RETORIKA DAKWAH HABIB HUSEIN JA’FAR AL- HADAR MELALUI YOUTUBE
(Studi Deskriptif Kualitatif ) Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Afra Puteri Resa (11170510000119)
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi Berjudul
RETORIKA DAKWAH HABIB HUSEIN JA’FAR MELALUI YOUTUBE
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh
Afra Puteri Resa NIM 11170510000119
Pembimbing
Kalsum Minangsih, M.A NIP. 197704242007102002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
iv
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, pemilik semesta alam dan sumber ilmu, dan dengam hidayah-Nya selalu tercurah kepada makhluk-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah pada manusia yang berakhlak luas biasa, manusia agung yang diciptakan oleh yang Maha Agung, manusia besar yang diciptakan oleh yang Maha Besar, yaitu baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari masa kegelapan (jahiliyah) hingga menuju cahaya terang benderang dengan al-Qur‟an dan as-Sunnahnya.
Penulis menyadari benar, bahwa skripsi yang sudah merupakan bagian tidak terpisahkan dari penulis, ternyata adalah suatu kebanggan dan begitu banyaknya orang yang ikut memberikan semua yang dibutuhkan oleh penulis dalam proses penyelesaiannya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Suparto, M. Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
v
3. Siti Napsiyah, S.Ag. MSW, selaku Wakil Dekan I, Dr.Sihabudin Noor, M.Ag selaku Wakil Dekan II, Drs.
Cecep Castrawijaya M. A selaku Wakil Dekan II Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Kalsum Minangsih, M.A. sebagai dosen pembimbing yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan arahan serta pendapat atas penulisan skripsi sehingga penulis menjadi termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini 5. Dr. Armawati Arbi M.Si, selaku Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam dan dosen pembimbing akademik KPI B 2017
6. Dr. H. Edi Amin, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
7. Tim Penguji Ujian Skripsi
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah berbagi ilmu dan pengalaman yang bergarha bagi penulis
9. Teristimewa kedua orang tua penulisbapak Sasmara dan
Ibu Reny Bandriati yang senantiasa ikhlas dan sabar
mendampingi dan membimbing penulis mulai dari
sekolah tingkat dasar hingga jenjang perguruan tinggi
dengan selalu memberikan do‟a dan restunya sehingga
penulis menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
10. Sahabat yang sudah penulis anggap sebagai keluarga kedua yaitu “Warga Bojongsoang” yang sudah terus memberi semangat dan keceriaan selama berkuliah di UIN
11. Teman-teman Prodi Ilmu Komunikasi, terkhusus keluarga KPI B yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal
Tanpa mereka, penelitian ini mustahil dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT membahas dengan imbalan pahala yang berlipat. Diharapkan, skripsi ini dapat bermanfaat umumnya kepada semua pihak khususnya diri pribadi penulis.
Jakarta, 3 Agustus 2021
Afra Puteri Resa
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .... ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I (PENDAHULUAN) ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Metodologi penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 10
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II (LANDASAN RETORIKA DAN DAKWAH) ... 14
A. Ruang Lingkup Dakwah ... 14
1. Pengertian Dakwah ... 19
2. Tujuan Dakwah ... 20
3. Materi Dakwah ... 21
4. Pendekatan dalam Dakwah ... 23
5. Bentuk Dakwah ... 24
viii
6. Metode Dakwah ... 24
B. Ruang lingkup Retorika ... 24
1. Pengertian Retorika ... 24
2. Tujuan Retorika ... 28
3. Fungsi Retorika ... 29
4. Prinsip Retorika ... 30
5. Teori Public Speaking Stephen E. Lucas ... 31
6. Aspek Bahasa dalam Retorika ... 35
7. Tipe-tipe orator dalam Retorika ... 37
8. Retorika dalam Dakwah ... 38
BAB III (PROFIL HABIB HUSEIN JA’FAR) ... 41
A. Riwayat Hidup Habib Husein Ja‟far al-Hadar ... 41
B. Aktivitas Dakwah Habib Husein ... 44
C. Karya-karya Habib Husein Ja‟far ... 51
BAB IV(TEMUAN PENELITIAN) ... 52
A. Temuan Retorika Habib Husein ... 52
B. Temuan tipe orasi Habib Husein Ja‟far ... 59
BAB V (PEMBAHASAN) ... 61
A. Analisis Retorika Dakwah Habib Husein Ja‟far ... 61
B. Jenis tipe orasi Habib Husein Ja‟far dari teori Public
Speaking ... 86
ix
BAB VI (PENUTUP) ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran-saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Screen Capture akun Youtube, Instagram dan Twittter Habib Husein.
Gambar 2. Contoh karya tulisan berupa buku Habib Husein Ja‟far Gambar 3. Ketika Habib Husein kolaborasi dengan pendeta dan
biksu
Gambar 4. Ketika Habib Husein diungang ke Mata Najwa Gambar 5. Ketika Habib Husein bersama Coki dan Tretan
Gambar 6. Gaya berpakaian Habib Husein untuk dakwah sehari- hari atau Youtube
Gambar 7. Salah satu contoh Gaya Pakaian Habib Husein jika diundang ke podcast
Gambar 8. Habib Husein tidak membawa skrip ketika berdakwah secara monologika di Youtube
Gambar 9. Ketika Habib Husein tidak terlihat membawa skrip ketika berdakwah dialogika di Youtube
Gambar 10. Ketika Habib Husein tersenyum dan memegang
kepala ketika mendengar pertanyaan aneh dari
Jama‟ahnya
xi ABSTRAK
Dakwah adalah menyerukan, mengajak umat manusia kepada jalan Allah. Seiring berkembangnya zaman, maka cara berdakwah pun disesuaikan dengan kecanggihan teknologi sosial media. Penggunaan sosial media untuk berdakwah akan menarik banyak minat umat Islam terutama di kalangan pemuda-pemudi atau biasa disebut anak milelnial. Banyaknya jenis serta isi sosial media yang semakin tidak terkendali menyebabkan perilaku negatif yang tersebar di kalangan anak muda. Bahkan bisa dibilang konten negatif lebih banyak digemari dibanding konten dakwah Islami.
Maka dari itu agar dakwah Islam dapat tersampaikan dengan baik maka pendakwah harus kreatif memanfaatkan sosial media yang ada untuk berdakwah dengan cara yang berbeda.
Habib Husein Ja‟far adalah salah satu pendakwah dengan gelar
„Habib‟ yang terjun ke dunia dakwah Islami dengan sasaran anak
milenial. Penyesuaiannya dalam retorika dakwah dengan selera
anak muda membuat ceramah Habib Milenial ini diterima dengan
baik oleh mereka. Dimulai dari dakwah bil-qolam, Habib Husein
Ja‟far saat ini masuk kedalam dunia dakwah bil-lisan melalui
Youtube, Instagram, Twitter. Dimulai dari materi dakwahnya
yang unik, gaya berpakaian yang tidak biasa hingga cara orasi
dakwahnya membuat millenial banyak yang mendengarkan video
dakwah Habib Husein.
xii
Berdasarkan latar belakang tersebut muncul pertanyaan bagaimana retorika dakwah Habib Husein Ja‟far dalam video Youtubenya dan apa tipe orasi yang ia gunakan?
