-rata 8,05 dengan nilai terendah 6,10 dan nilai tertinggi 9,40. Jurusan Bahasa mendapatkan nilai rata-rata 7,97 dengan nilai terendah 5,00 dan nilai tertinggi 9,60.

Adapun nilai UN murni untuk masing-masing jurusan adalah untuk IPA mendapat nilai rata-rata 6,96 dengan nilai terendah 2,00 dan nilai tertinggi 9,75;

sedangkan untuk IPS mendapat nilai rata-rata 8,03 dengan nilai terendah 4,25 dan nilai tertinggi 9,75; begitu juga dengan jurusan Bahasa mendapatkan nilai rata-rata 7,85 dengan nilai terendah 3,25 dan nilai tertinggi 9,50. Data diatas menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan antara siswa dari jurusan IPA, IPS dan Bahasa.

Didalam struktur kurikulum SMA beban mata pelajaran matematika yang diterima

(4)

ditiap jurusan berbeda. untuk jurusan IPA dan IPS dalam seminggu mendapatkan alokasi waktu sebanyak 4 jam pelajaran, sedangkan bahasa hanya 3 jam pelajaran (Kusnandar, 2009). Muatan kurikulum matematika ditiap jurusan juga sangat berbeda. Muatan kurikulum pada jurusan IPA lebih banyak dibandingkan dengan jurusan IPS dan bahasa.

Nilai terendah UN akhir dan UN murni dari semua mata pelajaran yang diujikan kedalam UN untuk kelas XII SMA Kristen 1 Salatiga dipegang oleh mata pelajaran matematika yakni 4,30 dan 2,00. Dari data di atas dapat diasumsikan bahwa Ujian Nasional mata pelajaran matematika tetap menjadi hal yang momok bagi siswa, hal ini akan menimbulkan kecemasan tersendiri bagi siswa saat menghadapi Ujian Nasional khususnya pada mata pelajaran matematika. Hal tersebut juga disetujui oleh para siswa jurusan IPA, IPS dan Bahasa SMA Kristen 1 Salatiga tahun ajaran 2012/2013 saat dilakukan wawancara, yakni rata-rata dari mereka mengatakan merasa cemas dalam menghadapi Ujian Nasional khususnya mata pelajaran matematika yang dirasa cukup berat untuk mengerjakannya.

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan mengenai kecemasan diatas dan ditunjang dengan penelitian yang relevan serta hasil observasi tentang kecemasan siswa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kecemasan siswa SMA dalam menghadapi Ujian Nasional, oleh karena itu penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan Kecemasan Siswa Jurusan IPA, IPS dan Bahasa dalam Menghadapi Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika Di SMA Kristen 1 Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dihasilkan sebuah rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah ada perbedaan kecemasan siswa jurusan IPA, IPS dan Bahasa dalam menghadapi Ujian Nasional mata pelajaran matematika di SMA Kristen 1 Salatiga tahun ajaran 2012/2013?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecemasan siswa jurusan IPA, IPS dan Bahasa dalam menghadapi Ujian Nasional mata pelajaran Matematika di SMA Kristen 1 Salatiga tahun ajaran 2012/2013.

(5)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan masukan dan sumbangan perkembangan bagi ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan tambahan data empiris mengenai tingkat kecemasan siswa jurusan IPA, IPS dan Bahasa dalam menghadapi Ujian Nasional mata pelajaran Matematika.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan informasi dan pengetahuan pada dunia pendidikan mengenai kecemasan siswa jurusan IPA, IPS dan Bahasa dalam menghadapi Ujian Nasional mata pelajaran matematika sehingga dapat diambil manfaatnya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

b. Memberikan informasi dan pengetahuan pada guru tentang kecemasan siswa jurusan IPA, IPS dan Bahasa dalam menghadapi Ujian Nasional mata pelajaran matematika dan diharapkan dapat mengambil nilai positif dari penelitian ini.

c. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa dan seluruh lapisan masyarakat lainnya tentang kecemasan siswa jurusan IPA, IPS dan Bahasa dalam menghadapi Ujian Nasional mata pelajaran matematika.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan keterampilan guru, mendeskripsikan aktivitas siswa dan menemukan peningkatan hasil belajar IPS materi Koperasi

typhi BA 07.4 bersifat imunogenik, yang ditunjukkan terjadinya reaksi antara antibodi anti protein 58kDa dengan protein 58kDa ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4,

Mengusulkan sarana dan prasarana untuk kelancaran tugas pemeliharaan Instalasi Penyediaan Air Bersih, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Instalasi Pengolahan Sampah Medis dan

(2003-2011), beberapa diantaranya berjudul: (1) Pelatihan Pembuatan Alat Peraga Matematika Bagi Guru-guru SD; (2) Peningkatan Profesionalisme Guru Matematika Melalui

Hasil pengujian yang dilakukan pada sampel, didapatkan bahwa konversi biomassa kotoran kuda secara densifikasi dan thermolisis/pirolisis dapat meningkatkan nilai kalor, dimana

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, sebagai usaha untuk lebih meningkatkan proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian, sebagaimana yang telah diuraikan di atas dengan judul “Perlakuan Manja Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Belajar Siswa di MTs

Pengukuran menggunakan model nilai wajar akan menjadi sulit dan kemungkinan akan memerlukan biaya yang lebih mahal dari pada manfaatnya untuk aset biologis yang belum menghasilkan.