• Tidak ada hasil yang ditemukan

gaya bahasa habib husein ja‟far dalam ... - Digilib UIN SUKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "gaya bahasa habib husein ja‟far dalam ... - Digilib UIN SUKA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA BAHASA HABIB HUSEIN JA‟FAR DALAM TAYANGAN

“KULTUM PEMUDA TERSESAT” PADA AKUN YOUTUBE MAJELIS LUCU INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Disusun oleh : Afrigh Shabrina NIM 17102010066

Pembimbing

Dra. Hj. Evi Septiani Tavip., M. Si NIP 19640923199203 2 001

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2022

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

(4)

iv

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI

(5)

v ABSTRAK

GAYA BAHASA HABIB HUSEIN JA‟FAR DALAM TAYANGAN “KULTUM PEMUDA TERSESAT” PADA AKUN YOUTUBE MAJELIS LUCU

INDONESIA

Afrigh Shabrina , NIM. 17102010066, 2022. Gaya bahasa Dakwah Habib Husein Ja‟far Dalam Tayangan “Kultum Pemuda Tersesat” Pada Akun Youtube Majelis Lucu Indonesia. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan tentang bagaimana gaya bahasa dan gaya bahasa dakwah Habib Husein Ja‟far yang digunakan saat menjadi narasumber dalam tayangan dakwah berjudul, “Kultum Pemuda Tersesat”. Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, maka teori yang digunakan adalah teori gaya bahasa dan teori gaya bahasa dakwah. Jenis penelitian ini ialah menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi dokumentasi. Dan untuk analisis datanya menggunakan analisis model Miles dan Huberman.

Hasil dari penelitian gaya bahasa yang digunakan jika dilihat dari pemilihan kata ialah gaya bahasa resmi dan tidak resmi. Untuk gaya bahasa berdasarkan nada, menggunakan gaya bahasa mulia dan bcn ertenaga. Lalu berdasarkan struktur kalimat gaya bahasa yang digunakan adalah antiklimaks. Dan yang terakhir dalam gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya sebuah makna menggunakan gaya bahasa retoris berjenis koreksio dan kiasan berjenis sinisme. Sedangkan untuk gaya bahasa dakwah Habib Husein Ja‟far menunjukkan ta‟lim dan tarbiyah, tarhib dan inzar, targhib dan tabsyir, qashash dan riwayat serta amar dan nahi.

Kata Kunci : Youtube, Gaya bahasa, Gaya Bahasa Dakwah, Habib Husein Ja‟far

(6)

vi

MOTTO

“Barangsiapa memberikan kehidupan bagi orang lain walaupun satu nyawa itu seperti memberikan kehidupan kepada seluruh umat manusia”

(7)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil „alamin

Segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan karuniaNya yang tiada henti hingga saya berhasil mencapai titik ini

Skripsi ini saya persembahkan untuk

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. wr. wb.

Alhamdulillahirabbil‟alamin, Puji sukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penelitian ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan dari Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.UIN Sunan Kalijaga. Penelitian yang berjudul

“GAYA BAHASA HABIB HUSEIN JA‟FAR DALAM TAYANGAN

“KULTUM PEMUDA TERSESAT” PADA AKUN YOUTUBE MAJELIS LUCU INDONESIA”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya bahasa Habib Husein Ja‟far dalam sebuah tayangan dakwah bernama “Kultum Pemuda Tersesat”.

Penulis menyadari penelitian ini masih ditemukan ketidaksempurnaan, maka penulis menerima kritik dan saran yang membangun. Apabila terdapat suatu kelebihan semoga dapat diambil manfaat dengan sebaik-baiknya.

Penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan dukungan berbagai pihak, Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada:

1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag.,M.A.

2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof.

Dr. Hj. Marhumah,.M.Pd.

(9)

ix

3. Ketua Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Nanang Mizwar Hasyim, S.Sos., M.Si.

4. Dosen Pembimbing.Akademik,.Khoiro Ummatin, S.Ag., M.Si.

5. Dosen Pembimbing Skripsi, Dra. Hj. Evi Septiani Tavip Hayati, M. Si. yang telah memberikan masukan serta membimbing dari awal hingga selesainya skripsi penulis.

6. Segenap dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam, segenap staff tata usaha yang telah memberikan ilmu, dukungan serta pelayanan yang baik.

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Cholison dan Ibu Sintowati yang telah memberi motivasi terbesar kepada penulis dan memberikan dukungan dan do‟a tanpa lelah agar lancarnya penyusunan skripsi.

8. Kakak penulis, Basthomy Zulfy yang selalu memberikan dukungan dan motivasi agar selesainya penyusunan skripsi ini.

9. Rekan terdekat penulis, Tazkia, Khasyina, Ridwan, Azka, Aldo, Ela, Ina, Fina, Nila, dan Briyan yang menemani dan memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman KPI angakatan 2017 dan Teman-teman KKN Desa Bebel yang saya sayangi.

11. Bapak K.H Jalal Suyuthi dan Ibu Nyai Hj. Nelly Umi Halimah serta keluarga besar Ponpes Wahid Hasyim, khususnya asrama AHC 1 yang saya cintai.

(10)

x

Serta semua pihak lainnya yang membantu dalam menyusun skripsi ini yang tidak bisa di sebutkan satu persatu. Semoga setiap kebaikan, bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amalan kebaikan dan senantiasa mendapatkan balasan lebih baik dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat kedepannya. Amin.

Yogyakarta, 10 Juli 2022 Penulis,

Afrigh Shabrina NIM.17102010066

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Manfaat Teoritik. ... 4

2. Manfaat Praktik. ... 4

E. Kajian Pustaka ... 5

F. Kerangka Teori ... 7

G. Metode Penelitian ... 24

1. Jenis Penelitian ... 24

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 26

3. Teknik Pengumpulan Data ... 27

4. Teknik Analisis Data ... 28

H. Sistematika Pembahasan ... 29

BAB II ... 30

GAMBARAN MAJELIS LUCU INDONESIA, KULTUM PEMUDA TERSESAT DAN PROFIL HABIB HUSEIN JA‟FAR ... 30

A. Majelis Lucu Indonesia ... 30

B. Kultum Pemuda Tersesat ... 31

(12)

xii

C. Profil Habib Husein Ja‟far. ... 34

BAB III ... 37

GAYA BAHASA HABIB HUSEIN JA‟FAR DALAM TAYANGAN KULTUM PEMUDA TERSESAT PADA AKUN YOUTUBE MAJELIS LUCU INDONESIA ... 37

A. Gaya Bahasa Habib Husein Ja‟far ... 37

B. Gaya Bahasa Dakwah Habib Husein Ja‟far ... 48

BAB VI ... 62

PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran-saran ... 63

1. Untuk Habib Husein Ja‟far ... 63

2. Untuk Para Pendakwah ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 69

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Gaya Bahasa Habib Husein Ja‟far dalam video pertama berjudul “Pertanyaan Terultimate untuk Habib Husein Ja‟far” . ... 37 Tabel 2 Gaya Bahasa Habib Husein Ja‟far dalam video kedua berjudul “Transfusi Darah dari Coki Pardede” ... 38 Tabel 3 Gaya Bahasa Habib Husein Ja‟far dalam video ketiga berjudul “Pacar Satu Kamar” ... 39 Tabel 4 Gaya Bahasa Dakwah Habib Husein Ja‟far dalam video pertama berjudul