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun metode kualitatif yang meneliti objek-objek yang tidak dapat diukur secara eksak atau angka- angka. Penelitian bersifat deskriptif berupa kutipan-kutipan kalimat dan cenderung menggunakan analisis. Penelitian ini menggunakan teori Public Spekaing Stephen E.Lucas yang menitikberatkan pada metode penyampaian yang Habib Husein lakukan.
Retorika dakwah Habib Husein sesuai dengan segmentasinya yaitu anak muda millenial. Mulai dari materi dakwah, gaya berpakaian, orasi dakwah serta gesturnya dapat menarik perhatian millenial untuk mendengar dakwah di sosial media. Dakwah Habib Husein bisa menginspirasi anak muda untuk perlahan mengenal Islam dan tetap taat dengan syari‟at Islam.
Kata kunci: Retorika, Dakwah, Youtube, Habib Husein Ja‟far
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Seiring majunya tekhnologi dari tahun ke tahun, para da‟i pun menjadi lebih kreatif dalam menyampaikan dakwahnya melalui sosial media seperti instagram, twitter dan youtube.
Kaum milenial pun sekarang menjadi sasaran yanng tepat untuk para da‟i menyampaikan pesan dakwah karena rata-rata pengguna sosial media adalah milenial. Untuk menggaet pendengar dakwah dari kalangan milenial, maka muncullah gaya penyampaian dakwah yang unik. Pendakwah pada saat ini tidak lagi selalu berada diatas mimbar dengan atribut seperti baju koko, sarung dan peci. Namun dengan gaya seperti celana jeans serta kaos dan berdakwah dengan kursi gaming atau di cafe sembari duduk santai adalah style terbaru untuk da‟i menggaet milenial mendengar dakwah mereka. Karena milenial lebih menyukai gaya dakwah yang simpel namun tetap berbobot. Bahkan sampai seorang Habib pun ikut dalam style dakwah kekinian tanpa meninggalkan marwahnya sebagai Habib. Ia adalah Habib Husein Ja‟far Al-Hadar.
Habib yang lahir di Bondowoso 30 tahun yanng lalu ini
tengah digandrungi millenial karena penggunaan gaya
dakwah, gestur dan bahasa penyampaiannya yang tidak seperti
pendakwah pada umumnya, ia terlihat santai namun isi
2
dakwah yang disampaikan sangat tepat dengan kondisi anak muda pada zaman sekarang sehingga banyak milenial yang mulai tertarik akan dakwah yang disampaikan olehnya. Bukan hanya umat Islam dari berbagai afiliasi saja yang mendegar dakwahnya, bahkan dari kalangan non-islam pun menyukai pembawaan dakwahnya yang mengusung tema dakwah “ Islam Cinta” yang terkesan tidak menghakimi satu sama lain.
Pembahasan disetiap video dakwahnya di Youtube sangat realistis dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Seperti yang diketahui bahwa penggunaan retorika dalam oenyampaian dakwah merupakan salah satu hal penting untuk meyakinkan pendengar dakwah bahwasanya Islam merupakan agama yang dapat menuntun manusia dalam kehidupan didunia dan akhirat.
Retorika yang baik akan memengaruhi pesan dakwah yang akan disampaikan oleh da‟i sehingga mad‟u dapat mengerti dan mengikuti pesan yang disampaikan.
Habib Husein membuka saluran Youtube dengan nama
Jeda Nulis dengan subsribers sebanyak 450.000 orang, akun
Pemuda Tersesat khusus untuk dakwah anak muda dengan
subsribers sebanyak 566.000 orang, akun Instagram dengan
nama @husein_hadar dengan jumlah pengikut 609.000 orang
serta akun Twitter dengan 373.000 lebih pengikut.
3
( Gambar 1.Screen capture akun Youtube, Instagram dan Twitter
Habib Husein Ja‟far)
4
Youtube merupakan sarana yang digunakan untuk para pendakwah milenial menyampaikan pesannya. Youtube adalah situs web untuk berbagi video yang dibuat oleh tiga mantan karyawan PayPal. Didirikan pada 14 Februari 2005, merupakan salah satu anak perusahaan milik Google inc.
Youtube juga dapat digunakan di seluruh dunia. Youtube adalah salah satu aplikasi yang memberi informasi berupa video-video. Di aplikasi Youtube ini, kita semua dapat mengunggah video apa saja daan sebanyak apapun jika sudah memiliki akun yang terdaftar. Video yang diunggah juga dapat dilihat oleh seluruh dunia. Ada beberapa macam konten video yang bisa diunggah di Youtube, yaitu konten video yang biasa diunggah di Youtube, yaitu konten video buatan penguna atau pemilik akun, video klip lagu, klip TV dan video blog yang biasa disingkat vlog.
Dalam saluran Youtubenya ia kerap melakukan kolaborasi
dengan artis, komika hingga pendeta untuk melakukan diskusi
dengan tema yang beragam mulai dari ketuhanan hingga
hukum Islam. Yang menarik dari retorika dakwah Habib
Husein adalah selain stylenya, tidak pernah ia menggunakan
intonasi yang berapi-api dan kata-kata yang kasar ketika
menyampaikan pesannya dan memilih berdakwah melalui
canda dan nada. Ia bisa mengimbangi para pendengar yang ia
dakwahi atau bisa dibilang tidak terlihat menggurui. Ia juga
kerap membahas persoalan antara nasioanalisme agama hingga
5
cara untuk hidup dengan satu kesatuan ditengah banyaknya perbedaan ras, suku dan agama. Video pertama yang ada pada saluran Yotubenya diunggah pada tanggal 4 Mei 2018 dengan judul “Bagaimana Menjadi Muslim yang Moderat” dengan penonton sebanyak 21.000 orang.
Habib Husein pernah berkata alasan ia ingin berdakwah tanpa menjelekan dan menghakimi orang lain adalah karena Nabi Muhammad tidak pernah berdakwah dengan ucapan yang kasar. Ia selalu berusaha untuk menjaga lisannya agar tetap berkata baik tentang islam. Sesuai dengan dalil Al-Qur‟an surat An-Nahl:
هَس ْحَأ َيِه يِتَّلاِب ْم هْلِداَجَو ۖ ِةَنَسَحْلا ِةَظِعْىَمْلاَو ِةَمْكِحْلاِب َكِّبَر ِليِبَس ٰىَلِإ عْدا
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
lebih baik.” [An-Nahl/16: 125].
Karena baginya Islam itu merupakan agama yang tegas namun tidak keras.
Adapun salah satu konten untuk milenial yang disuguhkan oleh Habib Husein adalah konten “Kultum Pemuda Tersesat”.
Dalam konten ini ia berkolaborasi dengan dua personil MLI
(Majelis Lucu Indonesia) yaitu Coki Pardede dan Tretan
Muslim. Karena keunikan dan berbedanya cara dakwah Habib
Husein Ja‟far dengan pendakwah lainnya, maka peneliti
memilih judul “RETORIKADAKWAH HABIB HUSEIN
JA’FAR AL-HADAR MELALUI YOUTUBE”
6 C. Batasan dan Rumusan Masalah
Sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka penulis akan memfokuskan penelitian pada konteks retorika dakwah Habib Husein melalui akun Youtube Jeda Nulis. Sedangkan pertanyaan penelitian yang diangkat pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana retorika dakwah Habib Husein Ja‟far dalam berdakwah?
2. Apa jenis orasi (cara penyampaian pidato) Habib Husein Ja‟far menurut teori Public Speaking ?
D. Tujuan Penelitian
Dengan memahami latar belakang seperti di atas, maka dalam penelitian karya ilmiah ini, terdapat beberapa tujuan yang mendasar dan manfaat/kegunaan dari penelitian tersebut.
Adapun tujuannya, antara lain:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui jenis retorika dakwah Habib Husein Ja‟far
b. Untuk mengetahui jenis teknik pidato menurut teori Public Speaking yang digunakan Habib Jusein Ja‟far
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis: Sebagai sumbangan pemikiran bagi
pengembangan disiplin ilmu dalam Komunikasi Penyiaran
Islam
7
b. Manfaat Praktis: Sebagai masukan ataupun kontribusi bagi para teorisi, praktisi, unntuk lebih memanfaatka kemampuan menulisnua sebagai saluran berdakwah melalui ideologi.
E. Metodologi penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif merupakan pemusatan prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala sosial pada masyarakat. Deskriptif yaitu data yang disimpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka sehingga laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut.
Dengan menggunakan analisis deskriptif dimana peneliti berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual daan cermat. Peneliti menggunakan observasi, dokumentasi- dokumentasi, dan rekaman bukti fisik. Penelitian kualitatif berusaha mencari apa yang ada dibalik tindakan, bukan fenomena luar tetapi fenomena dalam dan lebih menekankan pada makna dan proses daripada hasil dari suatu aktifitas.
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan pada penelitian ini yaitu
paradigma post-positivisme. Post-positivisme berpendapat
bahwa manusia tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari
8
realitas apabila peneliti membuat jarak dengan realitas atau tindakan terlibat secara langsung dengan realitas. Dengan paradigma post-positivisme, peneliti berhak menentukan jarak yang tegas dengan asumsi dari peneliti berhak menentukan gambaran apapun tentang objek yang diteliti.
Paradigma post-positivisme menegaskan hubungan interaktif antara penulis dan objek selama dalam penelitian dapat bersifat netral, karena aliran ini menyatakan bahwa suatu hal tidak dapat terlihat kebenarannya apabila pengamat meneliti di balik layar tanpa terlibat dengan objek secara langsung.
2. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang hasilnya berupa data-data deskriptif melalui fakta-fakta dari kondisi alam sebagai sumber langsung dengan instrument dan peneliti sendiri.Jenis penelitian ini peneliti ambil karena penelitian ini bisa menunjukan data kualitas atau mutu dari sesuatu yang ada, berupa keadaan proses, kejadian atau peristiwa dan lain-lain yang dinyatakan dalam bentuk perkataan.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Habib Husein Ja‟far
dan sebagai objeknya adalah retorika dakwah
9 4. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai informasi masalah yang diteliti berbagai dokumen, seperti mengumpulkan atau mendownload video dakwah yang dilakukan Habib Husein Ja‟far di Youtube kemudian mentranskrip video tersebut untuk diteliti oleh peneliti.
b. Observasi sebagai pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian pelaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme, sesuai dengan tujuan- tujuan empiris. Berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Disini observasi atau pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaa-pertanyaan. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan dengan cara observasi menonton dakwah yang dilakukan Habib Husein Ja‟far melalui Youtube.
5. Tekhnik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan meliputi empat tahapan
1. Pertama dengan mengidentifikasi data, dalam hal ini
1 Soejono dan Abdurrahman, Metodologi Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapannya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2005) hal 17
10
peneliti ini menonton video ceramah Habib Husein Ja‟far setelah itu menulis informasi yang diperoleh dari video tersebut.
Kedua mengalisis video Habib Husein dan melihat retorika Habib Husein dalam berdakwah serta memilih informasi untuk fokus pada masalah yang akan dibahas.
Ketiga, mengevaluasi semua data yang telah dianalisis apakah sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian.
Keempat, membuat kesimpulan dari apa yang dilakukan pada tahap pertama, kedua, dan ketiga apakah data yang dianalisis sudah sesuai denga tujuan penelitian.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menentukan judul skripsi ini penulis tentu melakukan sebuah tinjauan pustaka menelaah skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai subjek dan objek yang hampir sama yaitu:
1. Retorika Dakwah Ustadz Abdurrahman Djaelani tahun 2019 oleh M. Aidillah Putra (UIN Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Komunikasi Penyiaran Islam).
Garis besar dari skripsi ini adalah meneliti
tentang retorika dan sifat pidato dari Ustadz
Abdurrahman .
11
2. Retorika Dakwah Ustadz Khalid Basalamah Dalam Kajian Dosa-Dosa Besar tahun 2020 oleh Tiyni Wahazal Baladil Amiyni (UIN Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Komunikasi Penyiaran Islam). Garis besar dari skripsi ini adalah meneliti tentang gaya bahasa yang digunakan oleh Ustadz Khalid Basalamah dalam berdakwah.
3. Retorika Dakwah Ustadz Abdul Somad di Youtube tahun 2019 oleh Ilka Sawidri D (UIN Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Komunikasi Penyiaran Islam). Garis besar dari skripsi ini adalah meneliti tentang metode, gaya suara dan bahasa tubuh yang digunakan oleh Ustadz Abdul Somad.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian
ini, penulis membuat sistematika khusus dengan cara
mengelompokkan berdasarkan kesamaan dan hubungan
masalah yang ada. Sistematika skripsi ini dalam penulisannya
akan dibagi menjadi 6 bab dan masing-masing bab akan dibagi
menjadi sub-bab, yaitu sebagai berikut:
12
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, pembatasan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teoritis retorika dan dakwah terdiri dari ruang lingkup retorika pembagian retorika ruang lingkup Youtube yang membahas pengertian Youtube dan berbagai istilah yang terdapat dalam Youtube.
BAB III GAMBARAN UMUM
Profil Habib Husein Ja‟far meliputi biografi, karya-karya dan aktifitas selama melakukan kajian-kajian dakwah
BAB IV TEMUAN PENELITIAN
Menjelaskan hasil temuan
retorika Habib Husein Ja‟far
13
dalam Youtubenya
BAB V PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti akan membahas hasil temuan di bab 4
BAB VI PENUTUP
Pada bab terakhir penulis
mengakhiri skripsi ini dengan
kesimpulan yang menjadi
jawaban rumusan masalah
14 BAB II
LANDASAN TEORI A. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah, secara etimologi merupakan sebuah kata dari bahasa Arab dalam bentuk masdar (da‟a, yad‟u, da‟watan) yang berarti seruan, panggilan, undangan atau do‟a.