“Pertanyaan Terultimate untuk Habib Husein Ja‟far”. ... 48 Tabel 5 Gaya Bahasa Dakwah Habib Husein Ja‟far dalam video kedua berjudul

“Transfusi Darah dari Coki Pardede” ... 49 Tabel 6 Gaya bahasa dakwah Habib Husein Ja‟far dalam video ketiga berjudul “Pacar Satu Kamar”. ... 50

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam adalah rahmatan lil „alamin yang artinya rahmat untuk seluruh alam tidak hanya umat Islam saja. Rasulullah diutus ke dunia untuk membawa misi menyebarkan ajaran Islam dengan berdakwah. Dakwah adalah sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah merupakan perintah Allah SWT yang ditujukan untuk seluruh umat muslim seperti dalam Q.S. an Nahl ayat 125:

َوُهَو ۖ ۦِ ِلِيِب َس نَع َّل َض نَمِب َُلَْعَأ َوُه َكَّبَر َّن إ ۚ ُن َسْحَأ َ ِهِ ِتَِّم ٱِب مُهْمِدَٰ َجَو ۖ ِةَن َ سَحْم أ ِةَظِعْوَمْم أَو ِةَ ْكِْحْم ٱِب َكِّبَر ِليِبَس َٰلَ ِ إ ُعْد أ ِ َنيِدَتْهُمْم ٱِب َُلَْعَأ

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan- Nya dan Dialah yang lebih mengetahui yang mendapat petunjuk”. (Q.S. an Nahl:

125)1.

Berdasarkan ayat di atas, Allah menyerukan pada setiap muslim untuk berdakwah. Seorang da‟i dalam melakukan dakwah menggunakan banyak cara sesuai yang dicontohkan oleh syariat. Diantaranya adalah dengan hikmah atau cara

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2006), hlm. 281.

2 Djamalul Abidin, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta, Gema Insani Press, 1996), hlm.

(15)

2

yang bijak, mauidzah khasanah atau pengajaran yang baik mauidzah khasanah dan mujadalah billati hiya ahsan atau saling bertukar pikiran dengan baik juga.

Dakwah, komunikasi dan bahasa adalah trilogy yang satu sama lain saling terkait (interdependetif)2. Bahasa adalah sarana utama dalam berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, bahasa juga bisa menjadi simbol yang untuk mengantarkan nilai dan makna dari sesuatu. Maka, seorang da‟i membutuhkan kemampuan berbahasa yang baik supaya ajaran yang dibawa dapat sampai pada mad‟u. Da‟i juga harus mengetahui gaya bahasa yang benar untuk menghindari kesalahpahaman.

Seiring dengan kemajuan teknologi, khususnya pada bidang informasi dan komunikasi masyarakat dari berbagai kalangan akrab dengan alat komunikasi modern, meliputi televisi, gadget, komputer, laptop dan lain-lain. Segala bentuk informasi dan proses komunikasi dapat dilakukan dengan alat-alat tersebut melalui perantara jaringan internet. Menurut laporan “Digital 2021”, sekitar 98,5 persen menonton video online setiap bulannya. Sedangkan sebanyak 74,3 persen pengguna internet Indonesia juga menonton video blog (vlog) setiap bulannya.3

Masyarakat Indonesia memiliki ketertarikan yang cukup tinggi pada konten berbentuk video. Peluang ini dimanfaatkan oleh beberapa da‟i untuk memperluas segmentasi dakwah. Salah satu caranya ialah menyampaikan ceramah keagamaan melalui media online. Habib Husein Ja‟far adalah seorang da‟i muda yang banyak

2 Djamalul Abidin, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta, Gema Insani Press, 1996), hlm.

1.

3

http://www.kompas.com/galuhputririyanto/jumlahpenggunainternetindonesia2021tembus202juta/

diakses pada 02 maret 2021, pukul 11.03 WIB.

(16)

3

berdakwah pada kalangan millennial. Beliau aktif berdakwah di media online salah satunya melalui youtube dalam tayangan berjudul “Kultum Pemuda Tersesat” di sebuah akun youtube bernama “Majelis Lucu Indonesia”. Majelis Lucu Indonesia yang untuk selanjutnya akan penulis sebut “MLI” sendiri merupakan akun youtube berbasis komedi sarkasme dan banyak mengunggah konten-konten yang menyinggung isu SARA. Dalam akun MLI, Habib Husein Ja‟far adalah narasumber untuk memberikan ceramah keagamaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penonton MLI yang kemudian dijuluki sebagai “pemuda tersesat”.

Ceramah/kajian keagamaan termasuk jalan dakwah yang sangat berpengaruh terhadap eksistensi agama Islam. Oleh karenanya seorang da‟i harus bisa menarik perhatian mad‟u dengan kemampuan berkomunikasi yang baik. Komunikan sangat mengandalkan kemampuan berbahasa ketika berbicara. Variasi bahasa dibutuhkan oleh komunikator dalam mengemas pidato yang dibawakan. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan mad‟u dari kejenuhan.4 Jika da‟i tidak mampu menjadi komunikan yang baik maka proses dakwah berpotensi gagal, terlebih jika mad‟u tidak memahami isi dan pesan yang disampaikan.

Tayangan Kultum Pemuda Tersesat” ini mendapat antusiasme penonton youtube yang cukup signifikan. Terbukti setiap unggahan video “Kultum Pemuda Tersesat” ini dapat mencapai jumlah ratusan ribu, hingga 2-3 juta kali tayang pada beberapa video. Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana gaya

4 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 118.

(17)

4

bahasa dakwah yang digunakan oleh Habib Ja‟far dalam tayangan “Kultum Pemuda Tersesat” pada akun youtube Majelis Lucu Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana gaya bahasa yang digunakan oleh Habib Husein Ja‟far pada tayangan

“Kultum Pemuda Tersesat” pada akun youtube “Majelis Lucu Indonesia”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya bahasa dalam tayangan “Kultum Pemuda Tersesat” pada akun youtube “Majelis Lucu Indonesia”.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritik.

a. Dapat digunakan sebagai referensi pengembangan keilmuwan dakwah pada umumnya dan gaya bahasa dakwah pada khususnya.

b. Memberikan kontribusi keilmuwan tentang peran gaya bahasa dakwah dalam komunikasi massa.

2. Manfaat Praktik.

Manfaat praktis ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat tentang implementasi gaya bahasa terutama segi gaya bahasa dalam siaran dakwah melalui media.

(18)

5

E. Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Astrid Novia Pahlupy pada tahun 2019 dengan judul “Gaya Gaya bahasa Dakwah Ustadz Hanan Attaki di Youtube” dengan rumusan masalah bagaimana gaya gaya bahasa dakwah Ustadz Hanan Attaki di youtube.

Kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa kebanyakan pendengar ceramah beliau adalah anak muda. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa percakapan yang dinilai dapat menarik perhatian anak muda. Sedangkan gaya suara yang dalam ceramah beliau ialah menggunakan pitch. Yakni, penekanan-penekanan pada suara5.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah rumusan masalah dalam penelitian penulis fokus pada gaya bahasa dan menggabungkan dua teori yakni, teori gaya bahasa umum dan gaya bahasa dakwah. Selain itu penelitian ini menggunakan lebih dari satu objek penelitian yakni 3 tayangan dakwah yang diperoleh dari metode purposing sampling.