Menurut Abdul Aziz, secara terminologis kata dakwah berarti memanggil, menyeru, menegaskan, perbuatan atau perkataan untuk menarik manusia kepada sesuatu.
2Ditinjau dari segi bahasa “da‟wah” berarti panggilan, seruan, ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kerja (fi’ilnya) adalah berarti memanggil, menyeru, atau mengajak (da’a, yad’u, da’watan). Orang yang berdakwah biasa disebut dengan da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan mad’u.
3Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:
Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan benar yang sesuai dengan
2 Enjang, Aliyuddin, Dasar-dasar ilmu dakwah, (Bandung: Widya Pajajaran, 2009) hal .3
3 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Bogor:
Ttitian Nusa Press, 2010) hal. 1
15
perintah Tuhan untuk kemaslahatan didunia dan akhirat
Syaikh Ali Makhfudz, alam kitabnya Hidayatul Mursidin memberikan definisi dakwah bahwa dakwah itu mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan didunia dan akhirat.
Hamzah Ya‟qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan hikmah (kebijkasanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya
Menurut Prof Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma‟ruf nahi munkar.
Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang menjadi tanggung jawab seorang Muslim dalam amar ma‟ruf nahi munkar.
Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa
dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan
16
mencegah dari kemungkaran adalah fardhu yag diwajibkan kepada setiap Muslim.
4Dakwah dalam praktiknya merupakan kegiatan yang sudah cukup tua, yaitu sejak adanya tugas dan fungsi yang harus diemban oleh manusia di belantara kehidupan dunia ini. Oleh sebab itu, eksistensi dakwah tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun, karena kegiatan dakwah sebagai proses penyelamatan umat manusia dari berbagai persoalan yang merugikan penyelamatan umat manusia dari berbagai persoalan yang merugikan kehidupannya, merupakan bagian dari tugas dan fungsi manusia yang sudah direncanakan manusia sebagai khalifah fi al-radh.
5Secara teologis, dakwah merupakan bagian dari tugas suci atau ibadah umat islam. Kemudian secara sosiologis, kegiatan dakwah apapun bentuk dan konteksnya akan dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka menumbuhkan dan mewujudkan keshalehan individual dan keshalehan sosial, yaitu pribadi yang memiliki kasih sayang terhadap sesamanya dan meujudkan tatanan masyarakat marhamah yang dilandasi oleh kebenaran tauhid, persamaan derajat, semangat persaudaraan, kesadaran akan arti penting arti
4 Saputra Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, (Bogor:
Ttitian Nusa Press, 2010) hal. 2
5 Enjang, Aliyuddin, Dasar-dasar ilmu dakwah, (Bandung: Widya Pajajaran, 2009) hal.1
17
kesejahteraan bersama, dan penegakan keadilan di tengah- tengah kehidupan masyarakat.
Seorang da‟i memiliki kewajiban untuk melakukan dakwah baik melalui keteladanan maupun melalui hikmah, yakni dengan memberikan contoh dan mengamalkannya sehari-hari.
6Sebagai proses informasi nilai-nilai keislaman, dakwah membutuhkan proses pengkomunikasian.
Kandungan ajaran Islam yang didakwahkan merupakan sekumpulan pesan yang dikomunikasikan kepada manusia.
Dakwah dalam kerangka proses komunikasi inilah yang dalam berbagai istilah Islam disebut sebagai tabligh, yang menjadi inti dari komunikasi dakwah.
Dengan begitu, secara teologis aktivitas dakwah bukan lagi sekedar pemuasan dan pemenuhan kebutuhan keagamaan, yaitu aspek supra natural belaka. Melainkan juga sebagai usaha manusia untuk memahami keberadaannya di muka bumi ini, sehingga dapat menjalani hidup dan kehidupan di dunia dengan aman, damai dan sejahtera.
Disamping hal tersebut bahwa Ilmu dakwah juga melingkupi pembahasan tentang:
o Materi Dakwah (maddah al-dakwah) yang meliputi bidang akidah, syariah, dan akhlak. Kesemua materi dakwah ini bersumber dari Al-Qur‟an, as-sunah
6 Takariawan Cahyadi, Prinsip-prinsip Dakwah, (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005) hal 1
18
Rasululllah SAW, hasil ijtihad ulama, sejarah peradaban Islam.
o Subjek dakwah (da’i), orang yang aktif melaksanakan dakwah kepada masyarakat. Da‟i ini ada yang melaksanakan dakwahnya secara individu ada juga yang berdakwah secara kolektif melalui organisasi o Objek dakwah (mad’u), adalah masyarakat atau orang
yang didakwahi, yakni diajak ke jalan Allah agar selamat dunia dan akhirat. Masyarakat sebagai objek dakwah sangat heterogen, misalnya ada masyarakat yang berprofesi sebagai petani, pedagang, pegawai, burut, artis, anggota legislatif, eksekutif. Bila kita melihat dari aspek geografis, masyarakat itu ada yang tinggal di kota, desa, pegunungan, pesisir bahkan ada juga yang tinggal di pedalaman.
7Menurut Muhammad Abduh dalam bukunya Manajemen Dakwah karangan M. Munir dan Wahyu Ilahi, mad‟u terbagi menjadi tiga golongan antara lain
8:
Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir kritis dan cepat menangkap persoalan.
7 Saputra Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, (Bogor:
Ttitian Nusa Press, 2010) hal. 9
8 Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2013) hal.23-24
19
Golongan awam yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam serta belum mendapat pengertian yang tinggi.
Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas tetapi hanya dalam batas tertentu saja dan tidak dapat membahas secara mendalam.
2. Tujuan Dakwah
Menurut Jamaluddin Kafei, dalam Psychologi Dakwah, tujuan dakwah dapat dikelompokkan menjadi empat macam:
a) Tujuan utama, untuk memasyarakatkan akhlak dan mengakhlakan masyarakat sesuai dengan misi Nabi Muhammad SAW. Akhlak akan menjadi landasan memimpin dalam tiga fungsi besar psikis manusia, yaitu berpikir, berkehendak dan berperasaan.
b) Tujuan umum dakwah untuk mengajak manusia
meliputi orang mu‟min maupun orang kafir atau
musyrik kepada jalan yang benar yang diridhai
Allah, agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di
dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan di
duniamaupun di akhirat. Kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat merupakan titik tujuan hidup
20
manusia, maka dakwah pun mengajak kitaa untuk mengarah kepada kebajikan.
c) Tujuan hakiki, yaitu mengajak manusia untuk mengenal Tuhan dan mempercayai-Nya, sekaaligus mengikuti jalan petunjuk-Nya.
d) Tujuan khusus, yaitu berusaha membentuk satu tatanan masyarakat Islam yang utuh fi as-silmi kaffah.