Penelitian yang dilakukan oleh Arifin Suryo Tri Anggoro pada tahun 2018 dengan judul “Gaya bahasa Dakwah Ustadz Felix Siauw di dalam Siaran Dakwah Melalui Instagram @Felixsiauw” dengan rumusan masalah bagaimana gaya bahasa dakwah Ustadz Felix Siauw dalam siaran dakwah melalui akun instagram

@Felixsiauw dalam aspek gaya bahasa, gaya suara dan gaya gerak tubuh.

Kesimpulan yang dihasilkan adalah gaya bahasa dakwah Ustadz Felix Siauw adalah ta‟lim dan tarbiyah. Selain itu beliau juga memiliki gaya ceramah yang lugas, santai

5 Astrid Novia Pahlupy, Gaya Gaya bahasa Dakwah Ustadz Hanan Attaki di Youtube, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2019), hlm 156.

(19)

6

dan jelas. Materi dakwah beliau didominasi ajakan-ajakan dan pembelajaran tentang aqidah dan syari‟ah.6. Perbedaan dengan penelitian milik penulis ialah objek penelitiannya. Penulis menggunakan objek penelitian siaran dengan media youtube yang memiliki durasi lebih panjang dari instagram.

Penelitian yang dilakukan oleh Titin Rahmawati pada tahun 2018 yang berjudul “Analisis Semiotik Gaya Gaya bahasa Dakwah Oki Setiana Dewi dalam Kisah Detik-detik Wafatnya Rosulullah SAW pada Media Youtube”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gaya bahasa, suara dan gerak tubuh Oki Setiana Dewi dalam “Kisah Detik-detik Wafatnya Rosulullah SAW” pada media youtube. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa beliau menggunakan gaya bahasa percakapan. Kemudian pada gaya suara, pitch, pause, dan penekanan kecepatan dalam mengucapkan kata merupakan aspek yang diperhatikan oleh da‟i Sedangkan dalam gaya tubuh ia menggunakan gerakan non verbal, seperti saat ia bercerita tentang detik-detik wafatnya Rosulullah7. Perbedaan dengan penelitian ini adalah rumusan masalah dalam penelitian penulis fokus pada gaya bahasa dan menggunakan dua teori yakni, teori gaya bahasa secara umum dan teori gaya bahasa dakwah.

6 Arifin Suryo Tri Anggoro, Gaya bahasa Dakwah Ustadz Felix Siauw di dalam Siaran Dakwah Melalui Instagram @Felixsiauw, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga,2015), hlm. 70.

7 Titin Rahmawati, Analisis Semiotik Gaya Gaya bahasa Dakwah Oki Setiana Dewi dalam Kisah Detik-detik Wafatnya Rosulu llah pada Media Youtube, Skripsi (Surabaya, Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel, 2018), hlm. 84-85.

(20)

7

Penelitian yang dilakukan oleh Nurainun Arifin pada tahun 2015 yang berjudul “Gaya bahasa Dakwah Ustadz Maulana dalam Acara „Islam Itu Indah‟” di Trans TV dengan rumusan masalah bagaimana susunan bahasa dan penggunaan bahasa oleh Ustadz Maulana dalam program “Islam Itu Indah”. Rumusan masalah dari penelitian ini ialah bagaimana susunan bahasa dan penggunaan bahasa oleh Ustadz Maulana dalam program acara “Islam Itu Indah” di Trans TV dengan rumusan masalah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Ustadz Maulana menggunaka n humor ketika berceramah. Sehingga penonton pada program acara “Islam Itu Indah” di Trans TV tidak bosan.8 Perbedaan dengan penelitian ini adalah rumusan masalah dalam penelitian penulis fokus pada gaya bahasa dan menggabungkan dua teori yakni, teori gaya bahasa secara umum dan gaya bahasa dakwah

F. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Gaya Bahasa

Gaya (style). yakni penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide dalam cara tertentu. Menurut Keraf gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui gaya bahasa, tingkah laku, berpakaian dan sebagainya.9 Gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengarang. Pada hakikatnya gaya bahasa merupakan teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dianggap

8 Nurainun Arifin, Gaya bahasa Dakwah Ustadz Maulana dalam Acara “Islam Itu Indah” di Trans TV, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2015), hlm. 72

9 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1984), hlm.

113.

(21)

8

dapat mewakili sesuatu yang akan disampaikan atau diungkapakan.10 Dengan menggunakan teori gaya bahasa sebuah narasi dapat diidentifikasi unsur kebahasaannya secara rinci.

Menurut Gorys Keraf gaya bahasa memiliki beberapa bentuk, diantaranya

a. Gaya bahasa menurut pemilihan kata

Gaya bahasa menurut pemilihan menurut Keraf selalu menjadi persoalan, sehingga dibedakan menjadi beberapa hal, diantaranya:11 1) Gaya bahasa resmi

Gaya bahasa resmi adalah jenis gaya bahasa dengan kalimat yang mempunyai susunan lengkap yang biasanya digunakan pada acara resmi, seperti pidato-pidato pejabat, khutbah jum‟at dan acara penting lainnya. Gaya bahasa resmi mudah dipahami oleh pendengar sebab menggunakan kata-kata yang jelas tatanan bahasa dan kalimatnya.12 Indikator gaya bahasa resmi adalah kalimat-kalimatnya banyak menggunakan bahasa formal atau baku yang sesuai dengan KBBI.

2) Gaya bahasa tidak resmi

10 Asep Saiful Millah, Gaya bahasa Dakwah Ustadz Handy Bonny, Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, Vol. 3, No,,. 2, 2018, hal. 173

11 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1984), hlm.

117.

12 Ibid., hlm. 117.

(22)

9

Gaya bahasa tidak resmi adalah gaya bahasa yang menggunakan bahasa standar dan tidak untuk peristiwa resmi.13 Indikatornya adalah menggunakan kalimat informal, lebih santai dan pilihan kata-katanya lebih sederhana

3) Gaya bahasa percakapan

Gaya bahasa percakapan adalah gaya bahasa yang mengandung kata-kata populer dan kata percakapan yang digunakan sehari-hari dan mempergunakan segi-segi morfologis dan sintaksi.14 Indikator gaya bahasa ini adalah kalimat-kalimatnya terbentuk seperti ketika melakukan percakapan, yakni bersambung, terus menerus, serta menggunakan bahasa yang longgar dan tidak cocok untuk ditulis sebagai naskah, essay atau bacaan.

b. Gaya bahasa berdasarkan nada

Gaya bahasa berdasarkan nada merupakan hasil sugesti yang terpancar dari kata-kata dalam teks. Kemudian, gaya bahasa yang dilihat dari sudut pandang nada yang terkandung dalam sebuah teks atau bacaan terbagi atas:

1) Gaya Sederhana

13 Ibid., hlm. 118-119.

14 Ibid., hlm. 117-121.

(23)

10

Gaya ini bahasa ini mengandalkan kepandaian dalam menyampaikan perintah, pelajaran, dan sejenisnya,.15 Ciri gaya bahasa sederhana adalah pembicara tidak melibatkan sebanyak emosi dalam perkataannya. Selain itu, gaya bahasa sederhana juga memuat kalimat- kalimat fakta dan pembuktian.

2) Gaya Mulia dan Bertenaga

Gaya bahasa mulia dan bertenaga terdapat pada percakapan yang sering digunakan untuk menggerakkan sesuatu secara emosional untuk tercapainya suatu tujuan. Gaya bahasa ini menggunakan vitalitas dan energi yang penuh dalam tiap kalimatnya.16 Gaya bahasa mulia bertenaga biasanya digunakan ketika menyampaikan tentang kemanusiaan, keagamaan, kesusilaan dan ketuhanan.

3) Gaya Menengah

Gaya ini bersifat lemah lembut, penuh kasih sayang dan terkadang mengandung humor yang ringan. Tujuannya untuk menciptakan suasana senang dan damai.17 Ciri gaya bahasa ini adalah menggunakan kalimat menggunakan kalimat-kalimat yang santun, lembut, dan memberi kesan damai.

c. Gaya berdasarkan struktur kalimat

15 Ibid., hlm. 121.

16 Ibid., hlm. 122..

17 Ibid., hlm. 121-122.

(24)

11

Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari bermacam gaya bahasa antara lain sebagai berikut:18

1) Klimaks

Klimaks adalah gaya bahasa yang di dalamnya terkandung urutan-urutan pikiran yang saling berhubungan dengan gagasan- gagasan sebelumnya.

2) Antiklimasks

Antiklimaks merupakan gaya bahasa dengan struktur dari kalimatnya yang gagasannya diurutan dari yang terpenting ke gagasan yang kurang penting. Sehingga pendengar tidak akan mendengarkan bagian-bagian berikutnya.

3) Paralelisme

Gaya bahasa paralelisme merupakan gaya bahasa yang dalam pemilihan kata-katanya mengutamakan kesejajaran atau kududukan dan fungsi gramatikal yang sama dalam frasanya. Gaya ini lahir dari struktur yang berimbang.

4) Anitesis

Anitesis merupakan gaya bahasa yang mengguakan kalimat- kalimat yang bertentangan untuk menunjukkan arti perlawanan.

5) Repetisi

18 Ibid., hlm. 124.

(25)

12

Gaya bahasa repetisi adalah pengulangan bunyi suku kata atau bagian dari kalimat yang dianggap sangat penting untuk menegaskan suatu gagasan. Dalam bagian ini akan dibicarakan repetisi yang berbentuk kata atau frasa.19

d. Gaya bahasa menurut langsung dan tidaknya sebuah makna

Gaya bahasa dapat diukur dengan tidak langsungnya sebuah makna.

Sebuah makna dikatakan polos apabila suatu bahasa masih mempertahankan makna dasar dari bahasa tersebut, dan dikatakan makna memiliki gaya ketika bahasa sudah ada perubahan makna berupa konotatif maupun denotatif. Gaya bahasa berdasarkan langsung dan tidaknya sebuah makna dibagi menjadi dua macam, yaitu:20

1) Gaya bahasa retoris

Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang memiliki perbedaan kata, kalimat dan tata bahasa guna mencapai efek tertentu. Ada beberapa unsur gaya bahasa retoris, diantaranya:

a) Aliterasi: gaya bahasa dengan pengulangan konsonan pada kalimat.

b) Asonansi: sebuah gaya bahasa dengan pengulangan suara yang sama untuk memberikan efek penekanan yang indah.

19 Ibid., hlm. 124-127.

20 Ibid., hlm. 129.

(26)

13

c) Apofasis: apofasis disebut juga preterisi merupakan gaya seorang penulis untuk menegaskan sesuatu namun menggunakan bahasa yang seolah-olah menyangkal.

d) Ellipsis: gaya yang dengan menghilangkan sebuah unsur kalimat tapi dapat dengan mudah ditafsirkan sendiri oleh pendengar.

e) Eufemismus: sebuah gaya bahasa yang mengungkapkan suatu hal yang dapat menimbulkan ketersinggungan akan tetapi digunakan bahasa yang lebih halus.

f) Eritosis atau pertanyaan retoris: bentuk pertanyaan yang terdapat dalam pidato atau tulisan untuk efek lebih mendalam dari pidatonya.

g) Litotes: gaya bahasa dengan tujuan merendahkan diri.

h) Perifrasis: mengganti kata-kata berlebihan dengan satu kata saja.

i) Prolepsis atau antisipasi: gaya bahasa yang menggunakan kata-kata untuk memprediksi peristiwa sebelum terjadi.

j) Koreksio: gaya bahasa yang menegaskan di awal namun kemudian memperbaikinya.

k) Hiperbol: gaya bahasa yang digunakan untuk melebih-lebihkan suatu hal.

l) Paradox: gaya yang menyebutkan suatu hal yang seolah-olah bertentangan dengan fakta-fakta yang ada.21

2) Gaya bahasa kiasan

21 Ibid., hlm. 130-136.

(27)

14

Gaya bahasa kiasan merupakan perbedaan kata, kalimat atau tata bahasa untuk efek lebih jauh dan khusunya di bidang makna. Gaya bahasa kiasan dibagi menjadi beberapa unsur, diantaranya:22

a) Metafora adalah sebuah analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, namun dalam bentuk lain yang lebih singkat

b) Alegori, parable dan fable Ketiga gaya bahasa kiasan ini memiliki ajaran moral yang hampir sama. Alegori merupakan cerita singkat yang mengandung bahasa kiasan dengan nama-nama pelaku yang bersifat abstrak, nama tokoh asli dan selalu mengandung tema moral dalam cerita, fiktif, sedangkan fable merupakan cerita mengenai bintang seolah-olah sebagai manusia.

c) Personifikasi atau disebut juga prosopopeia adalah menggambarkan benda mati yang seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan, baik prilaku, perasaan, watak dan lainnya.

d) Hipatalase adalah Gaya bahasa yang menggunakan ungkapan yang seharusnya digunakan untuk ungkapan lain.

e) Ironi atau penipuan merupakan ungkapan sesuatu dengan menyembunyiksn makna dan tujuan yang asli dengan kalimat lain ironi dapat berhasil jika pendengar sadar akan maksud dibalik rangkaian kata tersebut, berbeda dengan sinsime, sinisme berarti sebuah sindiran yang berbentuk ejekan nyata dan gamblang atas sesuatu.

22 Ibid., hlm. 136.

(28)

15

f) Satire adalah bentuk ungkapan untuk menertawakan atau menolak sesuatu.23

2. Tinjauan tentang Gaya Bahasa Dakwah a. Pengertian dan Elemen-Elemen Dakwah

1) Pengertian Dakwah

Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yakni da‟aa, yad‟u, du‟aah/da‟watan. Menurut ilmu tata bahasa Arab, bahwa kata duaa‟

atau dakwah merupakan isim mashdar dari du‟aa. Arti keduanya sama yaitu ajakan atau panggilan.24

Pengertian dakwah adalah suatu kegiatan yang mengarah pada ajakan kebaikan yang dilakukan oleh seseorang secara sadar dan terencana. bentuk dakwah bisa berupa ucapan/lisan, tulisan, perbuatan dan lain sebagainya. Tujuan dakwah adalah untuk mempengaruhi orang lain baik secara individual ataupun secara kelompok. Tujuannya untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama. Dakwah berkedudukan sebagai message atau pesan yang disampaikan pada orang lain tanpa adanya pemaksaan.25

23 Ibid., hlm. 138-145.

24 Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah Dalam Membentuk Da’i dan Khotib Proesional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 1.