3. Maddah (Materi Dakwah)
Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan dai atau komunikator pada mad‟u (komunikan). Dalam hal ini, jelas bahwa maddah dakwah adalah ajaran Islam, yang garis besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Akidah meliputi:
Iman kepada Allah
Iman kepada malaikat-Nya Iman kepada kitab-kitab-Nya Iman kepada rasul-rasul-Nya Iman kepada hari akhir Iman kepada qadha dan qadar b) Syari‟at
Ibadah seperti thaharah, shalat, zakat, shaum, haji.
Dalam muamalah (dalam arti luas) meliputi: Al-
21
Qununul khas (hukum perdata), Al-Qununul‟am (hukum publik) dan Akhlak. Dalam Al-Qununul khas meliputi muamalah (hukum niaga), munakahat (hukum nikah), waratsah (hukum waris). Yang kedua Al-Qununul‟am meliputi hinayah (hukum pidana), khilafah (hukum negara) dan jihad (hukum perang dan damai). Sedangkan akhlak meliputi akhlaq terhadap khaliq, akhlaq terhadap makhluk (kepada sesama manusia, diri sendiri), akhlaq terhadap bukan manusia (flora dan fauna).
4. Bentuk-bentuk Dakwah
Dakwah bi al-lisan.
Dakwah ini dilakukan menggunakan lisan, antara lain:
Qaulum ma‟rufun, dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari yang disertai dengan misi agama yaitu agama Islam, seperti penyebarluasan salam, mengawali perbuatan dengan membaca basmalah, mengawali perbuatan dengan membaca basmalah
Mudzakarah, yaitu memberi nasihat kepada orang
yang dilanda problem kehidupa agar mampu
melaksanakan agamanya dengan baik, seperti
bimbingan penyuluhan agama dan sebagainya
22
Nasihatuddin, yaitu memberi masihat kepada orang yang dilanda problem kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik, seperti bimbingan penyuluhan agama dan sebagainya
Majelis Ta‟lim, seperti pembahasan pada bab dengan menggunakan buku atau dengan kitab dan berakhir engan dialog
Mujadalah, yaitu berdebat dengan menggunakan argumentasi serta alasan dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik satu kesimpulan
Dakwah bi al-hal.
Dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai obyek dakwah atau berdakwah melalui perbuatan, mulai dari tutur kata, tingkah laku, sampai dengan pada kerja bentuk nyata seperti mendirikan panti asuhan, fakir miskin, sekolah-sekolah, rumah ibadah, dan lain-lain.
99 Rafi‟uddin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, ( Bandung: Pustaka Setia, 2001) hal 24
23
Dakwah bi al-qalam.
Dakwah bi al-qalam tidak terlepas dengan memahami makna tulisan. Dalam konteks ini, tulisan memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai alat komunikasi atau komunikasi ide yang berupa ilmu pengetahuan.
Kedua, sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya berupa karya seni (jurnalistik).
10Metode dakwah bil qalam sangat baik digunakan karena dengan berdakwah menggunakan metode tulisan, pesan dakwah yang disampaikan bisa dinikmati seluruh kalangan masyarakat dengan waktu yang singkat.
5. Metode Dakwah
Metode dakwah (thoriqoh al-dakwah), yaitu cara atau strategi yang harus dimiliki oleh da‟i, dalam melaksanakan aktivitas dakwah. Metode dakwah ini secara umum ada tiga berdasarkan Al-Qur‟an surat An- Nahl 125 yaitu metode bil hikmah, metode mau‟izhoh hasanah dan metode mujadalah.
هْلِد َٰجَو ِةَنَسَحْلٱ ِةَظِع ْىَمْلٱَو ِةَمْكِحْلٲِب َكِّبَر ِليِبَس ٰىَلِإ عْدٱ َّنِإ هَسْحَأ َىِه ىِتَّلٲِب م
﴿ َهيِدَتْه مْلٲِب مَلْعَأ َى هَو ۦِهِليِبَس هَع َّلَض هَمِب مَلْعَأ َى ه َكَّبَر ٥٢١
﴾
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
10 Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif, Tamrizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005) hal.175
24
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk.
6. Media Dakwah
Media dakwah adalah media atau instrument yang digunakan sebagai alat untuk mempermudah sampainya pesan dakwah kepada mad‟u. Media ini bisa dimanfaatkan oleh da‟i untuk menyampaikan dakwahnya baik dalam bentuk lisan atau tulisan. Diantara media dakwah yang masih banyak digunakan oleh par ada‟i saat ini adalah media massa konvensional dan sosial media. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan pada saat ini adalah Youtube, Instragam, radio, dan televisi. Semuanya jenis media pun memiliki segmen penggunanya masing-masing. Sehingga pendakwah bisa masuk ke dalam seluruh lapisan masyarakat.
11B. Ruang lingkup Retorika 1. Pengertian Retorika
Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat atau talenta dan keterampilan
11 Saputra Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta:
Rajawali Press, 2011) hal.9
25
teknis. Didefinisikan juga sebagai art. Dalam perkembangannya, retorika juga mencakup proses untuk menyesuaikan ide dengan orang dan menyesuaikan orang dengan ide melalui berbagai macam pesan.
Dewasa ini, fokus perhatian retorika bahkan lebih luas lagi, yang mencakup segala hal bagaimana manusia menggunakan simbol untuk memengaruhi siapa saja yang ada di dekatnya dan membangun dunia dimana mereka tinggal.
12Retorika merupakan suatu istilah yang secara tradisional diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada suatu pengetahuan seseorang dalam retorika, yaitu pengetahuan mengenai bahasa dan penggunaan bahasa dengan baik dan kedua pengetahuan mengenai obyek tertentu yang akan disampaikan dengan bahasa. Oleh karena itu retorika harus dipelajari oleh mereka yang ingin menggunakan bahasa dengan cara yang sebaik- baiknya untuk tujuan tertentu tadi.
13Secara historis terdapat beragam definisi retorik di kota Syracus, ibu kota Sisilia pada abad ke-5 SM, retorika dipahami sebagai kecakapan berpidato, yaitu kecakapan yang perlu dimiliki oleh wakil-wakil rakyat.
12Morissan, Teori Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media Group) hal.44
13 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013) hal. 1
26
Pengertian retorika sebagai kecakapan berpidato menjadi popular di kota Athena dan semenanjung atika (athic).
Definisi ini akirnya menjadi popular dengan istilah retorik attic.
14Pada saat ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang digunakan dalam proses komunikasi antarmanusia. Kesenian berbicara ini merupakan suatu kemampuan berbicara dengan lancar, singkat, padat namun mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi yang bagus serta cara pengungkapan yang tepat. Retorika modern merupakan gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan bericara.
Dalam bahasa populer, retorika berarti tempat yang tepat atas cara yang lebih efektif pengucapan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan. Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara ini dapat dicapai dengan mencontoh pada salah satu retor yang terkenal dengan mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum retorika (doctrina) dan dengan melakukan latihan yang teratur.
15Ilmu retorika juga mempunyai hubungan dengan dialektika yang sudah dikembangkan sejak zaman
14Abidin Yusuf, Pengantar Retorika, (Bandung: CV Pustaka Setia) 2013
15Morissan, Teori Komunikasi,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) hal. 63
27
Yunani kuno. Dialektika adalah metode untuk mencari kebenaran lewat diskusi dan debat. Sebagaimana ditulis oleh Jalaludin Rahmat (1996:6) bahwa Aristoteles dan beberapa ahli retorika klasik memperkenalkan Lima Hukum Retorika (the five cannons of rhetoric) yang dapat digunakan dalam retorika yaitu:
Inventio (penemuan): pada tahap ini, pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat.
Dispotio (penyusunan): pada tahap ini pembicara mengorganisasikan pesan Aristoteles menyebutnya taxis, yakni pembagian. Pesan harus dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis.
Elucatio (gaya): pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk mengemas pesannya.
Memoria (memori): pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya dengan mengatur bahan- bahan pembicaraannya.
Pronuntatio (pronuntatio): pembicara menyampaikan pesannya secara lisan.
1616 Heryanto, Shulhan, Komunikasi Politik Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) hal 101
28
Retorika merupakan bagian dari ilmu bahasa (linguistik) yang mencakup Monologika, Dialogika, Pembinaan teknik bicara. Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog dimana hanya seseorang yang berbicara. Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan.
Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan dan debat. Efektivitas monologika dan dialogika tergantung pada pembinaan teknik bicara. Teknik bicara ini merupakan syarat yang penting dalam retorika. Dalam pembinaan teknik bicara, perhatian lebih diarahkan kepada teknik bernafas, mengucap, bina suara teknik membaca dan bercerita.
2. Tujuan Retorika
Tujuan retorika tidak lain adalah untuk mempersuasi khalayak dengan kebenaran gagasan hal yang dibicarakan. Artinya tujuan retorika adalah untuk membina pengertian dan mengembangkan kerja sama dalam menumbuhkan kedamaian dalam kehidupan di masyarakat.
1717Abidin, Pengantar Retorika, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013) hal. 58
29 3. Fungsi Retorika
Fungsi retorika untuk mempertahankan diri dalam suatu argumen yang masuk akal, menemukan ulasan dan pesan yang baik, dan untuk memahami kejiwaan pada manusia secara umum.
18Menurut Plato, retorika bertujuan untuk memberikan kemampuan dalam menggunakan bahasa yang sempurna, dan merupakan jalan bagi seseorang untuk memperolah pengetahuan yang luas.
19Sedangkan menurut Aristoteles, menampilkan retorika sebagai ilmu yang berdiri sendiri, yang dikatakan tujuannya adalah untuk mempengaruhi orang (peersuasif)
20I Gusti Ngurah Oka menjelaskan bahwa retorika adalah untuk:
Menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama dalam hubungan kegiatan bertuturnya, termasuk ke dalam gambaran ini antara lain gambaran proses kejiwaan ketika ia terdorong untuk betutur ketika ia mengidentifikasi pokok persoalan dan retorika bertutur ditampilkan
18 Abidin, Pengantar Retorika, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013) hal.58
19 Onong Uchana Effendi, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2003) hal 55
20 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, Bandung: Terate, 1976, hal.63
30
Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda yang bisa diangkat menjadi topik tutur, misalnya gambaran tentang hakikatnya, strukturnya, fungsi dan sebagainya
Mengemukakan gambaran yang terperinci tentang masalah tutur misalnya, dikemukakan tentang hakikatnya, strukturnya, bagian-bagian dan sebagainya
Bersama-sama dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas disiapkan pula bimbingan tentang cara memilih topik, cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk menentukan sasaran ulasan yang persuasif dan objektif, pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang hendak dicapai, pemilihan materi bahasa serta penyusunan menjadi kalimat-kalimat yang padu serta bervariasi.
214. Prinsip Retorika
Ada tiga prinsip yang mengatur materi dakwah sehingga dapat menjadi menarik yaitu:
Kesatuan (kesatuan)
Komposisi yang baik adalah merupakan kesatuan yang utuh. Meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan sifat.
21 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, (Kalimantan: Tarate, 1976) hal. 65
31
Dalam isi maksud adalah gagasan tunggal harus jelas, apakah tujuan pidato itu untuk menghibur, memberitahukan dan memengaruhi, begitupun sifat pembicara apakah serius, informal, atau formal.
Pertautan (coherency)
Pertautan yang baik adalah merupakan bagian yang berkaitan satu sama lain, pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu ke pokok yang lain secara lancar.
Titik berat (emphasis)
Persatuan dan pertautan membantu pendengaran untuk mengikuti dengan mudah proses pembicaraan, maka titik berat menunjukkan mereka pada bagian-bagian yang penting patut diperhatikan.
225. Teori Public Speaking Stephen E.Lucas
Menurut Stephen Lucas, penyampaian ucapan adalah masalah komunikasi nonverbal, didasarkan pada bagaimana menggunakan suara dan tubuh untuk menyampaikan pesan yang diungkapkan oleh kata. Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa dampak dari kata-kata pembicara sangat dipengaruhi oleh komunikasi nonverbal untuk menyampaikan pidato secara efektif dan untuk meningkatkan dampak dari pesan verbal.
22 Jalaludin Rahmat, Retorika Modern, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998) hal 23-24
32
“Penyampaian pesan yang baik tidak menarik perhatian pada dirinya sendiri. Menyampaikan ide pembicara dengan jelas, menarik, dan tanpa menganggu audiens. Kebanyakan audiens lebih suka penyampaian yang menggabungkan tingkat formalitas tertentu dengan ekspresi wajah terbaik, dan rasa komunikasi yang hidup.
Ada tiga aspek yang penting dalam menyampaikan pidato yaitu metode penyampaian, suara dan gerak. Ada empat metode dasar menyampaikan pidato yaitu membaca sebuah naskab, membaca teks yang dihafal, berbicara dadakan dan berbicara tanpa persiapan.”
23Metode penyampaian pidato/orasi menurut teori Stephen E.Lucas yaitu:
Penyampaian pidato dengan Membaca naskah (reading from a manuscript)
Tipe manuskrip adalah pidato yang dipersiapkan secara tertulis, dengan naskah, atau orasi yang dilakukan dengan cara membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. Manuskrip dibutuhkan oleh tokoh-tokoh nasional, sebab kesalahan satu kata saja dapat menimbulkan kekacauan dan berakibat jelek bagi pembicara. Manuskrip juga
23 Stephen E.Lucas, The Art of Public Speaking, h.245
33
sering dilakukan oleh ilmuwan yang melaporkan hasil penelitiannya dalam pertemuan ilmiah.
Jalaludin Rahmat menyebutkan tentang keuntungan dan kerugian dari tipe manuskrip.