25 M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 6.

(29)

16

Menurut Hamzah Ya‟cub pengertian dakwah terbagi ke dalam dua kategori, yaitu pengertian dakwah secara umum dan pengertian dakwah menurut Islam. Pengertian dakwah secara umum ialah suatu pengetahuan yang berisi pengajaran tentang cara menarik perhatian orang, agar mengikuti sebuah ideologi atau pekerjaan. Sedangkan pengertian dakwah Islam ialah mengajak manusia menggunakan hikmah dan kebijaksanaan supaya mengikuti petunjuk Allah dan Rasul.26

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dakwah berarti mengajak orang lain untuk mengikuti sebuah ajaran dalam arti khusus ajaran Islam dengan menggunakan cara-cara persuasif dan tanpa paksaan.

2) Elemen-elemen dakwah antara lain:

a) Subjek Dakwah (Da‟i)

Da‟i secara epistimologis berasal dari bahasa Arab, yang memiliki arti orang yang melaksanakan dakwah, dalam arti lain merupakan orang yang menyampaikan pesan dakwah pada orang lain (mad‟u). Kata “da‟i” menurut ilmu tata bahasa Arab adalah bentuk isim fail (kata yang menunjukkan pelaku pekerjaan).27

26 Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah Dalam Membentuk Da’i, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 4.

27 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm. 3.

(30)

17

Kemudian dakwah secara umum mempunyai pengertian bahwa tiap muslim yang mukallaf (dewasa) dapat berperan sebagai da‟i/muballigh (komunikator) dengan sendirinya dan memiliki kewajiban untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia.28

b) Objek Dakwah (Mad‟u)

Setelah mengetahui pengertian subjek dakwah atau yang disebut da‟i, selanjutnya adalah elemen dakwah yang berkedudukan sebagai komunikan dakwah (mad‟u). Mad‟u merupakan pihak kedua yang diajak oleh mad‟u ke jalan Islam29. Secara bahasa kata mad‟u berasal dari bahasa Arab dan merupakan sebuah bentuk dari isin maf‟ul (kata yang menunjukkan objek atau sasaran). Sedanakan secara terminologi, definisi mad‟u ialah orang atau kelompok yang pada umumnya disebut jama‟ah dimana mereka berguru pada da‟i untuk menuntut ajaran agama.30

c) Pesan Dakwah

Pesan dakwah merupakan perangkat lunak yang dibawakan atau disampaikan oleh seorang da‟i melalui ceramah dan tabligh. Isi dari pesan dakwah bersumber dari al-Qur‟an dan sunnah berupa

28 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jaka rta: Amzah), hlm. 146.

29 Bambang S Ma’arif, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), hlm. 41.

30 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.

279.

(31)

18

ajaran-ajaran dan nilai-nilai dalam agama Islam. Ajaran Islam berkedudukan sebagai pemandu jalan di dalam kehidupan umat yang sifatnya autentik dan universal.31

d) Metode Dakwah

Selama proses dakwah seorang da‟i atau penceramah butuh kepada strategi dan pengetahuan tentang metodologi dakwah.

Metodologi dakwah sendiri ialah ilmu yang membahas dan mempelajari mengetahui metode dan cara-cara untuk berdakwah dengan secara efektif dan efisien agar tujuan dakwah tercapai.32 Terdapat banyak metode dakwah dalam yang dapat disesuikan dengan kemauan, keahlian, dan keadaan. Namun, secara garis besar berdasarkan dari firman Allah SWT. Dalam surat An-Nahl:125, metode dakwah secara garis besar terbagi menjadi 3 bagian:

 Hikmah (Bijaksana) adalah segala ucapan, sikap, dan tindakan yang dilakukan berdasarkan ilmu yang benar. Yakni, dengan selalu memperhatikan situasi dan keadaan serta mempertimbangkan rasa keadilan bagi diri sendiri dan orang lain dalam rangka mencapai suatu tujuan.

 Mau'izhah Hasanah (Nasehat yang Baik) yaitu bertutur kata, mengajarkan pendidikan dan nasehat yang baik. Dakwah

31 Bambang S Ma’arif, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), hlm. 43.

32 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 100.

(32)

19

dengan mau'izhah hasanah ini termasuk dakwah termudah yang dapat dilakukan. Selain itu dakwah dengan metode ini juga dinilai cepat sampai pada sasaran. Selain itu, biaya yang digunakan dalam berdakwah juga sangat terjangkau, sebab objek dakwahnya hanyalah indra pendengaran dan indra penglihatan. Dalam artian da‟i sebagai penutur langsung dan mad‟u sebagai pendengar. Contoh mauizhah hasanah ialah silaturahmi kursus-kursus, penyuluhan, pengajian rutin di majelis taklim, ceramah, khutbah dan sebagainya.

 Mujadalah Billati Hiya Ahsan (Berdiskusi) yaitu bertukar pikiran atas sebuah persoalan dengan baik dan menjalankan etika atau kesopanan. Tujuannya ialah demi menemukan kebenaran dan bukan untuk mencari kemenangan atau popularitas. Contoh kegiatan mujadalah billatii hiya ahsan diantaranya, misalnya adalah panel diskusi, dialog, seminar, debat, lokakarya dan lain-lain.33

e) Sarana/Media Dakwah

Sarana atau media ialah segala hal yang mengantarkan pada sesuatu. Maka, sarana dakwah ialah semua hal yang dapat

33 Abdullah, Gaya bahasa dan Dakwah Islam. Jurnal Dakwah. Vol. X , Januari-Juni 2003, hlm.

115.

(33)

20

membantu da‟i dalam menyampaikan dakwahnya34. Definisi lain dari media dakwah adalah hal-hal atau alat yang digunakan da‟i untuk berdakwah. Media dakwah biasanya berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.35 Pada zaman sekarang media yang digunakan adalah surat kabar, televisi, radio dan internet.

b. Gaya bahasa Dakwah

Menurut Gunawan Wibisono gaya bahasa dakwah adalah perkataan baik berupa lisan maupun tulisan yang memiliki unsur-unsur memperingatkan, mempengaruhi, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan36. Sedangkan untuk Ada 6 gaya bahasa dakwah digunakan oleh da‟i dalam dakwahnya, yang dijelaskan oleh Hasjmy yakni sebagai berikut:

1) Ta‟lim dan Tarbiyah (Pengajaran dan Pendidikan)

Ta‟lim artinya memberi pelajaran atau mengajarkan pengetahuan dan melakukan penyelidikan. Tarbiyah berarti mendidik seseorang supaya memanfaatkan pengetahuan dan penyelidikan yang didapatkan agar membuahkan kesadaran akan syariah dan aqidah.

Memberikan pengertian kepada orang bodoh akan kebenaran dan

34 Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah (Malang: UMM Press, 2010), hlm. 14.

35 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 163.

36 Gunawan Wibisono, Acuan Berbahasa Indonesia Dengan Benar (Semarang: Media Wiyata 1992), hlm. 9.

(34)

21

membuka pandangan yang luas untuk melihat kebenaran adalah tugas seorang da‟i. Tugas lain da‟i yang lain adalah mengembangkan seluruh jalan pengajaran dan pendidikan supaya kebenaran tersebut bisa sampai pada mad‟u.37 Indikator gaya bahasa dakwah tarbiyah dan ta‟lim adalah: mengajarkan dan mendidik, memberi pengetahuan, menjelaskan, dan memberikan contoh untuk berbuat kebaikan.

2) Tazkir dan Tanbih (Pengingatan dan Penyegaran Kembali)

Agar pengetahuan yang didapat mad‟u tidak dilupakan dan selalu diamalkan, maka mad‟u harus diingatkan dan disadarkan kembali pada pengajaran dan pendidikan yang pernah diterima.

Disinilah dakwah menurut uslub Al-qur‟an harus berdasarkan tazkir dan tanbih38. Setelah melakukan tarbiyah dan ta‟lim, seorang da‟i enantiasa mengulang kembali materi dakwah yang pernah disampaikan sebagai pengingat dan penyegaran kembali untuk mad‟u.

3) Targhib dan Tabsyir (Penyampaian Berita Pahala dan Menyampaikan Berita Gembira)

Targhib dan Tabsyir adalah gaya bahasa yang bertujuan untuk menggemarkan mad‟u agar berbuat amal shalih. Dakwah dengan gaya bahasa ini menggambarkan pahala yang akan didapatkan mad‟u jika

37 A. Hasjmi, Dustur Da’wah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 230.

38 Ibid,. hlm. 272.

(35)

22

melaksanakan amal sholih39. Gaya bahasa ini digunakan kepada mad‟u yang belum mau mengamalkan ajaran Islam yang telah disampaikan sebelumnya. Indikator gaya bahasa targhib dan tabsyir adalah menyampaikan berita gembira dan janji Allah untuk memberikan balasan berupa pahala dan surga bagi umatNya yang mau berbuat baik dan menjalankan perintahNya.

4) Tarhib dan Inzar (Menakut-nakuti dan Menyampaikan Berita Dosa) Gaya bahasa ini berisi menampilkan berita siksaan yang akan diterima oleh orang yang berbuat tercela dan berkata dusta. Tujuannya untuk memberikan peringatan dan menakut-nakuti mad‟u supaya tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama40. Muhammad Ghazali memberikan contoh-contoh gaya bahasa Tarhib dan Inzar, yaitu:

Penyebutan nama Allah, pengungkapan tentang adanya bahaya segera, dan penyebutan peristiwa akhirat41. Indikator gaya bahasa tarhib dan inzar adalah menyampaikan ancaman dan konsekuensi berupa dosa dan siksa yang akan diterima oleh umat yang berbuat kerusakan dan melanggar perintah Allah.

5) Qashash dan Riwayat (Mengingatkan Cerita Masa Lalu dan Cerita Baik dan Cerita Buruk)

39 Ibid,. hlm .240

40 Ibid,. hlm. 245

41 Muhammad Ghazali, Islam agama Dakwah, (Jakarta: Pustaka Setia, 1979) hlm. 283

(36)

23

Gaya bahasa ini mengemukakan tentang cerita dan kisah masa lampau yang pernah dialami manusia atau suatu kelompok/ kaum.

Gaya bahasa tersebut biasanya menceritakan akibat yang diterima manusia setelah melakukan suatu perbuatan42. Gaya qashash dan riwayat ini merupakan metode dakwah dengan menceritakan kisah- kisah masa lalu untuk dijadikan pembelajaran. Kisah tersebut bisa bersumber dari Al-Qur‟an, Hadits maupun referensi lain yang memaparkan sejarah yang dapat diambil hikmah daripadanya.

6) Amar dan Nahi (Perintah dan Larangan)

Amar dan Nahi adalah jenis gaya bahasa yang isinya perintah dan larangan. Setiap perintah yang diserukan juga diikuti oleh penyampaian pahala yang akan didapatkan bagi manusia yang mau mengerjakannya. Begitu pula larangan yang disampaikan diikuti dengan ancaman dan berita siksaan bagi yang melanggar.43 Salah satu ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan gaya bahasa dakwah dengan amar ma‟ruf nahi munkar adalah Q.S. Ali Imron ayat 104 yang berbunyi:

وُإَو ۗ ِرَكْنُمْمإ ِنَع َن ْوَ ْنَْيَو ِف ْو ُرْعَمْم ِبِ َن ْو ُرُمْٱَيَو ِ ْيَْخْمإ َلَِإ َن ْوُع ْدَّي ٌةَّمُإ ْ ُكُْنِّم ْنُكَتْمَو ُ ُهُ َك ىٰٰۤم ِ

ن ْوُحِلْفُمْمإ

Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan

42 A. Hasjmi, Dustur Da’wah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974) hlm. 254

43 Muhammad Ghazali, Islam agama Dakwah, (Jakarta: Pustaka Setia) hlm. 290.

(37)

24

mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali Imron: 104).44

Indikator gaya bahasa Amar dan Nahi atau yang lebih dikenal Amar Ma‟ruf Nahi Munkar atau mengajak pada kebaikan dan mencegah pada kemunkaran atau kejahatan adalah menyampaikan perintah-perintah Allah yang harus ditaati dan memberitahukan larangan-larangan Allah yang harus dihindari oleh umat Islam. Selain itu, dilengkapi sebab-sebab dan alasan perintah/larangan tersebut agar mad‟u mengerti dan paham.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Ciri penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif adalah hasil penelitian berupa kata-kata, baik tertulis atau lisan.45 Dimana penelitian ini akan mendeskripsikan gaya bahasa dakwah seorang da‟i dalam tayangan dakwab di youtube.

a. Subjek dan Objek Penelitian

44 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2006), hlm. 63.

45 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) hlm. 3.

(38)

25

Subjek penelitian adalah variabel yang dibutuhkan untuk menggali informasi yang diteliti.46 Subjek dalam penelitian ini adalah tayangan video Habib Husein Ja‟far di youtube Majelis Lucu Indonesia. Penelitian komunikasi mempunyai objek penelitian yaitu simbol dan sistem tanda.47 Sedangkan definisi dari objek penelitian sebuah sasaran ilmiah yang memiliki tujuan dan kegunaan terntentu yang bersifat objektif dan valid mengenai suatu permasalahan. Sasaran ilmiah ini digunakan untuk mendapatkan data penelitian (variable penelitian).48 Objek Penelitian dalam skripsi ini adalah gaya bahasa Habib Husein Ja‟far dan gaya bahasa dakwah yang digunakan Habib Husein Ja‟far dalam tayangan

“Kultum Pemuda Tersesat”.

b. Sumber Data

Data penelitian berisi informasi-informasi atau bahan yang yang dikumpulkan dicari kemudian dipilih oleh peneliti. Data penelitian tersebut berasal dari sumber data, antara lain: dokumen, sebuah peristiwa, narasumber (informan), aktivitas, sebuah tempat atau lokasi, atau benda.

Pada sub-sub data dan sumber data akan dikelompokkan berdasarkan jenisnya menjadi data primer dan sekunder.49

46 Salim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Citapustaka Media, 2012) hlm. 142

47 Yuliana Rakhmawati, Metode Penelitian Komunikasi, (Surabaya, Putra Media Nusantara, 2019), hlm. 11.

48 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2012), hlm 144.