Kelebihannya:
Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya
Kefasihan berbicara dapat dicapai dengan kata-kata yang sudah disiapkan
Dapat menghindari hal-hal yang menyimpang
Manuskrip dapat diperbanyak dan diterbitkan
24 Penyampaian pidato dengan Menghafal (reciting of memory/memoriter)
Tipe memoriter adalah retorika yang pesan politiknya ditulis dan kemudian diingat demi kata atau dihafal. Jalaludin Rahmat dalam bukunya Retorika Modern: Pendekatan praktis (1996:18), menuliskan beberapa kelebihan dan kekurangan tipe memoriter.
2524 Heryanto, Shulhan, Komunikasi Politik Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) hal.104
25 Heryanto, Shulhan, Komunikasi Politik Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) hal.103
34 Kelebihan tipe memoriter:
Memungkinkan ungkapan yang tepat
Organisasi pesan yang terencana
Pemilihan bahasa yang teliti
Gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian
Kekurangan tipe memoriter:
Kurang terjalinnya saing hubungan antara pesan dengan pendengar
Memerlukan waktu dalam persiapan
Kurang spontan karena perhatian beralih pada upaya mengingat- ingat pesan
Penyampaian pidato dengan mendadak (speaking improptu)
Tipe improptu adalah mengungkapkan perasaan pembicara karena memikirkan terlebih dahulu pendapat yang disampaikannya. Gagasan dari pendapatnya itu datang secara spontan.
Improptumemungkinkan orator terus berpikir.
Singkatnya, tipe improptu ini merupakan tipe yang spontan, tidak direncanakan.
2626 Heryanto, Shulhan, Komunikasi Politik Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) hal 103
35
Penyampaian pidato tanpa persiapan (speaking extemporaneously)
Tipe ekstemporer merupakan jenis yang paling baik dan paling sering digunakan. Orasi telah dipersiapkan sebelumnya berupa out line dan pokok- pokok penunjang pembahasan (supporting points), pembicara tidak berupaya mengingat kata demi kata.
Sebab itu, ekstemporer membutuhkan banyak latihan, pengalaman dan pengetahuan yang cukup.
276. Aspek Bahasa dalam retorika
Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbriter, yang dapat diperkuat dengan gerak- gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat dicerna panca indra.
Gaya Bahasa
Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi- posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya
27 Heryanto, Shulhan, Komunikasi Politik Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) hal 103
36
penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Gaya bahasa dibagi menjadi dua, yaitu bahasa resmi dan bahasa tidak resmi.
Gaya bahasa resmi adalah gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, seperti pidato kepresidenan, pembaca berita. Gaya bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar, khusus nya dalam keseharian. Gaya bahasa tidak resmi ini biasanya digunakan dalam karya- karya tulis, dan bahasa percakapan sehari-hari. Menurut sifatnya, gaya bahasa tak resmi ini dapat juga memperlihatkan suatu jangka variasi, mulai dari bentuk informal yang paling tinggi hingga gaya bahasa tak resmi yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa percakapan kaum terpelajar.
7. Tipe-tipe orator dalam retorika:
Noble Self: orang yang menganggap dirinya paling benar, mengklaim lebih hebat dari yang lain, sulit dikritik.
Rhetorically Reflector: tak punya pendirian yang teguh, hanya menjadi cerminan orang lain.
Rhetorically Sensitive: adaptif, cepat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
37
Sedangkan pembagian retorika berdasarkan jumlah pendengarnya menurut P Dori Wuwur Hendrikus membagi ke dalam 3 bentuk, yaitu:
Gaya retorika monologi atau monolog. Seni berbicara secara monolog dimana hanya ada seorang yang berbicara, dalam model komunikasi ini biasanya terjadi dalam proses pidato yang bersifat satu arah, sebab hanya satu orang yang berbicara (komunikator), dan yang lain hanya sebagai pendengar (komunikan).
Dialogika, seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara mengambil bagian dalam suatu proses pembicaraan. Gaya retorika ini biasanya memang jarang ditemui dalam acara-acra pidato atau orasi politik yang dihadiri banyak orang (massa) disebuah lapangan terbuka.
Pembinaan teknik bicara. Efektifitas monologika dan dialogika tergantung padaa teknik bicara. Bahkan teknik bicara ini menjadi syarat penting dalam retorika. Mulai dari bagaimana cara ia mengatur pernafasan, teknik membina suara dan berbicara. Semua harus diperhatikan dan diatur agar bicara menjadi efektif.
2828 Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil Berpidato, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 2017) hal.16-17
38 8. Retorika dalam dakwah
Dakwah dikembangkan dengan ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi juga mengalami perluasan area dan perkembangan melalui intensitas dakwah, yang selalu membutuhkan kreativitas dan pengembangan metode dan materinya. Sebagai proses informasi nilai-nilai keislaman, dakwah membutuhkan proses pengkomunikasian.
Kandungan ajaran Islam yang didakwahkan merupakan sekumpula pesan yang dikomunikasikan kepada manusia.
Disinilah berlaku proses dakwah dengan proses komunikasi.
Ajaran-ajaran keagamaan tidak semuanya berbentuk keterangan yang gamblang. Sebaliknya, kebanyakan pesan keagamaan berupa lambang atau simbol yang harus diuraikan dan diinterpresikan, sehingga peran komunikasi secara umum bagi dakwah sangat dominan.
29Jika proses dakwah dianalisis secara keseluruhan, tampak terjadi keselarasan antara proses komunikasi dengan proses dakwah. Retorika dalam dakwah secara keseluruhan dilakukan secara persuasif dengan harapan terjadinya perubahan sikap mad‟u sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dalam berdakwah dibutuhkan retorika yang dapat membuat dakwah seseorang lebih mengena, efisien, dan efektif, terutama dalam menyosialisasikan ajaran-ajaran Islam, sehingga retoorika yang baik harus dikuasai oleh seseorang
29 Yusuf Zainal Abidin, Pengantar Retorika, (Bandung:
Cv Pustaka Setia, 2013) hal. 111
39
yang hendak berdakwah.
30Retorika dalam dakwah adalah keterampilan menyampaikan ajaran Islam secara lisan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada kaum muslim, agar mereka dapat dengan mudah menerima seruan dakwah Islam.
31Seorang dai atau pendakwah perlu mempelajari retorika dalam berdakwah, karena retorika berguna untuk membuktikan maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktian dari apa yang dibicarakan. Sehingga dengan retorika ini seorang dai bisa memengaruhi orang lain supaya mereka dapat mengalihkan pikiran yang mungkar kepada pikiran yang sesuai dengan jalan Allah, yang termasuk didalamnya memengaruhi keyakinan, perbuatan, perilaku, dan juga pengetahuan dengan seperti itu diharapkan tujuan dakwah yang disampaikan oleh da‟i dapat diterima oleh mad‟u dengan baik.