49 Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif, (Solo: Cakra Books, 2014), hlm. 211.

(39)

26

Dalam penelitian ini ada dua jenis sumber data yang digunakan, yakni primer dan sekunder :

1) Data Primer dalam penelitian ini adalah berupa dokumentasi video di channel youtube Majelis Lucu Indonesia season “Kultum Pemuda Tersesat”.

2) Data Sekunder dalam penelitian ini yaitu diperoleh dari media massa dan artikel berupa profil Habib Husein Ja‟far, youtube Majelis Lucu Indonesia dan tayangan “Kultum Pemuda Tersesar”.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik purposive yaitu: teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu50. Pemilihan sampel ini berdasarkan pertimbangan durasi penayangan dan kepadatan isi materi. Durasi dan kepadatan materi penting untuk mendapatkan analisis yang detail. Kultum Pemuda Tersesat yang tayang di akun “Majelis Lucu Indonesia” memiliki dua season. Season 01 berjumlah 30 video. Sedangkan season 02 berjumlah 9 video. Setelah melakukan pengamatan, penulis mengambil 3 video dari season 02. Yakni, episode 1,2 dan 3 di “Kultum Pemuda Tersesat” season 02 yang tayang perdana pada 16 Agustus 2020, kemudian 30 Agustus 2020 dan 13 September 2020.

50 Arifin Suryo Tri Anggoro, Gaya bahasa Dakwah Ustadz Felix Siauw di dalam Siaran Dakwah Melalui Instagram @Felixsiauw, (UIN Sunan Kalijaga,2015), hlm. 19.

(40)

27

Pemilihan season 02 karena season 01 merupakan episode khusus Ramadhan yang hanya berdurasi 1-10 menit

Berikut adalah rincian ketiga video “Kultum Pemuda Tersesat”

yang merupakan sumber data penelitian penulis.

Kultum Pemuda Tersesat Season 02 Episode Tanggal

diunggah Durasi Judul Jumlah

Viewers 1 16 /08/20 22 menit

42 detik

Pertanyaan Terultima te Untuk Habib Husein

Ja‟far

2.746.277

2 30/08/20 17 menit 11 detik

Bagaimana Hukum Transfusi Darah Dari

Coki Pardede

931.838 3 13/09/20 16 menit

23 detik

Pertanyaan Tentang

Pacar Satu Kamar 1.878.970 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan studi dokumentasi. Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara tidak langsung kepada subjek penelitian untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian. Peneliti melihat sejauh mana proses yang berjalan melalui sumber data yang terdokumentasi dengan baik.51 Pada penelitian ini penulis mengumpulkan data yang berasal dari akun youtube

“Majelis Lucu Indonesia”. Data-data yang dibutuhkan adalah video ceramah Habib Husein Ja‟far yang terkumpul dalam.season khusus berjudul “Kultum Pemuda Tersesat”.

51 Ibid,. hal. 20.

(41)

28

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data flow model milik Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif bersifat secara interaktif dan terus menerus, sehingga datanya sudah jenuh52. Analisis ini ada 3 tahap yakni:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Yang dimaksud dengan reduksi data adalah memilah yang hal-hal yang pokok kemudian merangkumnya. Caranya dengan memfokuskan pada yang penting, mencari tema dan polanya dan yang terakhir adalah membuang bagian yang dinilai tidak perlu. Pada penelitian ini penulis memilih tema gaya bahasa dakwah menurut Hasjmi dan analisis gaya bahasa menurut Gorys Keraf Habib Husein Ja‟far dalam tayangan

“Kultum Pemuda Tersesat”. Maka data yang disajikan adalah kutipan- kutipan dakwah Habib Husein yang mengandung gaya bahasa menurut teori Gorys Keraf dan gaya bahasa dakwah menurut Hasjmi

b. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data dapat berbentuk bagan, hubungan antar kategori, uraian singkat, flowchart hingga uraian singkat dan sejenisnya. Penyajian data terdapat pada bab III berupa uraian gaya bahasa dakwah dan gaya bahasa Habib Husein Ja‟far dalam tayangan “Kultum Pemuda Tersesat”.

52 Ibid,. hlm. 21.

(42)

29

c. Conclusion Drawing/Verification

Tahap analisis yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Perlu diketahui bahwa kesimpulan awal yang dijabarkan sifatnya sementara. Jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada proses pengumpulan data berikutnya, maka kesimpulan dapat berubah53 Tahap kesimpulan disajikan pada bab terakhir.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis membuat sistematika pembahasan yang terdiri dari empat bab:

Bab I. Pendahuluan. Berisi penjelasan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II. Bab ini memuat uraian umum tentang Majelis Lucu Indonesia dan Kultum Pemuda Tersesat.

Bab III. Bab ini menyajikan data dan analisis gaya bahasa Habib Husein Ja‟far Habib Husein Ja‟far pada tayangan “Kultum Pemuda Tersesat” di youtube.

Bab IV. Bab ini berisi kesimpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran- lampiran.

53 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 337-345

(43)

62

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian pada tayangan video ceramah Habib Husein Ja‟far pada akun Youtube “Kultum Pemuda Tersesat” season 2 episode 1, 2 dan 3, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari kategori gaya bahasa berdasarkan pemilihan kata, dalam ketiga tayangan

“Kultum Pemuda Tersesat” ini terdapat gaya bahasa resmi dan tidak resmi.

Selanjutnya, dalam gaya bahasa berdasarkan nada, menggunakan gaya bahasa mulia dan bertenaga. Lalu berdasarkan struktur kalimat gaya bahasa yang digunakan antiklimaks. Dan yang terakhir dalam gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya sebuah makna menggunakan gaya bahasa retoris berjenis koreksio dan kiasan berjenis sinisme. Gaya bahasa resmi terdapat dalam video kedua dan ketiga. Gaya bahasa tidak resmi ditemukan dalam video kedua. Gaya bahasa tidak resmi ditemukan pada video kedua. Gaya bahasa mulia dan bertenaga terdapat pada video kedua. Gaya bahasa antiklimaks terdapat pada video ketiga.

Gaya bahasa retoris berjenis koreksio ditemukan dalam video pertama. Kemudian gaya bahasa kiasan berjenis sinisme juga terdapat pada video pertama.

2. Gaya bahasa Habib Husein Ja‟far dalam tiga video ceramah “Kultum Pemuda Tersesat” yang pertama berjudul “Pertanyaan Terultimate untuk Habib Ja‟far”,

(44)

63

yang kedua “Bagaimana Hukum Transfusi Darah Dari Coki Pardede”, dan yang ketiga “Pacar Satu Kamar” yang tayang pada tahun 2020, adalah ta‟lim dan tarbiyah, tarhib dan inzar, targhib dan tabsyir, qashash dan riwayat serta amar dan nahi. Gaya bahasa ta‟lim dan tarbiyah dapat ditemukan di dalam video pertama dan video ketiga. Targhib dan inzar ditemukan dalam video pertama dan ketiga. Targhib dan tabsyir ditemukan dalam video kedua. Qashash dan riwayat ditemukan dalam video kedua. Kemudian amar dan nahi terdapat dalam video pertama, kedua dan ketiga.