Hubungan retorika dengan dakwah, T. A. Latief Rosydi daalam bukunya “Dasar-dasar Retorika, komunikasi dan informasi” menyebutkan “kemampuan dalam kemahiran menggunakan bahasa untuk melahirkan pikiran dan perasaan itulah sebenarnya hakikat retorika. Kemahiran dan kesenian menggunakan bahasa adalah masalah pokok dalam menyampaikan dakwah. Karena itu antara dakwah
30Yusuf Zainal Abidin, Pengantar Retorika, (Bandung:
Cv Pustaka Setia, 2013) hal. 132
31 Yusuf Zainal Abidin, Pengantar Retorika, (Bandung:
Cv Pustaka Setia,2013) hal. 132
40
dan retorika tidak bisa dipisahkan. Dimana ada dakwah di sana ada retorika.”
3232 M.H. Israr, Retorika dan Dakwah Islam Era Modern, Jakarta: CV Firdaus, 1993, hal .94
41 BAB III
PROFIL HABIB HUSEIN JA’FAR A. Riwayat Hidup Habib Husein Ja‟far al-Hadar
Husein Ja‟far Al-Hadar adalah pemuda yang lahir di Bondowoso, Jawa Timur pada tanggal 21 Juni 1988 dan merupakan salah satu keturunan Nabi Muhammad yang sah.
Gelar Habib ia dapatkan karena garis keturunan Nabi Muhammad melalui pernikahan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah. Garis keturunan tersebut ia dapatkan dari ayahnya. Habib Husein Ja‟far lahir dan besar di keluarga keturunan Arab. Diawali dengan kakeknya yang datang ke Indonesia untuk berdagang, maka lahirlah seorang Habib Husein dikeluarga tersebut.
Lahir dari latar belakang keluarga Habib yang sangat
agamis mengharuskan ia untuk menjaga marwah kewibawaan
nama baik keluarga dan menjaga Islam itu sendiri sebagai
agama. Sejak kecil Habib Husein harus terbiasa dengan
aturan-aturan, norma dan nilai yang menurut sebagian orang
akan merasa terkekang karenanya. Seperti yang dikutip dari
wawancara di kanal Youtube Tretan Universe, ia
memberitahu bahwa dahulu ketika SMP jika ia telat untuk
melakukan ibadah sholat ashar maka akan jadi bahan
42
rundungan oleh teman-temannya.
33Apalagi arti dari “Habib”
itu sendiri adalah kekasih sehingga seorang Habib itu harus dicintai orang lain dan mencintai orang lain juga. Namun seiring berjalannya waktu Habib Husein mulai menerima apa yang ditakdirkan untuknya.
Dari SMA, Habib Husein sudah dikenalkan dengan buku- buku filsafat, beserta dengan tokoh-tokohnya. Tulisan pertamanya di media mengenai Salman Al-Farisi sahabat nabi yang sangat rasional. Habib Husein sudah mulai menulis pada kelas 1 SMA. Kelas 3 SMA, tulisan Habib Husein diterbitkan Suara Karya. Ketika kuliah semester 3 diterbitkan koran Tempo dan semester 6 di Kompas. Jika ditotal maka Habib Husein sudah 13 tahun menjadi penulis. Tulisan pertamanya di media mengenai Salman Al-Farisi salah satu sahabat Nabi Muhammad yang rasional.
34Habib Husein mempunyai hobi yang unik yaitu gemar mengoleksi buku-buku sejarah Arab, Indonesia dan negara lainnya yang langka. Kegemaran tersebut diwariskan dari keluarganya yang juga gemar mengoleksi buku-buku langka dari berbagai macam negara. Habib Husein Ja‟far dikenal sebagai penulis dan pendakwah di media digital Yotube. Ia pernah menyantri di salah satu pondok pesantren di Bangil,
33Sumber:https://www.youtube.com/watch?v=CQU68CZi PTw (Youtube Tretan Universe :Mengenal Sisi lain sosok Habib Husein Ja‟far)
34 Sumber: https://youtu.be/cCrVOkpLuTg (Youtube Gita Wirjawan)
43
Pasuruan, Jawa Timur. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dengan memilih jurusan Aqidah dan Filsafat Islam. Sesudah menyelesaikan S1, ia melanjutkan kuliah magisternya di Universitas yang sama dengan mengambil jurusan Ilmu al- Qur‟an dan Tafsir.
Menjadi pendakwah bukanlah cita-cita Habib Husein.
Cita-cita menjadi ulama adalah keinginan ayahnya yang ingin anaknya menjadi seorang ulama. Ketika sekolah dasar pun, ayahnya menuliskan cita-cita anaknya menjadi seorang ulama. Habib Husein bersekolah di SMP Negeri, namun ketika kelas 2 SMA ia ditawari untuk masuk ke Pondok Pesantren di Jawa Timur dan ia pun tidak menolak. Alasan Habib Husein tidak menolak karena ia pikir tinggal di Pondok Pesantren merupakan hal yang menyenangkan.
Seperti yang dikutip dari wawancaranya di Youtube Podcast JakTv, ia masuk pesantren melainkan karena sebuah
“kecelakaan”. Habib Husein baru bersekolah di Pondok Pesantren ketika ia dibangku SMA kelas 2, bukan dari tahun pertamanya.
35Ketika di pesantren ia ditawari untuk mengikuti ujian SPMB untuk Perguruan Tinggi Negeri.
Sebenarnya Habib Husein ingin bersekolah di luar negeri dengan jurusan agama. Ketika hasil ujian SPMB keluar dan
35Sumber:https://www.youtube.com/watch?v=LC- 20Z7DWic&list=PL9yP76hI63-
MBC4aiUMXhWaJlJbYLMTKz&t=0s (Jaktv Official Channel)
44
dinyatakan lulus di perguruan tinggi yang ia ikuti ujiannya, maka Habib Husein pun mengambilnya serta tidak jadi bersekolah di luar negeri.
Selesainya bersekolah di Pondok Pesantren, ia mendaftarkan diri dengan hasil ujian SPMB yang lulus di UIN Jakarta jurusan Aqidah Filsafat untuk strata 1 nya.
Setelah menyelesaikan pendidikan S1nya ia pun melanjutkan pendidikan S2 nya di Universitas yang sama dengam jurusan Tafsir Qur‟an.
36Habib Ja‟far saat ini tinggal di Tangerang Selatan dan mempunyai toko buku dengan nama “Warung Sejarah RI”. Ia menjual berbagai macam buku Islami dari Indonesia maupun Arab. Selain itu Habib Ja‟far membuat kaos dengan kata mutiara Islami untuk memperluas dakwahnya selain dengan tulisannya.
B. Aktivitas Dakwah Habib Husein
Habib Husein Ja‟far merintis dakwahnya melalui dunia literatur. Karya tulisnya kerap menghiasi kolom media nasional Indonesia. Pada awalnya ia fokus pada berdakwah melalui buku, namun dengan melihat perkembangan dunia sosial media banyak yang berisi konten tidak mendidik cenderug negatif ia memutuskan untuk tampil didepan layar
36 Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=LC- 20Z7DWic&list=PL9yP76hI63-
MBC4aiUMXhWaJlJbYLMTKz&t=0s