B. Saran-saran

Setelah meneliti dan mengevaluasi tayangan video ceramah “Habib Husein Ja‟far”, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk Habib Husein Ja‟far

a. Teruslah membuat konten dakwah dengan memanfaatkan teknologi. Sebab dakwah Islam harus fleksibel dan sesuai dengan zaman agar mudah diterima.

b. Lanjutkan berdakwah dengan bahasa yang bervariasi. Sehingga dakwah yang dibawakan mendapatkan antusiasme komunikan.

c. Memperluas sasaran dakwah untuk dari berbagai kalangan tentunya menggunakan gaya bahasa yang menyesuaikan dengan komunikan .

(45)

64

2. Untuk Para Pendakwah

a. Mulailah berdakwah dimana saja dan kapan saja. Sebab metode dakwah sangat luas sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai situasi dan kondisi.

b. Berdakwahlah dengan ikhlas dan tutur kata yang halus untuk mencerminkan keindahan Islam

c. Jangan pernah menyerah untuk terus menyampaikan ilmu yang dimiliki karena Allah ta‟ala.

(46)

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Gaya bahasa dan Dakwah Islam, Jurnal Dakwah, vol X:1, 2009

Abidin , D, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Tim Widya Padjadjaran, 2009) Bella, Fronqi, E., Representasi Kritik Melalui Humor dalam Media Digital Youtube

di Majelis Lucu Indonesia, Al-Ittishol: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, vol. 2:2, 2021

Cahyono, Guntur., Youtube : Seni Komunnikasi Dakwah dan Media Pembelajaran, Jurnal Dakwah Al-Hikmah, Vol. 13:1, 2019

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya, Bandung: PT.

Syaamil Cipta Media, 2006

Ghazali, Muhammad., Islam agama Dakwah, Jakarta: Pustaka Setia, 1979 Gusti, I. N. O, Gaya bahasa Sebuah Tinjauan Pengantar, Bandung: Tarate, 1976 Hamid, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, Malang: UMM Press, 2010

Hamka, Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990 Haris, Muhammad, F., Peran Dakwahtainmment Akun Channel Youtube Jeda Nulis

Terhadap Pemuda Tersesat Oleh Habib Husein Ja‟far, Jurnal Riset Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi, vol. 3:2, 2021

Hasanah, Uswatun., Karakter Gaya bahasa Dakwah Ustaz Abdus Somad (Kajian Pragmatik), Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, vol 1:2, 2020

(47)

66

Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996

Hasjmi, Ali., Dustur Dakwah Mnurut Al-Qur‟an, Jakarta: Bulan Bintang, 1974 http://www.kompas.com/galuhputririyanto/jumlahpenggunainternetindonesia2021tem

bus202juta/ diakses pada 02 maret 2021, pukul 11.03 WIB

http://www.wikipedia.com/habib-husein-ja‟far diakses pada 11 Juni 2021, pukul 11.10 WIB

https://www.whiteboardjournal.com/ideas/media/menantang-konsep-komedi- bersama-majelis-lucu-indonesia/ diakses pada 13 Juni 2021, pukul 21.15 Ilyas Ismail, A., Globalization of Da‟wa (Initiating a New Paradigm of Da‟wa in

Global Competition Era). Advances in Sosial Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), 3rd Annual International Seminar and Conference on Global Issues (ISCoGI 2017).

Imam, Alwisral, Z., Strategi Dakwah Dalam Membentuk Da‟i, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 1997.

Keraf, Gorys., Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1984..

Ma‟arif, Zainul, Gaya bahasa Metode Komunikasi Publik, Depok: PT. Raja Grafindo ada, 2015

Moeloeng, Lexy. J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010

Munir, Samsul, A., Ilmu Dakwah. Jakarta: Amizah, 2003.

(48)

67

Novia, Astrid, P., Gaya Gaya bahasa Dakwah Ustadz Hanan Attaki di Youtube, Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2019.

Nugrahani, Farida., Metode Penelitian Kualitatif, Solo: Cakra Books, 2014.

Nurainun, Arifin., Gaya bahasa Dakwah Ustadz Maulana dalam Acara, “Islam Itu Indah” di Trans TV, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015.

Rahmawati, Titin., Analisis Semiotik Gaya Gaya bahasa Dakwah Oki Setiana Dewi dalam Kisah Detik-Detik Wafatnya Rosulullah pada Media Youtube, Surabaya: UIN

Sunan Ampel, 2018.

Rakhmawati, Yuliana., Metode Penelitian Komunikasi, Surabaya: Putra Media Nusantara, 2019.

Saiful, Asep, M., Gaya bahasa Dakwah Ustadz Handy Bonny, Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, vol 3:2, 2018

Saiful, Bambang, M., Komunikasi Dakwah, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010.

Salim, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Citapustaka Media, 2012.

Saputra, Rahmat, Da‟wah Strategy Through Google Search Engine Optimization.

Islam Universalia: International Journal of Islamic Studies and Sosial Sciences., 2019.

Saputra, Wahidin., Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011.

(49)

68

Sixmansyah, Leiza., Gaya bahasa Dakwah K.H Muchammad Syarif Hidayat, Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah, 2014.

Sugiono, Metode Penelitian/ Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012

Suryo, Arifin, T. A., Gaya bahasa Dakwah Ustadz Felix Siauw di dalam Siaran Dakwah Melalui Instagram @Felixsiauw, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015

Syahroni, Ahmad, J., Gaya bahasa, Surabaya: CV. Cahaya Intan XII, 2014 Syukir, Asmuni., Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983 Tasmara, Toto., Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997

Yahya, Helmi, Husein Ja‟far AlHadar, Kain Kafan Kan Enggak Pakai Saku!, Youtube Helmi Yahya Bicara, 2021

Zainal, Yusuf, A.,. Pengantar Gaya bahasa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013)

Gambar

Tabel 1 Gaya Bahasa Habib Husein Ja‟far dalam video pertama berjudul “Pertanyaan  Terultimate untuk Habib Husein Ja‟far”

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan jenis gaya bahasa dan fungsi tuturan yang mengandung gaya bahasa dalam

Masalah yang akan digali dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana gaya bahasa dalam novel Teratak karya Evi Idwati, dan (2) Gaya bahasa apa yang terdapat pada novel

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Gaya Bahasa Sinestesia dalam Lirik Lagu Karya Minami” yang meneliti tentang gaya bahasa sinestesia beserta artinya pada

Adapun hasil dari penelitian ini yaitu gaya bahasa ceramah Ustadz Haikal Hassan dengan gaya bahasa berdasarkan pilihan kata menggunakan gaya bahasa resmi, tidak resmi

Dari uraian di atas dapat dipahami maksud dari judul gaya bahasa dakwah dalam buku “Panduan Berdoa Buat Remaja Gaul” karya Pago Hardian adalah penelitian yang difokuskan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa perbandingan yaitu gaya bahasa persamaan, gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa sinekdoke totum

Hasil penelitian ini yaitu mendeskripsikan gaya bahasa yang di gunakan dalam novel Si Putih karya Tere Liye yaitu gaya bahasa perbandingan, diantaranya adalah gaya bahasa asosiasi, gaya

Seperti pada teks dakwah: Pada keseluruhan gaya bahasa Ustaz Adi Hidayat dalam penyampaian Ceramah, Ustaz Adi Hidayat dikonfirmasi sejalan dengan teori menggunakan berbagai macam